Chapt 7 The Other Side of him
Pagi hari ini, seperti halnya beberapa hari terakhir, terasa lebih dingin dari sebelumnya. Suasana seperti ini sudah biasa setiap menjelang akhir tahun. Pemanasan global menyebabkan perubahan suhu secara ekstrim. Akibatnya, negeri yang indah dengan begitu banyak pulau merasakan hanya musin penghujan yang tiada henti sepanjang tahun.
Waktu masih menunjukan pukul 5.30 pagi. Sebuah mobil meluncur dengan kecepatan sedang, melewati jalan berkelok dan kecil di pinggiran ibu kota negeri ini. Jalanan yang masih sepi, semakin memperlancar laju mobil itu.
Setelah menempuh waktu hampir kurang lebih satu jam, mobil tersebut telah sampai pada tujuannya. Sesaat kemudian pintu mobil terbuka. Tampaklah sosok wanita dari dalamnya. Dia memakai celana jeans pendek dengan baju you can see, dibalut kemeja jeans lengan panjang, dengan kancing terbuka.
Wanita itu berjalan memasuki tempat yang memang tidak asing baginya, rumah sang kekasih. Namun sebelum memasuki rumah, wanita tersebut tampak berdiam diri. Memejamkan matanya, mengatur nafas sedemikian rupa, hingga tubuhnya terasa ringan.
Sang wanita melangkah masuk ke dalam rumah, menuju meja makan. Senandung kecil mengiringi langkahnya yang ringan. Kebahagiaan, tampak dari bibir yang terus mengembang dan wajahnya yang cerah.
Diletakkannya tas berisi handphone dan kunci mobil di meja makan. Selanjutnya dia menuju dapur di sebelahnya. Diambilnya dua buah cangkir untuk dituangkan sesendok kopi pada setiap cangkirnya, lalu ditambah gula secukupnya. Lalu dia menuangkan air panas dari dispenser yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri, dan mengaduknya dengan sendok kecil.
Dengan senyum, dihirupnya kopi itu perlahan. Diresapi aromanya yang menggoda. Kemudian melangkah, menapak satu demi satu anak tangga menuju lantai dua, dan berhenti di depan pintu kamar sang kekasih.
Wanita itu mengatur kembali nafasnya, lalu mendorong pintu yang tidak tertutup sempurna itu dengan pinggulnya. Selanjutnya dia meletakkan cangkir kopi di meja kecil dekat tempat tidur. Menyebarkan harumnya aroma kopi seduh memenuhi kamar ini.
Wanita itu mengangkat ibu jarinya di bibir memberikan tanda diam kepada seekor anjing kecil yang terbangun karena merasakan adanya manusia lain selain tuannya didalam kamar. Anjing kecil tersebut kembali meletakkan kepalanya setelah mengetahui manusia lain yang datang adalah manusia yang dikenalnya. Meskipun tetap menggerakkan ekor, menunjukkan kegembiraan.
Sang wanita duduk di ranjang, memandang penuh kasih kepada seorang lelaki yang terlelap dalam tidurnya. Senyum kecil masih menghiasi wajah cantiknya ketika tangannya yang halus mengelus pipi sang kekasih, membuat sang lelaki langsung terbangun dengan ekspresi wajah terkejut. Dia melihat sesosok wanita tiba-tiba saja duduk di ranjang tempatnya tidur.
“Pagi sayang...” sapa sang wanita lembut.
“Pa...pagi. Eh, kok udah disini?” sahut sang pria terbata-bata.
Sebagai seorang pembunuh bayaran Michel bisa merasakan kehadiran siapa saja di dekatnya. Namun tidak terhadap Song Ji yang kini duduk di ranjangnya. Dia tidak dapat merasakan kehadiran sang kekasih, bahkan ketika menyiapkan secangkir kopi di samping tempat tidurnya sekalipun.
“Hihihi, kenapa emangnya? Kaget ya.”
Michel tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala.
Song Ji tertawa kecil, lalu bergerak naik dan menduduki perut Michel. Ketika merasakan sesuatu yang mengganjal bawah perut sang kekasih, senyumnya muncul kembali.
Sementara itu Michel hanya terdiam melihat tingkah laku wanita yang dikasihinya. Apalagi ketika Song Ji, dengan gerakan gemulai melepaskan kemeja jeans lengan panjang yang dipakainya, lalu meletakkan kedua tangannya disamping tubuh Michel dan merendahkan tubuhnya. Wajah cantik dan lembut tersebut hanya terpisah beberapa centi saja. Hembusan nafas menghangatkan wajah keduanya.
“I love you,” kata Song Ji lirih.
Michel yang masih kikuk dan gugup tak mampu segera menjawab pernyataan sang wanita pujaannya. Hingga waktu Michel hendak mengucapkan sesuatu, Song Ji mencium bibirnya. Sebuah ciuman kecil nan lembut. Sesaat kemudian Song Ji melepaskan ciumannya, melepaskan sanggaan tangannya hingga tubuhnya menindih tubuh Michel sang kekasih.
“Hmmm, ikutin aja ya sayang,” kata Song Ji.
Ciuman demi ciuman kecil kembali terjadi diantara kedua manusia itu. Dan ketika ciuman di bibir kembali melekat. Kedua tangan Michel tanpa disadari memeluk tubuh Song Ji. Entah cinta, entah nafsu, ciuman itu berubah menjadi lumatan yang semakin panas.
Setelah beberapa saat, Song Ji melepaskan ciumannya. Masih dengan tersenyum, bergerak mundur menuruni tubuh Michel. Gerakan mundur itu disertai dengan tarikan selimut yang menutupi tubuh sang kekasih. Tersingkapnya sang kekasih membuatnya terkejut. Tubuh pria pujaannya terlihat jelas olehnya. Telanjang.
Untungnya semua keterkejutan tersebut tidak membuat Song Ji terpaku. Hanya senyuman dan semu merah menghiasi wajahnya ketika menatap kemaluan sang kekasih yang sudah berdiri tegak, menantang untuk segera diselesaikan. Dengan tatapan centil dan gerakan tubuh manja, Song Ji berdiri membuka kancing celana jeans pendek yang dipakainya. Menurunkan resleting dengan gerakan lembut. Setelah terbuka mendorong turun celana jeans tersebut hingga mata kaki dan melemparkan kesisi tempat tidur dengan gerakan kaki kirinya.
Song Ji kembali duduk di atas paha sang kekasih, merasakan gesekan lembut kulit sang kekasih dengan kulitnya sendiri. Dia menyentuh lembut tubuh sang kekasih yang penuh dengan bekas luka tusukan maupun luka tembakan. Sedikit mengeryitkan wajahnya mencoba merasakan betapa berat hidup yang sudah dilewati oleh sang kekasih. Sementara Michel tidak bergerak sedikitpun, hanya deru nafas yang terdengar sedikit cepat.
Kecupan demi kecupan lembut menghampiri setiap jengkal tubuh sang kekasih. Penuh perasaan, mencoba memberikan rasa hangat dan kasih untuk sang kekasih.
“Never hold on, just let it flow,” kata Song Ji di sela ciumannya.
Ciuman itu merambat menuju perut dan dada Michel, membuat batang kemaluannya terhimpit oleh tubuh Song Ji. Menimbulkan sensai yang tak pernah dirasakan. Dengan memejamkan mata, Michel memasrahkan tubuhnya pada Song Ji.
Rasa asing yang memabukkan memacu darah ke nadi yang mengaliri batang kemaluannya semakin lancar, dan membuatnya semakin sensitif. Yah, rasa yang tidak pernah dirasakannya selama ini. Rasa nikmat itu semakin terbang tinggi, manakala sang kekasih memberikan kecupan lembut pada dadanya. Apalagi ketika bibir sang kekasih bermain dengan lincah mengitari puting didadanya, seketika itu juga tubuh pertahanan tubuhnya hancur luluh lantak ditelan surga kenikmatan. Memaksanya mengerang dan memeluk tubuh Song Ji kuat, disertai dengan semburan-semburan kuat dari batang kemaluannya.
Beberapa saat tubuh mereka terdiam, sementara Song Ji menempelkan kepala di dada sang kekasih. Mendengarkan gemuruh detak jantung yang begitu kuat. Lalu Song Ji mengangkat tubuhnya dan kembali duduk di atas paha sang kekasih. Mengarahkan tatapan ke tubuhnya yang basah oleh cairan kenikmatan sang kekasih. Tanpa rasa canggung dan malu, Song Ji melepaskan baju dan bra yang dipakainya. Melemparkannya kebelakang. Memperlihatkan keindahan tubuh yang sempurna. Payudara yang tidak besar namun bulat menantang dengan puting kemerahan.
Pemandangan indah itu tak luput dari mata sang kekasih, batang kemaluan yang sudah mengendur kembali terpompa dan menunjukkan ketegangannya. Wajah Song Ji kembali bersemu setelah melihat itu semua.
Tanpa ragu, tangan Song Ji memegang batang kemaluan sang kekasih. Memberikan sedikit pijatan dan remasan. Dilanjutkan dengan kecupan kecil dan permainan lidah yang memaksa sang kekasih kembali melenguh merasakan sensasi yang lebih dari yang sudah dirasakannya tadi.
Tak lama, dengusan dan lenguhan sang kekasih terdengar semakin kuat. Manakala batang kemaluannya tertelan oleh mulut Song Ji. Dengan gerakan naik turun disertai hisapan lembut menambah rasa yang amat sangat. Semua dilakukan Song Ji dengan lembut, meskipun hasrat birahi sudah tinggi, namun kontrol diri yang kuat membuatnya sanggup memberikan kenikmatan tertinggi untuk sang kekasih.
Setelah merasa cukup bermain dengan mulut dan lidahnya, Song Ji melepaskan batang kemaluan sang kekasih. Butiran keringat yang mulai muncul di wajahnya, menandakan sudah saatnya mencapai tahap selanjutnya.
Song Ji menegakkan tubuhnya, berdiri dengan lutut sebagai tumpuan. Memposisikan tubuhnya tepat di atas batang kemaluan sang kekasih. Menggerakkan tangannya menarik tali kecil yang mengikat kain kecil penutup vaginanya, pelan namun tetap menggairahkan.
Tangan kiri Song Ji membimbing batang kemaluan sang kekasih, mengarahkannya tepat di bibir vagina. Lalu dengan perlahan Song Ji menurunkan tubuhnya. Membiarkan batang kemaluan yang sudah sangat tegang membuka bibir kemaluannya, sedikit demi sedikit hingga akhirnya terbenam seluruhnya. Lenguhan kecil terdengar dari bibir indah Song Ji yang terbuka.
Tidak ada gerakan apapun hanya deru nafas yang semakin menderu. Song Ji menjulurkan kedua tangannya, dan disambut oleh tangan sang kekasih. Menggenggam erat. Mencoba saling meresapi rasa kebersamaan yang baru saja terjadi.
Perlahan Song Ji mulai menggerakkan tubuhnya, maju mundur, berputar. Semua dilakukan dengan tidak terburu-buru. Remasan tangan sang kekasih semakin erat padanya. Menandakan rasa nikmat yang teramat sangat sudah menghampiri.
Erangan dan desahan silih berganti, mengisi kekosongan. Kilau keringat tampak membasahi tubuh kedua manusia yang sedang memadu kasih ini, karena sorotan mentari pagi dari celah korden kamar Michel.
Rasa itu sudah semakin dekat, keteraturan yang sedari tadi terlihat dari Song Ji. Mulai hilang berganti dengan ketidakteraturan gerakan. Gerakan yang memacu rasa itu untuk datang. Sambil bertumpu di tangan sang kekasih, Song Ji menggerakkan tubuh semakin cepat. Sementara itu sang kekasih juga sudah tidak sadar akan semua itu, karena sekarang yang menjadi fokus ada rasa itu.
“Aaaaahhhhh.......” erangan kuat Song Ji bersamaan dengan geliat tubuhnya yang menegang kaku. Sementara sang kekasih juga merasakan kenikmatan tertinggi bersamanya. Rasa puas dan lega langsung menghampiri kedua manusia yang sedang berpacu untuk kenikmatan duniawi.
Rasa itu yang meluluh lantakkan semua kontrol manusia akan tubuhnya, rasa yang sangat berbeda apabila disertai oleh rasa kasih dan sayang. Rasa yang selalu dicari oleh semua manusia dibumi ini, rasa akan kenikmatan badani.
Tenaga yang menopang Song Ji serasa hilang ditelan bumi, membuatnya jatuh menimpa tubuh sang kekasih. Tidak peduli dengan tubuh yang basah oleh keringat, tidak peduli dengan silau mentari yang mengintip dari celah korden. Mereka berdua berpelukan, melepaskan rasa yang membelengu dengan kasih dan sayang.
Tiada ada kata terucap, hanya deru nafas yang semakin lama semakin teratur.
“I Love u....” kata Song Ji lemah.
“I love you to...” balas sang kekasih.
Sebuah pernyataan tulus yang tidak pernah dia dengar, membuatnya terharu dan menitikkan air mata bahagia.
Tanpa disadari, mereka berdua tertidur dengan berpelukan erat. Hingga pintu kamar berderit menandakan seseorang membukanya, dan betapa terkejutnya Song Ji ketika mendengar suara derit pintu dan melihat ternyata Ibunda sang kekasih memasuki kamar sang anak.
“Eh... mama maaf...” kata Song Ji
“Hihihi, ga papa. Mama cuman mau bangunin buat sarapan aja,” sahut sang ibu ramah, mekipun melihat anakanya dan kekasih sedang bertelanjang bulat diatas tempat tidur.
“Ya ma, Song Ji bangunin Michel juga ya,” sahutnya dengan wajah bersemu merah karena malu.
Beberapa saat setelah sang ibu meninggalkan kamar tersebut. Song Ji, membangunkan Michel.
“Honey...honey... bangun mama dateng tuh,” dengan suara lembut tepat ditelinga sang kekasih.
“Eh, ma...mama dateng..?” sahut Michel terkejut dan berusaha duduk.
Ketika Michel memalingkan wajahnya dan menatap sang kekasih yang masih bertelanjang bulat, tatapan matanya berubah dan seperti orang melamun, namun hal tersebut itu tidak luput dari sang kekasih yang berada disebelahnya.
“Kenapa sayang?” pertanyaan Song Ji mengejutkan Michel yang sedang menatap tubuhnya.
“Ga..*** papa,” jawab Michel gugup.
“Hihhi.... yuk mandi,” kata Song jI yang seudah bangkit dari tempat tidur dan menulurkan tangannya kepada Michel.
“Mandi?”
“Iya mandi bareng, mama udah di bawah. Kayaknya yang lain udah dateng pada dateng. Yuk.”
Mau tak mau Michel pun menerima uluran tangan sang kekasih dan berjalan menuju kekamar mandi.
Di dalam kamar mandi, kucuran air hangat dari shower membasahi tubuh kedua insan berlainan jenis ini. kucuran air hangat dari shower membasahi tubuh kedua insan berlainan jenis ini. Song Ji tampak begitu telaten membasuh tubuh sang kekasih, membalurkan sabun cair keseluruh tubuhnya hingga merata. Bahkan sampai mata kakipun dibalurnya dengan sabun cair beraroma apel. Berdiri di atas lutut membuat wajah Song Ji berhadapan dengan batang kemaluan sang kekasih yang sudah kembali mengeras.
“Hihihi.. bangun lagi ya.”
Song Ji kembali berdiri dan mulai mengarahkan showe ke seluruh tubuh sang kekasih untuk membersihkan nya dari sabun, kemudian berjongkok di hadapan sang kekasih, memijat lembut dengan remasan kecil pada seluruh batang kemaluan yang sudah berdiri tegak menantang untuk dipuaskan tersebut. Sedangkan Michel yang kembali bergairah ingin menghentikan sang kekasih yang begitu telaten mengurut dan memijat batang kemaluannya.
“Sayang,” katanya gemetar.
“Sssst!” sahut sang kekasih centil.
Kembali batang kemaluan itu mendapatkan ciuman dan jilatan lidah sang kekasih. Mencoba memberikan kenikmatan tertinggi yang mungkin tidak pernah didapatnya. Tangan kiri Song Ji memijat kantong bola yang berada di bawah, sedangkan tangan kanannya mengarahkan batang tersebut ke dalam mulutnya. Mengulum, menghisap, dan memainkan lidahnya pada ujung kepala batang kemaluan sang kekasih, memberikan efek nikmat. Memacu hormon terstoteron yang membuat jantungnya siap untuk berpacu dalam kenikmatan.
Manakala rasa nikmat itu mencapai puncaknya tubuh Michel bergetar hebat, mengaburkan pandangan mata dan daya imbang tubuhnya. Memaksa tubuhnya untuk memproduksi hormon endorfin yang mampu memberikan rasa nyaman, nikmat dan bahagia. Sementara sang kekasih dengan pasrah menerima semburan demi semburan kepuasan dari batang kemaluannya.
Tidak ada keluhan, tidak ada emosi, hanya deru nafas yang tersengal setelah mendaki puncak kenikmatan dunia.
Dengan telaten dan sabar, Song Ji membersihkan kemaluan sang kekasih. Senyuman manis di sela air yang mengalir membasahi wajahnya, menambah pesona kecantikan alami wajah asia yang dimilikinya.
Michel lalu mengangkat tubuh sang kekasih hingga berdiri berhadapan. Selisih tinggi badan tidak sedikit pun mengurangi rasa yang di dapatkannya. Dia mengecup ringan kening sang kekasih, terus turun menjelajahi seluruh bagian wajah sang kekasih. Tidak ada ilmu atau pengalaman, hanya insting yang berbicara.
Ciuman demi ciuman pada tubuh sang kekasih menaikkan gairah yang sudah tersulut sedari tadi. Desahan dan lenguhan sang kekasih disela gemericik air shower membuat suasana menjadi semakin panas. Remasan disertai ciuman dan sentuhan lidah Michel pada payudara sang kekasih, memberikan sentakan gairah setingkat lebih panas. Reflek Song Ji mengalungkan tangannya pada leher Michel. mempererat pelukan, memaksa sang kekasih untuk memberikan rasa nikmat yang lebih pada payudaranya.
Tak lama, tubuh Michel pun semakin turun. Masih terus memberikan ciuman keseluruh tubuh sang kekasih, mencoba membalas rasa nikmat yang sudah dia rasakan sebelumnya. Tiba-tiba sang kekasih menghentikan semua gerakan Michel, menariknya berdiri dan mendorongnya hingga duduk diatas kloset. Mata yang penuh gairah terpancar dari wajah Song Ji.
Gerakan perlahan menuntun batang kemaluan Michel bibir kemaluannya. Sentakan lembut dari tubuh Song JI yang bergerak turun, menelan utuh batang kemaluan Michel.
“Egghh....” desahan Song Ji.
Wanita itu berdiam diri. Sementara kemaluannya beradaptasi dengan benda asing yang memasuki tubuhnya. Mencium penuh gairah sang kekasih, disertai dengan gerakan tubuh bagian bawah yang mengayun. Mencoba mencari titik kenikmatan tertinggi, mencoba mengejar rasa yang sempat hilang karena perubahan posisi.
Lenguhan dan desahan silih berganti terdengar dari bibir yang beradu. Pelukan dan remasan tangan bergerak saling memuaskan dahaga akan gairah yang sedang beranjak ke puncak. Semakin lama semakin cepat, disertai dengan detak jantung yang semakin cepat dan kuat, membakar kalori dan tenaga untuk rasa yang ingin dicapai. Hingga akhirnya teriakan yang teredam oleh lumatan penuh gairah, mengantar rasa itu. Gelinjang tubuh yang tidak teratur dan kuat, akhirnya melemah.
Setelah rasa itu tiba dan semakin lama semakin menghilang, tergantikan oleh rasa lelah, bahagia dan nikmat. Pelukan kedua insan yang memacu rasa nikmat itu mengendur, memberi jarak, dan mulai bertukar tatapan mata penuh kasih dan cinta.
“Thanks honey, it was great,” kata Michel lembut.
“Hah...hah... love you,” sahut Song Ji lemah.
Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya mereka kembali melanjutkan ritual sebenarnya yang dilakukan, namun terhenti oleh desakan gairah dan nafsu.
Beberapa puluh menit kemudian, barulah Song Ji dan Michel turun kebawah. Setelah melalui perdebatan panjang tentang pakaian apa yang dipakai, karena baju yang dipakai Song Ji sebelumnya basah oleh sperma sang kekasih, membuatnya hanya memakai kemeja lengan panjang Michel dan celana jeans pendek yang dipakainya tadi tanpa pakaian dalam.
Tatapan curiga dan nakal terpancar dari wajah kedua adik kembar dan kakak Michel, membuat Song Ji menjadi salah tingkah dan malu. Karena perbuatan yang dilakukannya sebelumnya.
“Ehemm. Lama banget turunnya?” kata Nina.
“Eh.. tadi itu..” sahut Song Ji gugup.
“Hahaha....” tawa Hikari dan Hikaru melihat calon kakak iparnya yang gugup.
“Kayaknya enak banget ya Karu? Sampe kedengaran suaranya,” goda Nina semakin membuat wajah Song Ji merah padam.
“Hahaha..... iya kak, puas banget dah,” sahut Hikaru dan Hikari bersamaan.
“Huss.. udah jangan gangguin. Kalian itu,” potong sang ibu melihat gelagat candaan anak-anaknya.
Ternyata Michel yang sedari tadi terdiam, merasa malu juga. Karena gerak tubuhnya yang kaku dan tidak seperti biasanya.
Akhirnya canda dan tawapun memenuhi ruang keluarga Michel, hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
_______________________________________________________________
POV Song Ji
Hari ini aku merasa sangat bahagia. Hari ini aku merasa jadi wanita seutuhnya. Apa yang telah terjadi pagi tadi membuat wajahku kembali bersemu merah. Keputusanku untuk datang dan memberikan kejutan pada Michel dan berakhir dengan gairah yang meletup-letup, membuatku tidak bisa mengontrol diriku sendiri.
Rasa nikmat dan kepuasan yang aku rasakan, sangat berbeda dengan yang pernah aku alami sebelumnya, jauh sekali perbedaannya. Entah mengapa rasa sayang dan kasihku padanya semakin kuat.
Namun ada satu hal yang membuatku bingung, entah bagaimana aku bisa merasakan kehadiran Mama. Ibu Michel. Aku yakin tadi telah tertidur, tapi aku terbangun karena merasakan kehadiran seseorang di rumah ini, dan ketika aku ragu akan perasaanku sendiri, mama muncul dari balik pintu. Semakin membuatku merasa yakin bahwa apa yang aku rasakan tadi bukannya mimpi tapi kenyataan.
Aku yang sedang duduk sembari menikmati hembusan angin di belakang rumah Michel ditemani oleh mama.
“Apa yang mau kamu tanyakan sayang?” kata Mama yang mengagetkanku. Seakan-akan tahu apa yang aku pikir dan rasakan.
“Eh mama....” sahutku gugup.
Aku mencoba membuat pandanganku pada sisi lagi halaman belakang ini. Di sana Michel, kedua adiknya dan kak Nina sedang melakukan latihan. Namun semua itu tidak dapat mengelabuhi mama yang duduk di sampingku. Sambil mengelus rambutku yang sudah agak kering setelah mandi, mama berkata, “Ngomong aja sayang, gak pa pa kok. Sapa tau mama bisa bantu jawab.”
Setelah menghela nafas panjang akhirnya aku mulutku, “Song Ji ngerasa aneh aja ma.”
“Aneh gimana?”
“Song JI udah beberapa bulan ini kok kayak bisa ngerasain keberadaan orang yang belum Song Ji liat. Contohnya tadi pagi waktu mama dateng, Song Ji kaget karena ngerasa ada orang yang masuk rumah ini, Song Ji pikir cuman mimpi, makanya waktu mama masuk tadi Song Ji kaget banget.”
“Oh itu.”
“Iya ma. Kenapa yah?”
Mama tersenyum kecil, kemudian memelukku erat dan mencium keningku. Beliau menjelaskan bahwa yang aku alami adalah bakat terpendam. Tidak semua orang bisa memilikinya. Harusnya aku bersyukur bisa mendapatkan semua itu.
Rasa kekeluargaan dan kasih sayang seorang ibu, yang kuterima, hampir aku lupakan. Aku merasa nyaman dan bahagia berada di sampingnya. Ujungnya aku bercerita kalau sudah mengetahui semua tentang Michel yang selama ini tidak pernah ia ceritakan.
Tidak ada rasa terkejut, rasa marah, ataupun rasa yang lain. Mama hanya tersenyum dan mengelus rambutku.
“Memang sudah saatnya buat Song Ji tahu mengenai semua rahasia keluarga ini,” kata mama lembut.
Mama pun menceritakan semua tentang keberadaan Michel, kakaknya dan kedua adik kembarnya yang merupakan adik angkat. Mama juga menceritakan kepadaku tentang masa lalunya.
Mama bercerita tentang masa mudanya. Bagaimana dia mempunyai semua kelebihan yang kupunya saat ini. Kemampuan beradaptasi dan insting kuat, yang menjadi dasar kehidupan mama waktu itu. Hal yang wajar, mengingat tempat tinggal mama merupakan daerah konflik di Eropa saat itu.
Mama kemudian menceritakan pertemuannya dengan ayah Michel. Beliau mengatakan bahwa ayah Michel merupakan mesin pembunuh bagi agen rahasia nomor satu di dunia. Hal ini merupakan hasil didikan CIA sejak masih muda. Namun kemudian menghilang dalam sebuah misi, dan tidak lagi diakui keberadaannya oleh CIA. Kasih sayang mama yang tulus saat merawat ayah Michel, menumbuhkan benih cinta di antara keduanya. Mereka pun memutuskan untuk menikah. Sesaat, masa damai mengelilingi mereka.
Tetapi, ketika CIA mengetahui keberadaan mereka, dan mengirimkan regu pembunuh, kehidupan ayah dan mama Michel pun terusik. Mama Michel menceritakan bagaimana mereka melarikan diri dari kejaran regu pembunuh, dan hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya mereka menetap di Indonesia setelah regu pembunuh gagal menemukan mereka, dan lahirlah kak Nina. Disusul dengan Michel dua tahun kemudian.
Kehidupan keras dan dalam pelarian membuat sang ayah mengajarkan semua kemampuan yang dimilikinya pada kedua anaknya hingga Michel berusia 13 tahun. Masa dimana anak remaja menikmati hidup mereka, tapi Michel dan kak Nina hidup dalam ketakutan dan bahaya. Rasa sakit dan siksaan dari latihan keras sang ayah membuat mereka berdua menjadi orang yang kuat.
Latihan terakhir yang dilakukan Michel pun membawa korban nyawa sang ayah. Sementara usaha kak Nina dan mama untuk menghentikan latihan akhir tersebut tidak berhasil, malah membuat mereka berdua ikut terluka. Emosi dan hawa pembunuh liar yang terdapat dalam darah Michel sangat terasa oleh mereka. Aura yang diturunkan dari kedua orang tuanya.
Saat ayah Michel meninggal, mama tidak melihat penyesalan dan rasa sakit di wajah sang ayah ketika anak bungsunnya mengakhiri hidupnya. Yang tampak hanya rasa bangga akan semua hasil usahanya, telah menjadikan anaknya orang yang sangat terlatih dan berkemampuan tinggi.
“Ma,” kataku lembut, ketika mama menghentikan cerita dan tetes air mata meleleh dari kedua matanya.
“Ga papa, mama lanjutin ya,” sahutnya.
Mama kembali melanjutkan ceritanya. Ketidakmampuan Michel mengendalikan dirinya, membuat Michel sering kali terlibat masalah. Bahkan pada usia 17 tahun, Michel menghabisi sekelompok mafia narkoba yang mencoba memperkosa sang kakak. Seorang diri. Dengan tangan kosong. Sesuatu yang sebenarnya gak perlu, mengingat kemampuan kak Nina setara dengan Michel, bahkan penguasaan diri kak Nina lebih baik daripada Michel.
Setelahnya Michel dan kak Nina pun mulai memasuki dunia hitam. Sebagai pembunuh bayaran, nama M.E mulai dikenal ketika Michel menghabisi markas pembunuh bayaran yang berada di Amerika. Sebagai sosok yang misterius, banyak yang ingin mengetahui keberadaannya, dan ingin mencoba kemampuannya. Namun semua yang datang tidak kembali lagi.
Untuk Hikari dan Hikaru, mama menceritakan bahwa Michel berhasil menyelamatkan mereka dari mafia jepang yang berusaha membunuh keluarga mereka dikepulauan NTT. Orang tua mereka tewas, tetapi mereka bertiga selamat. Entah apa yang mendasari pemikiran Michel untuk mengangkat mereka bertiga menjadi bagian dari keluarga. Mamapun merawat mereka semua dan membesarkan mereka layaknya keluarga sendiri.
Untuk kemampuan bertarung dan membunuh, mama tidak setuju pada awalnya untuk diajarkan pada mereka bertiga, namun karena kehendak mereka bertiga sendiri akhirnya mamapun menyetujuinya. Dengan syarat, mereka tidak boleh membalaskan dendam keluarga mereka pada mafia yang membunuh kedua orang tua mereka.
Aku termenung mendengar cerita mama, hampir seperti cerita fiksi dalam film action, namun semua ini terjadi. Namun akhirnya aku bertanya pada mama, “Bertiga ma?”
“Yah bertiga, Kari, Karu, dan Hara.”
“Hara?”
“Nanti Evan yang cerita soal Hara.”
“Ihh, mama. Ceritain aja napa ma. Kan Michel ga pernah cerita apa-apa sama Song Ji,” rengekku.
“Hihihihi, biarin aja.”
Hingga beberapa tahun yang lalu, Michel menghabisi mafia yang membunuh keluarga Kari dan Karu di Jepang, hanya menggunakan pedang. Nama Michel semakin ditakuti oleh dunia hitam. Bahkan beberapa kali The Association mencoba merekrut Michel untuk menjadi bagian dari mereka, namun selalu ditolaknya.
Mama tidak mempermasalahkan penolakan Michel, hingga pertemuan denganku beberapa bulan yang lalu. Mama selalu khawatir karena Michel tidak dapat mengendalikan diri, apalagi kalo sudah terbawa emosi. Akhirnya mama mengenalkannya pada “Bruno” dan memasang CCTV tanpa sepengetahuan Michel, setahun sebelum bertemu denganku. Keterikatan Michel dengan “Bruno” anjing Golden Retriver, membuat mama mencoba membuat penyamaran untuk usaha Michel sebagai breader dan pelatihan untuk anjing.
Namun kematian “Bruno” di tangan para tentara bayaran yang mengejarku, sempat membuat mama panik. Michel terbawa emosi dan lepas kendali hingga dia menghabisi semua tentara bayaran itu. Mama pun menuju ke tempat Michel bersama dengan kak Nina dan kedua adik kembarnya. Namun teriakanku sebelum pingsan pada waktu itu menghentikan Michel.
Aku jadi teringat akan mimpi-mimpi yang selalu menghantuiku selama ini. mimpi tentang dewa kematian yang berbentuk sesosok manusia dengan wajah tampan dan senyum yang menawan.
“Tapi ma, Song Ji sebenernya lupa tentang kejadian itu.”
“Ya mama tau kok, Song Ji lupa karena shock setelah ngelihat Evan yang lepas kendali.”
“Tapi akhirnya ketakutan mama hilang setelah mama sampai di villa, dan ngeliat Song Ji pingsan. Sementara Evan hanya berdiri di depan Song Ji yang terikat di kursi. Ga bergerak hanya berdiri mematung,” lanjut mama.
Aku hanya mengangguk mencoba mencerna semua itu.
Akhirnya mama berasumsi kalo kedekatanku dan Michel memberikan perasaan tenang di hatinya, dan yang membuat mama terharu adalah Michel telah sadar ketika mama datang dan seperti orang bersalah, waktu menatapku saat aku pingsan.
Pada akhirnya Michel sendiri yang mendekatiku dengan masuk kedalam perusahaanku, tanpa instruksi dari mama. Dari situ mama mempunyai pendapat, kalau Michel merasa sayang dan cinta padaku. Tapi karena memang Michel tidak pernah dekat dengan wanita selain kak Nina, mama dan kedua adiknya. Membuat Michel sering salah tingkah, namun mama tampak gembira ketika menyadari perubahan perilakunya, bahkan sempat mengingatkannya untuk selalu melindungiku.
Aku pun merasa tersanjung dan bahagia mendengar semua itu. Sisi lain dari lelaki pujaanku, lelaki yang telah menaklukkan hatiku tanpa memamerkan semua kemampuannya, lelaki yang membuatku jatuh cinta dengan keberadaan dirinya sendiri.
Melihat reaksiku, mama pun memelukku dan berkata, “Thanks ya Song Ji, udah bikin anak mama bisa ngerasin hidup seperti manusia biasa.”
“Iya ma, Song Ji juga sayang banget sama Michel,” balasku disertai haru yang membuat pelupuk mataku basah oleh air mata bahagia.