Ini eksekusinya. Lanjut besok ya...
Sambungan...
Tanganku lantas menjalar ke punggung Mak Lela, menyelinap melewati karet celana dalamnya dan menurunkannya hingga ke bawah bokongnya! Aku mengelus-elus bokongbulatnya sebelum meletakkanl ibu jariku ke pinggang Mak Lela dan menarik celana dalam sutrake lututnya. Tanganku kembali naik ke paha dan pinggul, berlama-lama sekali lagi di bokongnya sebelum berhenti di pinggangnya. Aku memeluk Mak Lela, dan, tanpa perlawanan, kami berbaring di tempat tidur, payudaranya tenggelam di bawah dadaku, kakiku mengangkangi nya. Rupanya celanaku masih merepotkan, ku tarik saja dari pinggulku dan akhirnya membebaskan penisku yang sudah tersika sebelumnya. Sentuhan penisku di pahanya yang selembut sutra memercikkan sentakan birahi yang kian meluap dan erangan napsuku keluar tanpa terkendali. "Mak....."
Namun, satu celana dalam lagi yang merepotkan, masih melekat di lutut Mak Lela. Maka aku letakkan kakiku di celana dalam mahal itu dan mendorong mereka hingga ke ujung kaki Mak Lela. Kembali lenganku ke pinggangnya dan berkonsentrasi penuh dengan ciuman kami, yang, dengan tubuh telanjang saling merangsang satu sama lain, berlanjut terus hingga puncak birahi kami. Aku pun mulai menggeser bagian bawah tubuhku ke pahanya hingga penisku sampai di pangkal paha Mak Lela yang telah merentang. Burung itu kini sudah berada di muka sarangnya yang berbulu. Aku mulai menggerakkan penis, memberi isyarat memulai persetubuhan, hingga menyebabkan birahi kami kian mendidih. Kami sama-sama merintih ketika lengan kami saling mendekap tubuh satu sama lain. Aku tahu saatnya telah tiba dan meraih selangkangannya serta mulai menenggelamkan jariku ke bibir vaginanya yang mekar seperti brownies matang. Terasa nian lubang kemaluannya sudah sangat basah tanda Mak Lela sudah siap menerima penisku masuk ke vaginanya. Saat itu pula Mak Lela merintih, tangannya tak henti bergerak liar di punggungku. Aku pun tak ingin menunggu lagi dan segera mengeluarkan jariku dari lubang kemaluannya, langsung bersiap dengan penisku yang kian tegang di pintu masuk vaginanya yang menghangat.
Kepala penisku bersentuhan dengan bibir luar vaginanya yang basah dan membelahnya, sehingga aku masuk ke vagina hangat Mak Lela!! Aku segera tenggelam di saluran persetubuhan, kantung kelaminku pun sampai di celah pantatnya! Gelora birahi menyelimuti persetubuhan ini hingga kami menjepit satu sama lain bagaikan roti setangkup yang rapat.
"EEEEHHHHMMMMMMMM "!!!!! mulut Mak Lela merintih sambil melingkarkan kakinya ke pinggulku.
"OH .... Kamal!" ia setengah berteriak menghentikan ciuman kami.
Aku perlahan mulai memompa penisku di lubang Mak Lela dan menghisap lehernya dengan bergairah. Inilah saat yang aku idam-idamkan, penisku tenggelam dalam tubuh Mak Lela , betis indahnya melilit kakiku, dan dadaku rapat dengan payudaranya! Persetubuhan ini sudah terpenuhi, dan meskipun aku hanya berada di dalam tubuh Mak Lela kurang dari semenit, aku tahu tidak bisa bertahan lebih lama. Aku terlalu menginginkannya, menyetubuhinya dengan sepenuh napsu!
Ketika aku mulai memompa batangku masuk dan keluar dalam entakan pendek, aku mulai merasakan getar di kakiku yang dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh. Pada saat yang sama bagian dalam selangkangan Mak Lela tak henti-henti berdenyut-denyut di sekitar penisku. Aku tahu, dia pun segera mencapai puncak persetubuhan ini sesaat lagi. Semua ini disertai oleh rintihan yang semakin sering dan bagaikan gelombang raksasa yang siap menghempaskan kami berdua.
Penisku terpaku dan tubuhku membeku saat merasakan aliran maniku mengalir dan meletup di ujung penis dalam orgasme yang belum pernah kualami seumur hidupku, terasa mulai dari tumit, bergerak ke semua arah dan akhirnya keluar dengan deras. Pada saat bersamaan Mak Lela menegang, merapatkan pinggulnya ke pinggulku, saluran vaginanya menjepit batangku, menerbangkan dirinya dalam orgasme yang sama kencangnya dengan yang ku alamm. "OOOOHHHHHHHH ...... KAMAAAAAAL" ia berteriak menyebut namaku.
Ketika gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung,, kami saling mencengkeram, mulut kamiterbuka lebar.
"MAAAK LELAAAAA!!!!!" aku berteriak.
Ku semprotkan mani di dinding-dinding vaginanya yang mengisap liar batangku, bagaikan krim yang melepaskan dahaga birahi Mak Lela. Sensasi terus berlanjut, seolah-olah aku mengalami orgasme selama berjam-jam, sampai tetes terakhir keluar dari penis. Kami terus merengkuh erat satu sama lain sebagai luapan perasaan! Ketika keintiman itu mereda, kami mencoba kembali bernapas teratur dan kembali ke kesadaran. Benak kami kembali ke kehidupan setelah klimaks melelahkan. Ku lihat mata Mak Lela tertutup rapat, mulutnya terbuka, terengah-engah. Perlahan aku berguling ke samping.
Ku pejamkan mata sejenak untuk beristirahat dan memulihkan kekuatan. Aku belum pernah merasa begitu lelah dan habis setelah persetubuhan seperti yang kulakukan barusan. Ini pasti karena dorongan, kerinduan, dan keinginan yang akhirnya mencapai puncaknya dalam waktu singkat namun intens dan paling melelahkan. Aku menyetubuhi ibu mertuaku sendiri, perempuan yang benar-benar mengantarku ke puncak napsu yang tak kuketahui sebelumnya, yang membuat pengalaman meluap-luap!
Aku membuka mata dan terkejut melihatnya menatapku, matanya penuh dengan air mata.