Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Katany dobel update, kirain udh posting 2 2nya klo tau gtu ntar bru baca :galak:

Jay yg beruntung djadikan bahan taruhan smoga gak baper

:ngacir::ngacir::ngacir::ngacir:
 
Argghh, maaf agan2
update keduanya kayanya ga kekejar hari ini

ane janjiin besok sebelum jam 12
 
Uh.. oh... Senja...
You still hiding something that even more important...

Apa itu kira2??
Dan, although Jay ngerasa motif Senja cuma ingin menang taruhan aja, tapi saya rasa jauh lebih dalam dari itu.

Apa mungkin Senja bukan tidak mau kalah taruhan, tapi lebih ke lebih tidak mau kalah dalam mendapatkan perhatian dari Jay? Padahal sebenarnya dia inginnya lebih ke romantic relationship dengan Jay. Tapi, berhubung teman2nya uda pada duluin dia, especially Martha. Dia desperate, dan berpikir sex adalah cara tercepat dapetin perhatian Jay?

Sayangnya yang dia lakukan malah jadi bumerang, and it all crash down to her. Next up, sepertinya salah satu dari 5 angel yg lain yg akan jelasin ke Jay.

Dan gw punya feeling kuat Valensia bakal punya peranan penting untuk mendamaikan Senja dan Jay.

#justprediction

Makin seru aja nih suhu @meguriaufutari
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Yaelah kentang keterlaluan banget sumpah udah seneng bayangin belah perawan
 
Makin mbikin jadi penasaran ni om meguri,, beres deh om, bisa ad bahan bacaan abis jumatan.wkwkwk
Koko jay sama 5 bidadariny mw libur natal ma taun baruan y om?? Hasyeeekkkk
 
Uh.. oh... Senja...
You still hiding something that even more important...

Apa itu kira2??
Dan, although Jay ngerasa motif Senja cuma ingin menang taruhan aja, tapi saya rasa jauh lebih dalam dari itu.

Apa mungkin Senja bukan tidak mau kalah taruhan, tapi lebih ke lebih tidak mau kalah dalam mendapatkan perhatian dari Jay? Padahal sebenarnya dia inginnya lebih ke romantic relationship dengan Jay. Tapi, berhubung teman2nya uda pada duluin dia, especially Martha. Dia desperate, dan berpikir sex adalah cara tercepat dapetin perhatian Jay?

Sayangnya yang dia lakukan malah jadi bumerang, and it all crash down to her. Next up, sepertinya salah satu dari 5 angel yg lain yg akan jelasin ke Jay.

Dan gw punya feeling kuat Valensia bakal punya peranan penting untuk mendamaikan Senja dan Jay.

#justprediction

Makin seru aja nih suhu @meguriaufutari

hmmm
analisis yang menarik

Jiah.... Tau kenyataan kalo cuma buat tarohan.... Pasti sakitnya tuh disini :hati:

hmmm
mungkin iya, mungkin tidak

padahal sebelum ada taruhan, senja dah suka. Cuman takut aja perawan hilang trus koko ga pilih senja.

Eh itu yg sakit siapa @Messier45, kayaknya koko bakal marah dan kecewa ama martha. Walaupun dulunya sama martha adalah suka sama suka, tapi sekarang kan dah tau alasannya si martha yang kedua dan ketiga.

hmmmm

Makin mbikin jadi penasaran ni om meguri,, beres deh om, bisa ad bahan bacaan abis jumatan.wkwkwk
Koko jay sama 5 bidadariny mw libur natal ma taun baruan y om?? Hasyeeekkkk

iya. mao honeymoon. hari pertama sama Martha, hari kedua sama Villy, hari ketiga sama Valensia, hari keempat sama Senja, hari kelima sama Devina
 
Bimabet
EPISODE 20 : Diuntit

Martha Christiana



Villy Janes Priscilla



Hmmm, sudah beberapa hari ini sepertinya Senja sangat jutek kepadaku. Maklum saja sih, dia sudah sampai merendahkan harga dirinya begitu untukku, eh aku malah menolaknya. Mungkin aku terlalu kejam padanya. Akan tetapi, menurutku apa yang dilakukan olehnya itu salah. Kayaknya salah deh bila mengorbankan keperawanan dan harga diri demi perasaan tidak mau kalah saja. Senja memang bisa dibilang nekat melakukan hal itu. Apakah itu bentuk rasa sukanya kepadaku? Ah, menurutku sih tidak, menurutku dia hanya tidak mau kalah saja. Yah, memang masih kekanak-kanakan sih Senja itu. Dan kelemahan terbesarnya adalah dia memang tidak mau kalah dari yang lain, terutama dari keempat temannya yang lain. Hal itu sudah terlihat ketika aku masih menjadi asisten laboratorium dan mengajar dia pada waktu kuliah.

TRUING... Tiba-tiba ada chat room masuk. Aku segera membuka chat room tersebut di komputer kerjaku.

“Ko...” Chat Villy.

“Oi, Vil. Kenapa?” Chatku.

“Hmmm, makan siang bareng yuk.” Chat Villy.

“Boleh.” Chatku.

“Oke, ko. Bertiga aja ya ko sama Martha.” Chat Villy.

“Boleh. Yang lain ga ikut?” Chatku.

“Hmmm, nggak ko. Soalnya ada yang mau kita omongin.” Chat Villy.

“Sip deh.” Chatku.

Tidak lama kemudian, jam makan siang pun tiba. Aku segera keluar dari kantor untuk makan siang bersama Villy dan Martha. Kami berdua makan siang di sebuah restoran Jepang yang letaknya tidak begitu jauh dari kantor kami. Setelah sampai, kami langsung memesan makanan kami kepada waiter restoran. Setelah waiter restoran mencatat semua pesanan kami, waiter restoran itu pun pergi meninggalkan kami. Kebetulan sekali, di restoran ini hanya ada kita bertiga yang makan disini.

“Hmmm, ko.” Kata Martha.

“Yap.” Kataku.

“Sorry ya, ko. Kita tuh sebetulnya nggak bermaksud jelek kok sama koko.” Kata Martha.

“Hmmm, maksudnya apa ya?” Tanyaku.

“Kita tau kok, ko. Senja udah ngasihtau semuanya kan?” Tanya Villy.

Ya ampun, cepat amat ya berita menyebar. Perasaan baru sabtu kemaren. Eh, tahu-tahu semua sudah pada tahu. Baru juga dua hari.

“Hmmm, iya Senja udah ngasihtau aku, tentang apa yang kalian berlima perlombakan.” Kataku.

Setelah itu, kami bertiga hening. Tidak ada satupun yang keluar dari mulut Villy maupun Martha.

“Mungkin, ada yang mau menjelaskan? Apalagi tadi kamu udah ngomong kan Tha kalo kamu ga bermaksud jelek.” Kataku.

“Aku akan jujur, ko. Awalnya, emang pas pertama kali kita ngelakuin itu, terbersit sih di pikiran aku kalo aku tuh emang mikirin kompetisi bodoh yang kita berlima adakan itu. Tapi, kebelakangnya nggak kok. Aku emang kepingin dan nggak nyesel sama sekali.” Kata Martha.

“Hmmm, meskipun awalnya diduluin sama keinginan ga mao kalah kamu juga kan?” Tanyaku.

“Hmmm, iya. Tapi ko...” Kata Martha.

“Sebentar. Yang kebelakangnya dipake untuk bangga-banggain diri kamu sendiri kan kalo kamu yang pertama kali menang. Gitu?” Tanyaku.

“Ko, memang awalnya aku mikir gitu. Tapi setelah itu, yah aku ngerasa kok kalo kompetisi itu nggak berarti. Apa yang kudapetin waktu itu sama koko, jauh lebih besar dibandingkan menang kompetisi itu.” Kata Martha.

“Vil, kayanya aku ngerti nih kenapa kamu tiba-tiba bisa muncul di bandara dan nemenin aku ke Palembang waktu itu. Jangan-jangan...” Kataku.

Villy hanya diam saja dan menunduk.

“Jangan-jangan, kamu minta sama kantor, dengan dalih mao nemenin aku. Padahal, kamu juga nggak mao kalah sama kompetisi itu kan?” Tanyaku.

“... Iya. Bener itu, ko.” Kata Villy.

“Dan penjelasan kamu, sama kaya Martha?” Tanyaku.

“... Iya, sama.” Kata Villy.

“Terus, apakah kamu nyesel?” Tanyaku.

“Satu-satunya yang bikin aku nyesel adalah, aku setuju terhadap kompetisi yang kita berlima adakan itu.” Kata Villy.

“Sisanya?” Tanyaku.

“Sama sekali nggak, ko. Malah, aku merasa ditolong banget sama koko. Disaat aku ngerasa bahwa diriku nggak berharga sama sekali, koko lah yang menunjukkan bahwa aku berharga sangat tinggi di mata koko. Dan tentunya, aku juga berharap biar koko nggak benci sama aku.” Kata Villy.

“Tapi dengan kondisi begini, sudah sepantasnya lah kalo aku marah sama kalian.” Kataku.

“Oke. Kalo gitu, apa yang bisa aku lakuin biar koko paling nggak tuh nggak marah lagi sama kita?” Tanya Villy.

“Kenapa kamu ngerasa kamu perlu ngelakuin sesuatu? Kamu paling nggak udah keluar sebagai juara dua kan?” Tanyaku.

“Juara satu, dua, atau berapapun udah nggak penting lagi buatku, ko. Satu fakta yang emang udah terbukti bener adalah, bahwa koko tuh udah nolongin aku dari rasa bersalah dan inferiority complex yang aku punyain. Dan sekarang, kalo emang koko tuh marah ama kita, paling nggak aku pengen nolongin koko biar nggak mendem rasa marah di hati. Aku nggak minta biar koko tuh suka sama aku, tapi paling nggak jangan marah sama aku.” Kata Villy.

“Hmmm, kenapa mesti jangan marah sama kamu?” Tanyaku.

“Ko, aku juga pernah mendem rasa marah di hati sama seseorang. Dan aku tahu rasanya tuh nggak enak banget. Mumpung koko udah nolongin aku, kali ini gantian aku yang nolongin koko yah.” Kata Villy.

“Oke. Aku tanya dulu, yang bikin ide kompetisi ini tuh siapa? Aku tahu bukan Senja.” Kataku.

“Ng... itu...” Kata Martha.

“Itu siapa?” Tanyaku.

“Aku, ko.” Kata Villy.

“Bener?” Tanyaku.

“Iya, beneran kok, ko. Aku.” Kata Villy.

“Nggak, ko. Aku kok yang mulai.” Kata Martha.

“Udah, tha, lu diem aja.” Kata Villy.

“Udah-udah, stop! Sekarang jujur, siapa yang mulai duluan?” Tanyaku.

“Aku kok, ko.” Kata Martha.

“Tha.” Kata Villy.

“Udah lah, cukup, Vil. Selama ini selalu lu yang nanggung kesalahan kita-kita, selalu lu yang mimpin kita dengan selalu nanggung semua kesalahan kita. Kali ini gantian lah, sekali-sekali istirahat. Biar gua kali ini yang nanggung kesalahan gua.” Kata Martha.

“Oke, jadi kamu ya Tha?” Tanyaku.

“Iya, ko.” Kata Martha.

“Bener begitu, Vil?” Tanyaku.

Villy pun tidak menjawab. Akan tetapi, tidak lama kemudian, ia menganggukkan kepalanya dengan ragu-ragu.

“Oke, makasih buat kejujurannya.” Kataku.

“Ko, aku siap kok nanggung akibatnya.” Kata Martha.

“Apapun itu yang aku minta?” Tanyaku.

Martha menganggukkan kepalanya dengan yakin.

“Oke. Tapi in case kalian khawatir, aku ga marah sama sekali kok.” Kataku.

Mendengar hal itu, Villy dan Martha sama-sama kebingungan. Mereka saling lirik-lirikan satu sama lain, tetapi kemudian pandangan mereka beralih menuju kepadaku. Mereka pun masih bingung dengan apa yang mereka dengar.

“Hmmm, nggak marah. Tapi kenapa, ko?” Tanya Villy.

“Ga ada tapinya kok. Emang kedengerannya tuh kaya ada tapinya yah?” Tanyaku.

“Hmmm, nggak sih ko.” Kata Villy.

“Yaudah.” Kataku.

“Kenapa koko bisa nggak marah?” Tanya Martha.

“Kenapa aku mesti marah?” Tanyaku.

“Yah jelas harusnya marah. Afterall, kita mainin koko gitu.” Kata Martha.

“Oke. Aku tanya nih sama kalian. Meskipun kalian berhasil “mainin” aku, kalian mau lagi nggak “mainin” aku lagi?” Tanyaku.

Martha dan Villy sama-sama bingung mendengar pertanyaanku.

“Bukan, mungkin salah. Maksudku, kalian mau lagi nggak berhubungan seks sama aku?” Tanyaku.

Martha dan Villy sama-sama bingung kembali. Akan tetapi, kemudian Villy pun buka mulut.

“Ngg... jujur sih ya ko, kalo aku sih mau. Tapi sama koko ya, jangan sama yang lain.” Kata Villy.

“Iya, ko... a... aku juga sama kaya Villy. Mau kok.” Kata Martha.

“Oke. Bagus, paling nggak jawaban kalian memenuhi ekspektasi aku.” Kataku.

“Hmmm, maksudnya, ko?” Tanya Villy dengan penuh kebingungan.

“Oke, satu-satu ya. Pertama, kita bahas masalah “mainin”, yaitu kompetisi yang kalian buat antara kalian berlima itu. So, gambaran besar dari kompetisi kalian itu adalah, siapa yang dulu-duluan bisa berhubungan seks sama aku, betul?” Tanyaku.

Martha dan Villy sama-sama mengangukkan kepala, masih dengan ekspresi yang heran.

“Yah, sekarang sih gini aja. Ini maaf ya aku blak-blakan. Aku ini laki-laki, dan laki-laki yang cukup normal. Dimana cukup normalnya? Cuma satu, yaitu butuh seks dengan wanita. Kalian berlima... maaf nih... Seksi-seksi dan cantik-cantik. Terbukti dari spec body kalian yang paling ga aku udah pernah lihat tiga dari kalian berlima itu telanjang, dan tiga-tiganya punya body bagus. Kalian bikin kompetisi siapa yang dulu-duluan bisa berhubungan seks denganku, ayo aja. Aku layanin kapan pun. Mungkin terlihat harga diriku begitu dibikin rendah ya ama kalian. Tapi siapa yang peduli? Aku berpikiran bahwa harga diriku itu cuma untuk kebanggaan diriku sendiri, dan bukan untuk memuaskan dahaga mata dan perasaan orang lain. So, mungkin orang lain lihat harga diriku rendah. Tapi, masa bodoh pendapat orang-orang mah. Yang penting bisa berhubungan seks dengan wanita seksi dan cantik macam kalian. Maaf nih... tapi aku mah seneng banget.” Kataku.

Villy dan Martha hanya melongok mendengar pernyataanku yang begitu blak-blakan.

“Itu yang pertama. Ini yang kedua, dan yang lebih penting. Menurutku, hubungan seks itu ga hanya memuaskan batang kontol aja, paling nggak itu yang aku pikirin, ga tau gimana yang kalian pikirin. Dengan berhubungan seks ama kalian berdua, aku ngerasa seolah-olah itu bisa menyelam masuk ke dalam pikiran dan hati kalian. Disitu, aku ngerasain kok dari kalian berdua, adanya perasaan membutuhkan dan perasaan bahagia, hmmm mungkin itu yang namanya perasaan sayang dan cinta. Aku sama-sama menikmati sinkron perasaan diantara kalian, dan aku tahu kalian juga tidak mengincar kepuasan birahi semata, tapi juga ada yang lain. Sama halnya sepertiku. Jujur aja ya, aku juga merasa ada sesuatu yang lain pada saat berhubungan seks sama kamu berdua. Bukan hanya kepuasan birahi semata, tapi juga ada perasaan indah lain yang aku juga nggak bisa lukisin. Sekarang aku tanya, apa aku salah bahwa kalian juga merasakan itu pada saat kita berhubungan seks?” Tanyaku.

“Iya, ko. Aku juga ngerasain kok. Aku begitu seneng begitu kita tuh saling berusaha sama-sama buat memberi kepuasan satu sama lain. Terus, aku paling seneng begitu lihat koko kelepek-kelepek pas ngecrot. Entah kenapa, aku seneng aja. Bukan cuma kepuasan birahi, tapi kaya apa yah.” Kata Martha.

“Nah itu, susah yah dijelasin pake kata-kata.” Kataku.

“Hmmm, mungkin perasaan ingin memberikan yang terbaik kepada lawan main kita.” Kata Villy.

“Nah itu dia!!!” Kataku dan Martha secara bersamaan.

“Ya ampuuun. Ternyata kita semua merasakan hal yang sama yah?” Kata Villy.

“Nah itu dia. Terus yang ketiga, ini hal yang paling penting buatku. Kalau ternyata hubungan seks aku dengan kalian berdua mungkin memulai atau menjadi pemicu kalian selamat dari masalah kalian, yah jujur aja, aku sangat seneng.” Kataku.

Mendengar hal itu, Villy dan Martha menjadi lega. Sepertinya mereka sangat lega, seolah-olah beban yang sangat berat itu terlepas dari mereka.

“Makasih ya, ko. Koko emang paling the best.” Kata Martha.

“Iya, belum lagi nolongin aku dari masalahku sendiri, sekarang ternyata koko juga yang bikin kita lega. Makasih ya, ko.” Kata Villy.

“Yaudah, sekarang kita udah ga ada apa-apa lagi dong. Yuk saatnya kita makan.” Kataku bertepatan dengan makanan yang dibawakan oleh waiter.

“Iya, ko.” Kata Martha.

“Tapi, ko. Jujur lho aku masih ngerasa nggak enak ama koko.” Kata Villy.

“Udah, santai aja. Aku juga ga mikir gimana gitu kok.” Kataku sambil mulai makan.

“Yah, tapi aku sih masih ngerasa bersalah ama koko.” Kata Villy.

Hmmmm. Oke. Aku segera mengeluarkan smartphone-ku, kemudian aku mulai melakukan browsing internet. Tidak lama kemudian, aku menemukan gambar yang kucari. Kemudian, aku menyerahkan smartphone-ku pada Villy. Villy pun mangambil smartphone-ku dan melihat smartphone-ku.

“Gini aja. Aku dari dulu kepengen banget nyobain snack potato chip itu. Kamu bisa nemuin itu di fudhol di mall. Harganya mahal, 98.000an kalo di fudhol. Kamu beliin itu aja buat aku, terus kita impas deh. Gimana?” Tanyaku.

“Serius ko ini doang yang koko mao?” Tanya Villy.

“Kalo kamu emang susah ngelepasin perasaan bersalah kamu, udah lakuin itu aja. Tapi kalo kamu udah bisa ngelupain rasa bersalah kamu sama aku, ga usah lakuin itu. Udah ya. Selesai ya. Yuk ah makan. Makanan disini enak, jangan ganggu aku lagi pake hal yang nggak penting.” Kataku sambil melanjutkan makan.

“Ko.” Kata Villy.

“Apa lagi?” Tanyaku.

“Makasih ya, ko. Koko tuh baek banget deh.” Kata Villy dengan mata yang berkaca-kaca.

“Udah ga usah nangis, tar makanannya ga enak loh.” Kataku.

“Tapi, ini aku nangis bahagia banget kok.” Kata Villy.

“Hmmm, terserah deh kalo gitu.” Kataku.

Akhirnya, kami pun bisa makan dengan tenang, walaupun sesekali terdengar isakan tangis dari Villy. Tapi, ya kupikir tidak apa-apa jika orang ingin mengekspresikan kebahagiannya dengan sebuah tangisan. Apalagi dari dulu, Villy itu selalu menjadi sosok pemimpin yang mengayomi mereka berlima. Mungkin ada kalanya dia perlu melakukan hal-hal semacam ini. Setelah selesai makan, aku pun segera membayar makanan dengan uang kantor. Eits, bukannya aku korupsi atau semacamnya ya, tapi memang kantor kami memberikan uang makan yang terpisah dari gaji bulanan kami.

Setelah selesai, Villy dan Martha pergi ke WC sebentar. Setelah mereka kembali dari WC, kami sama-sama menuju parkiran mobil.

“Ko Jay. Kan Villy udah mao bayar nih atas rasa bersalahnya. Nah kali ini giliran aku nih.” Kata Martha.

“Aduuhh, ngapain sih kamu pake ikut-ikutan segala? Udah clear kan? Aku maafin kamu semua. Udah ya.” Kataku.

“Ah, Villy dikasih kesempatan untuk melakukan sesuatu buat koko. Masa aku nggak sih? Aku juga pengen melakukan sesuatu buat koko.” Kata Martha.

“Halaaahh. Yaudah bentar-bentar deh.” Kataku sambil mengeluarkan smartphone-ku lagi.

“Eh, ko. Boleh nggak kalo aku yang ngajuin caranya?” Tanya Martha.

“Udahlah, aku aja. Syarat dariku gampang kok.” Kataku.

“Udah, denger dulu aja ko. Secara koko bilang kan kita cantik-cantik dan seksi-seksi. Harusnya koko setuju sama cara yang aku ajuin.” Kata Martha.

“Hadeeehh. Oke. Gimana?” Tanyaku.

“Ko. Hmmm, kita threesome yuk. Koko sama aku sama Villy.” Kata Martha.

DUEERR!!! Hah? Aku tidak salah dengar?

“Hah? Threesome apaan?” Tanyaku untuk memastikan.

“Threesome apaan lagi ko? Emang threesome ada arti lainnya?” Tanya Villy.

“Hmmmm, ini kalian sehat semua?” Tanyaku.

“Iya, kita sehat.” Kata Martha sambil tersenyum.

Anjrit. Martha dan Villy. Siapa yang bisa menolak dari ajakan menggiurkan seperti itu? Maaf-maaf saja ya, aku sih tidak munafik, aku memang suka dengan seks, secara aku laki-laki. Martha dan Villy itu jelas oke banget di ranjang. Aku sendiri sudah pernah membuktikannya dengan tubuhku sendiri. Nah loh kali ini mereka berdua secara langsung.

“Udaah. Mao yah, ko.” Kata Villy.

“Aku sih mao-mao aja, tapi...” Kataku.

“Oke, koko udah mau. Clear! Udah ya. Yuk kita balik kantor.” Kata Martha sambil berjalan.

“Eh, ngebales nih ceritanya.” Kataku sambil tersenyum.

“Hehehe.” Kata Villy sambil juga berjalan.

Aku pun mengikuti mereka berjalan hendak kembali ke kantor. Aduuh, sial. Rasanya aku belum bisa kembali ke kantor.

“Martha, Villy.” Kataku dengan serius.

Mendengar panggilanku, Martha dan Villy langsung menengok kearahku. Sepertinya mereka menyadari keseriusan nada bicaraku sehingga mereka menghentikan langkah kaki mereka.

“Kalian balik duluan ke kantor. Aku masih ada perlu.” Kataku.

“Eh, mao ngapain ko? Kita temenin juga nggak apa-apa kok.” Kata Martha.

“Udah, kalian balik dulu aja ke kantor. Aku sendiri aja.” Kataku.

Martha dan Villy hanya menatapku dengan serius.

“Oke, ko. Tha, yuk balik duluan.” Kata Villy sambil mengajak Martha.

“Oke. Ko, hati-hati ya.” Kata Martha.

Setelah itu, mereka berdua kembali ke mobil. Setelah mereka berdua pergi, aku pun masih berdiri di tempat itu. Disini adalah parkiran mobil yang letaknya di area terbuka. Kemudian, aku membalikkan badanku dan menghadap kearah suatu mobil.

“Oke, kayanya lo semua ada perlu sama gua. Silakan keluar, jangan malu-malu.” Kataku.

Setelah aku mengatakan itu, ada sekitar enam sampai tujuh orang keluar dari persembunyiannya di balik mobil-mobil itu. Mereka semua bertubuh kekar. Tidak hanya itu, mereka juga dipenuhi dengan aura membunuh yang sangat tinggi. Aku tahu bahwa mereka adalah sekumpulan preman atau tukang pukul. Akan tetapi, aku bisa mengetahui dengan pasti bahwa mereka itu sangat berbeda dari preman-preman yang disewa oleh mantan pacarnya Martha, yang aku lupa siapa namanya itu.

“Lo semua ada perlu sama gua?” Tanyaku.

“Kita gak punya dendem sama lu. Tapi maaf, bos kita nyuruh untuk ngasih lu pelajaran.” Kata salah satu dari orang-orang itu yang sepertinya adalah pemimpin mereka.

“Hooo.” Kataku sambil mengeluarkan kedua tanganku dari kedua saku celanaku.

“Yah, silakan aja.” Kataku.

BERSAMBUNG KE EPISODE-21
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd