Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

EPISODE 48 : Jay’s Dilemma

“Wah, makasih banyak ya semuanya. Sampe repot-repot berkunjung.” Kataku.

“Abis ada yang ngomong dengan gaya sok jagoan “Besok, ga ada lagi ya yang ga keliatan di kantor.”. Eh nggak taunya yang ngomong malah nggak keliatan di kantor.” Kata Valensia.

“Sial lo, Val. Sekali-kali bela gua napa?” Kataku.

Yah, disinilah, di kamar dan rumahku tercinta ini, aku harus terbaring memulihkan tubuhku akibat pertarungan dengan Aryo. Kata dokter sih kondisiku tidak apa-apa, hanya memar disana-sini, baik luar maupun dalam. Dipikir-pikir aneh juga sih, padahal aku mendapatkan luka dalam yang betul-betul parah. Mungkin seharusnya aku sudah dioperasi karena beberapa organ dalamku mengalami luka yang cukup parah. Apakah ini semua karena penyembuhan tenaga ki yang sempat dilakukan Bu Novi? Jika iya, maka tenaga ki ini pastilah sesuatu yang sangat hebat. Entah kapan aku betul-betul bisa menguasainya dengan sempurna.

“Ko Jay, aaahhhh...” Kata Senja sambil memberikan sendok berisi makanan ke mulutku.

“Aaahhhh...” Kataku sambil membuka mulut.

Kemudian, Senja pun menyuapkan makanan yang sudah disendoknya ke mulutku. Woow, rasanya enak sekali.

“Enak banget... Beli dimana nih?” Tanyaku.

“Hehehehe... Aku yang masak, ko.” Kata Martha.

“Weeeh, kamu jago masak toh.” Kataku.

“Sen, gantian. Gw juga pengen nyuapin Ko Jay.” Kata Villy.

“Nggak bisa. Gw duluan.” Kata Senja.

“Gantian dong, Sen.” Kata Martha.

“Kan gw yang bukain dan siapin semuanya.” Kata Senja.

“Gw yang masak.” Kata Martha.

“Gw yang nyaranin biar kita kesini.” Kata Villy.

Haduh, disaat begini, malah mereka berantem masalah ini. Inilah wanita, susah ditebak. Kemudian, aku lihat Devina mengambil piring makan dan juga sendoknya dari Senja, kemudian langsung menyuapi makanan ke mulutku dengan paksa. Gila, tidak ada lembut-lembutnya sama sekali, aku hampir saja keselek.

“Lu pada malah berantem kaga penting gini. Lu pada berantem, nanti si Ko Jay telat makan gara-gara lu berantem nggak selesai-selesai. Vil, biasanya lu yang paling tenang dan kepala dingin diantara kita semua. Sekarang lu malah kebawa suasana dan ikutan berantem. Gimana sih?” Tanya Devina.

“Eh... iya, lu bener. Sorry, Dev.” Kata Villy.

“Sorry.” Kata Martha.

“Sorry.” Kata Senja sambil nunduk.

“Aduh, ini suasana udah kaya dulu aja ya. Seneng nih aku liatnya.” Kataku.

“Maksudnya?” Tanya Devina.

“Iya. Biasa kan paling ribut itu Martha ama Senja. Abis itu yang nenangin tuh biasanya sih Villy. Ato kalo Villy ikut-ikutan, ya Devina yang nenangin. Sementara kalian semua ribut, ada satu orang yang kerjaannya bengong dan asik dengan dunianya sendiri. Terus nanti kalo udah selesai semuanya. Baru deh dia nanya,”eh ada apaan sih ribut-ribut?” “Kataku.

“Eeehh... Betul juga ya.” Kata Villy sambil tersenyum.

“Merhatiin aja si koko.” Kata Devina.

Martha dan Senja hanya tertawa tersipu-sipu.

“Yah tapi bagus. Artinya, kita udah kembali ke kondisi semula walaupun kemarin kita sempet kepecah-pecah. Betul kan?” Kataku.

Keempatnya hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Semuanya berkat koko, makasih koko.” Kata Villy sambil mencium keningku.

“Sama-sama, Vil.” Kataku.

Kemudian, aku memberikan aba-aba menghitung dengan jari tanganku. Satu... Mereka berempat tampak bingung dengan apa yang aku lakukan. Dua... Tiga...

“Eh. Tadi ada ribut-ribut apaan sih?” Tanya Valensia.

Seketika itu juga, kami berlima langsung tertawa dengan kencang. Sementara, Valensia hanya bingung mengapa kami tertawa begitu lepas.

“Ko.” Kata Devina.

“Hmm? Kenapa Dev?” Tanyaku.

“Papaku, udah ngomong semuanya ya ama koko?” Tanya Devina.

Aku hanya mengangguk pelan.

“Makasih, ko. Koko udah mao nyanggupin permintaan papaku.” Kata Devina.

“Yaah, ga apa-apa Dev. Aku lihat juga kayanya emang keinginan papa kamu dari awal tuh nyari penerus ya? Tapi, kenapa dia ga warisin ke kamu, Dev?” Tanyaku.

“Sebetulnya sih penerus sahnya itu aku, ko. Tapi yah karena satu dan lain hal, papa akhirnya jadi pertimbangin lagi.” Kata Devina.

“Satu dan lain hal, Dev? Kayanya satu hal aja deh.” Kata Villy sambil mencolek Devina dengan penuh maksud.

“Dua kok, Vil. Yeeee...” Kata Devina sambil tersenyum.

“Terus, yang gw bingung, kok Ko Jay sama Valensia sampe ketarik-tarik sih?” Tanya Senja.

“Itu sebetulnya si Arvin punya ambisi. Dia mao pake virus itu buat keuntungan dia sendiri. Cecunguk gitu, tapi ambisinya gede banget. Awal mulanya mah, papaku cuma pengen ketemu ama Ko Jay, yah sekalian ngetes-ngetes sih. Cuma yah ditambah polemik Arvin, kasusnya jadi ribet gini deh. Bahkan sampe-sampe markas utama Naga Emas Hijau hancur coba. Martha, mantan lu tuh...” Kata Devina.

“Jah. Kan mantan. Udah nggak ada hubungannya lagi donggg...” Kata Martha.

“Iya, gw becanda doang kok, Tha.” Kata Devina sambil tersenyum.

“Intinya, karena Arvin manas-manasin bokap gw, bokap gw jadi kepancing. Yah kepancing dalam artian penasaran sih, bukannya jadi ngikutin Arvin. Gw juga baru tau hal itu belakangan. Sebelomnya mah gw nggak tau. Gw kira bokap gw beneran ngincer Ko Jay ama Valensia.” Kata Devina.

“Iya, nggak apa-apa, Dev. Yang penting kita tau kalo kamu ga pernah bermaksud jahat.” Kataku.

“Iye, nggak maksud jahat. Cuma ngejadiin gw tumbal biar Ko Jay selamat.” Kata Valensia.

“Aduh, Val. Sorry banget ya...” Kata Devina sambil menunduk.

“Udaah, Dev... Kan waktu itu gw udah bilang ama lu. Nggak apa-apa kok kalo buat nyelamatin nih orang mah. Gw rela-rela aja.” Kata Valensia sambil menepuk pundak Devina.

“Iya, Dev. Val gini... nyawanya seratus.” Kataku.

“Iya lah. Emang lu, ko. Satu nyawa aja nggak punya.” Kata Valensia.

“Iya sih. Satu nyawa ga punya, tapi dipuji-puji paling ganteng, paling keren, paling lo sayang, dan minta tolong ke gua untuk selamatin lo.” Kataku.

“Eeehhh... Ituu...” Kata Valensia sambil membuang muka.

“Iya, Val. Gw akuin dah, lu waktu teriak gitu ke Ko Jay, lu tuh feminim abis. Kaya bukan lu dah.” Kata Martha sambil tertawa.

“Iya, Val. Gw sampe terharu lho.” Kata Senja.

“Emang sih, di sisi wanita paling tomboy sekalipun, pasti tersembunyi sisi yang paling lembut dan feminim. Ihiiwwww....” Kata Villy sambil mencolek Valensia.

“Itu sih belom seberapa.” Kata Devina.

“Oh. Belom seberapa gimana, Dev?” Tanyaku.

“Beehh... Koko bayangin deh. Val yang kita tahu kaya gini, terus didepanku ngomong “Lu bilang gw itu tumbal untuk nyelamatin Ko Jay... It’s ok, Dev. Malah, gw lebih dari sekedar bersedia untuk jadi tumbal ngegantiin dia. So, Dev... makasih banget, makasih banget lu udah nyelamatin Ko Jay. Kalo masalah apa yang terjadi ama gw, itu nggak seberapa buat gw.”. Gileee, feminim dan keibuan abiissss.” Kata Devina.

“Seriuusss...?” Tanya Martha dengan penuh tidak percaya.

“Udeh-udeh lu pada. Kenapa jadi nyerang gw sih?” Tanya Valensia.

“Yah abis, kapan lagi Val kita bisa nge-bully lo.” Kataku.

Yang lain pun ikut tertawa terbahak-bahak karena ucapanku. Yaah, inilah indahnya kehidupan bersama mereka. Seolah-olah, semuanya sudah pulih dari permasalahan hidup mereka masing-masing. Terpancar di wajah mereka berlima bahwa mereka begitu emnikmati hidup. Syukurlah.

“Udah-udah! Pulang pada semua! Ko Jay mao istirahat!!” Kata Valensia.

“Yah, Val. Lu mah...” Kata Villy.

“Lha? Kenapa? Bener kan kata-kata gw?” Tanya Valensia.

“Kata-katanya Villy emang bener, Val. Tapi maksud Villy tuh, lu feminim lah mulai dari sekarang. Bilang kaya gini,”Udah ya kita pulang aja sekarang. Koko yang aku sayang banget mao istirahat biar cepet sembuh.” “Kata Martha sambil tertawa meledek.

“Hoeekk...” Kata Valensia.

“Oh gitu, Val. Jadi cuma waktu itu doang nih? Sekarang lo udah ga sayang sama gua?” Tanyaku.

“Eehh... yaa... itu....” Kata Valensia dengan gelagapan.

“Oh, udah ga. Yaudah gpp sih. Hak lo kok mao suka ato ga suka ama siapapun.” Kataku.

“Bukan gitu koo...” Kata Valensia.

“Lah, jadi gimana?” Tanyaku.

“Yaaaa....” Kata Valensia sambil celingak-celinguk ke kiri dan kanan melihat teman-temannya.

“Val, gw liat loh si Ko Jay pas lu ngucapin kata-kata yang mengharukan itu pas di markasnya Devina kemaren. Kayanya dia tersentuh banget sama kata-kata lu. Lu ngomong lah sekali atau dua kali lagi, pasti Ko Jay seneng.” Kata Senja sambil senyum-senyum licik.

“Lu pada kok reseh banget sih? Bukannya belain gw...” Kata Valensia.

“Kita sih sebetulnya belain lu, Val. Yah tapi susah sih, namanya orang berpikiran negatif mah susah ya liat niat baik orang.” Kata Devina.

“HAHAHAHAHAHA” Kita semua pun tertawa terbahak-bahak.

Memang tertawa lepas seperti ini bagus sekali. Efeknya pun juga seolah-olah tubuhku semakin baik rasanya. Mungkin pernyataan bahwa “kebahagiaan dan rasa senang adalah obat terbesar dalam suatu penyakit” itu benar.

“Yaudah deh, kayanya si Ko Jay juga butuh istirahat. Kita pulang deh ya, ko.” Kata Villy.

“Yah, kok pulang? Aku sendirian nih.” Kataku dengan manja.

“Et dah, sejak kapan lu jadi manja gini, ko?” Kata Valensia.

“Sejak kata-kata lo yang mengharukan banget itu, Val.” Kataku.

“WAHAHAHAHAHAHAHA.” Kita semua kembali tertawa lepas.

Valensia pun hanya tersenyum kesal. Wah aku betul-betul puas. Kapan lagi aku bisa lihat Valensia terpojok begini.

“Udah ah! Gw disini kena bully mulu! Gw pulang duluan!” Kata Valensia sambil berjalan keluar pintu kamarku.

“Val.” Kataku.

“Hmm?” Kata Valensia sambil menoleh.

“See you.” Kataku.

Valensia pun hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Kemudian ia pun pergi.

“Yaudah deh, ko. Kita pulang juga ya. Koko banyak-banyak istirahat, biar cepet sembuh.” Kata Senja.

“Iya, Sen. Nanti kita ke dufan lagi ya.” Kataku.

Senja hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Uuhh, imutnya...

“Bye-bye, ko.” Kata Martha.

Martha, Villy, dan Devina pun berjalan keluar kamar.

“Ah, Dev.” Kataku.

“Yes?” Kata Devina.

“Kamu mao ga disini dulu? Ada yang mao aku bicarain sama kamu.” Kataku.

“Oh oke, ko. Lu pada duluan aja deh ya.” Kata Devina.

“Oke. Bye-bye, ko. Bye-bye, Dev.” Kata Villy.

Kemudian, Martha dan Villy pun berjalan keluar kamarku. Sepertinya mereka semua sudah pulang dari rumahku. Sekarang, tinggal aku dan Devina berdua.

“Dev, kira-kira apa sih motif papa kamu ngewarisin jabatan ketua ke aku?” Tanyaku.

“Lho, kok tanya aku, ko? Bukannya koko sebelumnya minta restu sama papaku untuk ngejadiin aku calon kandidat istri koko?” Tanya Devina.

“Iya aku paham sampe sejauh itu. Tapi, kenapa papa kamu setuju ya?” Tanyaku.

“Wah, kalo itu sih cuma papa yang tahu. Nggak ada yang bisa nebak isi pikiran papa, termasuk aku.” Kata Devina.

“Hmmm, begitu ya...” Kataku.

“Sekarang, gantian aku yang tanya boleh ko?” Tanya Devina.

“Oh, boleh, Dev. Kenapa tuh?” Tanyaku.

“Hmmm, koko kenapa mao ngejadiin aku kandidat istri koko?” Tanya Devina.

“Maaf, Dev. Aku tanya balik. Kamu sayang kan sama aku?” Tanyaku.

“Eeh? Hmmm...” Kata Devina sambil memalingkan matanya dari arahku.

“Udah, iya aja. Biar cepet. Oke?” Kataku.

“Yaaa... Kok gitu, ko?” Tanya Devina.

“Oke, artinya iya. Yaah sekarang gini aja, Dev. Aku percaya sama empat temen kamu itu, bahwa mereka berempat itu menurutku sangat spesial. Orang spesial seperti mereka, ga mungkin lah salah pilih temen. Yang artinya, kamu pun juga aku yakin spesial seperti mereka.” Kataku.

“Yeee, si koko. Aku belom bilang iya juga. Tapi yaudah anggep aja iya ya, hehehe. Hmmm, cuma berdasarkan itu, ko?” Tanya Devina.

“Menurutku sih, itu ga bisa dikategorikan sebagai “cuma” yah. Menurutku, itu value-nya sangat tinggi. Sekarang gini aja, pria mana yang ga mau sama wanita yang spesial? Kalaupun ada pria seperti itu, intinya aku sih ga akan nolak dikasih wanita yang spesial. Ditambah lagi...” Kataku.

Aku pun terdiam sebentar.

“Ditambah lagi apa, ko?” Tanya Devina.

“Ditambah lagi... Kamu itu seksi dan cantik, Dev. Sorry, seksi poll dan cantik poll. Yaah, meskipun jika, ini meskipun lho ya, ditambah jika juga. Meskipun jika hatiku sebetulnya nggak ada perasaan sama kamu, tapi maaf-maaf pikiran sama tubuhku ada perasaan sama kamu, Dev.” Kataku sambil senyum-senyum.

“Hahahahaha. Koko mah emang gila. Unik, lugas, dan sangat obyektif. Masih sama kaya dulu, nggak berubah sedikitpun.” Kata Devina.

“Yaah, aku emang orangnya kaya gitu sih, ceplas-ceplos.” Kataku.

“Tapi mungkin itu yang ngebuat kita berlima tuh jadi penasaran ama koko.” Kata Devina.

“Penasaran... ato sayang nih?” Tanyaku sambil menggoda.

“Eehh, koko mah...” Kata Devina.

“Yaudah sih, toh kita tinggal berdua gini.” Kataku.

“Iya sih.” Kata Devina.

“Jadi?” Tanyaku.

“Kalo aku sih jujur, ko. Sayang.” Kata Devina.

“Yaah, perasaanku sih ke kamu sama Dev kaya ke yang lain.” Kataku.

“Ko, misalkan koko disuruh milih antara kita berlima, apa koko udah punya jawaban sendiri?” Tanya Devina.

DEGG! Lagi-lagi pertanyaan yang sangat sulit itu. Jujur saja, aku belum punya jawaban masalah itu, dan aku merasa tidak akan mendapatkan jawaban dalam waktu dekat ini. Aku pun hanya menggeleng. Devina pun hanya tersenyum memahaminya.

“Oke, ko. Ada lagi yang mao ditanya?” Tanya Devina.

“Ada sih, Dev. Resepnya biar seseksi kamu tuh apa sih?” Tanyaku.

Mendengar hal itu, Devina hanya tertawa geli.

“Koko mao lihat seberapa seksinya aku?” Tanya Devina.

“Emang kamu serius mao nunjukkin ke aku?” Tanyaku.

For you, why not? (Untuk koko, kenapa nggak?)” Kata Devina.

“Tawaran bagus sih, Dev. Tapi biar aku tunggu aja. Aku cuma boleh ngeliat setelah aku nikahin kamu.” Kataku.

“Kalo koko nggak milih aku gimana?” Tanya Devina.

“Yaah, sial juga sih. Tapi yaah, udah resiko, Dev.” Kataku.

“Hmmm. Jawaban yang bagus.” Kata Devina.

“Makasih, Dev.” Kataku.

“Oke deh, ko. Istirahat yang banyak biar cepet sembuh dan cepet masuk kantor.” Kata Devina.

“Yap. Makasih, Dev.” Kataku.

Kemudian, Devina langsung memajukan kepalanya dan mencium bibirku. Ia mencium bibirku begitu lembut. Permainan bibir dan lidahnya begitu mantap. Berbeda sekali dengan apa yang pernah kualami selama ini. Dalam hal hubungan intim, aku sepertinya harus mengakui bahwa Devina itu lebih superior dibandingkan keempat temannya. Aku merasa aliran emosi yang terdiri dari perasaan sayang dan birahi betul-betul deras mengalir dari mulut Devina melalui mulutku, yang kemudian diteruskan ke otak, dan kemudian ke seluruh tubuhku. Aku pun mulai membelai rambutnya yang panjang dan lurus, sementara ia pun memajukan badannya dan memeluk leherku. Tidak terasa, tubuhnya sudah berada diatas tubuhku. Buah dadanya yang begitu bulat dan kenyal sudah menekan dadaku. Betul-betul padat, kenyal, dan empuk. Dari perasaan ini saja, aku sudah tahu bahwa kedua buah dadanya pastilah sangat indah, lebih indah dari milik siapapun.

Akan tetapi, tiba-tiba kesadaranku pun kembali. Aku langsung menepuk pundak Devina.

“Dev...” Kataku.

Devina pun langsung melepaskan ciumannya di bibirku.

“Oh iya, sorry, ko.” Kata Devina sambil bangkit berdiri.

“Yaudah, ko. Cepet sembuh ya.” Kata Devina sambil mencium keningku.

“Bye, Dev.” Kataku.

Devina pun keluar dari kamarku. Aku tidak mengantarnya keluar rumah karena aku harus beristirahat. Sampai malam, aku terus berpikir. Jika aku harus memilih diantara mereka berlima, siapakah yang harus kupilih? Apakah Senja yang begitu tulus dan imut? Villy dengan jiwa leadership dan perhatiannya yang begitu besar? Valensia yang begitu cocok dan sepikiran denganku? Martha yang begitu manis dan begitu melengkapiku? Atau Devina yang begitu tegas dan seksi? Haah, jawaban yang sangat sulit. Malaikat yang paling sempurna diantara kelima malaikat... Siapakah engkau?

Keesokan harinya, aku memaksakan diriku untuk masuk kantor. Tubuhku masih sakit sedikit, tapi sepertinya aku bisa. Sesampainya di kantor, semua orang langsung heran melihatku, seperti melihat setan saja. Aku hanya berjalan dengan sok cool menuju meja kerjaku. BUUKKK!!! Tiba-tiba ada yang menepuk punggungku dengan begitu keras. Aku langsung menoleh kebelakang untuk melihat siapa pelakunya.

“Kalo tetep bisa berdiri, artinya kamu udah lumayan sembuh. Hebat juga ya, kamu.” Kata Pak Jent.

“Oohh, Pak Jent. Yaah, abisnya di rumah juga pusing, pak. Mending masuk kantor.” Kataku.

“Pusing milih siapa ya diantara mereka berlima?” Kata Pak Jent dengan senyum penuh maksud.

“Hhhhh... Iya nih, pak.” Kataku.

“Udaah, kamu mah enak, langsung didatengin lima orang gitu. Tinggal comot satu deh.” Kata Pak Jent.

“Ga semudah itu, pak.” Kataku.

“Iya, aku paham kok. Intinya, Jay. Pilihlah yang terbaik buat kamu, dan juga buat dia.” Kata Pak Jent.

“Oke, pak.” Kataku.

Aku pun langsung duduk di mejaku, dan kemudian aku merenung cukup lama.

“Lho, koko udah sembuh?” Tanya Martha.

Perkataan Martha itu langsung membuyarkan lamunanku.

“Eh, iya, Tha.” Kataku.

“Oohh, sip deh, ko.” Kata Martha sambil duduk di meja kerjanya.

Haah, kenapa aku jadi pusing begini ya? Padahal sebelumnya aku enjoy-enjoy saja dengan mereka. Aku lihat, malaikat-malaikat itu pun mulai berdatangan. Kami sempat bertegur sapa sebentar, tapi kemudian aku melamun kembali. Sial, ternyata kerja pun malah jadi tidak bisa konsentrasi. Kupikir dengan bekerja, aku paling tidak bisa kabur dari pikiran ini untuk sementara waktu. Akan tetapi, ternyata pikiran itu betul-betul mendominasi, sampai kerja pun tidak fokus.

Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke pantry dan membuat kopi. Setelah kopinya jadi, aku langsung menyeruputnya.

“Weh, udah sembuh nih?” Tanya Ci Diana.

“Oh, lo ci. Lo juga udah sembuh?” Tanyaku.

“Yaah, kira-kira sama kaya lu. Bosen gw di rumah. Oh iya, Jay. Ke ruangan gw yuk.” Kata Ci Diana.

“Boleh, ci. Yuk.” Kataku.

Aku pun mengikuti Ci Diana sampai ke ruangannya. Sesampainya di meja kerjanya, aku langsung duduk meskipun dia tidak mempersilakanku. Dia pun juga duduk di mejanya. Kami saling berhadapan.

“Jay, mereka minta gw untuk ngasih ini ke lu. Jangan berprasangka buruk, mereka cuma pengen lu ngedapetin ini semua secara bersamaan, dan mereka sengaja nggak menyampaikan sendiri biar fair, walaupun gw nggak ngerti biar fair gimana.” Kata Ci Diana sambil menyerahkan lima amplop kepadaku.

Aku langsung mengambil lima amplop itu dan membukanya satu per satu.

“Sabtu ini, Sea World. Gw tunggu dari jam 11-18 ye... Val...”

“Ko. Kita kencan lagi yuk ke Dufan. Sabtu ini, ko. Aku nunggu di Dufan jam 11 ya. Koko nggak usah jemput, aku pergi sendiri aja. With Love, Senja.”

“Ko, sekali-kali, kita berdua kencan yuk. Kayanya jarang-jarang hehehe. Aku sih prefer tempat yang tenang. Sabtu ini ke Ecopark Ancol gimana? Koko setuju atau nggak, pokoknya aku nunggu dari jam 11. Kalo sampe jam 18 koko nggak dateng, gpp kok. Nanti aku pulang. Villy.”

“Waktu itu aku inget, koko ngajak aku ke dufan, tapi ternyata aku sama Villy nggak bisa. Sekarang, aku yakin pasti bisa, ko. Tapi, Gelanggang Samudera aja yu, ko. Aku pengen lihat lumba-lumba bareng koko. Tapi, Villy nggak bisa, ko. Jadi aku doang. Gpp kan? Koko nggak usah jemput, aku berangkat sendiri aja. Aku nunggu jam 11 ya. Koko nggak usah ngabarin bisa ato nggak. Kalo koko nggak dateng sampe jam 18, aku tau artinya koko nggak bisa. With love, Martha.”

“Koko pengen tau aku seseksi apa? Sabtu ini deh ke Atlantis, ko. Aku pake baju renang yang seksi deh wakakakaka. Becanda doang, ko. Aku emang suka main air. Kita kayanya belom pernah kencan bareng, boleh lah kita pertama kalinya kencan hehehe. Jam 11 ya, ko. With love,Devina.”

...

Damn...

Ini tidak salah dan tidak bukan. Ini adalah sinyal bahwa mereka telah mengharapkan aku memilih satu diantara mereka. Secepat inikah? Ya, kurasa memang harus secepat ini. Ditunda berlarut-larut malah tidak baik bagi kami. Huffffff!

“Good luck, Jay.” Kata Ci Diana.

“Thanks.” Kataku singkat sambil berdiri dari tempat dudukku dan meninggalkan ruang kerjanya.

BERSAMBUNG KE EPISODE-49
 
Wew,.langsung di suruh milih 5 bidadari nih....
Pasti koko jay pusing banget,, ane cuma bisa support untuk ko jay.... klo btuh bantuan panggil nama ane 99x... biar ane amanin sisa bidadarinya
 
ETdah bingung kan #team_senja
 
Daripada pusing milih jalan dg siap mendingan pilih semua
Jam 11.00 - 12.00 devina di atlantis
Jam 12.15 - 13.15 ketemu valensia di seaworld
Jam 13.30 - 14.30 ketemu senja di dufan
Jam 14.45 - 15.45 ketemu villy di ecopark
Jam 16.00 - 17.00 ketemu martha di gelanggang samudera
 
Ambil semuanya ko ... Pushing aamat, biar mereka yg putuskan ... Yg ngga mau berbagi berarti mundur ...
 
Ga perlu bingung Jay..kan masi satu kawaasan....knp ga ajak aja bareng2....towh knp juga meraka bisa ngajaknya satu kawasan????
Spwrti kata orang...makin banyak makin meriah Jay....tp dgn ttp memberikan prioritas....hehehehe
Thx por d update suhu
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd