Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 2 (racebannon)

SEASON 2 – PART 63

--------------------------------------------

sebstu10.jpg

“Kalian semua anjing” keluhku ke Arka, Jacob, Toni, Anin, Stefan dan Sena.

“Guk” balas Stefan sambil menyalakan rokoknya di teras studioku.
“Jadwal macam apa ini?” kesalku sambil menunjuk ke kertas yang baru saja di print oleh Anin.
“Jadwal manggung” jawab Jacob sambil tersenyum.

“Kenapa kalian bisa setuju-setuju aja sama Jadwal ini??”
“Kan kita deadlock terus ya, akhirnya kita nyerah kan dan kita serahkan semua penjadwalan sama Kairi….” senyum Anin.

“Hah….” aku menarik nafas panjang dan membuangnya di depan orang-orang gila ini.

“Tenang, nanti dipijetin ya?” seringai Stefan, memberi janji yang sudah pasti tak ditepati.
“Ini jadwalnya gilaaa”
“Terus mau gimana lagi dong?” tanya Anin sambil mengangkat tangannya.

“Gak bisa Ya, ini udah paling bener sih jadwalnya, jadi ya… Dari sekarang siap-siap, banyak istirahat” potong Arka.

“Siap-siap? Banyak istirahat? Minggu depan kita berangkat begooooooo… Tiga minggu tanpa bini, main double job kayak gini, oh why oh why gue terima tawaran buat bawa Quartet gue juga ke Jepang ya Allah….” kesalku.

“Lebay”
“Lebay”
“Lebay”
“Lebay”
“Lebay”

“Maaf Mas… Tapi… Lebay…” senyum Toni di penghujung rentetan lebay berjamaah itu.

“Sore…. Kopi?” mendadak Kyoko datang sambil membawa nampan berisi tujuh cangkir kopi. Perutnya sudah terlihat lebih besar daripada waktu yang lalu. Sekarang sudah masuk ke bulan ke tiga kehamilan. Dia tersenyum sambil berjalan mendekat. Para perokok buru-buru mematikan rokok mereka ketika istriku mendatangi kami.

“Waduh… Jangan repot-repot bu…” senyum Arka sambil menyambut Kyoko dan mengambilkan cangkir-cangkir tersebut untuk didistribusikan kepada kami.
“Kamu kok malah nyiapin kopi sih….” aku menatap istriku dengan tatapan sinis yang main-main.

“Hehehe” tawa Kyoko. Walaupun dia diberi libur di weekend oleh Zul, tapi tetap saja dia berusaha untuk sibuk di rumah. Dan siapa yang membantu Zul di Mitaka? Tentunya Zul bisa melakukannya sendiri, tapi Ai entah kenapa memilih menghabiskan weekend dengan menemani calon suaminya di Mitaka, daripada di rumah bersamaku. Aku bisa mengerti kenapa.

“Coba kamu liat ini” aku memanggil Kyoko sambil memperlihatkan jadwal yang dibuat oleh Kairi kepadanya. Dia duduk di sebelahku dan meneliti jadwal yang ada di meja. Dia lantas tersenyum sambil mengangguk.

Hantaman & Arya Achmad Quartet – Schedule – Winter 201X Yokohama – Tokyo - Chiba

9 Dec : Departed to Japan - Arrived at Night
10 Dec : -
11 Dec : Hantaman - F.A.D. Yokohama
12 Dec : -
13 Dec : Arya A Quartet - Body & Soul Yokohama
14 Dec : Hantaman - Yokohama BB Street
15 Dec : -
16 Dec : Hantaman - Unit Daikanyama Tokyo
17 Dec : Arya A Quartet - Cotton Club Marunouchi Tokyo
18 Dec : -
19 Dec : Hantaman - Shimokitazawa Garden Tokyo
20 Dec : Arya A Quartet - STB 139 Tokyo
21 Dec : -
22 Dec : Arya A Quartet - Tribeca Shinagawa Tokyo
23 Dec : Hantaman - Gravity Rock Bar Shinjuku Tokyo
24 Dec : -
25 Dec : -
26 Dec : -
27 Dec : Hantaman - WWW Shibuya Tokyo
28 Dec : Arya A Quartet - Jazz Spot Candy Chiba
29 Dec : Hantaman - ZX West Chiba
30 Dec : -
31 Dec : Departed to Jakarta – Arrived 1 Jan


“Menurut kamu gimana?” aku bertanya langsung kepada istriku.
“Bagus Aya jadwalnya… Sayang Kyoko tak bisa ikut ya….”
“Aduh… Bukan gitu, liat itu jadwal manggungnya….. menurutku gila banget buat kesehatan fisikku…”
“Aya pasti kuat, banyak olahraga Aya, jalan pagi, lalu berenang, supaya fisiknya kuat” senyum istriku dengan polosnya.

“Noh” Stefan memberikan persetujuan atas nasihat Kyoko.
“Kayak elo seneng olahraga aja Fan”
“Gue kan seneng berenang” senyumnya jumawa.
“Oh ya?”

“Berenang di kasur tapi, sama cewek!” tawanya dengan muka jahil.
“Kampret…” kesalku sambil diiringi tawa orang-orang di rumah.

“Aya masih bisa, seminggu ini olahraga, nanti Kyoko temani, Aya berenang, Kyoko berjemur….” senyum istriku.
“Berenang dimana di Jakarta yang bisa begitu, kalo di Bali mah enak”
“Kurang maen lo nyet” potong Stefan.

“Maennya sama elo mulu sih” ledek Anin.
“Sama elo juga”
“Elo lebih banyak main sama si Arya daripada gue….”
“Itu karena elo kebanyakan main PS…. Coba lo sekali-kali mainin bini lo sendiri yang ada di Jepang sono… Lagian kawin pisah negara…. ckckckck” ledek Stefan sambil menyeringai.

“Kampret lo… Pantesan ga kawin-kawin”

“Gue ga kawin karena pilihan, monyet… Bukan karena kayak elo, susah cari pacar….. Pas giliran ada yang mau untung aja langsung mau diajak kawin, kalo gak kayak gitu mungkin besok gue dapet undangan nikahan Anin mau nikah sama tokoh kartun wakakakakak” tawa Stefan, melihat muka sebal Anin.

“Kartun… anime, bego”
“Sama aja buat gue”

“Beda…”
“Sama…”
“Beda….”

“Alah, kalian berdua tuh ya” geleng Arka sambil mendengarkan kekacauan antara Anin dan Stefan yang sering sekali terjadi.

“Tiga minggu ya Aya… Lama juga, nanti Kyoko pasti kesepian” senyum istriku dengan ekspresi muka manja.
“Iya nih… tapi gapapa lah ya, rejeki buat bayi…”
“Iya, nanti juga Ai chan kan akan rajin antarkan Kyoko ke dokter” balas Kyoko lagi.

“Main di dua band sekaligus pasti bakal capek sih… tapi worth it kalo buat ini..” aku menyentuh lembut perut Kyoko sambil melirik ke arah jadwal yang tergeletak dengan lemahnya di atas meja teras.

“Yang sabar aja yak… Ntar gue jagain laki lo supaya gak gatel di Jepang sono” canda Stefan sambil melirik ke arahku.

“Ahahaha… Justru Stefan yang harusnya Aya jaga” ujar istriku penuh percaya diri.
“Hehehe” Stefan menatapku dengan tatapan penuh arti dan aku cuma bisa membalas senyum Stefan dengan senyum yang aneh.

Tidak, kali ini tidak akan terjadi hal apapun yang seperti dulu lagi. Aku tidak akan terjebak pada hal yang sama. Dan aku yakin itu.

--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------

guitar10.jpg

“Aya besok pergi ya…” senyum Kyoko yang sedang tiduran di kasur, memperhatikanku memeriksa kembali barang apa saja yang ada di dalam koperku. Satu koper besar, dengan satu ransel besar siap menemaniku selama berada di Jepang nanti, selama tiga minggu. Alat-alat musikku sudah disiapkan di studio dan besok pagi-pagi buta akan diangkut oleh mobil Stefan ke Bandara.

Kali ini Mang Ujang yang akan mengantar kami lagi. Lucu, lama tidak bertemu dengan Mang Ujang, aku malah jadi kangen mencium bau rokok kreteknya dan ucapan-ucapan bijak nan polosnya setiap menghadapi Stefan yang mabuk.

Aku tersenyum balik ke Kyoko setelah selesai memeriksa. Aku lantas duduk di sampingnya dan membelai perutnya yang sudah mulai buncit itu.

“Coba kamu ikut ya…”
“Kyoko juga ingin ikut….”
“Padahal sekalian babymoon ya, kamu udah mau masuk trimester kedua…. Aman buat jalan-jalan kemana-mana” lanjutku.
“Tapi Kyoko ingin sekali cepat menjadi orang Indonesia, Aya”
“Boleh gak sih sepuluh tahun lagi aja” balasku.

Kami berdua terdiam dan saling menatap.

“.....”

“Masih ada lain waktu Aya, kalau baby sudah besar.. Kita jalan-jalan bertiga, satu keluarga” istriku berusaha untuk tetap realistis tampaknya.
“Rame sih bertiga…. Sekalian pulang kampung ke Jepang?” tanyaku sambil mulai untuk tiduran. Tidak ada yang lebih nikmat daripada sekasur berdua dengan istri, di balik selimut, menangkal udara dingin dari AC dan memakai pakaian paling tolol dan nyaman di dunia, yakni baju tidur kita masing-masing.

Kyoko tersenyum dan lantas memegang pipiku, sambil berbisik.

“Iya Aya, kita rencanakan lain waktu, setelah lima tahun, lalu kita ke Jepang sekeluarga bersama, pasti senang”

“Iya” jawabku pelan sambil memperhatikan wajah cantiknya di tengah remangnya cahaya kamar. Aku tak bisa menyembunyikan senyumku, sekaligus berterimakasih pada dunia dan alam semesta yang telah membuatku bisa melepas semua kesalahan di waktu-waktu yang lalu, dan memberikanku kesempatan sekali lagi untuk menikmati hidup berkeluarga yang normal dan wajar bersama istriku.

Pelan, aku mendekat, beringsut ke arahnya dan mencium bibirnya dengan lembut. Kami berdua berciuman pelan, sambil saling merasakan indra masing-masing. Sepertinya sudah lama aku tidak mencium bibirnya selama ini. Aku rindu pada bibirnya yang lembut, serta perasaan hangat yang menyertai diriku setiap aku bermesraan dengan dirinya.

Sungguh bodoh aku, melewatkan banyak waktu tanpa bersamanya.

“Aya?” bisik Kyoko di telingaku saat aku melepas bibirku dari bibirnya. Mata kami berdua bertemu dan tampaknya aku tak bisa menghindar. Jantungku mulai berdegup kencang saat menatap matanya. Sensasi yang kurindukan. Aku tersenyum dan lantas berbisik.

“Udah aman kan?”
“Apanya yang aman Aya?”
“Mau masuk trimester kedua?”

“Hahaha…” Kyoko tersenyum simpul, mengerti apa yang kubicarakan dan dia mengangguk. Sebenarnya trimester pertama selalu dihindari, bukan karena hubungan suami istri akan mengganggu proses kehamilan, tapi lebih kepada badan sang istri, yang belum siap untuk menerima rangsangan seksual karena pada trimester pertama, hormon akan menggila. Menggila dan membuat tubuh sang istri tidak nyaman. Oleh karena itu hubungan seks sebaiknya dihindari di trimester pertama.

Dan sekarang adalah masa-masa yang paling aman.

Dengan perlahan aku mulai bergerak ke arah lehernya, menciumi kulit lehernya yang terasa begitu nyaman di bibirku. Kyoko membelai rambutku dengan pelan, merasakan setiap sentuhan bibirku di lehernya. Dia begitu menikmatinya, dan walaupun aku tidak bisa melihat ekspresi wajahnya, aku tahu dia sedang tersenyum. Entah kenapa. Semuanya begitu terasa benar.

Tanganku menggenggam tangannya dan aku bisa mencium wangi tubuhnya yang khas. Aku bisa menjelajahi pikiranku, kembali ke semua ingatanku soal dirinya, dari awal bertemu di Mitaka dan berakhir disini, tidur bersamaku setiap harinya dan dia mengandung anakku.

“Aya, maafkan…” mendadak dia berbisik.
“Kenapa?”
“Kyoko tidak bisa begitu banyak bergerak, hari ini capai setelah dari Mitaka”
“Gak papa, aku aja yang ngapa-ngapain kamu” balasku, tak peduli dia capek atau tidak, aku tetap akan memberikannya kenikmatan yang ia butuhkan, sebelum tiga minggu berpisah denganku.

Aku lantas duduk, menatapnya dan membuka bajuku. Kyoko hanya tersenyum simpul, menggigit bibirnya sambil memandangiku. Aku kini sedang membuka celanaku, sambil terus melihat ke arah istriku. Aku menyingkap selimut yang menutupi dirinya dan dia berbaring dengan nyamannya di atas kasur. Dan agar dia tidak terlalu banyak bergerak, aku yang akan memuaskannya malam ini. Dengan perlahan, aku menarik dasternya yang lucu itu, menyingkapnya ke atas, untuk memperlihatkan buah dadanya yang tanpa berbalut pakaian dalam itu.

Kyoko pasrah, dia cuma bisa menyerah melihatku tampak excited malam itu.

Aku lantas menarik celana dalamnya untuk melepaskan area kewanitaannya dari celana dalam yang mengganggu. Penisku, sadar maupun tidak, sudah berdiri tegak, melihat tubuh istriku yang hangat dan mulus itu. Aku menyentuh kulit pinggangnya dan meraba pahanya sambil tersenyum. Aku lantas membaringkan diriku di sebelahnya, sambil perlahan mengarah ke buah dadanya. Tanganku merayap dari pahanya sampai ke mulut daerah kewanitaannya, mencoba menyentuh tubuhnya.

Pelan tapi pasti aku mengulum putting istriku. Buah dadanya makin lama sepertinya agak tambah membesar, dan wajar, karena dia akan menyusui anak kami kelak. Aku merasakan kelembaban yang menantiku di bawah sana, lewat tanganku. Dengan gerakan yang teratur, aku meraba-raba dan mencoba memberikannya pembukaan yang nikmat sebelum hidangan utama.

“Ah…. Aya…” dia mendesah keenakan saat lidahku bermain di buah dadanya. Aku seperti tidak sadarkan diri, terbius oleh dirinya. Aku melahap kedua buah dadanya itu bergantian, dengan semangat yang tertahan, karena aku tidak ingin melakukan gerakan yang tiba-tiba, gerakan yang mengagetkan. Aku ingin membangun mood yang nyaman untuk Kyoko. Aku terus mengulum putingnya, menjilatinya, dan melakukan apa saja yang kubisa kepada dirinya. Sementara tanganku terus meraba daerah kewanitaannya, merasakan basah yang sedikit demi sedikit mulai terbit. Aku tak sabar ini berada di dalam sana. Di dalam istriku, menikmati kehangatan dan segala hal keperempuanannya.

Kulepas bibirku dari buah dadanya dan sekarang aku melumat bibirnya perlahan.

“Mmmnnnn…” Kyoko tampak sangat-sangat menikmatinya.

“Hhh…” aku menghela nafas yang lega, saat aku selesai mencium bibirnya. Kyoko diam, dan mengulum bibirnya sendiri, mungkin dia penasaran, apalagi yang akan aku lakukan. Aku lantas mencium keningnya dan bangkit, menarik sedikit badannya dengan lembut, memintanya bergeser ke pinggir kasur. Dia menurut. Aku memposisikan badannya di ujung kasur, dengan pantatnya benar-benar berada di pinggir. Tak lupa aku mengambil bantal untuk menumpu punggungnya, agar ibu hamil yang cantik ini nyaman dalam posisi ini.

Tanpa banyak bicara lagi, aku segera turun dari kasur, dan memegang kaki istriku. Aku menciumi kakinya dengan perlahan, merayap sampai ke pahanya.

“Nnn…. Aya… Kusugattai ne…” dia tampaknya kegelian karena kadang-kadang aku mempermainkan lidahku di permukaan kulitnya. Aku lantas menciumi pangkal pahanya, dan aku bisa mendengar dirinya mendesah perlahan, tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Yang dia tahu, malam ini dia akan dipuaskan oleh suaminya. Aku terus menciumi daerah paha dan pangkal pahanya, menyisakan sajian utama untuk kulahap sebentar lagi.

“Aya… Nnhh…..” Aku bisa merasakan gairahnya memancar dari tubuhnya. Tanpa banyak bicara lagi, aku mulai menggerakkan kepalaku ke arah mulut vaginanya. Aku lantas menjilatnya pelan, melumatnya dalam gerakan lembut dan teratur. “Nnhh… Ahh… Ahh….” Kyoko mendesah dengan sangat menggairahkan, disaat dia menerima jilatan lidahku yang memberikannya stimulasi-stimulasi seksual ke dalam dirinya.

Badannya menggelinjang pelan, saat lidahku menjelajah setiap lekukan permukaan kewanitaannya.

Bisa kurasakan aura seksualnya. Bisa kunikmati semua reaksi tubuhnya. Dia begitu responsif, dan kelembutan kulitnya tidak ada duanya. Lidah dan bibirku cukup nyaman bermain di mulut vaginanya, memberikan kenikmatan kepada dirinya dan aku benar-benar menikmati semua gerakan kecil tubuhnya, tanda kenikmatan.

“Aahh…..” erangannya, setiap suara yang keluar dari mulutnya merupakan musik yang indah untuk telingaku. Aku tak bisa berkata tidak kepada setiap gerakan kecil yang muncul di tubuhnya. Gerakan menahan geli, ataupun menahan kenikmatan yang pelan, sedikit-sedikit berkumpul, bersiap untuk menyambut bersatunya tubuh kami berdua.

Aku akhirnya melepas bibirku, dan menatap ke arah istriku, menggigit bibirnya, menatapku dengan tatapan penuh kasih sayang. Kami berdua saling menatap begitu intens, dan aku akhirnya mengambil posisi yang sudah lama kutunggu. Penisku menghadapi lubang vaginanya.

“Uh… Aah…..” Kyoko tampak sedikit kaget, karena mungkin penisku masuk terlalu cepat. Jangan salahkan aku, tapi salahkan situasi malam ini yang benar-benar sensual. Aku merasakan kenyamanan di dalam tubuhnya. Dinding vaginanya benar-benar memberikan kenyamanan, menjalar dengan begitu nikmatnya dari penisku ke seluruh bagian di otakku yang mampu merespon kenikmatan.

Aku benar-benar rindu saat seperti ini.

Saat-saat dimana aku dengan perlahan menggerakkan penisku di dalam lubang kewanitaan Kyoko, sambil menatap wajah cantiknya yang luar biasa, sambil menikmati bagian-bagian tubuhnya yang terasa sempurna untukku. Tak jaran dia pun merespon gerakan-gerakan penisku di dalam vaginanya dengan desahan yang merdu, memecah keheningan malam yang meliputi kami berdua.

Pelan, tapi pasti aku memompakan batang penisku di dalam tubuhnya. Walaupun aku tidak bisa bereksplorasi terlalu banyak malam ini karena kondisi yang tidak memungkinkan, aku tidak peduli. Seperti ini saja dengan Kyoko sudah lebih dari cukup. Bahkan jauh lebih baik dari cukup. Aku benar-benar menikmati seluruh proses ini, terutama sekarang, saat aku memeluk kakinya, menggerakkan pantatku maju mundur, menikmati dinding kewanitaannya yang benar-benar luar biasa, sambil menatap wajah cantiknya.

“Aya….” bisiknya, dan aku memang menahan-nahan ledakan di dalam penisku, menunggu saatnya dia mencapai orgasme.

Aku terus melakukanya, sambil sesekali menciumi kakinya, menyentuh kulithalusnya dan beberapa kali mempermainkan buah dadanya yang sangat-sangat indah. Tidak hanya indah untuk dipandang, tapi sensasi ketika kulit halusnya menyentuh tanganku, tidak dapat kugambarkan dengan kata-kata.

“Mmnnnn….”

Kyoko menikmatinya. Aku menikmatinya. Aku tidka bisa menghentikannya dan aku tidak tahan lagi. Aku menggerakkan penisku, dengan kecepatan yang konstan, tapi aku yakin sebentar lagi aku pasti tidak akan bisa menahan puncak kenikmatanku. Aku mencoba untuk mengatur nafasku, merasakan detak jantungku yang terasa begitu kencang dan aku benar-benar tidak kuasa.

“Aya… ahh…” Kyoko menggelinjang kecil, dia tampaknya juga ingin mencapainya sebentar lagi. Aku terus menghunjamkan penisku ke dalam tubuhnya. Mata Kyoko tampak terpejam, berusaha menikmati setiap detik malam ini.

“Aya…” Dia kembali menggelinjang, tapi kali ini rasanya ada yang berbeda. Dan aku tidak tahan lagi. Dengan cepat aku menggerakkan penisku di dalam vaginanya, dan akhirnya aku pun tak kuasa melepaskan apa yang kutahan malam ini.

“Nngghh…” aku melepaskannya di dalam dirinya. Tubuhnya bergetar pelan, merasakan hangat yang menjalar dari dalam area kewanitaannya, merayap ke seluruh bagian dirinya. Dia lantas membuka matanya. Aku mencabut penisku dan aku tidak peduli terhadap apapun yang menetes dari organ tubuhku itu. Aku lantas naik ke kasur, dan kami berdua bergeser pelan, agar kami dapat saling berpelukan malam ini.

“Kyoko sayang sekali kepada Aya” bisik istriku sambil meraih badanku. Aku bisa merasakan badannya yang lembut, halus dan benar-benar memberikan rasa nyaman ini menempel di badanku. Aku mencium keningnya dan hidungnya.

“Aku juga”
“Kyoko akan sangat rindu kepada Aya”
“Aku pasti kangen banget sama kamu, ga kebayang Jepang tanpa Kyoko, pasti gak kayak Jepang….” balasku.

Dia cuma tersenyum dan tangannya menyentil hidungku.

“Daisuki” bisiknya pelan. Tanpa disuruh, akupun meraih bibirnya dan menciumnya habis malam itu. Aku tidak akan meyentuh dirinya lagi selama tiga minggu, dimulai dari besok.

--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------

Aku menurunkan tas gitarku yang banyak itu dari bagasi mobil Stefan. Hari ini Mang Ujang membawa mobil yang cukup besar, jadi peralatanku muat banyak. Selain satu tas penuh efek, aku membawa empat buat gitar. Dua gitar untuk bermain bersama Hantaman dan dua gitar lagi untuk bermain bersama Quartetku. Stefan menghampiriku, membawakan troli untuk mengangkut gitar-gitar sialan yang sebentar lagi akan masuk ke bagasi pesawat ini.

“Cukup Mas Epan?” tanya Mang Ujang khawatir. Dia tampaknya takut troli itu tidak bisa menampung semua tas peralatanku.
“Cukup Mang”

“Cukup dari hongkong, itu tas gitar gue satu lagi gak bisa diatas troli Fan….” tegurku.
“Lo tenteng aja”
“Lah….” aku melongo, melihat Stefan menumpuk tas gitarku dengan tidak rapih.

“Mas, biar saya aja…”
“Yowis” Stefan mengalah kepada Mang Ujang dan dia menyingkir, berjalan ke arah bagasi mobil dan menurunkan kopernya.

“Ngertian Mang Ujang nyusun tas gitar gue daripada elo….” kesalku.
“Gue kan vokalis, ya kan? Terakhir kali itu jabatan gue di Hantaman” seringainya meledek.

“Monyet”

Aku tersenyum saja sambil mengeluarkan handphoneku dari saku jaketku. Aku mengirimkan kabar kepada Kyoko kalau aku sudah sampai di Bandara. Dia tidak menjawab. Mungkin dia tidur lagi sehabis aku pergi dari rumah tadi. Mendadak aku teringat adegan perpisahan tadi pagi. Aku memeluk Kyoko yang masih memakai baju tidur sebelum naik ke mobil Stefan. Aku mencium pipinya dan dia terlihat agak berat melepasku. Walau cuma tiga minggu dan dia dilindungi oleh ibuku dan Ai di rumah, tetap saja, tidak ada suami berarti kau tidur sendiri.

Untungnya Kyoko perempuan yang kuat. Aku yakin, tiga minggu ini bukan apa-apa untuk dia. Dan Ai masih saja dingin kepadaku. Rasanya aneh memeluknya setelah memeluk Kyoko. Rasanya seperti akting dan dia adalah aktris yang buruk. Untung tidak ada yang menyadari kalau pelukannya kepadaku terasa hambar, dan dia pun tidak ber ekspresi apapun. Sudahlah, dia punya hak untuk marah kepadaku kok. Aku tidak bisa mencari pembenaran dan akupun pasrah jika ia mau membenciku seumur hidupku.

“Lesu mukanya pak” Stefan menatapku sambil menarik kopernya di depanku.
“Ya maklumin lah, tiga minggu ga bakal ketemu bini” senyumku. Padahal aku sedang memikirkan adikku dan cara-cara tolol untuk berbaikan.

“Hehehe.. Kalo ini masih Arya yang dulu, gue umpanin cewe-cewe ntar di Jepang sana” senyum Stefan.
“Ga mau” senyumku sambil menatap matanya yang tampak nakal.
“Iya, tau kok…. Kayaknya emang gue doang yang bakal ngerajain cewek-cewek disono”
“Lo ngomong gitu karena lo doang yang single hahahahaha” ledekku.

“Sena juga, nyet”
“Yah Sena kan gak kayak gitu kelakuannya…. Jadi selamat bandel sendiri, gak enak lho bandel sendiri”
“Biarin, gak ada yang kebagian kan gue yang seneng”
“Emang Valentine ga marah?” godaku.
“Siapaaa juga doi, bedanya apa dia sama elo Ya, gak ada…”

“Mas Epan, saya jalan dulu ya….”
“Siap Mang…” kaget Stefan dan akupun tersenyum dan melambai ke Mang Ujang yang langsung menaiki mobl dan pelan-pelan memacunya lagi meninggalkan kami berdua.

“So… Jalan?”
“Siap Fan, anak-anak udah di dalem katanya…. Kita jajah Jepang lagi?” tanyaku ke Stefanus Giri Darmawan, si Pendekar Cabul ini.
“Jajah? Kita perkosa sekarang…. Hantaman sikat depan, Quartet elo sikat belakang” tawanya.
“Ahaha tai deskripsinya, ga enak banget ngebayanginnya”

“Aneh pake dibayangin segala, emangnya elo Bimo sama Wira?” balasnya, disaat kami berdua berjalan menuju gate masuk bandara.
“Ah, dua manusia absurd itu” aku membayangkan adegan-adegan aneh macam apa yang akan terjadi kalau mereka semua ikut ke Jepang.

Kami berdua menatap satpam yang dengan sigap akan memberhentikan kami untuk memeriksa tiket. Aku mengepalkan tinjuku dan menyodorkannya ke Stefan. Dia menatapku lalu mengepalkan tinjunya juga.

“Hajar?” tanyaku retoris.
“Hajar”

Dan bogem kami berdua bersentuhan. Siap-siap Jepang, kami akan hancurkan kalian lagi!

54168810.jpg

--------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Bimabet
Akhirnya update yang ditunggu datang juga, gag sabar nunggu tony dihajar Bagas di Jepang
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd