Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 2 (racebannon)

Eaaa, ketemu lars lagi. haha. Sekalian dah arya bikin kerjasama sama kairi aja produserin musisi jazz jepang biar bisa ngalahin AEUG

Tapi kalo si lars berani nongol pas ada stefan kayanya keburu di abisin itu orang haha
 
Bagas ON FIRE
okay, Lars-Inge vs DEWA KONTOL
jadi gak sabar gimana adu bacot kedua businessman ini, sehat terus suhu RB, kami dah rindu bacaan berkelas macam ini
 
SEASON 2 – PART 68

--------------------------------------------

9 Dec : Departed to Japan - Arrived at Night
10 Dec : -
11 Dec : Hantaman - F.A.D. Yokohama
12 Dec : -
13 Dec : Arya A Quartet - Body & Soul Yokohama
14 Dec : Hantaman - Yokohama BB Street
15 Dec : -
16 Dec : Hantaman - Unit Daikanyama Tokyo
17 Dec : Arya A Quartet - Cotton Club Marunouchi Tokyo
18 Dec : -
19 Dec : Hantaman - Shimokitazawa Garden Tokyo
20 Dec : Arya A Quartet - STB 139 Tokyo
21 Dec : -
22 Dec : Arya A Quartet - Tribeca Shinagawa Tokyo
23 Dec : Hantaman - Gravity Rock Bar Shinjuku Tokyo
24 Dec : -
25 Dec : -
26 Dec : -
27 Dec : Hantaman - WWW Shibuya Tokyo
28 Dec : Arya A Quartet - Jazz Spot Candy Chiba
29 Dec : Hantaman - ZX West Chiba
30 Dec : -
31 Dec : Departed to Jakarta – Arrived 1 Jan


800px-10.jpg

Lars-Inge Bjornson.

Aku tertegun. Dan dengan sengaja, tersenyum. Aku masih ingat beberapa perseteruan kami. Aku masih ingat kalimatnya yang merendahkan Hantaman. Tinggalkan Hantaman, katanya. Aku lebih berpotensi kalau keluar dari Hantaman, katanya.

Sosok itu berdiri di hadapanku.

“You might want to pay first” dia menunjuk ke arah kasir dengan ramah.
“Ah okay….”

Perasaan tadi ada tiga orang sebelum aku, masa udah pada beres semua? Yasudahlah. Aku menunjuk ke arah rokok yang dipesan Stefan, sambil menyerahkan barang-barang yang kubeli ke kasir. Setelah membayar, aku beranjak keluar, menatap jalanan. Mobil-mobil lalu lalang, di sore hari itu.

Lars-Inge Bjornson. Salah satu orang yang tidak ingin kutemui. Males banget sumpah. Rasanya sudah seperti bertemu dengan Karina.

Dan entah kenapa aku malah diam di depan minimarket itu. Seperti menunggu orang yang ada di dalam itu. Lars. Bukannya aku ingin bertemu, tapi rasanya tidak sopan kalau aku pergi begitu saja. Aku memang pernah marah-marah di depannya, tapi rasanya tidak pantas kalau aku ulang sekarang. Be professional aja. Gak usah kabur atau sok jual mahal. Hadepin aja.

“Ah, you still here” Lars masih tersenyum saat dia keluar dari mini market dengan minuman hangat.

“Hi” sapaku ringan dengan senyum yang dibuat-buat.
“Hi, long time no see”
“Haha” tawaku ringan. Aku menunjuk ke arah jalan dengan tatapanku. Dia mengerti maksudku dan kami berjalan bersama ke arah Body and Soul.

“I listen to some of your live footage on youtube” dia membuka pembicaraan. “Pretty cool”
“Thanks”

Aku tidak ingin menanggapinya terlalu banyak.

“That’s what you should do. Establish a quartet. Play more jazz. Eventually leave that rock band of yours and be a full time jazz musician” senyumnya. Aku tersenyum balik. Masih soal ini-ini aja. Basi gak sih?

“Yeah right” jawabku pelan, sambil meminum minuman kaleng yang aku beli tadi. Wah, apa ini? Enak juga. Rasanya unik. “By The Way… Why did you buy coffee? Body and Soul also serves good coffee” aku mengalihkan pembicaraan. Males ngomongin musik ama dia. Mendingan ngomongin yang lain biar waktu abis dan aku buruan nyampe di venue, biar ga usah ngobrol lagi sama dia.

“Not my taste” jawabnya. Masih sambil tersenyum. Alah, bilang aja kopi mini market murah, dan elo bule pelit yang culas.

Walau aku berjalan bersama dia ke arah tujuan yang sama, entah kenapa aku mempercepat langkahku. Dengan sengaja aku melakukan itu karena aku malas basa-basi. Biar cepat sampainya juga. Kami masuk ke dalam dan aku langsung memisahkan diri dengan dirinya.

“Later” aku tersenyum kering dan langsung menuju ke kerumunan teman-temanku. Bisa kurasakan Lars menatap punggungku, dan teman-temanku menatap dirinya.

Masa bodo lah. Dia mau nonton ya silakan, walau agak ganggu. Yang penting, showcase malam ini harus lancar dan ciamik.

--------------------------------------------

fixedw10.jpg

“Looking forward for your show tonight"

Kata-kata itu mendadak kepikiran. Di tengah kepala yang sedang sibuk mempermainkan senar-senar gitar yang menghasilkan nada-nada miring ini, aku menatap ke arah lelaki itu. Aku sedang berada di panggung, ratusan pasang mata sedang menatap dan memperhatikan musik yang kumainkan bersama Arka Nadiem, Jacob Manuhutu dan Toni.

Kami bermain dengan sangat rapat dan rapih.

Tapi sosok itu sangat jelas terlihat diantara kerumunan penonton.

Lelaki bule, tinggi besar dengan aura yang entah kenapa, selalu terasa sombong. Orang yang mengatakan Hantaman adalah beban untukku, orang yang berulang kali membuatku merasa terhina karena dia sepertinya menjadikanku hanya sebatas komoditas musik untuknya. Walaupun tidak nyaman dengan keberadaan dia, aku mencoba masa bodo dengan fokus sefokus-fokusnya untuk bermain musik.

Ngomong ngomong, aura Lars sangat berbeda dengan Kairi. Beda sekali. Kairi, walau tegas dan agak galak, dia sungguh-sungguh perhatian pada jenis musik apapun dan humble. Dan ngomong-ngomong soal Kairi, aku belum melihat sosoknya.

Satu lagi. Walau aku sudah mencoba cuek pada Lars, ada hal yang membuatku tidak nyaman. Aku tidak nyaman saat melihat tatapan penuh kebencian dari Stefan ke arah Lars. Lars Inge Bjornsonn. Untung Stefan sudah banyak berubah di banding dulu. Kalau dia masih seperti dulu, pasti botol bir sudah melayang ke kepala bule itu. Layaknya botol melayang ke arah panggung, ketika Dying Inside My Heart masih menjadi kutu dalam hati Stefan.

Suara Drum yang mengiringi permainanku bergema di dalam telingaku. Aku berusaha konsentrasi, agar tidak mempedulikan distraksi yang ada di hadapanku itu. Aku lebih memilih untuk melihat ke arah gitarku, berkonsentrasi. Lagipula, dia minoritas disini. Mayoritas yang datang adalah penggemar musik, yang lebih peduli kepada apapun yang akan aku mainkan disini, bukan kepada karirku sebagai artis rekaman.

Baiklah.

Hajar aja Ya. Kasih nada-nada miring terus. Bodo amat soal Lars. Lagipula elo kan gak akan punya urusan apa-apa lagi sama orang ini. Bodo amat.

--------------------------------------------

Setelah berjuang berjam-jam di panggung dalam situasi yang tak nyaman, aku sedang berusaha bersantai di tempat itu. Body & Soul, Yokohama. Tempat dimana aku pertama kali bertemu dengan Kyou-Kun, yang merubah arah hidupku dengan drastis.

Aku menatap ke arah meja di pojok sana. Lars Inge Bjornsonn sedang duduk dengan tenangnya, meminum bir dingin dari gelas besar itu. Dia diam. Entah apa yang ada di dalam kepalanya. Dia seperti sasaran terbuka yang minta ditembak. Bukan apa-apa, karena Stefan dari tadi memandanginya terus menerus. Dan di kondisi venue yang sudah agak menyepi ini, tatapan Stefan terlihat jelas.

“Tonait is fun!!” Kyou Kun tampak bahagia setelah menonton tadi. Suasana sebenarnya relatif setia kecuali Stefan. Tenang, Bagas tidak ikut malam ini. Dia sepertinya memilih untuk istirahat. Dan soal istirahat, tampaknya badanku akan remuk. Aku berusaha untuk sedikit menahannya karena besok Hantaman akan manggung. Di Yokohama BB Street.

“Thanks” aku tersenyum dan meregangkan badanku. Katanya kita tinggal nunggu Kairi, terus boleh balik ke Nakano Broadway. Mobil Van sudah disiapkan dan sudah nangkring di pinggir jalan. Kairi meminta maaf lewat Shigeo karena dia harus lembur di kantor Titan. Dia bawa wine untuk kami katanya. Jadi kita tunggu saja.

“Tu bule ngapain sih kagak balik-balik” dengus Stefan.
“Biarin aja napa” jawab Arka. Kami sudah cerita pada Arka tadi soal Lars. Dan dia memakluminya.
“Mungkin mau nyari angin” tawaku kecil, mencoba mengalihkan perhatian Stefan.

“Gue usir apa…”
“Gak usah Fan apaan sih” kesal Anin.
“Ganggu”

“Lo juga ganggu tapi gak gue usir” balas Anin.
“Memek”

“Untung disini cuman kita yang ngerti memek itu apa” Arka menggelengkan kepalanya. Aku melihat Toni sedang meminum teh hangat pelan-pelan. Mataku mendadak berpapasan dengan matanya. Aku tersenyum. Toni juga tersenyum. Aku masih ingat insiden yakitori kemarin. Aku tidak begitu memikirkannya karena kupikir Toni masih muda, jadi keputusan yang dia ambil dan tingkahnya masih dalam tahap mencari-cari.

“Serius gue usir deh, ganggu”
“Udah, lagian kita bentar lagi balik. Kata Shigeo, Kairi bentar lagi sampe. Dia lagi jalan dari stasiun kesini” balasku dengan santai.

Aku tahu Stefan sedang galau masalah kesehatan seksualnya. Tapi tidak seharusnya Lars jadi pelampiasan. Kalau berantem gimana? Gak lucu masa Stefan gelut sama bapak-bapak bule di Jepang. Absurd banget.

“Tuh, ibu kita dateng” Jacob menunjuk ke arah pintu masuk.

Kairi masuk. Seperti biasa dia terlihat elegan. Dia melepas coatnya dan berjalan pelan ke arah kami.

“Hi… Sorry I didn’t watch you guys…”
“It’s okay”

“I want to handle this wine by myself, so please… This is gift from Titan” tawanya.
“Thank you so much… But you know I don’t drink, rite” balasku sambil menerima botol wine yang diberikannya sebagai gift untuk quartetku.

“Haha I know” tawanya. Ini pasti untuk tim, bukan hanya untukku saja.

“Hi Kairi”

“Ah si bangsat” kesal Stefan sambil melihat sosok yang menyapa Kairi.

Lars inge Bjornson.

“You” Kairi tersenyum sambil menatap lelaki bule ini.
“Long time no see"
“Yeah… How’s life?” Kairi berusaha beramah tamah.

“Better than yesterday….” Jawab Lars dengan senyumannya. “Titan is diverse right now. Promoting Jazz. We might lose” sambung Lars. Kayak muji tapi kok kayak nyindir ngehe ya. Sialan juga ni orang.

“Ini kayak kontol banget ngomongnya” komentar Stefan. Untung dua orang ini, ga ngerti bahasa Indonesia.

“We’re like that since the beginning. Inclusive…. Different approach than you guys at A.E.U.G.” senyum Kairi.

Perang dingin alert. Kami semua lebih memilih diam, sambil mendengar sindiran balas sindiran dari Kairi feat Lars.

“Well…. By the way, thanks for coming and watch Arya” sambung bu producer kami. “We’re going to finish and go home right now” oh, ngusir halus rupanya.

“I see… Okay then… Nice meeting you guys…. And Kairi…”
“Yes?”

“Tell Kenji and Kaori I said hi”
“I’ll tell them” senyum Kairi.

Kenji? Kaori?

Kami melihat tatapan Lars yang tak biasa ke Kairi. Mendadak, kami semua sadar ada apa. Lars berjalan menjauh. Kami semua sekarang saling bertatap-tatapan. Kairi hanya tersenyum sambil membakar rokok yang tadi ia rogoh dari tasnya.

“Kenji and Kaori are our children…. Yes, we used to be together”

Whaaaattt….. Jadi ini mantan suami Kairi??

--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------

airbnb10.jpg

“Hmmm.. Bangsat….” Aku meregangkan badanku di atas futon pagi itu. Umur gak boong. Usia tiga puluhan ini berasa banget stamina makin cepet abis. Kalo dulu kita bisa tur antar kota antar propinsi berminggu-minggu, sekarang badanku saja sudah terasa sakit sekali.

Stefan sudah tidak sadar, dia tertidur dengan lelapnya di atas futon. Jam berapa sekarang? Gak tau deh. Aku mengambil handphoneku dan mulai menelpon nomer Kyoko.

“Moshi-moshi Aya!” sapanya dengan cerita dari Jakarta.
“Hai sayang… Halo….” Aku tersenyum walau Kyoko tidak bisa melihatku.
“Bagaimana semalam?”

“Seru”
“Oh iya Kyoko kaget, ternyata Kairi-san itu dulu pernah bersama Lars ya Aya?”

“Iya, kamu baru baca wa dari aku kan ya pasti” balasku.
“Hai betul Aya…..”

“Cerai gara-gara lakinya terlalu ambisius, abis mereka pindah ke Jepang si lakinya terlalu fokus sama A.E.U.G dan mulai berubah. Jadi bossy dan sombong katanya” aku bercerita soal Kairi dan Lars. “Masalahnya istrinya kerja di tempat yang sama, jadi dia bawa-bawa urusan gawean ke rumah sayang…..”

“Gawean… wa.. Ano…. Nandesuka?”
“Eh maaf, pekerjaan maksudku..”
“Ah, mengerti, Aya”

“Terus Kairi resign dan mulai proses cerai. Anak-anaknya pada milih ikut Kairi semua dan bapaknya ga berusaha untuk ngerebut anaknya…. Bisa kayak gitu ya, gara-gara kerjaan keluarga disingkirin” sambungku.

“Seram ya Aya… Kowai ne…. Ano…”
“Ya?”
“Aya tidak akan begitu ya?”
“Maksudnya?”
“Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa dengan Kyoko dan semuanya?” tanya istriku.

“Gak bakalan sayang…. Mau sesibuk apapun, kamu dan keluargaku itu prioritas”
“Ah, begitu…”
“Aku gak akan berubah gara-gara kerjaan. Aku sayang kamu dan semuanya, Kyoko”

“Kyoko pun sayang Aya… Baiklah… Kyoko percaya… Tidak akan berubah karena pekerjaan dan sayang selalu dengan kami ya Aya….” Senyum Kyoko nun jauh disana.

“Iya, janji”
“Janji ya…..”

“Yakusoku” balasku dengan bahasa Jepang seadanya.
“Ahahaha… Hai, Yakusoku da yo!”

--------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Wah kalo arya bilang gitu sih ada bau2 kyoko ditinggal ngeband terus nih wkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd