Paginya, aku terbangun karena suara alarm yang cukup keras dari hape Teh Putri. Karena masih mengantuk aku hanya menangkupkan saja bantal menutupi kupingku, aku pikir nanti juga Teh Putri akan bangun dan mematikan alarmnya. Tapi setelah hampir kira-kira 10 menit alarm itu masih tetap berbunyi dan Teh Putri pun terlihat seakan tidak terusik dan masih terlelap dengan tidurnya, aku pun mematikan alarm tersebut dan tiba-tiba kontolku menjadi tegang karena melihat posisi tidurnya yang membelakangiku namun dengan dasternya yang sudah tersingkap sehingga menampakan bokongnya yang indah yang berbalut celana dalam pink nya itu. Aku lalu punya ide, aku akan berpura-pura membangunkannya dengan menggoyangkan pantatnya sehingga aku punya alasan untuk menyentuh pantatnya. Tanganku kembali gemetar antara nafsu dan rasa takut dan kontolku pun semakin mengeras rasanya ingin kubuka saja celana boxerku agar bisa bebas dari rasa sesak. Aku menahan nafas setelah tanganku menempel di pantat Teh Putri yang hanya di lapisi celana dalamnya itu, aku diamkan sejenak tanganku disitu lalu aku mulai mengusapnya pelan, lalu kudekatkan mukaku berniat untuk mencium bagian pantatnya yang tidak terhalang celana dalamnya, aku semakin dekatkan kepalaku hingga bibirku sedikit lagi menyentuh kulitnya ....
“Di, Put ayo bangun udah pagi” teriak mama dari luar kamar, kontan aku panik lalu menutupi pantatnya lagi dengan dasternya yang tadi tersingkap dan pura-pura tertidur lagi. Terdengar suara mama yang berjalan menuju kearah kamarku dan lalu mengetuk pintunya.
“tok..tok…tok”
“Ayo bangun nanti kalian telat” ketuk mama lagi sambil teriak dari luar.
“Iyaa..iya ini Hamdi udah bangun” Aku lalu pura-pura baru bangun lalu berjalan agak disempoyongkan sambil mengucek mata lalu membuka pintu.
“Teh Putri udah bangun?” Tanya mama
“Belom tuh masih tidur kayanya, yaudah Hamdi mau ke kamar mandi dulu” kataku sambil berjalan mengambil handuk yang ada di lemariku.
“Kalian kok ya susah banget kalo dibangunin” gerutu mama sambil berjalan mendekati Teh Putri untuk membangunkannya.
“Tadi Hamdi mah udah bangun abis denger alarm Teh Putri tapi Hamdi tidur lagi deh hehehe”
“Emang aja kebo anaknya....Put ayo bangun katanya kamu masuk pagi” mama membangunkan Teh Putri dengan menggoyangkan pantatnya.
“Ayo cepet bangun, susah banget ya nih anak satu kalo udah tidur dibanguninnya” mama menepuk pantatnya tapi ga ada respon sama sekali baru setelah tangannya di tarik-tarik dia mulai terbangun.
Aku lalu bergegas ke kamar mandi karena kontolku tegang lagi saat melihat payudaranya yang bergoyang saat tangannya tadi ditarik-tarik sama mamaku. Di kamar mandi aku lantas menuntaskan dorongan arus bawah sambil membayangkan hal semalam yang kulakukan pada Teh Putri.
Setelah itu aku berangkat ke sekolah bareng dengan Teh Putri naik motor maticnya, karena memang sekolahku dan kampusnya searah. Aku di bonceng olehnya, bukannya aku ngga bisa Cuma dia suka ngeri katanya kalo di bonceng anak smp kaya aku (dalam hati aku bilang “Teteh juga bakal lebih ngeri lagi kalo semalem tau udah aku apain). Saat di bonceng pun kontolku tegang lagi karena membayangkan apa yang semalem sambil memperhatikan dia yang sedang memboncengiku. Sebenarnya ngga ada hal yang seksi atau menarik, karena saat itu dia menggunakan rok panjang dan atasannya model baju panjang dengan jilbabnya, Cuma karena kejadian semalem maka segala hal tentang dia menjadi menarik bagiku. Rasanya ingin memeluknya dan menggesekan kontolku di pantatnya itu, tapi aku masih punya rasa malu karena lagi di tempat umum dan juga takut kalo Teh Putri marah terus dia pindah lagi ke rumah nenek terus aku gabisa ngerasain tubuhnya lagi, tapi kalo tukeran jadi Teh Rima yang tinggal di rumahku sih aku mah mau-mau aja soalnya dia juga cantik mukanya mirip Dhea Imut tapi bodinya kayanya ngga beda jauh sama Teh Putri, bedanya kalo Teh Rima sedikit lebih pendek.
“Teh, emang Teteh kalo udah tidur susah dibanguninnya ya kaya tadi?” tanyaku saat kami sedang mengantri mengisi bensin.
“Iiih ngga tau, Teteh mah anaknya gampang bangun Cuma tadi lagi lupa aja cara melek hihihihi” jawabnya sambil tertawa tapi tidak kelihatan Karena tertutup masker yang di pakainya.
“Apaan sebelumnya aja ada alarm udah berkali-kali tetep aja ngga bangun”
“Hehehehe” dia hanya tertawa saja.
“Iiih kebo si Teteh”
“Biariin”
“Eh berarti kalo tidur emang susah dibanguninnya gitu Teh? Tadi sampe mama harus tarik-tarik kaya gitu dulu?” Tanyaku lagi ingin tahu.
“Iya sih hihihi, dirumah dulu aja Teteh biasanya dibngunin ama Rima kalau harus berangkat pagi”
“Oooooh gitu” kataku menanggapi.
Setelah itu, tidak beberapa lama aku sudah sampai di sekolahku lalu aku turun dari boncengan lalu salim mencium tangannya.
“sekarang cium tangan dulu ya Teh, ntar malem cium yang lain” kataku dalam hati.
Aku pulang sore lagi karena masih harus bimbel tambahan dari sekolah. Sesampainya di rumah kulihat motor Teh Putri udah ada di rumah. Aku lalu langsung makan karena perutku yang sudah keroncongan akibat otak ku di peras seharian dengan bimbel matematika tadi. Selesai makan aku langsung ke kamar mau mengambil handuk dan saat melewati ruang tamu kulihat sudah ada Teh Putri disitu sedang menonton tv. Selesai mandi aku ikut menonton tv bareng dia, sebenarnya lebih banyak menonton dianya di banding menonton tv nya. Dia saat itu mengenakan baju kaos yang biasa bahkan agak besar sehingga tidak menampakan lekuk tubuhnya seperti dasternya yang semalam, sedangkan bawahnya memakai celana panjang yang bahan. Semuanya biasa saja tapi sejak kejadian semalam aku jadi membayangkan hal yang erotis tiap melihatnya.
“Kamu sekolahnya emang sampe sore ya Ndi?” Teh Putri membuka obrolan tapi matanya tetap asyik melihat ke tv.
“Ngga Teh, ini abis bimbel aja dari sekolah jadi pulangnya agak sore” kataku sambil memperhatikan lehernya yang jenjang dan kontolku pun mulai bangun.
“Ooh terus mau lanjut kemana?”
“Gatau Teh, Hamdi mah yang penting lulus aja dulu” sekarang kuperhatikan bibirnya yang tipis dan membayangkan bisa menciumnya.
“Di, bawa nih baju kamu ke lemari udah mama setrika” teriak mama dari dalam kamar yang sedang menyetrika dari tadi.
“Iyaa ma” jawabku lalu membawa bajuku ke kamarku. Setelah itu aku ingin tidur karena memang karena lelah sekalian juga biar ntar malem bisa bangun terus beraksi lagi pikirku, tak lama aku pun sudah terlelap dalam tidurku.
Aku terbangun saat mama menyuruhku makan, aku sebeneranya malas karena kulihat baru jam 08.00 malam tapi karena lapar juga aku pun bagun dan makan. Selesai makan aku kembali ke kamar karena masih ngantuk, Teh Putri masih di ruang makan sama Ayah dan mama.
Aku terbangun lagi karena merasa kebelet ingin buang air kecil, lalu aku ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi aku melihat jam dan ternyata sudah pukul 01.48, aku langsung teringat Teh Putri lalu bergegas ke kamarku. Sampai di kamar, kututup pintunya lalu ku kunci takut kalau tiba-tiba nanti mama datang seperti kemarin.
Kunyalakan lampu kamarku dan nafasku tercekat melihat pemandangan di kasur, dimana Teh Putri sedang tidur dengan memunggungiku menghadap ke kanan dengan model daster seperti kemarin tapi kali ini berwarna hitam lalu dengan daster yang tersingkap hingga pinggangnya dan menampakan celana dalam warna hitam juga. Aku lalu berjalan perlahan ke kasur dan menatapnya lebih dekat. Aku tersenyum karena dia tidak menggunakan BH lagi malam ini.
Aku mulai tidak terlalu was-was lagi seperti malam sebelumnya, karena aku sudah mengetahui kalo dia agak susah buat bangun kalo sudah tidur. Tapi tetap saja aku deg-degan karena tetap masih ada rasa takut kalau dia bangun. Aku sebenarnya ingin membuka baju dan celanaku saat itu juga tapi aku masih belum berani. Aku lalu membenarkan arah kontolku karena sesak di dalam sempak dan boxer ku, lalu kuperhatikan dari belakang tubuh Teh Putri, kuhirup wangi tubuhnya dari rambut hingga ke ujung kakinya lalu balik lagi hingga ke rambutnya. Lalu ku cium rambutnya, lalu kusingkap rambutnya yang menghalangi kuping dan pipinya. Kucium pipinya lalu aku mengarahkan ciumanku turun ke lehernya, di lehernya hanya ku tempelkan bibirku karena takut dia terbangun jika aku mengecupnya atau bahkan menjilatnya. Di lehernya kuhirup aromanya tubuhnya dalam-dalam sambil bibirku masih menempel, oh kontolku makin menegang saat itu.
Puas dengan lehernya kulanjutkan ciumanku dengan perlahan dari lehernya lalu ke bahunya sampai ke lengan kirinya, aku terhenti ketika sampai di lengan kirinya karena tiba-tiba nafasnya seperti tertahan, aku pun ikut menahan nafas sambil memperhatikan matanya takut jika Teh Putri terbangun. Lalu nafasnya pun stabil kembali dan matanya masih terpejam, aku lalu merebahkan tubuhku sebentar mengatur nafas ku dan juga menetralkan degup jantungku yang hampir copot. Setelah agak tenang, aku memperhatikan pantatnya yang terbalut celana dalam hitam itu. Aku berbaring ke kanan menghadapnya lalu menahan kepalaku dengan tangan kananku agar lebih tinggi dari kepala Teh Putri. Perlahan kudekatkan kontolku sampai menempel dengan pantatnya dan rasanya sungguh nikmat sambil kuciumi rambutnya dan tangan kiriku kuarahkan ke pantatnya lalu sedikit kuremas-remas namun tidak terlalu keras. Nafasku sudah memburu, lalu kugesekan perlahan sampai tak lama kemudian aku sudah tak tahan ingin muncrat. Agak cepat kugesekkan kontolku sambil tangan kiriku menggerayangi pantatnya, tidak lama aku pun muncrat dan kutekan kontolku di pantatnya sambil kujepit kupingnya dengan bibirku. Sungguh nikmat sekali rasanya, aku berada di posisi itu sampai kontolku berhenti berkedut lalu aku berbaring menikmati sisa orgasme barusan.
Aku lalu pergi ke kamar mandi untuk membilas celana dalamku agar maninya hilang lalu kutaruh di cucian kotor. Aku lalu mengambil minum dan melihat jam ternyata baru pukul 02.38. aku lalu balik ke kamar dan saat masuk Teh Putri posisinya sudah berubah menjadi terlentang dengan posisi kedua tangan di atas kepalanya yang menoleh kea rah kiri, kaki kirinya sedikit menekuk dan kaki kanannya lurus dan daster yang tersingkap hingga perutnya. Kontan kontolku menegang lagi, aku lalu naik ke kasur lalu berbaring disampingnya. Aku sejajarkan kepalaku dengan kepalanya, aku perhatikan bibirnya yang sedikit terbuka lalu perlahan kudekatkan bibirku ke bibirnya. Kutahan sebentar gerakanku saat kurasakan hembusan nafas dari hidungnya, kuhirup tiap nafas yang dia hembuskan lalu kulanjutkan gerakanku hingga bibirku menempel dengan bibirnya, sungguh rasanya membuatku melayang dan tiba-tiba hembusan nafasnya kembali tertahan.
Aku langsung berbaring dan memejamkan mataku, jantungku berdegup sangat cepat takut jika tadi Teh Putri terbangun dengan perbuatanku. Setelah aku mulai tenang kembali, kuintip dari sudut mataku dan sepertinya dia tidak terbangun. Aku lebih waspada, kuperhatikan nafasnya dan kulihat sudah mulai teratur kembali. Kuperhatikan dadanya yang naik turun, aku mendekatkan tubuhku lalu menghadap dia dengan masih berbaring. Kusejajarkan kepalaku dengan dadanya lalu kuangkat kepalaku dan mengecup pentilnya yang sebelah kiri dari luar dasternya. Lalu tangan kiri kuarahkan untuk menyentuh payudaranya yang sebelah kanan, lalu kuremas sedikit dan kujilat pentilnya yang sebelah kiri sampai dasternya terlihat basah karena jilatanku. Aku lalu menginginkan yang lebih. Aku lalu mencoba memasukan tangan kiriku ke dalam dasternya sedangkan mulutku masih bermain dengan pentilnya dari luar dasternya. Perlahan kumasukan tanganku, awalnya kutempelkan jari telunjuk ku di perutnya setelah taka da reaksi dari Teh Putri lalu kutempelkan telapak tangan kiriku di perutnya dan kurasakan perutnya yang rata membuatku kembali melayang, tapi hanya ku tempelkan saja tidak berani mengusapnya karena takut dia terbangun. Kuangkat tanganku dari perutnya lalu perlahan kumajukan menyentuh payudaranya yang sebelah kanan, lalu kutangkupkan tanganku di payudaranya lalu kuremas sedikit, kontolku berkedut karena rasa nikmat ini. Kuresapi bentuk payudaranya yang cukup bulat dan kencang di dalam genggaman tanganku. Aku lalu menyentuh pentilnya dan menjepitnya dengan telunjuk dan ibu jariku sedangkan mulutku makin asyik bermain dengan pentilnya yang sebelah kiri. Pentilnya ternyata memang seukuran kacang mede dan keras saat kujepit tadi, lalu tangan ku pindah untuk merasakan payudaranya yang sebelah kiri dan kulakukan hal yang sama.
Kontolku sudah sangat keras, sensasinya sangat sulit dibayangkan karena di satu sisi ada rasa takut ketahuan tapi di sisi lain rasa nikmat juga ikut berperan sehingga menyatu menimbulkan rasa yang lebih dari sekedar nikmat. Aku tidak mau berlama lama bermain dengan payudaranya Karena tidak mau mengmbil resiko. Kutarik tanganku keluar dari dasternya, pandanganku beralih ke memeknya yang masih tertutup celana dalam berwarna hitam itu. Aku beringsut turun mengarahkan wajahku tepat di depan memeknya yang masih tertutup celana dalam itu. Kudekatkan wajahku lalu kuhirup dalam-dalam dan membuatku makin terangsang menghirup aromanya. Ku kecup memeknya dan kutempelkan bibirku disitu sambil mataku tetap melihat keatas memastikan wajahnya bersiaga jika dia terbangun. Kujulurkan lidahku keluar menjilat memeknya itu yang masih terhalang celana dalam. Kujilat hingga celana dalamnya basah, nikmatnya sungguh tidak terkira. sebenarnya aku ingin menyingkap celana dalamnya agar bisa melihat dan merasakan langsung namun celananya itu cukup ketat dan aku belum memiliki keberanian yang lebih dalam untuk memasukan tanganku ke celana dalamnya itu.
Aku bangkit lalu kuarahkan kaki kirinya yang menekuk agar lurus, lalu aku posisikan diriku di atasnya seperti menindih dia tapi tidak benar-benar menindih. Kedua tanganku menahan tubuhku di sampingnya lalu kutempatkan kontolku biar sejajar dengan memeknya. Kutempelkan kontolku di memek Teh Putri lalu mulai kugesekan perlahan lalu mulutku mulai menjepit pentilnya yang sebelah kanan kadang sambil kuhisap atau kujilati. Kontolku rasanya makin nikmat, entah apa yang akan Teh Putri rasakan jika melihat dirinya sedang dicabuli oleh keponakannya seperti saat ini. Aku terus menggesekkan kontolku yang rasanya makin nikmat aku tertarik untuk merasakan ketiaknya yang warna putih mulus itu. Dengan masih menggesekan kontolku aku kecup ketiaknya lalu kurasakan sudah ada yang mau keluar dari kontolku. Kupindahkan pandanganku ke muka Teh Putri yang cantik, kukecup berkali-kali pipinya hingga akhirnya kuhisap pentilnya saat kurasakan kontolku menyentak-nyentak dan sedikit kutekan di memeknya. Setelah kurasa keluar semua pejuku, aku bangkit dan kulihat celana dalamnya agak sedikit basah. Aku lalu berbaring, aku tak peduli lagi celanaku yang rasanya lengket karena pejuku itu. Aku sempat khawatir tadi saat hampir lepas control ketika menekan kontolku tapi untungnya Teh Putri masih tertidur dengan nyenyaknya. Aku menatap wajahnya sebentar lalu kukecup pipinya sambil dalam hati aku berkata “Terima kasih Teh Putri, telah membiarkan tubuhmu di pelajari oleh keponakanmu ini”, lalu ku kecup lagi sudut bibirnya. Aku bangkit membersihkan celanaku ke kamar mandi sebentar tapi tidak menggantinya karena takut nantinya Teh Putri curiga jika pas bangun nanti aku sudah berganti celana. Setelah selesai, aku balik ke kamar, mematikan lampu lalu berbaring dan langsung terlelap kelelahan akibat “Mempelajari Teh Putri” malam itu.
Bersambung…