Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

nvidia_eyes

Adik Semprot
Daftar
3 May 2014
Post
145
Like diterima
1.354
Bimabet
[rombakan cerita jadul]
[sudah jelas ini fiksi]


Aku Slamet, 48 tahun, hari itu minggu sore hampir jam empat. Setelah menonton situs XNXX sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini pengin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya.

Anak tirilku, Anggita ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya.

“Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton bokep seharian “, gumamku.

Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu memutar musik dangdut di youtube. Lumayan, tegangnya agak mereda. Tetapi ketika ada video klip musik yang liriknya agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menggarap istriku atau Anggit. Sudah tiga hari lalu. Pantas saja adik kecilku uring-uringan tak karuan sekarang. Soalnya dua hari sekali harus nancap.

“Sekarang minta jatah ya kamu!” umpatku kesal sambil menepuk selangkanganku.

Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca berita di HP. Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Rupanya Puspa, anak janda tetangga, teman anak tiriku datang bertamu.

“Selamat sore Om. Mbak Anggit ada?”

“Sore.. Ooo Anggit pulang kampung sampai lusa sama Ibunya. Ada apa?”

“Wah gimana ya...”

“Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa”, kataku ramah. Gadis remaja berparas cantik itu menurut.

“Nah, ada perlu apa dengan Anggit? Mungkin Om bisa bantu”, tuturku sambil menelusuri tubuh gadis lima belas tahun yang mulai mekar itu.

“Anu Om, Mbak Anggit janji mau minjemi majalah terbaru..”

“Majalah apa sich?”, tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol sebesar bola tenis.

“Majalah K-pop, om. Pokoknya yang terbaru”

“Oke silahkan masuk dan pilih sendiri”. Kuajak dia untuk masuk. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti.

“Cari sendiri di rak bawah televisi itu”, kataku sambil duduk di sofa. Puspa segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari samping. Walaupun perawakannya pendek tapi bentuknya sangat bagus untuk ukuran anak gadis seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra hitamnya membayang di baju kaosnya yang ketat. Kulitnya putih bersih. Dan wajahnya itu benar-benar cantik dan innocent. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh muda yang mulai berkembang itu.

_
MET2RN4_o.jpg
_

“Nggak ada Om. Ini lama semua”, katanya membuyarkan lamunan nakalku.

“Nggg.. mungkin ada di kamar Anggit. Cari saja di sana.”

Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumah. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku ini ibarat buah mangga mengkal yang siap dipetik. Mataku mengikuti Puspa yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamar anakku.

Setan berbisik di telingaku, “inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut!”

”Tapi dia masih anak smp dan anak tetanggaku sendiri?”

”Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan.“

Akhirnya aku bangkit, mengambil laptopku dan menyusul Puspa. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.

“Sudah ketemu, Puspa?” tanyaku.

“Belum Om, gak ketemu”, jawabnya tanpa menoleh.

“Kamu mau lihat film bagus nggak?”

“Film apa Om?”

“Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini.” Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk di meja belajar. Aku menyalakan komputer dan mencari file video koleksiku.

“Film apa sih Om?”

“Lihat saja. Pokoknya bagus”, kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.

“Ihh..” jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.

“Bagus kan?” kataku, tersenyum licik kepadanya.

“Ini kan film bokep Om?!”

“Iya. Kamu suka kan?”

Dia terus ber-ih.. ih dengan wajah memerah ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya. Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku peluk gadis itu dari belakang.

“Kamu mau begituan nggak?”, bisikku di telinganya.

“Jangan Om!”, katanya ketakutan sambil berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya. Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.

”Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo...”

“Tapi.. tapi.. ah jangan Om!!” Dia berontak dan terlepas dari pekukanku. Dia bergegas lari dan berusaha membuka pintu tapi tidak bisa karena sudah ku kunci tadi.

”Jangan Om, tolong lepasin Puspa Om...” rengeknya padaku.

Namun aku tak peduli. Aku terkam dan peluk tubuhnya dari belakang.

"Kyaaaaa...."

”Tenang... tenang... nggak sakit kok. Om sudah pengalaman...”

Aku doronh dia ke ranjang. Tanganku segera meremas dadanya, bibirnya ku kecup, lidahku masuk kedalam dan mengaduk-aduk rongga mulutnya. Dia melenguh dan rontaannya makin melemah.

Kemudian badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana pendek kain warna pink.

“Ohh.. ahh.. jangan Om”, erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya.

Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas sekalian dengan celana kainnya. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut tipis di atasnya. Klitorisnya juga mungil.Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya.

Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih orisinil. Masih perawan dia! Puspa terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.

”Oke Non!” batinku. Liang kawin ABG perawan itu kulahap habis dengan mulutku.

”Uuuuh... Ooom... aku pipis...”

Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Aku lanjut merangkak naik. Kaos putihnya kulepas pelan-pelan menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32B. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang sedang tumbuh itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang kecil.

“Ahh... Oom…” keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku merasakan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan.

”Enak kan main sayang-sayangan sama Om gini?” tanyaku sambil mengecupi bibir mungilnya.

“Mmm.. iya Om. Tapi...”

“Kamu pengin lebih enak lagi?” Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah. Aku lepas semua pakaianku. Puspa menutup wajahnya malu melihat penis hitamku yang sudah membesar karena ereksi berat.

Penisku sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Anak ini masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di vaginanya sampai dia orgasme lagi. Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penis kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai Puspa makin terangsang. Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam.Butuh waktu lima menit lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya.

Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri.

“Kalau sakit bilang ya sayang”, kataku sambil mencium bibirnya sekilas.

”Mmmh... Oom...” Puspa mengerang dan meremas tanganku kencang sekali.

Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk.

“Auw... Om... sakit...” Puspa menjerit tertahan.

Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang mungkin terlalu besar buat perawan seperti dia. Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya..

“Ouuuh... periiiih oom...”, dia menjerit lagi. Puspa mulai menangis.

Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah, aku sudah memerawani seorang remaja tanggung. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.

"Uuuh... Perih Om... Sudah... lepasin aku Om....."

Aku meremas-remas dadanya dan menciumi bibirnya untuk menenangkannya. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.

“Ahh.. ohh.. asshh”, dia mengerang dan melenguh ketika tubuhku yang gemuk mulai turun naik di atas badan mungilnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin keras.

”AaaH... Uuuuuwh... ampun Oooom”

"Aah... Ahhh agh... Sakit..."

"Aha... Ah.. Om... Auuuh... Aah..."

"Om... sakit... Aaaah..."

"Pelan... Pelan... Oooom...."

Mendengar itu aku justru makin bernafsu menggoyang Gadis SMP itu. Kontolku masuk semakin dalam dan jepitan memeknya pun semakin kencang. Aku rasakan betapa sempit dan hangatnya memek perawan Puspa.

"Uuuuuuh.... Aku pipis Ooom..."

Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.

Aku perhatikan wajah innocentnya yang merem melek belingsatan merasakan seranganku, Aku jadi semakin gemas dan terpesona pada anak tetangaku ini. Benar-benar Hoki aku bisa mendapatkan gadis cantik ini sebagai pemuas birahiku.

”Mmmh... Om...”

“Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?”

“Ouuuh... enak sekali Om... oooh!”

Aku cumbui bibir dan lehernya yang membuat Puspa melenguh semakin kencang.

"Uuuuhhh.... ooooom...."

Sebenarnya aku ingin menggarapnya dalam berbagai posisi senggama. Tapi kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Yang penting dia mulai bisa menikmati. Di kesempatan lain itu masih bisa dilakukan.

Sekitar 20 menit aku menggoyang anak itu habis-habisan sampai akhirnya aku rasakan ada desakan kuat di pangkal penisku.

"Aagh... uuuh... Aku udah capek om.." keluh Puspa kewalahan mengikuti permainanku.

"Bentar lagi, sayang, om lagi enaaak...!"

Aku peluk tubuhnya, pompaanku semakin menggila, saat pejuku sudah diujung tanduk aku hentak keras kontolku sampai dasar!

CROOOOOOOOT.... CROOOOT!!

Kami mencapai orgasme bersamaan. Spermaku mengalir deras mengisi rahim kecil Puspa. Ku kecup lembut bibir gadis kecil manis itu.

”Uuumh... Oomh...” desah tertahan Puspa merasakan sensasi hangat di perutnya.

OH... Betapa nikmatnya menyetubuhi anak manis perawan inj. Sungguh-sungguh beruntung aku!!

Setelah berhenti berdenyut, aku cabut penisku dari memeknya. Lendir bercampur darah perawan mengalir keluar.

“Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?” tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai.

“Tapi takut Om..”

“Nggak usah takut. Takut apa sih?”

“Hamil” kata Puspa, khawatir.

Aku ketawa. “Masa baru sekali langsung hamil sih? Mbak Anggit aja nggak pernah sampai bunting sekarang.”

”Ta... Tapi Om...”

”tenang saja, pokoknya kamu percaya aja sama Om, oke?” Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya untuk menenangkannya. Aku tersenyum puas tidak peduli kalau aku bisa saja menghamili gadis lima belas tahun itu. yang terpenting aku bisa meredakan adik kecilku ini.

“Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya dari Internet.“

“Tapi, kalau ketahuan Tante gimana?”

“Ya jangan sampai ketahuan dong”

Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Puspa kugenjot dalam posisi menungging.

"Oh... ah... Om... Enaaak ooom..."

Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku lebih leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya. Aku tarik kedua tangannya ke belakang, dadanya menjadi membusung, memperlihatkan buah dadanya yang berguncang seirama dengan pompaanku. Setelah 15 menit lahar panasku kembali mengisi penuh memek kecilnya.

Hari itu, aku garap Puspa sepuasku dalam berbagai posisi. Paling tidak ku isi memeknya sampai empat kali. Puspa baru aku perbolehkan pulang ketika hari sudah gelap.

Selama beberapa minggu kemudian, aku sering memanggil Puspa ke rumah untuk memuaskan nafsuku dan benar saja, Puspa akhirnya hamil dan diam-diam melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat manis dan lucu. Warga desa yang kebingungan tidak menyadari kalau aku adalah ayah dari anak haram itu.

Betapa nikmatnya memperawani ABG tetangga!
 
Terakhir diubah:
Perawan memang menawan.
Ceritanya pancen oye
:jempol:
 
Bimabet
Wow, get the sweet taste of virgin. Lucky. haha
Oke juga ceritanya neh.
:alamak:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd