Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Memperbudak Para Mama

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Cerita 2

Aku duduk di meja makan warung sambil memperhatikan mama yang sedang sibuk melayani pelanggan-pelanggannya yang datang untuk makan siang. Tak seperti biasanya, warung makan kali ini tampak lebih ramai daripada hari kemarin. Jangan-jangan salah satu pelanggan mama ada yang tahu kalau mama pernah berjalan kaki bugil ke sekolahan?

Dua orang pemuda berbisik-bisik di meja makan. Karena aku duduk di dekat mereka, aku jadi tahu apa yang mereka bicarakan.

"Bibi itu pernah jalan kaki gak pakai baju," bisik salah satu pemuda. "Waktu itu aku baru saja mau pergi berkebun dan aku melihatnya jalan kaki bertiga dengan dua orang anak kecil. Salah satunya anak ini."

"Wah enaknya," bisik pemuda satunya. "Kalau aku jadi anaknya, aku pasti tiap hari bisa pegang-pegang tetek bibi itu. Coba lihat tubuhnya. Seperti pemain bokep saja."

Mereka berdua lalu tertawa.

Aku juga tertawa dalam hati. Siapa yang tidak senang memiliki mama dengan tubuh yang menggairahkan? Sementara orang lain hanya bisa mengkhayal tentang mamaku, aku sudah bisa menelanjanginya.

Menjelang sore hari, mama menutup warungnya karena makanan sudah habis. Mama tersenyum saat menghitung uang. "Lumayan, hari ini laris manis," kata mama. "Mama hari ini mau pergi arisan di tempat Ibu Tuti. Kamu jaga rumah dulu ya."

"Aku mau ikut," kataku.

"Ya gak apa-apa kalau mau ikut."

"Kapan mama berangkat?"

"Mama mandi dulu, habis itu berangkat."

Lima belas menit kemudian mama sudah siap berangkat. Mama mengenakan jilbab berwarna abu-abu dan daster bercorak bunga. "Kamu sudah siap?" tanya mama.

'Sudah ma. Mama gak ada pakaian lain selain daster ya?"

"Mama lebih suka pakai daster. Ayo berangkat."

Tempat Ibu Tuti hanya sekitar 20 meter dari rumah. Di depan rumah sudah banyak ibu-ibu berdiri sambil asik bergosip. Ketika melihat aku dan mama datang, mereka berhenti bicara dan memandangi mama dengan pandangan sinis. Sepertinya mereka baru saja membicarakan mama.

"Halo bu apa kabar. Wah anaknya sudah gede ya," kata salah satu dari mereka berbasa-basi. "Denger-denger ada wanita yang suka jalan sambil telanjang loh. Kamu hati-hati ya nak kalau ketemu orang gila seperti itu."

Air muka mama langsung berubah. Aku tertawa cekikan. Memang benar mereka sedang membicarakan mama. Tak lama kemudian mama sudah bergosip ria dengan para ibu-ibu tersebut sementara aku duduk di beranda rumah Ibu Tuti sambil makan kue. Arisannya belum dimulai, dan Ibu Tuti masih menata kue-kue camilan di atas piring. Aku bisa melihatnya dari beranda sini. Ini pasti akan lama.

"Ah bosan!" teriakku. Aku melihat mama yang masih bergosip dengan para ibu-ibu. Aku langsung mendapat ide.

Aku mendekati mama yang membelakangiku. Begitu dekat, aku langsung menyibak daster mama ke atas. Pantat mama yang terbalut oleh sempak hitam terpampang jelas di hadapanku. Mama diam saja, jelas ia ingat akan janjinya.

"Aduh bu anaknya kok dibiarin buka-buka daster mamanya?" tanya salah satu ibu-ibu itu sambil memperhatikan aku. "Malu, bisa dilihat orang lain nanti."

"Gak apa-apa bu, memang dia suka mainan kayak gitu," kata mama beralasan.

Aku mengendus-endus pantat mama. Setiap kali aku bergerak, daster mama pasti merosot turun. Daripada kesenanganku terganggu, aku segera melipat ujung dasternya ke atas sampai ke perut mama. Mama seperti tidak sedang memakai celana.

"Ibu ini gimana sih!" seru ibu-ibu itu terkejut. "Anaknya kok dibiarkan!"

Aku terus mengendus-endus pantat mama dengan lebih leluasa. Aku memeluk mama dari belakang sambil memainkan udelnya dengan jari telunjukku. Belum puas sampai di situ, aku menurunkan sempak mama sampai mata kaki. Ibu-ibu itu semakin kaget melihat memek mama yang dipenuhi jembut tebal dipamerkan di depan mereka.

"Bu... ini... ini sudah keterlaluan."

"Ti... tidak apa-apa. Ini sudah biasa kok," mama terus beralasan. Aku bisa merasakan paha mama sedikit bergetar karena malu atau grogi. Dengan menggunkan kedua tanganku, aku membuka pantat mama sampai anusnya yang kecokelatan muncul dari sela-sela belahan pantatnya. Aku langsung menjilatnya.

"Aaaaah..." desah mama pelan.

Seorang ibu yang juga membawa anaknya langsung menutup kedua mata anaknya. "Ayo kita masuk ke dalam rumah, di sini berbahaya," serunya kesal. Tepat di saat seperti itu, Ibu Tuti menepuk tangannya dan menyuruh kami masuk. "Ayo ibu-ibu, arisannya mau dimulai," katanya dari beranda rumah.

Kami pun segera masuk. Mama menaikkan sempaknya, sebelum ia menurunkan lipatan dasternya, aku langsung melarangnya. "Biarkan saja ma, mama lebih seksi kalau sempaknya kelihatan gitu."

Aku menambah lipatan daster mama dan aku melipatnya ke atas hingga di atas pusar. Aku mencium perut mama, lalu berujar, "Ayo ma kita masuk."

Aku dan mama terakhir masuk ke rumah. Melihat daster mama yang terlipat sampai perut dan menampakan sempaknya, membuat Ibu Tuti menegur mama, "Ya ampun bu, apa ibu gak malu berpenampilan kayak gitu?"

Wajah mama memerah, "Anakku suka kalau aku begini, kalau gak begini dia bisa nangis seharian."

"Ya sudah kita gak ada waktu lagi, ayo dimulai arisannya."

Arisan dimulai. Aku rebahan di pangkuan mama dengan wajah menghadap ke memeknya. Sesekali aku menurunkan karet sempaknya dan memainkan jembut mama yang mencuat keluar. Ibu-ibu yang duduk di sebelah mama langsung menjauh. Mereka tak henti-hentinya berbisik. Cuma Ibu Tuti yang sabar melihat tingkahku dan mama. "Sudah sudah, gak apa-apa. Toh itu demi anaknya juga. Lagi pula di sini tidak ada laki-laki lain juga. Kalian harusnya mengerti," katanya sambil membuka buku catatan arisan.

Aku menjilat-jilat udel mama. Sedikit asin tetapi aku suka dengan perut mama yang sedikit berlemak dan tidak sampai berlipat. Tanganku meraih kait behanya dari celah lipatan dasternya, lalu dengan sekali gerakan, aku melepasnya. Tek! Suaranya sampai kedengaran. Dengan sigap, aku melepas beha mama dan meletakkannya di lantai.

Tetek mama kini tergantung di hadapanku. Aku menyibak dasternya lebih ke atas lagi sampai dibawah lehernya agar tetek mama bisa dilihat oleh ibu-ibu di arisan. Jelas saja arisan itu dipenuhi kegaduhan; semua mata ibu-ibu itu terpaku ke kedua tetek mama yang sebesar pepaya dan uratnya terlihat sampai ke pentil.
Ibu-ibu di sekeliling mama terus memandang mama dengan jijik. Aku tidak peduli dengan itu. Aku langsung melahap pentil mama dan menyedotnya kuat-kuat. "Ssssss..." mama mendesis tertahan. Sementara aku menyusu, tangan kananku memuntir-muntir pentil mama satunya. Tidak sampai beberapa menit, pentil mama sudah mengeras. Aku jadi tambah semangat.

"tapi teteknya ibu bagus ya," ujar ibu yang duduk di sebelah kanan mama. Ia tadinya sedikit menjauh dan sekarang sudah mendekat kembali. "Apa benar kalau payudara bisa besar kalau selalu diremas?"

"Eh mungkin saja," jawab mama sambil menggigit bibir bawahnya.

"Boleh aku pegang teteknya ibu?" kata ibu itu. Aku tidak menyangka ibu itu cukup terbuka dengan tingkahku. Mama mempersilahkan ibu itu untuk memegang teteknya. Tangan ibu itu pun memegang tetek mama lalu meremasnya. "Wow, beda sama punyaku. Yang ini lebih berisi," serunya.

Aku berhenti menyusu. "Coba ibu pegang pentil mamaku ini. Ini yang terbaik," kataku mempersilakan. Tanpa ragu, ibu itu langsung menarik pentil mama dan tersenyum. "Benar-benar payudara yang bagus."

Karena ibu itu mau bersikap terbuka, ibu-ibu yang lain akhirnya melunak dan berhenti berbisik-bisik. Ibu Tuti akhirnya bisa dengan tenang mengeluarkan gulungan kertas dari dalam botol plastik dan mnyebut nama yang keluar keras-keras, "Yang mendapat arisan hari ini adalah Ibu Deni."

Sayang sekali mama tidak mendapat arisan kali ini. Semua orang mengucapkan selamat kepada Ibu Deni. "Selamat ya bu," ucap mereka.

Arisan itu berakhir dengan damai, meski beberapa ibu-ibu masih menggunjingkan mama. Seusai acara, Ibu Tuti mendekati mama dan berujar,"Lain kali jangan seperti itu lagi ya bu, ibu boleh melakukan apa saja demi menyenangkan anak ibu; tetapi ibu juga harus melihat kondisi di sekitar ibu. Ibu-ibu yang lain pasti sudah mencap ibu sebagai wanita yang gak bener."

"Iya bu, nanti anakku akan aku beritahu," ujar mama sambil merapikan daster dan jilbabnya. Aku memungut beha mama dan memutar-mutarnya ke udara. Mama pamit ke Ibu Tuti dan kami bergegas pulang karena hari mulai gelap.
 
Terakhir diubah:
Mantap suhu cerita ente.. Mamanya klo boleh usul hanya untuk melayani anak2 SD aja
 
Wah pindah kamar nih suhu,

Gelar tiker dulu dah sambil nunggu apdet :ngeteh:

Semangat suhu!, bawa santai aja asal pasti (apdet mksdnya)
alurnya sedang aja yg penting bikin tegang ;)
 
agak kurang masuk akal, anak kelas 2sd udh berfikir sejauh itu.
tapi soo far, bkin ngaceng bro pas pamerin tetek ke tukang sayur. di tunggu kelanjutannya :o

oh iya bro, klu ada sekalian mulustrasinya dong, biar lebih mantep bayangin nya
 
Entah kenapa agak ga masuk akal cuma gara2 pr matematika kls 2 sd, ibuknya mau di bunuh karakternya
Alasannya untuk mau di perbudak kurang kuat menurut ane suhu (prnya di buang trus nangis udah gitu aja)
Dan juga si yg memperbudak menurut ane kurang masuk akal jg cuma kls 2 sd. Tp sisanya udah keren bngt suhu

Tp tetep semangat suhu lanjutnya jngn sampe kentang :D
Ane cuma sekedar penikmat jd mohon maaf kalo ada salah kata suhu
 
Entah kenapa agak ga masuk akal cuma gara2 pr matematika kls 2 sd, ibuknya mau di bunuh karakternya
(Alasannya untuk mau di perbudak kurang kuat menurut ane suhu)
Dan juga si yg memperbudak menurut ane kurang masuk akal jg cuma kls 2 sd

Tp tetep semangat suhu lanjutnya jngn sampe kentang :D

memang ane buat gak masuk akal hu, abisnya bosan tokoh utama cerita bokep orang dewasa melulu. Taruh logika dulu sejenak.
:)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd