PART I
Hi, my name is Abi
Medio Sept 2021
Wanita hitam manis duduk menyisir rambutnya di depan kaca cermin di kamarnya, dia sedang siap-siap untuk pelayanan di sebuah ibadah pagi ini. Rambutnya yang agak keriting memang sedikit menyulitkan baginya untuk menyisir, sehingga dia sering mengikat rambutnya, meski sering dikomplain karena memang rata-rata singer wanita rambutnya suka digerai.
Ah, yang penting aku fokusnya ke pelayanan saja, biar orang bilang apa yang jelas hati dan jiwaku untuk Yang Diatas. Demikian pikir dia. Dia lalu melanjutkan menyisir rambutnya yang memang suka mengembang, lalu mengulas bibirnya dengan lipbam. Dia kurang percaya diri memakai lipstik yang agak berani karena kulitnya yang agak gelap memang berbeda dengan teman-temannya yang kulitnya putih, sehingga lebih mudah memilih warna lipstik.
“ka, lu naik apa?” tegur Jemima adiknya
“motor kali...”
“Alfred pagi jalan sama temannya motor dipake dia...”
“yah sudah, naik gojek palingan....
Dia memang hari ini melayani 3 kali ibadah sebagai singer, jam 7, jam 9, dan jam 11. Sedangkan keluarganya cenderung beribadah jam 11 siang, makanya dia harus duluan ke gereja. Nanti kembali pulang baru mereka pulang bersama.
Namanya sangat indah, Abigail Gayatri, usianya 24 tahun, kulit hitam manisnya menurun dari Ayahnya Samuel Mandalangi, kini berusia 58 tahun, asli dari Nusa Tenggara Timur. Ibunya Lily Suciwati 50 tahun, campuran Tionghoa Jawa, asli dari Surabaya. Abigail memiliki 2 orang adik, Jemima Candrakanti 20 tahun, duduk di semester 3 Sastra Inggris, sedangkan adik bontotnya satu-satunya laki-laki bernama Alfred Pamungkas 17 tahun dan saat ini kelas 2 SMA.
Abigail saat ini bekerja di perusahaan penyedia layanan co working space, dia merupakan personal asisten dari Operation Manager dari Co Working Space tersebut, sudah 3 tahun dia bekerja disitu setelah sebelumnya dia bekerja sebagai marketing di sebuah outsourcing bank untuk layanan kartu kredit.
Dia merasa sangat beruntung bisa mendapat kerja ditempat ini, karena dia bisa melanjutkan kuliahnya malam hari. Awalnya dia dikasih probation selama 1 bulan, karena memang PA nya Ibu Inge ini jarang ada yang bertahan, dan untungnya Abi mampu bertahan lama disitu, meski perlakuan dan tingkah bossnya sering keterlaluan kepadanya, namun dia sangat bersyukur karena dia bisa kuliah, dan kantornya ini tidak mempermasalahkan dia hanya lulusan SLTA dengan sertifikat computer dan bahasa inggris saja.
Bisa dibilang Aby adalah tulang punggung keluarganya saat ini, makanya dia selalu bersabar dan bersabar dalam pekerjaannya. Pelayanan juga sangat membantu dirinya, karena setiap dia melayani maka ada persembahan kasih yg dia bisa pakai untuk ongkos dia sehari harinya, kadang dia bagi untuk ke adiknya Mima juga yang masih kuliah.
Ayahnya sendiri mengalami nasib yang tragis sebenarnya. Dia merupakan pengusaha ekspedisi awalnya, usaha yang di rintis itu berjalan lancar tadinya. Dia lalu memikat hati Ibunya Aby, Lily Suciwati, teman gerejanya di Surabaya. Pernikahan mereka lalu berlanjut dan Lily ikut ke Jakarta, lalu mereka mampu membeli rumah di daerah satelit Jakarta, dan dikaruniai 3 orang anak.
Abigail satu-satunya anak yang mewarisi gen ayahnya. Sedangkan dua adiknya semua ikut kulit dan tampang ibunya. Makanya jika yang baru kenal suka merasa aneh melihat mereka bertiga, Aby yang berkulit gelap dan rambut keriting, sedangkan Alfred dan Mima berkulit putih dan rambutnya lurus. Dan itu jugalah yang membuat secara tanpa sadar, perlakuan ibunya agak berbeda ke Aby dibandingkan adik-adiknya, apalagi ke Alfred, yang satu-satunya laki-laki dan sangat dimanja oleh ibunya.
Usaha Samuel sekitar 4 tahun lalu diterpa masalah. Keuangan perusahaan yang memang dikelola dengan sistem keluarga, memang sedikit goyang dan puncaknya ialah mereka harus tertipu oleh rekan bisnis mereka, sehingga uang yang tadinya buat modal usaha yang dipinjam dari bank, akhirnya malah tidak mampu dikembalikan malah rumah yang mereka jaminkan sebagai penjamn, harus disita bank. Dan kini mereka harus mengontrak rumah sederhana, dan Aby harus berbagi kamar dengan adiknya Mima, karena 3 kamar saja dirumah ini tidak mampu menampung semua anaknya untuk tiap kamar masing-masing.
Aby ingat mamanya hampir mau gila waktu itu, bapaknya juga demikian. Rumah dan mobil mereka seketika berubah, dari mobil yang sekelas kijang innova, kini mereka harus mulai membiasakan untuk naik Xenia secondhand. Rumah yang dulu ada 5 kamar dan 2 lantai, kini harus turun ke tipe 45, 3 kamar dan share kamar mandi untuk mereka semua. Ngontrak juga bukan punya sendiri.
Sekarang ini ayahnya kerja serabutan, dia banyak membantu kawannya untuk mengurus dokumen PMI (Pekerja Migran Indonesia) atau jika ada yang mau buat passport dan dokumen lain, maka Samuel yang suka menawarkan jasanya. Penghasilannya pun sering tidak tentu, itu yang membuat Lily uring-uringan, karena dia harus bisa mengatur belanjaan bulanan mereka setiap bulan.
Padahal jika mengingat perilaku ibunya, yang membuat ayahnya juga berantakan usahanya karena kelakuan ibunya yang memang agak boros dan sedikit tinggi dan gengsi. Makanya saat mereka pindah ke rumah kontrakan, dia ingat ibunya hampir saja mau minta cerai dari ayahnya, karena tidak kuat menahan malu, dan juga tertekan karena harus turun drastis gaya hidup mereka.
Aby masih ingat awal-awal mereka pindah, papanya dan mamanya hampir tiap hari ribut, dan biasanya papanya yang lebih banyak mengalah. Sampai ada kata-kata dari mamanya yang bilang menyesal menikah dengan papanya, dan itu terdengar di kuping anak-anaknya. Dia tahu memang berat rasanya Mama menerima kenyataan hidup seperti ini setelah sekian tahun mereka hidup baik-baik saja, namun dia tahu sejak dia masih SMP papa sudah mulai kesulitan keuangan, makanya mungkin pinjam ke bank itu satu-satunya cara terakhir yang dilakukan meski berakhir dengan kegagalan.
Jika sudah ribut demikian, papa suka diam, kadang menghampiri dirinya. Diantara 3 anaknya memang Abigail yang paling dekat dengan Samuel. Abigail nyaris bisa dibilang Samuel dalam bentuk wanita.
Selain sabarnya dia, murah senyumnya dan ramah ke orang, Abigail juga memiliki satu hal yang tidak ada pada kedua adiknya, yaitu suara emasnya yang keren, makanya saat audisi untuk jadi singer di gereja, tanpa kesulitan Abigail terpilih. Gadis ini juga banyak mengalah untuk adik-adiknya. Dia rela tidak kuliah begitu papanya berantakan usahanya. Setelah bekerja setahun, dia lalu mengumpulkan uang untuk kuliah malam, sehingga siang dia bisa bekerja seperti biasa.
Hari-hari libur juga dimanfaatkan untuk melakukan hobinya yang menghasilkan, dia sering memasak kue, baik kue kering atau roti, lalu dipasarkan secara online, meski hanya sedikit produksinya, namun lumayan banyak yang suka beli kuenya, dan itu sangat membantu sekali untuk dirinya dan keluarganya.
Dengan pendapatan papa yang masih morat marit kadang ada kadang tidak ada, maka bisa dibilamng Abigail lah yang jadi tulang punggung keluarganya. Gajinya yang tidak seberapa sudah habis di hari pertama gajian, selain bayar kuliah, untuk hari-hari dirumah juga Abi yang menanggungnya, makanya uang makan dan transport dari kantor yang tidak seberapa, ditambah dengan Persembahan kasih yang dia terima setiap jadi imam musik, sangat membantunya untuk sehari hari.
Malah kadang Papa suka minta uang dari dia, belum lagi Mima, bahkan adiknya Alfred juga. Meski demikian Aby tetaplah bersyukur. Wajahnya nyaris tidak pernah sedih, selalu tersenyum dan ceria, membuat dia disukai di kantor, di lingkungan teman-temannya, bagi mereka Aby adalah wanita yang baik hati dan tulus, suka menolong.
Dan pagi ini dia sudah siap untuk ke gereja, dia lalu mengecek isi gopaynya, ternyata tarif ke gereja itu rp 20.000,- sedangkan gopay yang dia punya hanya Rp 12.000,-. Dia lalu bertanya ke Samuel yang sedang duduk di teras depan sambil lihat-lihat ponselnya.
“pah, bensin mobil udah abis yah?”
Samuel yang sedang whatsapp an hanya mengangguk
“udah kedap kedip dari kemarin, paling ke gereja trus balik nanti ke rumah mampunya...”
Abi hanya bisa terdiam, dia bingung. Motor juga jika sudah dipakai adiknya yang laki-laki, pasti lama pulangnya, dan Alfred ini benar-benar manjanya luarbiasa, jika ditegur galakan dia dan seringnya dibela oleh Mamanya. Padahal situasi seperti ini kan keberadaan motor itu penting banget.
Akhirnya Abi kirim wa ke Tantenya Flory, minta tolong ditransfer gopay 10 ribu. Dan untung Tantenya cepat buka wa dan segera dia kirim 20 ribu
Tante, makasih yah, minta 10 dikasih 20
Iya sama-sama By... nanti ganti yah kalo udah kaya
Amin Tante
Flory adalah sepupu dari Mamanya, Cuma sedikit beda dengan gaya Lily yang agak cenderung tinggi hati, Flory sangat rendah hati dan dekat dengan ponakannya Abigail. Dia suka minta tolong buatin kue jika ada acara-acara ibadah. Dia punya coffee shop kecil di rumahnya.
“ aku duluan yah... Ma, Pah.....Mima....” pamit dia ke orang rumah
Mamanya hanya diam manyun, papanya juga senyum dengan sendu. Dia tahu memang lagi bokek berat jika sudah pertengahan bulan seperti ini. Namun dia tidak ingin bersedih, dia selalu optimis bahwa Tuhan pasti tolong dan buka jalan.
Setibanya di gereja, dia melihat ada beberapa anak muda yang tergabung di Dewasa Muda dan terdengar tertawa sambil melirik ke arah dirinya.
Ada Levin disana memang. Levin adalah teman dia di youth atau remaja dulu, namun semenjak dia aktif kuliah malam, hampir tidak pernah dia ikut dewasa muda.
Memang Abi naksir dengan Levin, bukan hanya Abi saja, banyak yang naksir Levin, selain ganteng, anak muda yang kini yang usianya 2 tahun diatas Abi itu banyak disukai gadis-gadis di gereja, selain dia aktif, dia juga anak salah satu pengusaha travel, yang kini sudah aktif mengelola salah satu showroom motor miliknya, wajar banyak yang naksir.
Celakanya Abi memang suka kebablasan salah tingkahnya jika sudah didekat Levin, makanya jadi bahan ledekan teman-temannya, apalagi Mamanya Lily tanpa malu-malu suka memuji Levin jika sudah bertemu, makin membuat Abi sering jadi bahan ledekan.
Sosoknya yang berkulit hitam, rambutnya yang keriting dan gayanya yang memang tidak up to date, membuat dia sering dibuli dan dijadikan bahan olok-olok. Sampai ada yang bilang dia harus ngaca jika mau naksir Levin. Meski sedih medengarnya, tapi Abi memilih diam dan tidak ingin mendengarkan semua kata-kata seperti itu. Meski kadang suka minder dengan anak-anak gadis lain yang lebih modis gayanya.
Levin sendiri bersikap biasa terhadapnya, entah dia menjaga perasaan Abi atau memang pembawaaannya dia yang demikian. Yang pasti Abi merasa sekarang jadi suka rendah diri, apalagi jika mama kadang suka kayak berlebihan jika bicara dengan Levin, dan sikap Mama sampai jadi bahan bercandaan, karena dianggap tidak tahu diri mencalonkan anaknya dengan Levin.
Di lubuk hati Abi yang paling dalam, dia ingin sekali bisa bergaya seperti teman-teman lain yang tampil modis dan keren. Tapi apa daya, ada uang sedikit saja tiba-tiba ada saja keluhan dari Mama, belum lagi jika Mima dan Alfred minta jajan, tambah lagi dengan ongkos dia selama ini. Untung saja hampir dua tahun ini karena pandemi makanya kuliahnya banyak lewat online, sehingga sedikit banyak membantu.
Abi segera masuk ke dalam gereja, dia ikut bergabung dengan kawan-kawannya yang sudah datang duluan, mereka biasa latihan lebih awal dengan tim worship sebelum ibadah, dan seperti biasa komandan mereka ialah pemimpin pujian mereka yang bernama Felix. Dia koordinator yang agak galak dan suka bicara pedes jika latihan atau saat ibadah lalu ada nada yang salah, atau personal musiknya yang tidak sesuai dengan note yang diinginkannya. Felix juga yang mengatur siapa yang bertugas, bertugas dimana, apa di gereja induk atau di gereja ranting. Sehingga mau tudak mau banyak imam musik yang sedikit takut dengan dirinya, karena sudah bukan rahasia jika melayani di gereja ranting, persembahan kasihnya tidak sebesar di gereja induk.
Meski melayani adalah panggilan jiwa dan hati, tapi tetap saja yang melayani adalah manusia, hitung-hitungan matematika materi tetap saja ada dan ikut bermain, dan itu juga yang dipakai dalam sebuah komunitas besar seperti disini.