Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

Kisah perjalanan Joanes Emmanuel Frederik yang sejak kecil ditinggal ayah ibunya tewas kecelakaan pesawat kemudian ditinggal sang kakak Tirtasari Emmanuel Frederik satu-satunya orang dekat yang sangat disayang dan dicintainya.. Tiada lagi sanak-saudara.. Seorang diri.. Menyendiri..

Akankah Joanes Emmanuel Frederik akhirnya bisa terhubung dengan Abigail Gayatri sedangkan dalam pikiran Joanes Emmanuel Frederik tidak ingin bersama wanita dalam waktu yang lama hanya suhu @Elkintong lah yang tau akhir dari kusah ini Mendung Menggantung di Ambang Cinta..

Makasih suhu @Elkintong
 
PART IV

ARUS YANG BERUBAH

FLASH BACK : 22 TAHUN YANG LALU


“ampun mama.....ampun.....” suara teriakan beserta tangisan terdengar dari dapur, gagang kemoceng itu berkali kali dipukulkan ke pantatnya anak perempuan itu

“sudah dibilang jagain adiknya malah tidur kamu...” kembali suara sabetan kemoceng terdengar seperti dipecut di pantat anak itu.

Adiknya yang di kamar merasa miris mendengar jeritan kakaknya, dia bisa merasakan apa yang dirasakan kakaknya. Sabetan sapu, sabuk, kemoceng sudah jadi makanan sehari hari untuk mereka berdua, termasuk hari ini kakaknya yang kena sial, hanya karena tertidur, bayi kecil yang merangkak jatuh dari tempat tidur dan kakanya yang jadi sasaran.

Tidak lama kemudian kakanya masuk ke kamar, dia langsung memeluk kakaknya dengan penuh kesedihan.

“sakit De....” ujar Kakanya pelan, perih dan bekas sambitan kemoceng terlihat merah di paha kakaknya. Dia hanya bisa diam melihat itu, ada ketakutan tersendiri di matanya, namun juga rasa sedih melihat kakaknya dipukulin tadi.

Setiap hari pukulan, jeweran dan juga makian sudah jadi makanan sehari hari bagi mereka berdua, ada saja kesalahan yang mereka buat dan selalu kena. Bahkan belakangan ini hukumannya suka ditambah dengan dikurung di kamar mandi belakang atau tidak dikasih makan.

Hanya amah atau nenek yang suka kasihan ke mereka berdua, yang kemudian diam-diam memberi mereka makanan jika papa dan mamanya tidak melihat. Kadang jika badan mereka berdua sakit atau bekas pukulan itu ada tandanya, mereka dilarang sekolah oleh mamanya, karena pasti akan jadi pertanyaan di guru-gurunya atau temannya.

Bulan dan tahun indah diawal mereka datang ke rumah ini nyaris sudah usai.

Semua berawal dari tahun ketiga mereka pindah dari panti asuhan, mereka tadinya tinggal di panti asuhan, kini bisa menikmati rumah dan kehangatan orangtua, papa dan mama yang sangat baik dan perhatian, sekolahnya berjalan dengan baik, dan mereka mendapat tempat tinggal yang jauh lebih layak disini.

Namun di tahun ketiga, siapa sangka Mamanya Alin yang didiagnosa bakal sulit memiliki anak, justru bisa hamil. Tentu berita ini disambut dengan sukacita oleh seluruh keluarga, termasuk oleh dua anak angkat mereka Tirta dan Joanes, karena mereka bakal punya adik.

Tidak disangka justru berita sukacita yang harusnya menjadi awal yang indah, malah berubah jadi malapetaka bagi kedua anak angkat itu. Kelahiran Cecilia Suhendra yang merupakan anak kandung dari Rudi Suhendra dan Marlina Alin Lusiana, membuat semua kasih sayang orangtuanya tertuju ke anak kandung mereka, sedangkan anak angkat mereka, kini mulai tersisihkan.

Kamar Tirta awalnya yang digusur, dia diminta pindah dengan adiknya Joanes karena kamarnya dia akan dipakai untuk adiknya yang bontot. Wajah kecewa Tirta dibalas dengan bentakan Alin. Meski saat hamil juga sudah mulai ada bentakan dan suara keras, namun baru kali itu pertama Alin membentaknya dan memarahinya secara kasar.

Selain kehadiran anak kandung mereka, usaha kedua suami istri ini memang kena imbas lumayan besar, warnet besar milik mereka tutup karena penetrasi ponsel yang baru booming saat itu, dan itu ditambah kebiasaan Rudi yang suka main judi dengan teman- temannya. Semua masalah ekonomi, ditambah ada anak yang baru lahir, jadi pelampiasan kekesalan Alin ke Rudi ialah kedua anak angkatnya itu.

Rudi juga sama, jika pulang kalah judi dan pikirannya kusut, maka kedua anak ini yang suka jadi sasaran dia juga. Apalagi jika Tirta yang kini sudah SMP dan berusia 14 tahun lalai menjaga adiknya atau mengerjakan pekerjaan rumah, tanpa segan tangannya ikut mampir menghajar anak itu. Adiknya juga demikian, karena tidak ada ART, maka pekerjaan rumah dibebankan ke anak angkatnya itu, dan jika tidak beres bekerja, selain ancaman akan diberhentikan sekolahnya, ancaman akan diusir ke jalanan juga sering dilontarkan.

Ketakutan demi ketakutan harus dilalui oleh kedua anak itu. Ada rasa ingin memberontak dari Joanes, karena meski usianya masih 11 tahun, naluri dia sebagai laki-laki yang melihat kakak kandungnya dipukulin juga sering bergejolak, namun tetap saja rasa takut jika diusir membuat dia hanya bisa diam.

Cecil sebenarnya anak kecil yang manis, dia hanya menangis jika haus atau normal sebagai anak bayi yang baru beberapa bulan, dan kedua kakaknya sangat sayang keapdanya. Hanya saja entah kenapa kedua orangtuanya ini selalu aja setiap ada masalah apa, mereka berdua yang jadi sasaran.

Dan malam ini kembali masalah besar terjadi. Gara-gara sore hari Rudi keluar lupa kunci pintu pagar, sepedanya digondol maling. Amarah sang ayah ini meledak luar biasa, kali ini Joanes yang jadi sasaran, dianggap tidak memeriksa pintu. Sabuk pinggangnya menjadi senjatanya kini, betis dan punggung Joanes memar-memar dibuatnya, dia seperti orang kesetanan mengajar anak kecil berusia 11 tahuhn itu, sampai Amah harus memeluk Joanes agak tidak dipukul lagi. Joanes lalu dikurung dikamar mandi sore itu.

Malam harinya, karena kasihan adiknya belum makan, Tirta lalu berinisiatif mengambilkan nasi dan lauk untuk adiknya yang masih dikurung di kamar mandi. Dan ini melanggar aturan yang sudah dibuat oleh Rudi dan Alin. Alin lalu menghajar Tirta dengan kemoceng, hingga Tirta berteriak kesakitan, dan Rudi yang pulang mendengar cerita Alin, bukannya kasihan, malah anak perempuan itu dihajar jidatnya dengan sapu lidi.

Amah yang melihat itu marah ke anaknya, meski itu tidak menyurutkan amarah Rudi, dia tetap menghukum kedua anak itu. Mereka disuruh masuk ke kamarnya, dan besok pagi wajib membersihkan rumah dan loteng atas atas kesalahan mereka. Sambil menangis mereka berdua, amah yang kasihan lalu meberi makan ke anak berdua itu, dia heran melihat perlaku anak dan menantunya belakangan ini sangat kasar, meski dia tahu kondisi ekonomi mereka lagi kurang bagus, tapi menyiksa anak bukanlah solusinya.

*************************

Kesakitan dan pnderitaan mereka berdua rasanya sudah sampai di puncaknya. Malam hari sambil makan mereka berdua berpelukan. Dengan penuh linangan airmata, Tirta membelai kepala adiknya. Obat merah yang diambil diam-diam di box obat-obatan lalu dibaluri ke paha Joanes yang merah dan memar bahkan terluka

“ sakit De..?”

“iya Ka....”

Mereka terisak berdua

“kok papa dan mama sekarang jahat yah ama kita, Ka...”

“ngga tau De.... kita khan bukan anak kandung mereka.... ada Cecil jadi kita sekarang jadi anak buangan...”

Joanes masih menangis pelan

“jangan nangis lagi De... nanti didengar papa atau mama kita dipukulin lagi...”

Bocah itu menganggukan kepalanya

“kaka sakit ngga?”

Tirta menganggukan kepalanya

“yang kemarin belum kering udah dipukul mama tadi, perih lagi....”

Joanes melihat jidat kakanya yang lebam gara-gara digetok papanya

“mereka bukan papa dan mama kita, mereka jahat.....”

Tirta hanya terdiam sambil terpekur dia lalu menyodorkan nasinya ke Joanes.

“abisin De...”

“buat Kaka aja...”

Tirta tersenyum

“kaka udah kenyang...buat kamu aja....”

Joanes diam, lalu dia makan dengan lahapnya, sesekali airmatanya turun. Dia kadang rindu dengan orangtua aslinya yang sudah tidak ada. Jika papa dan mamanya yang asli masih ada tidak mungkin nasib mereka berdua akan seperti ini.

Tiba-tiba Tirta berbisik ke kupingnya pelan

“dek.... kita kabur yuk....”

Joanes terkaget mendengarnya

“ha...kabur kemana Kak?”

“kemana aja, asal kita keluar dari rumah ini...”

Joanes terdiam bingung

“nanti kita makan gimana?”

“kita cari makannya De.... kaka kerja nanti, buat makan kita berdua....”

“kerja dimana?”

“apa aja De...mulung atau ngamen kek... atau cari siapa orang baik yang tampung kita....”

Joanes masih galau mendengar ajakan kakaknya

“daripada kita disini dipukulin terus.... “

“nanti sekolahnya gimana Ka....”

“nanti kita pikirin lagi De, asal kita sudah bisa baca tulis cukuplah. Kaka ngga kuat dipukulin terus”

Joanes diam

“aku juga Ka....sakit....”

Dia memeluk adiknya

“ayo, kita beresin baju kita sama buku-buku yang kita bisa bawa....” ajak dia ke adiknya

Malam itu pelan-pelan mereka masukin baju mereka semampu mereka bawa, dan juga buku sekolah mereka, mereka taruh tas itu disamping garasi depan secara pelan-pelan.

“nanti gimana kita keluarnya, Ka?”

“papa khan jam 12 atai jam 1 pulang, nanti dia pasti mandi dan buang air, baru dia keluar lagi gembok pagarnya, pas dia mandi kita kabur....”

Tirta sudah hapal kelakuan papanya itu. Makanya dia merencanakan dengan matang agar jangan sampai gagal upaya mereka melarikan diri malam ini.

Joanes lalu masuk ke kamar Cecilia. Kamar kakaknya dulu dibuat untuk kamar cecil sekarang, dia memang tidur terpisah dari mamanya, dipasang alarm jika cecil nangis mamanya langsung dengar dari kamarnya. Joanes melihat sejenak wajah pulas Cecil yang sedang tertidur, dia lalu mencium adiknya itu. Dia sangat sayang dengan Cecil, sering diajak main masik masih bayi, dia dan Tirta yang bertugas menjaganya.

“selamat tinggal yah Cici.....” bisik Joanes, sambil mencium kepala Cecil.

Dan kemudian mereka menunggu, Tirta sengaja tidak tidur, dia menunggu sampai papanya pulang. Dan benar saja, jam 00.45 Rudi pulang, pintu pagar terdengar terbuka. Tirta dengan deg-deg an dia mengintip dari pintunya, dan benar saja Rudi langsung masuk ke kamarnya. Dompetnya dia seperti biasa dia letakan di lemari gantung dekat meja makan, kunci motornya juga demikian.

Segera Tirta membangunkan adiknya, Joanes terbangun, lalu ikut kakaknya dari belakang. Tirta lalu menyuruh adiknya, untuk mengambil uang di dompet Rudi. Dan dengan cepat Joanes mengambil uang di dompetnya, tanpa menghitung dia mengambilnya, lalu segera mereka berdua mengendap endap keluar, dan dengan pelan-pelan mereka membuka pagar yang memang belum digembok oleh Rudi, dan dengan membawa tas berisi pakaian dan buku, mereka keluar dari gerbang dan segera berjalan dengan cepat menuju ke jalan depan.

Mereka berdia lalu menyetop bajaj...

“mau kemana De?”

“ke Citra land Pak....”

Segera dia berdua naik bajaj ke Citraland, dan setelah mereka hitung uang yang mereka bawa ada 420 ribu. Sesaat mereka senang, karena mereka bebas dari neraka di rumah tersebut, namun tanpa mereka sadari bahwa diluar sudah menunggu neraka baru untuk anak seusia 14 dan 11 tahun seperti mereka berdua. Mereka lalu mencari emperan toko atau tempat yang agak terlindung untuk mereka bisa beristirahat.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd