Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

TSnya gak butuh duit dari sini
Udah banyak duitnya
Wkkwkwkw......

Nuhun Suhu @Yhonoz ... Tetaplah kita perlu uang.... Tapi ngga harus lewat cerita disinilah... Ini sekedar menyalurkan hobi dan share hayalan hamba....

Namun pastinya hamba ngga akan buat yg namanya primer atau account berbayar.. apalagi ngambek ama suhu2 pembaca gara2 cerita kurang direspon....😁😁😁😁

Sabar yah ... Cerita ini akan hamba update hari ini... Masih belum sinkron antara masa lalu yg diflash back dengan masa kini nya sosok JEF memang sedikit membingungkan pembaca.... Jadi updatenya akan hamba usahakan lebih sering...

Tentang sebuah rasa juga akan hamba update hari ini....

Mohon maaf semua suhu.... Kesibukan di Real Life memang membutuhkan konsentrasi lebih ... Makanya hampir 2 bulan hamba agak menghilang, karena harus hinggap ke satu tempat dan tempat lain....

Mohon ditunggu updatenya cerita ini yg akan hamba update sekitar 1 jam dari sekarang.....
 
PART VII

Pelayanan Perdana



Ibadah raya di jam 11 memang merupakan jam favorit bagi banyak jemaat, karena waktunya tepat dan selesai dari gereja mereka bisa jalan dengan keluarganya, tidak terkecuali ibadah siang hari ini juga termasuk penuh dan sesak ruangannya.

“ada bapak-ibu yang baru pertama kalinya hadir di tempat ini? Mohon berdiri?” tanya Worship Leader atau pempimpin pujian dari atas mimbar pujian.

Jef baru kali ini hadir di gereja ini, namun dia sengaja tidak berdiri, karena jika dia berdiri maka akan jadi pusat perhatian ratusan jemaat yang hadir, dia memilih diam dan tetap duduk. Namun dia meperhatikan semua WL, Singer dan juga para pemain musik, termasuk saat Gembala Gereja Bapak Ps. Richard Thomas tadi berkhotbah.

Selesai ibadah dia juga sempat melihat lingkungan gereja yang sempit sekali dengan jemaat yang sangat besar, pergantian shift ibadah membuat jalan agak macet. Tadi dia memang mendengar bahwa mereka sedang bergumul dalam doa untuk membangun tempat ibadah yang baru, sehingga memerlukan topangan doa dan dana.

Sebenarnya Jef aslinya seringnya beribadah di salah satu gereja di kawasan Jakarta Utara, ada sosok bapak rohaninya disana Ps William Adiguna dan istrinya Ibu Inggrid. Namun karena lokasinya yang lumayan jauh dari tempatnya di kawasan selatan, dia lalu bertanya ke Pak William jika ada gereja cabang disini.

Pendeta William lalu merekomendasikan gereja yang dipimpin oleh Pendeta Richard sebagai tempat dia beribadah jika memang ingin pindah dan membangun rumah disini. Jef lalu meminta ke Pak William dan Ibu Inggrid untuk tidak membuka siapa dirinya ke Pendeta Richard dan pekerja lainnya.

Sama dengan kondisi di gereja yang dipimpin oleh Pak William, sosok Jef hanyalah Pak William dan keluarga yang mengenalnya secara dalam. Dia tidak ingin dikenali banyak orang. Baginya diam dan tenang adalah sebuah hal yang sudah menjadi rutinitasnya. Demikian juga di tempat yang baru, dia tidak ingin membuka diri dan bersosialisasi secara aktif.

Meskipun dia akan ikut melayani, maka tugasnya hanya melayani dan beribadah, untuk bersosialisasi dan jalan bareng atau berkumpul ramai-ramai, apalagi membuka dirinya siapa, Jef lebih memilih untuk tidak membukanya.

Satu lagi yang membuat dia ingin bergereja disini ialah kemungkinan pindahnya dia ke kawasan ini. Karena perusahaanya saat ini sedang membangun Altair Residence, yang jaraknya sekitar 5 km dari gereja ini. Altair merupakan salah satu proyek perumahaan yang besar karena ada kurang lebih 500 unit rumah yang dibangun, dan ada 60 unit ruko didepannya.

Sebelumnya di tempat yang sama mereka sudah membangun townhouse dengan unit sekitar 80 unit dengan nama Spica Residence. Semua perumahan yang mereka bangun rata-rata diberi nama bintang seperti Spica, Lyra, hingga Altair.

Dalam proses pembangunan, lahan besar di depan perumahan yang landscapenya sedikit berbukit, berhasil dibebaskan oleh Tirtasari, lalu Jef memerintahkan agar lahan 300 x 50 meter itu diurus ijinnya untuk dibuatkan ektension perumahan lagi dengan membagi 7 kavling sehingga dia di pojokan mendapat lahan sebesar 60 x 50 meter, dan dia ingin membangun istananya disana. Alam yang masih relatif lebih sejuk dan nyaman dibanding Jakarta, membuat dia memilih disini untuk membangun rumahnya.

Tinggal di hotel yang dekat dengan kantornya sebenaranya menyenangkan juga. Namun lahan parkir yang terbatas dan feelnya dia untuk tinggal dirumah yang benar-benar homey, membuat dia berpikir untuk membangun sebuah rumah yang memiliki fasilitas lengkap.

Jauh di lubuk hatinya, keinginan dia untuk menikah dan membangun rumah tangga selalu ada. Meski dia sudah bertekad bahwa dia harus menemukan kakaknya terlebih dahulu sebelum dia menikah. Lagipula trauma gagalnya hubungan dia dengan dengan mantannya Catherine yang kini sudah menikah dengan orang lain, masih membekas di hatinya.



*****************​


Seminggu kemudian, menjelang akhir Oct

Koordinator iman musik dipanggil oleh oleh Gembala Gereja Ps. Richard tepat hari Sabtu pagi. Felix merupakan pemimpin pujian, yang juga menjabat sebagai Koordinator Imam musik di gereja cabang ini, dan juga untuk gereja ranting yang lebih kecil, namun masih dibawah naungan gereja mereka.

“ Felix, nanti ada yang mau jadi imam musik juga yah.... namanya Joanes...” ujar Ps Richard.

“harus audisi dulu Pak...” jawab Felix

“ ngga usah... langsung latihan aja.... mohon dibantu jika masih kurang-kurang...” sambungnya lagi sedikit menegaskan.

Felix sedikit kaget, dalam setiap penerimaan imam musik atau juga disebut pemain musik di gereja ini selalu harus ada audisi. Namun kali ini Gembalanya sendiri meminta untuk proses ini dilangkahi khusus untuk satu nama yang belum dia kenal. Dia agak bingung, karena semua imam musik baik pemain musik hingga singer harus diaudisi dan dites, ini tiba-tiba satu nama ini langsung masuk dan disuruh latihan.

“maaf Pak, apa saya boleh tahu apa alasannya dia tidak harus diaudisi?” tanyanya pelan

“ dia dititip oleh salah satu gembala kawan saya juga....mohon dibantu....” ujar Richard lagi.

“baik Pak.”

Meski hatinya sedikit protes, namun Felix tetap patuh dengan arahan gembalanya, dia lalu menginformasikan di grup whatsapp bahwa akan ada pemain keyboard baru. Dan tentu saja menimbulkan protes di kalangan teman-teman sesama tim musik, apalagi saat mereka tahu dia masuk langsung lewat jalan tol tanpa ada audisi terlebih dulu.

Budi, nanti tetap hadir latihan, jadi jika dia masih belum bisa ngikutin lu gantiin dia.

Perintah Felix di whatsapp group imam musik.

Jam 15.00 semua sudah mulai berdatangan di studio tempat latihan menjelang ibadah. Felix dikejutkan dengan sosok tinggi yang berdiri di depan studio musik gereja, yang berada diluar kompleks gereja di sebuah ruko tepatnya yang juga dipakai untuk menyimpan alat-alat multimedia.

“shallom, Bang Felix yah....”

“shallom juga... Joanes yah....” mereka lalu bersalaman

“ayo, masuk yuk....” ajak Felix

Mereka masuk ke dalam ruko, naik ke lantai 2

“sebelumnya gereja dimana?”

“oh, tadinya Cengkareng, cuma karena pindah kesini jadi kalau bisa sih ingin melayani disini....” jawabnya pelan

“oh gitu....pelayanan juga disana...?”

“main musik?” tanya Joanes balik

“iya...”

“oh ngga...baru mau kali ini Bang...”

“oh.....”

Feliks membuka pintu studio

“biasanya sih kita ada audisi, namun kali ini kamu sangat spesial lho kasusnya, langsung diminta latihan...”

Joanes hanya terdiam

“ayo.... kita kenalan sama yang lain”

Joanes lalu menyalami semua yang hadir didalam studio itu, ada total 4 singer, 2 gitaris, 1 drummer, 1 pegang kongga.

“shallom semua, hari ini kita kedatangan imam musik yang baru, dia akan pegang keyboard.... karena baru datang, jadi kita akan lihat dulu bagaimana... nanti setelah itu jika sudah bisa seirama dengan teman-teman semua bisa langsung ikut pelayanan yah...”

Semua tersenyum melihat nya

“silahkan perkenalkan diri dulu....” ujar Feliks lagi

Joanes lalu berdiri

“shallom semua...perkenalkan nama saya Joanes.... semoga bisa diterima dengan baik untuk ikut melayani disini....”

“shallom juga ... selamat datang yah...” ujar yang lain.

“kasih tau dong yang lain tentang kamu.....” cetus Feliks lagi

“iya...... masa nama doang....” timpal Budi

Joanes tersenyum

“apa yah....” dia bingung

“”tinggal dimana.... status.... umur.....gitu deh...” kejar Budi lagi

Abigail yang kebetulan ada disitu hanya diam sambil tersenyum, memang selain Feliks yang sedikit agak beda, Budi juga termasuik suka usil

“saya tinggal ngekost di dekat Jatisari.... depan perumahan Spica Residence....”

“oh....dekat lu yah Jer...” tanya Budi ke Jeri pemain gitar

“jauh.....” jawab Jeri

“status?”

“status masih bujangan...” sambil menundukan wajahnya

“wuih... Abi, masih bujang nih....” ledek Budi ke arah Abi yang duduk dekat dirinya.

“apa sih Bang....” agak malu Abi mendengarnya

“kerja dimana?” tanya Felix

Joanes menundukan wajahnya lagi

“masih nganggur Bang...masih baru mau cari-cari...”

“oh.......” pada koor berjemaah meski pelan

‘jadi karena nganggur makanya melayani dulu yah....” tanya Felix lagi setengah menyindiri.

Joanes seperti disudutkan

“ mudah-mudahan dengan melayani dibukakan jalan Bang.... “ ujar Joanes lagi.

“amin...”

“oke....mari kita doa sebelum mulai.....”

Latihan pun dimulai, semua list lagu yang diberikan meski masih perlu penyesuaian, namun Joanes bisa mengikuti dengan baik. Dan sampai latihan selesai dia sudah mampu beradaptasi, sehingga Felix mau tidak mau mengiyakan Joanes untuk ikut dalam pelayanan besok. Dari 4 ibadah raya, joanes bertugas di ibadah pagi dan sore.

Selesai latihan, semua pada pamitan pulang dan karena pada bawa kendaraan masing-masing, hanya tersisa Joanes dan Abigael yang tertinggal.

“bang.... pulang naik apa?” tanya Abi ramah

“oh... naik gojek palingan Mbak...” jawab Joanes

“ih, panggil Abi aja.... khan pasti tuaan abang dari aku..”

“oh iya.....”

Joanes memperhatikan anak ini senyum aja dari tadi, diomelin gara-gara salah atau kurang sinkron saja dia tetap senyum sambil minta maaf.

“abi naik apa?”

“sama, ini lagi pesan gojek...”

“oh oke.....”

“jangan suka diambil hati yah omongan Bang Felix dan anak-anak....” ujar Abi “ aslinya baik-baik kok mereka...’

“oh ngga apa-apa kok.... aku fokusnya pelayanan aja....” jawab Joanes

“amin.... semoga abang cepat dapat kerja lagi yah.... semangat....” hibur Abi

Joanes tertawa melihat tingkah lucu Abi.

“saya duluan Bang....” pamit Abi karena gojeknya sudah datang

“oke Abi, sampai jumpa besok....”

“iya Bang.... bye...”

Begitu Abi berlalu, Joanes lalu menelpon seseorang

“pak Dirman dimana?”

“saya lagi di warkop, dekat pom bensin Pak...”

“yang keluar gereja sebelah kanan?”

“betul Pak... bapak mau saya jemput kesana?”

“ngga usah.... tunggu aja disitu....”

Joanes lalu berjalan ke depan, dia menyebrang jalan lalu menyetop angkot. Dia naik angkot dan turun di depan POM Bensin, selesai bayar ke sopirnya dia menyebrang lagi dan langsung masuk ke dalam mobil Land Cruisernya yang diparkir di POM Bensin.

“ayo pak...”

“kemana kita Pak?”

“pulang....”

“siap Pak....”

“besok jam 5.30 pagi sudah standby yah..”

“siap Pak..”

Joanes lalu mengeluarkan iphonenya dan tabletnya dari dalam tasnya dan mulai mengecek semua email, whatsapp hingga pesan yang masuk, sesekali dia membalas pesan yang masuk, juga menelpon ke Edward untuk koordinasi, lalu tiba-tiba ponsel samsungnya bunyi, ternyata nomor barunya dia yang dia berikan ke Felix sudah dimasukin ke grup imam musik, dan beberapa wa masuk megucapkan selamat datang dan selamat bergabung untuk dirinya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd