Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

Kehabisan kata melukiskan karya2 suhu yang satu ini. T.O.P. pokoknya. Plus update-nya selalu dinanti-nantikan. Makasih suhu.
 
PART VIII



Flash Back 17 tahun yang lalu

Sebuah Turning Point



Hari-hari akhirnya harus Joanes lalui tanpa kakaknya Tirta......

Setiap hari dia bolak balik ke lokasi perempatan tempat kakaknya ditangkap oleh stapol PP, pagi siang dan malam dia harus kesana, berharap kakaknya akan datang, namun semuanya berakhir sia-sia. Tirtasari tidak pernah menunjukan wajahnya lagi kesana.

“mungkin dibawah ke dinas sosial...... pasti lama disana...apalagi jika tidak ada keluarga....” ujar Mang Dudung

Hati Joanes makin nelangsa. Di dunia ini hanya dia saudara kakaknya, dia pun hanya punya Tirta saat ini. Bagaimana mungkin dia kesana datang mengakui sebagai saudaranya? Yang ada dia akan ikut ditangkap dan masuk ke panti sosial.

Kondisi dan tekanan harus melanjutkan hidup, membuat Joanes akhirnya menerima kenyataan bahwa dia kini harus terpisah dengan kakaknya Tirta. Airmatanya kini sudah mulai jarang turun bila mengingat kakaknya. Dia hanya bisa berdoa bahwa kelak nanti dia pasti akan bertemu dengan kakaknya.

Ketergantungan dia ke Tirta memang sangatlah tinggi, sehingga itu yang membuat dia sangat sulit untuk melanjutkan hidup sendiri. Bajunya dia yang nyuci kakaknya, disuapin pun makan sama kakaknya meski dia sudah berusia 13 tahun. Apa-apa harus dengan kakaknya, dan kini dia harus sendiri menjalani hidupnya, membuat Joanes sedikit kesulitan.

Dan kondisinya semakin diperparah ketika gubug tempat dia tidur setiap malam, dirazia dan dibongkar oleh PT KAI karena memang ada di lahan milik KAI, sehingga semua tenpat tidur, barang-barang mereka harus hancur dan rata dengan tanah.

Isak tangis para penghuni seakan tidak diperdulikan, ada beberapa orang termasuk Joanes ikut melempari para petugas, namun tetap saja penggusuran dilaksanakan dan semua dipaksa harus meninggalkan lahan milik negara yang sudah mereka tempati sekian lama.

Joanes hanya bisa termenung melihat gubugnya yang selama ini dia dan kakaknya tempati harus hancur. Dia lalu mengambil baju-baju dan barang yang tersisa, buku-buku pelajarannya juga berantakan dan nyaris hancur akibat diinjak oleh petugas dari KAI.

Bedu kawannya mengajak untuk pindah ke kawasan pusat Jakarta. Menurutnya disana ada kawannya juga yang tinggal dan relatif sedikit aman dibanding dikawasan barat Jakarta tempat mereka sekarang.

Meski agak berat karena takut kakaknya datang mencari dan dia tidak ada, namun Joanes akhirnya ikut dengan Bedu, melanjutkan hidup disana. Hidup dengan suasana baru dan teman-teman baru. Untuk menyambung hidup, dia suka membantu dipasar jadi kuli angkut, atau ikut Bedu kadang mengamen dijalanan, meski jarang sekali dia lakukan.

Joanes masih menyempatkan sesekali datang ke perempatan tempat dia dan kakaknya terpisah, bertemu dengan Mang Dudung yang masih setia berjualan nasi goreng, namun kabar tentang kakaknya masih nihil dan belum ada beritanya.



****************​



Pergaulan Bedu ternyata sudah mulai lebih liar dibanding Joanes. Usianya yang lebih tua 2 tahun dari Joanes, membuat dia lebih brutal dan mencari uang dengan cara yang berbeda. Dia mulai mencoba mencari uang dengan cara yang mudah, yaitu mencuri.

Kebiasaannya mencuri ini memang sedikit banyak diketahui oleh Joanes. Joanes sendiri tidak pernah terpikir untuk mengikuti jalannya Bedu. Dia selalu ingat ajaran Kakaknya, bahwa mencuri itu dosa, meski mereka tidak ada uang, mencuri pantang baginya. Dan prinsip itu dia bawa terus hingga sekarang ini.

Dan hingga suatu ketika, Bedu yang sedang berjalan berdua dengan Joanes, mencoba mencuri ponsel yang tergolong barang mewah dari sebuah toko saat mereka melintas. Dan saat dia keluar dari toko tersebut sambil mencoba lari, namun keburu kepergok. Penjaga toko dibantu dengan beberapa orang disitu lalu mengejar Bedu, melihat Bedu ditangkap orang, Joanes yang melihat kawannya ditangkap orang, tanpa melihat dan mnegetahui apa yang terjadi, malah ikut mencoba menyelamatkan temannya. Tak ayal dia pun ikut ditangkap, dan dengan cekatan dia lalu berontak dan mencoba melawan, celakanya Bedu yang harusnya menjadi otak dan pelaku tunggal, malah kabur karena yang menangkapnya lebih fokus dengan Joanes.

Sungguh sial bagi Joanes, dan dengan tidak adanya backup, identitas dan keluarga yang buram, hidup sendiri, membuat tudingan dia sebagai salah satu pelaku pencuri kian kuat. Meski dia menyangkal setengah mati, tetap saja dia dibawa ke kantor polisi. Dan dengan airmata dan tangisan pun, nasib Joanes akhirnya harus menerima nasib buruk, ditahan oleh kepolisian setempat.

Hari-hari anak gelandangan ini pun berakhir dibalik jeruji besi. Dia pun akhirnya harus memulai nasib barunya dibalik penjara. Meski ditahan di sel anak, namun tetap saja fase hidup baru bagi Joanes ini sungguh tragis bagi dirinya.

Ditambah dengan menghilangnya Bedu bahkan keluarga Bedu yang masih lengkap juga tidak membesuk dirinya, dan tanpa adanya keluarga, Joanes akhirnya ditahan di penjara anak dengan hukuman 4 bulan 15 hari. Tanpa adanya pendampingan keluarga, kehilangan kakak, menerima hukuman yang bukan dia yang lakukan, membuat dia sangat tertekan. Namun hidup tetap harus berjalan, dan dia akhirnya menjalani hidupnya sebagai tahanan anak di penjara khusus anak.



***********************​

Selesai menjalani kehidupan sebagai tahanan anak, sedikit demi sedikit dia sudah mulai tahu dan merasakan bagaimana rasanya menjadi tahanan. Meskipun ditahan di penjara anak, namun kerasnya hidup didalam sedikit banyak sempat dia rasakan. Ini sedikit banyak menempa dirinya menjadi lebih keras dan kuat.

Dan dia kembali balik ke lingkungannya lagi. Dia sempat kembali ke kawasan tempat dia tinggal dulu, Bedu dan orangtuanya sudah menghilang. Dia lalu kembali ke kawasan lama tempat dia dan kakaknya sempat tinggal, namun hanya Mang Dudung yang menemuinya, dan jawabannya tetap sama, kakakmu tidak kembali juga.

Turun ke jalanan membuat Joanes harus membiasakan kembali hidup dengan apa adanya yang ada. Dia mulai harus mencari makan sendiri lagi, berjuang keras untuk makan hari demi hari, dan perjalanannya di jalanan mempertemukannya dengan kawan barunya, yang mengajaknya pindah ke kawasan utara Jakarta, kawasan pelabuhan dan industri.

Berada di lingkungan barunya, Joanes masih kuat dan mampu untuk tidak ikut gaya hidup anak jalanan. Dia tidak mencoba rokok, miras atau juga ngelem gaya anak-anak jalanan atau anak punk. Dia cari uang hanya untuk makan, dan di usia 15 tahun badannya memang bongsor dan besar, dan punya nyali yang cukup, membuat dia mulai diajak orang-orang dewasa disekelilingnya untuk menjadi kawanan gengster.

Preman kawasan disitu lalu mengajak dirinya untuk ikut jadi tukang tagih jatah setoran gelap. Gaya Joanes yang pendiam dan jarang bicara, namun memiliki badan yang mulai berotot, sering sekali jadi centeng buat para brengos setempat. Dan tidak jarang dia harus beradu fisik dengan sesama preman atau orang yang bersebrangan dengan dengan dirinya.

Hingga suatu saat kerusuhan pecah antar geng di kawasan pelabuhan karena memperebutkan wilayah kekuasaan, dan imbas dari kerusuhan itu membuat dia kembali harus berurusan dengan pihak berwajib. Dan karena terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa dia juga terlibat dalam perkelahian itu, maka Joanes kembali harus mendekam di balik jeruji besi untuk kedua kalinya.

Penyesalan yang besar harus dia alami, menjalani hidup agar bisa dapat uang lebih dan bisa mencari kakaknya, malah membuat dia harus berurusan dengan pihak berwajib lagi. Dan kali ini dia harus menerima vonis yang lebih besar dari yang sebelumnya, hukuman akibat penganiayaan dengan benda tumpul dan pengeroyokan, Joanes harus menerima vonis selama 1 tahun penjara.

Dia lalu dikirim ke penjara anak kembali.

Di penjara anak kali ini, dia merasakan sesuatu yang berbeda dengan penjara sebelumnya. Karena disini banyak anak-anak yang lebih tua usianya, serta beragam jenis pelanggarannya dibanding penjara dia sebelumnya. Dan meski status sebagai penjara anak, namun sistim dan gaya disini mirip sekali dengan penjara umum.

Dia merasakan yang namanya dikomit atau dimintain harus ada uang dan jika tidak maka harus menerima konsekuensinya. Digebugin oleh yang dituakan dikamar yang disebut buser penjara atau oleh palkam (Kepala Kamar). Nasibnya yang bukan dari anak berada alias dayak (sebutan bagi yang anak hilang di dalam bui) membuat dia menerima konsekuensinya dan sering digebugin.

Didalam sel tersebut ada anak Ambon juga yang bareng dengan dirinya, namanya Michael. Nasibnya juga kurang beruntung, dan karena di penjara ini anak ambon hampir tidak ada, maka nasib Michael sama dengan Joanes, dianggap anak hilang.

Seringnya dia berdua digebugin atau digulung, membuat mereka berdua kompak. Di belakang saat palkam dan busernya sudah tidur, mereka diam-diam sering berbicara berdua, dan mulai menyusun rencana. Bagi mereka, kekejaman dan perlakuan dari palkam dan busernya ini sudah keterlaluan, dan rasanya mereka harus menunjukian bahwa mereka tidak bisa diinjak.

Dan benar saja, dalam kesempatan saat Michael digulung karena tidak ada keluarga yang besuk atau menyetorkan uang komit, disitu Joanes memberontak, dan perkelahian pecah. Palkamnya dihajar oleh Joanes, dan Michael balas memukul busernya. Perkelahian ini akhirnya harus dilerai oleh sipir, dan mereka berempat harus menjalani isolasi di sel tikus selama 1 minggu.

Namun setelah kembali dari sel isolasi, tidak ada yang berani mengganggu lagi sosok Joanes dan Michael. Semua agak ngeri melihat mereka berdua. Dan Michael yang juga sudah pernah merasakan dinginnya lantai bui, lalu mulai memutar otaknya bersama dengan Joanes. Mereka lalu mulai menguasai satu kamar terlebih dahulu, sebelum kemudian menjadi foreman atau komandan blok di lapas anak ini, saat foreman lama pulang.

Sosok Joanes yang pendiam namun memiliki badan yang besar dibanding rata-rata anak lain, membuat dia disegani, dan ini yang membuat dia diangkat jadi Foreman, dan Michael menjadi tangan kanannya. Mulai saat itu hidup mereka didalam benar-benar terjamin. Makan enak, ditakuti oleh sesama penghuni, dan mereka bebas untuk masuk ke semua kamar yang ada.

Dalam penjara ini kemudian mereka bertemu Roger Smith, anak pengusaha dari Australia yang harus mendekam di balik jeruji besi karena kasus asusila dengan pacarnya orang lokal yang masih dibawah umur. Roger dihukum 1,5 tahun. Dan kasus asusila, meski sifatnya suka sama suka, tetap saja ini menjadi aib bagi tahanan, dan untuk mencegah agar tahanan warga negara asing tidak diperlakukan dengan kasar, maka kepala lapas anak menitipkan Roger ke Joanes. Bahkan orangtua Roger saat datang membesuk anaknya, lewat perantara kuasa hukumnya secara khusus meminta agar anaknya mendapat perlindungan.

Melindungi Roger membuat hidup Joanes dan Michael semakin nyaman meski didalam bui. Dia benar-benar menjaga Roger, dan sebagai timbal baliknya semua biaya hidup dan fasilitas didalam juga dibiayai oleh keluarga Roger.

Disinilah kemudian datang sepasang hamba Tuhan pendeta dan istrinya untuk melayani anak-anak yang beragama Kristen. Pendeta William Adiguna dan Istrinya Inggrid secara rutin datang untuk melayani mereka. Dan Joanes merupakan salah satu anak yang mereka sering layani. Yatim piatu dan kehilangan kakaknya, terlahir dari keluarga yang harusnya keluarga yang berada, justru membuat anak ini berakhir disini.

Joanes yang kemudian aktif datang ke gereja di lapas, sering sekali didoakan oleh pasangan ini. Dia lalu ikut program paket A dan paket B lewat bantuan kedua Hamba Tuhan ini. Entah kenapa Bu Inggrid dibuat kasihan dan jatuh hati dengan Joanes. Dia seperti bisa merasakan bahwa sebenarnya anak ini hanya karena nasib sial saja maka harus berakhir dalam bui, bukan karena nakal atau kejahatan.

Bimbingan dan motivasi dari Ps William dan istrinya Inggrid membuat Joanes sedikit banyak jadi terbuka jalan pikirannya. Dia juga sedikit demi sedikit melatih bahasa inggrisnya dengan Roger, dan bahkan Inggrid membawa kamus untuknya belajar. Meski nasibnya buruk karena hanya sampai kelas V SD, namun dasarnya Joanes adalah anak yang pintar.

Karena orangtua Roger bisa mengurus Pembebasan bersyarat untuk anaknya, maka hukumannya malah lebih dahulu habis dibanding Joanes dan Michael. Dia lalu bebas lebih awal. Dan meski sudah bebas, dia tidak melupakan sahabatnya, dia masih sempat datang berkunjung, dan memberi nomor telponnya ke sahabatnya, sebelum dia pulang ke Australia.

Joanes akhirnya bebas terlebih dahulu dibanding Michael. Dan setelah sempat datang dan menginap di kediaman Pak Pendeta William, dia memutuskan untuk ikut dengan temannya Noval, yang bekerja dengan abangnya untuk membantu di warung pecel lele di kawasan timur Jakarta.



**********************​

Kehidupan Joanes kini mulai sedikit berbeda, dia kini bekerja malam hari sebagai tukang goreng dan saji di warung pecel lele, siangnya dengan memakai motor milik suadaranya Noval, dia menjadi tukang ojek hingga jam 3 sore.

Jam 4 dia mulai membantu mempersiapkan bahan-bahan, mendorong gerobak dan membuka tenda untuk warung pecel lele. Demikian rutinitas yang dia lakukan setiap harinya, sambil dia kemudian meneruskan paket B nya dia.

Meski sibuk dengan pekerjaannya, namun Joanes tahu bahwa jika hanya bekerja dan seperti ini, maka hidupnya tidak akan berkembang. Dia bertekad meski tidak sekolah formal di SMP dan SMA, dia harus bisa belajar dan punya pengetahuan yang mumpuni.

Joanes lalu mengikuti kursus bahasa Inggris dan komputer. Kebetulan di rumah sewaan mereka, abangnya Noval punya laptop second, sehingga dia bisa belajar disitu setelah dia kursus. Seminggu dua kali dia mengikuti kursus bahasa Inggris dan komputer, sambil menekuni dan mencoba menyelesaikan paket Bnya, dan selesai kursus dia kembali jadi tukang ojek dan malamnya di warung lele.

Aku harus pintar dan jadi orang sukses, biar aku bisa menemukan kakak aku kelak. Kalau aku bodoh dan tidak punya apa-apa, pasti aku tidak akan mungkin bisa menemukan kakak Tirta kelak. Demikian bathin dia selalu memotivasi dirinya.

Dan tetap saja dia suka meluangkan waktu untuk datang ke tempat kakaknya ditangkap, dan Mang Dudung sempat bilang bahwa Tirta pernah datang dua kali mencarinya saat dia dalam penjara. Namun setelah itu dia tidak pernah datang lagi.

Airmata Joanes jatuh dan tumpah. Dia menangis sejadi jadinya.... mungkin jika dia tidak masuk penjara, pasti dia bisa bertemu dengan kakaknya...... dia sempat menanyakan jika da pesan, atau nomor telpon yang Tirta tinggalkan, tapi jawaban Mang Dudung hanyalah gelengan kepala.

“kakakmu juga dua kali datang dan menangis sama sepertimu....” ujar Mang Dudung ketika itu

Joanes lalu menitipkan nomor telpon milik saudara Noval, agar Tirta menghubunginya jika datang kembali. Namun hingga sekian lama Joanes menunggu dan kerap bertanya ke abangnya Noval, kabar yang dia tunggu tidak kunjung tiba, dan diapun harus kembali menelan kekecewaannya karena tidak bisa bertemu dengan kakaknya, oranag yang hanya dia miliki satu-satunya di muka bumi ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd