PART XIV
Jangan Takut Melangkah, Aby
Hari ini Aby merasa kantornya hari ini benar-benar seperti medan perang. Sudah tadi pagi dia sempat agak ngambek dengan Mama karena mama minta uang untuk belanja. Gajian masih 2 minggu lagi, tapi uang sudah habis, dan dari Papa juga belum dapat, membuat Aby agak pusing. Persembahan kasihnya minggu kemarin sudah dia pakai untuk ongkos dia, Mima dan Alfret, ini Mama malah masih minta lagi.
Mima masih mengerti karena dia tahu bagaimana kondisi kakanya. Dia sempat minta uang untuk ganti batery jamnya. Jam tangan hanya 1, batterynya mati. Sedangkan Alfret sedang meributkan handphonenya yang mati, perlu untuk direseting lagi, dan semua itu harus jadi tanggungan Aby, membuat dia seperti semakin tertekan.
Bu Tuti juga dari pagi sudah mulai menerbangkan kata-kata mutiaranya ke langit kantor. Semua kena omel, mulai bagian operation yang lambat mengeksekusi klien yang sudah capek-capek dia cari dan profiling, hingga OB yang salah memberinya minuman pagi juga kena semprot.
Aby? Sudah pasti kena damprat. Yang lain saja kena apalagi asistennya dia. Gaya kerja dan tuntutan dari Tuti memang sangat tinggi dan harus cepat, ini yang membuat rata-rata PA nya dia banyak yang hitungan bulan bahkan ada yang hitungan hari mundur. Hanya Abigael saja yang sedikit lama bertahan disini.
“aby.....” teriakannya dari dalam ruangan
“iya Bu.....”
File yang diminta untuk tanda tangan tadi pagi dilempar di mejanya
“kenapa tanggalnya salah sih?”
Aby kaget mendengarnya. Persaannya dia sudah dia edit dan buat sesuai instruksi
Dia memeriksa lagi, takut salah ketik, tapi benar kok kata dia dalam hati
“ini benar Bu, tanggal 4 kok....”
“bukannya tanggal 2??” sengit suara Bu Tuti
“tanggal 4 Bu, kan sesuai wa Ibu ke saya dirubah tanggal 4” suara Aby agak pelan, dia mencoba mengambil ponselnya untuk mengecek wa dari bos nya yang meminta dirubah tanggal 4.
“kalo ada perubahan tulis dong di clip note, biar aku tahu...” bentaknya lagi tidak mau disalahin.
“iya Bu...maaf...” Aby hanya tertunduk
“Trus meeting dengan PT Penta Sinergy? Kok belum ada follow up lagi?”
“ dipending Bu....”
“pending?? Kok gue ngga tahu?”
“kan di grup ada Bu, direkturnya belum balik dari Malaysia, jadi belum ada tanggal.....”
“lu kasih tau dong ke gue....” potong Tuti lagi
Aby kembali hanya terdiam
“maaf Bu.....”
“aduh, ampun deh.... kamu ini asisten tapi kok otaknya kayak office boy sih.....”
Aby terdiam, dia malu karena dimarahi didepan banyak staff yang lain.
“ngga bisa kamu japri ke gue?”
Hanya tundukan kepala yang bisa dilakukan Aby
“heran gue.... “
Sambil berlalu dia kemudian masih mengomeli asistennya
“rugi perusahaan bayar gaji staff ****** kayak kamu.....”
Abigael seketika malu dan sakit hatinya mendengar kata-kata atasannya. Bahkan sambil masuk keruangannya Tuti masih saja mengomelinya dengan kata-kata kasar. Memang sudah biasa dia mengomeli Aby, tapi kali ini Aby merasa sudah sangat keterlaluan apa yang diucapkan oleh Tuti.
Bahkan direktur yang mencoba menegur Tuti karena marah-marah dari pagi pun tidak bisa menenangkan wanita itu, masih saja kekesalannya dia luapkan karena apa yang dia inginkan tidak berjalan sesuai rencananya
“mau saya kasih SP dia....”
“siapa?” tanya Rudy direktur utama
“assisten saya...”
“kenapa?”
“lemot Pak.....”
Kata – kata dan obrolan mereka diruangan Tuti jelas terdengar kencang keluar. Semua jadi kasihan melihat Aby. Mereka tahu Aby tidak salah, cuma memang Tuti terbiasa demikian, tidak mau disalahkan dan selalu merasa benar.
Aby tidak mampu menahan dirinya, dia menyambar ponselnya dan langsung masuk ke toilet. Disana dia menangis sejadi jadinya. Semua kekesalannya dia tumpahkan dalam tangisannya di kamar mandi.
Dia merasa sangat tertekan sekali
Dirumah dia ribut dengan ibunya, dikantor pun dia dimaki seolah dia seperti tidak punya harga diri sama sekali. Airmatanya tumpah sejadi jadinya, dia sesunggukan dan menangis didalam ruangan toilet. Dia merasa sangat kesal dan sakit hatinya,.
Sambil berurai airmatanya dia lalu membuka ponselnya
Bang.....
Bang
Agak lama belum juga dijawab
“By....” suara Wulan terdengar dari luar
Aby tidak menjawab, suara tangisannya masih terdengar dari balik pintu toilet
“aby.... are you OK...”
Dia sambil mengusap airmatany
“iya Mbak.....”
“udah... kayak ngga tau kelakuan mak lu....”
Diam dan hanya suara sesunggukan tangisnya
“ By....”
“iya Mbak .... i’m Ok... nanti aku keluar...” ujar Aby lagi
Ya By
Whatsappnya dibalas oleh Joanes
Abang sibuk?
Lumayan. Kenapa?
Aku boleh telp?
Bunyi telpon Aby terdengar karena Joanes yang langsung menelpon
“Ya By”
Bukannya menjawab malah menangis Abigael mendengar suara Joanes
“kenapa By.... ayo cerita....” ujar Joanes sambil menenangkan hati Abigael.
Setelah menenangkan dirinya, lalu mulai dia bercerita tentang apa yang dia alami hari ini ke Joanes.
“By.....”
“iya Bang....”
“percaya sama aku khan?”
Aby terdiam sesaat
“By....”
“iya Bang.... aku percaya....”
“oke.... sekarang Aby keluar dan balik ke ruangan. Beresin semua barangnya, ambil tasnya, dan pulang.... bilang sama Tuti kalau hari ini Aby resign.....”
Aby terdiam ditantang demikian
“By...”
“iya Bang.....”
Ada sedikit galau dengan masalah pengunduran dirinya kali ini, namun harga dirinya seakan diinjak injak oleh amarah Tuti tadi
“kalau Aby ngga resign, apa akan berhenti omelan dan cacian dia jika Aby bikin salah?” tanya Joanes lagi.
Dia membenarkan apa yang disampaikan oleh Joanes
“aby percaya kan sama aku ?” tanya Joanes lagi
Lalu dengan mantap dia menjawab
“iya Bang.... aku percaya...”
“oke...sekarang ambil tas Aby...segera pulang... sampai di lobby telp aku lagi....” perintah Joanes kali ini.....
“baik Bang...”
Segera dia mengambil tisu, menyeka airmatanya dan keluar dari toilet.
Abigael kembali kemejanya, membereskan tasnya dengan cepat. Semua staff lain melihat dengan rasa heran ke arah Abigael. Dan tidak lama kemuadian Tuti menghampirinya dengan gaya arogannya, dan kembali melemparkan kata-kata
“ ngga usah drama-drama, performa kamu emang ngaco.... harus dapat SP....” ujarnya sambil meletakan file-file yang dikerjakan oleh Aby ke mejanya.
Aby dengan tenang berdiri di depan Tuti, pertama kalinya dalam sejarah sejak dia amsuk ke kantor ini, dia berdiri dengan berani, karena sudah sekian lama dia dihina dan diperlakukun dengan kasar oleh bossnya sendiri.
“silahkan Bu... tapi maaf, sekarang juga saya resign dari sini.....”
Kata-kata nya bagaikan petir mengagetkan semua orang di ruangan itu, terutama Tuti
“beneran? Berani lu resign?”
“iya..... sekarang juga saya resign.....”
Dengan cepat dia membereskan tasnya, mengambil chargeran ponselnya, dompetnya dan kemudian berlalu dari hadapan Tuti tanpa bicara lagi.
Tindakannya benar-benar diluar dugaan semua orang. Selama ini mereka tahunya Abigael selalu menuruti semua apa kata boss nya, namun hari ini dia tiba-tiba jadi berani dan melawan bossnya, bahkan tanpa pakai lama dia langsung memutuskan pulang dan resign. Semua terperangah, termasuk Tuti yang kaget.
Sementara di lift Abigael hanya terdiam. Dia lega sesaat, namun dia kemudian teringat akan tindakan emosionalnya dia ini. Dia ingat kalau didompet tidak tidak punya uang sepeserpun, bahkan tadinya dia ingin meminjam ke bagian keuangan dan dipotong dari gajinya nanti.
Trus aku pulang bagaimana? Tanya dia dalam hati?
Nanti mama nanya bagaimana? Sedangkan semua tergantung banyak ke dirinya.
Dia teringat untuk menelpon Joanes.
Segera dia mengambil ponselnya, lalu menelpon Joanes
Dering berbunyi hingga berkali kali tidak diangkat diseberang sana. Abigael agak panik sesaat.
Lalu bunyi ponselnya segera terdengar , nama Joanes muncul di layar
“Halo Bang...”
“ya By.....sudah...”
“iya Bang,,,sudah.... aku sudah di lobby sekarang.....” ujarnya sambil mengatur nafasnya
“ya sudah.... sekarang wa in aku no rekening Aby....”
Ya Tuhan, rasanya dadanya bagai disiram air dingin mendengar ucapan itu
“By....”
“ii...iiya Bang....”
“dengar khan?”
“ia Bang.....”
“sekarang yah.... aku tunggu....”
“iya Bang.....” suaranya agak tenang sekarang
Segera setelah dia menutup ponselnya, dia membuka whatsapp, dan mengetikan sejumlah angka berupa nomor rekeningnya dan mengirim ke nomor whatsapp dari Joanes.
Sambil berharap harap cemas, dia lalu berpikir bagaimana mengatakan ke Mama kalau dia sudah tidak bekerja lagi, bilang ke papa mungkin masih mengerti karena papa tahu kondisinya. Mima juga tahu karena dia pernah baca bagaimana Bu Tuti mengomelinya di whatsapp hanya karena dia lupa mengingatkan bahwa tanggal pengurusan paspornya Tuti sudah terlewatkan.
Tiba-tiba bunyi notifikasi whatssapp nya.
Udah ya, By.
Makasih yah Bang.....
Dia lalu mengecek ke aplikasi mobile bankingnya, dan betapa kaget dia mendapati angka yang masuk ke rekeningnya siang ini. Dia masih mencoba melihat dan mencermati, takut salah matanya. Tapi angkanya tetap demikian.
Dia lalu bergerak ke atm di lobby, dia mencoba menarik uang sebesar 100 ribu untuk bekal jalannya dia, dan saldo awalnya yang tadinya hanya Rp 13500, kini setelah dia tarik 100 ribu menjadi Rp 24.913.000,-. Artinya baru saja Joanes mengirim uang sebesar 25 juta rupiah ke rekeningnya.
Dia pikir Joanes mungkin akan transfer 500 ribu atau paling besar 1 juta, tapi melihat angka yang dikirim, dia jadi kaget dan melongo. Gila ini luarbiasa baginya. Gajinya saja sebulan hanya 5,2 juta ditambah uang makan sekitar 880 ribu sebulan, tapi dikirm oleh Joanes hampir 5 kali lipat penghasilannya dalam sebulan.
Dia lalu menelpon Joanes memastikan
“bang....”
“ya By....”
“abang ngga salah kirimnya?”
“ngga.... kenapa? Kurang yah...”
“bukan Bang..... banyak banget....”
“ya sudah ngga apa-apa.... pakailah buat kebutuhan Aby beberapa hari ini....”
“buat abang ada? Kok banyak sekali kirimnya...” dia masih belum percaya
“itu bonus dari bosku, By.... buat aku adalah... Aby pakai aja....”
Aby terharu mendengarnya
“makasih yah Bang.... buat persiapan nganggur sambil cari kerjaan....”
“hmmmm...pakai aja By... sekarang aby pulang, telpon Mima dan Alfret... belilah jam baru buat Mima, beli juga hp baru buat Alfret... belanja juga buat dirumah....”
“iya Bang?? Sayang ah.... nanti aja buat aku persiapan cari kerja....”
“buat kerjaan nanti minggu depan ada teman aku yang mau bantuin.... nanti dia akan kontak Aby...”
Abigael tertegun sejenak, dia bagaikan tidak mampu berkata kata, hanya airmatanya menetes penuh keharuan di kedua pipinya
“by.....”
“iya Bang.....”
Diam sejenak
“makasih yah Bang.... abang baik banget sama aku......”
“hehehe... you deserved it, Aby.....”
“makassih Bang.... abang jaga kesehatan yah disana....”
“ia By.....”
“aku kangen abang....”
Suara tertawa kecil diujung telpon disana
“i miss you too , By......”
“aku pamit yah.... nanti aku wa terus ke abang....”
“oke...take care yah....”
“iya Bang....”
Aby segera menutup telponnya. Dia lalu membuka whatssapp dan mengirim pesan ke kedua adiknya, untuk bertemu di mall dua jam dari sekarang. Tentu saja ajakan Aby disambut dengan sukacita.
Mima :
Aku dari kampus langsung cuss yah
Alfret :
Aku dirumah Ka, langsung ke mall nanti
Oke
Tiba-tiba muncul notifikasi lagi diatas ponselnya, aplikasi pembayarannya untuk ojek online tiba-tiba terisi dengan nominal 5 juta rupiah. Aby semakin kaget dibuatnya.
Bang, kirim gopay banyak banget???
Ngga apa-apa, biar mulai dari sekarang Aby kemana mana naik gocar atau gojek aja
Abang.... terlalu banyak.... nanti buat abang?
Aman lah kalo buat aku.... khan kemana mana aku ditanggung sama Boss... gopay aku ngga kepake juga, jadi buat Aby aja.
Aby dibuat terharu dengan apa yang dia terimna hari ini. Ternyata Joanes benar-benar bertanggungjawab terhadap dirinya.
Kan ada motor abang di aku juga?
Kasih buat Mima aja pakai ke kampus
Oh gitu.... ya sudah Bang.... makasih banyak yah Bang
Oke By
Wanita itu lalu masuk ke toilet dibawah sebelum melanjutkan perjalanannya. Dia dengan penuh ucapan syukur berdoa atas apa yang sudah Tuhan beri buat dia hari ini, dan buat Joanes agar dilimpahkan berkat dan dijaga dalam tugas dan kerjanya dia. Setelah selesai berdoa dia lalu jalan menuju stasiun kereta, dan di ponselnya berdering berkali kali, nomor kantornya, termasuk nomor telpon dari Tuti, namun diabaikan olehnya. Hatinya kini sudah bulat, dia harus meninggalkan tempat kerja yang toxic dan tidak sehat baginya itu.
***********************
Hati Aby sangat senang akhirnya dia bisa memberi apa yang adik-adiknya inginkan. Selain mengganti batu battery jam tangannya Mima, dia juga membeli jam tangan baru untuk adik perempuannya itu. Lalu membelikan ponsel baru untuk adiknya laki-laki Alfret.
Dan untuk pertama kalinya mereka bisa belanja bebas mau beli apa saja di supermarket. Abigael terharu melihat adik-adiknya sibuk memilih makanan dan cemilan untuk mereka berdua. Semua bahan makanan dan perlengkapan dapur, sabun dan hingga makanan basah masuk ke trolly
“ka...nanti naik grab kan?”
“iya....”
Yemima agak heran melihat kakaknya yang lagi berduit
“ka...lagi banyak uang lu?’
“ngga juga.....”
“ih....ini aja gue ama si baong udah 3 juta lebih, belum belanja buat dirumah dan makan.... abis gaji lu Ka....”
Abigael tersenyum tipis
“aku udah resign...”
Yemima kaget mendengarnya
“serius?”
“serius...”
“trus?”
“tadi ditransfer ama Bang Jo....”
Yemima matanya hampir mau copot
“bukan katanya dia baru kerja....???”
“iya.... tapi dia bantuin aku kok......”
“ ya ampun ka......”
Abi tersenyum
“trus... motor yang Aerox, kamu pakai aja.....”
“buat Mima??”
“iya.....”
Mima memeluk kakanya
“makasih yah Ka.....”
“yg beat biar si Alfret pakai, biar ngga berebut....”
“iya ka.....”
Trus
“lah, trus lu Ka? Naik apa....”
“gojek.... gopaynya Bang Jo dikirim ke aku lumayan banyak..... dia juga suruh biar motor kamu yang pakai.....”
Yemima geleng geleng kepala
“ih....si Mak kalo dengar bisa ngamuk Ka... kalo dengar lu berhenti kerja....”
“ngga apa-apa... at least sebulan ini aman kita....”
Alfret berteriak mengangkat kaleng makanan, meminta persetujuan dari Aby, dan Aby menganggukan kepalanya
“ rencana lu, Ka?”
“ nunggu Bang Jo aja.... dia katanya ada temannya yang mau ajak kerjasama.....”
Yemima tersenyum, lalu bergurau ke kakanya
“ jadi udah resmi pacaran kakak ama dia?”
Aby hanya tersenyum
“ngga tau......” senyumnya dikulum
“lu pelet pake apa Ka?”
“ih... najong.... emang pake pelet-peletan apa..”
Yemima tertawa ngakak
“abis si Bang Jo ganteng banget..... idola teman-teman gue tuh.....wkwkwkwk”
Abigael tersenyum sambil mendorong keranjang belanjaannya lagi.
“wah..pada patah hati nih mereka..... tau Bang Jo malah milih kakak gue....” seloroh dia lagi