Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

PART XVI


I love you


Lexus LM350 4-seater yang super mewah itu melintas di jalanan yang ramai dan padat, ada satu penumpang disamping sopirnya, dan dua orang yang duduk di belakang kursi sedang asyik dengan gadget mereka masing-masing. Senyapnya cabin mobil dan nyamannya jok mobil premium ini terasa sekali jika dalam kondisi Jakarta yang macet dan semrawut lalu lintasnya seperi hari ini.

“ yang Gedung Samudera di Balikpapan progressnya bagaimana?”

“ sudah 85% , Boss...”

“ oke.... ada kendala lagi ngga dari sengketa kemarin?”

“harusnya sih sudah ngga.... khan kita berani kerja juga karena IMB sudah terbit... masalah gugatan ke pengadilan bukan domain kita...”

“masalahnya jendral bintang 3 kemarin contact Johan bilang masih sengketa...”

“iya Bos... yang penting fakta hukum lah....”

“ya sudah.... “

“pembayaran sudah 90% masuk juga....”

“oke...”

Kembali mereka sibuk dengan layar di depan mereka masing-masing.

“besok kita management review, jam berapa ente siap, Boss?”

Yang ditanya berpikir sejenak

“ jam 10 juga udah siap...”

“oke..... mau gue suruh Ayu atau Hadi yang set up...”

“suruh aja Hadi tuh...”

Dia menunjuk dengan hidungnya ke sosok yang duduk di kursi depan dengan sopir

“Di... set up meeting besok yah...management review..”

“Siap Pak Edo... segera saya buatkan....”

Jalan tol pagi ini kearah timur sangat lancar

“ penjualan bagaimana kalau yang ini?”

“ Sport Centre?”

“lumayan... not as fast as we predicted... tapi progress nya jalan....”

“oke.... biarpun ini resiko bisnis... tapi kita harus jaga kepercayaan investor ke kita....”

“yah... pembeli terbesar saat ini sih grup kita.....”

Anggukan tanpa kata yang menjawab

“ untuk SportCenter indoor stadium sih udah banyak yang antri untuk booking....”

“yang lain?”

“tennis sudah mau MOU dengan Pelti....”

“oke...”

“ Indoor mini yang untuk klub basket kita dan buat badminton lokal lagi proses untuk proses dengan sponsor BUMN, kita jajaki penamaan stadion, namun mereka mau sekalian dengan sponsorin tim basket kita.....”

“kayak Emirates dan Etihad ....”

“ya seperti itu....”

Anggukan lagi

“kalau sudah draftnya final, kita ajuin buat ente approve..... baru kita bawa ke meeting dengan mereka....”

Anggukan lagi jawabannya

“by the way.... Project dari Tirta Foundation belakangan ini lumayan menguras....”

“it’s oke....”

Dia sejenak

“Hadi.... pindahkan dari account gue ke account Tirta Foundation semua dana yang sudah keluar yah...”

“siap Boss.... ini per kapan kita pindahinnya?”

“per laporan terakhir saja....”

“ini untuk progress yang mana Boss?”

Yang ditanya diam sejenak berpikir

“ada 4 yang dibawah Tirta yang berjalan.... rumahnya Boss, Gereja, sekolah, dan rusun....”

“rumah gue masuk ke account gue dong.... yang tiga lainnya silahkan proses....”

“siap Boss...”

“Sorry.... sekolah dan rusun itu masuk dari Foundation... gereja saja berarti pindahin dananya....”

“ oke Boss....”

Edward lalu menyela

“ rusun nanti yang tinggal karyawan yang mau atau yang domisili disana?”

“ karyawan yang mau dan belum punya rumah.... sifatnya mereka sewa tapi dengan harga terjangkau.... “

“oke....”

Hadi lalu menyela juga

“musholanya mau dibangun di depan sesuai rencana atau diseberangnya, Boss? Kalau ngga salah Project Managernya kemarin sempat tanya, cuma approval dari Boss belum ada...”

“yang didepan minta harga berapa?”

“ 300 m2, mintanya sih 2 juta jika dibangun mushola.... yang punya Pak haji yang tinggal didaerah situ juga....”

“600 ratusan yah..... yah sudah... bayar aja....”

“oke siap Boss.... nanti tolong approve di MS team...”

“oke....

Mobil sudah keluar tol

“ desainnya jangan asal-asalan yah.... gue pengen itu jadi musholah yang paling keren disana... biar warga di sekitar juga bisa pakai untuk sholat....”

“siap Boss....”

Hadi sangat salut dengan Boss nya ialah masalah toleransi dan cara dia dalam memandang sebuah hubungan dengan Tuhan. Semua gedung yang dia bangun, selalu dia minta ada musholah yang letaknya harus terpisah dari kamar mandi atau toliet, punya tempat wudhu tersendiri dan harus nyaman serta instagramable.

“supaya nyaman dalam berdoa....” pesan dia ketika itu “ karena doa para karyawan dan keluarganya, maka usaha kita bisa ada di fase seperti ini.....”

Mobil masuk ke lokasi proyek

“ rumah ente dilihat belum?”

“belum.... hari ini lah....”

“sekalian mau lihat proyek gereja?”

“iya boleh....”

Hadi menyela lagi

“boss... rukonya untuk bakkery sudah beres juga... tinggal finalisasi yang kecil-kecil”

Edo tersenyum mendengar ucapan Hadi

“ sepertinya istimewa nih.....” bisiknya sambil tersenyum

Yang disebelahnya tersenyum simpul

“ she is..... “

Edo tertawa

“Di, jadi pada bingung dong mereka...”

“iya Pak... bingung katanya... tapi kayaknya sudah wa an sama Boss....”

Edo menggelengkan kepalanya, sepertinya dia tahu boss nya sedang jatuh hati

“she is so lucky.....”

“no... i am the one who got lucky... found her...” jawabnya datar

Mobil berhenti di lokasi proyek, beberapa petugas keamanan yang sudah bersiap nampak berjaga jaga, mereka menyambut kedatangan para petinggi perusahaan yang datang. Tanpa menyalami mereka, 3 orang itu langsung masuk ke area proyek untuk memeriksa.

“ 3 bulan lagi mall nya siap.... sportcenter tinggal stadion bolanya yang menunggu rumputnya tumbuh.....”

Selain indoor stadium, ada sport hall, tenis lapangan dan stadion bola dengan kapasitas 25 ribu penonton juga dibangun, bersama mall, hotel dan ruko serta apartment yang dibangun secara bersamaan. Bangunan komersial sudah banyak yang terjual, hanya sport arena ini yang masih dibahas untuk proses komersialisasinya.

“ kita masih tunggu penawaran dari Titan Sport... jika penawaran mereka masuk, kita bisa consider..” bisik Edo lagi

“apa yang mereka tunggu?”

“mereka yang tunggu kita sebenarnya, Jeff....” Ujar Edo sambil membenarkan helm nya

“kita?”

“penawaran sudah gue kirim ke ente, Boss....”

“nanti gue lihat....”

Edo tersenyum

“ apa yang mereka tawarkan?”

“ komposisi saham, sistem pengelolaan, serta durasi kerjasama dengan pihak lain....”

“oke.... bagian legal sudah periksa?”

“sudah.... opsi ditangan kita...”

“nanti gue cek...”

Lalu

“Do, bagian legal dan Michael sudah ditanya progressnya?”

Edo hanya terdiam setiap pembahasan sudah menuju ke pembahasan ini. Nasib yang tak kunjung diketahui ialah sosok yang namanya diabadikan di semua lini usaha mereka.

“belum Boss....”

Nafas berat ditarik oleh sang penanya

“ suruh mereka kerja lebih keras lagi......”

“iya Boss.....”

Mereka lalu berkeliling di beberapa bagian proyek. Ini merupakan salah satu proyek terbesar yang dikerjakan oleh Tirtasari Group. Bagi pihak management sebenarnya proyek ini sangat beresiko, karena sportainment yang diusung sebagai tema utama proyek masih kurang feasible secara komersil. Adanya dukungan investasi dari pihak investor Korea memang sedikit banyak membantu mereka, namun tetap saja masa depan proyek arena olahraga yang menyita banyak lahan, agak kurang mendapat respon baik dari kalangan direksi.

Namun Leader Tertinggi group sudah bertitah, mereka akhirnya jalan.

Meski demikian, Joanes punya pertimbangan tersendiri. Demikian menurut Edo yang sduah khatam dengan proyeksi bisnis Joanes. JEF sapaan mereka di kalangan management, punya kalkulasi sendiri berdasarkan pengalam dan contoh di negara lain yang dia ingin adopsi. Cara Jef menangani pendekatan kerjasama dengan beberapa pihak yang datang pun, menjadi pertimbangan bagi Edo untuk optimis dengan proyek ini.

Contohnya saja, saat mereka menyewa konsultan luar untuk membantu pembangunan stadion dan indoor stadium. Jef dengan jelas meminta agar dalam draft kerjasama harus dimasukin pasal dimana setiap proses dari awal, rancang dan bangun serta semua tekhnologi yang dipakai, pihaknya dari Tirta Contruction insinyur-insinyur serta tekhnisi handal mereka harus dilibatkan.

Cara tersebut berbuah manis. Pembangunan stadion yang meski kecil namun ikonik, banyak tersebar di medsos dan pemberitaan, dan ini memancing banyak pihak termasuk pemda-pemda untuk datang. Dan ujungnya, stadion belum selesai pun, sudah ada 4 MOU dengan pemda dan pengusaha lokal untuk penunjukan Tirtasari sebagai pelaksana proyek.



******************

Pagi Bang, maaf baru balas wa nya, abis buat adonan roti

Wa dari Aby membalas wa nya Joanes

Joanes yang sudah di mobil lagi untuk menuju proyek selanjutnya lalu membalas whatsappnya

Hi By, it’s oke.

Abang udah di Jakarta kan? Jadi ketemu aku nanti? Jam berapa?


Joanes tersenyum melihat berondongan pertanyaan wanita itu

Sebenarnya Joanes sudah beberapa hari di Jakarta, karena kesibukannya untuk finalisasi beberapa pekerjaan, meeting yang tidak berhenti, hingga kajian bersama tim managementnya yang tidak bisa dia tunda, makanya dia memutuskan menunda dulu bertemu dengan Abigael hingga semua pendingannya selesai. Dia memahami kerinduan Abigael terhadap dirinya, karena setelah dia janji dua hari akan pulang, ternyata masih molor hinga seminggu lebih.

Boleh By, malam aja yah

Oke Bang. Dimana?

Di ruko aja By, sekalian aku mau lihat progressnya

Oke Bang. Aku buat 6 resep roti, nanti abang jadi testernya yah

Iya By


Lalu Joanes bertanya ke Hadi asistennya

“Di, rukonya Aby sudah beres?”

“sudah Boss, palingan besok atau lusa ditest semua perlengkapannya, semua set up beres termasuk kantornya di lantai dua....”

“oke....”

“tinggal untuk ruangannya Mbak Aby aja yang belum dipasang komputernya...”

“kok belum?”

“hmmm kata Boss nanti Boss yang akan kasih computernya?”

Joanes terdiam

“tanya ke Ayu... suruh dia minta IT siapkan hp sama notebook”

“baik Boss....”

Edo yang duduk disampingnya hanya tersenyum, dia tahu kalau wanita ini sepertinya spesial sekali buat bossnya

Dia tulus, hatinya penuh kasih.... selalu senyum meski orang suka resek terhadapnya... demikian kilah Joanes saat Edo bertanya. Kedekatan mereka, memang bebeda dengan karyawan atau tim management lain. Seingat Edo, hanya dia dan Michael yang bebas bicara dengan Joanes. Johan yang jadi Direktur utama di Tirtasari saja jarang sekali ditemui secara langsung oleh Joanes.

“mau merk apa Boss?” tanya Hadi

“Iphone lah.... sama MacBook...”

“siap Boss....”



****************

Bangunan gereja yang sudah berdiri dan terlihat bangunannya kini menjulang menyambut mereka. Joanes dengan kacamata hitam, mengenakan masker dan topi baseballnya turun dari mobil. Beberapa petugas keamanan proyek yang bertugas terlihat berjaga jaga dan memantau. Semua sudah mendapat instruksi agar tidak ada yang mendokumentasi kunjungan ini.

Joanes terlihat sangat senang melihat progressnya. Bangunan setinggi total 5 lantai, dan juga ada menara doa di bagian belakang yang juga menjadi kantor Jemaat, kediaman pendeta, residence untuk tamu jemaat, studio musik, serta menara doa dan kolam baptisan menjadi satu gedung.

Ir. Jacky Mamuaya selaku project manager datang dan menerangkan gambar proyek ke tamu mereka

“ini ada dua bangunan besar Pak, yang utama itu gedung gereja, dan satu lagi ialah Karmel Tower yang letaknya di belakang gedung gereja, serta taman di pojok kanan.”

Mereka meperhatikan sejuamlah detail yang ada

“ di gedung gereja ini lantai dasar dan lantai 1 itu untuk parkiran, karena lahan kita disini sangat terbatas, dan untuk lantai 3, itu kantor jemaat, ruang umum seperti kantin dan perpustakaan, juga untuk sekolah minggu dan ruang pertemuan kecil...”

“oke....”

“lantai 4 main hall, dan lantai 5 itu balkon yang dibuat melingkar....”

Joanes terlihat puas dengan penjelasannya

“nah untuk Karmel Tower itu lantai dasarnya ruang parkir, lantai 2 nya klinik gereja, lantai 3 kantor pekerja gereja, lantai 4 Pastor residence, sekelas apartment dengan 4 bedroom, lantai 5 itu untuk kamar tamu, dan rooftopnya ada menara doa dan studio musik....”

Lengkap sekali penjelasannya

“oh iya Boss..... kawan kita dari Korea yang kita pesan untuk Solar panel, mereka kasih bantuan untuk gereja, mesjid dan sekolah.... jadi disini juga kebagian ....” bisik Edo

“send our regards to them..... “ ujar Joanes

“siap Boss....”

“kapan bisa rampung?”

“sekitar 3-4 bulan lagi Boss.... bulan depan mungkin kita sudah topping up, selanjutnya yang lumayan itu detail interiornya, serta electrical jobnya, Pak....”

Setelah puas berkeliling, mereka lalu berlalu dari loaksi tersebut, kini menuju ke kawasan Altait Residence.

Mobilnya kini berhenti di ujung jalan utama Utara. Pintu seng yang menutup area proyek dibuka, mereka lalu masuk ke dalam lokasi proyek.

Ini merupakan rumah pribadi yang sedang dibangun milik Joanes

Joanes turun, lalu naik ke bagian utama di lantai 1 bangunan yang amsih dalam pengerjaan. Kali ini dia membuka kacamatanya, masker dan juga topinya.

“halo......” tiba-tiba sapaan halus manis terdengar menyapa

“saya Hilda, project manager dari Bambu Architect....”

Joanes menengok

“hai.... saya Jeff....”

“senang bertemu Bapak.....” dia juga menyalami Edo dan Hadi yang sduah dia kenal sebelumnya saat presentasi awal proyek.

Pembangunan rumah milik Joanes ini memang tidak menggunakan arsitek internal, dia memilih menggunakan arsitek luar, karena sempat melihat karya bagus milik Bambu ini.

“progress nya bagaimana yah?”

“sudah mendekati 40 persen Pak.....”

“oke....”

“Cuma ada kendala katanya Bapak ingin merubah susunan ruangan di lantai 3?”

“oh iya.....”

“jadi sesuai permintaan Bapak, kami sudah pindahkan ruang pertemuan atau chappel ke lahan terpisah di pojok, trus lapangan tenis di pojok kanan, diantar chappel dan lapangan tenis ini ada taman tematik, dan dibawah taman ini kami buatkan ruangan asisten rumah tangga.... ada sekitar 8 kamar Pak.....” terang Hilda

Joanes agak salah fokus melihat arsitek ini. Memang selain pintar, sosok Hilda juga memiliki paras rupawan, dan tubuh yang aduhai dibalik jens ketatnya dan kemeja tacticoolnya. Cara bicaranya yang penuh percaya diri juga membuat Joanes sedikit tertegun. Impresif menurutnya.

“jadi lantai satu ini selain ruang service dan ruang tamu, kita bagi 3 jadinya, ada ruang fitness, kolam renang didepannya, ruang tamu dan ruang meeting, ruang makan yang menghadap taman belakang, dapur bersih dan dapur kotor, dan disisi utara kita letakan 3 kamar tamu dengan ,asing-masing kamar mandi tersendiri”

“nah, lantai dua ini ada 3 kamar juga, termasuk kamar utama”

“oke”

“tinggal lantai 3, dengan pindahnya ruang fitness dibawah, maka ada space untuk rooftop taman yang luas...”

“iya tambahin ruang spa dan perawatan, mini theater, dan prayer room.....”

Hilda mengangguk

“kasih waktu saya sekitar seminggu untuk revisi, dan nanti bagimana? Apa saya kontak Pak Hadi atau....”

“iya boleh.....”

“saya sih lebih suka jika nanti langsung presentasi ke bapak, agar jika ada perubahan langsung kita kerjakan... jadi tenggat waktunya tetap bisa kita kejar...”

Joanes tersenyum

“kontak saya saja nanti jika sudah selsai, nanti saya atur waktunya....”

“oh oke....” senyuman Hilda terkulum

Joanes menyadari arti senyuman arsitek ini. Cara dia memandangnya dan tatapannya saja sudah sedikit berbeda. Dan body dan wajah yang rupawan, memang lumayan menggoda dirinya untuk membuka diri menemui arsitek ini nantinya.



*******************

Ruko Semeru malam hari nampak semua pekerja sudah selesai melaksanakan tugas-tugasnya. Letaknya yang tepat dihadapan RS Primera Medika memang jadi alasan kenapa Joanes sengaja menyiapkan ruko tersebut ke Abigael.

“bu, kami sudah selesai untuk hari ini.... kami pamit dulu, besok kita lanjut untuk penegtesan alatnya...” pamit pekerja dan mandornya ke Abigael.

“baik Pak....makasih yah...”

“sama-sama Bu...”

Aby tadinya sudah sempat pulang, dia mandi dan kemudian kembali ke ruko karena malam ini Joanes akan datang. Sudah hampir dua minggu lebih dia tidak bertemu dengan Joanes, kangen sekali rasanya dia.

Mamanya Lily sempat protes mengetahui dia akan menemui Joanes. Aby kadang suka geli dan heran lihat Mamanya, dia banyak protes tentang Joanes, masalah tidak jelaslah siapa, kerjaannya juga tidak ketahuan dimana, tapi hampir tiap hari datang ke ruko ikut mengawasi dan memandori pekerjaan para tukang.

Mulut bawelnya juga jadi sarana promosi bagi Aby ke banyak orang. Termasuk ke saudara-saudaranya. Tadinya dia ngambek karena Aby sudah resign, kini malah dia bangga sekali begitu tahu dan lihat megahnya ruko dua lantai yang akan digunakan untuk toko rotinya Aby.

Lily bahkan dengan bangganya memamerkan itu di story whatsappnya

“mama, ngga usah kali.....” tegur Aby

“apa sih? Wajar dong Mama bangga kamu punya usaha sekarang? Memang salah?” cerocos Lily

“bukan gitu Ma...” timpal Samuel

“udah... papa diam aja.... toh banyak yang komen memuji dan mendoakan kok....” potongnya lagi

Aby hanya membathin mendengar cerocosan mamanya

Bahkan sampai nama untuk bakkerynya saja mereka sempat ribut. Lily ingin nama dia yang tentukan. Tentu saja Abigael dan Yemima menentangnya. Usaha milik Abigael kok malah ibunya ikut campur sampai dalam hal memberikan nama.

Dan akhirnya sebagai jalan tengah Abigael lalu mengambil huruf depan mereka bertiga sebagai nama. AYA Bakkery atau Alfred Yemima Abigael Bakkery. Lily meski agak manyun tapi setuju dengan nama itu

“atau mau Lisam Bakkery?” gurau Mima

“apa tuh?”

“Lily Samuel Bakkery...”

Tawa mereka pecah mednegarnya, hanya Lily yang manyun dan melotot ke Yemima.

Abigael meski sering kesal dengan ibunya, namun dia memaklumi kondisnya. Ibunya sekian lama hidup dalam tekanan, mau punya banyak keinginan namun apa daya Papanya tidak mampu memberikannya, sehingga akhirnya muram dan manyun saja yang dia lakukan.

Bunyi telpon Aby berbunyi, dia senang melihat nomor yang muncul ialah nomor Joanes.

“Halo bang....”

“ By, udah dibawah nih...”

Abigael dengan cepat turun kebawah, pintu kaca ruko memang dia kunci karena semua pekerja sudah pulang.

Dia langsung memeluk Joanes begitu wajah itu masuk kedalam ruko.

“kangen ama abang.....”

Joanes membalas dengan memeluk erat Abigael.

“makin cantik.....” pujinya

“masa sih...” berbunga hatinya dia dipuji

“beneran....”

Malam ini dengan celana loose skirt hitam dan kaos biru muda, memang penampilan Aby sudah jauh berbeda dibanding sebelum sebelumnya.

Joanes melihat lihat sebentar di lantai bawah, semua kondisi kompor, over, mesin penggiling adonan sampai meja kasir dan rack etalase buat toko rotinya, semua tidak luput dari pengamatan Joanes. Dia mengangguk angguk tandanya dia puas dengan set up yang sudah dibuat.

Mereka lalu naik ke lantai dua.

“gimana Bang?” tanya

“bagus...”

Ruang kerja Aby memang dibuat agak besar, disebelahnya ada meja kerja dan sofa kecil untuk menerima tamu.

“ini sih ngga usah harusnya, khan sudah ada ruang meeting kecil di samping” ujar Aby

“ngga apa-apa, ini buat tamu atau kalau ada teman datang khan bisa kesini....” ujar Joanes sambil duduk di sofa dua seater. Aby lalu menarik kursi kerja dari balik mejanya, dia duduk sambil membuka roti untuk tester bagi Joanes

“cobain Bang...”

“gede....”

“ini aja yang kecil....”

Joanes mencoba ada 6 varian roti yang disajikan. Dia mengakui memang tangan Aby sangat bertalenta untuk buat kue.

“enak By....”

“beneran?”

“yup....”

“makasih Bang....”

Dia lalu mengeluarkan beberapa barang dari dalam tas ransel yang dia bawa. Mulai dari laptop, ponsel, hingga ada satu kotak yang tidak terlihat dari luar isinya.

“ini, 256 gb yah.....” sambil menyodorkan iphone rose gold terbaru ke tangan Aby

Abigael kaget, dia hanya bisa menutup mulutnya dengan tangannya.

“ini notebooknya, nanti besok ada orang IT datang untuk setp up email, sekalian setting semua system disini....”

Aby masih terdiam dan seperti tidak percaya

“kenapa By?” tanya Joanes melihat wajah Aby yang seperti orang terhenyak

“buat aku?”

“iya....”

“tapi barangnya mahal-mahal semua...”

“iya dikasih si Boss.... aku kan kurang sreg aja kalau pake iphone, notebook juga aku punya, jadi aku bawa buat Aby aja.....”

Airmata haru Aby menetes disudut matanya

“aku ngga tau harus bilang apa.....”

Dia menunduk terharu

“beneran buat Aby?”

“bener...” anggukan kepala Joanes sambil tersenyum

Aby tidak mampu menahan diri, dia memeluk Joanes dengan erat.

“makasih yah Bang..... Tuhan baik sekali kasih abang buat aku....” airmatanya kini penuh di pelupuk mata indahnya

Joanes lalu memutar kursi Abigael agar membelakangi dirinya. Dia membuka kotak satu lagi yang tersisa, mengambil kalung berwarna rose gold dari dalamnya, lalu memasangkan ke leher Abigael. Kali ini Aby sangat terkejut

“bang......” airmatanya kembali menetes

“indah banget.....”

Joanes mengangguk

“buat aku?”

Kembali kepala itu mengangguk

Aby memegang dan melihat kalung dengan liontin yang sanagt indah itu

“emas biasa..... hasil kerja aku bulan ini.... sengaja aku beli buat Aby....”

Abigael terharu

“aku ngga peduli mau emas mau bukan......” tatapannya kini dengan penuh cinta ke arah Joanes yang sedang berjongkok di hadapannya

“apapun yang abang kasih.... semua berarti buat aku....”

Joanes tersenyum, dan kemudia mereka kembali berpelukan dengan erat

“makasih Bang..... makasih buat semuanya.....”

“iya By.... semoga sukses bisnisnya.....”

Kini Joanes duduk di sofa, dia lalu menarik tangan Aby. Dan Aby duduk di pangkuan Joanes. Dia menatap wajah Joanes, tangannya melingkar ke lehar pria itu, matanya seakan mencari keteulusan dibalik sorot mata tajam pria tampan ini.

Tangan Joanes lalu mengelus dengan punggung jemarinya wajah Aby, lalu dengan lembut dia menarik wajah gadis itu untuk mendekat, dan pelan tapi pasti bibirnya menempel di bibir Aby, ciuman dengan penuh kelembutan.

Aby bagaikan tersengat listrik mendapat first kiss dari Joanes. Dia menarik wajahnya sedikit, lalu kembali bibir mereka saling bertemu. Lumatan bibir Joanes kini lebih panas, mulutnya membuka dan lidahnya menusuk ke mulut Aby, dan kadang dia menggigit lembut bibir bawah Aby.

Ciuman mereka semakin panas, kini Aby duduk diatas pangkuan Joanes, dan pria itu bersandar di sofa sempit sambil menahan tubuh Aby.

Puas dengan bibirnya, mereka menarik nafas saling terengah engah, tatapan Aby syahdu ke arah Joanes, kembali lagi dia mencium bibir kekasihnya. Dan kini tangannya meremas punggung Joanes, dan tangan Joanes kini mulai nakal, dia meremas lembut buah dada Aby yang masih terbungkus kaos dari luar

Aby sedikit merintih saat bibir mereka terlepas, dan dia membiarkan ketika tangan Joanes lalu masuk dari balakang kaosnya, lalu merayap ke bagian depan, kini meremas buah dada Aby dari depan dengan lembut. Sambil bibir mereka berciuman, tangan Joanes kini pindah ke belakang, dan dengan sekali sentakan kaitan bra di punggung Aby terbuka.

Dengan lembut dia lalu mengangkat tepian kaos Aby, seklaian dengan bra yang kaitannya sudah terbuka. Buah dada indah dengan pentil kecil coklat itu muncul, dan langsung disambut oleh mulut dan bibir Joanes.

Aby langsung seperti kejang dibuat oleh Joanes. Baru pertama kalinya dia merasakan dicium dengan penuh nafsu seperti ini, dan ini pertama kali ada yang menghisap buah dadanya. Aliran listrik seperti merasuki tubuhnya, dia benar-benar seperti lunglai dan tidak berdaya, tanganya meremas kepala Joanes yang sibuk melumat buah dadanya kiri kanan.

Badannya seperti merasakan getaarn yang amat dahsyat, rasa geli bercampur nikmat menjalari tubuhnya, rasanya ternyata seenak ini jika puting buah dada itu dihisap oleh mulut pria. Mulutnya jadi mengeluarkan jeritan kecil tanpa dia sadari.

Joanes lalu melepas sedotannya, dia tersenyum melihat Aby yang kalang kabut karena dilumat buah dadanya. Dengan malu-malu Aby menurunkan beha dan kaosnya. Dia memeluk Joanes dengan erat, dia bahkan bisa merasakan ada yang menegang di balik celana Joanes, karena posisi dia yang sedang diatas pangkuan Joanes, dan ini secara tanpa sadar juga membuat celananya seperti basah.

“abang nakal....” rajuknya manja sambil menyelipkan wajahnya di leher Joanes. Dia bisa mencium wangi parfum pria maskulin yang mambuatnya semakin mabuk kepayang.

“kok nakal?”

“iya.... susuku dihisap....” malu banget Aby

“ hahahahahah...”

Aby lalu bangun dan menatap wajah Joanes

“baru kali ini aku Bang....”

Joanes kaget

“dicium? Atau diisep nenennya?”

“dua duanya....”

Joanes terkejut, namun dia segera memeluk Aby dengan erat

“iya sayang....”

“maaf yah kalo masih belum pintar ciumannya....” malu-malu lagi Aby

Joanes tertawa ngakak

“ngga apa-apa sayang.....”

Tatapan mereka bertemu kembali, dengan lembut kembali bibir mereka bertautan

“makasih yah Bang.....”

“sama –sama By... aku juga makasih sama Aby....”

“untuk apa Bang? Aby ngga ngasih apa-apa buat abang....” tatapan malunya menyorot ke wajah Joanes

“doa, dukungan, dan support..... dari aku belum kerja sampai dipercaya sama Boss... Cuma Aby yang berdoa untuk aku....” bisiknya sambil membelai rambut keriting kekasihnya

Aby memeluk dengan erat Joanes

“cuma itu yang aku bisa Bang......”

Rasanya saling berpelukan seperti ini indah sekali dirasakan mereka berdua. Aby terutama dia merasakan bagaimana sosok tampan dan begitu baik hati kepadanya, meski banyak yang mencemoohnya karena kedekatannya dengan Joanes, tapi dia selalu merasa Joanes memberinya kekuatan, menuntunnya untuk tetap percaya diri.

Dia tahu, yang mencemoohnya atau yang nyinyir memang ada yang tidak suka dengan sosok misterius seperti Joanes, dan yang kedua ialah gadis-gadis yang mengidolakan Joanes. Semenjak sering tampil jadi pemain musik di gereja, sosoknya yang ganteng, putih dan tinggi sudah membius banyak wanita, ditambah lagi dengan sikapnya yang cool dan suka menyendiri, wajar saja banyak gadis yang tertarik.

Ingin rasanya berlama lama dengan Joanes, namun telpon dari Papa seakan menyadarkan mereka. Samuel bertanya apa Aby mau dijemput, karena sudah jam 9 malam.

“besok-besok kita bisa ketemu lagi....” hibur Joanes

“bener yah Bang.....”

“iya sayang....”

“kapan launchingnya...?”

“terserah Abang....”

“Kok terserah aku?”

Aby tersenyum

“aku bisa apa sih kalo ngga ada Abang?” tatapannya penuh arti ke arah Joanes

Joanes mengerti apa yang Aby maksudkan.

“sabtu aja.... jumat undang pendeta doakan.... sabtu buka yah....”

Aby tersenyum dan menganggukan kepalanya

“bahan-bahan sudah dipesan?”

“besok aku pesan Bang....”

“oke.....”

“abang pulang ke kost an atau ke priok?”

“ke priok.....”

“abang hati-hati yah.....”

“iya sayang.....”

Lalu....

“uangnya masih ada?” tanya Joanes

“masih Bang.... yang abang kasih kemarin kan lebih dari cukup....”

“oke....”

Abigael mematut di depan cermin setelah memasangkan behanya lagi. Dia kembali memeluk Joanes, sepertinya rindunya masih belum tuntas, dia masih rindu dan kangen dengan pria ini.

“Bang, makasih yah semuanya..... ngga nyangka bakal dapat hadiah sebagus ini....”

Senyuman lebar keluar dari wajah Joanes

“ini bagus banget.....” ucapnya sambil memegang kalung dan liontinnya

“makasih Bang....”

“iya sayang....”

Pelukan Abigael seperti tidak rela malam ini berlalu

“simpan baik-baik yah... emas biasa... tapi bagus kok dipake Aby...

“mau kalung biasa pun, hadiah dari abang selalu spesial buat aku....”

Jemari tangannya membelai wajah maskulin itu

“i love you, Bang....”

Dia memeluk Abigael

“love you too, doll.....”

Mereka lalu saling memesan grab masing-masing, dan karena Abigael lebih dulu datang mobilnya, dia pamit duluan dari Joanes. Dan setelah Aby berlalu, Joanes segera menyebrang ke parkiran rumah sakit, dia masuk dan sambil menengok kiri kanan, lalu masuk ke Landcruiser yang terparkir di parkiran khusus VIP.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd