Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

PART XVIII



Teduhnya sebuah Hati



Peluh bercucuran dari badan atletis dan tegap yang sedang berlatih pagi ini di gym pribadinya di lantai 4 kediamannya. Semua alat pagi ini dicoba dan dijajalnya, dan ini sudah menjadi kebiasaannya yang dia harus lakukan secara rutin dilakukannya untuk menjaga tubuhnya tetap fit. Termasuk boxing dengan kombinasi gerakan fitness secara intens dan cepat, membuat kondisi tubuhnya selalu bugar.

Kulitnya putih bersih, dengan adanya tato Elang yang hendak mencengkram mangsanya di bagian punggungnya, terlihat indah dan artistik karena sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Di bagian pergelangan kaki bagian dalam juga ada sebuat Tatoo dengan tulisan mering bersambung, bertuliskan nama seseorang yang sangat spesial baginya, Tirtasari.

Suara Loren Allred dengan You are the last thing that i ever need melengking di dalam gym pribadi tersebut, sementara sang pemilik lalu menyelesaikan latihannya setelah melakukan pendinginan dan kemudian beralih ke samping mengambil air minumnya.

“bomber....” panggilnya ke puppy samoyed putih kesayangannya yang lansung melompat saat dipanggil oleh tuannya.

Sambil membelai bulu lebat Bomber, dia lalu menggapai ponselnya, dan mengecek semua pesan, pesan yang masuk.

Pesan whatsapp dan email kantor banyak yang masuk termasuk approval-approval penting di MS Team application, dan juga email-email urgent yang pagi ini dia harus segera balas dan attend segera, karena sudah ditunggu oleh management.

Suara ketukan di pintu kaca, Ibu Lilis pengurus rumahnya yang juga jadi orang kepercayaannya menyapa dari balik pintu

“sarapannya mau disiapin, Bang.....?”

Anggukannya menjawab pertanyaan tersebut.

Lilis segera menutup kembali pintunya dan balik ke dapur untuk menyiapkan sarapan boss nya.

Dan dari semua whatsapp yang masuk, ada beberapa whatssapp yang dia harus balas segera

Good morning Abangku cintaku, pagiku di dapur.....

Pesan beserta vidio pendek dari Abigael yang sedang mengaduk adonan di dapur, dan diakhir vidio ada wajah manisnya yang tersenyum sambil mencium ke arah camera

She is so georgous, kata hati Joanes. Tingkah lucu dan polos Aby, meski sekarang semakin sibuk, namun dia selalu menenpatkan Joanes sebagai prioritasnya, membuat Joanes selalu merasa dia semakin sayang dan cinta dengan gadis sederhana ini.

Semenjak Abigael membuka toko bakkerynya dan mulai berjalan, dia semakin sibuk dan Joanes bersyukur toko bakkerynya berjalan dengan baik, roti-roti dan kue buatan Aby lumayan penjualannya, dan itu yang semakin menyemangati Aby untuk semakin tekun bekerja. Bagi dia ini kepercayaan yang diberikan, dan dia tidak boleh menyia-nyiakannya.

Mereka pun secara rutin bertemu meski tidak setiap hari karena kesibukan Joanes. Aby selalu tidak pernah mempermasalahkan ritme kerja Joanes, dia tahunya Joanes sangat dibutuhkan oleh bossnya, makanya dia selalu percaya dan ikut dengan apa jadwal dari Joanes. Yang penting kabar dari Joanes selalu ada tiap hari, dan minimal seminggu sekali mereka bertemu.

Joanes selalu melarang Aby menaruh fotonya di profil whatsappnya, atau di medsosnya. Namun di wall paper ponselnya dan wall paper di macbooknya, Joanes mempersilahkan. Meski agak sedikit aneh, namun Abigael mencoba untuk mengerti.

Ada satu lagi whatssapp dari sekian banyak whatsapp laporan dari Hadi, PA nya yang masuk.

Boss, ini arsitek dari Bambu tanay kapan waktu untuk review hasil revisi mereka?

Dia lalu menjawab

Atur aja untuk sabtu.

Dia mau langsung ketemu Boss, apa boleh?

Boleh, suruh aja di Griya

Siap Boss


Lalu ada satu lagi whatssapp dari sesorang

Shallom Kakaku, ini hasil ujian semester Cecil yah....

Sebuah foto screenshoot berisi transkip nilai dari sebuah fakultas kedokteran Trisakti muncul

Keren Cecil.... amazing

Balasnya kemudian

Makasih Ka, tanpa Kaka ini semua mustahil

No, ini semua kerja keras Cecil dan pertolongan Tuhan

Makasih Ka, kapan Kaka ada waktu? Cecil mau bawain Avocado Salad Creamy?

Hmmm... sore aja yah, di Griya

Oke Ka... Amah katanya mau ikut, boleh ngga?

Sudah sehat Amah?

Sehat kalo ketemu kaka

Wkwkwkw, oke nanti biar Pak Darwin yang jemput. Jam 4 sore yah

Oke Ka




**********************



2 tahun yang lalu....



Setelah sekian lama, akhirnya Joanes memutuskan datang mengunjungi Panti Asuhan Kasih Abadi, tempat dia dan kakaknya menghabiskan masa kecilnya sebelum diambil oleh keluarga Rudy dan Alin. Sebenarnya sejak usahanya sudah mulai mencuat, salah satu yang dia segera bergerak untuk membantu ialah panti asuhan ini.

Namun baru setahun ini lewat program Tirtasari Giving, dia lalu mengalokasikan dana secara berkala dan teratur ke panti asuhan ini, termasuk merenovasi dan membangun panti asuhan ini menajdi panti yang sangat keren dan tidak terlihat sebagai panti asuhan.

“Biar anak-anak itu yang tidak beruntung, bisa punya impian untuk masa depan yang lebih bagus” ucapnya dia ketika itu.

“meraka harus sekolah, dan jadi orang kelak.... cukup aku dan Ka Tirta yang tidak beruntung... mereka harus bisa lebih maju dan punya harapan....”

Dan seperti biasa, meski rutin membantu, Joanes tidak pernah berkunjung secara langsung kesana. Dia datang sekali saat pertama kali dia datang tidak lama sekembalinya dari Australia.

Dan saat ini dia kembali datang yang langsung disambut oleh Ibu Dorkas yang kini usianya sudah mencapai 74 tahun. Sosok itu masih mengenalinya dan memeluknya dengan penuh haru. Dia selalu ingat saat kedua anak manis itu akhirnya harus pergi dari tempatnya ini karena diadopsi oleh Rudy dan Alin, dan proses adopsi yang akhirnya berakhir tragis.

Joanes ketika itu tidak mampu membendung air matanya, dia menangis sperti anak kecil saat menerima dokumen yang diserahkan oleh Ibu Dorkas kepadanya.

Foto terakhir antara dia dengan kakanya Tirtasari.

Joanes berusia 7 tahun ketika itu, dan Tirta berusia 10 tahun sedang memangkunya dan memeluknya dari belakang. Senyum Tirtasari begitu lebar, sedangkan adiknya malah dengan wajah tanpa ekspresi menghadap kamera.

Airmata Joanes tumpah ruah, dia mencium foto itu. Sekian tahun hanya dalam angan dan impiannya wajah Tirtasari setelah mereka terpisah dengan ditangkapnya Tirtasari, dan kali ini foto itu membuat dia semakin merindukan sosok kakanya

“alamarhum Papamu bernama Joseph Frederik, seorang tenaga ahli di perusahaan minyak, ibumu bernama Danum Jayanti, yang kemudian berganti nama menjadi Ana Maria Jayanti. “ terang Ibu Dorkas

Dia juga menyerahkan potongan kliping berita tragis kecelakaan pesawat terbang yang menewaskan ibunya dan ayahnya ketika itu. Akte kelahirannya dan akte kelahiran Tirtasari yang fotokopi juga ada, dan diserahkan ke Joanes.

“aslinya ada ditangan orangtua angkat kamu....”

Mendengar kata-kata itu, hati Joanes menggelegak darahnya sekeita. Dia ingat bagaimana jahatnya Rudy dan Alin ketika itu saat menyiksanya dan Tirtasari. Dengan kekuatan dan otot finansialnya saat ini, meratakan rumah atau mengahajar orang itu bukanlah hal yang sulit.

Joanes lalu mengirim Hadi untuk mengecek apakah rumah Rudy masih ada di tempat yang sama

Hasil laporan dari Hadi setelah dia melakukan pengecekan, bahwa rumahnya masih ada dan nyaris tidak terawat, dan ada plang serta spanduk bahwa rumah tersebut akan dijual.

“mereka buka harga 3 milyar, 4 kamar tidur, luas tanah 120 m2....”

Joanes terkejut mendengarnya

“lu udah telp?”

“sudah Boss....”

“siapa pemiliknya?”

“tadi yang angkat waktu saya telp namanya Cecil....”

Hati Joanes berdetak saat mendengar nama itu. Nama bayi yang sangat dia cintai awalnya, karena dia yang suka main bersama anak itu, yang dia dengan ka Tirta bergantian merawatnya dan menjaganya. Sebelum akhirnya mereka memutuskan menghilang....

“ telp mereka, kita mau survey nanti malam......”

“siap Boss....”

Dan malamnya untuk pertama kalinya, Joanes mendatangi rumah yang pernah dia tinggali 3 tahun lebih dengan Kakaknya, rumah yang menyimpan banyak kenangan dan kepedihan. Kepedihan yang dia nikmati bersama kakaknya.

Rasanya Joanes tidak mampu menahan airmatanya, dia sempat berhenti di garasi, yang pintunya masih belum berubah, garasi yang dia dan kakanya terakhir buka saat malam mereka melarikan dirinya.

Ruang tamu, dan jendelanya masih belum berubah, hanya warna dinding dan sofa yang berganti. Namun secara keseluruhan tidak ada yang berubah dari rumah ini. Kamar mereka berdua dengan Tirta juga tidak berubah di bagian belakang, masih ada.

Cecil yang kini sudah berusia 20 tahun itu yang menyambut mereka. Joanes tertegun melihat anak yang dulu suka digendongnya, dia rawat bahkan diganti popoknya dulu, kini sudah demikian besar dan menjadi seorang gadis yang matang. Mata sipitnya masih sama dengan mata jaman bayinya. Joanes sempat menangis, bahkan dia harus keluar dan masuk di mobil lagi menangis saat melihat kondisi kamarnya yang dulu dia tinggali.

Dia ingat di kamar itu kakaknya Tirta sering menghibur dirinya atau sebaliknya dia yang menghibur kakaknya saat selesai dihajar oleh Rudy dan Alin. Mengenang kata-kata hiburan dari kakaknya, itu yang membuat dia tidak bisa menahan dirinya untuk menangis.

Kakak dimana?? Aku saat ini ada di rumah dulu kita disiksa..... kaka ngga kangen sama aku??

Airmata Joanes kembali menetes

Dia lalu menguatkan hatinya, setelah menghapus airmatanya, dia lalu masuk lagi ke dalam rumah. Dan dia kaget melihat sosok dua orang yang sangat dia benci, itu ada di hadapannya. Sosok Rudy yang dulu kasar kini terlihat sudah tua sekali, rambutnya penuh uban, badannya kurus seperti orang depresi. Suasana sama dengan Alin, yang terlihat agak kusut, sepertinya ada masalah ekonomi dalam kehidupan mereka.

Ingin rasanya dia menghajar wajah Rudy, yang tidak mengenalinya sama sekali. Dia seakan dendam dengan masa lalu dimana dia dan kakaknya suka disiksa.

Namun anehnya, melihat kondisi mereka yang seperti sedang punya banyak masalah dan terlihat lunglai, Joanes justru jadi seperti orang yang kasihan melihat kondisi mereka. Dia hanya bisa mennatap dengan penuh berbagai campur aduk perasaannya melihat dua orang yang dulu dia anggap sebagai malaikat penolongnya, yang kemudian berubah menjadi seperti hantu yang menakutkan bagi dia kakaknya.

Cecil sendiri sebenarnya agak merasa aneh dan kurang sreg melihat gaya tamunya yang jarang berbicara, hanya melihat-lihat kondisi rumahnya, bahkan sempat tatapan tajam dari tamunya ke arahnya yang membuat dia agak merinding. Namun melihat mobil mewah Alphard dan Fortuner yang diparkir didepannya. Ditambah dengan beberapa pengawalnya dan staff nya yang datang, dia yakin ini bukan orang iseng.

“agak kurang terawat yah pak rumahnya...” tutur Hadi

“nanti kami perbaiki jika memang sudah fixed jadi mau dibeli...” balas Rudy

“sertifikat atas nama siapa?”

“atas nama Mama saya, tapi sudah ada surat kuasa untuk jual....”

Joanes menganggukan kepala dan sedikit tersenyum

“rumah sangat startegis.... mau pindah kemana Pak?” tanya Hadi lagi

Rudy dan Alin nampak tersenyum pahit

“kita perlu buat modal usaha, Pak.... juga buat Cecil kuliah di kedokteran... biayanya lumayan...”

Oh, ternyata Cecil kuliah di kedokteran rupanya

“kami boleh lihat kamar belakang?” tanya Hadi setelah semua ruangan mereka lihat

Cecil sejenak melihat ke arah orangtuanya

“boleh saja sih pak... tapi ada orangtua kami lagi sakit....” ujar Rudy

Dada Joanes seketika berdentam. Dia ingat sosok tua yang suka memberinya makan ketika dia disiksa, sosok tua yang satu-satunya meski kadang tidak mampu, tapi suka membela dirinya dari amukan anaknya Rudy

“boleh kita lihat..??” tanya Joanes

Mereka saling bertatapan ragu

“jika kamar itu sudah kami lihat dan cocok, segera kami lakukan proses pembayaran....” ujar Joanes

Alin akhirnya mengangguk ke arah Rudy, dan Rudy bersama Cecil kebelakang, membuka pintu kamar

“amah... ada yang mau lihat rumah... mau lihat kamar ini...”

Suara jawaban yang kurang jelas terdengar dari dalam

Dan betapa terkejutnya Joanes melihat kondisi Amah yang sedang berusaha untuk duduk. Tubuh tua yang kurus itu terbaring di kasur yang sepertinya tidak terawat, bau kamarnya juga seperti bau pesing. Dia miris melihat kondisi kamar Amah yang kini sakit-sakitan.

Amah menengadahkan wajahnya begitu melihat ada yang masuk, Hadi berdiri di depan pintu, Rudy dan Alin diliuar, Joanes yang masuk, bersama Cecil yang berdiri di tepi kamar tidur neneknya.

Joanes lalu mendekati sosok tua itu, dia berlutut bersimpuh didepannya dan memegang tangan keriput yang matanya kini berkedip kedip menatap Joanes.

Cecil terheran melihat orang yang mau cek kamarnya malah bersimpuh di depan neneknya.

“amah......” suara Joanes pelan

Amah kaget mendengar suara itu, matanya menatap lebih jeli lagi

Lalu tangannya tiba-tiba terangkat dan memegang wajah Joanes

“amah.....” suara itu memanggilnya lagi, namun ada airmata dimatanya

Panggilan lembut itu menghampiri telinga tua yang kemudian disadarkan akan siapa pemilik suara itu

“jo...... kamukah itu.....??” tanyanya dengan suara terbata

Joanes mengangguk

‘iya Mah.....”

“joanes..........”

Amah seketika pecah tangisnya, dengan eratnya dia memeluk wajah anak muda itu

‘apa kabarnya kamu nak....amah rindu sekali.......” tangisan dari bibir tua itu terdengar terisak

“kamu kemana aja..... mana Tirta....” tanyanya lagi disela tangisnya yang kian mengencang

Cecil terperangah

Rudy dan Alin juga tidak kalah kagetnya, mereka seketika sadar bahwa sosok yang datang itu adalah sosok di masa lalu yang pernah ada disini.

“ kamu kemana aja Nak...... amah sampai sakit-sakitan memikirkan kamu dengan Tirta....”

Pelukan penuh kerinduan dari nenek yang sedang sakit, dia seperti tidak perduli dengan sakitnya, dia merasa sangat sukacita dan bahagia melihat anak atau cucunya yang dulu tinggal disini, akhirnya bisa datang kembail.

Lama dia menangis sambil memeluk Joanes, dan Joanes pun sama. Dia sungguh sedih melihat kondisi Amah yang sepertinya sulit untuk bangun.

“amah ngga ke dokter? Sakit apa.....” tanya Joanes setelah tangis mereka reda

“ngga.... uang darimana...?? bisnis bangkrut semua... makanya rumah mau dijual daripada disita bank.....” ujarnya sedih dan mebuat Joanes kaget

“adik kamu Cecil saja sudah cuti mau setahun kuliahnya... ngga ada biaya....” sambungnya lagi

Joanes segera tersadar, dia menengok sejenak melihat Cecil yang berdiri dan meneteskan airmatanya, setalah tahu bahwa pria aneh ini adalah anak kecil yang ada di foto keluarga mereka yang menggendongnya saat dia masih bayi.

Cerita tentang mereka berdua pun sudah didengar oleh Cecil, saat Amahnya bercerita.

Joanes lalu berdiri, dengan penuh haru dia memeluk Cecil, tangisan Cecil dan airmatanya tumpah ke bahu kakaknya

“Cuma lihat di foto dulu.......”

Joanes tersenyum manis

“udah gede.... maafin yah... terpaksa kami berdua harus pergi...”

“ngga apa-apa Ka..... sudah jalannya..... maafin Papa dan mama yah....”

Rudy dan Alin yang berdiri diluar hanya bisa mematung dan terdiam, pikiran mereka bercampur aduk. Permintaan tulus dari Cecil, dan melihat kondisi Amah yang sedang sakit, membuat hati Joanes seketika luluh dan hanya bisa menetskan airmatanya. Kebencian kepada dua orang yang dulu sering menyiksanya, berganti dengan rasa kasihan.

Dokter Andreas tidak lama kemudia datang untuk memeriksa Amah

“ini sih malnutrisi dan bisa kearah demensia....” katanya ke Joanes dan Cecil

“saran dokter?”

“hmmm...dirawat saja sambil nutrisinya diperbaiki... kalau di Rumah Sakit khan pengontrolannya lebih baik....”

Hadi segera dibuat sibuk untuk memesan ruang VIP untuk Amah malam ini. Dia juga memesan ambulance untuk segera datang menjemput Amah untuk dirawat. Mata tua itu tidak henti-hentinya meneteskan airmata haru, bahagia bisa bertemu kembali dengan cucunya yang dulu kabur dari rumah.

Lalu Rudy dan Alin hanya terdiam menundukan wajahnya, mereka tidak mampu menatap tatapan Joanes

“sertifikat rumah dimana sekarang?”

“di bank.....”

Joanes terdiam sesaat

“trus hasil rumah nanti mau bisnis apa?”

Alin menengok ke arah Rudy

“papa mau buka warung mie ayam Ka.... kemarin sih laku lumayan bagus... cuma....” Cecil tidak meneruskan kata-katanya. Joanes sedikit banyak tahu kelakuan Rudy

“Hadi, kita ada ruko yang kita mau jual ngga dekat sini....??”

“bentar Boss....”

Hadi mengecek sebentar

“ada Boss.... Daan Mogot...”

“rame tempatnya?”

“pas dipinggir jalan....”

“oke.... siapin segera... set up untuk tempat jualan mi ayam....”

Rudy dan alin hanya bisa tertunduk malu, mereka bingung harus bicara apa

“ hutang di bank, nanti ada yang akan contact besok.... bayar, tapi maaf, sertifikatnya akan ditaruh di safe box deposit atas nama Amah....”

Mereka berdua hanya bisa mengangguk karena bingung harus bilang apa.

Tidak lama ambulance datang, menjemput Amah. Cecil sempat membantu mengemasi pakaian Amah, malam ini dia dibawah ke RS untuk dirawat.

Pelukan Amah seperti tidak mau lepas dari Joanes. Dia sangat terharu melihat Joanes, dan sangat sedih saat Joanes menceritakan nasib Tirta.

“Cecil, besok contact Hadi.... “ ujarnya Joanes

“Hadi, arrange untuk pembayaran kuliahnya.... pakai account gue, atau lewat Tirta Foundation juga boleh.... dan atur tiap bulan untuk biaya dia tiap bulan...”

Cecil tidak bisa menahan airmatanya, dia memeluk kakaknya dengan erat dan penuh airmata haru. Dia tidak menyengka jika malam ini kedatangan Joanes akan merubah semua nasib mereka dalam waktu yang sekejap.

“makasih Ka.... tadinya Cecil udah pasrah DO....” dia mengusap airmata yang deras di pipinya mengalir.

“ tapi Tuhan kirim Kaka.... buat bantu Cecil, papa, mama dan Amah.....”

“cecil minta maaf atas perlakuan Papa dan mama yah Kak.... minta maaf banget....”

Joanes hanya diam melihat wajah Rudy dan Alin

“saya memandang amah dan Cecil..... meski saya tidak bisa melupakan perlakuan bapak dan ibu...”

kata-kata Joanes seperti mempertegas batas antara mereka. Bahwa dia hanya karena Cecil, dan amah makanya dia mau berbuat apa yang dia lakukan malam ini.



*****************

Ka, pake mobil aku aja yah, biar Pak Darwin ngga bolak balik

Whatsapp dari Cecil

Memang untuk kuliahnya Joanes sengaja memfasilitasi adik angkatnya itu dengan honda city hatchback.

Ngga apa-apa, biar aja dijemput Pak darwin.

Oke Ka, nanya mulu si Amah dari tadi


Joanes tersenyum membacanya, dia maklum orangtua memang demikian

Dia lalu menelpon Abigael, karena dari pagi mereka sama-sama sibuk dengan pekerjaannya, siang ini baru sedikit agak mendingan kesibukannya, dan seperti biasa mereka selalu menghabiskan sekitar 15-30 menit untuk saling bertelpon atau sekedar vidio call, karena memang Aby sangat mengerti kesibukan Joanes sebagai asisten boss nya, seperti pengakuannya.
 
Terakhir diubah:
Bener bener Om @Elkintong ........
Perasahaan bisnis JEF dan Aby gak ada bombay nya deh....... kok membaca bagian ini bisa dengan mata berkaca kaca ya.... hadeeh.....
Hebat si JEF, tetap membantu tapi dengan tetap memberikan batasan ke Rudy dan Alin .

Terima kasih om sudah diupdate dengan membawa emosi.....
Tetap sehat dan tetap semangat yo.....
 
Bener bener Om @Elkintong ........
Perasahaan bisnis JEF dan Aby gak ada bombay nya deh....... kok membaca bagian ini bisa dengan mata berkaca kaca ya.... hadeeh.....
Hebat si JEF, tetap membantu tapi dengan tetap memberikan batasan ke Rudy dan Alin .

Terima kasih om sudah diupdate dengan membawa emosi.....
Tetap sehat dan tetap semangat yo.....
Ada bro,
Menu baru Aby ada sandwich dan pakai bawang bombay 😀😀😀
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd