Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

PART XIX



SORE NAN KELABU



The power of giving adalah salah satu kunci sukses yang dirasa oleh Joanes. Dalam banyak kesempatan jika meeting dengan managementnya, dia selalu mengatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan mereka untuk bisa ada di posisi mereka saat ini ialah Power of Giving.

Dengan memberi, kita didoakan oleh banyak orang, dan dengan didoakan, kita diberkati. Berkat yang datang bagi kita, diimbangi dengan kerja keras, sistem yang teratur dan akuntabel, serta kecermatan dalam mengambil keputusan, membuat roda usaha kita berjalan dan menggelinding seperti bola salju. Karena itu, memberi adalah salah satu bentuk kita mensyukuri apa yang sudah Tuhan percayakan kepada kita.

Pesan yang selalu disampaikan sosok tidak berwujud lewat rapat online mereka yang dilaksanakan di ruang meeting Tirtasari Tower yang sudah mau satu tahun terakhir ditempati oleh grup usaha ini. Komitmentnya untuk menyisihkan laba bersih semua unit usaha di holdingnya Tirtasari sebesar 30% setelah tax dan setelah deviden, membuat dia sangat mewanti wanti agar semua komitment mereka harus dipenuhi.

Cukup? Tidak. Joanes juga membagikan 10% lagi untuk karyawannya dalam bentuk bonus tahunan berdasarkan jenjang jabatan dan performa unit usahanya. Dan dari 30% itu sebesar 15 persen dia bagikan untuk kegiatan kerohanian. Sisanya lagi untuk pendidikan, olahraga, dan pembangunan sarana umum atau rusun dan petakan dalam bentuk cluster untuk karyawannya yang belum punya rumah.

Satu hal yang sangat aneh bagi para karyawannya ialah siapa sosok Joanes sebenarnya. Mereka mengenalnya hanya dengan panggilan JEF atau Leader. Dia kerap hadir dalam meeting atau keputusan penting mereka, dan hanya lewat suaranya, atau tanda tangannya.

Dia sangat dicintai oleh karyawannya. Beasiswa untuk anak karyawan yang level staff, juga diberikan oleh perusahaan. Setiap tahun ada acara family gathering yang diisi dengan pemberian beasiswa bagi anak-anak karyawan yang punya prestasi di semua bidang.

Sudino, sopir truck pengangkut material untuk pembangunan perumahan, merasakan bagaimana dengan gaji yang pas pasan untuk keluarganya, namun berkat kinerjanya yang bagus dan prestasi Ipuk anaknya yang SMP, maka beasiswa, perlengkapan sekolah bahkan mendapat granasi jika prestasi tetap masih bagus akan dibiayai hingga perguruan tinggi.

Perlakuan perusahaan yang begitu baik untuk dirinya membuat dia dan keluarga sangat bersyukur. Kontrakan petakannya pun akan segera dia tinggalkan karena mendapat fasilitas rumah petak, yang jauh lebih layak untuknya, dan bisa dia tinggali gratis selama dia masih menjadi karyawan.

Satu yang dia dan keluarganya belum kesampaian ialah bertemu langsung dengan JEF, untuk mengucapkan secara langsung ucapan terima kasih mereka. Dalam sebuah acara penyerahan bea siswa di gathering tahunan Tirtasari Group, Sudino dan keluarganya yang berdiri dengan bangga diatas panggung, berbicara dengan penuh haru dan airmata bahagia, tentang harapan mereka untuk bisa bertemu langsung, dan ingin mengucapkan terima kasih kepada Leader mereka.

Meski demikian ada beberapa tantangan juga dari dalam perusahaan sendiri, semisal usulan bahwa biaya untuk Giving yang dianggap terlalu besar dan bisa dialokasikan untuk pengembangan perusahaan. Namun usulan itu selalu mentok di tangan panglima tertinggi.

Namun tentu saja Joanes, dibantu Edward dan Johan selaku pemegang kekuasaan tertinggi, selalu berdiskusi dan merumuskan semuanya dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan yang sangat tepat.

Di jajaran backupannya sendiri, Joanes memang spesial punya tenaga ahli dan tim kecil yang tugasnya menghitung semua resiko, proyeksi bisnis kedepan, dan juga analisa pasar sebelum dia mengambil keputusan. Dan ini yang sangat dihitung oleh Joanes.

Seperti contoh ketika dia membangun kawasan yang sudah dtinggalkan lama oleh pengembang lama karena dianggap gagal dan tidak feasible. Dengan kajian yang sangat mendalam dan proses yang prudent, mereka lalu melakukan take over.

Sirius Garden Park, kemudian berdiri di kawasan tersebut, setelah Tirtasari Propertindo melakukan peruabahan Master Plan, lalu merubah kawasan tersebut sesuai master plan yang sudah mereka rencanakan.

Tantangannya sangat banyak. Namun dengan keukeuh JEF minta proses take over dilaksanakan. Pengembang sebelumnya yang salah dalam memanage proyek yang ada akhirnya dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka akan menghadapi gugatan dari pihak bank karena kredit pembangunan rumah sudah cair,dan dari konsumen yang sudah meberi DP, namun rumah belum ada yang terbangun.

Tirtasari Propertindo membantu mereka untuk pengembalian DP ke beberapa costumer yang sudah membayar. Lalu membayar kompensasi ke pengembang lama, dan membayarkan semua hutang ke bank atas nama developer yang lama. Kali kering yang suka jadi hambatan karena jadi kali saat hujan dan kering kerontang saat panas, lalu dirubah oleh mereka menjadi danau buatan dengan system reverse osmosis sehingga kolam retensinya dipakai menjadi penyaring air, dan yang mengalir ke kolam atau sungai buatan adalah air yang bersih.

Jalan masuk yang dulu kecil, dirubah dengan memotong dari atas kali yang dibuat jembatan yang indah, dan jalan kampung yang hanya 3 meter lebarnya, diperluas hingga 10 meter untuk akses masuk. Selain membeli lahan warga, mereka juga membangun rumah warga yang mereka gusur sepanjang jalan kampung, yang berubah menjadi jalan utama untuk masuk perumahan.

Tentu ini menyedot dana yang tidak kecil, karena tingginya biaya produksi. Namun dengan akses yang lebih besar dan lebar, suasan perumahan yang jadi lebih mewah dengan saluran listrik dan kabel bawah tanah, harga jualnya pun 2 kali lipat dari harga awal dari penngembang. Dan dalam waktu 6 bulan setelah mereka launcing, 70% rumah sudah terjual.

Insting insting dan kalkulasi bisnis JEF memang terbukti.

Hal yang sama saat dia melakukan ekspansi bisnis, atau membeli saham dan takeover usaha ataupun membuka cabang baru. Semua proses analisa dalam banyak hal menjadi acuannya. Bagi dia bisnis adalah hitung-hitungan, bukan perasaan. Dan selain di property, dia juga menaruh sebagian uangnya di beberapa perusahaan lain, mulai di jaringan rumah sakit, perusahaan logistik, hingga ikut join venture di bisnis apparel Hermoso.

Selain itu, dia memiliki usaha yang diluar dari Tirta Group, yaitu jual beli rumah bekas. Hal yang sama dia lakukan, analisa, hitung biaya beli, renovasi, dan harga property di daerah tersebut. Setelah dilakukan perbaikan atau bahkan masih dalam proses, namun gambar dan foto deasin 3 dimensinya pun sudah mulai dipasarkan.

Keuntungan dari bisnisnya ini yang dia biasa lakukan untuk membeli kebutuhan dan hobi pribadinya. Mulai mobil, motor, dan juga barang-barang mewah yang dia suka. Satu hal yang dia jarang lakukan ialah berlibur atau hura-hura yang tidak jelas. Makan mewah pun dia selalu hindari. Baginya lebih baik memberi makan anak atau orang tidak mampu, daripada menghabiskan puluhan juta untuk sekali makan mewah.

Semua indikator yang ada ini yang membuat Joanes boleh berdiri saat ini dengan bangga. Perusahaan yang semakin membesar, keuntungan bulanan yang berlipat kali ganda dari semua unit usahanya, meski hati dan jiwanya terlihat gersang dan tandus, rasa minder untuk bergaul dengan banyak orang kaya lain, rasa insecure karena dulu pernah gagal ditolak oleh orangtua gadis yang dia cintai karena ketidak jelasan statusnya.

Hal yang sama pun dia rasakan saat ini sat memulai hubungan dengan Abigael. Disaat dia mulai mencintai gadis sederhana ini, dia merasa tantangan banyak yang hadir. Meskipun dia buka siapa dirinya, pasti banyak juga tantangan yang akan mepertanyakan statusnya yang tanpa orangtua, bekas narapidana.

Begitun dari orangtua Abigael, apakah mereka akan setuju? Meski dia kaya secara materi? Tapi apa sosoknya bisa diterima dengan baik? Gelagat orangtua terutama mamanya, meski JEF kini lebih tenang mengahdapinya kini dan lebih santai, namun di bisa merasakan bahwa ada Mendung yang tebal menggantung di ambang cintanya dengan Abigael.



******************

Hari sabtu adalah hari dimana Joanes suka menjadwalkan mengelilingi atau mengunjungi proyek yang dia ingin lihat progessnya. Dan hari ini Sirius Garden Park menjadi lokasi tempat dia berkunjung. Kali ini dia sengaja menyetir sendiri dengan menggunakan Chevrolet Camaro hitamnya, dia mengunjungi kawasan yang sedang dalam tahap finishing projectnya itu.

Kawasan proyek ‘berani mati’ ini ternyata sudah membuat dia mengantungi laba bersih sekitar 30 milyar dari penjualan sekitar 70% propertinya ini. Dan jika semua sudah terjual termasuk tipe besar dan ruko di samping danau buatan mereka, maka akan ada sekita 110 milyar lagi yang akan masuk. Perjudian yang sangat sukses berkat perhitungan matang dari dia dan tim.

Meski belum 100 persen jadi, namun kawasan danau buatan yang sudah dibuka menjadi kawasan orang orang melakukan olahraga pagi disini. Sepeda dan juga jogging karena ada jogging track serta ada kolam khusus untuk ikan hias, sehingga anak-anak kecil bisa datang bermain dan memberi makan ikan-ikan tersebut.

Pria muda dengan celana bermuda coklat, kaos hitam dengan kacamata hitam, turun dari Camaro, jelas menjadi perhatian beberapa wanita dan juga pria yang sedang berolahraga disekitar situ. Meski ada beberapa celetukan dari gadis-gadis muda, dia hanya tersenyum dan berjalan menuju area danau. Ada outlet coffeshop yang sudah buka, dia tahu milik dari Renita, Istri directornya Johan yang buka outlet disepanjang jalur komersial di danau itu.

Sambil memesan, dia tersenyum ke beberapa gadis yang menatapnya. Dengan badan yang tinggi tegap, putih dan wajah gantengnya, wajar saja banyak wanita yang terpesona. Tongkrongan Camaro dan Tag Hauer Carera yang melingkar di pergelangan tangannya, sepertinya memberi kesan bahwa sosok ini bukanlah sosok sembarangan.

Ada kepuasan di senyumannya melihat progress pembangunan yang cepat, dan kawasan yang setahun lalu dia lihat masih hutan belantara kini sudah menjadi kawasan hunian dan ekonomi yang hidup, dan artinya Tirta Propertindo kembali saldonya bertambah.

Bang, mampir kan siang ini?

Whatsapp dari Abigael

Iya sayang, nanti sekitar 1 jam lagi aku nyampe.

Aku tunggu yah. Abang sudah sarapan?

Sudah sayang.

Aku buatin kue atau salad buah yah

Boleh sayang


Segera dia masuk kembali ke mobilnya. Dan kemudian berputar mengelilingi kawasan perumahan, tanpa ada yang mengenali dirinya. Setelah puas dan mencatat beberapa temuan kecilnya, dan juga memotret hasil temuannya, dia lalu bergegas untuk menuju toko bakeri Abigael.

Saat melintas didepan toko bakeri Aby, dia tersenyum saat melihat pengunjungnya yang lumayan ramai. Joanes memarkir mobilnya di kawasan parkir VIP. Dia memotret mobilnya, lalu mengirimkan ke dr. Andreas bahwa dia meminjam lapak parkir disitu, agar nanti satpam jika bertanya maka Andreas yang menjawab.

Lagi dimana Boss??

Nanti gue mampir

Siap Boss


Dia lalu masuk ke toko bakery Aby, dan senyumnya melebar melihat Aby yang sedang berlepotan sambil memakai celemek di dapurnya yg terletak di belakang kasir, yang bisa dilihat dari balik kaca saat dia hendak ke lantai 2.

Aby segera meletakan panggangan kuenya, dia lalu menyuruh karyawannya meneruskan, lalu keluar dan dengan sumringah dia memeluk Joanes

“kangen.....”

Joanes balas memeluk gadisnya

“keatas yuk.....”

“ngga manggang?”

“udah kok...tinggal dipanggang”

Aby membuka celemeknya, dan mereka berdua naik ke lantai 2

“ada Mima dan Tante Flory....”

“oh...”

Lalu

“halo....”

“halo Bang....” sapa Mima

Mereka berdua sedang melipat dus di ruangan meeting

“ada pesanan 100 pax...” ujar Aby

“well... selamat...” senyum Aby mereka

Mima lalu menyambut tangan Joanes dan menciumnya. Sebaliknya Joanes juga mencium tangan Tante Flory

“hai tan....”

“dari mana?”

“dari kost an....”

“oh... di Jatisari?”

“ia Tan...”

Mereka pindah ke ruangannya Aby. Langsung Aby memeluk Joanes saking rindunya.

“abang mau makan salad buahnya sekarang?”

Bibir Aby agak dimonyongin dan dengan tatapan manjanya dia menatap wajah kekasihnya

“boleh....”

“cium...”

Bibir Joanes mendarat di bibir Abigael. Pelukan yang hangat rasanya sedikt meredakan kerinduan mereka.

“bentar yah Bang....”

Abigale lalu turun kebelakang, membuka kulkasnya dan menyiapkan salad buah untuk Joanes. Setelah meracik dengan mangkok yang khusus dia siapkan buat Joanes, dia lalu mengantarkan ke ruangannya, dan menyicipinya sedikit

“pas kayaknya...’

“Thanks By....”

Sambil menikmati slaad buah, mereka berbicara tentang kondisi toko dan progress penjualannya. Aby juga menceritakan bagaimana halangan-halangan yang ada, serta proses perkembangan dan karyawan disini yang sduah bisa diandalkan

Dia juga cerita kisah sedihnya saat orang banyak yang agak mencibirnya, termasuk menyenggol nama Joanes.

“ngga apa-apa.... kita tidak merugikan mereka kok.....”

Aby hanya menganggukan kepalanya

“By, aku bukan milik siapa-siapa... aku bukan suami orang... bukan kekasih orang bahkan.... i am yours for sure...” hiburnya dia

Aby hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya

“kata mereka, abang cuma mau mainin aku.....”

Joanes tertawa ngakak

“kata aku, ngga mungkinlah abang berani merekomendasikan aku ke boss abang, kalo hanya untuk dimainin....” ujar Aby dengan polosnya

“biarin aja By... mereka bicara gossip toh mereka juga yang berdosa....”

“iya Bang...”

“kita ngga bisa jadi teman buat semua orang....”

Aby membenarkan

“suatu saat, aku akan kenalin orang tuaku ke Aby.... dan kakak perempuan aku....” ujar Joanes lembut

“makasih ya Bang.......”

Sementara itu disebelah ruangan Aby

“Mima.... si Jo kost dimananya di Jatisari?”

“ngga tau Tan....”

“aby tahu?”

“ngga tau juga katanya...”

“lho?”

“kenapa emang Tan?”

Flory hanya tersenyum simpul

“kamu yakin dia kost disana?”

“ya ngga tau Tan... pacarnya si Kaka ini.....”

Flory kini agak serius

“lu lihat jam tangan ama sepatunya?”

Mima menganggukan kepalanya

“ Tante yakin ngga ada anak kost di Jatisari yang punya barang sekeren itu....” bisiknya pelan

Mima tertawa

“mima juga curiga.... tapi kata Ka aby biar aja.... itu pemberian dari boss nya....”

Flory tersenyum lebar

“Abigael sangat beruntung......”

Percakapan mereka terpotong

“Mbak, yang mau ambil pesanan sudah datang.....” ujar salahs atu pegawainya

“oh oke....”

Abigael yang mendengar itu segera pamit sebentar dengan Joanes

“bang, aku siapin ini dulu yah.....”

“oke sayang.....”

Abigael lalu turun kebawah mempersiapkan pesanan kotakan untuk siang ini. Sementara itu Joanes diatas di ruangan Abigael menunggu sambil membuka ponselnya dan membalas beberapa whatsapp yang masuk.

Terdengar suara langkah mendekat, dan mereka berdua sama-sama kaget, disangka oleh Joanes ialah Aby yang sduah selesai membungkus pesanan, ternyata ibunya Aby yang baru datang dari rumah, Lily.

“sore Tante....” Joanes bangkit dari duduknya dan mencoba menyalami Lily

Wanita itu tidak bergeming dan hanya menganggukan kepalanya. Dari raut wajahnya terlihat ketidaksukaannya terhadap sosok Joanes. Melihat kondisi ini Joanes jadi merasa sangat tidak enak, antara mau duduk atau berdiri, karena Lily masih berdiri di depan pintu

“dari tadi disini?”

“iya Tan...” jawab Joanes dengan sopan

“ bukannya ruang tamu disebelah yah? Ini kan ruangan kerja Aby....”

Joanes sudah merasakan hawa yang kurang enak

“tadi dipakai untuk melipat dus....... makanya saya diajak Aby kesini....”

“oh.....”

Kembali diam diantara mereka

“ makasih yah sudah bantu Aby selama ini....” masih datar suaranya

“iya sama-sama Tante....”

Lalu....

“oh iya... mohon dibuat lebih terang yah masalah kesepakatan kerjasama dengan Aby.....”

Joanes agak terheran

“kesepakatan apa yah Tan?”

“yah kesepakatan kerjasama.... pembagiannya bagimana? Trus masalah kontraknya berapa lama... dengan siapa Aby kerjasamanya....”

Joanes terdiam

“kan selama ini kita ngga tau ini uang dari mana.... siapa yang kasih....”

Masih terdiam dan menyimak

“Tante ingin jelas... tante ngga ingin anak Tante dimanfaatkan orang.....” wajah sengit dan kata-kata cenderung sinis keluar

“saya mengerti Tante....”

Kini Lily menatap ke arah Joanes

“ saya mau anak saya punya hubungan dengan orang yang jelas..... semuanya harus serba jelas... bukan dengan orang yang tidak kami tahu dari mana dan kerjaannya apa.... “ tandas Lily lagi.

Kata-kata Lily bagaikan uppercut menghajar dada Joanes

“saya paham Tante......”

Tiba – tiba terdengar langkah mendekati agak setengah berlari.

Abigael muncul dengan tatapan heran melihat ibunya dan Joanes berdiri, dan saling diam. Dia seperti melihat ada yang tidak beres terjadi

“ma.....”

Lily diam aja

“Bang... ngga dihabisin saladnya...?”

Joanes tersenyum tipis

“udah... aku udah kenyang....” ujarnya sambil senyum

Aby memandang mamanya dan Joanes bergantian

“by... aku pamit yah....”

Aby terkejut

“lho.... kok balik....???”

“ada kerjaan mendadak.....”

Joanes langsung mengambil ponselnya yang tergeltak di meja, lalu berlalu

“permisi Tante.....”

Abigael kaget, belum hilang rasa terkejutnya Joanes sudah berlalu dengan cepat. Abigel melihat ke wajah mamanya dengan tatapan tajam, sebelum dia memutuskan menyusul Joanes, dan dengan setengah berlari dia mengejar Joanes kebawah, hingga keluar ke parkiran, sosoknya sudah hilang.

Setengah berurai airmata dia masuk kembali ke tokonya, melihat Joanes keluar tanpa pamit dan dikejar oleh Aby, dan mereka tahu Lily ada diatas, Flory dan Mima segera tahu apa yang terjadi, mereka berdua menyusul Aby yang naik keatas

“kenapa sih Ma??’ tanya Aby

“kenapa apa?”

“mama bilang apa ke Bang Jo?”

“Ngga bilang apa-apa...”

“Ngga mungkin.... dia langsung jalan begitu saja....”

Mia dan Flory saling berpandangan, mereka juga mencurigai sesuatu

“lho kamu kok malah marah ke mama....” tanya Lily balik

“aku nanya...ngga marah....’

“Yah ngga bilang apa-apa.....”

“ngga mungkin......” aby setengah berteriak, dia lalu menangis dan tersedu sedu, dia membanting dirinya ke kursi dan manengais di depan mejanya, dia benar-benar kesal dengan mamanya, dia yakin ada omongan mamanya yang bikin Joanes tersinggung

“mbak kenapa sih?”

“iya...mama suka reseh ih....” cetus Mima

“lho.....kok reseh....”

“iya Mbak kenapa?”

“ngga apa2... aku cuma nanya masalah kerjasama mereka.... “

“trus.....”

“ngga terus-terus....”

Mima tidak percaya dengan Mamanya, dia kasihan melihat kakanya menangis di mejanya

“aku cuma nanya aja.... yang jelas kerjasama.... itu doang.....”

Mima dengan kesal menatap wajah mamanya

“udahlah mbak ngapain sih turut campur urusannya Aby....”

Dia lalu menarik kakaknya agar pindah keruangan sebelah, meninggalkan Aby yang sedang dibujuk oleh Mima karena masih belum berhenti menangis.

“memang nanya apa?” tanya Flory lagi

“ya itu tadi, Ry.....”

“mbak ngga usah turut campur lah .....”

“lah...aku mamanya dia masa ngga boleh turut campur?”

“boleh...tapi ada batasannya....”

“nanti ada apa-apa khan kasihan juga....”

“ada apa-apa gimana? Aby sudah bagus jalannya sekarang.... dibantu dengan baik sama Joanes... mbak mau nanya apalagi....”

“yah nanya aja.....”

Flory benar-benar bingung dengan resehnya kakak sepupunya ini. Dia marah dan tidak suak dengan Joanes, tapi semua fasilitas dan bantuan Joanes malah dia yang duluan dan ingin kuasai semua. Aneh bin ajaib nih orang

Sementara Joanes yang sedang emosi dan kesal, segera lari dan menuju mobilnya yang diparkir di RS

“pak.... mobil bapak...” tanya petugas keamanan

“iya...”

“ngga boleh parkir disini lain kali yah.....’

Dalam kondisi normal Joanes pasti akan menjawab dengan senyuman, dalam kondisi emosi dan kesal seperti ini, jawaban Joanes jadi lain

“kenapa ngga boleh??”

“ini parkiran direksi....”

“gue udah minta ijin sama Andreas.... lu cek ama dia....”

Petugas keamanan mendapat jawaban seperti itu juga kesal.

“bapak mau kasih tau siapa saja bukan urusan kami pak.... ini parkiran khusus management dan direksi...”

“Trus? Kalo gue parkir disini kenapa??” bentak Joanes

“lah.... bapak mau apa?”

“lu anak buah michael bukan?”

Mereka berdua kaget mendengar orang ini menyebut nama direktur mereka.

“minggir lu...” bentak Joanes lagi

Seorang petugas yang yang agak sabaran, berusaha menyabarkan temannya

“songong banget...” bisiknya ke temannya

Mobil Camaro yang suaranya lumayan kencang segera berbunyi begitu mesin mobil itu nyala. Dengan cepat dia keluar dari parkiran, tanpa menengok ke dua petugas keamanan tadi. Dia membayar parkiran, lalu keluar ke jalan raya.

Petugas keamanan sempat memotret dengan kamera ponselnya nomor polisi mobil Camaro, dia lalu mengirim ke grup dan melapor ke komandannya di kantor pusat, agar ditindak lanjuti ke management karena sudah menyebut nama direktur RS Andreas dan direktur perusahaan mereka selaku tenaga keamanan, Michael.

Suasana hati kesal Joanes agak mereda kini, dia menahan sedikit emosinya, sambil berhenti di lampu merah, dia menegcek ponselnya.

Boss, Bu hilda dari Bamboo nanya jadi ngga ketemu?

Joanes kaget, dia lupa ada janji hari ini dengan arsiteknya

Jadi, jam 7 di griya

OK siap Boss.


Di pos keamanan rumah sakit, petugas keamanan yang tadi berkonfrontasi dengan Joanes mendadak menerima telp

“sore .... bapak yang tadi kirim foto mobil di grup wa?”

“iya Pak....”

“ini saya Michael”

Mereka kaget mendapat telpon dari boss besar mereka

“siap Pak...”

“tolong hapus foto kamu yang di grup, dan juga dari hp kamu....”

Mereka kaget

“sekarang Pak.....” perintahnya lagi

“iya siap Pak....”

“lain kali kalau dia datang jangan ditanya tanya. Mau dia parkir dimana saja tugas kalian hanya amankan..... mengerti??”

“siap Pak....”

Dengan setengah gemetar mereka berdua berpandangan, dan dengan cepat mereka masuk ke grup whatsapp dan menghapus foto yang mereka kirim, termasuk yang di handpone mereka. Mereka agak gugup dan kaget mendengar suara boss mereka barusan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd