Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

Om Suhu @Elkintong ini emang jagoan banget bikin emosi naik turun.. alur ceritanya sederhana, bahkan mungkin mudah ditebak. Tapi, kenikmatan ceritanya ada dalam setiap pilihan kata yang membentuk kalimat, dialog, dan narasinya. Pembaca seolah bisa memasuki kehidupan para tokohnya. Karakterisasinya kuat.

Dan pembaca seperti saya, hanya bisa bilang.. Kueeeeeerrrreeeennn.
 
BAB XXIX


Kerinduan sang Kakak


Suara tangisan sesenggukan terdengar dari balik sebuah rumah sederhana di sebuah desa di Majalengka, tepatnya di desa Panyingkiran. Seorang Ibu sedang menangis di depan 2 orang laki-laki dan perempuan, serta ada satu lagi perempuan yang dibelakangnya nampak sedang menenangkannya.

“sabar atuh, Teh...” bujuk wanita yang dibelakang wanita yang sedang menangis

Sementara dua orang yang sedang duduk di hadapan wanita itu diam saja, menunggu hingga wanita itu reda tangisannya, lalu mereka kembali membujuknya dengan pelan dan lebih telaten lagi

“gimana Bu.... sudah agak tenang...??”

Wanita itu diam, masih terdengar suara isaknya

“kami ini tidak bisa membantu Ibu jika Ibu sendiri tidak ada keinginan untuk keluar dari lingkaran ini...” tutur wanita yang depannya.

Wanita yang didepannya itu bernama Yusniar, dia merupakan koordinator semua LSM yang bergerak dibidang advokasi ibu dan anak di Jawa Barat, sedangkan yang disampingnya itu Tulus Yugo SH, yang merupakan pengacara sekaligus aktivis pembela hak-hak rakyat kecil.

Mereka berdua datang karena ditelpon oleh Ibu Euis, yang melaporkan bahwa ada tetangganya yang bernama Lilis Sukmawati, baru saja mendapat penganiayaan yang kesekian kalinya dari suaminya Ganda, dan terakhir pagi ini dia dipukul bagian wajahnya hingga memar dan robek pelipisnya karena ditampar dan kena cincin besi putih, hingga robek pelipisnya.

“ini anaknya juga sering dipukul....” ujar Euis

Mereka terdiam menunggu dari Lilis

“kalau lihat begini sih sudah bisa dilapor ke polisi....” ujar Tulus

“sudah masuk delik penganiayaan ini....”

Lilis diam dan masih terdengar suara isaknya

“masalah jika ibu sebagai korban tidak mau melapor kita juga kesulitan....” sambung Yusniar

Dia menengok ke arah Tulus

“kalau kita lapor ke polisi dengan bukti yang ada bisa kan?”

“bisa aja, ini sudah sangat fatal....”

Lalu dia bertanya

“Ibu Lilis, jika kita lapor dan bawa ibu untuk visum bagaimana?” tanya dia

Lilis hanya bengong

“ngga usah bayar Bu, kami yang akan tanggung biayanya....”

Masih diam dan bingung

Lalu Euis menjawab

“dulu sudah pernah dilaporkan Bu... tapi sorenya dia disuruh mertuanya cabut laporannya... kasihan suaminya katanya gitu....”

Lilis hanya diam

“”tapi khan berulang terus Bu... kalau ibu tidak lapor sekarang nanti berulang lagi....”

Lilis kembali hanya diam dan meneteskan airmatanya

“Ibu kasian suami, suami ibu tidak kasihan sama Ibu.....”

Yusniar hanya termenung melihat wanita didepannya dia. Sepintas wanita ini cantik parasnya, hanya saja kemiskinan dan tekanan hidup membuat dia terlihat seperti orang sakit. Wajahnya juga bengap, lengannya biru dan lebam bekas pukulan dan penganiayaan.

“ya ini masalah terbesar di kita jika ada kasus seperti ini..... bahkan banyak orangtua pelaku malah membela anaknya.... ini sering terjadi....” ujar Tulus

“lalu ini gimana.....” tanya Yusniar

“yah terserah Ibu ini.... kita sih bisa lapor... tapi jika yang jadi korban tidak melapor dan memilih damai pasti keluar lagi dia nanti, percuma kita lapor......” sambung Tulus

Yusnira hanya menarik nafas dalam-dalam. Kasus seperti ini bukan pertama kali dia hadapi di dearah sini, sudah sering dan banyak yang seperti ini. Namun dia melihat bekas penganiayaan dan trauma psikis yang dialami oleh Lilis ini sedikit banyak dia sangat prihatin melihatnya.

Banyak kasus penyiksaan atau pnganiayaan atau istilahnya KDRT itu karena cekcok, masalah ekonomi, atau selingkuh. Namun ini kasusnya agak berbeda karena suaminya hanya karena keinginanannya tidak dilayani dia langsung bertindak dengan brutalnya.

“Memang apa masalahnya sampai Ibu dipukulin seperti ini, Bu?” tanya Tulus

Lilis diam, mengusap airmatanya lalu dia mulai bercerita

“sudah 2 hari ini dia marah sama saya.... karena dia mau ikut teman-temannya touring, tapi ngga ada uang... karena memang warung juga sepi... modalnya ngga bisa mutar.....”

Lilis melanjutkan lagi sambil menyeka airmatanya

“tadi pagi dia bangun ngga ada kopi dan sarapan, dia marah....”

Yusniar memperhatikan dengan saksama

“padahal memang kita ngga ada uang sama sekali... gimana mau beli beras”

“ saya dibentak dan diomelin.... karena merasa disalahin terus saya jawab.....”

Airmatanya kembali turun

“itu dia marah, dia pukul saya.....”

Yusniar terdiam dan sangat prihatin

“anak saya melihat saya dipukulin, teriak minta tolong agar saya jangan dipukul lagi.... ikut jadi sasaran juga.....”

Airmatanya turun lagi kini

“kalau marah sama saya sih ngga apa-apa dia pukul saya.... tapi anak saya juga sering jadi sasaran....”

Tangis Lilis deras lagi, nafasnya sesenggukan, sambil menghapusnya dengan ujung kaosnya

“maaf Bu... suami ibu kerja?”

“ngga Bu....” dia menggelengkan kepalanya “ dia bantu orangtuanya saja, itupun ngga pernah kasih uang kesana.....”

“ibu ngga cerita ke keluarga ibu?”

Lilis menggelengkan kepalanya.....

“saya yatim piatu dari kecil Bu.....”

Yusniar langsung sedih mendengarnya, dia melirik ke Tulus yang sama prihatinnya juga

“ibu, kita akan berusaha bantu Ibu, tapi jika ibu ngga ada niat mau keluar dari situ juga sulit... kita lapor ibu cabut laporan atau berdama dengan pelaku yah percuma.....”

Lilis terdiam, bingung

“gini Pak... masalahnya dia bingung hendak kemana jika keluar dari situ.....” kata Euis

“rumah orangtuanya??”

“khan yatim piatu Pak.....”

“masa ngga ada rumah orang tua atau keluarga?”

“itu rumahnya dia Pak... makanya mau dia suaminya yang keluar... tapi kan sulit karena suaminya orang sini juga....”

Tulus bingung jadinya jika sudah begini

“RT dan warga setempat....”

“sudah Pak... tetap saja berulang....”

Tulus geleng gelang kepala.

“kita sulit juga membantu jika demikian...”

Lalu

“jika pindah dari sini gimana Ibu? Atau apa kita lapor polisi supaya.....” Tulus bingung dengan opsi yang dia punya

“lapor polisi orangnya bebas balik lagi kesini kan susah juga Pak..... mau pindah rumah sertifikatnya sudah digadai sama suaminya....”

Tulus makin bingung, dia melirik ke Yusniar juga sama

“ini saja Pak, ketahuan suaminya bisa bonyok lagi nih......”

Tulus menutup wajahnya dengan tangannya

“dulu saya pernah lapor juga.... ke polisi dan ke sama kayak bapak gini juga....”

“LBH?”

“iya pak.... saya ngga tau namanya apa....”

“trus...”

“ya ngga ada lagi kelanjutannya Pak.....” lilis menundukan kepalanya

“Ibu ngga ada orangtua lagi?”

“ngga ada Pak..... saya usia 5 tahun sudah yatim piatu.....”

Airmata Lilis kembali jatuh, Yusniar juga sama. Dia sedih dan kasihan melihat nasib ibu Lilis ini.

“ adik atau kaka Ibu? Om atau Tante?”

Lilis menyeka airmatanya

“keluarga ayah dan ibu saya ngga tahu Pak....... cuma adik saya saja ada... tapi kami terpisah sudah mau 20 tahun.....”

Yusniar tertegun

“ngga dicari?”

“sudah Bu.... tapi ngga ketamu ketemu...... lagipula cari khan saya harus punya uang juga....” bergetar suara Lilis.....

“saya orang bodoh Pak, SD saja ngga tamat Pak.... saya berhenti kelas 6 SD....”

Mereka tertegun dan bengong melihatnya dan mendengar pengakuan Lilis.

Yusniar dan Tulus lalu berembuk, mereka juga sedikit banyak diberitahu oleh Euis kondisi keluarga mereka, bagaimana suaminya Lilis temparental, dan selalu dibela keluarganya, serta punya geng kampung suka bikin onar, tapi tidak pernah ada yang berani melaporkan ke polisi, membuat semua jadi serba sulit.

Maslah seperti ini banyak terjadi di kampung-kampung yang memnag tingkat pendidikan rendah, kuatnya pengaruh patriarkisme di lingkungan masyarakat, serta rasa sungkannya sesama tetangga dan penegak hukum yang tidak bertaji, membuat praktetk KDRT seperti ini sulit diberantas.

“Bu... cuma ada 2 cara untuk kelarin masalah Ibu.... pertama ibu keluar dari situ... dan kedua ibu lapor polisi biar dia diproses masuk penjara....”

Lilis bingung

“karena mau didamaikan percuma jika suami ibu tidak ada tanggungjawab dan kerjaannya cuma main motor dan mabuk.....”

Lalu dia menyambungnya lagi...

“sekarang Ibu pikir-pikir dulu, karena mau kita ajak visum aja Ibu ngga mau.... jadi ibu pikir-pikir, nanti kami juga cari jalan keluarnya bagaimana.... yang jelas kasus seperti ini tidak boleh kita biarkan berlarut....”

Lilis hanya bisa menganggukan kepalanya

“kami pamit dulu..... nanti kita informasikan lewat Ibu Euis yah....”

“iya Pak makasih banyak.....” Lilis menundukan kepalanya memberi hormat

“Bu Euis makasih infoinya yah... tolong tetangganya sering dilihat nanti.... dibantu yah...kasian....”

“ia Pak, pasti. Makasih juga Bu Yusniar....” ujar Euis.

“saya mah kasian lihatnya.... anaknya baik.... tapi dapat suami seperti itu.... kasihan kami semua... tapi ngga berani bertindak, teman suaminya juga banyak dan tukang bikin onar....” ujar Euis lagi

Mereka lalu mencatat beberapa hal, memotret KTP Lilis, memotret wajah Lilis untuk keperluan dokumentasi mereka.

“nanti kita akan kabarin... kalau ngga salah pimpinan kami sempat bilang ada perusahaan perusahaan yang lewat CSR, bagian legal mereka selalu advokasi kasus yang serupa.... bahkan sampai ke paska incident mereka bantu untuk health mental recover dan bantuan langsung untuk perbaikan hidup....”terang Tulus....

“makasih banyak Pak.... “

“Oke kami pamit yah.... Ibu jaga diri.... semoga segera cepat kami bisa bertindak....”

“ia Pak...” Lilis menyalami mereka berdua

Sebelum keluar dari pintu rumah Euis, Tulus bertanya

“Ibu asli Majalengka?”

“aslinya sih bukan Pak....”

“ini lahirnya disini......” Yusniar menunjukan filenya dia

Lilis menundukan kepalanya

“aslinya saya lahir di Jakarta......”

“oh.... ini nembak...??”

“iya Pak...dulu nembak KTP karena mau nikah......” jelasnya

“tapi nama asli khan......”

Lilis menggeleng lemah.....

“lho? “

Yusniar dan Tulus kaget...

“aslinya nama ibu siapa?”

Lilis terdiam sesaat.... lalu menjawab...

“aslinya nama saya Tirta, Bu.....”

Tulus dan Yusniar bengong mendengar namanya

“Tirtasari Emmanuel Frederik.......”

Euis pun kaget.....

“edun... sae pisan....” komentarnya Euis yang baru tahu nama aslinya Lilis

“eh tadi adik ibu siapa namanya.... masih ingat??”

Lilis mengangguk sedih

“Joanes.....namanya Joanes....”

Mata Lilis kembali bertelaga saat dia ingat sosok adiknya yang lucu, gempal, dan ganteng. Yang harus terpisah 20 tahun yang lalu, sosok yang selalu manja padanya, sosok yang makan pun selalu minta disuapin, sosok yang selalu membelanya, bahkan sampai harus berkelahipun dia berani dengan orang yang loebih tua, karena membela kakaknya.

Airmatanya kembali berderai.... kesedihan karena nasibnya yang malang jadi korban KDRT, kini dia kembali menangis mengingat memorinya bersama Joanes, adiknya tercinta yang entah dimana kini dia berada...... Mungkin kalau kamu ada disini pasti kamu akan selalu belain aku, De.....

Bulir armatanya kembali jatuh.........
 
Setan... Ga sangka nasib berubah. Adiknya duduk manis berlimpah harta tapi sang kakak hidup menderita dan menghadapi KDRT dari sang suami. Ga sabar menunggu moment bertemunya Jeff sang adik dengan sang kakak juga membalas perbuatan dari sang abng ipar yang telah membuat kakaknya menderita akibat KDRT
 
Terimakasih atas double update ceritanya suhu @Elkintong ..
Yg pertama mulai terkuaknya siapa sosok Bang Jo oleh Tante Flory dan teman Aby,
Ya pembuktiannya tentu saat perayaan rumah baru AJ, hehe..

Yg kedua, semoga Pak Tulus dkk dapat membantu Lilis/Tirta untuk bertemu dengan adiknya Joanes..
Tentunya jg dengan menjebloskan Ganda bangsat dan teman2 preman kampungnya ke penjara,
Dan khusus Ganda, sekali lagi untuk dikebiri,
Atau klo perlu disiksa dulu, pelan2 sampai pingin lebih baik mati saja, tapi tetep diulur pelan2 sampai mati mengenaskan..

Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd