Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

PART XXXVII



Titian Ujung Rindu


“Shallom Pi....”

“shallom By....”

“Pi, maaf sepertinya nanti malam kami ngga bisa datang di acaranya yah....”

“oh oke By... kalau lagi sibuk ngga apa-apa....”

“bukan Pi....”

“oh... ada halangan apa Nak?”

“eh.... kita lagi ke Majalengka....”

“oh, dadakan....??”

“iya Pi.... “

“ada urusan mendadak...??”

“eh... mohon bantu doa Pi....”

“selalu anakku....”

“ ini kita on the way mau jemput Ka Tirta....”

“sudah ketemu??”

“puji Tuhan, sudah Pi....”

“Oh.... Puji Tuhan.... akhirnya dijawab semua doa kita....”

“amin Pi....”

“sampaikan selamat papi untuk Jo....”

“ia Pi.... nanti disampaikan.....”

“Tuhan memberkati selalu.... kita topang doa dari sini.....”

“amin Pi....”

Telpon dari Aby ke Pastor William mengabarkan bahwa mereka kemungkinan tidak bisa hadir di acara nanti malam sesuai undangan.

“salam dan doa dari Papi....” bisik Aby ke Joanes.

Joanes mengangguk sambil tetap memandang foto yang diprintout itu.

“kasihan... dia terlihat sangat menderita.....” guman Joanes

“bahkan saat dia disiksa orang pun aku ngga tahu.....”

Airmatanya tidak berhenti mengalir, Aby yang disampingnya pun tidak kuasa menahan tangis. Dia tahu bagaimana sayangnya Joanes ke orang terdekatnya. Dia saja diomelin Boss nya dulu langsung bertindak tegas kekasihnya ini, apalagi kakaknya yang dia sayangi mendapat perlakuan seperti ini.

“sabar sayang.....”

Tatapan masih kosong sambil menatap wajah kakaknya di foto

“ sebentar lagi kita sampai.....”

Hati Joanes hacur rasanya mendengar cerita dari Michael bagaimana keras hidupnya Tirta setelah terpisah dengan Joanes.

Dia kemudian harus ditahan dan ditempatkan di penampungan dinsos ketika itu. Tanpa dokumen apa-apa, lalu berusaha kabur, dan ingin menemuinya di tempat mereka tinggal, tapi ditakut takuti oleh kawannya yang juga ikut kabur bahwa mereka dipantau dan bakal ditangkap lagi oleh petugas satpol pp.

Melanglang buana kerja jadi pembantu rumah tangga, hingga akhirnya menikah dengan suaminya yang pertama. Ditinggal meninggal lalu menikah lagi dengan preman kampung yang saat ini yang kerjaannya hanya memorotinya dan menjadikannya sebagai sapi perah. Yang jika tidak diikuti apa maunya, ama siap-siap saja kena cambukan.

“satu lagi Bro.....” bisik Michael yang duduk di kursi belakang

“hmm......”

“ lu harus bisa terima keadaan saat tahu jika kaka lu kini seorang Muslimah....”

Joanes terdiam sesaat, helaan nafasnya berat, dan dia menyeka airmatanya dengan tisu yang disodorkan Aby

“ dia tetap kakakku.....” jawabnya pelan, tapi tegas

“ mau apapun dia... dia tetap kakaku Tirtasari.....”

Michael terdiam dan senyum tipis, dia melirik ke Aby yang mengangguk pelan ke arahnya

“noted Bro....” sambil menepuk pundak

Mobil yang sudah melaju kencang itu rasanya pelan sekali bagi Joanes.

“mike, harusnya ini dari awal lu bisa temukan... dan ngga perlu Ka Tirta menderita sekian lama....” omel Joanes lagi

“astaga Jef... ini tinggal hitungan jam... hitungan menit....”

Dia mengerti amarah Joanes, dia memilih untuk diam dan mengerti apa isi kepala sahabat sekaligus boss nya ini.

“udahlah sayang... kita ini kan sudah dekat... sabar lah...” bujuk Aby lagi

Joanes akhirnya diam. Matanya menatap tajam dan marah, seperti tidak terima dengan penderitaan yang kakaknya harus alami, disaat dia seperti orang gila mencari dan merindukan kakaknya, namun orang yang harusnya melindungi malah menyiksanya.

Aby juga tetap sesekali merangkul kekasihnya. Dia juga sibuk dengan telp dan whatsapp karena beberapa agendanya yang batal membuat dia harus memberi arahan ke staff nya lewat grup, karena dia harus mendampingi Joanes di hari ini.

Iringan-irangan yang berkendara sekitar 3 jam kemudian keluar dari pintu tol Kertajati, dan masuk ke jalan arteri Kertajati arah Majalengka.

“sabar yah sayang....” bisik Aby ke Joanes

Dia mengangguk

Aby tersenyum dan mengelus lengannya

“lega kan mau ketemu Ka Tirta?”

Dia masih terdiam

“ deg-degan.... tapi masih belum lega sebelum lihat dia langsung....”

Senyuman Aby dengan tulus mencoba melumerkan ketegangan Joanes

“rencana Tuhan pasti yang terbaik sayang.....”

Dia menganggukan kepala

“ 19 tahun?”

“20 tahun....”

Airmatanya kembali menetes

“dia pasti sangat menderita selama ini.....”

Aby tersenyum manis

“Tuhan pasti jaga.... kalaupun ada penderitaan, pasti ngga akan lebih dari kemampuannya untuk melewati itu.....”

Hening sesaat

“ jangan siksa perasaan sayang dengan kejadian ini....” nasehatnya lagi

“abang juga ditinggal di usia yang sangat kecil.... tapi sekarang kan Tuhan kasih berkat yang berlimpah... “

Joanes masih terdiam

“yah.... “ bujuknya sambil membelai pipi Joanes

Joanes mengangguk

“jangan emosi yah.....”

Diam

“karena semua tergantung abang.... abang emosi anak buah bisa lebih emosi....” bujuk Aby

Michael sungguh merasa beruntung Aby ikut dengan mereka hari ini. Dia tidak bisa membayangkan jika tidak ada Aby, dengan emosi yang menggelegak dari Joanes, dia sudah membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

Salah satu anakbuah yang jadi satpam adalah Ben, dia teman main lama dulu dengan Joanes. Gara-gara meledek bahwa Tirta sudah dibawa kabur laki-laki, giginya dan rahangnya goyang saat dihajar Jeff yang berusia 15 tahun ketika itu. Dan karena merasa berdosa dengan Ben, maka dia ditarik jadi tenaga keamanan dibawah asuhan Michael.

Rombongan mereka masuk ke kawasan Panyingkiran

Rasanya deg-deg an yang dialami oleh Joanes kini semakin menggebrak dadanya, emosinya kini terasa sangat dalam dan semakin tidak menentu. Dia bagaikan tidak percaya karena akan segera bertemu dengan kakaknya, sosok yang sangat dia rindukan, sangat dia sayangin dan terpisah sekian tahun.

Apa dia akan kenali aku?

Apa dia marah karena aku gagal nemuin dia?

Sehatkah kondisinya?

Semua tanya dan rasa yang bergantian menghantui isi hati dan kepala Joanes.

Yang penting aku harus bertemu dirinya. Aku harus bawa dia pulang untuk tinggal bersamaku. Tidak akan aku biarkan ada yang berani menyakiti kakakku lagi.

Mobil kemudian berhenti di sebuah lapangan desa, karena jalan masuk ke gang rumah Tirta belum bagus, menyulitkan untuk masuk. Jadi mereka berhenti disitu.

Dada Joanes semakin tidak karuan rasanya. Ingin segera dia melihat kakaknya.

Euis ternyata dari tadi sudah dikontak oleh Tulus, dia menunggu dan segera menghampiri mereka di lapangan depan.

“siang Bu...”

“siang Pak...”

“Bu Lilis ada kan?”

“kosong rumahnya... kayaknya lagi di rumah juragan Neneng....”

“oh... kerja disana?”

“iya Pak... kalau ngga dirumahnya di gudangnya, bungkusin keripik mereka....”

“jauh rumahnya?”

“ngga Pak... masuk jalan ini sebelah kanan....”

Euis kaget meilhat jejeran mobil yang datang, dia belum pernah melihat rombongan seramai ini.

“selamat siang Bu....” sapa Joanes

“siang Pak...”

Dia langsung salting melihat Joanes yang tinggi dan tampan ini

“saya adiknya Tirta.... “

Masyaallah gantengnya.

Euis terdiam dan ternganga sesaat. Ternyata adiknya Lilis ganteng sekali, dan melihat gaya serta sosoknya yang mendapat pengawalan seperti ini, dia sudah bisa menebak jika adiknya Lilis ini bukan orang sembarangan.

“saya berterima kasih.... berkat laporan Ibu, kami jadi bisa menemukannya....” ujarnya sambil berkaca kaca matanya

“iya Pak... saya kasihan sama Lilis..... makanya saya beranikan diri melaporkannya....”

“baik Bu... kami ke rumah Bu Neneng jika gitu....” ujar Tulus

Mereka segera bergegas jalan ke rumah Juragan Neneng

“ suaminya kemana Bu?” tanya Tulus

“paling lagi sama temannya....”

“oh... anaknya di rumah?”

“kayaknya sekolah.....”

Lalu

“ Erik, yang lain standby di rumahnya.... yang lain standby di mobil....” perintah Michael.

Dia lalu menyalami beberapa petugas kepolisian, dan meminta Erik untuk membawa mereka ke rumah Lilis, sedangkan dia ikut bersama Joanes ke tempat Neneng

Abigael menggenggam tangan Joanes yang berjalan agak cepat di sampingnya. Dia bisa merasakan bagaimana harunya dan tegang perasaan dari kekasihnya, impiannya dan doanya sekian tahun akhirnya Tuhan jawab hari ini.

“tenang yah sayang.... bersykur selalu....” hiburnya sambil berjalan agak cepat

Joanes mengangguk

Melihat rombongan orang asing yang datang tentunya mengagetkan para pekerja yang sedang mengangkut karung beras di gudangnya Bu Neneng. Juragan satu ini memang termasuk yang paling kaya di kampung ini.

“ Teh Lilis dimana, kang?” tanya Euis

“ di gudang belakang, Teh...”

Segera mereka berjalan ke gudang belakang yang ditunjuk pekerja Neneng

“saha eta, Teh?”

“ adiknya Lilis....”

Mereka terkejut seketika

Gudang dibelakang tersebut itu memang terbuka, dan ada beberapa orang yang sedang berdiri menghadap meja sambil memasukan keripik ke kantong plastiknya dengan menggunakan takaran yang ada, sebelum dipindahkan ke dalam untuk dibungkus rapih.

Tatapan mata nanar dan dadanya bergetar penuh haru milik Joanes.....

Joanes mengedarkan pandangannya ke seisi gudang yang belum semuanya menyadari kedatangan mereka.

Langkahnya terhenti di depan pintu gudang tersebut. Kakinya gemetaran dan gamang, dan tatapannya terarah ke satu sosok yang sedikit tinggi dibanding wanita lain yang ada di dalam gudang tersebut. Rambut panjangnya yang tergerai, kulitnya putih dan hidungnya bangir.

Sosok itu sedikit memalingkan wajahnya kesamping.....

Ka Tirta..... guman bibir Joanes perlahan... itu Ka Tirta......

Dia tidak perduli dengan tatapan heran dan ingin tahu seisi gudang yang kaget dengan kedatangan orang asing di tempat mereka bekerja. Mereka semua dengan mata yang penuh ingin tahu menatap sosok-sosok asing itu, hanya beberapa saja yang membelakangi yang belum menyadari kedatangan orang asing ini.

Joanes tidak mampu menahan dirinya, dengan segera dia berlari masuk ke dalam gudang....

Dia menghampiri dan memeluk kakaknya dari belakang

“ Ka Tirta......” sapanya sambil memeluk wanita itu, dan menumpahkan kerinduan dan airmatanya di rambut wanita itu

Lilis kaget bukan kepalang dipeluk orang lain, tangan seorang laki-laki asing yang memeluknya.

“Ka Tirta......”

Mendengar panggilan itu, dia terhenyak sekeita dan darahnya bagai berhenti alirannya, jantungnya berdegub kencang....

Hanya satu orang yang memanggilnya dengan panggilan itu

“joanes.....” bibirnya berucap tanpa sadar.....” kamu Joanes....”

“ini Ka Tirta khan..... kakak aku...”

Pelukannya kian erat dari belakang...

Semua mata yang memandang kaget dan terkejut serta langsung menghentikan kegiatan mereka. Seorang pria asing dengan dandanan yang mewah lalu masuk dan memeluk Lilis, membuat mereka bingung sekaligus bertanya tanya

Michael terdiam dan matanya berkaca kaca

Aby juga meneteskan airmata.....

Semua yang ikut rombongan juga sama, bisa merasakan haru yang sama dengan pertemuan ini

Lilis segera berusaha membalikan badannya

Betapa kagetnya dia melihat sosok tampan dan tinggi di hadapannya. Bibirnya seketika keluh tangannya gemetar saat menyentuh bahu, lalu pipi pria itu

“De.... ini kamu sayang.....” airmatanya turun seketika, suaranya bergetar

“Iya Ka.... ini aku Joanes....” anggukan wajah itu

Tirta pecah tangisannya dan langsung memeluk adiknya dengan erat, dia kaget dan tidak menyangka jika yang memeluknya ialah adiknya yang sekian tahun dia rindukan

“ Joanes.... “

Tangisan Tirta pecah seketika, dia menangis dengan penuh haru sambil memeluk adiknya. Adiknya dia cari dan rindukan sekian tahun.

Rasa haru, kaget dan juga kejutan besar membuat dia shock

“teh Lilis....”

Orang-orang berteriak saat tiba-tiba Lilis pingsan

Seketika semua sibuk membantu dan Joanes serta Aby langsung yang lain membantu mengangkat Lilis ke kursi terdekat.

“teh......”

“Ka.....” panggil Joanes

Mereka sibuk mengipasi wajah Lilis, ada yang mengambil air untuk membasuh wajah Lilis.

“dia kaget Bang.....” bisik Aby

Joanes menganggukan kepalanya. Dia membelai wajah kakaknya, memeluk sambil menangis dan merangkul kakaknya ke dalam pelukannya.

“ka.... Ka Tirta.... ini aku Ka....”

Kasak kusuk segera berbunyi diantaar teman-teman pekerja disitu. Dan Euis yang memberitahu mereka siapa yang datang. Seketika mereka kaget dan terdiam, ternyata adik Lilis ini bukan sosok sembarangan.

“gue ama Zubair selesaikan dulu yang lain.....” bisik Michael ke Aby

Aby hanya menagngguk

Semantara Joanes masih menangis dan mencoba menyadarkan kakaknya

Mata Lilis akhirnya perlahan terbuka, dan kembali mata itu menangis sesunggukan

“De....”

“iya Ka.....”

“ini kamu sayang..... kaka ngga mimpi kan?” tanyanya pelan penuh haru

“ngga Ka.... aku datang mau jemput kakak...”

Lilis kembali menangis penuh haru, dia memeluk erat adiknya dengan penuh kerinduan

“kaka sangka sudah tidak akan pernah lihat kamu lagi, De.....”

Joanes memeluk dengan erat kakaknya

“aku selalu cari Kaka selama ini......”

Semua yang disitu ikut meneteskan airmata haru melihat pertemuan ini

“kaka kira kamu sudah ngga mengenali Kaka.....” dia membelai wajah adiknya dengan penuh kelembutan, tangannya bergetar saking harunya, matanya berlinangan airmata.

“bagaimana aku bisa lupa Ka.... Kaka satu-satunya keluargaku....” mata itupun masih penuh telaga bening

Aby yang disitu hanya bisa berlingangan airmata, dia membiarkan mereka berdua melepas rasa rindunya, pertemuan ini akhirnya boleh terjadi setelah bertahun tahun usaha, doa dan segala upaya yang mereka lakukan, akhirnya Tuhan ijinkan ini terjadi.

Lilis lalu bangun dari tidurnya, dia menegakkan kepalanya dan badannya.

Kembali dia memluk adiknya dengan penuh rasa haru

“kaka masih ngga percaya ini kamu, De.....”

Joanes tersenyum ditengah tangis harunya

“maafin Kaka yah.... kaka cari kamu disana tapi rumah kita sduah digusur waktu.....” kembali airmatanya turun mengenang bagaimana dia mencari adiknya

“kakak takut, katanya kalau kesitu lagi bakal ditangkap dan dipenjarain....”

Joanes memeluk kakaknya

“udah Ka... sekarang kita sudah bertemu.... aku ngga akan biarkan kakak jauh dari aku....” dia mengelus tangan kakaknya yang kasar dan tidak terawat

Lilis menganggukan kepalanya penuh haru

“ kamu ganteng sekali De.....”

Tangannya yang kasar mengelus pipi adiknya

“ kaka juga selalu cantik di mata aku.... “

Joanes kembali memeluk kakaknya dengan erat. Tumpah dan lega sudah dirinya akhirnya pencarian dia, doa dia dan bahkan semua hal dia pertaruhkan untuk menemukan kakaknya yang terpisah dengannya 20 tahun yang lalu, kini sosok itu sudah dalam pelukannya.

Seketika mereka lalu tersadar

“aku ngga mau nangis... aku mau lihat wajah adikku Joanes..... aku kangen De... kangen banget ama kamu....” meski berusaha untuk tidak menangis pun airmatanya terus bercucuran, dia masih sulit mempercayai jika ini adiknya yang datang menjemputnya.

Lalu

“ini siapa?” dia melihat ke arah orang-orang di sekelilingnya

“ini Aby....” dia memperkenalkan Aby ke Tirta

“Halo Ka....” Aby langsung memeluk Tirat dengan eratnya

Lalu setelah lepas

“ istrimu, De?”

Joanes tersenyum

“calon istriku.... kaka sudah ketemu, aku akan segera menikah...”

Tirta tersenyum sambil sedikit terdiam

“ngga terasa adikkku juga akan segera menikah.....”

Aby mengelus pundak kakak iparnya

“ih... kalian ini wangi-wangi akunya bau....” katanya sambil menguspa airmatanya

Joanes malah memeluknya dengan erat.

“kakak selalu jadi kakakku..... “

Airmata haru kembali turun dari mata Tirtasari. Dia merasa sangat berbahagia sekali hari ini. Hari yang paling bahgaia buat dia, akhirnya bisa bertemu kembali dengan adiknya Joanes setelah dia sendiri sudah kehilangan harapan akan bertemu lagi dengan Joanes.

Dia tadinya sudah menganggap bahwa harapannya sirna untuk bertemu adiknya, ternayat Allah punya rencana indah untuk dirinya, dan hari ini dipertemukan dengan Joanes, rasanya sangat indah dan bahagia bagi dirinya. Pelindungnya selama ini datang tanpa dia sangka.



*****************

“bu Neneng yah...” sapa Michael ke seorang Ibu yang dengan gelas emas di lengan kanan dan kirinya

“iya Pak...”

Dia lalu menghampiri mereka

“maaf dari mana yah....”

Zubair lalu menjawab

“kami dari Jakarta Bu.... saya staff hukumnya Pak Jef .. adiknya Bu Tirta, Bu Lilis lah yang ibu kenal disini....”

Neneng kaget, meski dia sudah dengar kehebohan di gudang belakang, dia baru saja mau ke belakang untuk melihat tapi sudah bertemu mereka di ruang tamunya ini

“iya Pak... ada yang bisa saya bantu?”

“oh gini Bu... kita diminta oleh Pak Jef untuk membayar hutang dan juga sekaligus mengambil seritifikat rumah yang digadaikan ke ibu....”

Neneng kaget, namun dia senang

“semua Pak?”

“iya semua....”

“soalnya ada pinjaman pribadi juga....”

“iya akan kita bayarkan.....”

“baik sebentar Pak....”

Dia lalu masuk dan kemudian kembali dengan catatannya

“pinjaman pribadi sama bunga itu totalnya 2,1 juta.....”

“trus yang sertifikat itu sudah 12 bulan jalan... pinjaman 20 juta, bunganya baru 2 bulan dibayar, jadi ada 10 bulan bunga 5%, total jadi 30 juta Pak....”

Zubair menengok ke Michael sejenak, dan Michael mengangguk

“oke Bu Neneng, kami akan bayar semuanya.... yang akan kami bayar itu 22,1 juta Bu...”

Neneng kaget

“ngga dong Pak, total semua 32,1 juta....”

“betul, tapi yang mau kami bayar hanya segitu....”

“ngga bisa Pak.... rugi saya jika demikian...”

Zubair tersenyum

“ ibu ada perjanjiannya?”

“ada, kwitansi penerimaannya saya punya....”

“dengan siapa yang terima uangnya?”

“dengan Ganda, suaminya Lilis...”

“sertifikat atas nama siapa?”

“atas nama yah Lilis....”

“ada surat kuasa untuk menggadaikan....?”

“ya ngga ada Pak... kan suami istri jadi saya percaya saja....”

Zubair tersenyum

“kami bayar 22,1 juta... toh 2 juta bunganya sudah ibu potong dari gaji Bu Lilis juga kan....”

Neneng agak emosi

“ngga bisa Pak kalau begitu....”

Zubair tersenyum

“kami mungkin sejam lagi segera kembali ke Jakarta, karena kedatangan kami hanya mau jemput Bu Lilis dan anaknya.... saya kasih waktu ibu berpikir 30 menit kedepan, saya tunggu di rumahnya Bu Lilis.....”

Neneng masih diam

“ Ganda sudah kami laporkan ke polisi atas tuduhan kekerasan dalam rumah tangga... ini akan kami laporkan juga dengan tuduhan penggelapan sertifikat tanah.... dan ibu selaku penadah....juga kami akan laporkan...”

“ya silahkan saja.... kami niat bantu kok malah disalahkan...”

Zubair tertawa

“ibu kasih bunga bukan bantu Bu..... dan itu digadaikan diam-diam, dan Ibu main terima begitu saja...”

Dia lalu bersama Michael berdiri

“ 30 menit.... kami tunggu sertifikatnya dan nomor rekening Ibu.... jika tidak besok pasti Ibu akan dijemput atas laporan kami....”

Mereka lalu jalan keluar

“permisi Bu....”

Neneng langsung terdiam seketika.



******************



“ Kaka pamit dulu ke Bu Neneng...”

“ngga usah Ka... nanti Bu Neneng akan kerumah kok....”

Mereka lalu berjalan menuju rumah Tirtasari.

Kampung kecil itu seketika heboh dengan berita datangnya adiknya Lilis. Mereka banyak berkumpul hendak melihat adiknya Lilis, apalagi melihat jajaran mobil mewah yang terparkir di lapangan kampung, mereka jadi banyak bertanya tanya siapa sebenarnya adiknya Lilis ini.

“kakak kayak ngga percaya....” ujar Tirta dalam perjalanan menuju rumahnya sambil masih mengusap airmatanya. Tangannya mengenggam tangan Aby .

Dia diapit dan dirangkul oleh Joanes dan digandeng Abigael

Joanes hanya terharu melihat kakaknya. Dia miris melihat kondisnya juga, kurus dan terlihat menderita wajahnya. Psikisnya sangat tertekan sekali.

“amar lagi dijemput di sekolahnya.....” bisik Erik

Joanes mengangguk

“ kakak hari ini bersama Amar ikut ke Jakarta yah....” bisik Joanes

Tirtas bingung

“tapi.....”

“kenapa Ka?”

Dia masih bingung

“ngga usah kuatir.... semua urusan sama Bu Neneng dan yang lainnya kita beresin semua....”

Lilis masih menunduk. Joanes kasihan melihat ketakutan di wajah kakaknya

“ suami Kaka, hari ini dia harus tanda tangan persetujuan cerainya dengan Kakak.....”

Lilis menatap wajah adiknya bingung

“manusia penyiksa istri dan anak seperti itu harus menerima balasannya....”

Lilis menatap Joanes bingung, seperti tidak percaya

“aku ada disini... ngga akan aku biarkan ada yang menyentuh Kakak....”

Lilis menangis kembali terharu, sambil bejalan dia meletakan kapalnya ke rangkulan adiknya.

Setibanya di rumah dan melihat Euis, seketika juga Lilis pecah tangisnya. Dia memeluk Euis dengan eratnya

“Nuhun yah Ceu...”

“iya Teh... sami-sami.....”

Dia ikut senang akhirnya penantian panjang tetangganya ini berakhir hari ini.

“semoga penderitaanmu berakhir Teh....” bisiknya lagi

Lalu

“teh... adiknya Teteh ganteng banget yah....”

Tirta tersenyum bangga

“itu istrinya?” menunjuk ke Aby

“iya....”

“yang itu?” menunjuk ke Ayu dan Olivia yang juga ada disitu

“ anak buahnya dia...”

“cantik cantik yah orang kota.....”

Lalu

“ka... siapin aja jika ada yang mau dibawah....” ujar Aby

“bentar yah Ceu...” pamitnya ke Euis

Suasana sangat ramai di rumahnya Lilis kini, semua tetangga pada berkumpul, dan berita heboh ini menyebar ke seluruh kampung. Termasuk ke telinga Ganda yang sedang di bengkel motor bersama temannya Ahmad dan Rudy. Dia ditemani temannya segera bergegas pulang mendengar berita itu.

“wuih rame pisan.....” komentarnya begitu masuk di pekarangan rumahnya yang penuh orang

Melihat Ganda datang, darah Joanes segera mendidih, dia dibisikin oleh Euis kalau itu suaminya Lilis

“ada apa nih kok rame-rame dirumah saya....” ujarnya seperti tanpa dosa

“lu Ganda?” Tanya Joanes

“ia Boss.... “ jawabnya dengan gayanya yang agak pongah

Tangan kiri Joanes dengan cepat mencengkram bajunya Ganda, tangan kanannya terayun hendak menghajar wajah Ganda, namum dengan cepat Michael menahannya, Erik juga demikain dan beberapa pengawal dia serta petugas kepolisian menarik Ganda segera

“bajingan lu... berani lu mukulin kakak gue....” amarah Joanes menggelegar

“eh siapa yang mukul....” kilah Ganda tanpa salah gayanya

“kalem bae Boss.....’

Aby segera memeluk Joanes, Tirta juga yang di dalam berganti pakaian segera keluar dan memeluk adiknya.

Tulus langsung gemetar, dia segera melirik ke arah Zubair dan Michael. Dia tahu satu kata keluar dari Joanes, Ganda dan dua orang temannya ini pasti kelar nasibnya, meski ada petugas kepolisian disini.

“santai Boss.... “ Ganda melepaskan diri dari pitingan anak buah Michael

Michael segera berbisik ke Joanes

“tahan Bro....”

‘gila lu... lihat muka dia mau gue bantai aja...”

Michael menahannya

‘sabar lu.....” bisiknya lagi

“sabar kata lu?? Kaka gue dipukulin kayak apa ama dia trus lu suruh gue sabar???”

“ lu dengar baik-baik... ngebantai dia itu lu tinggal komando juga selesai dia....” bisiknya lagi sambil menahan emosi

“ tapi lu lihat noh semua warga yang disini, semua dengan kameranya pada vidioin kita... kalo mo viral silahkan aja lu.....”

Akhirnya Joanes terdiam

“percaya ama gue.... kita buat rapih... tapi sampai seumur hidup dia ngga akan dia lupa....” tatapan Michael ke wajah Joanes.

Joanes terdiam dan mengerti.

“serahin ama gue dan Zubair.....” bisik dia lagi “ yang penting kita sudah ketemu Tirta, bawa dia pulang ke Jakarta... ikutin emosi trus nama lu viral nanti....”

Joanes terdiam, dia menatap dengan tajam ke arah Ganda dan temannya yang cengar cengir di sebelah seberangnya, dekat tempat jemuran baju yang juga menatapnya.

Tidak lama kemudian muncul Neneng.

“Pak... sudah, ngga apa-apa, saya setuju saja....” ujarnya ke Zubair

“oh alhamdulillah....” senyum Zubair

Neneng lalu mneyerahkan sertifikat rumahnya. Dia tahu, dariapda dia bersikeras lalu dia tersangkut kasus hukum, lebih baik dia mengalah.

“nomor rekening Ibu?” tanya Hadi

Dia lalu meneybut nomor rekeningnya, lalu

“sudah yah Bu....”

“Nuhun yah.....”

Dia lalu menghampiri Lilis

“neng... maaf yah kalo saya banyak salah....”

“saya juga minta maaf Bu Neng.....”

Mereka lalu bepelukan

“selamat yah... sudah ketemu sama keluarga....”

Lilis hanya tersenyum



*******************

“boss Ganda...” panggil Zubair

“siap Boss...” Ganda bagaikan tidak punya salah, dia hanya melihat dari jauh wajah istrinya yang tidak mau menatapnya sama sekali

Zubair lalu menyodorkan kertas yang sudah disiapkan oleh anak buahnya tadi

Ganda membacanya sejenak

“ngga mau Boss... henteu aing...” tolaknya

Zubair tersenyum

Tidak lama muncul ibunya Ganda

“eh Lilis.... kenapa ini....”

Lilis hanya diam

“mau minta cerai Bu... karena ada adiknya orang kaya datang.... mau ceraikan Ganda... udah hebat dia sekarang...” ujar Ganda

Ibunya langsung emosi mendengarnya

“bener ini Lilis?”

Zubair langsung memotong

“maaf Bu.... saya bagian hukum dari Bu Lilis sekarang... “

“saya mau bicara dengan menantu saya...”

“bekas menantu....”

Ibunya Ganda melotot

“akan segera bercerai....” Zubair tersenyum lebar

“ini apaan, mereka nikah resmi kok kalian malah...”

“silahkan duduk Bu...”

“Ini rumah anak saya, kok anda yang mempersilahkan......”

“bekas rumah.... eh sorry... malah ngga ada hak kayaknya...”

Ibunya kesel bukan main, aplagi dia lihat Lilis hanya diam malah sibuk berbicara dengan pria disampingnya yang diakui sebagai adiknya itu

“ibu, dan anda Pak Ganda... mohon ditanda tangani surat ini...”

“saya ngga mau....” ujar Ganda sengit

Zubair tersenyum

“ kalau saya jadi anda, saya akan tanda tangan....”

“silahkan aja tanda tangan sendiri...”

Zubair tersenyum, dia lalu bicara dengan petugas polisi yang ada disitu

“kayaknya laporan kami mau kami lanjutin Pak... KDRT dan untuk orangtuanya juga kami laporkan untuk tindakan pembiaran terjadinya kekerasan terhadap anak, saya rasa bisa kita lanjut proses....”

Ganda dan ibunya terkejut

“kok begitu? Mentang-mentang kalian punya uang...”

“ibu udah ngga usah banyak bicara... nanti sama petugas aja bicaranya....”

Petugas yang datang lalu menengahi mereka

“gini Bu... laporan terhadap Ibu dan Mas Ganda itu sduah masuk di kita tadi pagi.... namum kami masih mau cari jalan tengahnya... dan dari pihak Pak Zubair masih kasih waktu dan kesempatan berpikir.... jika tidak ada titik temu, maka mau tidak mau kasus ini kami proses....” ujar petugasnya

Ibunya dan Ganda jadi serba salah dan galau

“mau masih belagu silahkan.....” tutur Zubair sambil senyum

“semua data, foto, dan laporan-laporan lama akan kami angkut kembali.....”

Ganda lalu melirik ke istrinya

“ Lilis....” panggilnya

Istrinya tidak peduli, malah dia sibuk memeluk anaknya Amar yang baru pulang sekolah, yang juga ikut memeluk pamannya yang baru kali ini bertemu dengannya. Reuni keluarga yang baru pertama kalinya terjadi ini membuat Lilis tidak peduli dengan yang lain. Sehingga panggilan Ganda sduah tidak dihiraukan lagi.

“Lilis.... kumaha ieu ceunah...” dia mencoba mendekati istrinya namun dihadang oleh anak buahnya Michael

“hidung lu bisa patah kalau lu masih mendekatinya....” ancam Erik di telinganya

Ganda seketika lemas dan bingung, dia agak keder juga melihat tampang pengawalnya Joanes

“silahkan...” ujra Zubair

“ini khan urusan rumah tangga masing-masing... kok pada ikut campur yah...” ujar Ibunya

“kita ngga akan ikut campur jika anak Ibu, dan Ibu baik ke Bu Lilis.....” ujar Zubair lagi

“kami baik ke menantu kami....”

“kalo baik ngga akan ada laporan ke polisi..... dan ibu juga yang minta dia cabut laporan kan....?”

Akhirnya karena tidak ada pilihan, Ganda pun menandatangani surat persetujuan bercerai dari Lilis, dia juga menandatangai surat persetujuan bahwa dia tidak akan masuk dan mengganggu rumah Lilis, pribadi dan juga urusan Lilis lagi. Tidak tanggung-tanggung, dia diminta tanda tangan menceraikan dan menjatukan talak 3 ke Lilis.

Ganda lalu berlalu dengan ibunya dari rumah Lilis, dia hanya bisa memandang dari jauh, dan yang buat dia makin marah ialah Lilis sedikitpun tidak menengok ke arahnya. Seakan dia sudah menjadi orang lain.

Rombongan Joanes dan Tirta lalu segera berkemas untuk jalan ke Jakarta. Amar akan diurus sekolahnya untuk pindah, rumah Lilis sementara akan dijaga oleh anak buah Michael dan ormas setempat, hingga ada pembicaraan lebih lanjut.

“Pak Tulus, terima kasih banyak...” Michael menyalami Tulus, Abu Joanes dan Tirta juga sama.

“sama-sama Pak... makasih juga sudah tepat janji..”

“iya aman Pak... besok kita eksekusi sesuai janji kita....”

“makasih Pak....”

Dia akan segera bertolak balik ke Bandung

Euis dan beberapa orang tetangga saling bertangis- tangisan dengan Lilis.

“Hati-hati dijalan yah Teh....”

“iya Ceu...”

“jangan lupain kami disini...”

Lilis memeluk dengan erat sahabatnya itu. Amar juga mencium tangannya dengan hormat, sebelum naik di mobil mewahnya Joanes. Mereka bersyukur dan ikut senang akhirnya Lilis yang mereka kenal wanita sederhana, mantan PRT di jakarta, ternyata merupakan kakak kandung seorang jutawan.

Lambaian tangan dari Lilis dan Amar lalu mengiringi perjalanan mereka, rasa haru dari tetangga dan semua yang ikut mengantar tidak terbendung. Euis hanya bisa mengucap syukur, kesabaran dan doa Lilis selama ini akhirnya terjawab semua. Dan lebih bersyukur lagi dia barusan mendapat salam tempel dari anak buahnya Joanes. Tidak dibungkus amplop, namun dia bisa melihat dengan jelas ikatannya tertulis nominalnya sebesar 10 juta rupiah.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd