Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

BAB XL



JEF DAN TEF SETELAH 20 TAHUN



Ya Allah, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu Dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu”. Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang sholeh”

Doa selesai sholat dhuha dan dzikir pagi ini dipanjatkan oleh Tirta di kamarnya.

Dia sudah seminggu lebih tinggal bersama dengan adiknya, Joanes. Amar pun sudah mulai sekolah di sekolah Generasi Tirtasari, sekolah milik Joanes.

Tirta sendiri merasakan betapa jauh berbedanya hidup dia selama ini dengan apa yang dia rasakan sekarang. Dia seperti tidak percaya namanya diabadikan sebagai semua bisnis dari adiknya. Bahkan nama gedung pun atas nama dia.

Dia menangis tidak henti hentinya ketika dibawa ke tempat dimana dia dan adiknya terpisah. Tirta bahkan tidak mampu berdiri sampai harus dipapah ke mobil. Dia masih ingat pagar dan gedungnya bahkan belum berubah sama sekali. Dia tersedu sedu saat mengingat dirinya ditaruk dengan paksa oleh petugas, dan adiknya sedang berteriak di lorong masuk ke gang mereka jalan ke gubug mereka waktu itu.

Bertemu dengan Amah dan Cecil juga begitu emosional baginya. Cecil yang masih kecil dulu sering digendongnya, dan Amah yang sering memberi makan terhadap mereka berdua, ternyata masih ingat dirinya.

“Kalau sekarang pun Amah dipanggil Tuhan, Amah sudah tenang, sudah melihat kamu lagi dalam kondisi yang sehat-sehat...” ucap Amah saat mereka bertemu pertama kalinya.

Tirta ikut apa semua yang diinginkan oleh Joanes, termasuk memproses penggantian namanya untuk balik lagi ke nama aslinya. Ini tentu mepengaruhi semuanya, namun Joanes mengatakan tidak masalah, semua akan diurus oleh timnya. Semua sedang diurus karena perlu keputusan pengadilan untuk mensahkan penggantian namanya, sehingga nama Lilis mungkin hanya akan orang kampungnya yang tahu, dia akan segera kembali ke nama aslinya.

Adiknya juga seperti tidak mepermasalahkan dengan perbedaan diantara mereka. Dia mempersilahkan kakaknya sholat, Amar juga demikian. Bahkan untuk perabotan makan dia berdua sengaja dipisahkan oleh Joanes dan para ART nya, karena memang Joanes dan Aby masih sering makan yang non halal.

Dia bahkan suka jengah karena terlihat sekali Joanes sangat memanjakan dirinya. Selama dia disini, selain mendapat kamar sendiri dan terpisah dengan Amar, dia juga diberikan semua fasilitas mewah. Handphone jadulnya sudah diganti dengan Samsung Galaxy S22. Bahkan anaknya Amar diberikan yang Galaxy Fold.

Kemana mana dia naik mobil mewah, disopirin oleh sopirnya Joanes. Belanjanya juga ditempat-tempat yang dia selama ini tidak pernah dia masuki. Bajunya yang selama ini seadanya dan beli di pasar daerah, kini berganti dengan busana branded yang harganya bikin dia geleng kepala.

Perawatannya juga kini perawatan ala artis. Bahkan beberapa hari lalu dia bersama dengan iparnya Aby malah dapat treatment langsung di spa milik mereka di rumah. Ini rasanya terlalu indah baginya, betapa cepat berputarnya waktu baginya. Kini dia bukan Lilis yang diomeli Ganda lagi, dia bukan Lilis yang kerja di gudangnya juragan Neneng, mendapat upah harian yang harus dipotong dengan pinjamannya.

Joanes bahkan memerintahkan untuk membeli beberapa petak sawah di kampungnya. Dia seperti ingin menunjukan kalau kakaknya pun bisa jadi juragan disana. Dia juga ingin membangun rumah di Majalengka untuk jika dia dan Amar kesana rumahnya sudah bagus.

Dia tersenyum melihat ada foto ukuran besar di lantai 2. Foto ini diambil beberapa hari yang lalu. Ada 4 foto yang dipasang berjejer. Foto mereka berempat dengan Aby dan Amar, foto bertiga dengan Aby, foto dia dan Amar, dan terakhir fotonya dia dengan Joanes.

Bahkan lukisannya yang begitu besar pun jaman dia masih kecil ada di lantai bawah di ruang kelaurga. Dia merasa sangat tersanjung dengan cara adiknya mencintainya dan mengenangnya saat dia tidak sedang bersama dia.

Airmatanya menetes haru.

Perjuangan dan doanya untuk dipertemukan dengan adiknya dijawab Allah dengan indahnya. Bagi Tirta bertemu dan tahu adiknya itu sudah lebih dari cukup, namun semua apa yang saat ini dia terima itu sudah lebih dari yang dia pinta selama ini.



*****************

Tirta pagi ini mendapat berita dari kampung. Dia sempat membaca whatsapp di handphone lamanya, yang sebenarnya Joanes sudah larang untuk dia pakai. Namun tadi pagi dia melihat whatsapp dan bahkan ada sampai 10 kali panggilan dari mantan mertuanya, Nyai Darsih.

Selain memberitahukan kondisi Ganda, dia juga meminta maaf kepada Tirta, dan meminta tolong Tirta agar menengok Ganda, jika tidak bisa membantu suaminya. Karena bagaimanapun dia masih resmi sebagai suaminya. Tirta hanya membaca whatsapp tersebut tanpa membalasnya.

Dia lalu menghubungi Euis yang juga mengabarkan hal yang sama.

“hancur mukanya Teh....” lapor Euis

“kenapa?”

“mabuk, trus tawuran sama kampung Jatiserang....”

Perkelahian dengan kampung Jatiserang memang sudah konflik menahun

“bukan urusan saya lagi Ceu...”

“iya atuh... sudah selesai juga.....”

Tirta terdiam sesaat

“ kemarin Nyai Darsih kesini, minta tolong supaya Teteh dikasih tahu... karena dia wa dan telp katanya Teteh ngga angkat..”

Lalu

“dia lagi dirawat, tapi diborgol sama polisi....”

“kenapa?”

“pas diperiksa bawa gele....”

Tirta hanya terdiam lagi

“jadi jika dia sembuh langsung akan diangkut sama polres....”

Tirta meski demikian jadi prihatin juga mendengarnya

“biarlah Teh.... Teteh ngga perlu balas tapi sudah dibalas orang.....”

“iya Ceu...”

“cuma memang banyak orang heran ama Nyai Darsih... sudah tahu anaknya begitu masih aja dia belain... udah gitu masa masih bilang-bilang ke orang-orang kalau Teteh masih istrinya Ganda, jadi wajib urus dia..... aneh kan...?”

Tirta hanya tersenyum

“dulu aja disia siain, sampai disuruh jadi babu.....”

“iya ngga apa-apa Ceu....”

Namun ada hal yang menggelitiknya saat Euis bilang bahwa bukan hanya Ganda

“Rudy, Ahmad juga hancur badannya Teh....”

“loh, bukannya tawuran ramai-ramai?”

“iya, tapi yang parah mereka bertiga... Ganda apalagi.... rontok giginya....”

Euis lalu mengirim foto ke Tirta, foto yang memang beredar di kampungnya selama ini, kondisi Ganda dan temannya yang babak belur dan masih dalam perawatan di rumah sakit.

Tirta terdiam lagi. Dia ingat bagaimana tenangnya pasukannya Joanes saat menjemputnya waktu itu. Mereka hanya tersenyum ke arah Ganda. Meski Tirta bukan orang yang makan bangku sekolah, namun menyimpulkan hal seperti ini bukanlah hal yang sulit. Dia seperti curiga, ada pasti ada yang bertindak dibelakang.

Saat bertemu pertama kalinya mungkin jika tidak dihalangi oleh anak buahnya sudah habis dihajar Ganda oleh Joanes mungkin. Namun pasukannya seperti menahan dirinya untuk tidak memukul Ganda. Mendengar berita ini Tirta seperti meyakini ada hal lain dibalik ini.



*****************

Tirta mengintip dari kaca luar yang kedap suara ke arah bagian dalam studio musik di lantai 3 rumahnya Joanes. Dia melihat tim musik mereka sedang latihan. Aby nampak sedang bernyanyi, dan Joanes juga ada disana. Dia hendak balik ke lantai 2, namun Joanes yang keburu melihatnya memberi kode agar masuk.

Dia tersenyum malu-malu, lalu beranjak masuk kedalam

Tak ingin usai lagi dinyanyikan oleh Aby. Dia mengakui suara iparnya ini memang powerful sekali. Talentanya dalam bernyanyi dan tehnik vokalnya memang bagus sekali.

Joanes langsung memeluk kakaknya dan merangkulnya dengan penuh rasa sayang. Sambil melihat Aby bernyanyi hingga usai.

“ sudah sarapan Kaka?” tanya Joanes

“sudah tadi bareng Amar....”

“oke....”

Dia tersenyum

“cantik sekali kakak aku ini....”

Tirta tersenyum malu. Memang transformasinya dia kini dengan drastis berubah saat ini.

“aby mau ajak ke Senayan tuh....”

“hmmmm.... kakak dirumah aja...” tolaknya

“lho kenapa?”

“ngga apa-apa....”

“ya sudah.... mau ama aku?”

Tirta menggeleng

“jangan lah... ganggu waktu kamu....”

Lalu

“De....”

“ya Ka....”

Dia sejenak

“kenapa Ka....?”

“hmmmm..... udah dengar berita tentang Ganda?”

“ngga tuh....” jawab Joanes sekenanya

Tirta tersenyum

“dia babak belur dihajar orang.....”

“oh yah...”

“sama kawannya dia juga....”

Joanes terdiam sesaat

“itu karmanya dia.... mukulin kakak dan Amar, akhirnya dia dipukulin orang.....”

Tirta menoleh ke wajah adiknya yang tanpa ekspresi

“bukan kamu kan De?”

Joanes tersenyum

“bukan kamu yang melakukannya kan?”

“ngga lah Ka.... buat aku udah ketemu kaka sduah lebih dari cukup.... masalah Ganda biarlah Tuhan yang hukum dia....”

Meski agak lega dengan pengakuan adiknya, namun tetap saja Tirta masih belum percaya begitu saja. Dia kenal baik adiknya ini. Dulu saja jangankan dia disakiti, diledek orang saja Joanes ini berani mengajak berantem.

Joanes lalu merangkul kakaknya. Dia mencium rambut kakaknya dengan ujung hidungnya.

“shamponya enak kan?”

Tirta tersenyum

“kebiasaan kamu ngga ilang-ilang yah....”

Kebiasaan Joanes suka mencium rambut kakaknya dari jaman dia kecil memang membuat dia kembali teringat masa lalu mereka.

“ha Ka.... udah sarapan?”

“alhamdulillah sudah By...”

Aby yang bangun dari kursinya menyapanya dan langsung memeluk Joanes.

“bagus kan Bang?”

“keren dong....”

“nanti untuk yang Shabach aransemennya kita mau buat seperti itu aja..”

“terserah sayang saja....”

Joanes membelai rambut ikal Aby

“cium dong...” pinta Aby

Joanes mencium bibir Aby lembut. Tirta tersenyum dan menundukan kepalanya melihat kemesraan mereka.

Dia tahu bahwa masa itu akan datang, bahwa adiknya yang di rindukan selama ini dan akhirnya bertemu, akan jadi milik orang lain juga, sama seperti dirinya yang sudah menikah, maka Joanes juga akan menikah. Dia harus bisa menerima jika ada wanita lain yang menyukai dan merawat adiknya kelak.

“kakak ikut kan nanti ke Senayan?”

“kayaknya Kakak dirumah aja....”

“lho... aku rapat bentar kok.... trus jalan kita....” bujuk Aby

“ngga sayang.... kakak dirumah aja.....”

Aby manyun manja ke Joanes

“abang juga mau meeting jam 12.....”

“ya ngga apa-apa.... kesana aja nanti sore kita jalan....”

“beneran yah?”

“iya.....”

“cium......” dengan gaya manjanya

Joanes kembali mencium Aby dengan lembut.

Mereka lalu turun ke lantai 1, Joanes dan Aby ingin sarapan, karena mau jam 10 ini mereka belum sarapan.

“udah Kak.... biar aja Aby yang siapin...” ujar Aby mencegah Tirta yang ingin mengambil piring dan gelas untuk Joanes.

Tirta tersenyum kecil.

Dia lalu duduk bersama mereka berdua. Sesekali dia hanya bisa tersenyum melihat kemesraan dua sejoli yang akan segera menikah ini. Tadinya pernikahan mereka harusnya minggu ini, namun diundur bulan depan, karena Joanes ingin sekalian pernikahan mereka dengan resepsinya, apalagi kakaknya sudah ada, dia ingin sekalian acaranya.

Tirta merasa aneh dengan apa yang dia rasakan. Dia bahkan hanya untuk melayani makan adiknya saja sudah tidak boleh. Semua sudah dihandle oleh Aby. Memang dia calon istri bahkan bisa dibilang istrinya, karena sudah tinggal bersama disini. Namun apa yang salah dengan dirinya sebagai kakak ingin menyiapkan makan untuk adiknya?

Kemarin juga dia sempat agak kesal saat dia hendak masak untuk adiknya, namun oleh kepala ARTnya dilarang. Karena memang mereka yang ditugaskan menyiapkan semua menu masakan, kecuali Joanes yang meminta menu yang berbeda. Jika tidak maka sudah tugas mereka untuk memasak dan mempersiapkan untuk Joanes dan Aby.

Tirta merasa sangat kecewa, meski dia tidak menyampaikan langsung ke adiknya. Masa iya untuk memasakin masakan untuk adiknya sendiri saja dia harus dibatasi disini? Mau siapin teh manis atau menyendokan nasi untuk Joanes saja dia dilarang.

Dia rindu masa masa mereka hanya berdua dulu. Joanes yang selalu lahap makannya ketika disuapin olehnya. Adiknya yang apa-apa selalu ke dirinya. Joanes yang ngga bisa tidur kalau dirinya tidak ada. Yang bajunya semua harus dia yang cuci. Kini semua berubah, dan bahkan untuk melayani adiknya pun dia seperti dibatasi.

Tanpa dia sadari, air matanya menetes di pipinya

“ka.....”

Dia kaget

“kenapa Kaka sayang?”

Joanes menghampirinya dan memeluknya

“udah dong... jangan sedih lagi kan sudah bertemu kita.... “

Tirta menganggukan kepalanya sambil menghapus airmatanya

“ngga akan ada lagi yang menyakiti kakak lagi.....”

Joanes membelai rambut kakaknya dengan penuh kasih sayang.

Sementara Aby melihat dengan perasaan yang berbeda

Dia melihat Ka Tirta tidak sebebas ke Joanes dibanding ke dirinya. Memang Joanes itu adik kandungnya. Tapi Aby pun ingin Ka Tirta menganggap kalau diapun adiknya. Bukan sekedar ipar. Terlihat Tirta sangat canggung dan seperti menjaga jarak dengan dirinya. Berbeda jika ke Joanes dia bisa bermanja manja, ke Aby seperti dia memberi batasan yang tidak terlihat sepertinya, namun sangat terasa bagi dirinya.

Aby merasa agak serba salah. Karena dia merasa selama ini dia sudah berusaha berbuat sebaik mungkin, setulus mungkin melayani dan membuat kakaknya itu comfort dan senang disini. Dia tidak ingin sosok yang dicintai oleh calon suaminya ini merasa tidak nyaman. Karena dia ingin Tirta bisa menerimanya sama seperti dia juga menerima Kakaknya Joanes itu sebagai kakaknya juga.

Dia merasa bersalah jika sudah demikian. Dia berharap Ka Tirta bisa lebih nyaman bersamanya, makanya dia mengajak Ka Tirta untuk jalan berdua, perawatan berdua, supaya mereka semakin dekat, namun sepertinya masih ada jarak yang memisahkan mereka. Dia mengerti akan kondisi kakak iparnya yang lama terpisah, namun rasanya itu bukanlah alasan untuk tidak menerimanya sebagai adiknya juga.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd