Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

Bro @Elkintong
bilangnya proyek kecil kecilan....
tapi halan halan nya dari ujung barat sampe ujung timur endonesa....
...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
 
Bro @Elkintong
bilangnya proyek kecil kecilan....
tapi halan halan nya dari ujung barat sampe ujung timur endonesa....
...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Gede bagi kita bro... , Kecil kecilan bagi bro @Elkintong (Joanes)
 
XLI

Dua Pikiran Melawan Ego



Waktu menunjukan pukul 14.50 saat mobil Aby akhirnya tiba di parkiran rumah di Altair Residance. Dia dengan cepat turun dari Alphardnya dan naik ke lift dan langsung naik ke kamarnya untuk segera menemui Joanes.

Sayangnya yang dicari justru tidak ada.

Kamar kosong

Ruang kerjanya juga kosong

Dia lalu turun ke lantai 1 menemui Santi salah satu ARTnya.

“Mana si Abang?”

“tadi keluar sama Bu Tirta…..” jawab Santi

Sama Ka Tirta? Batin Aby jadi bertanya tanya seketika.

Tadi bukannya Ka Tirta bilang lagi malas untuk keluar rumah? Memilih dirumah saja dibandingkan harus keluar? Lalu kenapa sekarang malah pergi keluar?

Dia mengecek ponselnya, tidak ada juga whatsapp dari Joanes yang mengatakan bahwa dia akan keluar atau sekedar bilang jika dia punya rencana untuk keluar dengan Tirta. Ini malah dia diam- diam keluar dengan Ka Tirta.

“ Amar juga ikut?”

“bang Amar ngga ikut…. Dikamar kayaknya dia…”

Aby lalu berjalan ke lantai 2 kembali dan menengok ke kamar keponakannya, dan dia melihat Amar tertidur di depan layar LED yang suka digunakan untuk main game. Layar tersebut masih menyala sedangkan pemiliknya malah tertidur lelap, meninggalkan gamenya yang masih bermain animasinya.

Aby hanya tersenyum masgul.

Dia mencoba menelpon ponsel Joanes, tapi tidak diangkat sama sekali.

Akhirnya Aby menelpon ke Hadi menanyakan.

“saya libur Bu…. “

"jadi ngga tahu kemana mereka?"

"ngga tahu Bu..."

Jawaban Hadi membuat Aby tahu bahwa hanya Joanes dan Tirta yang pergi. Mungkin ingin jalan berdua adiknya kali… demikian pikiran Aby. Dia mencoba berpikir positif, meski agak kecewa karena saat diajak Tirta menolak, giliran dengan adiknya malah dia pergi.

Aby mencoba menelpon Joanes, tapi tidak diangkat olehnya. Dia mengirim whatsapp juga demikian, tidak juga dibaca oleh Joanes. Dia mencoba menelpon Tirta, tapi sama juga, tidak diangkat sama sekali telponnya.

Hari ini sedianya mereka janjian untuk jalan berdua malam minggu. Kesibukan Joanes dan juga dengan hadirnya Tirta belakangan ini memang membuat perhatian Joanes seperti tersita dengan hadirnya kakaknya dia ini. Satu hal yang bisa dimengerti oleh Aby sebetulnya, namun dia tentu ingin punya waktu quality time berdua Joanes ditengah kesibukan mereka berdua yang luarbiasa padatnya.

Aby sejenak merenung

Dia bisa merasakan bahwa memang Ka Tirta terlihat kurang terbuka atau juga seperti masih belum sepenuhnya bisa menerima dirinya. Entah itu hanya perasaannya saja, atau bagaiman, yang jelas MIma dan Tante Flory yang dekat dengan Aby pun bisa merasakan itu.

Tirta banyak diam jika tidak ditegur olehnya. Dia memilih juga banyak dikamarnya jika Joanes masih diluar rumah. Tapi jika Joanes ada dia mau untuk keluar dan berbicara. Aby bisa memahami kedekatan kakak beradik itu, apalagi ada gap sekian tahun mereka terpisah, ditambah pengalaman hidup Tirta yang harus merasakan pahitnya hidup.

Satu hal yang membuat Aby suka miris ialah semua pemberiannya sering ditolak oleh Tirta, sedangkan apa yang Joanes kasih, dengan senang hati diterimanya. Aby merasa bahwa dirinya masih belum diterima dengan baik sebagai calon adik ipar oleh Tirta, meski di awal saat mereka menjemputnya, Tirta sangat bisa terbuka dengan Aby, walaupun tidak seterbuka ke adiknya sendiri.

“mungkin karena mereka lama terpisah, By… makanya dia sedikit trauma dan posesif ke adiknya…” hibur Tante Flory ketika dia datang ke rumah dan melihat gelagat agak berbeda dari Tirta.

“ dia masih belum bisa terima kali kalau adiknya sudah dewasa….” Ucap Mima ketika itu menghibur kakaknya.

Namun respon yang sedikit berbeda muncul dari mamanya, Lily. Lily terlihat kurang suka dengan gelagat Tirta yang seperti cuek dengan Aby apalagi dengan keluarga Aby. Bagi dia, pengorbanan dan hubungan anaknya dengan Joanes yang sudah berjalan selama ini, sudah sangat jauh dan mahal harganya jika harus terganggu dengan hadirnya Tirta, meski itu kakak kandung Joanes.

“kamu harus bicara sama Joanes…. Jangan pendam sendiri…” demikian cetus Lily ketika itu.

Dia sempat emosi saat melihat Tirta yang hanya diam dan seperti tidak mengacuhkan dirinya yang datang ke rumah. Dia juga melihat langsung Tirta yang diam, lalu berubah menjadi ceria saat adiknya turun dari kamar dan bergabung makan bersama mereka.

Bagi Lily, Joanes harus seimbang dan bisa membedakan mana kakaknya dan mana calon istrinya. Dia tidak ingin timbul masalah hanya karena Tirta tidak sudak dengan Aby, lalu permasalahan mereka merembet ke rencana pernikahan atau juga kelak jika mereka sudah menikah.




*******************

Sementara itu, airmata Tirta tumpah saat tiba di Panti Asuhan Kasih Abadi. Semua memori masa kecilnya eakan hadir kembali dan memenuhi isi kepala dan timbul di pandangan matanya. Kamarnya dia dulu, ruang bermain dan halaman tempat dia suka bermain dengan teman-temannya ataupun dengan adiknya seakan muncul dan berhamburan di pelupuk matanya.

Kesedihan dan keharuannya tidak terbendung. Airmata dan rasa harunya seakan berlarian dan merembes di setiap helaan nafas dan kemana matanya beredar. Tempat ini rasanya terlalu sulit untuk dia lupakan setelah sempat dia hidup beberapa tahun bersama adiknya dan teman-temannya dia yang senasib dengannya.

Ibu Dorkas terharu dan memeluk Tirta dengan penuh rasa syukur

“akhirnya Tuhan mempertemukan kita kembali Nak….”

Tirta tidak mampu menjawab selain menangis.

Dia bagaikan terpatung saat melihat setiap sudut tempat dulu dia tinggal, yang kini meski sudah direnovasi besar-besaran, namun bagian asli dari tempat dia dan adiknya tinggal hanya dibuat modern, namun keaslian dan tata letak bangunannya masih sama seprti saat dia meninggalkan panti asuhan ini.

“sengaja tidak kami rubah…”

Plang nama bangunan kamar asrama itu bahkan tertulis nama dia dengan sangat jelas.

Tirta memeluk adiknya dengan erat. Tangannya gemetar membayangkan masa mereka disini. Masa sedih setelah dibuang oleh pamannya, namun masa yang indah saat mereka bisa tertawa lepas dan bermain dengan teman-teman sepermainan mereka.

“tirta…” sapa seorang wanita

Tirta masih sedikit bingung

“aku Ida…. Teman main dulu….”

Tirta langsung memeluk teman mainnya dulu waktu kecil itu. Dia ingat Ida adalah kawan akrabnya di panti asuhan ini dulu saat mereka kecil

“makin cantik sekarang…..”

“makasih Da….”

Tirta agak bingung, kok Ida bisa datang kesini lagi

“aku jadi aktivis anak dan perempuan sekarang…”

“oh….”

“ibu Dorkas bilang Tirta mau datang… makanya aku juga datang kesini…..”

Tirta menganggukan kepalanya

“kami senang…. Dan bangga… Jo sudah sangat berhasil dan sukses….”

Tirta tersenyum sambal melihat ke arah Joanes yang sedang berbincang dengan Ibu Dorkas

“aby ngga ikut?”

“aby?”

Ida menganggukan kepala

“calon ipar……” senyumnya Ida ke arah Tirta

“oh….” Tirta tersenyum kecil

“tadi lagi ke Senayan City, ada acara disana….”

“oh…iya, maklumlah.. sibuk banget pastinya…. ”

Tirta tersenyum sambal berjalan Bersama Ida berkeliling diarea panti.

“sering kesini yah Aby?”

Ida menengok ke arah Tirta dan tersenyum

“sering sih ngga… Cuma kita banyak ketemu di acara amal… dan dia banyak bantu kita kalau kita ada acara…. “

“oh….”

“dia sama dengan Jo… ngga itung-itungan kalo mau bantuin…..” senyum Ida kembali menghiasi wajahnya

Tirta hanya diam dan merenung saat Ida menyebut nama Aby. Dia yakin pasti Aby sering datang kesini bersama Joanes, karena Ida yang sudah bukan orang panti saja kenal apalagi seisi panti ini.

Helaaan nafas yang agak dalam kemudian….

Entah apa yang dia rasakan selama ini. Dia seperti asing dengan sosok Abigael, meski dia mengakui dalam hatinya sosok itu sangat baik dan ramah. Aby juga sangat membantunya dalam banyak hal, dan juga diapun sering menawarkan Tirta untuk jalan atau bertanya apa yang Tirta perlukan.

Namun hati Tirta memang seperti merasa masih sulit menerima sosok lain dalam hidupnya dia, apalagi sosok lain yang disamping adiknya. Joanes yang dia tahu adalah adiknya yang selalu tergantung kepadanya.

Dia seperti marah dengan kondisi yang dia temui di rumah Joanes saat ini, dimana dia untuk memasak bagi adiknya saja sulit. Memang dia bisa minta apa saja yang dia mau, namun perlakuan asisten rumah tangga bahkan calon iparnya yang melarang dia memasak atau membuatkan minum untuk adiknya sendiri, dia rasa sangat berlebihan sekali.

Dia tahu Joanes sudah dewasa. Namun dia ingin sesekali masak buat adiknya. Buatkan kopi atau teh pun dia dilarang karena sudah jadi tugas Aby atau asisten rumahtangganya. Dia merasa tertolak dengan perlakuan mereka yang sebebnarnya sopan dan bauk, namun dia sulit untuk terima itu. Padahal semua yang ada disana adalah milik adiknya, milik dia juga karena sampai nama semua perusahaan pun nama dirinya yang tertera.

Rumah mewah, kehidupan yang sangat berkecukupan, tapi apalah artinya semua itu jika untuk hal kecil yang dia rindukan untuk dia lakukan bagi adiknya saja sulit dia lakukan di rumah mereka sendiri??

Aku rindu masak buat adikku….

Aku rindu suapin makanan buat adikku….

Meski dia sudah besar, tapi apa salah jika aku mau ulangi memory itu? Memory yang hanya dia dan adiknya yang punya? Memory hidup susah mereka, hidup mereka berdua yang harus melalui beratnya kehidupan masa kecil mereka?? Meski mereka susah tapi ada hal-hal dan ikatan yang dia dan adiknya miliki yang tidak semua orang tahu dan rasakan itu.

Tapi kenapa untuk sekedar masak dan buat minum untuk Joanes saja dia dilarang?? Rasanya masih terbayang di matanya bagaimana Joanes kecil dengan lincahnya berlari di sekeliling taman di rumah panti ini saat dia tinggal disini, dia begitu lucu dan tampan. Kulitnya yang putih dan kemerahan ketika kena sinar matahari, dan selalu mencari kakaknya jika beberapa saat jika Tirta tidak terlihat dari matanya

Kenangan yang akhirnya membuat mata Tirta kembali berair……

Saat ini dia bisa dibilang sudah sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan Joanes, setelah masa masa sulitnya saat menikah dengan Ganda, penderitaan dia dengan Amar anaknya akhirnya berakhir saat Joanes datang menjemput.

Tapi saat bersama Joanes kok malah dia merasa seperti terasing? Apa yang dia impikan jika bertemu dengan adiknya malah jadi seperti ini. Secara ekonomi dia sangat berkecukupan saat ini. Rekeningnya dia diisi penuh oleh adiknya dengan jumah yang bahkan dia sendiri kaget melihat jumlahnya. Rumah yang di Majalengka pun sedang dibangun oleh Joanes, bahkan beberapa petak sawah dibeli oleh Joanes untuk kakaknya, jika pulang ke Majalengka maka ada sawah dan rumah untuknya dan Amar, meskipun Joanes melarang kakaknya kembali kesana, bahkan Amar sudah mulai sekolah disini.

Namun entah kenapa dia seperti masih sulit menerima kondisi Joanes yang saat ini.

Saat melihat Aby yang menyiapkan semua kebutuhan Joanes pun rasanya dia agak gamang. Kok aku sebagai kakak malah tidak diijinkan untuk membantu mengurus adikku sendiri? Bertahun tahun hanya kita berdua hidup, dalam kemiskinan dan keprihatinan, namun sekarang saat Joanes sudah kaya malah ada wanita lain yang mengurusnya.

Meskipun itu calon istrinya, tapi aku sebagai kakak juga rasanya berhak mengurus adikku sendiri….. celah di kepala Tirta kembali bergaung egonya sebagai seorang kakak…. Membuat dia menjadi sangat posesif terhadap adiknya……

“ka Tirta…” sapaan Bu Dorkas memotong lamunan Tirta seketika

“ya Bu….”

Dengan cepat Tirta menghapus airmata dari pipinya. Bu Dorkas tersenyum melihatnya. Dia bisa merasakan bahwa pasti ada rasa haru dan sedih saat Tirta datang mengunjungi tempat ini lagi setelah sekian tahun

“jangan sedih lagi yah……” bisiknya lembut ke telinga Tirta

“ Tuhan sudah berkati Joanes dan Tirta berlimpah limpah….. semua berkat doa dan kerja keras kalian selama ini….”

Tirta menghapus airmatanya

“yuk….” Bisik Bu Dorkas lagi

“sudah ditunggu Joanes di depan….”

Tirta terkesiap sejenak

“baik Bu……”

Dia lalu berjalan mengiringi Bu Dorkas untuk menemui Joanes yang sudah menunggu di depan panti. Kedatangan mereka dari tadi siang terasa singkat, dan hari sudah sore membuat mereka segera pulang kembali.



**************************



Keheningan di mobil BMW X5 ni terasa semakin hening dengan diamnya mereka berdua. Tirta sibuk dengan pikirannya, dan Joanes juga sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ada beberapa kali miss call di ponselnya yang bisa dia lihat dengan jelas siapa pemilik telpon yang menghubunginnya tersebut. Namun dia memilih mengacuhkannya. Saat ini dia sedang ingin berduaaan dengan adiknya saja, tidak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk oleh calon adik iparnya sekalipun.

“ka…..”

Diam

“ka….”

Tirta kaget mendnegarnya

“ya…..”

Joanes tersenyum

“gimana tadi setelah melihat rumah kita dulu….?”

Tirta tersenyum sedih

“banyak berubah sih…. Tapi letak bangunan tempat kita tinggal dulu ngga berubah….”

“sengaja ngga aku bongkar Ka…. Cuma direnovasi aja……”

Tirta terdiam

“itu kenangan bagi kita berdua……”

Tirta masih terdiam

“iya sih…. Kayaknya masih seperti kemarin…. Kamu lari-larian disana…..”

Tirta tidak mampu menahan rasa harunya

“iya Ka…..”

“ingat dulu kamu pasti cari kakak kalo kaka ngilang sebentar…..” gurau Tirta ditengah haru birunya dia.

Joanes tertawa lepas

“aku sangat tergantung sama kakak….”

“iya……”

Tirta meraih tisu dan menyeka airmatanya

“sekarang kan Kaka udah ketemu aku….. jangan sedih lagi yah….” Bujuk Joanes yang disambut dengan diam oleh Tirta yang kini tatapannya lurus kedepan.

Hanya anggukan yang menjawab pertanyaan Joanes, tanpa dia tahu apa sebenarnya isi hati kakaknya. Apa yang dipendam oleh Tirta dan kedalaman hatinya yang merindukan nuansa berbeda setealh penderitaan Panjang yang dia alami, lalu munculnya euphoria setelah beretmu adiknya, rasanya banyak pikiran dan isi kepalanya yang bercampur aduk menjadi satu, membuat dia jadi sulit menelaah nalar yang muncul untuk mengatasi emosinya yang agak labil.

Dia sesaat, suara hening pun terasa di balik kedapnya kabin mobil mewah ini

“kalian kapan rencananya….” Tanya Tirta setelah sekian lama berdiam

“kami? “

Tirta mengangguk

“aku dan aby?”

Anggukan lagi

“ sebulan lagi mungkin Ka….. seharusnya sudah pemberkatan kemarin-kemarin, karena ketemu Kaka, jadi nanti sekalian saja pemberkatan dan resepsinya…..”

Tirta terdiam

“kenapa Ka?”

“ngga apa-apa…. Nanya aja…..”

Joanes tersenyum

“kaka suka kan dengan Aby…?”

Tirta tersenyum

“kalo kamu sudah suka, kaka bisa bilang apa…..” tukas Tirta balik

“yah ngga gitu….. kan nantinya dia jadi adiknya Kakak juga…”

Rasanya berat bagi Tirta untuk mengiyakan ataupun mengutarakan apa yang dia rasakan saat ini. Belum nikah saja dia merasa dia sudah dijauhkan dari adiknya sendiri, apalagi jika nanti jika sudah resmi menikah dan terikat? Bisa apa dia sebagai kakak?

Joanes bukannya tidak menangkap kegalauan diwajah sang kakak. Namum dia memilih untuk diam dan tidak ingin bertanya lebih jauh lagi. Menurut dirinya, trauma dan perbedaan saat kakaknya di Majalengka lalu kembali hidup dengannya setelah sekian tahun terpisah memang butuh waktu untuk bisa ‘cair’ kembali.

Yang terpenting bagi dirinya ialah Kakaknya kini sudah bertemu dan hidup bersamanya secara normal dan berkecukupan. Dia bisa lihat setiap hari kakaknya dan keponakannya, tanpa perlu kuatir akan kondisi mereka, itu sudah hal yang sangat penting bagi Joanes.

Tanpa dia sadari bahwa ada bom waktu yang bisa meledak kapan saja, mengingat bersatunya dia dengan Aby, juga secara langsung membuat keluarganya dia yang hanya ada Tirta, juga akan bersatu dengan keluarga Aby, dan ini bisa berjalan baik, dan bisa juga berjalan kearah yang mengkuatirkan, mengingat rasa ego dan perasaan wanita yang sama-sama mencintai Joanes, sama-sama tinggi jika sudah saling berada di tingkat tertentu.

Aby mungkin akan banyak mengalah mengingat Tirta adalah kakaknya dan sosok yang sangat dicintai dan dihormati calon suaminya. Tapi apa dia akan tinggal diam dan tenang jika dihadapkan dengan egonya Tirta sebagai kakak? Yang merasa diasingkan dari keinginan dia untuk melayani adiknya?
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd