Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

Terima kasih update ny suhu Elkintong,

Boleh tau rahasia suhu buat cerita apa ya?

Setiap cerita mengapa sering buat saya hanyut ketika membaca? Terutama cerita " tentang sebuah rasa" ... gmn kesulitan org untuk memaafkan dosa org lain dan bertobat ...

Terlalu real bgt ... mantap bgt sehat selalu suhu Elkin, dan semua suhu yg lain pada masa pademi covid ini salam🙏🙏🙏🙏🙏
 
mrnarik ceritanya
 
BAB XLIV



MENDUNG YANG ENGGAN PERGI



Beberapa hari setelah kejadia di rumah itu, Joanes dan juga Aby memang belum sempat bicara secara langsung dengan Tirta, karena kesibukan mereka berdua. Jadwal yang begitu ketat karena menjelang pernikahan membuat Joanes dan Aby banyak tersita dengan kesibukan mereka yang harus diselesaikan menjelang hari H mereka yang semakin dekat.

Hal yang sebenarnya disesali oleh Aby, karena masalah dan problem dengan Tirta masih belum terselesaikan. Dan kondisi di rumah pun meski kerap bertemu pagi hari, mereka bertegur sapa dengan baik, namun tetap saja ada yang menjadi ganjalan rasanya diantara mereka.

Dan hari ini, menjelang dia ke kantor, karena pagi hari dia menyempatkan untuk mengantar keponakannya Amar ke sekolah, Aby mendapat kejutan saat Amar dengan polosnya bertanya ke tantenya ini

“Mami …. Kata Mama kita mau balik yah?” tanya bocah itu dengan polosnya. Dia memang memanggil paman dan bibinya dengan panggilan Mami dan Papi.

Aby terkejut

“balik?”

Amar mengangguk

“balik kemana?”

“pulang ke Majalengka…..”

Aby benar-benar terkejut dengan apa yang disampaikan oleh bocah yang masih duduk di kelas V SD ini

“kata siapa?”

“kata Mama…..”

Wajah lugu itu terlihat sedih

“aku ngga mau balik ke Majalengka lagi…..”

Aby tertegun, dia langsung membelai kepala keponakannya ini

“ngga lah….. Amar tetap disini…..”

Tantenya langsung seternyuh melihat wajah memelas dari keponakannya. Dia sangat mengerti bahwa disinilah baru keponakannya ini merasakan nikmat sebuah rumah yang ada kasih sayang dan cinta untuk dirinya. Dia bisa tenang belajar dan bermain, bersekolah di sekolah yang layak dan jauh dari bulian teman-temannya, dan terlebih lagi dia bisa menjalani hidupnya sebagai anak, karena dikelilingi oleh orang yang dia cintai.

Aby hanya termenung sesaat.

“ Amar tetap sekolah dan tenang yah…. Nanti Mami bicara sama Mamah….” Hibur Aby

Anak itu menganggukan kepalanya

“ kalau mama mau pulang, Amar disini aja……” cetusnya pelan yang membuat Aby tersenyum

“amar mau ama Papi dan Mami aja….”

Rasa nyaman dan aman mungkin itu yang diinginkan keponakannya. Makanya dia memilih untuk tetap disini. Dan bukan rahasia lagi, di sekolah dengan status sebagai keponakan dari Pemilik Sekolah jelas membuat Amar sangat dihargai di kalangan teman-temannya di kelas. Dan satu hal yang sangat dijadikan perhatian bagi Joanes dan Aby ialah ketenangan bathin ponakannya ini.

Aby sendiri agak menyayangkan kenapa Tirta harus membawa masalah kecewanya dia secara pribadi ke ranah yang lebih luas bahkan sampai membawa anaknya juga untuk balik ke Majalengka. Bagi Aby ini sebuah hal berlebihan sebetulnya.



************************



Selepas Amar turun di sekolahnya, Aby mengantar hingga gerbang, lalu Amar menyalaminya dan memeluk Tantenya, dan kemudian menghilang dari balik pintu sekolahnya untuk melanjutkan kesehariannya sebagai pelajar.

Aby pun kemudian melanjutkan perjalanannya ke kantor.

Joanes sendiri sedang berada di bengkel barunya dia yang akan segera diresmikan. Sehingga pagi hari dia sudah berangkat duluan. Mereka berdua berjanji untuk bertemu sore nanti di kantor, karena masing-masing punya agenda yang berbeda.

Namun bagi Aby, ada hal yang lebih mendesak bagi dirinya dan Joanes untuk selesaikan.

Masalah dengan Tirta ini tidak bisa dianggap sepele. Ada hal yang sifatnya traumatik dan juga membekas di diri Tirta yang dikuatirkan oleh Aby. Dan jika ini dibiarkan maka bisa saja penantian panjangnya Joanes untuk bisa bertemu dengan kakaknya malah hanya berusia singkat.

Mau tidak mau Aby jadi terpikir juga

Dia ingat dan sadar bagaimana perjuangan Joanes, bagaimana cintanya Joanes terhadap kakaknya, sehingga pencarian yang sifatnya massif juga dia kerahkan agar bisa bertemu dengan kakaknya, lalu hanya karena ada rasa yang tidak bahagia saat salah satu keinginan dari kakaknya tidak dipenuhi lalu Tirta memilih kembali ke kampungnya.

Rumah Tirta yang sedang dalam proses pembangunan dan juga tempat penggilingan beras serta beberapa hektar sawah memang sudah dibeli oleh Joanes untuk kakaknya. Tapi bukan berarti Joanes mengijinkan Tirta untuk pergi. Itu dibangun hanya untuk agar Tirta tahu bahwa dia punya sesuatu yang dia miliki di Majalengka, sekaligus untuk memperlihatkan bahwa Tirta bukan lagi Tirta yang dulu, namun sudah jadi Tirta yang berbeda, Tirta yang sudah jadi juragan.

Disaat seperti ini memang Aby seperti dituntut menjadi lebih sangat dewasa dan banyak bersabar dalam semua hal. Menjelang pernikahannya dengan Joanes, selain masalah Tirta, masalah dengan ibunya juga bukan sekali dua kali mengemuka.

Lily yang baru pertama kali ini menikahkan anaknya merasa punya hak untuk mengatur alur acara dan seperti apa prosesinya nanti. Bahkan hingga gaun pengantin dan kebaya yang akan digunakan oleh Aby pun dia ikut ramai. Ini yang tidak disukai oleh Aby. Baginya Lily dan keluarganya cukup terima beres saja, karena ini dia dan Joanes serta tim EO yang akan atur semua. Bahkan untuk designer bajupun Joanes meminta designer papan atas untuk merancang dengan tenggat waktu yang mepet seperti ini.

Aby kuatir ini malah memperuncing persoalan dengan Tirtasari. Karena Aby sadar bahwa sangat jelas Tirta sering menunjukan ketidaksukaannya dengan gaya Lily yang suka mengatur atur rumah. Lily terbiasa melakukan itu saat masih belum ada Tirta, dan semejak ada Tirta, tentu wanita itu tidak suka ada orang lain yang mengatur rumah adiknya.

Celakanya Lily pun terang-terangan sering menunjukan mimik wajah kesalnya ke arah Tirta. Dia pun merasa bahwa anaknya yang akan menikah dengan Joanes, maka peran istri jelas jauh lebih penting dari peran seorang kakak perempuan.

Ini situasi yang harus segera Aby atasi. Dan perkataan keponakannya tadi merupakan signal yang jelas bagi dirinya dan juga Joanes untuk segera bicara dengan Tirta. Dia tahu bahwa saat ini yang bicara adalah egoismenya seorang kakak perempuan. Dia tahu Tirta mungkin saja tidak serius dengan ancamannya, mungkin dia sedang mengetes seberapa besar sayangnya adiknya ke dia, sehingga dia seperti sedang mengail di area yang sifatnya emosional sesaat hanya untuk mengecek rasa sayang adiknya ke dia, atau mungkin memang rasa cemburu seorang kakak yang sekian tahun tidak bertemu adiknya, yang kemudian kaget melihat adiknya ternyata memiliki sosok lain yang dia cintai.

Sesuatu perasaan cemburu yang wajar sebenarnya menurut Aby, hanya saja jangan sampai rasa cemburu itu kemudian mengganggu hubungannya dengan Joanes. Itu yang Aby ingin tekankan dan ingin clearkan segera, dia ingin Tirta tahu dan sadar bahwa hadirnya dia bukan menrebut peran kakak di hati Joanes, tapi sebagai pelengkap hidupnya Joanes.

Kedewasaan dan kematangan Aby memang diuji kali ini. Dan disinilah dia tidak henti-hentinya mensyukuri apa yang selama ini dia anggap sebagai pengalaman pahit saat dia belum bertemu Joanes, akhirnya itulah yang membuat dirinya makin dewasa dan kuat. Kesabaran dan ketenangannya dalam situasi seperti ini, membuat dia dan Joanes tetap bisa jalan dengan kepala tegak dan hati yang dingin, sehingga fase-fase berat yang mungkin bagi sebagian orang akan berujung ribut, tapi bagi dirinya ini malah jadi sebuah tahapan yang dia anggap menguji kesabarannya.

Aby mengirim whatsapp ke ponsel Joanes melaporkan jika dia sudah tiba di ruangannya. Dia juga meminta Joanes jika sudah tidak sibuk untuk menghubunginya.

Dan percakapn ringan hingga berujung ke percakapan berat pun akhirnya tercetus lewat telepon mereka…..

“ya sudah…. Nanti malam kita bicara sama Ka Tirta…..”

Aby menganggukan kepalanya

“oke…. Abang aja atau?”

“ngga lah… kita berdua dong sayang…..”

Aby tersenyum

“ Ayang kan sudah jadi istriku…. Jadi masalah ini pun masalah kita berdua…..”

“iya Bang…..”

“sip…”

“aku kuatir aja dengan Ka Tirta… takut dia mikir yang gimana gimana…..”

“ngga lah…. Dia mungkin merasa kesepian dan kangen dengan temannya di kampung…..”

“ya… semoga sih Bang….”

“malam lah kita bicara dengan dia…..”

“baik Bang…..”

“ ayang siang ini kemana?”

“ nanti mau makan siang sama Tim Worshippper dari Singapore……”

“oke Yang… kalo sudah selesai dari sini dan sempat… aku gabung….”

“baik Bang….”

“love you, Yang….”

“love you back, Bang…..”

Tidak ada yang lebih disyukuri oleh Abigael selain memiliki Joanes. Dia pun berupaya untuk selalu jadi yang terbaik dalam semua hal di mata kekasihnya itu. Dia tahu, begitu banyak yang menggilai kekasihnya ini. Mau klien, mau karyawan sendiri, rasanya pesona Joanes memang selalu berbeda dibalikwajah coolnya dia. Tapi Aby selalu percaya bahwa cinta dan kesetiaan Joanes hanya untuk dirinya.



*******************


Setelah tiba dirumah malam hari, Aby dan Joanes yang pulang bareng langsung masuk ke kamar, menyantap buah dan salad, lalu membersihkan diri bersama di kamar mandi. Dan bisa ditebak jika sudah mandi bersama, ujungnya kembali mereka harus bertempur di tempat tidur.

Setelah membersihkan diri, Joanes segera mengenakan kaos dan celana pendeknya. Dia lalu mengajak Aby yang sudah mengenakan sleeveless set motif batik, untuk menemaninya ke kamar Tirtasari. Dan sebelum ke kamar Tirta, dia sempat masuk menengok Amar yang sedang mengerjakan PRnya.

Seperti biasa Amar dengan senangnya cerita tentang kelasnya dan teman-temannya

“papi, nanti hari Sabtu Amar diundang ke acara ulang tahun Kevin…..”

“oh gitu….. pergilah…”

“nanti Amar sendiri?”

“terserah Amar…. Apa mau ditemenin Mama?”

Amar diam sesaat

“kenapa?”

“kata Mamah ngga usah pergi ke acara ulang tahun Kevin…..”

Joanes menetap Aby sesaat, sambil menghembuskan nafasnya

“nanti Mami bicara dengan Mama yah…..” hibur Aby

“iya Mi….”

“ atau mau Papi temenin sama Mami?”

Mata Amar langsung berbinar mendengarnya

“mau…..” senyum lebar anak itu muncul seketika

“ya sudah….. Amar lanjut belajar yah…..”

“iya Pih….”

Joanes keluar dari kamar ponakannya. Dia seperti sangat prihatin dengan Amar sebenarnya. Dia tahu anak itu sangat menderita. Menjadi anak yatim diusia yang sangat kecil, lalu mendapat ayah tri bajingan seperti Ganda, rasanya meski dia pernah mengalami fase yang lebih parah lagi, dia tidak ingin keponakannya yang dia cintai mengalami hal yang tidak menyenangkan lagi.

Rasa aman dan sehat dalam pertumbuhan yang nyaman adalah ini yang ingin dia hadirkan bagi orang yang dia cintai. Termasuk untuk Abigael, kakaknya Tirta dan keponakannya Amar.

Ketukan di pintu kakaknya

Sampai beberapa kali dia mengetok, kakaknya masih belum membuka pintu kamarnya. Situasi ini membuat dia mau tidak mau mengeluarkan kunci masternya untuk membuka. Untungnya sebelum dia membuka dengan masterkeynya, Tirta sudah membuka pintunya.

“hmmmmm……”

“maaf… baru selesai sholat….”

Wajahnya terlihat agak kaget melihat Joanes dan Aby berdua didepan pintunya

“ kenapa?”

“ngga apa-apa, kangen aja ama Kaka….” Senyuman Joanes muncul

Tirta hanya tersenyum tipis

“boleh kita masuk?”

Tirta tersenyum

“boleh lah….. rumah kamu kok…..”

Aby hanya bisa tertawa agak pahit mendengar ucapan Tirta

“kaka suka ngaco ah….” Jawab Joanes

Mereka lalu masuk ke kamarnya Tirta. Dia lalu melipat sajadahnya, lalu duduk di pinggir tempat tidurnya.

Joanes lalu duduk disamping kakaknya. Aby juga ikutan duduk di sofa kecil di samping tempat tidurnya Tirta. Hening sesaat diantara mereka. Tirta hanya diam sambil meremas tangannya sendiri, sementara Joanes hanya tetap tersenyum kecil melihat kakaknya yang menunduk, disaat Aby tersenyum melihat rikuhnya pertemuan ini.

“kaka kok dikamar terus sih?” tanya Joanes

Tirta agak gelagapan ditanya demikian

“ngga kok…. Suka turun dan keluar juga…..”

Joanes tersenyum lagi. Dia meraih tangan kakaknya, lalu menggenggam ke dalam tangannya. Lalu memindahkan tangan kakaknya ke tangan kirinya, lalu dia merangkul pundak kakaknya dan merengkuhnya ke dalam pelukannya.

Suasana hening seketika…..

Perlahan tapi kemudian terdengar suara isak tangis dari Tirta

Joanes tiba-tiba merasa bersalah. Memang kesibukannya yang luarbiasa membuat dia dengan Tirta belakangan ini seperti tidak punya waktu bersama. Dia merasa bahwa sudah sangat bersalah karena seperti tidak memperdulikan perasaan kakaknya yang ingin lebih punya waktu bersamanya, setelah belasan tahun terpisah.

“ ka….. maafin aku yah…..” bisiknya

Tirta masih terisak. Dia hanya menggelengkan kepalanya

“ aku terlalu sibuk belakangan ini…..”

Tirta kini agak diam, tangannya amsih dipegang oleh adiknya, sementara tangan kanannya mengusap airmatanya dengan menggunakan mukenanya.

“ngga lah De….. kaka ngga apa-apa kok……”

Joanes mencium kepala kakaknya dengan penuh haru

“Ka…..”

Tirta diam

“ jangan tinggalin aku ama Aby yah……”

Tirta masih diam. Sementara Aby masih diam dan membiarkan Joanes dan Tirta untuk bicara terlebih dahulu, dia memilih untuk diam hingga saatnya diminta bicara. Baginya masalah yang masih mengendap di masing-masing kepala harus dikeluarkan dan diselesaikan dengan bicara.

“Ka…..”

Tirta yang tadinya diam kini mengangkat wajahnya

“ Kaka ada yang kaka keselin disini?” tanya Joanes

Tirta menggelengkan kepala

“trus?”

“ngga apa-apa De…..”

Joanes mencoba mencari jawaban dari mata kakaknya

Tirta hanya bisa dia termenung sesaat. Sesekali dia menghapus airmatanya. Entah kenapa ada rasa sesak di hatinya. Bertemu dengan adiknya adalah impian dan harapan dia yang paling besar yang selalu dia panjatkan dalam setiap sholatnya. Tapi entah kenapa rasa yang berbeda sekarang dia rasakan saat ini. Dia bagai sedikit asing ditengah ramai orang justru menempatkan dia di tengah riuh kagum karena sentralnya nama dia dalam hidup adiknya.

Tarikan nafas mencoba untuk menenangkan dadanya

Lalu

“ kaka ingat….. beberapa hari sebelum peristiwa itu…. Kaka sempat beli sendal buat kamu…. “ Tirta tersedak sesaat mengenang masa itu.

Joanes pun mau tidak mau dilambungkan kembali ke kenangan disaat mereka Bersama dulu

“ kamu senang sekali….. kaka juga sangat senang… dapat uang hasil kerja dari warteg… ditambah uang dari Mang Dadang karena bantuin cuci piring…..”

Airmata Tirta jatuh perlahan kembali.

“ kaka ingat…. Sandal kamu sudah sering copot…. Kamu suka sekali main ke toko itu hanya untuk lihat sandal yang kamu pengen….. “ Tirta menyeka wajahnya kembali “ dan saat bisa beliin kamu sandal dari hasil kerja kakak…. Kakak senang sekali……”

Joanes memeluk kakaknya dengan erat. Tangisan mereka berdua kini kembali terdengar. Aby yang juga melihat dan mendengar cerita itu mau tidak mau ikut hanyat dalam keharuan. Dia kini bisa merasakan bagaimana dan apa yang dirasakan oleh Tirta

Lalu

“ sekarang….. kamu sudah sangat sukses…..” kini senyuman Tirta muncul ditengah tangisannya yang sudah sedikit mereda

“ kaka senang…. Kaka bangga…..”

“ Kaka dapat apa saja yang selama ini kaka tidak sangka…..”

“jangankan mimpi punya mobil…. Punya motor pun kaka sulit…..”

“ tapi kamu kasih kaka semuanya….. mobil mewah pun kamu beliin……”

Joanes masih berlinangan airmata

“ tapi……. Kaka justru merasa asing……”

Tangis Tirta pecah kembali. Joanes memeluk erat kakaknya

“ kaka sampai bingung…. “

Joanes diam, dia membiarkan kakaknya berbicara

“ kaka merasa kok kamu bukan seperti dulu lagi….. “

Joanes tertegun

“ aku masih Joanes yang dulu Ka….. ngga ada yang berubah…..” sanggahnya

“ngga……” bantah Tirta

Joanes bingung

“ sekarang untuk sayang sama kamu saja kakak harus bisa terima kalau kakak ngga bisa…. Ngga bisa untuk….” Tirta tidak mampu melanjutkan kata-katanya, tangisannya malah tumpah kembali.

Aby hanya bisa terdiam dan memberi kode ke Joanes untuk tetap tenang dan membiarkan Tirta menyelesaikan semua yang jadi ganjalannya.

Tirta lalu melanjutkan

“ dulu….. kamu paling senang makan disuapin sama Kaka…….”

Joanes terdiam kembali, matanya berkaca kaca

“ kamu ngga mau makan kalo kakak belum pulang…….”

Kenangan itu kembali berputar

“kamu ngga bisa tidur kalo ngga Kakak usapin punggung kamu…..”

Airmata Tirta turun berderai. Emosinya dan perasaannya serta ganjalannya kini keluar satu per satu.

“ sekarang….. untuk buat minum kamu aja kaka ngga dibolehin…..”

Tatapan Tirta menghujam ke arah Joanes

“ apalagi mau masak buat kamu?”

Astaga, ternyata ini yang kakaknya rindukan yang dia bahkan dia mampu sadari itu. Keintiman mereka di masa kecil yang hilang dan terputus karena keadaan itu yang kakaknya rindukan dan inginkan selama ini.

Abigael pun terdiam, dia jadi merasa ikut bersalah selama ini

“bukan Ka…. Aku dan Aby ngga mau repotin Kaka….. lagian ada pembantu dirumah yang menegrjakan…..”

“jadi pembantu lebih kamu percaya dibandingkan kakak kamu?”

Joanes tersedak

“bukan Ka… kami ngga mau kaka repot…..”

Genggaman tangan Tirta justru makin erat di tangan Joanes

“ ngga mau aku repot?”

Joanes terdiam

“ kamu sakit dulu…. Kamu mau makan apa…. Kamu mandi…. Baju kamu aku cuciin… apa pernah Kaka mengeluh repot???”

Joanes kembali terdiam. Kakaknya memang sudah Tangguh dari kecil. Semua urusannya dia bahkan hal kecilpun Tirta yang mengurusinya.

“jawab De…..”

Joanes menggeleng

“apa karena kamu sudah banyak uang dan mampu menggaji sekian banyak pembantu, sehingga kerinduan Kakak untuk jadi Kaka yang dulu, masakin buat kamu, buat minuman kamu…. Juga jadi tidak boleh?”

Joanes jadi serba salah dengan semuanya ini. Abigael pun tertunduk

“apalagi kalau kakak ikut campur dengan persiapan pernikahan kamu?”

Isak itu masih terdengar

“pasti ngga boleh kan?”

“ngga Ka…. Silahkan saja……”

Tirta tersenyum getir

“silahkan bagaimana De? Meminta pendapat kaka untuk gaun pengantin saja kalian berdua tidak pernah…….”

Dada abigael bagai dihantam palu mendengar keluhan kakaknya.

“ kaka bangga… kamu sudah kaya raya, berhasil…. Nama kaka juga diabadikan sama kamu disemua tempat…. Tabungan Kaka juga banyak… kamu beliin semuanya buat Kaka…. Ini terlalu bagus buat Kaka…..”

Lalu

“amar pun bisa bersekolah dengan tenang…. “

“tapi apa tidak boleh Kaka jadi kakak kamu seperti dulu?”

Joanes terharu, dia dengan erat memeluk kakaknya dan menenggelamkan kakaknya dalam pelukannya

“ apa karena kakak ngga duduk di bangku sekolah kayak kalian?”

Wajah Aby dan Joanes bagai ditampar

“ngga Kak…. Ngga demikian…..”

Joanes membelai rambut kakaknya. Aby juga merapat mendekat dan mengelus lengan Tirta dengan lembut

“ Kakak….. aby minta maaf kalau sudah salah dan kesannya tidak ajak Kakak…. Ngga ada maksud hati demikian Kak….. bener…..” ungkap Abigael sambl menahan harunya

“kita berdua hanya ingin Kakak menikmati hidup disini….. kita ngga mau kaka direpotkan…. Dan kebeutaln persiapan kita memang sudah ada WO yang urus Ka…..”

Tirta hanya diam

“tapi jauh dihati kami untuk sengaja tidak melibatkan kakak…….”

Tirta menunduk

“ aby mohon maaf yah Kak….. mohon maaf sekali lagi…..”

Tirta hanya menagngguk

“dengar dari Amar tadi pagi….. kok Aby sedih dengarnya……”

Tirta kaget, dia tidak menyangka jika Amar akan menyampaikan itu ke tantenya

“Ka….” Sapa Joanes

“ aku minta maaf juga…. Kami berdua Aby minta maaf ke Kaka……”

Tirta hanya menunduk

“ kaka satu-satunya kakak dan orangtua aku…. Aku cuma ingin kakak duduk manis dan tenang-tenang… jaga dan lihat Amar… “

Tira masih diam saja

“ bukan berarti aku ngga mau dimasakin atau dibuatkan minum sama Kaka…..” ciuman Joanes kembali ke dahi kakaknya.

“jangan sampai Kaka salah paham yah…….”

Joanes terdiam sesaat. Dia bagaikan disadarkan bahwa memang banyak momen yang dia lewati karena kesibukannya. Bahkan semenjak mereka ke panti asuhan berdua, baru kali ini lagi dia dan Tirta bicara agak lama seperti ini. Dia pikir dengan dia kasih semua yang terbaik menurutnya, Tirta sudah bahagia dan tenang. Ternyata ada hal yang dia ingin lakukan yang justru luput dari perhatiannya.

“Ka…..”

Tirta menolah ke arah Aby yang menagnggilnya

“mulai sekarang…. Kakak kalau mau masak, atau apa aja…. Tinggal bilang ke Santi…. Nanti aku juga bilang…. “

Tirta terdiam kembali

“ini rumah Kakak juga…. Rumah kita bersama…. Jangan malah kakak merasa asing disini…..” imbuh Joanes lagi

Tirta masih terpekur

“ semua cinta dan sayang Kaka selama ini…. Selalu aku ingat…. Saat ini, saatnya aku melakukan yang terbaik untuk membalas semua sayang dan perhatian Kaka…. Aku kerja keras, bangun semua ini…. Supaya tidak ada yang menghina kita lagi Ka…. “

Buliran airtmata itu muncul lagi di pipi Tirta

“ ngga akan ada lagi yang berani pisahin kita….. usir kita… sakiti kita……”

Tirta diam penuh haru

“ semua aku lakukan karena aku menghargai dan mengingat semua sayang, cinta dan doa kakak buat aku……”

Tirta kini yang merasa tertohok.

“aku mohon…. Kakak jangan pergi lagi…. Jadi apa aku ama Aby kalo ditinggalin sama kaka….”

Tirat tersenyum ditengah airmatanya

“halah… boong…. Yah kan ada Aby yang jagain kalo kaka ngga ada…..”

Joanes tersenyum sambil memeluk kakaknya, aby juga demikian, dia merangkul kedua sosok yang sangat dia cintai itu

“ sudah yah Ka…. Jangan pernah berpikir untuk pergi……” pinta Aby

“boleh pergi… kalo rumah sudah jadi… itupun untuk lihat panen sawah……”

Tirta yang masih penuh airmata wajahnya hanya tersenyum malu

“Ka…..”

Dia mengangkat wajahnya

“aku sayang sama Kaka….. kakak satu-satunya keluarga aku yang ada…….” Tatapan lembut dan teduh sambil memeluk Tirta membuat rasa dan ganjalan yang selama ini ada di dada Tirta bagaikan tersapu bersih

“aku minta maaf kembali yah Ka…..”

Tirta terharu, kini giliran dia memeluk Abigael dengan eratnya

“makasih yah De….. kakak yang minta maaf kalo salah….”

“ngga kaka sayang… kita berdua yang ngga peka dengan kondisi Kaka…..”

Abigael tersenyum manis. Doa dia dan timnya selama ini lewat Mesbah doa agar semua ganjalan yang merintangi agar dibuat lancar dengan penyertaan Tuhan. Dan semua doanya kali ini dijawab dan semua boleh terbuka dan tidak ada lagi yang tersisa di hati mereka bertiga

“yah sudah…. Kaka istirahatlah……”

Tirta menganggukan kepalanya

“besok…. Aku sarapan, aku mau Kaka yang siapin yah….” Ujar Joanes

Tirta tersenyum

“oke…..”

Joanes kembali memeluk kakaknya, lalu diikuti oleh Abigael.

“istirahat Ka……”

“iya sayang……”

Joanes dan Aby lalu keluar dari kamar Tirta. Rasa lega dan tenang sudah mereka rasakan setelah pembicaraan yang dalam dengan dengan Tirtasari. Joanes melrangkul Aby sambil jalan ke kamarnya.

“thanks sayang…..”

“makasih untuk apa?”

“sudah temanin aku……”

Aby tersenyum

“aku yang makasih ama abang……”

Joanes membalas dengan pelukannya. Dia makin diyakinkan bahwa dia sudah memilih sosok yang tepat untuk mendampinginya melayari lautan kehidupan kedepannya. Sosok yang akan jadi penolongnya, pendoa baginya dan juga ibu untuk anak-anaknya kelak.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd