Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah cerita ini terlalu kejam dan sadis? Perlu di softin lagi?

  • Dikurangi kejamnya

    Votes: 96 39,0%
  • Sudah pas

    Votes: 50 20,3%
  • lebih kejam lagi

    Votes: 100 40,7%

  • Total voters
    246
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Scene 4 : Kajian

Sayup sayup kudengar suara ayam berkokok hingga membangunkanku dari tidur. Suasana masih sedikit gelap karena matahari belum terbit sempurna. Dengan sedikit malas, Aku segera mengecek kondisi sepeda motor bebek yang abi kirim kemarin. Starternya ternyata tidak bisa memakai double starter, harus manual pakai kaki. Aku coba berkali kali, namun gagal. Cukup melelahkan memang memakai tubuh selemah Rista ini, namun aku harus terbiasa dan adaptasi dengan tubuh ini

"Dik Rista mau kemana pagi2 gini udah starter motor?", suara pria dari belakang tiba2 mengejutkanku

Ternyata Mas Eko sudah ada dibelakangku entah sejak kapan. Wajahnya tersenyum penuh maksud kearahku. Aku tidak tahu mengapa senyumnya begitu terlihat licik menatap kearahku, lalu aku menyadari penampilanku yang tidak seperti biasa yang dia lihat. Aku keluar rumah tanpa mengenakan kerudung. Rambutku kuikat keatas seadanya. Sedangkan tubuhku kututup hanya dengan sebuah tanktop mini berwarna putih yang menampakkan sebagian besar kulit putih cerahku ini, terlebih lagi bagian payudaraku yang kubiarkan menggantung tanpa penutup sehingga tonjolannya tercetak jelas pada tanktopku. Puting susuku samar2 tercetak samar dari balik tanktopku yang tipis yang kupakai, belum lagi kedua pasang paha kubiarkan terekspose dengan hotpant super mini berwarna hitam sehingga memamerkan kaki Rista tanpa cacat.

Aku lupa pria ini adalah Mas Eko, pria beristri wanita bercadar yang pasti tidak pernah melihat sosok akhwat syari tiba2 berpakaian seperti ini. Sehingga memandangku dalam keadaan sexy, harusnya menjadi momen yang jarang terjadi baginya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, aku mencoba tetap tenang dan membiarkan tubuhku dilirik diam2 olehnya, itung2 mamerin body adik iparnya juga.

"Ini lho mas, aku mau nyoba hidupin motor ini tapi ga bisa. Susah banget", kataku sambil mencoba kembali menstater motor bebek tua ini sehingga kedua payudaraku berguncang dibalik tanktop tipis yang kukenakan. Jakun Mas Eko sampai naik turun melihat kearah tonjolan gunung kembarku yang sedikit mencetak puting susuku yang mulai mengeras. Wajahku mulai meneteskan keringat dari rambutku, namun motor tetap bergeming tidak mau nyala

"Mas Eko bantu, kalau bisa nanti mas dapat hadiah ya. Hehehe..", godanya

"Hmmm iya deh, coba mas Eko bisa nyalain motor ini ngga", tantangku

Lalu dia berjalan kearahku dengan tenang. Sepertinya dia berusaha bersikap normal dan tidak merasa ada yang aneh dengan penampilanku. Kulihat dia memutar sebuah kenop dibalik body motor, dan menarik sebuah tuas yang terletak di bawah tombol klakson.

*sialan lupa gw kalau harusnya itu ditarik dulu saking udah lamanya gw ga pake motor bebek* sesalku

Sekali hentakan kaki, Mas Eko berhasil menyalakan motor bebek berwarna hitam ini. Mesin langsung menyala dengan suara yang berisik dan sedikit kasar. Sepertinya memang minim perawatan dan jarang diservis

"Hehe asyik Mas Eko dapat hadiah. Hehehe...", godanya

"Alhmdlh bisa nyala..Hmmmm..Mau hadiah apa mas? Jangan yang mahal2 bokek mas..", kataku

"Hmm apa yaa.. Hehehe...", godanya

"Yaudah gak usah. Gak jadi. Hehehe", godaku membalasnya

"Enak aja... Eh tp jangan bilang Mbakmu lho permintaan mas. Mas penasaran dek. punyamu pink apa cokelat sih.. Kulitmu bagus banget soalnya putih mulus. Baru sadar Mas.. Gak pernah liat soalnya. Hehehe.. Jadi penasaran sama warnanya pucuknya", katanya mulai to the point. Sepertinya dia benar2 tergoda

"Punyaku pink apa cokelat? Maksud mas?", aku pura oon semakin mempermainkan dia

"Pentil kamu dek Rista. Mas penasaran... Tuh udah nonjol kayaknya pingin Mas Eko liat. Hehehe..."

"Yeeee.. Mas nanti dijewer Mbak Dewi lho..", jawabku

"Mangkanya kamu ga usah cerita2. Rahasia kita aja. Lagian ini Mbakmu lagi tidur pulas dik. Hehehe.. Ayo dek, putingmu warnanya apa... Hehehe", katanya semakin vulgar ketawa-ketiwi malu malu mau

"Pink mas...", jawabku sambil tertunduk membuat pria yang kayaknya alim ini ternyata tergoda juga

"Masak? Mas ga percaya", katanya

"Gimana caranya biar mas percaya?", pertanyaanku semakin menggodanya

"Mas mau liat putingmu. Heheheh..", jawabnya sambil terkekeh

"Haaaah? Ngga mau ah mas, nanti kalau Mbak Dewi tau gimana..."

"Aman sebentar aja. 3 detik aja dik"

Aku menengok ke dalam kamar sebentar memastikan si Dewi sedang tertidur dikamarnya. Setelah aku rasa aman dan aku semakin sange karena sebentar lagi aku perlihatkan salah satu aurat berharga akhwat bernama Rista ini dihadapan kakak iparnya.

"Yasudah.. silakan dicek sendiri mas", kataku sambil dengan nakal mengangkat tanktopku keatas memamerkan payudara Rista

Hawa dingin udara pagi langsung terasa menusuk kulit tubuhku saat kuperlihatkan perut dan payudaraku dihadapan lelaki yang saat ini menjadi kakak iparku ini. Rasa dingin yang begitu kuat membuat puting susu ini semakin tegang dan mengeras saja. Mas Eko memandang kearah puting susuku tanpa berkedip sambil nafasnya semakin berat. Aku yakin ingin sekali dia sentuh bahkan dia kulum puting susu menggemaskan ini. Lalu setelah aku rasa waktu sudah melewati 3 detik segera kututup lagi

"Yah... Kok sudah ditutup kan Mas belum puas..", katanya kecewa

"Sudah lewat 3 detik mas", jawabku

"Kalau mas boleh jujur, kamu cantik banget dek, kulitmu putih bersih lebih mulus dari mbakmu, kamu juga lebih berani makai baju sexy gini diluar..", gombalnya

"Ga boleh gitu mas... Mbak Dewi lebih sexy daripada aku kok, cuma ngga diperlihatkan buat orang2, spesial buat mas aja", kataku mencoba menasehati Mas Eko

"Iya sih, tapi mas jenuh dek.. Kalau melayani mas mbakmu kaku banget..", katanya mulai curhat

"Ya tinggal mas aja yang komunikasi ke Mbak Dewi gimana baiknya.."

"Ternyata dek Rista lebih berani, pakai pakaian terbuka diluar rumah.. mas suka.. Hehehe.. "

"Ya kalau Rista juga kalau keluar rumah harus pakai gamis dong mas.. Ini kan masih ketutup pagar jadi ngga keliatan orang.. Lagian Kebetulan Rista lupa ini langsung nyelonong keluar aja tapi ganti gamis dulu.. Dan ga sengaja ketauan Mas Eko. Kalau ketauan Mbak Dewi diomelin aku mas"

"Iyaa.. jangan sampai mbakmu tau. Mas jaga rahasia kok. Asal kapan2 kamu tunjukin auratmu lg ke mas yaa. heheheh", kata Mas Eko menggodaku

"Nggak mau ah, sekali ini doang", jawabku sewot

Oiya, usiaku dengan Dewi sebenarnya tidak jauh beda. Usia Kami hanya terpaut 3 tahun saja. Aku berusia 25 tahun sedangkan Mbak Dewi 28 tahun. Sejujurnya agak susah menilai mana yang lebih menarik karena jika kulihat, Dewi juga terlihat cantik dengan matanya yang sayu dibalik cadarnya. Belum lagi dibalik gamis lebarnya itu ternyata tubuhnya juga amatlah sexy, pantat dan payudaranya lebih berisi dibandingkan tubuh Rista. Tetapi perutnya tetap rata tanpa ada lemak disana. Aku rasa Rista dan Mbak Dewi memiliki pesonanya masing masing

"Yasudah mas, aku ke kamar dulu. Gak enak sama Mbak Dewi", kataku dan segera kumatikan motor yang sudah cukup panas mesinnya itu sambil meninggalkan Mas Eko yang terus memandangi tubuhku dengan balutan minimalis.

Akupun kembali ke kamar dan tak lupa sebagai anak yang berbakti aku segera menghubungi bapaknya Rista

"Halo, abi...", kataku

"Asslmlkm anak cantik abi", kata abi ramah

"wlkslm.. Abi ini motornya sudah sampai. Kemarin sudah dikirim Mas Anwar.. Makasih ya bi.."

"Alhmdlh kalau sudah sampai nak.. Ini abi baru mau transfer 3juta nak.. Maaf ya agak lama.. Nanti kalau ATM sudah buka, abi transfer"

"Iya Abi, terima kasih banyak ya bi..."

"Demi kesayangan abi, abi akan carikan nak.."

***

Setelah memastikan uang transferan dari Abi masuk, kuamankan sebagian di tabunganku. Sisanya, untuk keperluan sehari hari baik uang makan, bensin, dan segala kebutuhan penting lainnya. tak lupa kubelanjakan sebagian untuk berbelanja online membeli daleman2 sexy, celana dalam model tali2an, model transparan, dan yang model terbuka bagian vaginanya (hanya diberi batu2 hias tepat digaris lubang vagina).Untuk bra pun ku pilih yang model minim kain dan terlihat sangat sexy. Semua kulakukan agar kubisa membuat akhwat ini menjadi rusak dan nakal. Hehehe..

Tak lupa kubelikan juga sebuah gamis murah berbahan tipis menerawang, sengaja kupilih yang kekecilan agar bisa menampakkan lekuk tubuh Rista . Walau semuanya akan menutup aurat ketika dipakai, paling tidak gamis tersebut akan menerawang, sehingga lekuk tubuh beserta daleman sexynya bisa kuekspose ditempat umum.

*yang tertutup dan nerawang yang bikin penasaran* gumamku dalam hati

***

"Dik, hari ini ada kajian lho. Dik Rista mau hadir?", sapa Mbak Dewi ketika aku sedang asyik menonton tv melihat kartun spons kuning yang tinggal dilaut itu

"Eh kajian? materinya apa mbak?", tanyaku tidak bersemangat menghadiri acara seperti itu

"Tentang Zina Dik. Paling nanti Mbak sama Mas Eko kesana karena temanya menarik. Sangat sering terjadi itu sekarang ini. Miris", gumam Mbak Dewi dengan nada serius

*Hmmm.. kayaknya menarik nih* kataku dalam hati

"Iya mbak, aku mau datang", tanyaku

"Iya nanti kita berangkat bersama. Bada isya ya dik berangkatnya. Nanti kamu Mbak bonceng aja, biar Mas Eko pakai motormu", kata Dewi

"Ok mbak", jawabku

Singkat cerita, Setiba di tempat kajian, banyak ikhwan yang curi curi pandang ke arah kami. Mbak Dewi terlihat menundukkan pandangan menghindari kontak mata, pesonanya memang luar biasa. Sedangkan aku berjalan santai dipandangi seperti itu oleh mereka. Memang kehadiran kami cukup mengundang perhatian. Mbak Dewi mengenakan jubah lebarnya yang serba hitam, namun tidak mampu menyembunyikan keindahan matanya yang selalu bersinar dengan bulu matanya yang lentik. Sedangkan aku berpakaian gamis syari warna warni dengan kerudung yang menjulur menutup dada, wajah Rista yang memang cantik menawan membuat siapa saja pasti akan menoleh kearahnya dan tak bosan memandangnya. Mas Eko berjalan tegap penuh percaya diri diantara kami berdua, seolah memberi isyarat kepada mereka bahwa aku dan Mbak Dewi adalah miliknya, membuat iri para ikhwan disana

"Ukhti Ristaaa...", kudengar seorang pria memanggil namaku.

Terlihat pria tersebut sedikit berlari mendekatiku. Keadaan yang gelap, membuatku tidak mampu melihat dengan jelas wajah pria yang memanggilku. Lalu begitu mendekat aku ingat ternyata dia adalah ikhwan yang kugoda kapan hari di taman. Ikhwan cupu yang gelagapan bernama Adi

"Ukhti ikut juga?", tanya Adi

"Iya akhi...", jawabku kaku karena disebelahku ada Mbak Dewi dan Mas Eko. Jadi aku sama sekali tidak bisa bebas.

"Yasudah Ayo masuk dik. Sebentar lagi dimulai. Permisi mas, kami mau masuk dulu ke dalam", kata Mas Eko dengan gesture badan yang sedikit aneh tidak seperti biasanya, memotong pembicaraan Adi yang menyapaku

*Mana mungkin dia cemburu melihatku berbicara dengan ikhwan lain. Lagian kenapa dia cemburu, kan dia sudah beristri juga* , gumamku dalam hati

Kemudian kami masuk ke gedung tempat kajian diadakan. Suasana tak kusangka cukup ramai dan kebanyakan yang hadir adalah para ikhwan. Sedangkan akhwat ada beberapa saja tidak sebanyak para ikhwan. Posisi duduknya dipisah antara ikhwan dan akhwat sehingga aku tidak mampu tebar pesona ke para ikhwan. Hehe..

*cara satu2nya untuk caper disini adalah satu, aku harus rajin bertanya nanti* kataku dalam hati

Seminar kemudian dimulai dengan pembukaan oleh moderator. Oiya, sebelum seminar dimulai, para peserta seminar mengisi form absensi yang berisi nama dan nomor telepon, dengan tujuan jika ada ikhwan dan akhwat yang siap menikah, bisa saling bertukar kontak dan segera berproses taaruf untuk menghindari berpacaran. Seminar berlangsung cukup menarik karena pembahasan yang dibahas adalah zina sehingga membuatku tidak mengantuk. Pembahasannya meliputi seperti misalnya bahaya zina dan pacaran, Jauhi pacaran, hukum zina, apa yang harus dilakukan untuk menghindari zina dan sebagainya.

Singkat cerita, tibalah sesi tanya jawab. Sang moderator menengahi antara penanya dan pengisi acara. Aku pun bersiap memberikan pertanyaan. Dengan cepat aku mengacungkan jari. Seketika seluruh pandangan diruangan ini tertuju kepadaku. Aku sempat grogi dan mengurungkan niat untuk bertanya, tetapi sudah terlanjur. Akhirnya setelah aku dipersilakan bertanya, aku lalu berdiri dan memperkenalkan nama.

"Saya Rista, saya mau bertanya, misalkan saya diperkosa .. Apakah itu termasuk zina?", tanyaku simple tapi berani

Semua mata langsung terbelalak kearahku tidak menyangka aku akan menanyakan pertanyaan seperti itu, termasuk Mbak Dewi yang sampai mengernyitkan alisnya ke arahku. Sang ust pengisi kajian dengan tenang mencoba menjawab pertanyaanku

"Bagi si pelaku, tentu saja itu termasuk zina. Namun bagi anti (anda) bukan zina karena anti hanya korban, anti sebenarnya tidak menginginkannya dan terpaksa melakukannya. Sudah puas dengan penjelasan saya ukh?", kata ust pengisi kajian

"Begitu ya Ust.. Namun, saat diperkosa tetapi saya malah menikmatinya bagaimana ust?", pertanyaanku semakin membuat seluruh hadirin terbelalak bahkan Mbak Dewi sampai menarik gamisku mengingatkanku agar tidak sevulgar itu

"Errr... Sepemahaman saya selama si wanita terpaksa melakukannya, maka si wanita bebas dari hukuman..", jawabnya mulai terpatah patah

"Oke sudah puas dengan jawabannya ukhti?", tanya moderator mencoba menyudahi pertanyaanku yang menjurus

Aku sudah bersiap ingin bertanya lagi tetapi Mbak Dewi sudah menarik gamisku lagi agar duduk dan tidak bertanya lagi

"Kasih kesempatan yang lain Dik. Kamu ini tanyanya kok gitu", kata Mbak Dewi terlihat emosi

"Aku kan hanya bertanya sesuatu yang mengganjal dipikiranku mbak...", jawabku memberikan alasan.

"Iya tapi jangan gitu dik. Sadar ngga pertanyaanmu itu bisa menggoda dan mengundang nafsu ikhwan?", kata Mbak Dewi lagi dengan ketus

"Ngga lah mbak, kan sudah pada besar harusnya mengerti, kalau tergoda berarti iman mereka dipertanyakan", jawabku mencoba membela diri dan Mbak Dewi pun tidak berargumen lagi

Setelah itu seorang ikhwan bertanya. Namun pertanyaannya tidak menarik dan membosankan sehingga aku tak memperdulikannya. Lalu tidak ada yang bertanya lagi dan si moderator malah menawariku untuk bertanya lagi. Mbak Dewi tidak sanggup menghentikanku dan membiarkanku berdiri dan bertanya.

"Saya perkenalkan lagi nama saya Rista. Menyambung pembicaraan tentang zina, saya ingin bertanya tentang taaruf yang katanya solusi menghindari pacaran sebelum menikah. Pertanyaan saya, sebelum menikah apakah calon suami boleh melihat aurat calon istrinya? Menurut saya itu penting karena jika tidak cocok bisa menimbulkan penyesalan dikemudian hari.", tanyaku membuat suasana sedikit gaduh

Para ikhwan beberapa ada yang bertepuk tangan mendengar pertanyaanku yang begitu berani. Sedangkan para akhwat hanya tertunduk malu mendengar pertanyaanku yang tabu itu. Termasuk Mbak Dewi kakakku itupun malah menutup mukanya setelah mendengar pertanyaanku. Entah apa yang yang sedang dipikirkannya tentangku

"Ehemmm.. Sepemahaman saya, kalau ikhwan misalkan.. Ingin menikahi wanita bercadar, disaat mendekati pernikahan, si pria boleh melihat wajah calon istrinya yang bercadar. Tentunya dengan didampingi mahrom si wanita.." jawab pengisi kajian

"Sudah puas ukhti jawabannya?" tanya sang moderator

Akupun menggeleng tidak puas dengan jawabannya. Lalu kulanjutkan berkata

"Itu kan kalau pria yang ingin melihat wajah calon istrinya yang bercadar. Bagaimana kalau calon suami yang ingin melihat payudara atau bentuk vagina calon istrinya. Mereka tentu ingin memilih yang sesuai kriteria mereka kan Ust..", tanyaku membuat akhwat yang hadir semakin tertunduk malu

"Afwan, sejauh pengalaman saya mendengar curhatan para calon suami istri, mereka tidak pernah membahas hal itu dan sama sekali tidak mempermasalahkan bentuk tubuh istrinya", jawab pengisi seminar

"Tidak pernah dibahas ya karena memang kebanyakan malu ust. Mereka tidak berani menanyakan hal itu kepada calonnya. kawatir calon istrinya akan ilfeel dengan mereka nanti. Lalu begitu menikah, betul saja para suami tidak bergairah melihat tubuh istrinya yang tidak sesuai ekpektasi mereka."

"Jadi mau anti gimana?", malah sekarang beliau yang bertanya

"Kalau saya boleh usul, ketika proses taaruf para ikhwan boleh melihat aurat akhwat ust. Biarkan mereka menentukan pilihannya setelah tau luar dalam calon istrinya. Karena ikhwan pasti punya kesukaan sendiri2. Ada yang suka dengan bentuk payudara kecil, ada yang suka payudaranya besar, ada yang suka puting kecil, ada yang suka puting besar, ada yang suka bulu vagina jarang, ada yang suka bulu vagina lebat alami", kataku mencoba menjelaskan dengan begitu vulgar

"Tidak boleh seperti itu ukhti.. Tidak bisa.. Yasudah kajian saya tutup sampai disini. Syukron atas kehadirannya. Afwan untuk segala kekurangannya.", akhirnya sang moderator menutup seminar buru-buru karena pertanyaanku semakin vulgar dan sangat tabu

Akhirnya selesai acara seminar, Para ikhwan terlihat berkerumun di form yang ditempel di papan pengumuman. Terdengar samar2 kudengar mereka menyebut-nyebut namaku

"Mana kontak ukhti Rista.. Mana nomor handphone Ukhti Rista.. bagi donk.."

Saat pulang pun, beberapa bahkan ada yang langsung meminta kontakku. Aku pun dengan senang hati memberikan kontak nomor teleponku kepada mereka. Beberapa ada pula yang meminta kontak ke Dewi. Gadis bercadar ini juga memiliki pesonanya sendiri sehingga membuat para pria terkesima dan ingin meminangnya, tetapi ditolaknya semua permintaan itu dengan halus dengan alasan dia sudah bersuami

"Ris, ngga malu apa nanya seperti itu?", tanya Mbak Dewi protes

"Maksud mbak?", tanyaku bingung

"Kamu sudah bikin gaduh tadi dengan pertanyaan2 tabu itu.. Lihat para ikhwan jadi berebut mau taaruf sama kamu.."

"Iya sih.. Aku cuma menanyakan apa yang mengganjal dibenakku mbak.. Aku yakin para akhwat juga sebenarnya ingin tahu ukuran suaminya kan. Misalnya mbak Dewi, pasti sebelum menikah membayangkan seberapa besarnya penis Mas Eko, begitu malam pertama ternyata kurang puas karena ternyata penisnya tidak sesuai yang dimau Mbak Dewi."

"Astgrlhdzm.. Ngga dek mbak ngga pernah mikir gt.."

Kulihat Mbak Dewi terdiam sesaat. Entah apa yang dipikirkannya setelah mendengarkan perkataanku. Suasana sepi malam ini. Mbak Dewi berjalan menunduk tak berkata. Matanya hanya memandangi langlah kakinya sendiri yang terbungkus sepatu slip onnya.

"Mbak Dewi dulu sebenarnya juga mau kan liat ukuran penis Mas Eko sebelum mbak putuskan menikah, takutnya tidak sesuai dengan yang mbak Dewi bayangkan..", aku semakin menggodanya

"Hmm.. Mbak jujur tidak begitu peduli sama ukuran dik, mau kecil atau besar bagi mbak sama saja, yang penting keluarga dijalankan dengan lurus dan harmonis sudah cukup buat mbak..", jawabnya lirih

"Mbak bilang gitu karena mungkin mbak hanya pernah merasakan punya Mas Eko, coba mbak pernah merasakan yang lain, mungkin mbak akan berpikir ternyata lebih nikmat yang besar karena lebih terasa. Hehehe", aku semakin menggoda Mbak Dewi yang bercadar itu

"Iih apaan sih dek.. Kamu kok gitu ngomongnya.."

Kamipun terus berjalan menyusuri jalan paving ini menuju ke arah parkiran. Rupanya Mas Eko sudah menunggu kami. Wajahnya begitu sumringah melihat kami

"Ini nih bintangnya seminar tadi. Langsung sukses bikin melek semua peserta. Luar biasa kamu dik, begitu berani", puji Mas Eko

"Apaan sih bi. Aneh tau.. Si Rista udah aku omelin jangan gitu lagi tanyanya", kata Mbak Dewi sebal ternyata suaminya juga cukup terhibur dengan pertanyaanku

"Gapapa kali Mi. Memang harus begitu. Apa yang disampaikan Rista ada benarnya", kata Mas Eko membelaku

"Tau ah", jawab Mbak Dewi jutek

"Yasudah yuk pulang", ajakku menengahi mereka yang terlihat mulai gontok2an

***

Sesampai di kamar, seperti biasa aku telanjang tanpa sehelai benangpun. Sambil melihat film porno di laptop, aku pun bermasturbasi memainkan tubuh indah akhwat ini. Kembali kupilih genre favoritku yaitu gangbang. Sungguh puas sekali melihat wanita kerepotan dan bekerja keras menghadapi banyak kontol yang antri mengewe lubang memeknya. Melihat tayangan itu saja, Puting susu Rista ini sudah menonjol keluar dan langsung mengeras. Padahal sama sekali belum kusentuh. Sungguh tubuh ini begitu mudah naik libidonya. kucoba jepit puting susunya itu dengan jepitan jemuran untuk menambah sensasi nikmat dan sakit secara bersamaan

"Aaaaahhhh.... Sakitt Oohhh.. Kenakan Ris tubuhmu.. Sampak becek gini memekmu", kataku saat puting susu berwarna pink ini sudah kujepit dengan jepitan jemuran sambil kukocok vagina Rista yang mulai banjir

Lama kelamaan putingnya mampu beradaptasi dan terbiasa, puting satunya pun kujepit lagi dengan jemuran dan kurasakan rasa sakit yang nikmat di kedua puting susu Rista. Keduanya terasa semakin membesar dan mengeras dalam posisi dijepit. Akibat tindakan ini, pikiran semakin melayang hebat, otak menjadi penuh dengan hal2 nakal dan gila. Sambil posisi kedua putingku dijepit, kubuka kedua kakiku lebar-lebar dan kusandarkan ke meja belajarku, lalu mulai kumainkan biji clitorisku perlahan. Kugosok pelan biji mirip kacang itu sampai memekku terasa semakin lama semakin berdenyut denyut. Sebentar saja, memek akhwat ini sudah mengeluarkan lendir kental sehingga memberikan pelumas bagi jemari2 lentik ini merangsang tempiknya sendiri

Semakin kutambah kecepatan gesekanku, semakin nikmat saja rasanya. Walau sedikit perih namun aku tak peduli. Kubuka lebar vagina suci milik akhwat bernama Rista Amelia ini, lalu kucoba colok sedikit dengan jari telunjukku. Tidak terlalu dalam hanya disekitar hymen tipis yang masih menutup keperawanku, aku berhati-hati melakukannya jangan sampai keperawanan gadis ini hilang akibat kecerobohanku. Aku pikir, lebih baik keperawanan Rista ini diberikannya suatu saat nanti kepada pria yang dicintainya. Toh mungkin aku tidak akan selamanya ada di tubuhnya

"Ssshhhh... Iyaaa.. Rista Akhwat nakal... Rista cocok jadi lonte. Aahhhh...", rancauku membayangkan akhwat ini sedang disetubuhi beberapa ikhwan.

*Srett Srettt Srettt* memek Rista menembakkan cairan beberapa kali.

Tubuh ini lemas, padahal baru satu kali muncrat saja tubuh yang bakat binal ini menyemprotkan cairannya. Mungkin karena efek datang ke kajian tadi dengan berjalan kaki sehingga membuat perasaan capek yang tidak seperti biasanya.

*cling cling cling* suara ringtone WA

"Aslmlkm Ukhti Rista sudah tidur", sebuah pesan dari nomor tak dikenal

"Afwan, antum siapa?"

"Kenalkan ana Fuad, Ana tadi ikut seminar. Ana tertarik dengan pendapat anti tadi"

"Oh afwan karena banyak sekali yang minta nomor ana tadi", jawabku menyombonglan diri dan mencoba membuatnya cemburu

"Antum setuju dengan pendapat ana yang mana?", lanjutku bertanya

"Soal itu ukh, melihat aurat calon pasangan sebelum menikah. Jujur ana kurang suka dengan puting susu yang areolanya lebar. Ana khawatir salah pilih pasangan ukhti"

"Terus mau antum apa?"

"Gini Ukhti. Ana berminat taaruf dengan anti Bolehkah ana melihat puting susu anti? ana penasaran sekali dengan aurat anti dibalik gamis dan kerudung panjang yang anti kenakan. Anapun bersedia kirim foto penis ana kalau ukhti mau lihat"

"Tidak2 antum tidak perlu kirim foto penis antum saat ini", jawabku buru2

"Jadi gimana Ukh, Ana ingin taarufan sama anti.."

"Ana sih kepinginnya sebelum taaruf ada pra taaruf dulu akhi", jawabku

"Apa itu pra-taaruf ukhti?"

"Ya proses memperlihatkan aurat ke calon yang akan bertaaruf dengan kita. Daripada jalan taaruf tetapi begitu melihat aurat calon pasangan, jadi tidak cocok. Mending dilihat diawal.. Nanti antum bebas melihat aurat ana sebelum berproses taaruf. Tetapi ingat hanya melihat saja, tidak ada sentuhan. Tidak ada hubungan sex diluar nikah.. Gimana?"

"Boleh2 Ukhti Rista, ana mau pra-taaruf dulu dengan anti"

"Antum tunggu undangan dari ana ya. Nnti ana kabari lagi, oh iya afwan, antum transfer dulu ya 200ribu ke rek ana baru antum bisa pra-taaruf dengan ana", tiba2 terlintas begitu saja untuk menarik biaya untuk bertaaruf denganku

"Lho kok bayar ukh?", tanyanya terkejut

"Afwan, sebagai biaya antum melihat aurat ana. Gimanapun ana masih punya harga diri sebagai akhwat. Kalau antum keberatan ya tidak apa2 saya tidak memaksa antum taaruf dengan ana"

"Siap Ukhti Rista, 200ribu ya.. Ana transfer sekarang. ana benar2 menanti undangannya"

"Syukron akhi, bisa ditransfer di Bank EnaEna No. Rek 1457666xxxx"

Setelah itu secara bergiliran banyak pesan WA yang masuk ke handphoneku dan mengajakku taaruf, beberapa ada yang setuju menjalani pra-taaruf denganku yang kupatok dengan biaya Rp 200.000 per orang untuk melihat saja. Sampai akhirnya kuhitung total ada 15 ikhwan yang setuju menjalani pra-taaruf denganku. Kucoba mengecek rekeningku, ternyata mudah saja mendapatkan tambahan 3juta dalam sehari.

*Jadi berasa open BO. Bodoamatlah ya yang penting untung hehehe* gumamku

**bersambung**
 
konti mantau hu, hhe
 
Alurnya bagus om. Kalo bs rista punya ilmu tambahan dari iblis hehehe. Terutama mengajak mbak dewi jd binal jg dan ukhti" lainnya
 
Duhhh ceritanya panas. Pleaseee hu Rista jangan dibuat buka segel dulu, dibikin aja karakternya nakal tapi jangan sampe pecah perawan
 
Duhhh ceritanya panas. Pleaseee hu Rista jangan dibuat buka segel dulu, dibikin aja karakternya nakal tapi jangan sampe pecah perawan
Gitu yaa hu.. Hmm bentar2 ane pikir2 dulu.. memang rencana pecah perawan waktu jiwanya udah balik ke tubuhnya sih.. cuma blm pasti bener nggaknya masih nerawang haha
 
Kasih ingatan rista suhu biar bisa ngajar les lagi minimal bisa ngisi tau siah tapi binal hehehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd