Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah cerita ini terlalu kejam dan sadis? Perlu di softin lagi?

  • Dikurangi kejamnya

    Votes: 96 39,0%
  • Sudah pas

    Votes: 50 20,3%
  • lebih kejam lagi

    Votes: 100 40,7%

  • Total voters
    246
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Scene 13 : Kawin Kontrak (POV Rista)

Aku berada dalam sebuah kota yang sebagian besar berwarna merah. Bahkan langitnya pun berwarna merah darah. Disetiap bangunan terdapat api-api yang menyala-nyala. Pada ujung atap bangunan yang tajam, terlihat asap hitam yang mengepul tebal membakar sesuatu diatas sana, menimbulkan bau busuk yang menjijikkan.

Tiba2 tanganku ditangkap oleh sebuah makhluk berwajah mengerikan. Makhluk itu berdiri telanjang, seluruh kulitnya berwarna merah menyala, dibagian belakang tubuhnya terdapat sayap yang berbentuk seperti sayap kalelawar tetapi lebih tajam-tajam. Sekali ia kepakkan sayapnya, seluruh pakaian yang kukenakan langsung robek seketika.

Dalam waktu tidak sampai 2 detik, tubuhku sudah telanjang bulat dihadapan makhluk mengerikan itu. Gigi-giginya yang tajam menyeringai menatap ke arahku yang ketakutan. Seolah makhluk itu ingin memangsaku sekarang juga. Batang penis makhluk itu mengacung tegak dan semakin besar. Dia lalu berteriak lantang seperti sedang mengumpulkan tenaga. Kulihat alat kelaminnya semakin lama semakin membesar dan terus membesar, membuatku tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini.

Lalu setelah selesai mentransformasi ukuran penisnya hingga berukuran super raksasa, makhluk itu mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya yang kekar dan berkuku tajam. Area vaginaku langsung diarahkan ke batang penis raksasanya yang berwarna merah yang sudah berdiri tegak siap untuk memperkosaku. Aku tidak sanggup melawan karena tubuhku dicengkeram erat dengan kedua tangannya yang sangat kuat

"Hegggghhh..", mataku melotot seperti mau keluar saat penis raksasa itu mulai ditancapkan ke vaginaku

Benda raksasa itu mulai membelah vaginaku semakin dalam. Terasa vaginaku sampai berdarah sepertinya belahan lubang kelaminku mulai robek karena dipaksa menampung alat kelamin yang besarnya bisa 7x punya Endrix. Belum apa2 vaginaku sudah terasa perih yang teramat sangat. Darah mengucur deras dari alat kelaminku itu

"Ooohhh.. Besar... terlalu besar ituu.. ahhhhhhhhh....", pekikku seolah aku akan mati saat itu juga

*zlabbbbbb* tiba2 semua menjadi kosong

***

Mataku langsung terbuka, sebuah mimpi buruk yang baru saja muncul sebagai bunga tidurku. Jelas sekali ini mimpi yang sangat mengerikan. Tubuhku berkeringat deras, nafasku juga tersengal-sengal. Semua kejadian tadi terasa begitu nyata. Untungnya aku terbangun dari tidurku sehingga makhluk tadi belum sempat menancapkan alat kelaminnya yang sangat besar itu seutuhnya ke lubang vaginaku. Jika dianalogikan mungkin panjangnya seperti tongkat baseball, atau mungkin bisa lebih dari itu.

*Makhluk apa itu? Setankah?? Astghfrlh.. Astaghfrlh..*

Mungkin sebelum tidur aku lupa berdo'a sehingga muncul mimpi mengerikan seperti tadi. Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 shubuh. Tiba saatnya untuk melaksanakan ibadah 5 waktu kewajiban agamaku. Namun entah mengapa tubuhku terasa begitu berat dan enggan melakukannya. Padahal biasanya aku selalu mengutamakan kewajiban ini diatas semua urusanku

"Nanti aja ah.. masih malas..", gumamku sambil meraih handphone yang semalaman aku cas.

Lalu aku langsung membuka Grup WA Belajar Kelompok, dan memutar video porno dimana aku menjadi bintang filmya. Aku ingat betul ini adalah rekaman saat pertama kalinya Endrix mengijinkan teman-temannya untuk menyetubuhiku. Terlihat ketiga berandal itu mencumbuku dan mengerubungi tubuh telanjangku. Tangan2 mereka dengan leluasa menjamah seluruh tubuhku yang sudah terbuka tanpa penutup. Kepalaku terlihat sibuk sekali dalam video tersebut, bergantian mereka memaksa menarik kepalaku kekiri dan ke kanan, bergantian menciumi bibirku, kuingat betul air liur mereka bercampur menjadi satu dirongga mulutku. Lalu tangan-tangan mereka berebutan meremasi kedua gunung kembarku, memilin-milin putingnya dan mencubit-cubutnya dengan nakal hingga mengeras.

"Ooohhh.. Ya Tuhann. Nikmat sekali ini.. Aahhhhh...", desahku sambil mulai kupilin puting susuku sendiri membayangkan rasa pada rekaman video itu

Lalu adegan terus berlanjut, mereka mulai bergantian melumat puting susuku yang sudah mulai mengeras. Bobby dan Ithonk terlihat menetek pada kedua puting susuku secara bersamaan. Rasanya bagian dadaku seperti disedot oleh mulut mereka hingga kempes. Lalu terlihat Endrix mulai menyetubuhiku. Terlihat jelas kelamin Endrix keluar masuk menyodok-nyodok alat kelaminku. Melihat hal itu, tiba-tiba vaginaku terasa gatal dan mulai basah. Kucoba mengocok alat kelaminku sambil membayangkan kenikmatan yang kurasakan saat dikerjai oleh mereka bertiga

"Ssshhh.. Aaahhhh... Enak..", aku mendesah nikmat

Cairan vaginaku tumpah meluber membasahi kain sprei tempat tidurku. Tanganku tak bisa berhenti mengocok lubang senggamaku sendiri. Walau vaginaku terus menghasilkan lendir, jemariku sama sekali tidak berhenti memainkan lubang kelaminku sendiri. Sudah beberapa hari ini aku melakukan perbuatan nakal dan memalukan ini. Bermasturbasi sambil menggerayangi tubuhku sendiri dan menonton adegan video mesumku dengan mereka. Terbayang betapa nikmat rasanya vaginaku ditumbuk oleh Endrix, Bobby dan Ithonk secara bergantian. Membayangkan itu saja, cairan vaginaku tumpah tanpa perlu disentuh.

"Aahhhhh..." desahku lirih membiarkan vaginaku terus mengucurkan cairan bening beraroma pesing ini cukup deras

Tubuhku mengejang dan bergetar-getar hebat. Vaginaku terus memuncratkan air bening yang beraroma pesing ini hingga habis. Kain sepreiku benar-benar basah seperti barusan kena ompol. Lalu setelah tetes terakhir berhenti, kurasakan tubuhku mulai lemas dan terasa begitu lega. Nafasku tersengal-sengal puas karena tubuhku telah meraih orgasmenya pagi ini. Kuurungkan niatku untuk beribadah dan melanjutkan bermasturbasi memulai pagi ini

***

1 Jam sudah berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Sebenarnya masih ada waktu untuk melaksanakan ibadah 5 waktu namun aku putuskan untuk melewatkannya. Sudah sering sekali aku lalai menjalankan kewajiban agama ini. Bahkan pernah kewajiban ibadah 5 waktuku tak kulaksanakan sama sekali karena aku lebih memilih untuk menjalankan kewajibanku yang lain. Yaitu melayani Tuan Endrix.

Aku pikir percuma juga aku ibadah toh setelah ini aku akan berzina dengan Mas Tono penjual nasi goreng yang memintaku untuk menjadi istrinya. Sebagai ganti karena aku tidak bisa membayar pesanan nasi goreng yang kupesan semalam. Unungnya rumah kontrakan Mas Tono tidak begitu jauh dengan rumah kontrakanku.

Aku lalu mulai membuka lemari bajuku. Kuputuskan memakai dalaman saja hari ini, sedikit melawan perintah tuanku. Namun tak masalah, karena pasti nanti akan dilepas juga. Pilihanku jatuh kepada Bra sexy berwarna hitam berenda transparan. Pada bagian putingnya, terdapat lubang sehingga mengexpose puting susuku yang dibiarkan terbuka. Sedangkan untuk celana dalamnya juga berwarna hitam, berenda dan posisi tengahnya berlubang, sehingga lubang vaginaku tetap terbuka.

Setelah itu, Aku segera memilih pakaian apa yang akan kupakai. Kubongkar sebagian isi lemari dan kulihat sebuah gamis cantik berwarna hijau olive, setelah menimang-nimang, kumasukkan gamis itu kedalam tasku sebagai pakaian cadangan. Mungkin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya. Buat jaga-jaga saja

Lalu Aku mulai mencari gamis lain yang cocok kupakai pagi ini. Pilihanku jatuh kesebuah gamis berwarna putih pada bagian rok dan lengan panjangnya. Di area depan, terdapat corak kotak-kotak hitam putih pada bagian perut dan dada sehingga penampilanku cukup lucu seperti papan catur. Hihihi..

*oke ini aja bagus*, gumamku dalam hati

Kututup rambutku dengan sebuah kerudung panjang syari berwarna hitam yang menjuntai menutup dada dan punggungku. Tak lupa kukenakan kaos kaki berwarna krem yang pada telapak kakinya, berwarna hitam. Sungguh busana yang sangat agamis. Orang tak akan menyangka kalau aku akan berzina dengan penampilan seperti ini. Setelah itu kusemprotkan beberapa kali parfum beraroma wangi segar menyengat pemberian Tuan Endrix agar tubuhku lebih sensual dan menarik perhatian.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.30. Aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Tak lupa aku meminta ijin kepada Tuanku sebelum berangkat

"Tuan, ana berangkat dulu untuk menjalankan perintah tuan melayani pria lain. Ana ijin menjadi istri Mas Tono sehari ini saja ya Tuan.. Afwan kalau nanti ana slow respon balas chat tuan, mungkin ana masih sibuk menjadi istri Mas Tono", ketikku dan kukirim ke Grup Belajar Kelompok

Kutunggu beberapa menit namun tidak ada jawaban. Tentu saja, mereka pasti masih bum bangun jam segini. Jujur saja jantungku saat ini berdegup kencang. Tuan Endrix mulai memintaku melayani pria lain sekarang, bukan tidak mungkin dia akan memintaku mengulangi perbuatan ini dikemudian hari. Berzina dengan pria lain diluar dia dan teman-temannya

*maafkan aku ya Tuhannn..*, kataku dalam hati

Lalu aku scroll chat WA ku, dan kudapati pesan Mas Adi yang dia kirim kemarin jam 14.00 siang, saat itu aku masih dirumah Tuan Endrix sehingga aku tidak tahu dia mengirimiku pesan

"Sudah makan belum ukhti?", begitu isi pesannya

Aku bingung membalas apa pesan tersebut, karena sudah benar2 terlambat untuk menjawab pertanyaan pemuda baik-baik itu. Lalu aku putuskan untuk mengabaikan dan tidak membalas pesan Mas Adi

*gila aku.. Dengan Mas Endrix aku meminta ijin dan melaporkan segala aktivitasku. Tetapi dengan Mas Adi calon suamiku, aku tidak membalas pesan chatnya. Bahkan aku tidak pernah ijin kemana saja aku dan apa saja yang sudah kulakukan selama ini dibelakangnya. Afwan Akhi...*

Aku kemudian melihat ke arah jam dinding kamar, jarum jam terus bergerak sehingga aku harus segera bergegas berangkat. Aku berjalan mengendap-endap keluar kamar. Sia-sia, Rupanya di ruang tamu sudah ada Mas Eko yang sedang asyik menatap layar handphone. Aku harus mencari alasan yang masuk akal agar dia tidak curiga.

"Waduh wanginya adik ipar mas. Pagi-pagi mau kemana dek?", tanya kakak iparku itu

"Ada urusan dikampus Mas. Ngurus skripsi sama sekalian ada beberapa keperluan di Sekretariat LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Mbak Dewi kemana mas?", kataku

"Mbakmu lagi ke pasar. Eh hape mas baru lho. Baru beli kemarin harganya 8jutaan. Kameranya bagus dek.. Desainnya Keren kan? Mbakmu juga kemarin Mas belikan hape baru, harganya 4 juta. Kasian hapenya yang lama layarnya udah pecah", kata Mas Eko mencoba pamer

*Ya Tuhaann mas.. ga penting sekali Mas Ekooo....*

"Coba kamu selfie pakai hapeku dek, pasti keliatan bagus banget"

"Iya bagus mas.. Kapan-kapan ya.. Ya Udah Rista berangkat dulu mas. Ijinin ke Mbak Dewi ya.. Aslmlkm..", jawabku segera meninggalkan ruang tamu ini

"Lho dek? ini mas mau liatin hasil kameranya.. Dek?? Yeee ditinggal...", kata Mas Eko kesal karena aku tidak menggubrisnya sama sekali

***

Akhirnya jam 6 lewat sedikit aku tiba di depan rumah kontrakan Mas Tono. Kulihat rombong nasi gorengnya yang bertuliskan "Nasi Goreng & Mie Goreng Mas Tono. Maknyusss!!!" terparkir rapi di teras rumah kontrakannya. Aku mulai mengetuk pagar rumah Mas Tono perlahan, agar tetangganya tidak mendengar suara ketukan pagarku.

Tiba-tiba sosok berambut ikal sedikit panjang bertubuh kurus itu keluar dari rumah dalam kondisi telanjang dada. Kelihatannya Mas Tono baru saja bangun tidur, terlihat dari rambutnya yang acak-acakan dan cara memandangnya yang masih sedikit merem saat melihatku.

"Eh mbak.. Sebentar..", Mas Tono kembali masuk ke dalam rumah kontrakannya.

Aku semakin was was dan berharap tidak ada yang orang yang melihatku bertamu di rumah Mas Tono sepagi ini. Tentunya mereka akan curiga jika tahu keberadaanku di Rumah Mas Tono. zseorang wanita datang ke rumah seorang pria, berdua-duaan didalam rumah. Walau saat ini aku menjadi istri Mas Tono namun tidak ada berkas pendukung yang menyatakan hal itu

Lalu Mas Tono sudah kembali dalam kondisi berpakaian dan segera membukakan pagar rumahnya dengan terburu-buru. Kepalanya celingukan memastikan suasana sekitar aman tidak ada orang. Dia membantuku memasukkan motor bebekku dan aku buru-buru disuruhnya masuk ke dalam rumah

"Masuk dulu mbak. Biar ga ada yang lihat"

"Ehh.. Iya Mas...", jawabku sambil segera masuk ke dalam rumah kontrakannya yang sederhana ini

"Duduk dulu mbak.. Mau minum apa?", kata Mas Tono sopan

"Ehh ngga usah repot-repot mas..", jawabku

"Gak papa kok. Sebentar saya buatkan teh dulu ya", kata Mas Tono lalu ia segera berjalan menuju dapur

Beberapa saat kemudian lelaki kurus berambut ikal lumayan panjang itu sudah kembali dengan membawa nampan berisi dua buah cangkir teh yang masih panas

"Aduh mas kok jadi repot-repot.", kataku ngga enak hati

"Ngga papa Mbak santai aja. Maaf rumah saya berantakan", kata Mas Tono sambil menggaruk rambutnya yang ikal

Rupanya Mas Tono cukup sopan dan kalem. Walau rumornya dia hobby melihat film porno seperti kata Bobby dan Ithonk, namun tidak kulihat gelagat mesum dari lelaki kurus ini. Menyadari hal ini cukup membuatku sedikit lega, sepertinya Mas Tono tidak akan memperlakukanku dengan buruk.

"Mbak maaf lho kemarin itu usulnya Pak Suroso buat ngerjai Mbak, ngetes mbak serius ngga dengan kata-kata Mbak. Ternyata mbaknya serius bahkan sampai gituan sama Pak Suroso.. Saya sebenarnya ikhlas kalau misal Mbak ngga ada uang, mbak bisa bayar kapan-kapan.."

"Iya gapapa Mas.. Yasudah sudah terjadi juga"

"Maaf ya mbak.. Oiya Mbak namanya siapa?"

"Saya Rista mas.."

"Kalau saya Tono mbak.. Martono lebih lengkapnya. Hehehe.."

"Oh iya mas.. Hehe.."

"Maaf mau nanya mbak Rista, Emang Mbak Rista aslinya pakai kerudung lebar gini ya? Saya agak pangling. Untung saya ingat tahi lalat mbak yang didekat mata itu. Hehehe"

"Iya Mas saya sebenarnya berjilbab gini setiap hari. Kemarin kebetulan lagi sama teman-teman jadi saya lepas"

"Oohhh.. Mbak kerja dimana?", tanya Mas Tono sambil meraih cangkir tehnya

"Saya masih kuliah mas, sibuk nyelesaikan skripsi. Tapi kadang saya juga ngelesi sih.."

"Ngelesi? anak2 SD?"

"Iya, SD dan SMP.."

"Ohhh.. Diminum dulu mbak..", kata Mas Tono

Lalu aku mulai meminum secangkir teh buatan Mas Tono itu. Terasa melegakan tenggorokanku yang terasa anyep sejak berangkat dari rumah. Aku menunggu apa yang akan dilakukan oleh Mas Tono selanjutnya. Karena dari tadi tidak dia tidak melakukan apapun, hanya ngobrol-ngobrol biasa.

"Maaf mas..", kataku tiba-tiba

"Iya Mbak Rista?"

"Kalau Mas Tono gimana, sudah nikah?"

"Hehe.. Belum mbak.. Boro-boro nikah.. Pacaran saja saya belum pernah.."

"Ohhh..", jawabku sambil mengangguk-angguk

"Mbak Rista gapapa nih? Kalau mau berubah pikiran saya ngga papa kok mbak. Sudah biasa menjomblo juga kok.."

"Iya.. Saya gapapa kok mas.."

"Emang kemarin kenapa mbak nawarin begitu? Hehehe"

*teng teng teng* suara pintu pagar tiba-toba terdengar

"Wah kayaknya Pak Suroso sudah datang", Kata Mas Tono sambil melihat ke arah depan rumahnya

*glek* aku menelan ludah mendengar nama bapak-bapak gemuk kemaren

"Pak Suroso? Mau kesini mas?", tanyaku berusaha tetap tenang padahal jantungku deg-degan

"Iya, Pak Suroso bersedia jadi saksi katanya..", jawab Mas Tono lugu

"Hah?? Saksi? untuk apa?", jawabku

"Kan kalau mau jadi suami istri harus nikah dulu Mbak.. Kata Pak Suroso sih harus gitu biar halal. Hehe..", Kata Mas Tono polos

"Ohh.. iya...", aku tersipu malu

Aku yang paham agama ini terasa tertonjok mendengar perkataan polos Mas Tono. Aku bahkan lupa poin penting tentang status pernikahan agar hubungan menjadi halal. Karena seringnya aku melayani nafsu birahi Mas Endrix dan teman-temannya sehingga aku mulai menyepelakan arti pernikahan.

"Saya bukakan pintu Pak Suroso dulu ya Mbak Rista", kata Mas Toni sambil bangkit dari duduk

Entah apa yang direncanakan bapak paruh baya itu. Iya begitu mudah mengelabui Mas Tono yang lugu. Aku jadi berpikir apakah benar Mas Tono suka film porno seperti yang dibilang Bobby dan Ithonk, karena dari tadi sikapnya begitu baik kepadaku. Bahkan dia sama sekali tidak mendekatiku dan menyentuhku. Tidak ada tanda-tanda perkataannya yang menjurus ke hal-hal cabul.

Pak Suroso akhirnya masuk ke dalam rumah Mas Tono. Bapak bertubuh gemuk berambut botak berusia sekitar 45 tahun itu tersenyum mesum menampakkan gigi-giginya yang kuning ke arahku. Pakaiannya cukup rapi sepertinya dia memang berniat sekali menjadi saksi kawin kontrak kami. Sebuah kemeja berwarna putih dengan lengan yang dilipat begitu kontras dengan warna kulitnya yang cokelat tua. Sekujur lengannya dipenuhi dengan bulu lebat. Dipadupadankan dengan celana kain berwarna hitam

"Wah mbaknya pakai baju ala ukhti nih?", kata Pak Suroso memandangiku terus-terusan

"Iya pak, katanya Mbak Rista setiap hari memang biasanya berjilbab lebar",kata Mas Tono

"Cantik sekali calon istrimu Tono. Heheheh.. Rista ya namanya? nama yang cantik.. Suka saya yang jibaban model ustadzah gini.", kata Pak Suroso terus memandangiku dengan tatatapan tajam

"Eeehh.. Tapi saya lho yang jadi suaminya hari ini pak", kata Mas Tono mencoba meluruskan kembali kesepakatan

"Iya tidak masalah. Akhirnya kamu gak jomblo lagi ya Tono.. Heheheh", kata Pak Suroso mengejek Mas Tono

"Hehehe.. Jangan diingetin pak. Sedih saya dengarnya", kata Mas Tono

"Memang kamu kesehariannya sibuk apa Mbak Rista? Jangan2 kamu seorang ustadzah ya?", kata Pak Suroso menebak-nebak

"Sa.. Saya mahasiswi aja pak, sesekali juga ngelesi ngajar anak2 dan sibuk di LDK ngurusin Dakwah Kampus", jawabku

"Tuh kan beneran ustadzah.. Heheheh.. Yasudah yuk dimulai akad nikahnya keburu siang", lanjut Pak Suroso

Bak akad nikah betulan, Aku dan Mas Tono didudukkan berdampingan didepan meja ruang tamu. Sedangkan Pak Suroso sudah siap duduk dihadapan kami, menjadi pengulu merangkap saksi di kawin kontrak ini.

"Oke, jadi disini saya akan menikahkan kalian berdua menjadi sepasang suami istri.", ujar Pak Suroso serius dan dijawab anggukan oleh kami

"Sebelumnya saya minta kalian jujur, Tono apakah kamu pernah berhubungan suami istri sebelumnya?", Tanya Pak Suroso

"Belum pernah Pak.."

"Oke masih perjaka ya berarti. Lalu kamu Mbak Rista, apakah kamu pernah berhubungan suami istri sebelumnya?"

"Errr.. pernah pak...", jawabku tersipu malu

"Hehe berapa kali?", selidik Pak Suroso

"Maaf saya tidak ingat...", jawabku tertunduk malu

"Tidak ingat? Jadi saya anggap kamu melakukannya lebih dari 1x. Sudah berapa pria yang sudah berhubungan badan denganmu? Ngga nyangka saya, Ustadzah nafsuan ya kamu..", tanya Pak Suroso dengan menatapku begitu mesum

"Maaf pertanyaan ini untuk apa ya pak?", tanyaku protes

"Saya mau tau kalian itu masih perjaka gadis atau sudah duda janda. Karena sebenarnya wanita yang sudah kehilangan keperawanan itu sudah bukan lagi seorang gadis. Melainkan dia sudah menjadi janda", jelas Pak Suroso

Kami hanya mengangguk-angguk penjelasan Pak Suroso. Memang aku pernah mendengar pemahaman soal janda, ada yang beranggapan janda itu artinya seseorang yang sudah pernah berhubungan badan. Entah itu terjadi karena pernikahan sah, perzinahan, atau pemerkosaan, jika sudah tidak perawan berarti dianggap janda.

"Jadi Mbak Rista sudah berhubungan badan dengan berapa pria? Biar saya bisa tahu Mbak Rista sudah janda berapa kali..", imbuh Pak Suroso dengan serius

"Sa.. saya cuma dengan 1 orang pak..", jawabku berbohong. Bisa panjang nanti kalau aku menjawab 3 orang

"Oke, karena kamu sudah janda, kamu tidak perlu wali untuk menikah lagi. Jadi bisa kita mulai sekarang.. Mas Kawin sudah ada?", Tanya Pak Suroso

"Wah belum ada pak..", Jawab Mas Tono

"Ga usah nominal besar. Seribu Rupiahpun bisa kok karena wanita yang baik kan yang ringan maharnya Hehehe.."

"Ohh gitu ya pak.. Saya ada kalau seribu rupiah"

"Yasudah kita mulai ya. Saya nikahkan dan kawinkan kamu saudara Tono dengan saudari Rista dengan mas kawin berupa uang seribu rupiah dibayar tunai", kata Pak Suroso sambil menjabat tangan Mas Tono

"Saya terima nikah dan kawinnya saudari Rista dengan mas kawin berupa uang sebesar seribu rupiah dibayar tunai", jawab Mas Tono cepat

"SAH!!! Kalian sekarang resmi menjadi sepasang suami istri.. Selamat yaa.. Jangan lupa mas kawin 1000 rupiahnya segera diserahkan ke Mbak Rista.", ajak Pak Suroso sambil berdiri

Mas Tono terlihat sumringah setelah menikahiku. Walau kesepakatannya hanya satu hari, entah mengapa dia begitu bahagia. Wajahnya tersenyum puas. Pak Suroso pun memandangiku terus-terusan dengan tatapan cabul.

"Ayo, karena ngga ada resepsi, kita rayakan sekarang.. Tono ayo segera setubuhi istrimu. Hehehe.. Ijinkan saya sebagai saksi nikah kalian melihatnya", kata Pak Suroso mesum

Aku terkejut mendengar perkataan Pak Suroso. Semuanya tidak sesuai dengan skenario yang kupikirkan. Padahal aku sempat berpikir Mas Tono tidak akan memperlakukanku macam-macam, tetapi dengan kehadiran bapak mesum ini, aku jadi khawatir.

"Kita rayakan disini ya sayang. Didepan Pak Suroso sebagai tamu kita satu2nya", Kata Mas Tono tiba2 tersenyum nakal

"Saya malu mas...", jawabku

"Sudah gapapa, toh Pak Suroso malah yang sudah liat tubuhmu duluan daripada saya", Kata Mas Tono sambil bibirnya tertuju ke arah bibirku

Akhirnya bibir Mas Tono menyentuh bibirku. Awalnya hanya sentuhan bibir biasa. Sebelum akhirnya dia mulai semakin bernafsu mencumbu bibirku. Tubuhnya yang kurus meringsek maju ke arahku. Bibirnya mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Lidahku pun bernasib sama, ia lumat habis dan dihisapnya air liurku sampai kering

"Eehh.. Ssshhhhh..", Aku terkejut dengan perlakuannya yang berubah 180 derajat, yang tadinya kalem sekarang menjadi bernafsu

"Saya bantu melucuti pakaian istrimu", Kata Pak Suroso sambil merangkak ke arahku yang sedang duduk diciumi Mas Tono dengan beringas hingga tubuhnya hampir menindih tubuhku. Pak Suroso lalu duduk dibelakangku dan menahan tubuhku dari belakang. Sehingga kali ini aku duduk bersandar pada perutnya yang buncit.

Tangan berbulu bapak berbadan gemuk itu mulai mempreteli kancing gamisku uang berada di depan. sementara itu Mas Tono terus melumat bibirku dengan penuh nafsu sambil tangannya mulai menyusup masuk ke dalam rok gamisku.

"Aaahhh...", aku mendesah saat tangannya langsung menyentuh alat kelaminku yang sudah basah

"Sshhh.. istri nakal ya kamu.. Sempak macam apa ini bolong tengahnya. Biar gampang dikocok ya memeknya Heheheh..", Kata Mas Tono sambil terus mencabuli vaginaku.

"Apa kata saya.. Istrimu ustadzah Nafusan Ton. Mana ada ustadzah model sempaknya kayak lonte. Kalau ngga dia itu emang ustadzah lonte Ton. Hehehe.."

"Ssshhhh.. Memekmu bacek banget mbak Rista... Ssshh.. Pertama kali saya megang memek secara langsung. Biasanya cuma tau lewat film bokep.. Heheheh", Kata Mas Tono jujur

Tangannya terus mengucek vaginaku dengan gerakan cepat. Sesekali terasa sakit karena kuku Mas Tono yang panjang beberapa kali mengenai kulit bibir vaginaku. Setelah itu, tak kusangka tiba-tiba Mas Tono mengambil dompetnya dan mengambil uang 1000 rupiah. Lalu dimasukkannya uang koin itu ke dalam vaginaku


"Aaaahhh... Ngapain mass.... Uuhh..", aku semakin mendesah saat tangan Mas Tono mendorong masuk uang koin 1000 rupiah ke dalam alat kelaminku hingga tertanam dilubang vaginaku

"Mau nyerahin maharku ke kamu..", jawab Mas Tono

"Istrimu Sangat murahan Tono. Hehehe.. Bahkan ia terima uang 1000 rupiah dengan memeknya itu. Hahahaha... Sepertinya dia tidak akan keberatan juga kalau bapak penghulu alias saya ikut menyetubuhinya. Hehehe...", kata Pak Suroso merendahkanku sambil mulai menowel2 kedua puting susuku

"Tapi hari ini saya saja lho pak yang dapat jatah. Bapak jangan ikutan Heheheh", kata Mas Tono

"Beres.. Saya hanya bantu ngerangsang istrimu saja. Kecuali kamu atau istrimu nanti ngijinin saya ikutan, ya saya akan dengan senang hati melakukan. Heheheh", ujar Pak Suroso terkekeh

Lalu dirogohnya saku dompetnya, setelah itu ia ambil selembar uang kertas sepuluh ribuan yang sudah lecek hampir sobek.

"Ini saya bawa uang 10ribu, sapa tau istrimu yang murahan itu lagi butuh duit. Heheheh..", kata Pak Suroso sambil menggesek-gesek uang kertas sepuluh ribuannya pada puting susuku

"Uuuhhhhh.. Pak....", desahku manja

"Dasar ustadzah Lonte, sempak model mamerin memek. Beha model mamerin pentil.. Nih ambil uang sepuluh ribu saya buat wanita murahan kayak kamu.. Heheheh..", Kata Pak Suroso terus menggesek kedua puting susuku dengan uang kertas itu

Entah sejak kapan gamisku sudah terbuka bagian dadanya. Sehingga braku yang berwarna hitam berenda pun sudah terlihat jelas mengurung payudaraku yang putingnya menyembul keluar. Pak Suroso terus memilin-milin kedua puting susuku dan menampar pucuk payudaraku itu dengan uang kertas yang ia genggam. Sedangkan Mas Tono terus mencumbuku dan mengocok vaginaku yang sudah begitu becek.

Setelah puas mengocok lubang senggamaku dan memasukkan uang koin 1000rupiah ke dalam vaginaku yang sudah banjir terkena lendir, rok gamisku disingkapnya keatas hingga kedua kakiku terbuka sempurna dihadapan suami kontrakku itu. Celana dalamku yang berlubang ditengahnya itu terexpose jelas menampakkan kelamin beserta bulu pubisku dihadapan kedua pria yang saat ini sedang memandangiku oenuh nafsu

"Busyett.. mulus bener nih paha...", puji Mas Tono sambil meraba2 permukaan kulit pahaku

"Aaahhhh.. Geli mas.....", desahku saat tangan kasar Mas Tono meraba pahaku dengan nakal

Lalu bibirnya usil menciumi permukaan pahaku. bibir Mas Tono yang bertekstur kasar dengan sedikit kumis dan brewok yang tumbuh tipis di sekitarnya itu membuatku semakin kegelian. Tubuhku secara reflek menggeliyat saat bibir Mas Tono mulai perlahan bergerak menciumi pahaku secara acak. Sesekali lidahnya menjilati kedua pahaku. Ditambah Lagi Pak Suroso juga tak henti-hentinya memilin puting susuku bersamaan. Membuat tubuhku seperti tersengat listrik karena rasa gelinya begitu luar biasa ketika paha dan putingku dirangsang bersamaan

Aku sejujurnya risih dengan perlakuan Mas Toni yang terus melumasi pahaku dengan air liurnya yang bau. Tetapi rasa geli yang semakin menjalar di syarafku ini memainkan birahiku sehingga tubuhku terus menggeliat akibat rangsangannya . Walau aku sebenarnya risih, tetapi Vaginaku malah semakin memproduksi lendir licin yang semakin membasahi lubang kelaminku. Belum lagi ciuman dan jilatan Mas Tono semakin keatas menuju ke area kelaminku.

"Ja.. jangan.. mass.... Jangan kesitu kotorr.. Aaahhhh...", Aku mendesah dengan Tubuh bergetar hebat

Bibir kasar Mas Tono sudah mendarat menciumi vaginaku. Tanganku berusaha menahan kepalanya, namun dengan mudah ditepisnya kedua tanganku dan ia terus menjilati vaginaku, sehingga aku hanya bisa pasrah merelakan vaginaku dijilati dan diciumi dengan beringas olehnya. Lidahnya mulai bergerak menyapu belahan vaginaku semakin dalam. Tubuhku semakin meronta, tidak pernah kubayangkan sebelumnya, vaginaku yang selama ini kujaga sejak aku baligh (hampir mencapai usia dewasa, sekitar umur 15an), pada akhirnya bernasib menyedihkan. Beberapa pria sudah melihat, menyentuh, bahkan menyetubuhi vaginaku.

"Aauuhhhh.. Mas... Geli... Aaahhhh.. Ssshhhh..", desahku semakin berisik karena jilatan Mas Tono begitu dalam

"Hehehe.. Cairan memekmu enak sekali istriku.. Ternyata gini rasanya. Gurih gurih manis.. Hehehe...", kata Mas Tono cengengesan sambil kembali menyedot habis seluruh lendir vaginaku

*slurup slurup slurup slurup* suara mukutnya yang terus menyedot cairan vaginaku, tubuhku sampai kelojotan ksrena bibirnya terus meringsek masuk ke dalam lubang kelaminku

"Oh Masak Ton? Punya istri saya pesing soalnya lendir memeknya. Hahahah.. Saya mau coba boleh Ton?", kata Pak Suroso sambil pindah posisi mendekati vaginaku

"Nih Pak coba aja, tapi sudah habis pak. Perlu dikocok lagi memek istri saya.. Hehehe", Kata Mas Tono sambil mempersilakan Pak Suroso menciumi vaginaku

"Ja.. Jangan.. Mas.... Aaahhh.. Ngga gini kesepakatannya.... Ooohhh..", protesku namun percuma

"Sudahlah, yang penting suamimu ngijinin.. Tugas istri kan melayani dan menuruti suami dengan baik. Hehehe", Kata Pak Suroso mulai menciumi dan menjilati dinding belahan vaginaku. Karena sudah kering, tangannya dengan nakal turut merangsang clitorisku pula

"Oooohhhhh...", pekikku semakin terangsang hebat saat vaginaku diucek dan diciuminya

Setelah menghentikan jilatajnya beberapa saat, kini jemari tebal Pak Suroso mulai mencabuli lubang vaginaku dengan cepat. Tubuhku kembali menggeliyat tak beraturan menahan nikmat. Tak kusangka, kakiku bahkan semakin terbuka mengangkang dihadapan bapak mesum berperut gemuk ini. Kulihat jelas telunjuk pak Suroso ia colok-colokkan ke liang senggamaku dengan kecepatan penuh.

*Ya Tuhannnn.. Ini terlalu nikmatttt..*, kataku dalam hati sambil memejamkan mata sambil mengejang-ejang

*kocokocokocokocok*

Telunjuk Pak Suroso sepertinya sudah terlumasi oleh cairan vaginaku. Sehingga rasa sakit akibat tusukannya jauh lebih berkurang daripada saat vaginaku kering tadi. Sebentar saja vaginaku sudah kembali berlendir sangat banyak tanda tubuhku kembali terangsang. Tanpa membuang waktu Bibir tebal Pak Suroso langsung mendarat di lubang vaginaku kembali. Kepalaku sampai terdongak saat lidah kasarnya mulai meringsek masuk ke sela-sela belahan vaginaku

"Ooooohhhhh... Bapakkk.... Aaahhh... geliii..", Tubuhku sampai bergetar dan rasanya aku akan mencapai orgasme pertamaku

Mas Tono memegangi kedua tanganku dengan erat. Tubuhku terus menggeliat dan perasaan ingin kencing semakin tak tertahankan. Aku meronta berharap Pak Suroso menghentikan jilatannya ke kelaminku. Namun dayangnya vaginaku terus dijilati tanpa ampun sehingga aku tak sanggup lagi menahan perasaan ingin keluar.

"Aaaahhhhhhhh..", desahku kencang

*cret cret cret*, dalam kondisi kedutan vaginaku menembak-nembakkan cairan bening beberapa kali

Nafasku tersengal-sengal. Belum apa-apa tubuhku sudah berkeringat deras. Pak Suroso memandangiku sejenak dsn memberikanku sedikit waktu untuk berisitirahat setelah squirt tadi. Setelah dirasa tubuhku mulai kembali tenang, mulutnya kembali menjilati vaginaku tanpa rasa jijik sedikit pun. Sisa cairan squirt bercampur sedikit urine yang kukeluarkan terus dijilatinnya seolah dia sedang melepas dahaga. Vaginaku saat ini sedang sensitif-sensitifnya akibat orgasme pertamaku. Jadi sedikit sentuhan saja, tubuhku langsung tersentak hebat.

Aku berusaha menahan kepalanya agar berhenti namun Pak Suroso malah semakin membenamkan kepalanya diantara pahaku.Aku begitu kegelian menerima serangan lidah Pak Suroso yang tanpa ampun terus mencocolkan lidahnya ke seluruh bagian vaginaku. Kali ini lidahnya bermain-main menggelitik bagian clitorisku. Aku kembali menggeliat. Tubuhku berkeringat deras diapit oleh kedua lelaki yang baru ketemui kemarin malam ini. Kembali aku mengejang-ngejang hebat. Kuremas kepala Pak Suroso yang berambut jarang itu kuat-kuat

"Ooohhh.. Pakkk.. Saya keluar lagiii.. Aaahhhhh...", desahku tak kuasa menahan rasa ingin keluar ini

*creett creettt cretttt* sekali lagi vaginaku mengeluarkan cairan bening dari lubang kencingku

"Ooohhhhh... Sshhhhh.. Bapak.. Aahhh.. Mas...", desahku saat tiba2 puting susuku dilahap oleh Mas Tono

Lidahnya bermain-main diujung puting susuku. Tanpa disadari, tubuhku mulai naik turun erotis menggeliat manja. Aku semakin terjebak dalam kenikmatan ini. Perlakuan mereka yang terus menjilati bagian-bagian sensitif tubuhku membawaku melupakan harga diriku sebagai seorang gadis berjilbab yang seharusnya menjaga diri.

Mas Tono mulai mengulum puting susuku bergantian. Sedangkan tangannya terus meremas-remas payudaraku yang masih terbungkus bra renda berwarna hitam. Begitu pula dengan Pak Suroso yang terus menjilati alat kelaminku penuh nafsu

"Iyaaahh terusss enakkkk.. Aahh..", aku akhirnya jujur dengan perasaanku sendiri

Aku mulai menikmati dijilati oleh pria-pria ini. Semua kenikmatan ini begitu membekas dan terekam di ingatanku. Sejak pertama aku bersetubuh dengan Mas Endrix, jujur aku menikmatinya. Perasaan kenikmatan saat disentuh, dicumbu, dan disetubuhi oleh pria tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Dulu aku yang selalu meneriakkan anti pacaran. anti perzinahan dan free sex. Sekarang, malah aku begitu menikmati dosa-dosa ini

Walau otakku masih melawan untuk tidak terperdaya dengan kenikmatan semu ini. Namun semakin aku tahan, jujur saja aku semakin tersiksa. Semuanya kenikmatan ini seolah menjadi kebutuhan pokok yang harus aku penuhi. Berkali-kali aku bermasturbasi, baik karena diperintah Mas Endrix ataupun atas keinginanku sendiri, namun aku tak pernah terasa senikmat sentuhan langsung dari para lelaki

"Oohhh.. Benar katamu Tono. Lendir memek gadis ini nikmat sekali. Saya sudah kuras habis jus memeknya hehehe.. Beda rasanya dengan punya istri saya dirumah.. Sempurna sekali kamu Mbak Rista.. Cantik, body bagus, putih mulus, tempiknya becek gurih nikmat.. Hehehe", puji Pak Suroso sambil memelorot lepas celana dalamku yang mengganggu

Entah mengapa pujian cabul itu membuatku tersipu malu. Ada rasa bangga saat tubuhku dipuji. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuh serta pikiranku. Segala yang berbau cabul dan nakal aku semakin suka. Sejak pertemuan dengan Mas Endrix, pelan tapi pasti aku merasa segala hal yang kuyakini dan kuoegang teguh mulai sirna, berganti menjadi perasaan yang selalu haus akan sentuhan pria seperti saat ini

Kedua pria ini memandangi vaginaku yang sudah terbuka. Terlihat lecek dan basah setelah mereka bergantian mengocok, mencolok dan menjilati area kelaminku itu. Mas Tono terlihat melongo memandangi vaginaku. Buru-buru aku tutup area kewanitaanku itu karena

Mas Tono lalu melucuti seluruh pakaiannya hingga telanjang. Tubuhnya Mas Tono kurus tetapi six pack pada bagian perutnya. Tanpa sadar aku terang-terangan memandangi alat kelaminnya yang sudah menggantung terbuka dengan bebas

"Dilihatin aja nih.. Kulum dong sayang..", kata Mas Tono sambil berdiri dihadapanku

"Ehhh.. iya mas..", jawabku tersipu dan mulai meraih batang penis Mas Tono si penjual nasi goreng

Aku lalu berlutut dihadapan Mas Tono. Kukocok sebentar penis Mas Tono hingga pelan-pelan alat kelaminnya itu muali menegang dan mengeras. Rupanya saat ereksi, penis Mas Tono cukup besar dan berotot. Setelah kurasakan batang penis Mas Tono sudah berukuran maksimal barulah aku masukkan benda itu kedalam mulutku.

"Ooohhh.. Hangat sekali mulutmu sayang... Sshhhh..", kata Mas Tono sambil mendesis menahan nikmat

"Gimana rasanya sepongan ukhti-ukhti Ton?", tanya Pak Suroso

"Sshhh.. enak pak.. hehehe...", kata Mas Yono cengengesan

Dengan gerakan perlahan, kepalaku maju mundur mengulum penis mas-mas penjual nasi goreng itu. Sesekali kujilat batang penisnya dari bawah dan kumasukkan lagi seutuhnya ke dalam mulutku. Kujilat batang itu dari bawah menuju bagian kepalanya. Pada garis lubang pipisnya tak lupa kujilati tipis2 dengan lidahku membuat tubuh kurus Mas Tono sedikit mengejang. Mas Tono begitu menikmati servis oral seksku ini. Wajahnya merem melek keenakan sambil sesekali memebelai kepalaku

"Sudah sudah.. bisa keluar saya lama2 disepong kayak gini. Hehehe", kata Mas Tono tiba-tiba dan mendorong tubuhku terbaring terlentang

Mas Tono kembali melumat bibirku dengan penuh nafsu. Kurasakan batang penisnya mulai menyentuh belahan vaginaku. Kupejamkan mataku rapat-rapat sambil menghela nafas, tidak perlu ada lagi penyesalan. sepertinya ini adalah takdir yang harus kuterima. Membiarkan vaginaku dizinahi oleh pria-pria. Penis Mas Tono didorong perlahan ke vaginaku, namun meleset.

"Gak pas itu Tono. Terlalu ke atas itu kontolmu", komentar Pak Suroso

Rupanya kali ini Pak Suroso hanya melihatku akan disetubuhi penjual nasi goreng langganannya. Dia seperti sedang menyaksikan film porno secara live dan real time dihadapan matanya sendiri. Sambil merokok ia menantikan show persetubuhan pertama antara Aku dan suami kontrakku.

"Iya pak.. Baru pertama kali saya.. Belum pengalaman. Hehehe", kata Mas Tono polos sambil kembali mengatur posisi penisnya agar tepat menusuk vaginaku

"Kalau kesulitan saya siap gantiin sekarang juga. Hehehe", kata Pak Suroso

"Hehehe.. Ngga pak, saya akan terus berusaha sampai bisa gol.", Kata Mas Tono

Kembali ia coba dorong perlahan alat kelaminnya ke arah lubang vaginaku. Aku hanya bisa pasrah menantikan benda tumpul milik Mas Tono menjebol kelaminku. Beberapa kali percobaan mas Tono mencoba memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, sampai akhirnya batang penis Mas Tono kurasakan mulai membelah vaginaku. Mataku semakin terpejam mencoba menikmati saat alat kelamin Mas Tono perlahan menerobos masuk ke liang senggamaku

"Bagus Tono, udah pas itu. Dorong terus ke memek istrimu.", Kata Pak Suroso sambil mengehembuskan asap rokoknya memandangi persetubuhan suami istri kontrak antara aku dan Mas Tono

"Oohh.. Mas.. Ssshhh..", desahku manja

"Ssshhh.. enak sayang memekmu.. Duh beruntung saya punya istri cantik seperti kamu Mbak..", Kata Mas Tono sambil terus mendorong masuk penisnya lebih dalam

"Tapi cuma sehari Ton. Hahahaha", imbuh Pak Suroso

"Yang penting saya bersyukur ngerasain memeknya Mbak Rista. Hehehe..", kata Mas Tono sambil terus konsentrasi mendorong penisnya ke dalam vaginaku

Setelah seluruh penis Mas Tono masuk, pemuda itu mulai menggenjot tubuhku yang masih tertutup oleh gamis. Hanya bagian bawahku yang terbuka dan sedang terjadi pertemuan dua kelamin dalam ikatan kawin kontrak ini

"Hah.. Hah.. Hah...", Mas Tono terus menggenjotku dengan nafas tersengal-sengal

*jleb jleb jleb jleb jleb*

Terlihat sekali Mas Tono tidak bisa mengatur tempo dan berusaha menuntaskan hubungan badan ini sesegera mungkin. Wajahnya yang kurus semakin terlihat berkeringat deras saat terus menyetubuhiku. Aku biarkan penis pemuda itu terus memompa menggesek dinding vaginaku. Tiap gesekan penisnya yang berurat terasa begitu nikmat. Rasanya seperti sedang menggaruk-garuk bagian dalam vaginaku yang semakin gatal

"Aaahhh.. Aahhhh.. Aahhh.. Pelan-pelan mas..", kataku mencoba mengingatkan karena takutnya diabakan segera keluar

Benar saja, beberapa detik kemudian Mas Tono terlihat akan mencapai puncak kenikmatannya. Seluruh tubuhnya mulai mengejang dan penisnya terasa kedutan. Aku menyadari pemuda ini akan segera klimaks dan keluar.

"Aku keluarin di dalam ya sayang... hah hah hah", kata Mas Tono semakin cepat menggenjotku

"Jangan di dalam mas...", Pintaku

"Ngapain diluar.. Didalam aja Ton. Kalian kan suami istri sekarang..", imbuh Pak Suroso

Kulirik bapak-bapak botak berperut buncit itu. Rupanya saat ini dia sedang onani memandangiku yang sedang disetubuhi penjual nasi goreng langganannya. Penis Pak Suroso sudah tegak, namun masih gemuk dan terlihat pendek

*Astghfrlh.. Kenapa aku malah melamun melihat kelamin bapak itu.. Astgfrlh..", kataku dalam hati

"Aaarrrgghhh.. Aku mau keluarrrrr...", tiba2 Mas Tono memekik dan seluruh tubuhnya bergetar sambil mulai bersiap menyemburkan maninya

"Aahhh.. Jangan didalam mas.....", aku mencoba meronta

*crot crot crot crot*

Namun sayangnya, cairan spermanya sudah terlanjur menyembur di dalam rahimku. Seluruh sperma kental Mas Tono tertanam dan terasa hangat didalam vaginaku. Setelah puas menyetubuhiku, langsung dicabutnya batang penis Mas Tono dari dalam vaginaku dan diapun segera meninggalkanku yang sedang terbaring di atas lantai ruang tamu kontrakannya. Sisa sperma miliknya meluber keluar dari dalam vaginaku, sedangkan tubuhku masih terbaring lemas dengan nafas ngos-ngosan.

"Saya mandi dulu Pak.. Dari tadi belum mandi", Kata Mas Tono meninggalkanku berduaan dengan Pak Suroso di ruang tamunya

"Lho saya kok ditinggal..", Kata Pak Suroso

"Kan ditemenin istri saya pak. Inget pak jangan dientot istri saya. Heheheh", kata Mas Tono sambil berlalu

"Siap Ton. Aman, istrimu tidak akan saya entot kok untuk saat ini", Kata Pak Suroso sambil tersenyum mesum

"Hehehe.. cantik sekali kamu Mbak Rista...", Kata Pak Suroso mulai bangkit sambil melucuti celana panjangnya

Kemudian dia berjalan dengan penisnya yang bergelantungan lemas ke arahku

Menyadari diriku dalam bahaya, aku mundurkan tubuhku kebelakang. Tetapi Pak Suroso terus mengikutiku hingga tubuhku sudah berhimpitan dengan tembok. Pak Suroso tersenyum mesum setelah dirinya merasa sudah memegang kendali atas tubuhku. Dalam posisi duduk bersandar pada tembok, kepalaku dipegangnya erat dengan kedua tangannya. Kemudian kepalaku didorong menuju buah zakarnya yang berwarna hitam sedikit basah itu.

"Ayo sepong kontol saya!"

"Pak ini tidak sesuai kesepekatan..", kataku

Pak Suroso terus memukul-mukulkan batang penisnya ke wajahku dan memaksa menjejalkan penisnya ke arah mulutku. Aku terus meronta dan kututup mulutku rapat-rapat. Lalu dengan kurang ajar Pak Tono menempelkan buah zakar hitamnya ke arah hidungku dan membuatku reflek menahan nafas karena aromanya membuatku muntah.

"Maaf selangkangan saya jamuran jadi hitam dan gatal gini. Ayo Mbak bersihkan dan jilatin seluruh bagian hitam pada telor dan selangkangan saya. Sapa tau penyakit gatal-gatal di selangkangan dan telor saya bisa sembuh karena dijilatin sama Mbak Rista. Hahaha", Kata Pak Suroso sambil mendesak kepalaku ke arah kelaminnya

*Alat kelaminnya sungguh bau dan menjijikkan. Bagaimana mungkin semalam aku menjilati benda ini*, sesalku dalam hati

Memang suasana semalam sangatlah gelap. Karena di pos kamling itu lampunya oadam dan tidak bisa menyala jadi aku tidak sanggup melihat jelas kondisi tubuh Pak Suroso. Pak Suroso terus memaksaku menciumi area kelaminnya yang sebagian besar berwarna hitam dan berbau itu

"Aahhh.. Jangan pak.. Saya gak mau...", pintaku memelas sambil terus meronta menahan nafas karena hidungku sudah menyentuh buah zakar bapak itu

"Ayo Jilat.. plak plak plak", kali ini sebuah tamparan mendarat di kedua pipiku

"Ampun Pak.."

*plak plak plak plak*

"Ayo jilat!! Buka mulutmu atau saya akan kencingi wajahmu!", kata Pak Suroso

Tamparan demi tamparan pada pipiku terus dilakukannya. Semakin lama dipukuli, rasanya semakin perih. Terpaksa perlahan kubuka mulutku dan kujilat buah zakar berwarna hitam berkerut itu. Kucoba menikmati telor hitam milik Pak Suroso itu dengan ikhlas. Awalnya kujilati dengan menahan nafas dan membuang perasaan jijik yang ada. Setelah semakin terbiasa kujilati daki-daki yang menempel di buah zakar Pak Suroso, aku beranikan diriku untuk menjilati area yang lain

"Nah gitu kan pinter. Jadi kamu gak perlu dikasari kalau gini. Ayo jilatin juga selangkangan saya yang gatal perih ini.. Sshhhh..", Perintah Pak Suroso

Kupandang sejenak selangkangannya yang hitam kemerahan itu. Sebenarnya aku begitu mual melihat bagian tubuhnya yang hitam dan sedikit bergerinjal texturenya itu. Pelan-pelan kucocol lidahku ke selangkanan pak Suroso yang abu-abu kemerahan penuh daki. Lidahku mencoba membiasakan merasakan aroma tidak sedap dari area kelamin bapak gemuk itu. Setelah itu lidahku mulai menari-nari mengitari bagian bola-bola kelamin Pak Suroso sebelah kiri dan kanan hingga seluruh bagian bola zakarnya terkena jilatanku. Kubuang penuhbrasa jijikku dan kembali kusentuhkan lidahku ke area licin selangkangan Pak Suroso yang hitam. Air liurku mulai menyapu perlahan membasahi area selangkangannya. Kali ini jikatanku ke selangkangannya lebih fasih dan tanpa ragu-ragu

"Aaahh.. jancukk.. Sambil didoakan Mbak Rista.. Sapa tau gatal-gatal saya bisa sembuh setelah dijilati dan didoakan sama Ustadzah Rista. Sshhhh..", kata Pak Suroso sambil mendesis keenakan mendorong kepalaku agar lebih dalam menjilati selangkangannya

Tentu saja aku tak menuruti perkataannya. Konyol rasanya aku berdoa sambil menjilati selangkangan bapak yang baru kutemui kemarin malam itu. Ku coba menahan aroma yang timbul dari bagian dalam selangkangannya. Pak Suroso membuka kakinya lebih lebar agar lidahku menjangkau bagian selangkangan sebelah belakangnya.

Setelah seluruh bagian hitam pada buah zakar dan selangkangannya berhasil kujilati barulah aku diminta mengulum alat kelaminnya yang sudah mengacung tegak. Kuciumi sebentar kepala penisnya, lalu kujilati dari bawah keatas batang penisnya yang gemuk dan sedikit lunak itu seperti sedang menjilati Es Krim. Kucoba menikmati mengoral penis Pak Suroso yang hitam dan berbulu lebat itu. Walau Beberapa kali jilatanku bersentuhan dengan bulu kelaminnya yang bau.

*sluruppp slurupp slurupppp* jilatanku terdengar begitu basah melumasi batang penisnya yang gemuk

"Aduh aduh aduh.. Baru ditinggal sebentar istriku sudah nakal ngulum kontol Bapak pelanggan nasgor saya..", kata Mas Tono mengejutkan kami dari belakang

"Iya Ton, istrimu ini ketagihan kontol. Lihat kontol saya sebentar saja dia jadi pingin jilat-jilat gini. Yasudah saya persilakan jilatin kontol saya biar istrimu ini senang. Heheheh", goda Pak Suroso

"Nakal ya kamu yank.. Baru beberapa saat kita nikah, kamu sudah jilatin kontol pria lain.. Kamu istri nakal harus dihukum..", kata Mas Tono

"Eehh ngga mas semua itu boh.. Hmmmpphhhh..", belum selesai aku menyelesaikan perkataanku, kepalaku sudah didorong oleh tangan Pak Suroso agar menjilati batang penisnya lagi

"Mau dihukum apa nih istri lontemu Ton? Heheheh.."

"Dihukum lubang anusnya dianal kontol Pak Suroso. Silakan pak entot lubang tai istri lonte saya ini. Saya mau coli sambil liat Istri saya melayani penghulu nikahnya. Hehehe..", Kata Mas Tono

"Lho kok berubah pikiran Ton? katanya saya gak boleh entot istrimu?", tanya Pak Suroso heran

"Ya tadi saya merenung dikamar mandi pak. sepertinya kontol saya kurang memuaskan istri saya pak. Jadi harus dikasih kontol Pak Suroso buat lubang tainya juga biar dia senang dapat 2 kontol hari ini"

"Saya kagum dengan keikhlasanmu Ton. Rela istrinya dianal pria lain..", Kata Pak Suroso

"Ahh. cuma istri sehari aja pak. Setelah tau dia lonte, saya akan ceraikan hari ini juga. Heheheh..", Kata Mas Tono

"Hayuk kita garap lonte ini Ton, kontol saya ngaceng pingin silaturahmi ke lubang bool ustadzah lonte...", Kata Pak Suroso

"Silakan bapak nikmati lubang tai istri lonte saya ini.. Saya mau liatin dulu sambil belajar dari bapak cara anal yang benar", kata Mas Tono

"Yasudah kamu pelajari ya gimana caranya menganal seorang wanita", kata Pak Suroso

"Pak jangan.. Haram pak.. Haram...", pintaku memelas menyadari lubang pantatku akan menjadi target mereka selanjutnya

"Heheheh.. siap2 lubang taimu saya pake. Jadi fungsinya tu lubang bukan cuma buat buang tai, tapi juga buat garuk kontol", kata Pak Suroso mesum

"Haram pak jangannn..", aku terus berusaha menjaga martabatku sebagai seorang akhwat yang tidak boleh dianal

Mereka tak peduli dengan rontaanku, lalu mereka berdua menyeret tubuhku ke dalam kamar. Terdapat sebuah kasur kecil berukuran single bed 90x200. sebenarnya hanya cukup untuk 1 orang saja. Namun Pak Suroso tetap membaringkanku diatas kasur itu. Dengan ganas bapak yang hampir berusia paruh baya itu mulai menciumi bibirku. Lidah kami beradu dengan liar. Bibirku sesekali digigit olehnya dan diludahinya bibirku sebelum dilumat lagi

"Juh juh juh juh.. Liat nih Ton istri lontemu.. bibirnya harus diludahi karena mudah sekali dia sepong kontol pria bukan mahromnya. Heheheh", kata Pak Suroso kembali melumat bibirku dengan kasar setelah diludahinya beberapa kali

"Sshhhh.. Hmmpppphhh.. Ahh..", desisku saat bapak itu terus menciumiku dengan ganas dan begitu rendah

Lidahnya bergerak menjilati bibirku katas dan bawah. Aku hanya bisa pasrah membiarkan serangan penuh nafsu itu mendarat tiada henti menyerang bibirku yang tipis

"Bibirmu menggoda sekali ustadzah.. Sshhhh.. sange saya liat kamu pakai baju gamis syari gini.. ", Kata Pak Suroso sambil menyingkap rok gamisku keatas hingga bagian bawah tubuhku terbuka kembali

"Mana saya mau cium dan jilati memek alimmu.. sluruppp sluruppp"

"Ohhh bapak.. ssshhh.. Aahhhh....", aku kembali mendesah saat kelaminku kembali diseruputnya

"Memekmu gatal yaah... Hah..", kata Pak Suroso sambil mengocok vaginaku dengan cepat

"Oohh yesss... Aaah.. Bapakkk... saya mau keluar... Sudaahhh..."

*creett cretttt creettt* vaginaku menembakkan cairan squirt beberapa kali

"Cok.. memek lonte.. dirangsang sebentar udah moncrot.. Ustadzah lonte suka zina ya lu... juh juh juh juh", kata Pak Suroso sambil meludahi lubang vaginaku beberapa kali

"Ayo lu pasti ustadzah kalau masturbasi bayangin kontol ustadz2 ya? Hah??? Memek Perek!!! Ustadzah lonte. Nungging lu!!", kata Pak Suroso mulai galak

"Iya Pak.. jangan kasar2 bapak..", pintaku

"Halah.. ukhti lonte kayak lu ngapain dialusin. Enakan dikasari. Ya ga Ton?"

"Iya Pak, istri saya yang lonte itu enaknya dikasari.. Semakin kasar dia akan semakin sange", kata Mas Tono sambil tanpa kusadari dia mulai merekam perlakuan Pak Suroso dengan kamera handphonenya

"Bagus Ton, dokumentasikan saya pakai memek ustadzah kampus ini. Hehehe.. Ngangkang lu. Mohon ke gw minta dianal!!!"

"Pak maaf jangan disitu pak.. di vagina saya saja gapapa jangan disitu..."

"Apa itu vagina? Ayo ustadzah lonte, lu harus bilang memek!! Ulangi!", Kata Pak Suroso sambil mencabuli vaginaku keluar masuk dengan kedua jarinya

"I.. Iyaa.. Aahhhh.. Bapak.. Pakai memek saya saja pak.. jangan dilubang pantat saya...", kataku jijik mengucapkan kata cabul dan nakal itu

"Gimana Ton? Dia minta dientot memeknya? Boleh saya entot memeknya?"

"Jangan Pak, lubang tainya saja", Kata Mas Tono sambil terus merekam sambil onani

"Anjir lu kebiasaan liat bokep jadi hobi coli lu. Bahkan punya istri masih aja coli lu. Heheheh", Kata Pak Suroso

"Hehe buat ngerangsang aja pak biar bisa berdiri maksimal kontol saya", jawab Mas Tono

"Lu denger sendiri kan? Suamimu minta saya entot lubang tai lu", Kata Pak Suroso sambil mulai meraba lubang pantatku

"Jangan pak.. Haram....", Kataku lemas namun sepertinya semua percuma

"Ton kamu ada cairan semacam minyak? buat ngelumasi lubang pembuangan istri lontemu ini"

"Ada minyak bekas goreng kemarin pak?"

"Boleh deh Ton"

Lalu Mas Tono bergegas keluar kamar mengambilkan minyak yang dimaksud. Tak beberapa Mas Tono kembali sbil membawa minyak bekas yang diwadahi mangkok kecil. Ternyata jumlahnya sedikit

"Segini cukup pak?"

"Iya coba dulu", Jawab Pak Suroso

Mas Tono kemudian menyerahkan mangkok berisi minyak bekas itu ke Pak Suroso

*juh juh juh juh*,Tiba-tiba pak Suroso meludahi lubang pantatku

"Buat tambahan pelumas dari ludah saya", terang Pak Suroso

Lalu dengan perlahan, Pak Suroso mulai menuangkan minyak bekas itu ke pantatku sedikit demi sedikit. Sambil sesekali telunjuknya dimasukkan untuk melumasi kulit dalam lubang pantatku

"Aaahhhh.. Sakit Pak...", kataku sambil meringis kesakitan

Jari pak Suroso bergerak lincah terus memberikan minyak bekas ke lubang pantatku hingga oantayku terasa sedikit hangat dan licin. Setelah seluruh minyak di mangkok habis, barulah Pak Suroso mengarahkan batang penisnya yang sudah tegang ke lubang pantatku. Penis gemuk itu meringsek masuk membelah lubang pantatku yang masih sempit.

"Ssshhh.. Pak.. jangan disitu.. Uuuuhh..", desisku

Penis Pak Suroso terus ia coba dorong hingga dapat menembus lubang anuskum Sementara Mas Tono terus merekam adegan anal ku bersama pembeli setia nasgornya.

"Heekkkhhh..", kurasa pantatku rasanya kedutan

*jleb.. jlebbb..*

Penis Pak Suroso mulai diterima kehadirannha oleh lubang pantatku. Tubuhku belakangku langsung terasa ada yang mengganjal saat alat kelamin Pak Suroso mencoblos lubang pembuanganku. Kakiku terasa gemetaran sehingga membuatku sulit mengimbangi posisiku yang sedang menungging

"Ohhh... nikmat sekali pantatmu ustadzahhhh... Ssshhh.. oohh..", desah Pak Suroso

Sodokan batang penisnya ke lubang pantatku semakin menjadi, karena pantatku sudah memproduksi semacam pelicin yang biasanya dikeluarkannya saat proses pembuangan. Terasa perih sekali lubang pantatku saat digasak pria gemuk ini. Walau ukuran penisnya tidak lah besar, namun tetap saja kehadiran benda asing pada lubang anusku membuatku kesakitan

"Oooouuhhh.. ouuuhhh.. pak...", kataku sambil mencengkeram erat sprei kasur

"Gilaaa saya gak sabar mau keluarrrrr... Aarrrggg..."

Tubuh Pak Suroso mengejang hebat. Pinggangku sampai diremasnya kuat-kuat saat penisnya mulai kedutan di dalam lubang anusku

*crot crot crot crot*

Beberapa semburan hangat menembak berkali-kali ke dalam lubang pantatku. Rasanya lubangku itu saat ini sedang tak karuan. Antara sakit, perih, sesak, licin dan hangat. Semua bercampur menjadi satu. Pak Suroso langsung mencabut batang penisnya keluar dari lubang anusku. Terasa sekali lubang anusku dempat terbuka lebar beberapa detik sepeninggal penisnya keluar. Sebelum pada akhirnya lubang itu menyempit kembali ke ukuran semula.

"Hahaha.. Mantab sekali lubang bool ustadzah. Ternyata sama saja kotornya. Hahahaha.. Ton saya pinjam kamar mandimu mau cuci kontol saya", Kata Pak Suroso dan meninggalkan kami dikamar

Lalu Mas Tono merangkak naik keatas ranjang. Tubuhnya yang kurus berlerut sixpack langsung menindihku yang sedang ngos-ngosan. Aku hanya bisa pasrah saat penisnya kembali diarahkan ke dalam lubang vaginaku tanpa meminta ijin kepadaku

*blessss*

"Aaahhhhh.. Mas...."

"Duh nikmat sekali ngentot kamu Mbak..." Kata Mas Tono memulai menyetubuhiku kembali

Sekali lagi penis Mas Tono yang berurat dan bertexture bergerigi itu terasa nikmat menggaruk kulit vaginaku bagian dalam. Sesekali kami berciuman mesra. Kubalas ciumannya dengan sebuah ciuman yang penuh nafsu membara. Walaupun ini adalah sebuah pernikahan kontrak selama 1 hari, kuanggap lelaki yang dihadapanku ini adalah suamiku yang harus kulayani dengan baik. Ironisnya, aku tidak pernah melakukan hal ini dengan calon resmi suamiku. Bersentuhan saja kami tidak pernah.

*jleb jleb jleb jleb*

"Aahh.. Aahhh.. Enak Mas.. Terus.. Terus mas...", desahku nakal membiarkan vaginaku digenceg-gencey alat kelamin penjual nasi goreng itu

"Aahhh.. Maaf Mbak saya lagi-lagi mau keluar. Ga bisa tahan lama liat muka mbak yang cantik ini memeknya sedang saya genjot", Kata Mas Tono

Kembali kurasakan batang penis kedutan di dalam tubuhku. Tusukan Mas Tono semakin cepat dan dia akan mencapai klimaks keduanya hari ini. Aku pasrahkan saja vaginaku akan menjadi tempT pembuangan sperma pria kurus berambut ikal ini

*crot crot crot*

Penisnya langsung menyemburkan lahar yang terasa kental, lengket, dan hangat di dalam rahimku. Setelah kedutannya mereda, tubuh kurus Mas Tono langsung ambruk menindih tubuhku. Rasanya begitu gerah mengingat aku sama sekali belum melepas gamis serta kerudung saat ini. Hanya celana dalamku saja yang sudah tertinggal di ruang tamu tadi

"Lho lho lho.. Saya cuma ninggal nyuci kontol sebentar kok Mas Tono sudah lemes ngos-ngosan? Hehehe", Tiba-tiba Pak Suroso sudah kembali sambil cengar-cengir

***

Jam dinding ruang tamu menunjuk pukul 12 siang. Tak terasa aku sudah berada di rumah ini selama 6 jam. Tubuhku saat ini sudah telanjang dan hanya menyisakan kerudung yang menutup aurat rambutku

*slurup slurup slurup slurup*

Dua orang pria yang kutemui kemarin malam sedang asyik duduk diruang tamu sambil ngobrol santai. Membahas apapun yang ingin mereka bahas. Mulai dari politik, olahraga, sampai membahas istri orang. Sedangkan aku saat ini duduk berlutut dalam keadaan telanjang mengulum penis mereka bergantian, hanya menyisakan kerudungku yang masih terpasang dengan rapi menutup rambutku

"Istrinya Pak Fahri kasian ya. Ditinggal suaminya tugas keluar kota terus. Pulangnya kadang sampai minggu depan", Kata Pak Suroso sedang membicarakan istri tetangga mereka

"Iya Pak, biasanya Bu Fahri beli nasgor ke tempat saya. Wajahnya kayak sedih pak..", kata Mas Tono

"Ya sedihlah Ton. Dia gak bisa dapatin jatah kontol suaminya.. Hahahah..", Kata Pak Suroso

"Pak Suroso aja silaturahim ke rumah Bu Fahri siapa tau bisa dapat jatah pak. Mumpung lagi kangen kontol dia", usul Mas Tono

"Gundulmu Ton.. Kalau bisa segampang itu ya saya bersyukur. Usia udah 35 tahun keatas tapi body masih kayak mahasiswi.. Hehehe..", Jawab Pak Tono

"Hehehe Betul pak. Saya setuju! Bodynya Bu Fahri masi bagus. Teteknya menggoda sekali apa lagi kerudungnya suka disingkap ke belakang jadi tonjolannya kelihatan menggoda", Kata Mas Tono

"Hehe Tapi Istrimu ini masih yang terbaik Ton di kampung ini. Cantik, hidung bangir, body mulus, kulit putih bersih, tetek meskipun ga begitu besar tapi pas digenggaman. Apalagi, dia bersedia sepong kontol selain suaminya dengan ikhlas.", Kata Pak Suroso mesum sambil tangannya meremasi payudaraku yang sudah terbuka bebas

"Aahhhhh..", desahku

"Hahaha.. Syukur lah pak saya punya istri shalihot penurut seperti ini", kata Mas Tono sambil mengelus2 kerudungku

"Gak ada niat perpanjang kontrak Ton? Saya jadi semangat silaturahim ke kelamin istrimu nanti. Hahahah", kata Pak Suroso sambil menarik kepalaku dan meminta giliran untuk mengulum penisnya

"Mau ngga mbak kontraknya diperpanjang?", tanya Mas Tono kepadaku

"Hah? Engg.. enggak mas..", jawabku

"Hahaha.. Mampus lu Ton ditolak nih ustadzah Lonte.."

"Saya sudah ada calon suami mas..", jawabku tersipu

"Yaelah.. Kasian calonmu. Ga tau kalau calon istrinya sedang melayani pria lain", kata Pak Suroso

"Kamu sudah pernah ngentot sama calonmu?", tanya Bapak gemuk itu lagi

Aku jawab tegas pertanyaan itu dengan gelengan kepala mantab

"Hahaha.. Lalu gimana kalau kamu hamil dari hubungan dengan Tono?", Tanya Pak Suroso sambil membelai kerudungku

"Iya Mbak, nikah sama saya saja. Saya akan jadi suami yang tanggung jawab. Hehehe..", kata Mas Tono sambil menarik kepalaku ke arah penisnya dan langsung kuhalap alat kelaminnya

*slurupp sluruppp slurupp* suara jilatanku pada kedua kelamin pria ini

"Ngga bisa mas.. Maaf saya sudah komitmen menjalin hubungan pernikahan dengan beliau. Aahhhh...", jawabku sambil mendesah saat tangan Mas Tono memencet puting susuku

"Yaudah Yuk Ton nikmatin calon istri orang ini bareng2 hari ini. Kata Pak Suroso sambil menarik tubuhku ke sofa. Posisiku saat ini langsung menghadap keluar jendela. Mataku bisa melihat jelas suasana jalanan depan rumah Mas Tono yang beberapa kali beberapa kali berseliweran kendaaran yang lewat, baik itu mobil maupun motor

Menyadari tubuhku sewaktu-waktu bisa saja terlihat dari luar, Aku segera menutup tubuhku yang sedang telanjang ini karena jendela rumah Mas Tono memang terbuka tanpa adanya gorden yang menutupi dalam rumah.

Tubuhku langsung dipangku oleh Pak Suroso. Tubuhku langsung berhadapan langsung dengan wajah Pak Suroso. Diciuminya bibirku dengan penuh nafsu, sambil kedua tangannya memilin puting susuku dengan kasar. Lalu Mas Tono juga tak tinggal diam. Dia lalu menaiki sofa dan menyodorkan batang kelaminnya ke arah bibirku. Menyadari keinginannya, aku segera menggenggam alat kelaminnya itu dan kumasukkan batang penisnya ke dalam mulutku

"Aaahhh.. Ustadzah suka main rame2 ya? Semangat banget. Hehehe", goda Pak Suroso sambil langsung mengarahkan batang penisnya ke dalam vaginaku

"Lho sorry Ton. Lupa saya ga boleh dimasukkan ke memek istrimu. Hehehe", Kata Pak Suroso menghentikan sodokannya

"Aahh.. Gapapa pak, pake aja memeknya. Saya sudah gak peduli. Dimata saya Mbak Rista ini cuma lonte yang butuh kontol.. Aaahh.. enak seponganmu sayang..", Kata Mas Tono merem melek menikmati lidahku yang menjilati organ kelaminnya.

"Ya udah klo gitu.. Goyang Lu ustadzah! Biar memek lu bisa digaruk kontol saya. Hehehe", perintah Pak Suroso

Aku mengangguk pasrah dan mulai menaik turunkan tubuhku diatas tubuh gemuk Pak Suroso. Kurasakan batang penisnya keluar masuk begitu nikmat saat tubuhku memompa penisnya.

"Bagus lonte!! Terus!! Ssshhh..", kata Pak Suroso menikmati penisnya diurut vaginaku yang duduk diatas pangkuannya

*slep slep slep* Suara vaginaku memompa penis Pak Suroso

"Mainkan tetekmu!!", perintah Pak Suroso sambil kedua tangannya memegangi pinggangku

Aku meneruskan tubuhku untuk naik turun dipangkuan Pak Suroso. Kurasakan batang penisnya terus naik turun membelah vaginaku yang sudah becek. Kemudian Tanganku mulai meremas payudaraku yang menggelantung bebas dihadapannya. Kupilin puting susuku sendiri dan membiarkan bapak berusia 45 tahunan itu menikmati pemandangan indah dihadapannya. Seorang gadis berkerudung telanjang dengan nakal memainkan payudaranya sendiri dihadapan pria yang bukan siapa-siapanya Sementara mulutku masih sibuk dengan mengulum penis Mas Tono yang terus menegang karena permainan oral seksku

Setelah itu Mas Tono meminta Pak Suroso membalikkan tubuhku kembali menghadap ke dalam rumah, sehingga kali ini tubuhku menghadap ke Mas Tono. Pak Suroso lalu mencabut batang penisnya dari dalam vaginaku dan mengarahkan kelaminnya ke dalam lubang pantatku

"Hajar lubangnya bareng2 Ton", kata Pak Suroso sambil mulai mendorong batang kejantannya kembali ke lubang pantatku

"Aduuuhhh.. sshh. Ooohh sakit pak... Jangan disitu...", desahku saat penis itu terus meringsek masuk ke dalam lubang sempit itu

"biar lubang taimu terbiasa disodok kontol ustadzah.. Heheheh", kata Pak Suroso sambil terus membenamkan alat kelaminnya ke dalam lubang pantatku

"Aahhhh pak..."

Lalu Mas Tono mulai mengarahkan alat kelaminnya ke kelaminku yang sudah terbuka siap untuk kembali disetubuhi. Mudah saja bagi Mas Tono kali ini menancapkan ke dalam vaginaku. Selain karena sudah terbuka menganga, vaginaku saat ini juga sudah sangat licin karena lendir yang terus keluar dari dalam kelaminku itu

"Aduh cuk enak e memekmu mbak... Ssshh..", desah Mas Tono

"Iya Ton. Jancuk ini emang lonte.. malah semangat kalau didouble penetration. Hajar memeknya Ton sampek dower tu memek..", Kata Pak Suroso menyemangati Mas Tono

"Iya Pak, Enak nih memeknya dibikin dower biar suaminya nanti tinggal nikmatin memek dowernya saja. Hahaha..", Kata Mas Tono

"Aahhh.. Mas.. pelan-pelan.. Pak... Jangan dalem2 ke lubang pantat saya.. Aaaaahhh...", desahku kesakitan

*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*

Mataku memandang ke arah bawah sambil bibirku kugigit meringis menahan sakit. Kulihat bagaimana proses kedua kelamin itu keluar masuk bersamaan ke kedua lubang bawahku. Terlihat sekali penis mereka leluasa menghajar lubang vagina serta anusku tanpa ampun. Walau penis Pak Suroso gemuk nyatanya penisnya masih sanggup dicolokkan ke lubang pembuanganku itu.

*Beda dengan Ithonk.. dia masih tidak percaya diri memasukkan kelaminnya ke lubangku yang itu...*, kataku dalam hati

*Astghfrlhh.. Apa yang sudah kupikirkan*, lanjutku segera menepis bayang2 disetubuhi ketiga tuanku itu

"Aarrggghhh.. Saya keluar..", pekik Mas Tono tiba-tiba

*crot crot crot*

Bukannya menarik keluar penisnya, Mas Tono malah membenamkan penisnya semakin dalam. Dan disemburkannya tanpa ragu ke dalam rahimku. Terasa sekali penisnya kedutan didalam vaginaku dan cairan kental hangat itu merembes keluar melalui sela2 kedua kelamin kami.

"Hah.. Hah.. Hah.. Lega.. Semoga hamil kamu Mbak biar calonmu mutusin kamu. Nanti kita nikah dan aku akan rawat kamu sebaik mungkin dibantu Pak Suroso. Biar kebutuhan batinmu tercukupi Heheheh..", Kata Mas Tono

"Wah ide bagus itu Ton kalau saya dijinin ngentot istrimu nantinya", Kata Pak Suroso lalu mengganti posisi tubuhku

Kali ini tubuhku ditelentangkan ke sofa. Kemudian Pak Suroso mengangkangkan kedua kaki selebar mungkin, lalu diarahkannya kelaminnya ke dalam vaginaku yang masih menyisakan sisa sperma Mas Tono

"Saya ijin belanja dulu Pak Suroso buat jualan nanti malam. Kamu layani tamu istimewa kita dengan baik istri lonteku..", Kata Mas Tono sambil mencium bibirku

"Oiya jangan disembur ke dalam pak. Ga lucu nanti Mbak Rista hamil anak Pak Suroso. Hehehe..", Kata Mas Tono sambil berlalu meninggalkanku yang mulai dikerjai Pak Suroso seorang diri

*Oouuuhh.. Mas Adi.. Afwan Akhiii.. Vagina ana.. sudah diobrak abrik penis-penis pria.. Aaahhhh...* desahku dalam hati

*jleb jleb jleb jleb*

Tusukan penis Pak Suroso begitu kencang, walau tidak sampai mentok tapi cukup memberikan kenikmatan. Kubiarkan saja bapak-bapak ini terus menggenjot vaginaku. Toh semua sudah terjadi, tidak ada alasan bagiku untuk meronta dan melawan. Setelah puas menyetubuhiku dengan posisi konvensional. Pak Suroso kembali memintaku berganti posisi, kali ini memintaku menungging. Kedua pantat telanjangku ditamparnya beberapa kali sebelum penisnya kembali ditancapkan ke dalam vaginaku

"Aahhhhh... Aaahhhh.. Ahhhhhh", desahku semakin bersemangat melayani bapak ini

Walau penisnya tidak besar tetapi Pak Suroso begitu pengalaman. Temponya begitu teratur dan tidak terburu-buru sehingga kenikmatan yang kurasakan tiada habisnya. Bahkan tubuhku ikut maju mundur bersamaan dengan tiap sodokan batang penisnya dari belakang

"Iya bagus, goyang yang bener.. Goyangkan pantat mulusmu ini Ustadzah Rista..", kata Pak Suroso sambil membelai kedua pantatku yang sedang menungging dihadapannya

*plak plak plak plak*

"Ahhh.. pak.. Terusss.. enak.. enak.. aahhh.. aaahhhh..", aku semakin terbuai permainannya

"Enak mana ngentot sama saya atau sama si Tono?", goda Pak Suroso

"Iyaahh.. enak sama Bapak.. Ouuhh.."

"Jadi saya boleh sembur peju saya ke memekmu ya ustadzah Rista?"

"Iya bolehhh pak.. Semburkan sperma bapak ke memek saya saja...", jawabku semakin gila

Aku sudah lupa aku adalah seorang akhwat berjilbab syari yang seharusnya menjaga diri. Bukan seperti pelacur yang mengijinkan seorang pria menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Bahkan ironisnya kuberikan tubuhku secara gratis kepada mereka. Tubuh serta akal pikiranku sudah tidak mampu melawan kenikmatan ini. Keduanya sudah tunduk pada nafsu syahwat bersetubuh dengan para pria. Tubuhku bergerak menuruti birahiku, bergoyang seirama dengan tiap tusukan Pak Suroso. Serta berharap bapak yang sedang mendoggyku ini puas dengan pelayananku sebagai wanita

"Ooohhh.. Saya mau Keluarrrr...", Kata Pak Suroso tiba-tiba lalu membenamkan penisnya dalam-dalam ke vaginaku

"Iyaaa pak didalammm pak.. Aahhhh..", pekikku saat merasakan sebuah cairan hangat kembali menembak-nembak dalam rahimku

*crot crot crot crot*

Semburan sperma Pak Suroso begitu banyak menyemprot ke dalam kelaminku Tubuhku langsung terjatuh tak berdaya setelah beberapa jam ini melayani mereka tanpa henti. Sperma Pak Suroso mulai meluber perlahan, bercampur dengan sperma Mas Tono yang sudah mengering.

"Hehehe. Nikmat bener tubuhmu Mbak Rista..", puji Pak Suroso sambil kembali berpakaian

Aku bahkan tak sanggup menjawab perkataannya. Nafasku tersengal-sengal dan kurasakan kedua lubangku mulai terasa perih. Mata Pak Suroso terus menatap kearah tubuh telanjangku begitu rendah. Senyumnya begitu merendahkan harga diriku.

Kenyataannya aku sudah menjadi akhwat yang tak punya harga diri. Kali ini aku benar-benar mengakui hal itu. Ternyata tubuhku bukan hanya sanggup melayani Mas Endrix dan teman-temannya saja. Tetapi tubuhku pun sanggup melayani kedua orang pria yang baru saja kukenal dengan kesadaran penuh, Tanpa paksaan apapun, dan kulakukan semua itu dengan ikhlas.

"Kalau kamu gak mau sama Tono. Kamu nikah saja sama saya. Saya jadikan kamu istri kedua saya. Kalau istri saya menolak poligami, akan saya ceraikan asal saya bisa jadikan kamu istri saya.. Hehehe.."

"Jangan pak.. Hah.. Hah.. Hah.. Saya jadi gak enak sama istri bapak.."

"Yasudah kalau gitu gapapa kamu jadi istri Tono. Toh dia sudah ijinin saya buat setubuhin kamu nantinya. Heheheheh...", Kata Pak Suroso

Tak kutanggapi perkataannya dan kubiarkan tubuh telanjangku berisitirahat sejenak dari rasa lelah sisa pertempuran dari pagi hingga siang hari ini. Seiring dengan berlalunya permainan gila ini, kembali kesadaranku perlahan muncul. perlahan rasa penyesalan mulai merambati pikiranku. Penyesalan karena aku sudah mengkhianati Mas Adi. Dia yang benar2 menginginkanku jadi istrinya dan tulus mencintaiku bukan hanya karena nafsu.

"Tono lama bener, yasudah saya pulang dulu Mbak. Ga enak saya lama2 dirumah Tono. Nanti istri saya mikir macem-macem suaminya ngapain sih lama2 bener di rumah Tono. Bisa2 dikira saya homo. Hahahah.. Saya pamit dulu mbak, salam buat Tono", kata Pak Suroso sambil keluar meninggalkan rumah Mas Tono

Sepeninggal Pak Suroso, akupun segera meraih pakaianku yang kocar-kacir. Ada yang diruang tamu, ada yang di kamar tidur Mas Tono. Kubersihkan sisa sperma kedua pria itu dari tubuhku dengan tisu yang tersedia diatas meja ruang tamu. Kemudian sambil menunggu kedatangan Mas Tono, kuputuskan untuk membereskan beberapa barang yang berantakan akibat pertempuran hari ini

Selang 15 menit kemudian Mas Tono sudah kembali, lengkap dengan tas plastik besar yang berisi bahan-bahan yang ia butuhkan untuk berjualan nasi goreng nanti malam

"Kemana Pak Suroso?", tanya Mas Tono heran melihatku sudah sendirian duduk diruang tamu rumahnya

"Sudah pulang..."

"Pak Suroso enggak ngeluarin pejunya didalam kan?", tanya Mas Tono curiga

"Ehh.. Errr.. Enggak kok mas.. Diluar kok..", jawabku berbohong

"Yasudah kalau gitu. Soalnya tu bapak-bapak kadang suka bohong. Hehehe.. Oiya, Nanti kamu bantu saya jualan ya", kata Mas Tono dan akupun menyanggupinya

***

Jam 17.30 aku dan Mas Tono sudah bersiap menata rombong nasi gorengnya di tempat pos kamling biasanya. Beberapa orang yang seliweran sempat menoleh ke arahku

"bojomu ta Ton?" (istrimu ya Ton?), tanya seseorang pengendara motor yang melintas sambil menyapa Mas Tono sambil terus berjalan

"Oiyo laaahhh..", jawab Mas Tono sedikit berteriak dengan bangga

Beberapa saat kemudian, pembeli nasgor Mas Tono mulai berdatangan. Terlihat sekali Mas Tono kelabakan melihat banyaknya pembeli yang datang hari ini. Sesekali disekanya keringat yang menetes dari keningnya sambil ia terus menggoreng. Akupun tak kalah sibuk, kupotong sayur dan ayam dan kusiapkan kertas bungkus untuk membungkus pesanan-pesanan makanan itu.

Beberapa pembeli memuji kecantikanku dan memuji keberuntungan Tono bisa mendapatkan asisten secantik aku. Aku hanya tersipu malu dipuji seperti itu. Entah mengapa akhir-akhir ini aku begitu suka jika dipuji. Namun Mas Tono memberi penjelasan hanya dibantu olehku hari ini saja. Tentunya beberapa pembeli kecewa karena mereka tidak bisa menemuiku lagi.

4jam berjualan saja dagangan Mas Tono sudah habis tak tersisa. Biasanya dia pulang malam jam 1 itupun kadang masih tersisa beberapa porsi. Kali ini jam 21.30, Mas Tono sudah bisa pulang dan seluruh bahannya sudah habis tak tersisa. Bahkan kuingat tadi pembeli terakhir yang kehabisan nasi dan mie goreng, akhirnya hanya memesan Telur Dadar saja demi bisa mendapatkan kesempatan mengobrol denganku

"Duh kalau Mbak Rista bisa bantu jualan saya setiap hari. Pasti dagangan saya cepat laku nih mbak. Laris manis. Hehehe..", kata Mas Tono

"Alhmdlh.. Rejeki Mas Tono", jawabku

Setelah semua beres, mas Tono kembali mengajakku ke kamar dan akupun melayani pemuda itu kembali malam ini. Desahan demi desahan bersahut-sahutan terdengar.
Berbagai macam gaya ia coba, ada yang gagal, ada pula yang berhasil, karena memang Mas Tono belum pengalaman. Akupun berusaha totalitas melayaninya dengan baik. Total malam ini ia tanamkan bibit spermanya ke rahimku sebanyak 3x lalu setelah ia benar-benar puas, aku baru dibolehkan pulang sebelum shubuh. Saat orang2 belum pada bangun sehingga aku bisa aman keluar dari rumah ini

**bersambung**
 
Scene 13 : Kawin Kontrak (POV Rista)

Aku berada dalam sebuah kota yang sebagian besar berwarna merah. Bahkan langitnya pun berwarna merah darah. Disetiap bangunan terdapat api-api yang menyala-nyala. Pada ujung atap bangunan yang tajam, terlihat asap hitam yang mengepul tebal membakar sesuatu diatas sana, menimbulkan bau busuk yang menjijikkan.

Tiba2 tanganku ditangkap oleh sebuah makhluk berwajah mengerikan. Makhluk itu berdiri telanjang, seluruh kulitnya berwarna merah menyala, dibagian belakang tubuhnya terdapat sayap yang berbentuk seperti sayap kalelawar tetapi lebih tajam-tajam. Sekali ia kepakkan sayapnya, seluruh pakaian yang kukenakan langsung robek seketika.

Dalam waktu tidak sampai 2 detik, tubuhku sudah telanjang bulat dihadapan makhluk mengerikan itu. Gigi-giginya yang tajam menyeringai menatap ke arahku yang ketakutan. Seolah makhluk itu ingin memangsaku sekarang juga. Batang penis makhluk itu mengacung tegak dan semakin besar. Dia lalu berteriak lantang seperti sedang mengumpulkan tenaga. Kulihat alat kelaminnya semakin lama semakin membesar dan terus membesar, membuatku tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini.

Lalu setelah selesai mentransformasi ukuran penisnya hingga berukuran super raksasa, makhluk itu mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya yang kekar dan berkuku tajam. Area vaginaku langsung diarahkan ke batang penis raksasanya yang berwarna merah yang sudah berdiri tegak siap untuk memperkosaku. Aku tidak sanggup melawan karena tubuhku dicengkeram erat dengan kedua tangannya yang sangat kuat

"Hegggghhh..", mataku melotot seperti mau keluar saat penis raksasa itu mulai ditancapkan ke vaginaku

Benda raksasa itu mulai membelah vaginaku semakin dalam. Terasa vaginaku sampai berdarah sepertinya belahan lubang kelaminku mulai robek karena dipaksa menampung alat kelamin yang besarnya bisa 7x punya Endrix. Belum apa2 vaginaku sudah terasa perih yang teramat sangat. Darah mengucur deras dari alat kelaminku itu

"Ooohhh.. Besar... terlalu besar ituu.. ahhhhhhhhh....", pekikku seolah aku akan mati saat itu juga

*zlabbbbbb* tiba2 semua menjadi kosong

***

Mataku langsung terbuka, sebuah mimpi buruk yang baru saja muncul sebagai bunga tidurku. Jelas sekali ini mimpi yang sangat mengerikan. Tubuhku berkeringat deras, nafasku juga tersengal-sengal. Semua kejadian tadi terasa begitu nyata. Untungnya aku terbangun dari tidurku sehingga makhluk tadi belum sempat menancapkan alat kelaminnya yang sangat besar itu seutuhnya ke lubang vaginaku. Jika dianalogikan mungkin panjangnya seperti tongkat baseball, atau mungkin bisa lebih dari itu.

*Makhluk apa itu? Setankah?? Astghfrlh.. Astaghfrlh..*

Mungkin sebelum tidur aku lupa berdo'a sehingga muncul mimpi mengerikan seperti tadi. Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 shubuh. Tiba saatnya untuk melaksanakan ibadah 5 waktu kewajiban agamaku. Namun entah mengapa tubuhku terasa begitu berat dan enggan melakukannya. Padahal biasanya aku selalu mengutamakan kewajiban ini diatas semua urusanku

"Nanti aja ah.. masih malas..", gumamku sambil meraih handphone yang semalaman aku cas.

Lalu aku langsung membuka Grup WA Belajar Kelompok, dan memutar video porno dimana aku menjadi bintang filmya. Aku ingat betul ini adalah rekaman saat pertama kalinya Endrix mengijinkan teman-temannya untuk menyetubuhiku. Terlihat ketiga berandal itu mencumbuku dan mengerubungi tubuh telanjangku. Tangan2 mereka dengan leluasa menjamah seluruh tubuhku yang sudah terbuka tanpa penutup. Kepalaku terlihat sibuk sekali dalam video tersebut, bergantian mereka memaksa menarik kepalaku kekiri dan ke kanan, bergantian menciumi bibirku, kuingat betul air liur mereka bercampur menjadi satu dirongga mulutku. Lalu tangan-tangan mereka berebutan meremasi kedua gunung kembarku, memilin-milin putingnya dan mencubit-cubutnya dengan nakal hingga mengeras.

"Ooohhh.. Ya Tuhann. Nikmat sekali ini.. Aahhhhh...", desahku sambil mulai kupilin puting susuku sendiri membayangkan rasa pada rekaman video itu

Lalu adegan terus berlanjut, mereka mulai bergantian melumat puting susuku yang sudah mulai mengeras. Bobby dan Ithonk terlihat menetek pada kedua puting susuku secara bersamaan. Rasanya bagian dadaku seperti disedot oleh mulut mereka hingga kempes. Lalu terlihat Endrix mulai menyetubuhiku. Terlihat jelas kelamin Endrix keluar masuk menyodok-nyodok alat kelaminku. Melihat hal itu, tiba-tiba vaginaku terasa gatal dan mulai basah. Kucoba mengocok alat kelaminku sambil membayangkan kenikmatan yang kurasakan saat dikerjai oleh mereka bertiga

"Ssshhh.. Aaahhhh... Enak..", aku mendesah nikmat

Cairan vaginaku tumpah meluber membasahi kain sprei tempat tidurku. Tanganku tak bisa berhenti mengocok lubang senggamaku sendiri. Walau vaginaku terus menghasilkan lendir, jemariku sama sekali tidak berhenti memainkan lubang kelaminku sendiri. Sudah beberapa hari ini aku melakukan perbuatan nakal dan memalukan ini. Bermasturbasi sambil menggerayangi tubuhku sendiri dan menonton adegan video mesumku dengan mereka. Terbayang betapa nikmat rasanya vaginaku ditumbuk oleh Endrix, Bobby dan Ithonk secara bergantian. Membayangkan itu saja, cairan vaginaku tumpah tanpa perlu disentuh.

"Aahhhhh..." desahku lirih membiarkan vaginaku terus mengucurkan cairan bening beraroma pesing ini cukup deras

Tubuhku mengejang dan bergetar-getar hebat. Vaginaku terus memuncratkan air bening yang beraroma pesing ini hingga habis. Kain sepreiku benar-benar basah seperti barusan kena ompol. Lalu setelah tetes terakhir berhenti, kurasakan tubuhku mulai lemas dan terasa begitu lega. Nafasku tersengal-sengal puas karena tubuhku telah meraih orgasmenya pagi ini. Kuurungkan niatku untuk beribadah dan melanjutkan bermasturbasi memulai pagi ini

***

1 Jam sudah berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Sebenarnya masih ada waktu untuk melaksanakan ibadah 5 waktu namun aku putuskan untuk melewatkannya. Sudah sering sekali aku lalai menjalankan kewajiban agama ini. Bahkan pernah kewajiban ibadah 5 waktuku tak kulaksanakan sama sekali karena aku lebih memilih untuk menjalankan kewajibanku yang lain. Yaitu melayani Tuan Endrix.

Aku pikir percuma juga aku ibadah toh setelah ini aku akan berzina dengan Mas Tono penjual nasi goreng yang memintaku untuk menjadi istrinya. Sebagai ganti karena aku tidak bisa membayar pesanan nasi goreng yang kupesan semalam. Unungnya rumah kontrakan Mas Tono tidak begitu jauh dengan rumah kontrakanku.

Aku lalu mulai membuka lemari bajuku. Kuputuskan memakai dalaman saja hari ini, sedikit melawan perintah tuanku. Namun tak masalah, karena pasti nanti akan dilepas juga. Pilihanku jatuh kepada Bra sexy berwarna hitam berenda transparan. Pada bagian putingnya, terdapat lubang sehingga mengexpose puting susuku yang dibiarkan terbuka. Sedangkan untuk celana dalamnya juga berwarna hitam, berenda dan posisi tengahnya berlubang, sehingga lubang vaginaku tetap terbuka.

Setelah itu, Aku segera memilih pakaian apa yang akan kupakai. Kubongkar sebagian isi lemari dan kulihat sebuah gamis cantik berwarna hijau olive, setelah menimang-nimang, kumasukkan gamis itu kedalam tasku sebagai pakaian cadangan. Mungkin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya. Buat jaga-jaga saja

Lalu Aku mulai mencari gamis lain yang cocok kupakai pagi ini. Pilihanku jatuh kesebuah gamis berwarna putih pada bagian rok dan lengan panjangnya. Di area depan, terdapat corak kotak-kotak hitam putih pada bagian perut dan dada sehingga penampilanku cukup lucu seperti papan catur. Hihihi..

*oke ini aja bagus*, gumamku dalam hati

Kututup rambutku dengan sebuah kerudung panjang syari berwarna hitam yang menjuntai menutup dada dan punggungku. Tak lupa kukenakan kaos kaki berwarna krem yang pada telapak kakinya, berwarna hitam. Sungguh busana yang sangat agamis. Orang tak akan menyangka kalau aku akan berzina dengan penampilan seperti ini. Setelah itu kusemprotkan beberapa kali parfum beraroma wangi segar menyengat pemberian Tuan Endrix agar tubuhku lebih sensual dan menarik perhatian.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.30. Aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Tak lupa aku meminta ijin kepada Tuanku sebelum berangkat

"Tuan, ana berangkat dulu untuk menjalankan perintah tuan melayani pria lain. Ana ijin menjadi istri Mas Tono sehari ini saja ya Tuan.. Afwan kalau nanti ana slow respon balas chat tuan, mungkin ana masih sibuk menjadi istri Mas Tono", ketikku dan kukirim ke Grup Belajar Kelompok

Kutunggu beberapa menit namun tidak ada jawaban. Tentu saja, mereka pasti masih bum bangun jam segini. Jujur saja jantungku saat ini berdegup kencang. Tuan Endrix mulai memintaku melayani pria lain sekarang, bukan tidak mungkin dia akan memintaku mengulangi perbuatan ini dikemudian hari. Berzina dengan pria lain diluar dia dan teman-temannya

*maafkan aku ya Tuhannn..*, kataku dalam hati

Lalu aku scroll chat WA ku, dan kudapati pesan Mas Adi yang dia kirim kemarin jam 14.00 siang, saat itu aku masih dirumah Tuan Endrix sehingga aku tidak tahu dia mengirimiku pesan

"Sudah makan belum ukhti?", begitu isi pesannya

Aku bingung membalas apa pesan tersebut, karena sudah benar2 terlambat untuk menjawab pertanyaan pemuda baik-baik itu. Lalu aku putuskan untuk mengabaikan dan tidak membalas pesan Mas Adi

*gila aku.. Dengan Mas Endrix aku meminta ijin dan melaporkan segala aktivitasku. Tetapi dengan Mas Adi calon suamiku, aku tidak membalas pesan chatnya. Bahkan aku tidak pernah ijin kemana saja aku dan apa saja yang sudah kulakukan selama ini dibelakangnya. Afwan Akhi...*

Aku kemudian melihat ke arah jam dinding kamar, jarum jam terus bergerak sehingga aku harus segera bergegas berangkat. Aku berjalan mengendap-endap keluar kamar. Sia-sia, Rupanya di ruang tamu sudah ada Mas Eko yang sedang asyik menatap layar handphone. Aku harus mencari alasan yang masuk akal agar dia tidak curiga.

"Waduh wanginya adik ipar mas. Pagi-pagi mau kemana dek?", tanya kakak iparku itu

"Ada urusan dikampus Mas. Ngurus skripsi sama sekalian ada beberapa keperluan di Sekretariat LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Mbak Dewi kemana mas?", kataku

"Mbakmu lagi ke pasar. Eh hape mas baru lho. Baru beli kemarin harganya 8jutaan. Kameranya bagus dek.. Desainnya Keren kan? Mbakmu juga kemarin Mas belikan hape baru, harganya 4 juta. Kasian hapenya yang lama layarnya udah pecah", kata Mas Eko mencoba pamer

*Ya Tuhaann mas.. ga penting sekali Mas Ekooo....*

"Coba kamu selfie pakai hapeku dek, pasti keliatan bagus banget"

"Iya bagus mas.. Kapan-kapan ya.. Ya Udah Rista berangkat dulu mas. Ijinin ke Mbak Dewi ya.. Aslmlkm..", jawabku segera meninggalkan ruang tamu ini

"Lho dek? ini mas mau liatin hasil kameranya.. Dek?? Yeee ditinggal...", kata Mas Eko kesal karena aku tidak menggubrisnya sama sekali

***

Akhirnya jam 6 lewat sedikit aku tiba di depan rumah kontrakan Mas Tono. Kulihat rombong nasi gorengnya yang bertuliskan "Nasi Goreng & Mie Goreng Mas Tono. Maknyusss!!!" terparkir rapi di teras rumah kontrakannya. Aku mulai mengetuk pagar rumah Mas Tono perlahan, agar tetangganya tidak mendengar suara ketukan pagarku.

Tiba-tiba sosok berambut ikal sedikit panjang bertubuh kurus itu keluar dari rumah dalam kondisi telanjang dada. Kelihatannya Mas Tono baru saja bangun tidur, terlihat dari rambutnya yang acak-acakan dan cara memandangnya yang masih sedikit merem saat melihatku.

"Eh mbak.. Sebentar..", Mas Tono kembali masuk ke dalam rumah kontrakannya.

Aku semakin was was dan berharap tidak ada yang orang yang melihatku bertamu di rumah Mas Tono sepagi ini. Tentunya mereka akan curiga jika tahu keberadaanku di Rumah Mas Tono. zseorang wanita datang ke rumah seorang pria, berdua-duaan didalam rumah. Walau saat ini aku menjadi istri Mas Tono namun tidak ada berkas pendukung yang menyatakan hal itu

Lalu Mas Tono sudah kembali dalam kondisi berpakaian dan segera membukakan pagar rumahnya dengan terburu-buru. Kepalanya celingukan memastikan suasana sekitar aman tidak ada orang. Dia membantuku memasukkan motor bebekku dan aku buru-buru disuruhnya masuk ke dalam rumah

"Masuk dulu mbak. Biar ga ada yang lihat"

"Ehh.. Iya Mas...", jawabku sambil segera masuk ke dalam rumah kontrakannya yang sederhana ini

"Duduk dulu mbak.. Mau minum apa?", kata Mas Tono sopan

"Ehh ngga usah repot-repot mas..", jawabku

"Gak papa kok. Sebentar saya buatkan teh dulu ya", kata Mas Tono lalu ia segera berjalan menuju dapur

Beberapa saat kemudian lelaki kurus berambut ikal lumayan panjang itu sudah kembali dengan membawa nampan berisi dua buah cangkir teh yang masih panas

"Aduh mas kok jadi repot-repot.", kataku ngga enak hati

"Ngga papa Mbak santai aja. Maaf rumah saya berantakan", kata Mas Tono sambil menggaruk rambutnya yang ikal

Rupanya Mas Tono cukup sopan dan kalem. Walau rumornya dia hobby melihat film porno seperti kata Bobby dan Ithonk, namun tidak kulihat gelagat mesum dari lelaki kurus ini. Menyadari hal ini cukup membuatku sedikit lega, sepertinya Mas Tono tidak akan memperlakukanku dengan buruk.

"Mbak maaf lho kemarin itu usulnya Pak Suroso buat ngerjai Mbak, ngetes mbak serius ngga dengan kata-kata Mbak. Ternyata mbaknya serius bahkan sampai gituan sama Pak Suroso.. Saya sebenarnya ikhlas kalau misal Mbak ngga ada uang, mbak bisa bayar kapan-kapan.."

"Iya gapapa Mas.. Yasudah sudah terjadi juga"

"Maaf ya mbak.. Oiya Mbak namanya siapa?"

"Saya Rista mas.."

"Kalau saya Tono mbak.. Martono lebih lengkapnya. Hehehe.."

"Oh iya mas.. Hehe.."

"Maaf mau nanya mbak Rista, Emang Mbak Rista aslinya pakai kerudung lebar gini ya? Saya agak pangling. Untung saya ingat tahi lalat mbak yang didekat mata itu. Hehehe"

"Iya Mas saya sebenarnya berjilbab gini setiap hari. Kemarin kebetulan lagi sama teman-teman jadi saya lepas"

"Oohhh.. Mbak kerja dimana?", tanya Mas Tono sambil meraih cangkir tehnya

"Saya masih kuliah mas, sibuk nyelesaikan skripsi. Tapi kadang saya juga ngelesi sih.."

"Ngelesi? anak2 SD?"

"Iya, SD dan SMP.."

"Ohhh.. Diminum dulu mbak..", kata Mas Tono

Lalu aku mulai meminum secangkir teh buatan Mas Tono itu. Terasa melegakan tenggorokanku yang terasa anyep sejak berangkat dari rumah. Aku menunggu apa yang akan dilakukan oleh Mas Tono selanjutnya. Karena dari tadi tidak dia tidak melakukan apapun, hanya ngobrol-ngobrol biasa.

"Maaf mas..", kataku tiba-tiba

"Iya Mbak Rista?"

"Kalau Mas Tono gimana, sudah nikah?"

"Hehe.. Belum mbak.. Boro-boro nikah.. Pacaran saja saya belum pernah.."

"Ohhh..", jawabku sambil mengangguk-angguk

"Mbak Rista gapapa nih? Kalau mau berubah pikiran saya ngga papa kok mbak. Sudah biasa menjomblo juga kok.."

"Iya.. Saya gapapa kok mas.."

"Emang kemarin kenapa mbak nawarin begitu? Hehehe"

*teng teng teng* suara pintu pagar tiba-toba terdengar

"Wah kayaknya Pak Suroso sudah datang", Kata Mas Tono sambil melihat ke arah depan rumahnya

*glek* aku menelan ludah mendengar nama bapak-bapak gemuk kemaren

"Pak Suroso? Mau kesini mas?", tanyaku berusaha tetap tenang padahal jantungku deg-degan

"Iya, Pak Suroso bersedia jadi saksi katanya..", jawab Mas Tono lugu

"Hah?? Saksi? untuk apa?", jawabku

"Kan kalau mau jadi suami istri harus nikah dulu Mbak.. Kata Pak Suroso sih harus gitu biar halal. Hehe..", Kata Mas Tono polos

"Ohh.. iya...", aku tersipu malu

Aku yang paham agama ini terasa tertonjok mendengar perkataan polos Mas Tono. Aku bahkan lupa poin penting tentang status pernikahan agar hubungan menjadi halal. Karena seringnya aku melayani nafsu birahi Mas Endrix dan teman-temannya sehingga aku mulai menyepelakan arti pernikahan.

"Saya bukakan pintu Pak Suroso dulu ya Mbak Rista", kata Mas Toni sambil bangkit dari duduk

Entah apa yang direncanakan bapak paruh baya itu. Iya begitu mudah mengelabui Mas Tono yang lugu. Aku jadi berpikir apakah benar Mas Tono suka film porno seperti yang dibilang Bobby dan Ithonk, karena dari tadi sikapnya begitu baik kepadaku. Bahkan dia sama sekali tidak mendekatiku dan menyentuhku. Tidak ada tanda-tanda perkataannya yang menjurus ke hal-hal cabul.

Pak Suroso akhirnya masuk ke dalam rumah Mas Tono. Bapak bertubuh gemuk berambut botak berusia sekitar 45 tahun itu tersenyum mesum menampakkan gigi-giginya yang kuning ke arahku. Pakaiannya cukup rapi sepertinya dia memang berniat sekali menjadi saksi kawin kontrak kami. Sebuah kemeja berwarna putih dengan lengan yang dilipat begitu kontras dengan warna kulitnya yang cokelat tua. Sekujur lengannya dipenuhi dengan bulu lebat. Dipadupadankan dengan celana kain berwarna hitam

"Wah mbaknya pakai baju ala ukhti nih?", kata Pak Suroso memandangiku terus-terusan

"Iya pak, katanya Mbak Rista setiap hari memang biasanya berjilbab lebar",kata Mas Tono

"Cantik sekali calon istrimu Tono. Heheheh.. Rista ya namanya? nama yang cantik.. Suka saya yang jibaban model ustadzah gini.", kata Pak Suroso terus memandangiku dengan tatatapan tajam

"Eeehh.. Tapi saya lho yang jadi suaminya hari ini pak", kata Mas Tono mencoba meluruskan kembali kesepakatan

"Iya tidak masalah. Akhirnya kamu gak jomblo lagi ya Tono.. Heheheh", kata Pak Suroso mengejek Mas Tono

"Hehehe.. Jangan diingetin pak. Sedih saya dengarnya", kata Mas Tono

"Memang kamu kesehariannya sibuk apa Mbak Rista? Jangan2 kamu seorang ustadzah ya?", kata Pak Suroso menebak-nebak

"Sa.. Saya mahasiswi aja pak, sesekali juga ngelesi ngajar anak2 dan sibuk di LDK ngurusin Dakwah Kampus", jawabku

"Tuh kan beneran ustadzah.. Heheheh.. Yasudah yuk dimulai akad nikahnya keburu siang", lanjut Pak Suroso

Bak akad nikah betulan, Aku dan Mas Tono didudukkan berdampingan didepan meja ruang tamu. Sedangkan Pak Suroso sudah siap duduk dihadapan kami, menjadi pengulu merangkap saksi di kawin kontrak ini.

"Oke, jadi disini saya akan menikahkan kalian berdua menjadi sepasang suami istri.", ujar Pak Suroso serius dan dijawab anggukan oleh kami

"Sebelumnya saya minta kalian jujur, Tono apakah kamu pernah berhubungan suami istri sebelumnya?", Tanya Pak Suroso

"Belum pernah Pak.."

"Oke masih perjaka ya berarti. Lalu kamu Mbak Rista, apakah kamu pernah berhubungan suami istri sebelumnya?"

"Errr.. pernah pak...", jawabku tersipu malu

"Hehe berapa kali?", selidik Pak Suroso

"Maaf saya tidak ingat...", jawabku tertunduk malu

"Tidak ingat? Jadi saya anggap kamu melakukannya lebih dari 1x. Sudah berapa pria yang sudah berhubungan badan denganmu? Ngga nyangka saya, Ustadzah nafsuan ya kamu..", tanya Pak Suroso dengan menatapku begitu mesum

"Maaf pertanyaan ini untuk apa ya pak?", tanyaku protes

"Saya mau tau kalian itu masih perjaka gadis atau sudah duda janda. Karena sebenarnya wanita yang sudah kehilangan keperawanan itu sudah bukan lagi seorang gadis. Melainkan dia sudah menjadi janda", jelas Pak Suroso

Kami hanya mengangguk-angguk penjelasan Pak Suroso. Memang aku pernah mendengar pemahaman soal janda, ada yang beranggapan janda itu artinya seseorang yang sudah pernah berhubungan badan. Entah itu terjadi karena pernikahan sah, perzinahan, atau pemerkosaan, jika sudah tidak perawan berarti dianggap janda.

"Jadi Mbak Rista sudah berhubungan badan dengan berapa pria? Biar saya bisa tahu Mbak Rista sudah janda berapa kali..", imbuh Pak Suroso dengan serius

"Sa.. saya cuma dengan 1 orang pak..", jawabku berbohong. Bisa panjang nanti kalau aku menjawab 3 orang

"Oke, karena kamu sudah janda, kamu tidak perlu wali untuk menikah lagi. Jadi bisa kita mulai sekarang.. Mas Kawin sudah ada?", Tanya Pak Suroso

"Wah belum ada pak..", Jawab Mas Tono

"Ga usah nominal besar. Seribu Rupiahpun bisa kok karena wanita yang baik kan yang ringan maharnya Hehehe.."

"Ohh gitu ya pak.. Saya ada kalau seribu rupiah"

"Yasudah kita mulai ya. Saya nikahkan dan kawinkan kamu saudara Tono dengan saudari Rista dengan mas kawin berupa uang seribu rupiah dibayar tunai", kata Pak Suroso sambil menjabat tangan Mas Tono

"Saya terima nikah dan kawinnya saudari Rista dengan mas kawin berupa uang sebesar seribu rupiah dibayar tunai", jawab Mas Tono cepat

"SAH!!! Kalian sekarang resmi menjadi sepasang suami istri.. Selamat yaa.. Jangan lupa mas kawin 1000 rupiahnya segera diserahkan ke Mbak Rista.", ajak Pak Suroso sambil berdiri

Mas Tono terlihat sumringah setelah menikahiku. Walau kesepakatannya hanya satu hari, entah mengapa dia begitu bahagia. Wajahnya tersenyum puas. Pak Suroso pun memandangiku terus-terusan dengan tatapan cabul.

"Ayo, karena ngga ada resepsi, kita rayakan sekarang.. Tono ayo segera setubuhi istrimu. Hehehe.. Ijinkan saya sebagai saksi nikah kalian melihatnya", kata Pak Suroso mesum

Aku terkejut mendengar perkataan Pak Suroso. Semuanya tidak sesuai dengan skenario yang kupikirkan. Padahal aku sempat berpikir Mas Tono tidak akan memperlakukanku macam-macam, tetapi dengan kehadiran bapak mesum ini, aku jadi khawatir.

"Kita rayakan disini ya sayang. Didepan Pak Suroso sebagai tamu kita satu2nya", Kata Mas Tono tiba2 tersenyum nakal

"Saya malu mas...", jawabku

"Sudah gapapa, toh Pak Suroso malah yang sudah liat tubuhmu duluan daripada saya", Kata Mas Tono sambil bibirnya tertuju ke arah bibirku

Akhirnya bibir Mas Tono menyentuh bibirku. Awalnya hanya sentuhan bibir biasa. Sebelum akhirnya dia mulai semakin bernafsu mencumbu bibirku. Tubuhnya yang kurus meringsek maju ke arahku. Bibirnya mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Lidahku pun bernasib sama, ia lumat habis dan dihisapnya air liurku sampai kering

"Eehh.. Ssshhhhh..", Aku terkejut dengan perlakuannya yang berubah 180 derajat, yang tadinya kalem sekarang menjadi bernafsu

"Saya bantu melucuti pakaian istrimu", Kata Pak Suroso sambil merangkak ke arahku yang sedang duduk diciumi Mas Tono dengan beringas hingga tubuhnya hampir menindih tubuhku. Pak Suroso lalu duduk dibelakangku dan menahan tubuhku dari belakang. Sehingga kali ini aku duduk bersandar pada perutnya yang buncit.

Tangan berbulu bapak berbadan gemuk itu mulai mempreteli kancing gamisku uang berada di depan. sementara itu Mas Tono terus melumat bibirku dengan penuh nafsu sambil tangannya mulai menyusup masuk ke dalam rok gamisku.

"Aaahhh...", aku mendesah saat tangannya langsung menyentuh alat kelaminku yang sudah basah

"Sshhh.. istri nakal ya kamu.. Sempak macam apa ini bolong tengahnya. Biar gampang dikocok ya memeknya Heheheh..", Kata Mas Tono sambil terus mencabuli vaginaku.

"Apa kata saya.. Istrimu ustadzah Nafusan Ton. Mana ada ustadzah model sempaknya kayak lonte. Kalau ngga dia itu emang ustadzah lonte Ton. Hehehe.."

"Ssshhhh.. Memekmu bacek banget mbak Rista... Ssshh.. Pertama kali saya megang memek secara langsung. Biasanya cuma tau lewat film bokep.. Heheheh", Kata Mas Tono jujur

Tangannya terus mengucek vaginaku dengan gerakan cepat. Sesekali terasa sakit karena kuku Mas Tono yang panjang beberapa kali mengenai kulit bibir vaginaku. Setelah itu, tak kusangka tiba-tiba Mas Tono mengambil dompetnya dan mengambil uang 1000 rupiah. Lalu dimasukkannya uang koin itu ke dalam vaginaku


"Aaaahhh... Ngapain mass.... Uuhh..", aku semakin mendesah saat tangan Mas Tono mendorong masuk uang koin 1000 rupiah ke dalam alat kelaminku hingga tertanam dilubang vaginaku

"Mau nyerahin maharku ke kamu..", jawab Mas Tono

"Istrimu Sangat murahan Tono. Hehehe.. Bahkan ia terima uang 1000 rupiah dengan memeknya itu. Hahahaha... Sepertinya dia tidak akan keberatan juga kalau bapak penghulu alias saya ikut menyetubuhinya. Hehehe...", kata Pak Suroso merendahkanku sambil mulai menowel2 kedua puting susuku

"Tapi hari ini saya saja lho pak yang dapat jatah. Bapak jangan ikutan Heheheh", kata Mas Tono

"Beres.. Saya hanya bantu ngerangsang istrimu saja. Kecuali kamu atau istrimu nanti ngijinin saya ikutan, ya saya akan dengan senang hati melakukan. Heheheh", ujar Pak Suroso terkekeh

Lalu dirogohnya saku dompetnya, setelah itu ia ambil selembar uang kertas sepuluh ribuan yang sudah lecek hampir sobek.

"Ini saya bawa uang 10ribu, sapa tau istrimu yang murahan itu lagi butuh duit. Heheheh..", kata Pak Suroso sambil menggesek-gesek uang kertas sepuluh ribuannya pada puting susuku

"Uuuhhhhh.. Pak....", desahku manja

"Dasar ustadzah Lonte, sempak model mamerin memek. Beha model mamerin pentil.. Nih ambil uang sepuluh ribu saya buat wanita murahan kayak kamu.. Heheheh..", Kata Pak Suroso terus menggesek kedua puting susuku dengan uang kertas itu

Entah sejak kapan gamisku sudah terbuka bagian dadanya. Sehingga braku yang berwarna hitam berenda pun sudah terlihat jelas mengurung payudaraku yang putingnya menyembul keluar. Pak Suroso terus memilin-milin kedua puting susuku dan menampar pucuk payudaraku itu dengan uang kertas yang ia genggam. Sedangkan Mas Tono terus mencumbuku dan mengocok vaginaku yang sudah begitu becek.

Setelah puas mengocok lubang senggamaku dan memasukkan uang koin 1000rupiah ke dalam vaginaku yang sudah banjir terkena lendir, rok gamisku disingkapnya keatas hingga kedua kakiku terbuka sempurna dihadapan suami kontrakku itu. Celana dalamku yang berlubang ditengahnya itu terexpose jelas menampakkan kelamin beserta bulu pubisku dihadapan kedua pria yang saat ini sedang memandangiku oenuh nafsu

"Busyett.. mulus bener nih paha...", puji Mas Tono sambil meraba2 permukaan kulit pahaku

"Aaahhhh.. Geli mas.....", desahku saat tangan kasar Mas Tono meraba pahaku dengan nakal

Lalu bibirnya usil menciumi permukaan pahaku. bibir Mas Tono yang bertekstur kasar dengan sedikit kumis dan brewok yang tumbuh tipis di sekitarnya itu membuatku semakin kegelian. Tubuhku secara reflek menggeliyat saat bibir Mas Tono mulai perlahan bergerak menciumi pahaku secara acak. Sesekali lidahnya menjilati kedua pahaku. Ditambah Lagi Pak Suroso juga tak henti-hentinya memilin puting susuku bersamaan. Membuat tubuhku seperti tersengat listrik karena rasa gelinya begitu luar biasa ketika paha dan putingku dirangsang bersamaan

Aku sejujurnya risih dengan perlakuan Mas Toni yang terus melumasi pahaku dengan air liurnya yang bau. Tetapi rasa geli yang semakin menjalar di syarafku ini memainkan birahiku sehingga tubuhku terus menggeliat akibat rangsangannya . Walau aku sebenarnya risih, tetapi Vaginaku malah semakin memproduksi lendir licin yang semakin membasahi lubang kelaminku. Belum lagi ciuman dan jilatan Mas Tono semakin keatas menuju ke area kelaminku.

"Ja.. jangan.. mass.... Jangan kesitu kotorr.. Aaahhhh...", Aku mendesah dengan Tubuh bergetar hebat

Bibir kasar Mas Tono sudah mendarat menciumi vaginaku. Tanganku berusaha menahan kepalanya, namun dengan mudah ditepisnya kedua tanganku dan ia terus menjilati vaginaku, sehingga aku hanya bisa pasrah merelakan vaginaku dijilati dan diciumi dengan beringas olehnya. Lidahnya mulai bergerak menyapu belahan vaginaku semakin dalam. Tubuhku semakin meronta, tidak pernah kubayangkan sebelumnya, vaginaku yang selama ini kujaga sejak aku baligh (hampir mencapai usia dewasa, sekitar umur 15an), pada akhirnya bernasib menyedihkan. Beberapa pria sudah melihat, menyentuh, bahkan menyetubuhi vaginaku.

"Aauuhhhh.. Mas... Geli... Aaahhhh.. Ssshhhh..", desahku semakin berisik karena jilatan Mas Tono begitu dalam

"Hehehe.. Cairan memekmu enak sekali istriku.. Ternyata gini rasanya. Gurih gurih manis.. Hehehe...", kata Mas Tono cengengesan sambil kembali menyedot habis seluruh lendir vaginaku

*slurup slurup slurup slurup* suara mukutnya yang terus menyedot cairan vaginaku, tubuhku sampai kelojotan ksrena bibirnya terus meringsek masuk ke dalam lubang kelaminku

"Oh Masak Ton? Punya istri saya pesing soalnya lendir memeknya. Hahahah.. Saya mau coba boleh Ton?", kata Pak Suroso sambil pindah posisi mendekati vaginaku

"Nih Pak coba aja, tapi sudah habis pak. Perlu dikocok lagi memek istri saya.. Hehehe", Kata Mas Tono sambil mempersilakan Pak Suroso menciumi vaginaku

"Ja.. Jangan.. Mas.... Aaahhh.. Ngga gini kesepakatannya.... Ooohhh..", protesku namun percuma

"Sudahlah, yang penting suamimu ngijinin.. Tugas istri kan melayani dan menuruti suami dengan baik. Hehehe", Kata Pak Suroso mulai menciumi dan menjilati dinding belahan vaginaku. Karena sudah kering, tangannya dengan nakal turut merangsang clitorisku pula

"Oooohhhhh...", pekikku semakin terangsang hebat saat vaginaku diucek dan diciuminya

Setelah menghentikan jilatajnya beberapa saat, kini jemari tebal Pak Suroso mulai mencabuli lubang vaginaku dengan cepat. Tubuhku kembali menggeliyat tak beraturan menahan nikmat. Tak kusangka, kakiku bahkan semakin terbuka mengangkang dihadapan bapak mesum berperut gemuk ini. Kulihat jelas telunjuk pak Suroso ia colok-colokkan ke liang senggamaku dengan kecepatan penuh.

*Ya Tuhannnn.. Ini terlalu nikmatttt..*, kataku dalam hati sambil memejamkan mata sambil mengejang-ejang

*kocokocokocokocok*

Telunjuk Pak Suroso sepertinya sudah terlumasi oleh cairan vaginaku. Sehingga rasa sakit akibat tusukannya jauh lebih berkurang daripada saat vaginaku kering tadi. Sebentar saja vaginaku sudah kembali berlendir sangat banyak tanda tubuhku kembali terangsang. Tanpa membuang waktu Bibir tebal Pak Suroso langsung mendarat di lubang vaginaku kembali. Kepalaku sampai terdongak saat lidah kasarnya mulai meringsek masuk ke sela-sela belahan vaginaku

"Ooooohhhhh... Bapakkk.... Aaahhh... geliii..", Tubuhku sampai bergetar dan rasanya aku akan mencapai orgasme pertamaku

Mas Tono memegangi kedua tanganku dengan erat. Tubuhku terus menggeliat dan perasaan ingin kencing semakin tak tertahankan. Aku meronta berharap Pak Suroso menghentikan jilatannya ke kelaminku. Namun dayangnya vaginaku terus dijilati tanpa ampun sehingga aku tak sanggup lagi menahan perasaan ingin keluar.

"Aaaahhhhhhhh..", desahku kencang

*cret cret cret*, dalam kondisi kedutan vaginaku menembak-nembakkan cairan bening beberapa kali

Nafasku tersengal-sengal. Belum apa-apa tubuhku sudah berkeringat deras. Pak Suroso memandangiku sejenak dsn memberikanku sedikit waktu untuk berisitirahat setelah squirt tadi. Setelah dirasa tubuhku mulai kembali tenang, mulutnya kembali menjilati vaginaku tanpa rasa jijik sedikit pun. Sisa cairan squirt bercampur sedikit urine yang kukeluarkan terus dijilatinnya seolah dia sedang melepas dahaga. Vaginaku saat ini sedang sensitif-sensitifnya akibat orgasme pertamaku. Jadi sedikit sentuhan saja, tubuhku langsung tersentak hebat.

Aku berusaha menahan kepalanya agar berhenti namun Pak Suroso malah semakin membenamkan kepalanya diantara pahaku.Aku begitu kegelian menerima serangan lidah Pak Suroso yang tanpa ampun terus mencocolkan lidahnya ke seluruh bagian vaginaku. Kali ini lidahnya bermain-main menggelitik bagian clitorisku. Aku kembali menggeliat. Tubuhku berkeringat deras diapit oleh kedua lelaki yang baru ketemui kemarin malam ini. Kembali aku mengejang-ngejang hebat. Kuremas kepala Pak Suroso yang berambut jarang itu kuat-kuat

"Ooohhh.. Pakkk.. Saya keluar lagiii.. Aaahhhhh...", desahku tak kuasa menahan rasa ingin keluar ini

*creett creettt cretttt* sekali lagi vaginaku mengeluarkan cairan bening dari lubang kencingku

"Ooohhhhh... Sshhhhh.. Bapak.. Aahhh.. Mas...", desahku saat tiba2 puting susuku dilahap oleh Mas Tono

Lidahnya bermain-main diujung puting susuku. Tanpa disadari, tubuhku mulai naik turun erotis menggeliat manja. Aku semakin terjebak dalam kenikmatan ini. Perlakuan mereka yang terus menjilati bagian-bagian sensitif tubuhku membawaku melupakan harga diriku sebagai seorang gadis berjilbab yang seharusnya menjaga diri.

Mas Tono mulai mengulum puting susuku bergantian. Sedangkan tangannya terus meremas-remas payudaraku yang masih terbungkus bra renda berwarna hitam. Begitu pula dengan Pak Suroso yang terus menjilati alat kelaminku penuh nafsu

"Iyaaahh terusss enakkkk.. Aahh..", aku akhirnya jujur dengan perasaanku sendiri

Aku mulai menikmati dijilati oleh pria-pria ini. Semua kenikmatan ini begitu membekas dan terekam di ingatanku. Sejak pertama aku bersetubuh dengan Mas Endrix, jujur aku menikmatinya. Perasaan kenikmatan saat disentuh, dicumbu, dan disetubuhi oleh pria tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Dulu aku yang selalu meneriakkan anti pacaran. anti perzinahan dan free sex. Sekarang, malah aku begitu menikmati dosa-dosa ini

Walau otakku masih melawan untuk tidak terperdaya dengan kenikmatan semu ini. Namun semakin aku tahan, jujur saja aku semakin tersiksa. Semuanya kenikmatan ini seolah menjadi kebutuhan pokok yang harus aku penuhi. Berkali-kali aku bermasturbasi, baik karena diperintah Mas Endrix ataupun atas keinginanku sendiri, namun aku tak pernah terasa senikmat sentuhan langsung dari para lelaki

"Oohhh.. Benar katamu Tono. Lendir memek gadis ini nikmat sekali. Saya sudah kuras habis jus memeknya hehehe.. Beda rasanya dengan punya istri saya dirumah.. Sempurna sekali kamu Mbak Rista.. Cantik, body bagus, putih mulus, tempiknya becek gurih nikmat.. Hehehe", puji Pak Suroso sambil memelorot lepas celana dalamku yang mengganggu

Entah mengapa pujian cabul itu membuatku tersipu malu. Ada rasa bangga saat tubuhku dipuji. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuh serta pikiranku. Segala yang berbau cabul dan nakal aku semakin suka. Sejak pertemuan dengan Mas Endrix, pelan tapi pasti aku merasa segala hal yang kuyakini dan kuoegang teguh mulai sirna, berganti menjadi perasaan yang selalu haus akan sentuhan pria seperti saat ini

Kedua pria ini memandangi vaginaku yang sudah terbuka. Terlihat lecek dan basah setelah mereka bergantian mengocok, mencolok dan menjilati area kelaminku itu. Mas Tono terlihat melongo memandangi vaginaku. Buru-buru aku tutup area kewanitaanku itu karena

Mas Tono lalu melucuti seluruh pakaiannya hingga telanjang. Tubuhnya Mas Tono kurus tetapi six pack pada bagian perutnya. Tanpa sadar aku terang-terangan memandangi alat kelaminnya yang sudah menggantung terbuka dengan bebas

"Dilihatin aja nih.. Kulum dong sayang..", kata Mas Tono sambil berdiri dihadapanku

"Ehhh.. iya mas..", jawabku tersipu dan mulai meraih batang penis Mas Tono si penjual nasi goreng

Aku lalu berlutut dihadapan Mas Tono. Kukocok sebentar penis Mas Tono hingga pelan-pelan alat kelaminnya itu muali menegang dan mengeras. Rupanya saat ereksi, penis Mas Tono cukup besar dan berotot. Setelah kurasakan batang penis Mas Tono sudah berukuran maksimal barulah aku masukkan benda itu kedalam mulutku.

"Ooohhh.. Hangat sekali mulutmu sayang... Sshhhh..", kata Mas Tono sambil mendesis menahan nikmat

"Gimana rasanya sepongan ukhti-ukhti Ton?", tanya Pak Suroso

"Sshhh.. enak pak.. hehehe...", kata Mas Yono cengengesan

Dengan gerakan perlahan, kepalaku maju mundur mengulum penis mas-mas penjual nasi goreng itu. Sesekali kujilat batang penisnya dari bawah dan kumasukkan lagi seutuhnya ke dalam mulutku. Kujilat batang itu dari bawah menuju bagian kepalanya. Pada garis lubang pipisnya tak lupa kujilati tipis2 dengan lidahku membuat tubuh kurus Mas Tono sedikit mengejang. Mas Tono begitu menikmati servis oral seksku ini. Wajahnya merem melek keenakan sambil sesekali memebelai kepalaku

"Sudah sudah.. bisa keluar saya lama2 disepong kayak gini. Hehehe", kata Mas Tono tiba-tiba dan mendorong tubuhku terbaring terlentang

Mas Tono kembali melumat bibirku dengan penuh nafsu. Kurasakan batang penisnya mulai menyentuh belahan vaginaku. Kupejamkan mataku rapat-rapat sambil menghela nafas, tidak perlu ada lagi penyesalan. sepertinya ini adalah takdir yang harus kuterima. Membiarkan vaginaku dizinahi oleh pria-pria. Penis Mas Tono didorong perlahan ke vaginaku, namun meleset.

"Gak pas itu Tono. Terlalu ke atas itu kontolmu", komentar Pak Suroso

Rupanya kali ini Pak Suroso hanya melihatku akan disetubuhi penjual nasi goreng langganannya. Dia seperti sedang menyaksikan film porno secara live dan real time dihadapan matanya sendiri. Sambil merokok ia menantikan show persetubuhan pertama antara Aku dan suami kontrakku.

"Iya pak.. Baru pertama kali saya.. Belum pengalaman. Hehehe", kata Mas Tono polos sambil kembali mengatur posisi penisnya agar tepat menusuk vaginaku

"Kalau kesulitan saya siap gantiin sekarang juga. Hehehe", kata Pak Suroso

"Hehehe.. Ngga pak, saya akan terus berusaha sampai bisa gol.", Kata Mas Tono

Kembali ia coba dorong perlahan alat kelaminnya ke arah lubang vaginaku. Aku hanya bisa pasrah menantikan benda tumpul milik Mas Tono menjebol kelaminku. Beberapa kali percobaan mas Tono mencoba memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, sampai akhirnya batang penis Mas Tono kurasakan mulai membelah vaginaku. Mataku semakin terpejam mencoba menikmati saat alat kelamin Mas Tono perlahan menerobos masuk ke liang senggamaku

"Bagus Tono, udah pas itu. Dorong terus ke memek istrimu.", Kata Pak Suroso sambil mengehembuskan asap rokoknya memandangi persetubuhan suami istri kontrak antara aku dan Mas Tono

"Oohh.. Mas.. Ssshhh..", desahku manja

"Ssshhh.. enak sayang memekmu.. Duh beruntung saya punya istri cantik seperti kamu Mbak..", Kata Mas Tono sambil terus mendorong masuk penisnya lebih dalam

"Tapi cuma sehari Ton. Hahahaha", imbuh Pak Suroso

"Yang penting saya bersyukur ngerasain memeknya Mbak Rista. Hehehe..", kata Mas Tono sambil terus konsentrasi mendorong penisnya ke dalam vaginaku

Setelah seluruh penis Mas Tono masuk, pemuda itu mulai menggenjot tubuhku yang masih tertutup oleh gamis. Hanya bagian bawahku yang terbuka dan sedang terjadi pertemuan dua kelamin dalam ikatan kawin kontrak ini

"Hah.. Hah.. Hah...", Mas Tono terus menggenjotku dengan nafas tersengal-sengal

*jleb jleb jleb jleb jleb*

Terlihat sekali Mas Tono tidak bisa mengatur tempo dan berusaha menuntaskan hubungan badan ini sesegera mungkin. Wajahnya yang kurus semakin terlihat berkeringat deras saat terus menyetubuhiku. Aku biarkan penis pemuda itu terus memompa menggesek dinding vaginaku. Tiap gesekan penisnya yang berurat terasa begitu nikmat. Rasanya seperti sedang menggaruk-garuk bagian dalam vaginaku yang semakin gatal

"Aaahhh.. Aahhhh.. Aahhh.. Pelan-pelan mas..", kataku mencoba mengingatkan karena takutnya diabakan segera keluar

Benar saja, beberapa detik kemudian Mas Tono terlihat akan mencapai puncak kenikmatannya. Seluruh tubuhnya mulai mengejang dan penisnya terasa kedutan. Aku menyadari pemuda ini akan segera klimaks dan keluar.

"Aku keluarin di dalam ya sayang... hah hah hah", kata Mas Tono semakin cepat menggenjotku

"Jangan di dalam mas...", Pintaku

"Ngapain diluar.. Didalam aja Ton. Kalian kan suami istri sekarang..", imbuh Pak Suroso

Kulirik bapak-bapak botak berperut buncit itu. Rupanya saat ini dia sedang onani memandangiku yang sedang disetubuhi penjual nasi goreng langganannya. Penis Pak Suroso sudah tegak, namun masih gemuk dan terlihat pendek

*Astghfrlh.. Kenapa aku malah melamun melihat kelamin bapak itu.. Astgfrlh..", kataku dalam hati

"Aaarrrgghhh.. Aku mau keluarrrrr...", tiba2 Mas Tono memekik dan seluruh tubuhnya bergetar sambil mulai bersiap menyemburkan maninya

"Aahhh.. Jangan didalam mas.....", aku mencoba meronta

*crot crot crot crot*

Namun sayangnya, cairan spermanya sudah terlanjur menyembur di dalam rahimku. Seluruh sperma kental Mas Tono tertanam dan terasa hangat didalam vaginaku. Setelah puas menyetubuhiku, langsung dicabutnya batang penis Mas Tono dari dalam vaginaku dan diapun segera meninggalkanku yang sedang terbaring di atas lantai ruang tamu kontrakannya. Sisa sperma miliknya meluber keluar dari dalam vaginaku, sedangkan tubuhku masih terbaring lemas dengan nafas ngos-ngosan.

"Saya mandi dulu Pak.. Dari tadi belum mandi", Kata Mas Tono meninggalkanku berduaan dengan Pak Suroso di ruang tamunya

"Lho saya kok ditinggal..", Kata Pak Suroso

"Kan ditemenin istri saya pak. Inget pak jangan dientot istri saya. Heheheh", kata Mas Tono sambil berlalu

"Siap Ton. Aman, istrimu tidak akan saya entot kok untuk saat ini", Kata Pak Suroso sambil tersenyum mesum

"Hehehe.. cantik sekali kamu Mbak Rista...", Kata Pak Suroso mulai bangkit sambil melucuti celana panjangnya

Kemudian dia berjalan dengan penisnya yang bergelantungan lemas ke arahku

Menyadari diriku dalam bahaya, aku mundurkan tubuhku kebelakang. Tetapi Pak Suroso terus mengikutiku hingga tubuhku sudah berhimpitan dengan tembok. Pak Suroso tersenyum mesum setelah dirinya merasa sudah memegang kendali atas tubuhku. Dalam posisi duduk bersandar pada tembok, kepalaku dipegangnya erat dengan kedua tangannya. Kemudian kepalaku didorong menuju buah zakarnya yang berwarna hitam sedikit basah itu.

"Ayo sepong kontol saya!"

"Pak ini tidak sesuai kesepekatan..", kataku

Pak Suroso terus memukul-mukulkan batang penisnya ke wajahku dan memaksa menjejalkan penisnya ke arah mulutku. Aku terus meronta dan kututup mulutku rapat-rapat. Lalu dengan kurang ajar Pak Tono menempelkan buah zakar hitamnya ke arah hidungku dan membuatku reflek menahan nafas karena aromanya membuatku muntah.

"Maaf selangkangan saya jamuran jadi hitam dan gatal gini. Ayo Mbak bersihkan dan jilatin seluruh bagian hitam pada telor dan selangkangan saya. Sapa tau penyakit gatal-gatal di selangkangan dan telor saya bisa sembuh karena dijilatin sama Mbak Rista. Hahaha", Kata Pak Suroso sambil mendesak kepalaku ke arah kelaminnya

*Alat kelaminnya sungguh bau dan menjijikkan. Bagaimana mungkin semalam aku menjilati benda ini*, sesalku dalam hati

Memang suasana semalam sangatlah gelap. Karena di pos kamling itu lampunya oadam dan tidak bisa menyala jadi aku tidak sanggup melihat jelas kondisi tubuh Pak Suroso. Pak Suroso terus memaksaku menciumi area kelaminnya yang sebagian besar berwarna hitam dan berbau itu

"Aahhh.. Jangan pak.. Saya gak mau...", pintaku memelas sambil terus meronta menahan nafas karena hidungku sudah menyentuh buah zakar bapak itu

"Ayo Jilat.. plak plak plak", kali ini sebuah tamparan mendarat di kedua pipiku

"Ampun Pak.."

*plak plak plak plak*

"Ayo jilat!! Buka mulutmu atau saya akan kencingi wajahmu!", kata Pak Suroso

Tamparan demi tamparan pada pipiku terus dilakukannya. Semakin lama dipukuli, rasanya semakin perih. Terpaksa perlahan kubuka mulutku dan kujilat buah zakar berwarna hitam berkerut itu. Kucoba menikmati telor hitam milik Pak Suroso itu dengan ikhlas. Awalnya kujilati dengan menahan nafas dan membuang perasaan jijik yang ada. Setelah semakin terbiasa kujilati daki-daki yang menempel di buah zakar Pak Suroso, aku beranikan diriku untuk menjilati area yang lain

"Nah gitu kan pinter. Jadi kamu gak perlu dikasari kalau gini. Ayo jilatin juga selangkangan saya yang gatal perih ini.. Sshhhh..", Perintah Pak Suroso

Kupandang sejenak selangkangannya yang hitam kemerahan itu. Sebenarnya aku begitu mual melihat bagian tubuhnya yang hitam dan sedikit bergerinjal texturenya itu. Pelan-pelan kucocol lidahku ke selangkanan pak Suroso yang abu-abu kemerahan penuh daki. Lidahku mencoba membiasakan merasakan aroma tidak sedap dari area kelamin bapak gemuk itu. Setelah itu lidahku mulai menari-nari mengitari bagian bola-bola kelamin Pak Suroso sebelah kiri dan kanan hingga seluruh bagian bola zakarnya terkena jilatanku. Kubuang penuhbrasa jijikku dan kembali kusentuhkan lidahku ke area licin selangkangan Pak Suroso yang hitam. Air liurku mulai menyapu perlahan membasahi area selangkangannya. Kali ini jikatanku ke selangkangannya lebih fasih dan tanpa ragu-ragu

"Aaahh.. jancukk.. Sambil didoakan Mbak Rista.. Sapa tau gatal-gatal saya bisa sembuh setelah dijilati dan didoakan sama Ustadzah Rista. Sshhhh..", kata Pak Suroso sambil mendesis keenakan mendorong kepalaku agar lebih dalam menjilati selangkangannya

Tentu saja aku tak menuruti perkataannya. Konyol rasanya aku berdoa sambil menjilati selangkangan bapak yang baru kutemui kemarin malam itu. Ku coba menahan aroma yang timbul dari bagian dalam selangkangannya. Pak Suroso membuka kakinya lebih lebar agar lidahku menjangkau bagian selangkangan sebelah belakangnya.

Setelah seluruh bagian hitam pada buah zakar dan selangkangannya berhasil kujilati barulah aku diminta mengulum alat kelaminnya yang sudah mengacung tegak. Kuciumi sebentar kepala penisnya, lalu kujilati dari bawah keatas batang penisnya yang gemuk dan sedikit lunak itu seperti sedang menjilati Es Krim. Kucoba menikmati mengoral penis Pak Suroso yang hitam dan berbulu lebat itu. Walau Beberapa kali jilatanku bersentuhan dengan bulu kelaminnya yang bau.

*sluruppp slurupp slurupppp* jilatanku terdengar begitu basah melumasi batang penisnya yang gemuk

"Aduh aduh aduh.. Baru ditinggal sebentar istriku sudah nakal ngulum kontol Bapak pelanggan nasgor saya..", kata Mas Tono mengejutkan kami dari belakang

"Iya Ton, istrimu ini ketagihan kontol. Lihat kontol saya sebentar saja dia jadi pingin jilat-jilat gini. Yasudah saya persilakan jilatin kontol saya biar istrimu ini senang. Heheheh", goda Pak Suroso

"Nakal ya kamu yank.. Baru beberapa saat kita nikah, kamu sudah jilatin kontol pria lain.. Kamu istri nakal harus dihukum..", kata Mas Tono

"Eehh ngga mas semua itu boh.. Hmmmpphhhh..", belum selesai aku menyelesaikan perkataanku, kepalaku sudah didorong oleh tangan Pak Suroso agar menjilati batang penisnya lagi

"Mau dihukum apa nih istri lontemu Ton? Heheheh.."

"Dihukum lubang anusnya dianal kontol Pak Suroso. Silakan pak entot lubang tai istri lonte saya ini. Saya mau coli sambil liat Istri saya melayani penghulu nikahnya. Hehehe..", Kata Mas Tono

"Lho kok berubah pikiran Ton? katanya saya gak boleh entot istrimu?", tanya Pak Suroso heran

"Ya tadi saya merenung dikamar mandi pak. sepertinya kontol saya kurang memuaskan istri saya pak. Jadi harus dikasih kontol Pak Suroso buat lubang tainya juga biar dia senang dapat 2 kontol hari ini"

"Saya kagum dengan keikhlasanmu Ton. Rela istrinya dianal pria lain..", Kata Pak Suroso

"Ahh. cuma istri sehari aja pak. Setelah tau dia lonte, saya akan ceraikan hari ini juga. Heheheh..", Kata Mas Tono

"Hayuk kita garap lonte ini Ton, kontol saya ngaceng pingin silaturahmi ke lubang bool ustadzah lonte...", Kata Pak Suroso

"Silakan bapak nikmati lubang tai istri lonte saya ini.. Saya mau liatin dulu sambil belajar dari bapak cara anal yang benar", kata Mas Tono

"Yasudah kamu pelajari ya gimana caranya menganal seorang wanita", kata Pak Suroso

"Pak jangan.. Haram pak.. Haram...", pintaku memelas menyadari lubang pantatku akan menjadi target mereka selanjutnya

"Heheheh.. siap2 lubang taimu saya pake. Jadi fungsinya tu lubang bukan cuma buat buang tai, tapi juga buat garuk kontol", kata Pak Suroso mesum

"Haram pak jangannn..", aku terus berusaha menjaga martabatku sebagai seorang akhwat yang tidak boleh dianal

Mereka tak peduli dengan rontaanku, lalu mereka berdua menyeret tubuhku ke dalam kamar. Terdapat sebuah kasur kecil berukuran single bed 90x200. sebenarnya hanya cukup untuk 1 orang saja. Namun Pak Suroso tetap membaringkanku diatas kasur itu. Dengan ganas bapak yang hampir berusia paruh baya itu mulai menciumi bibirku. Lidah kami beradu dengan liar. Bibirku sesekali digigit olehnya dan diludahinya bibirku sebelum dilumat lagi

"Juh juh juh juh.. Liat nih Ton istri lontemu.. bibirnya harus diludahi karena mudah sekali dia sepong kontol pria bukan mahromnya. Heheheh", kata Pak Suroso kembali melumat bibirku dengan kasar setelah diludahinya beberapa kali

"Sshhhh.. Hmmpppphhh.. Ahh..", desisku saat bapak itu terus menciumiku dengan ganas dan begitu rendah

Lidahnya bergerak menjilati bibirku katas dan bawah. Aku hanya bisa pasrah membiarkan serangan penuh nafsu itu mendarat tiada henti menyerang bibirku yang tipis

"Bibirmu menggoda sekali ustadzah.. Sshhhh.. sange saya liat kamu pakai baju gamis syari gini.. ", Kata Pak Suroso sambil menyingkap rok gamisku keatas hingga bagian bawah tubuhku terbuka kembali

"Mana saya mau cium dan jilati memek alimmu.. sluruppp sluruppp"

"Ohhh bapak.. ssshhh.. Aahhhh....", aku kembali mendesah saat kelaminku kembali diseruputnya

"Memekmu gatal yaah... Hah..", kata Pak Suroso sambil mengocok vaginaku dengan cepat

"Oohh yesss... Aaah.. Bapakkk... saya mau keluar... Sudaahhh..."

*creett cretttt creettt* vaginaku menembakkan cairan squirt beberapa kali

"Cok.. memek lonte.. dirangsang sebentar udah moncrot.. Ustadzah lonte suka zina ya lu... juh juh juh juh", kata Pak Suroso sambil meludahi lubang vaginaku beberapa kali

"Ayo lu pasti ustadzah kalau masturbasi bayangin kontol ustadz2 ya? Hah??? Memek Perek!!! Ustadzah lonte. Nungging lu!!", kata Pak Suroso mulai galak

"Iya Pak.. jangan kasar2 bapak..", pintaku

"Halah.. ukhti lonte kayak lu ngapain dialusin. Enakan dikasari. Ya ga Ton?"

"Iya Pak, istri saya yang lonte itu enaknya dikasari.. Semakin kasar dia akan semakin sange", kata Mas Tono sambil tanpa kusadari dia mulai merekam perlakuan Pak Suroso dengan kamera handphonenya

"Bagus Ton, dokumentasikan saya pakai memek ustadzah kampus ini. Hehehe.. Ngangkang lu. Mohon ke gw minta dianal!!!"

"Pak maaf jangan disitu pak.. di vagina saya saja gapapa jangan disitu..."

"Apa itu vagina? Ayo ustadzah lonte, lu harus bilang memek!! Ulangi!", Kata Pak Suroso sambil mencabuli vaginaku keluar masuk dengan kedua jarinya

"I.. Iyaa.. Aahhhh.. Bapak.. Pakai memek saya saja pak.. jangan dilubang pantat saya...", kataku jijik mengucapkan kata cabul dan nakal itu

"Gimana Ton? Dia minta dientot memeknya? Boleh saya entot memeknya?"

"Jangan Pak, lubang tainya saja", Kata Mas Tono sambil terus merekam sambil onani

"Anjir lu kebiasaan liat bokep jadi hobi coli lu. Bahkan punya istri masih aja coli lu. Heheheh", Kata Pak Suroso

"Hehe buat ngerangsang aja pak biar bisa berdiri maksimal kontol saya", jawab Mas Tono

"Lu denger sendiri kan? Suamimu minta saya entot lubang tai lu", Kata Pak Suroso sambil mulai meraba lubang pantatku

"Jangan pak.. Haram....", Kataku lemas namun sepertinya semua percuma

"Ton kamu ada cairan semacam minyak? buat ngelumasi lubang pembuangan istri lontemu ini"

"Ada minyak bekas goreng kemarin pak?"

"Boleh deh Ton"

Lalu Mas Tono bergegas keluar kamar mengambilkan minyak yang dimaksud. Tak beberapa Mas Tono kembali sbil membawa minyak bekas yang diwadahi mangkok kecil. Ternyata jumlahnya sedikit

"Segini cukup pak?"

"Iya coba dulu", Jawab Pak Suroso

Mas Tono kemudian menyerahkan mangkok berisi minyak bekas itu ke Pak Suroso

*juh juh juh juh*,Tiba-tiba pak Suroso meludahi lubang pantatku

"Buat tambahan pelumas dari ludah saya", terang Pak Suroso

Lalu dengan perlahan, Pak Suroso mulai menuangkan minyak bekas itu ke pantatku sedikit demi sedikit. Sambil sesekali telunjuknya dimasukkan untuk melumasi kulit dalam lubang pantatku

"Aaahhhh.. Sakit Pak...", kataku sambil meringis kesakitan

Jari pak Suroso bergerak lincah terus memberikan minyak bekas ke lubang pantatku hingga oantayku terasa sedikit hangat dan licin. Setelah seluruh minyak di mangkok habis, barulah Pak Suroso mengarahkan batang penisnya yang sudah tegang ke lubang pantatku. Penis gemuk itu meringsek masuk membelah lubang pantatku yang masih sempit.

"Ssshhh.. Pak.. jangan disitu.. Uuuuhh..", desisku

Penis Pak Suroso terus ia coba dorong hingga dapat menembus lubang anuskum Sementara Mas Tono terus merekam adegan anal ku bersama pembeli setia nasgornya.

"Heekkkhhh..", kurasa pantatku rasanya kedutan

*jleb.. jlebbb..*

Penis Pak Suroso mulai diterima kehadirannha oleh lubang pantatku. Tubuhku belakangku langsung terasa ada yang mengganjal saat alat kelamin Pak Suroso mencoblos lubang pembuanganku. Kakiku terasa gemetaran sehingga membuatku sulit mengimbangi posisiku yang sedang menungging

"Ohhh... nikmat sekali pantatmu ustadzahhhh... Ssshhh.. oohh..", desah Pak Suroso

Sodokan batang penisnya ke lubang pantatku semakin menjadi, karena pantatku sudah memproduksi semacam pelicin yang biasanya dikeluarkannya saat proses pembuangan. Terasa perih sekali lubang pantatku saat digasak pria gemuk ini. Walau ukuran penisnya tidak lah besar, namun tetap saja kehadiran benda asing pada lubang anusku membuatku kesakitan

"Oooouuhhh.. ouuuhhh.. pak...", kataku sambil mencengkeram erat sprei kasur

"Gilaaa saya gak sabar mau keluarrrrr... Aarrrggg..."

Tubuh Pak Suroso mengejang hebat. Pinggangku sampai diremasnya kuat-kuat saat penisnya mulai kedutan di dalam lubang anusku

*crot crot crot crot*

Beberapa semburan hangat menembak berkali-kali ke dalam lubang pantatku. Rasanya lubangku itu saat ini sedang tak karuan. Antara sakit, perih, sesak, licin dan hangat. Semua bercampur menjadi satu. Pak Suroso langsung mencabut batang penisnya keluar dari lubang anusku. Terasa sekali lubang anusku dempat terbuka lebar beberapa detik sepeninggal penisnya keluar. Sebelum pada akhirnya lubang itu menyempit kembali ke ukuran semula.

"Hahaha.. Mantab sekali lubang bool ustadzah. Ternyata sama saja kotornya. Hahahaha.. Ton saya pinjam kamar mandimu mau cuci kontol saya", Kata Pak Suroso dan meninggalkan kami dikamar

Lalu Mas Tono merangkak naik keatas ranjang. Tubuhnya yang kurus berlerut sixpack langsung menindihku yang sedang ngos-ngosan. Aku hanya bisa pasrah saat penisnya kembali diarahkan ke dalam lubang vaginaku tanpa meminta ijin kepadaku

*blessss*

"Aaahhhhh.. Mas...."

"Duh nikmat sekali ngentot kamu Mbak..." Kata Mas Tono memulai menyetubuhiku kembali

Sekali lagi penis Mas Tono yang berurat dan bertexture bergerigi itu terasa nikmat menggaruk kulit vaginaku bagian dalam. Sesekali kami berciuman mesra. Kubalas ciumannya dengan sebuah ciuman yang penuh nafsu membara. Walaupun ini adalah sebuah pernikahan kontrak selama 1 hari, kuanggap lelaki yang dihadapanku ini adalah suamiku yang harus kulayani dengan baik. Ironisnya, aku tidak pernah melakukan hal ini dengan calon resmi suamiku. Bersentuhan saja kami tidak pernah.

*jleb jleb jleb jleb*

"Aahh.. Aahhh.. Enak Mas.. Terus.. Terus mas...", desahku nakal membiarkan vaginaku digenceg-gencey alat kelamin penjual nasi goreng itu

"Aahhh.. Maaf Mbak saya lagi-lagi mau keluar. Ga bisa tahan lama liat muka mbak yang cantik ini memeknya sedang saya genjot", Kata Mas Tono

Kembali kurasakan batang penis kedutan di dalam tubuhku. Tusukan Mas Tono semakin cepat dan dia akan mencapai klimaks keduanya hari ini. Aku pasrahkan saja vaginaku akan menjadi tempT pembuangan sperma pria kurus berambut ikal ini

*crot crot crot*

Penisnya langsung menyemburkan lahar yang terasa kental, lengket, dan hangat di dalam rahimku. Setelah kedutannya mereda, tubuh kurus Mas Tono langsung ambruk menindih tubuhku. Rasanya begitu gerah mengingat aku sama sekali belum melepas gamis serta kerudung saat ini. Hanya celana dalamku saja yang sudah tertinggal di ruang tamu tadi

"Lho lho lho.. Saya cuma ninggal nyuci kontol sebentar kok Mas Tono sudah lemes ngos-ngosan? Hehehe", Tiba-tiba Pak Suroso sudah kembali sambil cengar-cengir

***

Jam dinding ruang tamu menunjuk pukul 12 siang. Tak terasa aku sudah berada di rumah ini selama 6 jam. Tubuhku saat ini sudah telanjang dan hanya menyisakan kerudung yang menutup aurat rambutku

*slurup slurup slurup slurup*

Dua orang pria yang kutemui kemarin malam sedang asyik duduk diruang tamu sambil ngobrol santai. Membahas apapun yang ingin mereka bahas. Mulai dari politik, olahraga, sampai membahas istri orang. Sedangkan aku saat ini duduk berlutut dalam keadaan telanjang mengulum penis mereka bergantian, hanya menyisakan kerudungku yang masih terpasang dengan rapi menutup rambutku

"Istrinya Pak Fahri kasian ya. Ditinggal suaminya tugas keluar kota terus. Pulangnya kadang sampai minggu depan", Kata Pak Suroso sedang membicarakan istri tetangga mereka

"Iya Pak, biasanya Bu Fahri beli nasgor ke tempat saya. Wajahnya kayak sedih pak..", kata Mas Tono

"Ya sedihlah Ton. Dia gak bisa dapatin jatah kontol suaminya.. Hahahah..", Kata Pak Suroso

"Pak Suroso aja silaturahim ke rumah Bu Fahri siapa tau bisa dapat jatah pak. Mumpung lagi kangen kontol dia", usul Mas Tono

"Gundulmu Ton.. Kalau bisa segampang itu ya saya bersyukur. Usia udah 35 tahun keatas tapi body masih kayak mahasiswi.. Hehehe..", Jawab Pak Tono

"Hehehe Betul pak. Saya setuju! Bodynya Bu Fahri masi bagus. Teteknya menggoda sekali apa lagi kerudungnya suka disingkap ke belakang jadi tonjolannya kelihatan menggoda", Kata Mas Tono

"Hehe Tapi Istrimu ini masih yang terbaik Ton di kampung ini. Cantik, hidung bangir, body mulus, kulit putih bersih, tetek meskipun ga begitu besar tapi pas digenggaman. Apalagi, dia bersedia sepong kontol selain suaminya dengan ikhlas.", Kata Pak Suroso mesum sambil tangannya meremasi payudaraku yang sudah terbuka bebas

"Aahhhhh..", desahku

"Hahaha.. Syukur lah pak saya punya istri shalihot penurut seperti ini", kata Mas Tono sambil mengelus2 kerudungku

"Gak ada niat perpanjang kontrak Ton? Saya jadi semangat silaturahim ke kelamin istrimu nanti. Hahahah", kata Pak Suroso sambil menarik kepalaku dan meminta giliran untuk mengulum penisnya

"Mau ngga mbak kontraknya diperpanjang?", tanya Mas Tono kepadaku

"Hah? Engg.. enggak mas..", jawabku

"Hahaha.. Mampus lu Ton ditolak nih ustadzah Lonte.."

"Saya sudah ada calon suami mas..", jawabku tersipu

"Yaelah.. Kasian calonmu. Ga tau kalau calon istrinya sedang melayani pria lain", kata Pak Suroso

"Kamu sudah pernah ngentot sama calonmu?", tanya Bapak gemuk itu lagi

Aku jawab tegas pertanyaan itu dengan gelengan kepala mantab

"Hahaha.. Lalu gimana kalau kamu hamil dari hubungan dengan Tono?", Tanya Pak Suroso sambil membelai kerudungku

"Iya Mbak, nikah sama saya saja. Saya akan jadi suami yang tanggung jawab. Hehehe..", kata Mas Tono sambil menarik kepalaku ke arah penisnya dan langsung kuhalap alat kelaminnya

*slurupp sluruppp slurupp* suara jilatanku pada kedua kelamin pria ini

"Ngga bisa mas.. Maaf saya sudah komitmen menjalin hubungan pernikahan dengan beliau. Aahhhh...", jawabku sambil mendesah saat tangan Mas Tono memencet puting susuku

"Yaudah Yuk Ton nikmatin calon istri orang ini bareng2 hari ini. Kata Pak Suroso sambil menarik tubuhku ke sofa. Posisiku saat ini langsung menghadap keluar jendela. Mataku bisa melihat jelas suasana jalanan depan rumah Mas Tono yang beberapa kali beberapa kali berseliweran kendaaran yang lewat, baik itu mobil maupun motor

Menyadari tubuhku sewaktu-waktu bisa saja terlihat dari luar, Aku segera menutup tubuhku yang sedang telanjang ini karena jendela rumah Mas Tono memang terbuka tanpa adanya gorden yang menutupi dalam rumah.

Tubuhku langsung dipangku oleh Pak Suroso. Tubuhku langsung berhadapan langsung dengan wajah Pak Suroso. Diciuminya bibirku dengan penuh nafsu, sambil kedua tangannya memilin puting susuku dengan kasar. Lalu Mas Tono juga tak tinggal diam. Dia lalu menaiki sofa dan menyodorkan batang kelaminnya ke arah bibirku. Menyadari keinginannya, aku segera menggenggam alat kelaminnya itu dan kumasukkan batang penisnya ke dalam mulutku

"Aaahhh.. Ustadzah suka main rame2 ya? Semangat banget. Hehehe", goda Pak Suroso sambil langsung mengarahkan batang penisnya ke dalam vaginaku

"Lho sorry Ton. Lupa saya ga boleh dimasukkan ke memek istrimu. Hehehe", Kata Pak Suroso menghentikan sodokannya

"Aahh.. Gapapa pak, pake aja memeknya. Saya sudah gak peduli. Dimata saya Mbak Rista ini cuma lonte yang butuh kontol.. Aaahh.. enak seponganmu sayang..", Kata Mas Tono merem melek menikmati lidahku yang menjilati organ kelaminnya.

"Ya udah klo gitu.. Goyang Lu ustadzah! Biar memek lu bisa digaruk kontol saya. Hehehe", perintah Pak Suroso

Aku mengangguk pasrah dan mulai menaik turunkan tubuhku diatas tubuh gemuk Pak Suroso. Kurasakan batang penisnya keluar masuk begitu nikmat saat tubuhku memompa penisnya.

"Bagus lonte!! Terus!! Ssshhh..", kata Pak Suroso menikmati penisnya diurut vaginaku yang duduk diatas pangkuannya

*slep slep slep* Suara vaginaku memompa penis Pak Suroso

"Mainkan tetekmu!!", perintah Pak Suroso sambil kedua tangannya memegangi pinggangku

Aku meneruskan tubuhku untuk naik turun dipangkuan Pak Suroso. Kurasakan batang penisnya terus naik turun membelah vaginaku yang sudah becek. Kemudian Tanganku mulai meremas payudaraku yang menggelantung bebas dihadapannya. Kupilin puting susuku sendiri dan membiarkan bapak berusia 45 tahunan itu menikmati pemandangan indah dihadapannya. Seorang gadis berkerudung telanjang dengan nakal memainkan payudaranya sendiri dihadapan pria yang bukan siapa-siapanya Sementara mulutku masih sibuk dengan mengulum penis Mas Tono yang terus menegang karena permainan oral seksku

Setelah itu Mas Tono meminta Pak Suroso membalikkan tubuhku kembali menghadap ke dalam rumah, sehingga kali ini tubuhku menghadap ke Mas Tono. Pak Suroso lalu mencabut batang penisnya dari dalam vaginaku dan mengarahkan kelaminnya ke dalam lubang pantatku

"Hajar lubangnya bareng2 Ton", kata Pak Suroso sambil mulai mendorong batang kejantannya kembali ke lubang pantatku

"Aduuuhhh.. sshh. Ooohh sakit pak... Jangan disitu...", desahku saat penis itu terus meringsek masuk ke dalam lubang sempit itu

"biar lubang taimu terbiasa disodok kontol ustadzah.. Heheheh", kata Pak Suroso sambil terus membenamkan alat kelaminnya ke dalam lubang pantatku

"Aahhhh pak..."

Lalu Mas Tono mulai mengarahkan alat kelaminnya ke kelaminku yang sudah terbuka siap untuk kembali disetubuhi. Mudah saja bagi Mas Tono kali ini menancapkan ke dalam vaginaku. Selain karena sudah terbuka menganga, vaginaku saat ini juga sudah sangat licin karena lendir yang terus keluar dari dalam kelaminku itu

"Aduh cuk enak e memekmu mbak... Ssshh..", desah Mas Tono

"Iya Ton. Jancuk ini emang lonte.. malah semangat kalau didouble penetration. Hajar memeknya Ton sampek dower tu memek..", Kata Pak Suroso menyemangati Mas Tono

"Iya Pak, Enak nih memeknya dibikin dower biar suaminya nanti tinggal nikmatin memek dowernya saja. Hahaha..", Kata Mas Tono

"Aahhh.. Mas.. pelan-pelan.. Pak... Jangan dalem2 ke lubang pantat saya.. Aaaaahhh...", desahku kesakitan

*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*

Mataku memandang ke arah bawah sambil bibirku kugigit meringis menahan sakit. Kulihat bagaimana proses kedua kelamin itu keluar masuk bersamaan ke kedua lubang bawahku. Terlihat sekali penis mereka leluasa menghajar lubang vagina serta anusku tanpa ampun. Walau penis Pak Suroso gemuk nyatanya penisnya masih sanggup dicolokkan ke lubang pembuanganku itu.

*Beda dengan Ithonk.. dia masih tidak percaya diri memasukkan kelaminnya ke lubangku yang itu...*, kataku dalam hati

*Astghfrlhh.. Apa yang sudah kupikirkan*, lanjutku segera menepis bayang2 disetubuhi ketiga tuanku itu

"Aarrggghhh.. Saya keluar..", pekik Mas Tono tiba-tiba

*crot crot crot*

Bukannya menarik keluar penisnya, Mas Tono malah membenamkan penisnya semakin dalam. Dan disemburkannya tanpa ragu ke dalam rahimku. Terasa sekali penisnya kedutan didalam vaginaku dan cairan kental hangat itu merembes keluar melalui sela2 kedua kelamin kami.

"Hah.. Hah.. Hah.. Lega.. Semoga hamil kamu Mbak biar calonmu mutusin kamu. Nanti kita nikah dan aku akan rawat kamu sebaik mungkin dibantu Pak Suroso. Biar kebutuhan batinmu tercukupi Heheheh..", Kata Mas Tono

"Wah ide bagus itu Ton kalau saya dijinin ngentot istrimu nantinya", Kata Pak Suroso lalu mengganti posisi tubuhku

Kali ini tubuhku ditelentangkan ke sofa. Kemudian Pak Suroso mengangkangkan kedua kaki selebar mungkin, lalu diarahkannya kelaminnya ke dalam vaginaku yang masih menyisakan sisa sperma Mas Tono

"Saya ijin belanja dulu Pak Suroso buat jualan nanti malam. Kamu layani tamu istimewa kita dengan baik istri lonteku..", Kata Mas Tono sambil mencium bibirku

"Oiya jangan disembur ke dalam pak. Ga lucu nanti Mbak Rista hamil anak Pak Suroso. Hehehe..", Kata Mas Tono sambil berlalu meninggalkanku yang mulai dikerjai Pak Suroso seorang diri

*Oouuuhh.. Mas Adi.. Afwan Akhiii.. Vagina ana.. sudah diobrak abrik penis-penis pria.. Aaahhhh...* desahku dalam hati

*jleb jleb jleb jleb*

Tusukan penis Pak Suroso begitu kencang, walau tidak sampai mentok tapi cukup memberikan kenikmatan. Kubiarkan saja bapak-bapak ini terus menggenjot vaginaku. Toh semua sudah terjadi, tidak ada alasan bagiku untuk meronta dan melawan. Setelah puas menyetubuhiku dengan posisi konvensional. Pak Suroso kembali memintaku berganti posisi, kali ini memintaku menungging. Kedua pantat telanjangku ditamparnya beberapa kali sebelum penisnya kembali ditancapkan ke dalam vaginaku

"Aahhhhh... Aaahhhh.. Ahhhhhh", desahku semakin bersemangat melayani bapak ini

Walau penisnya tidak besar tetapi Pak Suroso begitu pengalaman. Temponya begitu teratur dan tidak terburu-buru sehingga kenikmatan yang kurasakan tiada habisnya. Bahkan tubuhku ikut maju mundur bersamaan dengan tiap sodokan batang penisnya dari belakang

"Iya bagus, goyang yang bener.. Goyangkan pantat mulusmu ini Ustadzah Rista..", kata Pak Suroso sambil membelai kedua pantatku yang sedang menungging dihadapannya

*plak plak plak plak*

"Ahhh.. pak.. Terusss.. enak.. enak.. aahhh.. aaahhhh..", aku semakin terbuai permainannya

"Enak mana ngentot sama saya atau sama si Tono?", goda Pak Suroso

"Iyaahh.. enak sama Bapak.. Ouuhh.."

"Jadi saya boleh sembur peju saya ke memekmu ya ustadzah Rista?"

"Iya bolehhh pak.. Semburkan sperma bapak ke memek saya saja...", jawabku semakin gila

Aku sudah lupa aku adalah seorang akhwat berjilbab syari yang seharusnya menjaga diri. Bukan seperti pelacur yang mengijinkan seorang pria menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Bahkan ironisnya kuberikan tubuhku secara gratis kepada mereka. Tubuh serta akal pikiranku sudah tidak mampu melawan kenikmatan ini. Keduanya sudah tunduk pada nafsu syahwat bersetubuh dengan para pria. Tubuhku bergerak menuruti birahiku, bergoyang seirama dengan tiap tusukan Pak Suroso. Serta berharap bapak yang sedang mendoggyku ini puas dengan pelayananku sebagai wanita

"Ooohhh.. Saya mau Keluarrrr...", Kata Pak Suroso tiba-tiba lalu membenamkan penisnya dalam-dalam ke vaginaku

"Iyaaa pak didalammm pak.. Aahhhh..", pekikku saat merasakan sebuah cairan hangat kembali menembak-nembak dalam rahimku

*crot crot crot crot*

Semburan sperma Pak Suroso begitu banyak menyemprot ke dalam kelaminku Tubuhku langsung terjatuh tak berdaya setelah beberapa jam ini melayani mereka tanpa henti. Sperma Pak Suroso mulai meluber perlahan, bercampur dengan sperma Mas Tono yang sudah mengering.

"Hehehe. Nikmat bener tubuhmu Mbak Rista..", puji Pak Suroso sambil kembali berpakaian

Aku bahkan tak sanggup menjawab perkataannya. Nafasku tersengal-sengal dan kurasakan kedua lubangku mulai terasa perih. Mata Pak Suroso terus menatap kearah tubuh telanjangku begitu rendah. Senyumnya begitu merendahkan harga diriku.

Kenyataannya aku sudah menjadi akhwat yang tak punya harga diri. Kali ini aku benar-benar mengakui hal itu. Ternyata tubuhku bukan hanya sanggup melayani Mas Endrix dan teman-temannya saja. Tetapi tubuhku pun sanggup melayani kedua orang pria yang baru saja kukenal dengan kesadaran penuh, Tanpa paksaan apapun, dan kulakukan semua itu dengan ikhlas.

"Kalau kamu gak mau sama Tono. Kamu nikah saja sama saya. Saya jadikan kamu istri kedua saya. Kalau istri saya menolak poligami, akan saya ceraikan asal saya bisa jadikan kamu istri saya.. Hehehe.."

"Jangan pak.. Hah.. Hah.. Hah.. Saya jadi gak enak sama istri bapak.."

"Yasudah kalau gitu gapapa kamu jadi istri Tono. Toh dia sudah ijinin saya buat setubuhin kamu nantinya. Heheheheh...", Kata Pak Suroso

Tak kutanggapi perkataannya dan kubiarkan tubuh telanjangku berisitirahat sejenak dari rasa lelah sisa pertempuran dari pagi hingga siang hari ini. Seiring dengan berlalunya permainan gila ini, kembali kesadaranku perlahan muncul. perlahan rasa penyesalan mulai merambati pikiranku. Penyesalan karena aku sudah mengkhianati Mas Adi. Dia yang benar2 menginginkanku jadi istrinya dan tulus mencintaiku bukan hanya karena nafsu.

"Tono lama bener, yasudah saya pulang dulu Mbak. Ga enak saya lama2 dirumah Tono. Nanti istri saya mikir macem-macem suaminya ngapain sih lama2 bener di rumah Tono. Bisa2 dikira saya homo. Hahahah.. Saya pamit dulu mbak, salam buat Tono", kata Pak Suroso sambil keluar meninggalkan rumah Mas Tono

Sepeninggal Pak Suroso, akupun segera meraih pakaianku yang kocar-kacir. Ada yang diruang tamu, ada yang di kamar tidur Mas Tono. Kubersihkan sisa sperma kedua pria itu dari tubuhku dengan tisu yang tersedia diatas meja ruang tamu. Kemudian sambil menunggu kedatangan Mas Tono, kuputuskan untuk membereskan beberapa barang yang berantakan akibat pertempuran hari ini

Selang 15 menit kemudian Mas Tono sudah kembali, lengkap dengan tas plastik besar yang berisi bahan-bahan yang ia butuhkan untuk berjualan nasi goreng nanti malam

"Kemana Pak Suroso?", tanya Mas Tono heran melihatku sudah sendirian duduk diruang tamu rumahnya

"Sudah pulang..."

"Pak Suroso enggak ngeluarin pejunya didalam kan?", tanya Mas Tono curiga

"Ehh.. Errr.. Enggak kok mas.. Diluar kok..", jawabku berbohong

"Yasudah kalau gitu. Soalnya tu bapak-bapak kadang suka bohong. Hehehe.. Oiya, Nanti kamu bantu saya jualan ya", kata Mas Tono dan akupun menyanggupinya

***

Jam 17.30 aku dan Mas Tono sudah bersiap menata rombong nasi gorengnya di tempat pos kamling biasanya. Beberapa orang yang seliweran sempat menoleh ke arahku

"bojomu ta Ton?" (istrimu ya Ton?), tanya seseorang pengendara motor yang melintas sambil menyapa Mas Tono sambil terus berjalan

"Oiyo laaahhh..", jawab Mas Tono sedikit berteriak dengan bangga

Beberapa saat kemudian, pembeli nasgor Mas Tono mulai berdatangan. Terlihat sekali Mas Tono kelabakan melihat banyaknya pembeli yang datang hari ini. Sesekali disekanya keringat yang menetes dari keningnya sambil ia terus menggoreng. Akupun tak kalah sibuk, kupotong sayur dan ayam dan kusiapkan kertas bungkus untuk membungkus pesanan-pesanan makanan itu.

Beberapa pembeli memuji kecantikanku dan memuji keberuntungan Tono bisa mendapatkan asisten secantik aku. Aku hanya tersipu malu dipuji seperti itu. Entah mengapa akhir-akhir ini aku begitu suka jika dipuji. Namun Mas Tono memberi penjelasan hanya dibantu olehku hari ini saja. Tentunya beberapa pembeli kecewa karena mereka tidak bisa menemuiku lagi.

4jam berjualan saja dagangan Mas Tono sudah habis tak tersisa. Biasanya dia pulang malam jam 1 itupun kadang masih tersisa beberapa porsi. Kali ini jam 21.30, Mas Tono sudah bisa pulang dan seluruh bahannya sudah habis tak tersisa. Bahkan kuingat tadi pembeli terakhir yang kehabisan nasi dan mie goreng, akhirnya hanya memesan Telur Dadar saja demi bisa mendapatkan kesempatan mengobrol denganku

"Duh kalau Mbak Rista bisa bantu jualan saya setiap hari. Pasti dagangan saya cepat laku nih mbak. Laris manis. Hehehe..", kata Mas Tono

"Alhmdlh.. Rejeki Mas Tono", jawabku

Setelah semua beres, mas Tono kembali mengajakku ke kamar dan akupun melayani pemuda itu kembali malam ini. Desahan demi desahan bersahut-sahutan terdengar.
Berbagai macam gaya ia coba, ada yang gagal, ada pula yang berhasil, karena memang Mas Tono belum pengalaman. Akupun berusaha totalitas melayaninya dengan baik. Total malam ini ia tanamkan bibit spermanya ke rahimku sebanyak 3x lalu setelah ia benar-benar puas, aku baru dibolehkan pulang sebelum shubuh. Saat orang2 belum pada bangun sehingga aku bisa aman keluar dari rumah ini

**bersambung**
Ga sabar nunggu dewi
 
Scene 13 : Kawin Kontrak (POV Rista)

Aku berada dalam sebuah kota yang sebagian besar berwarna merah. Bahkan langitnya pun berwarna merah darah. Disetiap bangunan terdapat api-api yang menyala-nyala. Pada ujung atap bangunan yang tajam, terlihat asap hitam yang mengepul tebal membakar sesuatu diatas sana, menimbulkan bau busuk yang menjijikkan.

Tiba2 tanganku ditangkap oleh sebuah makhluk berwajah mengerikan. Makhluk itu berdiri telanjang, seluruh kulitnya berwarna merah menyala, dibagian belakang tubuhnya terdapat sayap yang berbentuk seperti sayap kalelawar tetapi lebih tajam-tajam. Sekali ia kepakkan sayapnya, seluruh pakaian yang kukenakan langsung robek seketika.

Dalam waktu tidak sampai 2 detik, tubuhku sudah telanjang bulat dihadapan makhluk mengerikan itu. Gigi-giginya yang tajam menyeringai menatap ke arahku yang ketakutan. Seolah makhluk itu ingin memangsaku sekarang juga. Batang penis makhluk itu mengacung tegak dan semakin besar. Dia lalu berteriak lantang seperti sedang mengumpulkan tenaga. Kulihat alat kelaminnya semakin lama semakin membesar dan terus membesar, membuatku tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini.

Lalu setelah selesai mentransformasi ukuran penisnya hingga berukuran super raksasa, makhluk itu mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya yang kekar dan berkuku tajam. Area vaginaku langsung diarahkan ke batang penis raksasanya yang berwarna merah yang sudah berdiri tegak siap untuk memperkosaku. Aku tidak sanggup melawan karena tubuhku dicengkeram erat dengan kedua tangannya yang sangat kuat

"Hegggghhh..", mataku melotot seperti mau keluar saat penis raksasa itu mulai ditancapkan ke vaginaku

Benda raksasa itu mulai membelah vaginaku semakin dalam. Terasa vaginaku sampai berdarah sepertinya belahan lubang kelaminku mulai robek karena dipaksa menampung alat kelamin yang besarnya bisa 7x punya Endrix. Belum apa2 vaginaku sudah terasa perih yang teramat sangat. Darah mengucur deras dari alat kelaminku itu

"Ooohhh.. Besar... terlalu besar ituu.. ahhhhhhhhh....", pekikku seolah aku akan mati saat itu juga

*zlabbbbbb* tiba2 semua menjadi kosong

***

Mataku langsung terbuka, sebuah mimpi buruk yang baru saja muncul sebagai bunga tidurku. Jelas sekali ini mimpi yang sangat mengerikan. Tubuhku berkeringat deras, nafasku juga tersengal-sengal. Semua kejadian tadi terasa begitu nyata. Untungnya aku terbangun dari tidurku sehingga makhluk tadi belum sempat menancapkan alat kelaminnya yang sangat besar itu seutuhnya ke lubang vaginaku. Jika dianalogikan mungkin panjangnya seperti tongkat baseball, atau mungkin bisa lebih dari itu.

*Makhluk apa itu? Setankah?? Astghfrlh.. Astaghfrlh..*

Mungkin sebelum tidur aku lupa berdo'a sehingga muncul mimpi mengerikan seperti tadi. Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 shubuh. Tiba saatnya untuk melaksanakan ibadah 5 waktu kewajiban agamaku. Namun entah mengapa tubuhku terasa begitu berat dan enggan melakukannya. Padahal biasanya aku selalu mengutamakan kewajiban ini diatas semua urusanku

"Nanti aja ah.. masih malas..", gumamku sambil meraih handphone yang semalaman aku cas.

Lalu aku langsung membuka Grup WA Belajar Kelompok, dan memutar video porno dimana aku menjadi bintang filmya. Aku ingat betul ini adalah rekaman saat pertama kalinya Endrix mengijinkan teman-temannya untuk menyetubuhiku. Terlihat ketiga berandal itu mencumbuku dan mengerubungi tubuh telanjangku. Tangan2 mereka dengan leluasa menjamah seluruh tubuhku yang sudah terbuka tanpa penutup. Kepalaku terlihat sibuk sekali dalam video tersebut, bergantian mereka memaksa menarik kepalaku kekiri dan ke kanan, bergantian menciumi bibirku, kuingat betul air liur mereka bercampur menjadi satu dirongga mulutku. Lalu tangan-tangan mereka berebutan meremasi kedua gunung kembarku, memilin-milin putingnya dan mencubit-cubutnya dengan nakal hingga mengeras.

"Ooohhh.. Ya Tuhann. Nikmat sekali ini.. Aahhhhh...", desahku sambil mulai kupilin puting susuku sendiri membayangkan rasa pada rekaman video itu

Lalu adegan terus berlanjut, mereka mulai bergantian melumat puting susuku yang sudah mulai mengeras. Bobby dan Ithonk terlihat menetek pada kedua puting susuku secara bersamaan. Rasanya bagian dadaku seperti disedot oleh mulut mereka hingga kempes. Lalu terlihat Endrix mulai menyetubuhiku. Terlihat jelas kelamin Endrix keluar masuk menyodok-nyodok alat kelaminku. Melihat hal itu, tiba-tiba vaginaku terasa gatal dan mulai basah. Kucoba mengocok alat kelaminku sambil membayangkan kenikmatan yang kurasakan saat dikerjai oleh mereka bertiga

"Ssshhh.. Aaahhhh... Enak..", aku mendesah nikmat

Cairan vaginaku tumpah meluber membasahi kain sprei tempat tidurku. Tanganku tak bisa berhenti mengocok lubang senggamaku sendiri. Walau vaginaku terus menghasilkan lendir, jemariku sama sekali tidak berhenti memainkan lubang kelaminku sendiri. Sudah beberapa hari ini aku melakukan perbuatan nakal dan memalukan ini. Bermasturbasi sambil menggerayangi tubuhku sendiri dan menonton adegan video mesumku dengan mereka. Terbayang betapa nikmat rasanya vaginaku ditumbuk oleh Endrix, Bobby dan Ithonk secara bergantian. Membayangkan itu saja, cairan vaginaku tumpah tanpa perlu disentuh.

"Aahhhhh..." desahku lirih membiarkan vaginaku terus mengucurkan cairan bening beraroma pesing ini cukup deras

Tubuhku mengejang dan bergetar-getar hebat. Vaginaku terus memuncratkan air bening yang beraroma pesing ini hingga habis. Kain sepreiku benar-benar basah seperti barusan kena ompol. Lalu setelah tetes terakhir berhenti, kurasakan tubuhku mulai lemas dan terasa begitu lega. Nafasku tersengal-sengal puas karena tubuhku telah meraih orgasmenya pagi ini. Kuurungkan niatku untuk beribadah dan melanjutkan bermasturbasi memulai pagi ini

***

1 Jam sudah berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Sebenarnya masih ada waktu untuk melaksanakan ibadah 5 waktu namun aku putuskan untuk melewatkannya. Sudah sering sekali aku lalai menjalankan kewajiban agama ini. Bahkan pernah kewajiban ibadah 5 waktuku tak kulaksanakan sama sekali karena aku lebih memilih untuk menjalankan kewajibanku yang lain. Yaitu melayani Tuan Endrix.

Aku pikir percuma juga aku ibadah toh setelah ini aku akan berzina dengan Mas Tono penjual nasi goreng yang memintaku untuk menjadi istrinya. Sebagai ganti karena aku tidak bisa membayar pesanan nasi goreng yang kupesan semalam. Unungnya rumah kontrakan Mas Tono tidak begitu jauh dengan rumah kontrakanku.

Aku lalu mulai membuka lemari bajuku. Kuputuskan memakai dalaman saja hari ini, sedikit melawan perintah tuanku. Namun tak masalah, karena pasti nanti akan dilepas juga. Pilihanku jatuh kepada Bra sexy berwarna hitam berenda transparan. Pada bagian putingnya, terdapat lubang sehingga mengexpose puting susuku yang dibiarkan terbuka. Sedangkan untuk celana dalamnya juga berwarna hitam, berenda dan posisi tengahnya berlubang, sehingga lubang vaginaku tetap terbuka.

Setelah itu, Aku segera memilih pakaian apa yang akan kupakai. Kubongkar sebagian isi lemari dan kulihat sebuah gamis cantik berwarna hijau olive, setelah menimang-nimang, kumasukkan gamis itu kedalam tasku sebagai pakaian cadangan. Mungkin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya. Buat jaga-jaga saja

Lalu Aku mulai mencari gamis lain yang cocok kupakai pagi ini. Pilihanku jatuh kesebuah gamis berwarna putih pada bagian rok dan lengan panjangnya. Di area depan, terdapat corak kotak-kotak hitam putih pada bagian perut dan dada sehingga penampilanku cukup lucu seperti papan catur. Hihihi..

*oke ini aja bagus*, gumamku dalam hati

Kututup rambutku dengan sebuah kerudung panjang syari berwarna hitam yang menjuntai menutup dada dan punggungku. Tak lupa kukenakan kaos kaki berwarna krem yang pada telapak kakinya, berwarna hitam. Sungguh busana yang sangat agamis. Orang tak akan menyangka kalau aku akan berzina dengan penampilan seperti ini. Setelah itu kusemprotkan beberapa kali parfum beraroma wangi segar menyengat pemberian Tuan Endrix agar tubuhku lebih sensual dan menarik perhatian.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.30. Aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Tak lupa aku meminta ijin kepada Tuanku sebelum berangkat

"Tuan, ana berangkat dulu untuk menjalankan perintah tuan melayani pria lain. Ana ijin menjadi istri Mas Tono sehari ini saja ya Tuan.. Afwan kalau nanti ana slow respon balas chat tuan, mungkin ana masih sibuk menjadi istri Mas Tono", ketikku dan kukirim ke Grup Belajar Kelompok

Kutunggu beberapa menit namun tidak ada jawaban. Tentu saja, mereka pasti masih bum bangun jam segini. Jujur saja jantungku saat ini berdegup kencang. Tuan Endrix mulai memintaku melayani pria lain sekarang, bukan tidak mungkin dia akan memintaku mengulangi perbuatan ini dikemudian hari. Berzina dengan pria lain diluar dia dan teman-temannya

*maafkan aku ya Tuhannn..*, kataku dalam hati

Lalu aku scroll chat WA ku, dan kudapati pesan Mas Adi yang dia kirim kemarin jam 14.00 siang, saat itu aku masih dirumah Tuan Endrix sehingga aku tidak tahu dia mengirimiku pesan

"Sudah makan belum ukhti?", begitu isi pesannya

Aku bingung membalas apa pesan tersebut, karena sudah benar2 terlambat untuk menjawab pertanyaan pemuda baik-baik itu. Lalu aku putuskan untuk mengabaikan dan tidak membalas pesan Mas Adi

*gila aku.. Dengan Mas Endrix aku meminta ijin dan melaporkan segala aktivitasku. Tetapi dengan Mas Adi calon suamiku, aku tidak membalas pesan chatnya. Bahkan aku tidak pernah ijin kemana saja aku dan apa saja yang sudah kulakukan selama ini dibelakangnya. Afwan Akhi...*

Aku kemudian melihat ke arah jam dinding kamar, jarum jam terus bergerak sehingga aku harus segera bergegas berangkat. Aku berjalan mengendap-endap keluar kamar. Sia-sia, Rupanya di ruang tamu sudah ada Mas Eko yang sedang asyik menatap layar handphone. Aku harus mencari alasan yang masuk akal agar dia tidak curiga.

"Waduh wanginya adik ipar mas. Pagi-pagi mau kemana dek?", tanya kakak iparku itu

"Ada urusan dikampus Mas. Ngurus skripsi sama sekalian ada beberapa keperluan di Sekretariat LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Mbak Dewi kemana mas?", kataku

"Mbakmu lagi ke pasar. Eh hape mas baru lho. Baru beli kemarin harganya 8jutaan. Kameranya bagus dek.. Desainnya Keren kan? Mbakmu juga kemarin Mas belikan hape baru, harganya 4 juta. Kasian hapenya yang lama layarnya udah pecah", kata Mas Eko mencoba pamer

*Ya Tuhaann mas.. ga penting sekali Mas Ekooo....*

"Coba kamu selfie pakai hapeku dek, pasti keliatan bagus banget"

"Iya bagus mas.. Kapan-kapan ya.. Ya Udah Rista berangkat dulu mas. Ijinin ke Mbak Dewi ya.. Aslmlkm..", jawabku segera meninggalkan ruang tamu ini

"Lho dek? ini mas mau liatin hasil kameranya.. Dek?? Yeee ditinggal...", kata Mas Eko kesal karena aku tidak menggubrisnya sama sekali

***

Akhirnya jam 6 lewat sedikit aku tiba di depan rumah kontrakan Mas Tono. Kulihat rombong nasi gorengnya yang bertuliskan "Nasi Goreng & Mie Goreng Mas Tono. Maknyusss!!!" terparkir rapi di teras rumah kontrakannya. Aku mulai mengetuk pagar rumah Mas Tono perlahan, agar tetangganya tidak mendengar suara ketukan pagarku.

Tiba-tiba sosok berambut ikal sedikit panjang bertubuh kurus itu keluar dari rumah dalam kondisi telanjang dada. Kelihatannya Mas Tono baru saja bangun tidur, terlihat dari rambutnya yang acak-acakan dan cara memandangnya yang masih sedikit merem saat melihatku.

"Eh mbak.. Sebentar..", Mas Tono kembali masuk ke dalam rumah kontrakannya.

Aku semakin was was dan berharap tidak ada yang orang yang melihatku bertamu di rumah Mas Tono sepagi ini. Tentunya mereka akan curiga jika tahu keberadaanku di Rumah Mas Tono. zseorang wanita datang ke rumah seorang pria, berdua-duaan didalam rumah. Walau saat ini aku menjadi istri Mas Tono namun tidak ada berkas pendukung yang menyatakan hal itu

Lalu Mas Tono sudah kembali dalam kondisi berpakaian dan segera membukakan pagar rumahnya dengan terburu-buru. Kepalanya celingukan memastikan suasana sekitar aman tidak ada orang. Dia membantuku memasukkan motor bebekku dan aku buru-buru disuruhnya masuk ke dalam rumah

"Masuk dulu mbak. Biar ga ada yang lihat"

"Ehh.. Iya Mas...", jawabku sambil segera masuk ke dalam rumah kontrakannya yang sederhana ini

"Duduk dulu mbak.. Mau minum apa?", kata Mas Tono sopan

"Ehh ngga usah repot-repot mas..", jawabku

"Gak papa kok. Sebentar saya buatkan teh dulu ya", kata Mas Tono lalu ia segera berjalan menuju dapur

Beberapa saat kemudian lelaki kurus berambut ikal lumayan panjang itu sudah kembali dengan membawa nampan berisi dua buah cangkir teh yang masih panas

"Aduh mas kok jadi repot-repot.", kataku ngga enak hati

"Ngga papa Mbak santai aja. Maaf rumah saya berantakan", kata Mas Tono sambil menggaruk rambutnya yang ikal

Rupanya Mas Tono cukup sopan dan kalem. Walau rumornya dia hobby melihat film porno seperti kata Bobby dan Ithonk, namun tidak kulihat gelagat mesum dari lelaki kurus ini. Menyadari hal ini cukup membuatku sedikit lega, sepertinya Mas Tono tidak akan memperlakukanku dengan buruk.

"Mbak maaf lho kemarin itu usulnya Pak Suroso buat ngerjai Mbak, ngetes mbak serius ngga dengan kata-kata Mbak. Ternyata mbaknya serius bahkan sampai gituan sama Pak Suroso.. Saya sebenarnya ikhlas kalau misal Mbak ngga ada uang, mbak bisa bayar kapan-kapan.."

"Iya gapapa Mas.. Yasudah sudah terjadi juga"

"Maaf ya mbak.. Oiya Mbak namanya siapa?"

"Saya Rista mas.."

"Kalau saya Tono mbak.. Martono lebih lengkapnya. Hehehe.."

"Oh iya mas.. Hehe.."

"Maaf mau nanya mbak Rista, Emang Mbak Rista aslinya pakai kerudung lebar gini ya? Saya agak pangling. Untung saya ingat tahi lalat mbak yang didekat mata itu. Hehehe"

"Iya Mas saya sebenarnya berjilbab gini setiap hari. Kemarin kebetulan lagi sama teman-teman jadi saya lepas"

"Oohhh.. Mbak kerja dimana?", tanya Mas Tono sambil meraih cangkir tehnya

"Saya masih kuliah mas, sibuk nyelesaikan skripsi. Tapi kadang saya juga ngelesi sih.."

"Ngelesi? anak2 SD?"

"Iya, SD dan SMP.."

"Ohhh.. Diminum dulu mbak..", kata Mas Tono

Lalu aku mulai meminum secangkir teh buatan Mas Tono itu. Terasa melegakan tenggorokanku yang terasa anyep sejak berangkat dari rumah. Aku menunggu apa yang akan dilakukan oleh Mas Tono selanjutnya. Karena dari tadi tidak dia tidak melakukan apapun, hanya ngobrol-ngobrol biasa.

"Maaf mas..", kataku tiba-tiba

"Iya Mbak Rista?"

"Kalau Mas Tono gimana, sudah nikah?"

"Hehe.. Belum mbak.. Boro-boro nikah.. Pacaran saja saya belum pernah.."

"Ohhh..", jawabku sambil mengangguk-angguk

"Mbak Rista gapapa nih? Kalau mau berubah pikiran saya ngga papa kok mbak. Sudah biasa menjomblo juga kok.."

"Iya.. Saya gapapa kok mas.."

"Emang kemarin kenapa mbak nawarin begitu? Hehehe"

*teng teng teng* suara pintu pagar tiba-toba terdengar

"Wah kayaknya Pak Suroso sudah datang", Kata Mas Tono sambil melihat ke arah depan rumahnya

*glek* aku menelan ludah mendengar nama bapak-bapak gemuk kemaren

"Pak Suroso? Mau kesini mas?", tanyaku berusaha tetap tenang padahal jantungku deg-degan

"Iya, Pak Suroso bersedia jadi saksi katanya..", jawab Mas Tono lugu

"Hah?? Saksi? untuk apa?", jawabku

"Kan kalau mau jadi suami istri harus nikah dulu Mbak.. Kata Pak Suroso sih harus gitu biar halal. Hehe..", Kata Mas Tono polos

"Ohh.. iya...", aku tersipu malu

Aku yang paham agama ini terasa tertonjok mendengar perkataan polos Mas Tono. Aku bahkan lupa poin penting tentang status pernikahan agar hubungan menjadi halal. Karena seringnya aku melayani nafsu birahi Mas Endrix dan teman-temannya sehingga aku mulai menyepelakan arti pernikahan.

"Saya bukakan pintu Pak Suroso dulu ya Mbak Rista", kata Mas Toni sambil bangkit dari duduk

Entah apa yang direncanakan bapak paruh baya itu. Iya begitu mudah mengelabui Mas Tono yang lugu. Aku jadi berpikir apakah benar Mas Tono suka film porno seperti yang dibilang Bobby dan Ithonk, karena dari tadi sikapnya begitu baik kepadaku. Bahkan dia sama sekali tidak mendekatiku dan menyentuhku. Tidak ada tanda-tanda perkataannya yang menjurus ke hal-hal cabul.

Pak Suroso akhirnya masuk ke dalam rumah Mas Tono. Bapak bertubuh gemuk berambut botak berusia sekitar 45 tahun itu tersenyum mesum menampakkan gigi-giginya yang kuning ke arahku. Pakaiannya cukup rapi sepertinya dia memang berniat sekali menjadi saksi kawin kontrak kami. Sebuah kemeja berwarna putih dengan lengan yang dilipat begitu kontras dengan warna kulitnya yang cokelat tua. Sekujur lengannya dipenuhi dengan bulu lebat. Dipadupadankan dengan celana kain berwarna hitam

"Wah mbaknya pakai baju ala ukhti nih?", kata Pak Suroso memandangiku terus-terusan

"Iya pak, katanya Mbak Rista setiap hari memang biasanya berjilbab lebar",kata Mas Tono

"Cantik sekali calon istrimu Tono. Heheheh.. Rista ya namanya? nama yang cantik.. Suka saya yang jibaban model ustadzah gini.", kata Pak Suroso terus memandangiku dengan tatatapan tajam

"Eeehh.. Tapi saya lho yang jadi suaminya hari ini pak", kata Mas Tono mencoba meluruskan kembali kesepakatan

"Iya tidak masalah. Akhirnya kamu gak jomblo lagi ya Tono.. Heheheh", kata Pak Suroso mengejek Mas Tono

"Hehehe.. Jangan diingetin pak. Sedih saya dengarnya", kata Mas Tono

"Memang kamu kesehariannya sibuk apa Mbak Rista? Jangan2 kamu seorang ustadzah ya?", kata Pak Suroso menebak-nebak

"Sa.. Saya mahasiswi aja pak, sesekali juga ngelesi ngajar anak2 dan sibuk di LDK ngurusin Dakwah Kampus", jawabku

"Tuh kan beneran ustadzah.. Heheheh.. Yasudah yuk dimulai akad nikahnya keburu siang", lanjut Pak Suroso

Bak akad nikah betulan, Aku dan Mas Tono didudukkan berdampingan didepan meja ruang tamu. Sedangkan Pak Suroso sudah siap duduk dihadapan kami, menjadi pengulu merangkap saksi di kawin kontrak ini.

"Oke, jadi disini saya akan menikahkan kalian berdua menjadi sepasang suami istri.", ujar Pak Suroso serius dan dijawab anggukan oleh kami

"Sebelumnya saya minta kalian jujur, Tono apakah kamu pernah berhubungan suami istri sebelumnya?", Tanya Pak Suroso

"Belum pernah Pak.."

"Oke masih perjaka ya berarti. Lalu kamu Mbak Rista, apakah kamu pernah berhubungan suami istri sebelumnya?"

"Errr.. pernah pak...", jawabku tersipu malu

"Hehe berapa kali?", selidik Pak Suroso

"Maaf saya tidak ingat...", jawabku tertunduk malu

"Tidak ingat? Jadi saya anggap kamu melakukannya lebih dari 1x. Sudah berapa pria yang sudah berhubungan badan denganmu? Ngga nyangka saya, Ustadzah nafsuan ya kamu..", tanya Pak Suroso dengan menatapku begitu mesum

"Maaf pertanyaan ini untuk apa ya pak?", tanyaku protes

"Saya mau tau kalian itu masih perjaka gadis atau sudah duda janda. Karena sebenarnya wanita yang sudah kehilangan keperawanan itu sudah bukan lagi seorang gadis. Melainkan dia sudah menjadi janda", jelas Pak Suroso

Kami hanya mengangguk-angguk penjelasan Pak Suroso. Memang aku pernah mendengar pemahaman soal janda, ada yang beranggapan janda itu artinya seseorang yang sudah pernah berhubungan badan. Entah itu terjadi karena pernikahan sah, perzinahan, atau pemerkosaan, jika sudah tidak perawan berarti dianggap janda.

"Jadi Mbak Rista sudah berhubungan badan dengan berapa pria? Biar saya bisa tahu Mbak Rista sudah janda berapa kali..", imbuh Pak Suroso dengan serius

"Sa.. saya cuma dengan 1 orang pak..", jawabku berbohong. Bisa panjang nanti kalau aku menjawab 3 orang

"Oke, karena kamu sudah janda, kamu tidak perlu wali untuk menikah lagi. Jadi bisa kita mulai sekarang.. Mas Kawin sudah ada?", Tanya Pak Suroso

"Wah belum ada pak..", Jawab Mas Tono

"Ga usah nominal besar. Seribu Rupiahpun bisa kok karena wanita yang baik kan yang ringan maharnya Hehehe.."

"Ohh gitu ya pak.. Saya ada kalau seribu rupiah"

"Yasudah kita mulai ya. Saya nikahkan dan kawinkan kamu saudara Tono dengan saudari Rista dengan mas kawin berupa uang seribu rupiah dibayar tunai", kata Pak Suroso sambil menjabat tangan Mas Tono

"Saya terima nikah dan kawinnya saudari Rista dengan mas kawin berupa uang sebesar seribu rupiah dibayar tunai", jawab Mas Tono cepat

"SAH!!! Kalian sekarang resmi menjadi sepasang suami istri.. Selamat yaa.. Jangan lupa mas kawin 1000 rupiahnya segera diserahkan ke Mbak Rista.", ajak Pak Suroso sambil berdiri

Mas Tono terlihat sumringah setelah menikahiku. Walau kesepakatannya hanya satu hari, entah mengapa dia begitu bahagia. Wajahnya tersenyum puas. Pak Suroso pun memandangiku terus-terusan dengan tatapan cabul.

"Ayo, karena ngga ada resepsi, kita rayakan sekarang.. Tono ayo segera setubuhi istrimu. Hehehe.. Ijinkan saya sebagai saksi nikah kalian melihatnya", kata Pak Suroso mesum

Aku terkejut mendengar perkataan Pak Suroso. Semuanya tidak sesuai dengan skenario yang kupikirkan. Padahal aku sempat berpikir Mas Tono tidak akan memperlakukanku macam-macam, tetapi dengan kehadiran bapak mesum ini, aku jadi khawatir.

"Kita rayakan disini ya sayang. Didepan Pak Suroso sebagai tamu kita satu2nya", Kata Mas Tono tiba2 tersenyum nakal

"Saya malu mas...", jawabku

"Sudah gapapa, toh Pak Suroso malah yang sudah liat tubuhmu duluan daripada saya", Kata Mas Tono sambil bibirnya tertuju ke arah bibirku

Akhirnya bibir Mas Tono menyentuh bibirku. Awalnya hanya sentuhan bibir biasa. Sebelum akhirnya dia mulai semakin bernafsu mencumbu bibirku. Tubuhnya yang kurus meringsek maju ke arahku. Bibirnya mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Lidahku pun bernasib sama, ia lumat habis dan dihisapnya air liurku sampai kering

"Eehh.. Ssshhhhh..", Aku terkejut dengan perlakuannya yang berubah 180 derajat, yang tadinya kalem sekarang menjadi bernafsu

"Saya bantu melucuti pakaian istrimu", Kata Pak Suroso sambil merangkak ke arahku yang sedang duduk diciumi Mas Tono dengan beringas hingga tubuhnya hampir menindih tubuhku. Pak Suroso lalu duduk dibelakangku dan menahan tubuhku dari belakang. Sehingga kali ini aku duduk bersandar pada perutnya yang buncit.

Tangan berbulu bapak berbadan gemuk itu mulai mempreteli kancing gamisku uang berada di depan. sementara itu Mas Tono terus melumat bibirku dengan penuh nafsu sambil tangannya mulai menyusup masuk ke dalam rok gamisku.

"Aaahhh...", aku mendesah saat tangannya langsung menyentuh alat kelaminku yang sudah basah

"Sshhh.. istri nakal ya kamu.. Sempak macam apa ini bolong tengahnya. Biar gampang dikocok ya memeknya Heheheh..", Kata Mas Tono sambil terus mencabuli vaginaku.

"Apa kata saya.. Istrimu ustadzah Nafusan Ton. Mana ada ustadzah model sempaknya kayak lonte. Kalau ngga dia itu emang ustadzah lonte Ton. Hehehe.."

"Ssshhhh.. Memekmu bacek banget mbak Rista... Ssshh.. Pertama kali saya megang memek secara langsung. Biasanya cuma tau lewat film bokep.. Heheheh", Kata Mas Tono jujur

Tangannya terus mengucek vaginaku dengan gerakan cepat. Sesekali terasa sakit karena kuku Mas Tono yang panjang beberapa kali mengenai kulit bibir vaginaku. Setelah itu, tak kusangka tiba-tiba Mas Tono mengambil dompetnya dan mengambil uang 1000 rupiah. Lalu dimasukkannya uang koin itu ke dalam vaginaku


"Aaaahhh... Ngapain mass.... Uuhh..", aku semakin mendesah saat tangan Mas Tono mendorong masuk uang koin 1000 rupiah ke dalam alat kelaminku hingga tertanam dilubang vaginaku

"Mau nyerahin maharku ke kamu..", jawab Mas Tono

"Istrimu Sangat murahan Tono. Hehehe.. Bahkan ia terima uang 1000 rupiah dengan memeknya itu. Hahahaha... Sepertinya dia tidak akan keberatan juga kalau bapak penghulu alias saya ikut menyetubuhinya. Hehehe...", kata Pak Suroso merendahkanku sambil mulai menowel2 kedua puting susuku

"Tapi hari ini saya saja lho pak yang dapat jatah. Bapak jangan ikutan Heheheh", kata Mas Tono

"Beres.. Saya hanya bantu ngerangsang istrimu saja. Kecuali kamu atau istrimu nanti ngijinin saya ikutan, ya saya akan dengan senang hati melakukan. Heheheh", ujar Pak Suroso terkekeh

Lalu dirogohnya saku dompetnya, setelah itu ia ambil selembar uang kertas sepuluh ribuan yang sudah lecek hampir sobek.

"Ini saya bawa uang 10ribu, sapa tau istrimu yang murahan itu lagi butuh duit. Heheheh..", kata Pak Suroso sambil menggesek-gesek uang kertas sepuluh ribuannya pada puting susuku

"Uuuhhhhh.. Pak....", desahku manja

"Dasar ustadzah Lonte, sempak model mamerin memek. Beha model mamerin pentil.. Nih ambil uang sepuluh ribu saya buat wanita murahan kayak kamu.. Heheheh..", Kata Pak Suroso terus menggesek kedua puting susuku dengan uang kertas itu

Entah sejak kapan gamisku sudah terbuka bagian dadanya. Sehingga braku yang berwarna hitam berenda pun sudah terlihat jelas mengurung payudaraku yang putingnya menyembul keluar. Pak Suroso terus memilin-milin kedua puting susuku dan menampar pucuk payudaraku itu dengan uang kertas yang ia genggam. Sedangkan Mas Tono terus mencumbuku dan mengocok vaginaku yang sudah begitu becek.

Setelah puas mengocok lubang senggamaku dan memasukkan uang koin 1000rupiah ke dalam vaginaku yang sudah banjir terkena lendir, rok gamisku disingkapnya keatas hingga kedua kakiku terbuka sempurna dihadapan suami kontrakku itu. Celana dalamku yang berlubang ditengahnya itu terexpose jelas menampakkan kelamin beserta bulu pubisku dihadapan kedua pria yang saat ini sedang memandangiku oenuh nafsu

"Busyett.. mulus bener nih paha...", puji Mas Tono sambil meraba2 permukaan kulit pahaku

"Aaahhhh.. Geli mas.....", desahku saat tangan kasar Mas Tono meraba pahaku dengan nakal

Lalu bibirnya usil menciumi permukaan pahaku. bibir Mas Tono yang bertekstur kasar dengan sedikit kumis dan brewok yang tumbuh tipis di sekitarnya itu membuatku semakin kegelian. Tubuhku secara reflek menggeliyat saat bibir Mas Tono mulai perlahan bergerak menciumi pahaku secara acak. Sesekali lidahnya menjilati kedua pahaku. Ditambah Lagi Pak Suroso juga tak henti-hentinya memilin puting susuku bersamaan. Membuat tubuhku seperti tersengat listrik karena rasa gelinya begitu luar biasa ketika paha dan putingku dirangsang bersamaan

Aku sejujurnya risih dengan perlakuan Mas Toni yang terus melumasi pahaku dengan air liurnya yang bau. Tetapi rasa geli yang semakin menjalar di syarafku ini memainkan birahiku sehingga tubuhku terus menggeliat akibat rangsangannya . Walau aku sebenarnya risih, tetapi Vaginaku malah semakin memproduksi lendir licin yang semakin membasahi lubang kelaminku. Belum lagi ciuman dan jilatan Mas Tono semakin keatas menuju ke area kelaminku.

"Ja.. jangan.. mass.... Jangan kesitu kotorr.. Aaahhhh...", Aku mendesah dengan Tubuh bergetar hebat

Bibir kasar Mas Tono sudah mendarat menciumi vaginaku. Tanganku berusaha menahan kepalanya, namun dengan mudah ditepisnya kedua tanganku dan ia terus menjilati vaginaku, sehingga aku hanya bisa pasrah merelakan vaginaku dijilati dan diciumi dengan beringas olehnya. Lidahnya mulai bergerak menyapu belahan vaginaku semakin dalam. Tubuhku semakin meronta, tidak pernah kubayangkan sebelumnya, vaginaku yang selama ini kujaga sejak aku baligh (hampir mencapai usia dewasa, sekitar umur 15an), pada akhirnya bernasib menyedihkan. Beberapa pria sudah melihat, menyentuh, bahkan menyetubuhi vaginaku.

"Aauuhhhh.. Mas... Geli... Aaahhhh.. Ssshhhh..", desahku semakin berisik karena jilatan Mas Tono begitu dalam

"Hehehe.. Cairan memekmu enak sekali istriku.. Ternyata gini rasanya. Gurih gurih manis.. Hehehe...", kata Mas Tono cengengesan sambil kembali menyedot habis seluruh lendir vaginaku

*slurup slurup slurup slurup* suara mukutnya yang terus menyedot cairan vaginaku, tubuhku sampai kelojotan ksrena bibirnya terus meringsek masuk ke dalam lubang kelaminku

"Oh Masak Ton? Punya istri saya pesing soalnya lendir memeknya. Hahahah.. Saya mau coba boleh Ton?", kata Pak Suroso sambil pindah posisi mendekati vaginaku

"Nih Pak coba aja, tapi sudah habis pak. Perlu dikocok lagi memek istri saya.. Hehehe", Kata Mas Tono sambil mempersilakan Pak Suroso menciumi vaginaku

"Ja.. Jangan.. Mas.... Aaahhh.. Ngga gini kesepakatannya.... Ooohhh..", protesku namun percuma

"Sudahlah, yang penting suamimu ngijinin.. Tugas istri kan melayani dan menuruti suami dengan baik. Hehehe", Kata Pak Suroso mulai menciumi dan menjilati dinding belahan vaginaku. Karena sudah kering, tangannya dengan nakal turut merangsang clitorisku pula

"Oooohhhhh...", pekikku semakin terangsang hebat saat vaginaku diucek dan diciuminya

Setelah menghentikan jilatajnya beberapa saat, kini jemari tebal Pak Suroso mulai mencabuli lubang vaginaku dengan cepat. Tubuhku kembali menggeliyat tak beraturan menahan nikmat. Tak kusangka, kakiku bahkan semakin terbuka mengangkang dihadapan bapak mesum berperut gemuk ini. Kulihat jelas telunjuk pak Suroso ia colok-colokkan ke liang senggamaku dengan kecepatan penuh.

*Ya Tuhannnn.. Ini terlalu nikmatttt..*, kataku dalam hati sambil memejamkan mata sambil mengejang-ejang

*kocokocokocokocok*

Telunjuk Pak Suroso sepertinya sudah terlumasi oleh cairan vaginaku. Sehingga rasa sakit akibat tusukannya jauh lebih berkurang daripada saat vaginaku kering tadi. Sebentar saja vaginaku sudah kembali berlendir sangat banyak tanda tubuhku kembali terangsang. Tanpa membuang waktu Bibir tebal Pak Suroso langsung mendarat di lubang vaginaku kembali. Kepalaku sampai terdongak saat lidah kasarnya mulai meringsek masuk ke sela-sela belahan vaginaku

"Ooooohhhhh... Bapakkk.... Aaahhh... geliii..", Tubuhku sampai bergetar dan rasanya aku akan mencapai orgasme pertamaku

Mas Tono memegangi kedua tanganku dengan erat. Tubuhku terus menggeliat dan perasaan ingin kencing semakin tak tertahankan. Aku meronta berharap Pak Suroso menghentikan jilatannya ke kelaminku. Namun dayangnya vaginaku terus dijilati tanpa ampun sehingga aku tak sanggup lagi menahan perasaan ingin keluar.

"Aaaahhhhhhhh..", desahku kencang

*cret cret cret*, dalam kondisi kedutan vaginaku menembak-nembakkan cairan bening beberapa kali

Nafasku tersengal-sengal. Belum apa-apa tubuhku sudah berkeringat deras. Pak Suroso memandangiku sejenak dsn memberikanku sedikit waktu untuk berisitirahat setelah squirt tadi. Setelah dirasa tubuhku mulai kembali tenang, mulutnya kembali menjilati vaginaku tanpa rasa jijik sedikit pun. Sisa cairan squirt bercampur sedikit urine yang kukeluarkan terus dijilatinnya seolah dia sedang melepas dahaga. Vaginaku saat ini sedang sensitif-sensitifnya akibat orgasme pertamaku. Jadi sedikit sentuhan saja, tubuhku langsung tersentak hebat.

Aku berusaha menahan kepalanya agar berhenti namun Pak Suroso malah semakin membenamkan kepalanya diantara pahaku.Aku begitu kegelian menerima serangan lidah Pak Suroso yang tanpa ampun terus mencocolkan lidahnya ke seluruh bagian vaginaku. Kali ini lidahnya bermain-main menggelitik bagian clitorisku. Aku kembali menggeliat. Tubuhku berkeringat deras diapit oleh kedua lelaki yang baru ketemui kemarin malam ini. Kembali aku mengejang-ngejang hebat. Kuremas kepala Pak Suroso yang berambut jarang itu kuat-kuat

"Ooohhh.. Pakkk.. Saya keluar lagiii.. Aaahhhhh...", desahku tak kuasa menahan rasa ingin keluar ini

*creett creettt cretttt* sekali lagi vaginaku mengeluarkan cairan bening dari lubang kencingku

"Ooohhhhh... Sshhhhh.. Bapak.. Aahhh.. Mas...", desahku saat tiba2 puting susuku dilahap oleh Mas Tono

Lidahnya bermain-main diujung puting susuku. Tanpa disadari, tubuhku mulai naik turun erotis menggeliat manja. Aku semakin terjebak dalam kenikmatan ini. Perlakuan mereka yang terus menjilati bagian-bagian sensitif tubuhku membawaku melupakan harga diriku sebagai seorang gadis berjilbab yang seharusnya menjaga diri.

Mas Tono mulai mengulum puting susuku bergantian. Sedangkan tangannya terus meremas-remas payudaraku yang masih terbungkus bra renda berwarna hitam. Begitu pula dengan Pak Suroso yang terus menjilati alat kelaminku penuh nafsu

"Iyaaahh terusss enakkkk.. Aahh..", aku akhirnya jujur dengan perasaanku sendiri

Aku mulai menikmati dijilati oleh pria-pria ini. Semua kenikmatan ini begitu membekas dan terekam di ingatanku. Sejak pertama aku bersetubuh dengan Mas Endrix, jujur aku menikmatinya. Perasaan kenikmatan saat disentuh, dicumbu, dan disetubuhi oleh pria tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Dulu aku yang selalu meneriakkan anti pacaran. anti perzinahan dan free sex. Sekarang, malah aku begitu menikmati dosa-dosa ini

Walau otakku masih melawan untuk tidak terperdaya dengan kenikmatan semu ini. Namun semakin aku tahan, jujur saja aku semakin tersiksa. Semuanya kenikmatan ini seolah menjadi kebutuhan pokok yang harus aku penuhi. Berkali-kali aku bermasturbasi, baik karena diperintah Mas Endrix ataupun atas keinginanku sendiri, namun aku tak pernah terasa senikmat sentuhan langsung dari para lelaki

"Oohhh.. Benar katamu Tono. Lendir memek gadis ini nikmat sekali. Saya sudah kuras habis jus memeknya hehehe.. Beda rasanya dengan punya istri saya dirumah.. Sempurna sekali kamu Mbak Rista.. Cantik, body bagus, putih mulus, tempiknya becek gurih nikmat.. Hehehe", puji Pak Suroso sambil memelorot lepas celana dalamku yang mengganggu

Entah mengapa pujian cabul itu membuatku tersipu malu. Ada rasa bangga saat tubuhku dipuji. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuh serta pikiranku. Segala yang berbau cabul dan nakal aku semakin suka. Sejak pertemuan dengan Mas Endrix, pelan tapi pasti aku merasa segala hal yang kuyakini dan kuoegang teguh mulai sirna, berganti menjadi perasaan yang selalu haus akan sentuhan pria seperti saat ini

Kedua pria ini memandangi vaginaku yang sudah terbuka. Terlihat lecek dan basah setelah mereka bergantian mengocok, mencolok dan menjilati area kelaminku itu. Mas Tono terlihat melongo memandangi vaginaku. Buru-buru aku tutup area kewanitaanku itu karena

Mas Tono lalu melucuti seluruh pakaiannya hingga telanjang. Tubuhnya Mas Tono kurus tetapi six pack pada bagian perutnya. Tanpa sadar aku terang-terangan memandangi alat kelaminnya yang sudah menggantung terbuka dengan bebas

"Dilihatin aja nih.. Kulum dong sayang..", kata Mas Tono sambil berdiri dihadapanku

"Ehhh.. iya mas..", jawabku tersipu dan mulai meraih batang penis Mas Tono si penjual nasi goreng

Aku lalu berlutut dihadapan Mas Tono. Kukocok sebentar penis Mas Tono hingga pelan-pelan alat kelaminnya itu muali menegang dan mengeras. Rupanya saat ereksi, penis Mas Tono cukup besar dan berotot. Setelah kurasakan batang penis Mas Tono sudah berukuran maksimal barulah aku masukkan benda itu kedalam mulutku.

"Ooohhh.. Hangat sekali mulutmu sayang... Sshhhh..", kata Mas Tono sambil mendesis menahan nikmat

"Gimana rasanya sepongan ukhti-ukhti Ton?", tanya Pak Suroso

"Sshhh.. enak pak.. hehehe...", kata Mas Yono cengengesan

Dengan gerakan perlahan, kepalaku maju mundur mengulum penis mas-mas penjual nasi goreng itu. Sesekali kujilat batang penisnya dari bawah dan kumasukkan lagi seutuhnya ke dalam mulutku. Kujilat batang itu dari bawah menuju bagian kepalanya. Pada garis lubang pipisnya tak lupa kujilati tipis2 dengan lidahku membuat tubuh kurus Mas Tono sedikit mengejang. Mas Tono begitu menikmati servis oral seksku ini. Wajahnya merem melek keenakan sambil sesekali memebelai kepalaku

"Sudah sudah.. bisa keluar saya lama2 disepong kayak gini. Hehehe", kata Mas Tono tiba-tiba dan mendorong tubuhku terbaring terlentang

Mas Tono kembali melumat bibirku dengan penuh nafsu. Kurasakan batang penisnya mulai menyentuh belahan vaginaku. Kupejamkan mataku rapat-rapat sambil menghela nafas, tidak perlu ada lagi penyesalan. sepertinya ini adalah takdir yang harus kuterima. Membiarkan vaginaku dizinahi oleh pria-pria. Penis Mas Tono didorong perlahan ke vaginaku, namun meleset.

"Gak pas itu Tono. Terlalu ke atas itu kontolmu", komentar Pak Suroso

Rupanya kali ini Pak Suroso hanya melihatku akan disetubuhi penjual nasi goreng langganannya. Dia seperti sedang menyaksikan film porno secara live dan real time dihadapan matanya sendiri. Sambil merokok ia menantikan show persetubuhan pertama antara Aku dan suami kontrakku.

"Iya pak.. Baru pertama kali saya.. Belum pengalaman. Hehehe", kata Mas Tono polos sambil kembali mengatur posisi penisnya agar tepat menusuk vaginaku

"Kalau kesulitan saya siap gantiin sekarang juga. Hehehe", kata Pak Suroso

"Hehehe.. Ngga pak, saya akan terus berusaha sampai bisa gol.", Kata Mas Tono

Kembali ia coba dorong perlahan alat kelaminnya ke arah lubang vaginaku. Aku hanya bisa pasrah menantikan benda tumpul milik Mas Tono menjebol kelaminku. Beberapa kali percobaan mas Tono mencoba memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, sampai akhirnya batang penis Mas Tono kurasakan mulai membelah vaginaku. Mataku semakin terpejam mencoba menikmati saat alat kelamin Mas Tono perlahan menerobos masuk ke liang senggamaku

"Bagus Tono, udah pas itu. Dorong terus ke memek istrimu.", Kata Pak Suroso sambil mengehembuskan asap rokoknya memandangi persetubuhan suami istri kontrak antara aku dan Mas Tono

"Oohh.. Mas.. Ssshhh..", desahku manja

"Ssshhh.. enak sayang memekmu.. Duh beruntung saya punya istri cantik seperti kamu Mbak..", Kata Mas Tono sambil terus mendorong masuk penisnya lebih dalam

"Tapi cuma sehari Ton. Hahahaha", imbuh Pak Suroso

"Yang penting saya bersyukur ngerasain memeknya Mbak Rista. Hehehe..", kata Mas Tono sambil terus konsentrasi mendorong penisnya ke dalam vaginaku

Setelah seluruh penis Mas Tono masuk, pemuda itu mulai menggenjot tubuhku yang masih tertutup oleh gamis. Hanya bagian bawahku yang terbuka dan sedang terjadi pertemuan dua kelamin dalam ikatan kawin kontrak ini

"Hah.. Hah.. Hah...", Mas Tono terus menggenjotku dengan nafas tersengal-sengal

*jleb jleb jleb jleb jleb*

Terlihat sekali Mas Tono tidak bisa mengatur tempo dan berusaha menuntaskan hubungan badan ini sesegera mungkin. Wajahnya yang kurus semakin terlihat berkeringat deras saat terus menyetubuhiku. Aku biarkan penis pemuda itu terus memompa menggesek dinding vaginaku. Tiap gesekan penisnya yang berurat terasa begitu nikmat. Rasanya seperti sedang menggaruk-garuk bagian dalam vaginaku yang semakin gatal

"Aaahhh.. Aahhhh.. Aahhh.. Pelan-pelan mas..", kataku mencoba mengingatkan karena takutnya diabakan segera keluar

Benar saja, beberapa detik kemudian Mas Tono terlihat akan mencapai puncak kenikmatannya. Seluruh tubuhnya mulai mengejang dan penisnya terasa kedutan. Aku menyadari pemuda ini akan segera klimaks dan keluar.

"Aku keluarin di dalam ya sayang... hah hah hah", kata Mas Tono semakin cepat menggenjotku

"Jangan di dalam mas...", Pintaku

"Ngapain diluar.. Didalam aja Ton. Kalian kan suami istri sekarang..", imbuh Pak Suroso

Kulirik bapak-bapak botak berperut buncit itu. Rupanya saat ini dia sedang onani memandangiku yang sedang disetubuhi penjual nasi goreng langganannya. Penis Pak Suroso sudah tegak, namun masih gemuk dan terlihat pendek

*Astghfrlh.. Kenapa aku malah melamun melihat kelamin bapak itu.. Astgfrlh..", kataku dalam hati

"Aaarrrgghhh.. Aku mau keluarrrrr...", tiba2 Mas Tono memekik dan seluruh tubuhnya bergetar sambil mulai bersiap menyemburkan maninya

"Aahhh.. Jangan didalam mas.....", aku mencoba meronta

*crot crot crot crot*

Namun sayangnya, cairan spermanya sudah terlanjur menyembur di dalam rahimku. Seluruh sperma kental Mas Tono tertanam dan terasa hangat didalam vaginaku. Setelah puas menyetubuhiku, langsung dicabutnya batang penis Mas Tono dari dalam vaginaku dan diapun segera meninggalkanku yang sedang terbaring di atas lantai ruang tamu kontrakannya. Sisa sperma miliknya meluber keluar dari dalam vaginaku, sedangkan tubuhku masih terbaring lemas dengan nafas ngos-ngosan.

"Saya mandi dulu Pak.. Dari tadi belum mandi", Kata Mas Tono meninggalkanku berduaan dengan Pak Suroso di ruang tamunya

"Lho saya kok ditinggal..", Kata Pak Suroso

"Kan ditemenin istri saya pak. Inget pak jangan dientot istri saya. Heheheh", kata Mas Tono sambil berlalu

"Siap Ton. Aman, istrimu tidak akan saya entot kok untuk saat ini", Kata Pak Suroso sambil tersenyum mesum

"Hehehe.. cantik sekali kamu Mbak Rista...", Kata Pak Suroso mulai bangkit sambil melucuti celana panjangnya

Kemudian dia berjalan dengan penisnya yang bergelantungan lemas ke arahku

Menyadari diriku dalam bahaya, aku mundurkan tubuhku kebelakang. Tetapi Pak Suroso terus mengikutiku hingga tubuhku sudah berhimpitan dengan tembok. Pak Suroso tersenyum mesum setelah dirinya merasa sudah memegang kendali atas tubuhku. Dalam posisi duduk bersandar pada tembok, kepalaku dipegangnya erat dengan kedua tangannya. Kemudian kepalaku didorong menuju buah zakarnya yang berwarna hitam sedikit basah itu.

"Ayo sepong kontol saya!"

"Pak ini tidak sesuai kesepekatan..", kataku

Pak Suroso terus memukul-mukulkan batang penisnya ke wajahku dan memaksa menjejalkan penisnya ke arah mulutku. Aku terus meronta dan kututup mulutku rapat-rapat. Lalu dengan kurang ajar Pak Tono menempelkan buah zakar hitamnya ke arah hidungku dan membuatku reflek menahan nafas karena aromanya membuatku muntah.

"Maaf selangkangan saya jamuran jadi hitam dan gatal gini. Ayo Mbak bersihkan dan jilatin seluruh bagian hitam pada telor dan selangkangan saya. Sapa tau penyakit gatal-gatal di selangkangan dan telor saya bisa sembuh karena dijilatin sama Mbak Rista. Hahaha", Kata Pak Suroso sambil mendesak kepalaku ke arah kelaminnya

*Alat kelaminnya sungguh bau dan menjijikkan. Bagaimana mungkin semalam aku menjilati benda ini*, sesalku dalam hati

Memang suasana semalam sangatlah gelap. Karena di pos kamling itu lampunya oadam dan tidak bisa menyala jadi aku tidak sanggup melihat jelas kondisi tubuh Pak Suroso. Pak Suroso terus memaksaku menciumi area kelaminnya yang sebagian besar berwarna hitam dan berbau itu

"Aahhh.. Jangan pak.. Saya gak mau...", pintaku memelas sambil terus meronta menahan nafas karena hidungku sudah menyentuh buah zakar bapak itu

"Ayo Jilat.. plak plak plak", kali ini sebuah tamparan mendarat di kedua pipiku

"Ampun Pak.."

*plak plak plak plak*

"Ayo jilat!! Buka mulutmu atau saya akan kencingi wajahmu!", kata Pak Suroso

Tamparan demi tamparan pada pipiku terus dilakukannya. Semakin lama dipukuli, rasanya semakin perih. Terpaksa perlahan kubuka mulutku dan kujilat buah zakar berwarna hitam berkerut itu. Kucoba menikmati telor hitam milik Pak Suroso itu dengan ikhlas. Awalnya kujilati dengan menahan nafas dan membuang perasaan jijik yang ada. Setelah semakin terbiasa kujilati daki-daki yang menempel di buah zakar Pak Suroso, aku beranikan diriku untuk menjilati area yang lain

"Nah gitu kan pinter. Jadi kamu gak perlu dikasari kalau gini. Ayo jilatin juga selangkangan saya yang gatal perih ini.. Sshhhh..", Perintah Pak Suroso

Kupandang sejenak selangkangannya yang hitam kemerahan itu. Sebenarnya aku begitu mual melihat bagian tubuhnya yang hitam dan sedikit bergerinjal texturenya itu. Pelan-pelan kucocol lidahku ke selangkanan pak Suroso yang abu-abu kemerahan penuh daki. Lidahku mencoba membiasakan merasakan aroma tidak sedap dari area kelamin bapak gemuk itu. Setelah itu lidahku mulai menari-nari mengitari bagian bola-bola kelamin Pak Suroso sebelah kiri dan kanan hingga seluruh bagian bola zakarnya terkena jilatanku. Kubuang penuhbrasa jijikku dan kembali kusentuhkan lidahku ke area licin selangkangan Pak Suroso yang hitam. Air liurku mulai menyapu perlahan membasahi area selangkangannya. Kali ini jikatanku ke selangkangannya lebih fasih dan tanpa ragu-ragu

"Aaahh.. jancukk.. Sambil didoakan Mbak Rista.. Sapa tau gatal-gatal saya bisa sembuh setelah dijilati dan didoakan sama Ustadzah Rista. Sshhhh..", kata Pak Suroso sambil mendesis keenakan mendorong kepalaku agar lebih dalam menjilati selangkangannya

Tentu saja aku tak menuruti perkataannya. Konyol rasanya aku berdoa sambil menjilati selangkangan bapak yang baru kutemui kemarin malam itu. Ku coba menahan aroma yang timbul dari bagian dalam selangkangannya. Pak Suroso membuka kakinya lebih lebar agar lidahku menjangkau bagian selangkangan sebelah belakangnya.

Setelah seluruh bagian hitam pada buah zakar dan selangkangannya berhasil kujilati barulah aku diminta mengulum alat kelaminnya yang sudah mengacung tegak. Kuciumi sebentar kepala penisnya, lalu kujilati dari bawah keatas batang penisnya yang gemuk dan sedikit lunak itu seperti sedang menjilati Es Krim. Kucoba menikmati mengoral penis Pak Suroso yang hitam dan berbulu lebat itu. Walau Beberapa kali jilatanku bersentuhan dengan bulu kelaminnya yang bau.

*sluruppp slurupp slurupppp* jilatanku terdengar begitu basah melumasi batang penisnya yang gemuk

"Aduh aduh aduh.. Baru ditinggal sebentar istriku sudah nakal ngulum kontol Bapak pelanggan nasgor saya..", kata Mas Tono mengejutkan kami dari belakang

"Iya Ton, istrimu ini ketagihan kontol. Lihat kontol saya sebentar saja dia jadi pingin jilat-jilat gini. Yasudah saya persilakan jilatin kontol saya biar istrimu ini senang. Heheheh", goda Pak Suroso

"Nakal ya kamu yank.. Baru beberapa saat kita nikah, kamu sudah jilatin kontol pria lain.. Kamu istri nakal harus dihukum..", kata Mas Tono

"Eehh ngga mas semua itu boh.. Hmmmpphhhh..", belum selesai aku menyelesaikan perkataanku, kepalaku sudah didorong oleh tangan Pak Suroso agar menjilati batang penisnya lagi

"Mau dihukum apa nih istri lontemu Ton? Heheheh.."

"Dihukum lubang anusnya dianal kontol Pak Suroso. Silakan pak entot lubang tai istri lonte saya ini. Saya mau coli sambil liat Istri saya melayani penghulu nikahnya. Hehehe..", Kata Mas Tono

"Lho kok berubah pikiran Ton? katanya saya gak boleh entot istrimu?", tanya Pak Suroso heran

"Ya tadi saya merenung dikamar mandi pak. sepertinya kontol saya kurang memuaskan istri saya pak. Jadi harus dikasih kontol Pak Suroso buat lubang tainya juga biar dia senang dapat 2 kontol hari ini"

"Saya kagum dengan keikhlasanmu Ton. Rela istrinya dianal pria lain..", Kata Pak Suroso

"Ahh. cuma istri sehari aja pak. Setelah tau dia lonte, saya akan ceraikan hari ini juga. Heheheh..", Kata Mas Tono

"Hayuk kita garap lonte ini Ton, kontol saya ngaceng pingin silaturahmi ke lubang bool ustadzah lonte...", Kata Pak Suroso

"Silakan bapak nikmati lubang tai istri lonte saya ini.. Saya mau liatin dulu sambil belajar dari bapak cara anal yang benar", kata Mas Tono

"Yasudah kamu pelajari ya gimana caranya menganal seorang wanita", kata Pak Suroso

"Pak jangan.. Haram pak.. Haram...", pintaku memelas menyadari lubang pantatku akan menjadi target mereka selanjutnya

"Heheheh.. siap2 lubang taimu saya pake. Jadi fungsinya tu lubang bukan cuma buat buang tai, tapi juga buat garuk kontol", kata Pak Suroso mesum

"Haram pak jangannn..", aku terus berusaha menjaga martabatku sebagai seorang akhwat yang tidak boleh dianal

Mereka tak peduli dengan rontaanku, lalu mereka berdua menyeret tubuhku ke dalam kamar. Terdapat sebuah kasur kecil berukuran single bed 90x200. sebenarnya hanya cukup untuk 1 orang saja. Namun Pak Suroso tetap membaringkanku diatas kasur itu. Dengan ganas bapak yang hampir berusia paruh baya itu mulai menciumi bibirku. Lidah kami beradu dengan liar. Bibirku sesekali digigit olehnya dan diludahinya bibirku sebelum dilumat lagi

"Juh juh juh juh.. Liat nih Ton istri lontemu.. bibirnya harus diludahi karena mudah sekali dia sepong kontol pria bukan mahromnya. Heheheh", kata Pak Suroso kembali melumat bibirku dengan kasar setelah diludahinya beberapa kali

"Sshhhh.. Hmmpppphhh.. Ahh..", desisku saat bapak itu terus menciumiku dengan ganas dan begitu rendah

Lidahnya bergerak menjilati bibirku katas dan bawah. Aku hanya bisa pasrah membiarkan serangan penuh nafsu itu mendarat tiada henti menyerang bibirku yang tipis

"Bibirmu menggoda sekali ustadzah.. Sshhhh.. sange saya liat kamu pakai baju gamis syari gini.. ", Kata Pak Suroso sambil menyingkap rok gamisku keatas hingga bagian bawah tubuhku terbuka kembali

"Mana saya mau cium dan jilati memek alimmu.. sluruppp sluruppp"

"Ohhh bapak.. ssshhh.. Aahhhh....", aku kembali mendesah saat kelaminku kembali diseruputnya

"Memekmu gatal yaah... Hah..", kata Pak Suroso sambil mengocok vaginaku dengan cepat

"Oohh yesss... Aaah.. Bapakkk... saya mau keluar... Sudaahhh..."

*creett cretttt creettt* vaginaku menembakkan cairan squirt beberapa kali

"Cok.. memek lonte.. dirangsang sebentar udah moncrot.. Ustadzah lonte suka zina ya lu... juh juh juh juh", kata Pak Suroso sambil meludahi lubang vaginaku beberapa kali

"Ayo lu pasti ustadzah kalau masturbasi bayangin kontol ustadz2 ya? Hah??? Memek Perek!!! Ustadzah lonte. Nungging lu!!", kata Pak Suroso mulai galak

"Iya Pak.. jangan kasar2 bapak..", pintaku

"Halah.. ukhti lonte kayak lu ngapain dialusin. Enakan dikasari. Ya ga Ton?"

"Iya Pak, istri saya yang lonte itu enaknya dikasari.. Semakin kasar dia akan semakin sange", kata Mas Tono sambil tanpa kusadari dia mulai merekam perlakuan Pak Suroso dengan kamera handphonenya

"Bagus Ton, dokumentasikan saya pakai memek ustadzah kampus ini. Hehehe.. Ngangkang lu. Mohon ke gw minta dianal!!!"

"Pak maaf jangan disitu pak.. di vagina saya saja gapapa jangan disitu..."

"Apa itu vagina? Ayo ustadzah lonte, lu harus bilang memek!! Ulangi!", Kata Pak Suroso sambil mencabuli vaginaku keluar masuk dengan kedua jarinya

"I.. Iyaa.. Aahhhh.. Bapak.. Pakai memek saya saja pak.. jangan dilubang pantat saya...", kataku jijik mengucapkan kata cabul dan nakal itu

"Gimana Ton? Dia minta dientot memeknya? Boleh saya entot memeknya?"

"Jangan Pak, lubang tainya saja", Kata Mas Tono sambil terus merekam sambil onani

"Anjir lu kebiasaan liat bokep jadi hobi coli lu. Bahkan punya istri masih aja coli lu. Heheheh", Kata Pak Suroso

"Hehe buat ngerangsang aja pak biar bisa berdiri maksimal kontol saya", jawab Mas Tono

"Lu denger sendiri kan? Suamimu minta saya entot lubang tai lu", Kata Pak Suroso sambil mulai meraba lubang pantatku

"Jangan pak.. Haram....", Kataku lemas namun sepertinya semua percuma

"Ton kamu ada cairan semacam minyak? buat ngelumasi lubang pembuangan istri lontemu ini"

"Ada minyak bekas goreng kemarin pak?"

"Boleh deh Ton"

Lalu Mas Tono bergegas keluar kamar mengambilkan minyak yang dimaksud. Tak beberapa Mas Tono kembali sbil membawa minyak bekas yang diwadahi mangkok kecil. Ternyata jumlahnya sedikit

"Segini cukup pak?"

"Iya coba dulu", Jawab Pak Suroso

Mas Tono kemudian menyerahkan mangkok berisi minyak bekas itu ke Pak Suroso

*juh juh juh juh*,Tiba-tiba pak Suroso meludahi lubang pantatku

"Buat tambahan pelumas dari ludah saya", terang Pak Suroso

Lalu dengan perlahan, Pak Suroso mulai menuangkan minyak bekas itu ke pantatku sedikit demi sedikit. Sambil sesekali telunjuknya dimasukkan untuk melumasi kulit dalam lubang pantatku

"Aaahhhh.. Sakit Pak...", kataku sambil meringis kesakitan

Jari pak Suroso bergerak lincah terus memberikan minyak bekas ke lubang pantatku hingga oantayku terasa sedikit hangat dan licin. Setelah seluruh minyak di mangkok habis, barulah Pak Suroso mengarahkan batang penisnya yang sudah tegang ke lubang pantatku. Penis gemuk itu meringsek masuk membelah lubang pantatku yang masih sempit.

"Ssshhh.. Pak.. jangan disitu.. Uuuuhh..", desisku

Penis Pak Suroso terus ia coba dorong hingga dapat menembus lubang anuskum Sementara Mas Tono terus merekam adegan anal ku bersama pembeli setia nasgornya.

"Heekkkhhh..", kurasa pantatku rasanya kedutan

*jleb.. jlebbb..*

Penis Pak Suroso mulai diterima kehadirannha oleh lubang pantatku. Tubuhku belakangku langsung terasa ada yang mengganjal saat alat kelamin Pak Suroso mencoblos lubang pembuanganku. Kakiku terasa gemetaran sehingga membuatku sulit mengimbangi posisiku yang sedang menungging

"Ohhh... nikmat sekali pantatmu ustadzahhhh... Ssshhh.. oohh..", desah Pak Suroso

Sodokan batang penisnya ke lubang pantatku semakin menjadi, karena pantatku sudah memproduksi semacam pelicin yang biasanya dikeluarkannya saat proses pembuangan. Terasa perih sekali lubang pantatku saat digasak pria gemuk ini. Walau ukuran penisnya tidak lah besar, namun tetap saja kehadiran benda asing pada lubang anusku membuatku kesakitan

"Oooouuhhh.. ouuuhhh.. pak...", kataku sambil mencengkeram erat sprei kasur

"Gilaaa saya gak sabar mau keluarrrrr... Aarrrggg..."

Tubuh Pak Suroso mengejang hebat. Pinggangku sampai diremasnya kuat-kuat saat penisnya mulai kedutan di dalam lubang anusku

*crot crot crot crot*

Beberapa semburan hangat menembak berkali-kali ke dalam lubang pantatku. Rasanya lubangku itu saat ini sedang tak karuan. Antara sakit, perih, sesak, licin dan hangat. Semua bercampur menjadi satu. Pak Suroso langsung mencabut batang penisnya keluar dari lubang anusku. Terasa sekali lubang anusku dempat terbuka lebar beberapa detik sepeninggal penisnya keluar. Sebelum pada akhirnya lubang itu menyempit kembali ke ukuran semula.

"Hahaha.. Mantab sekali lubang bool ustadzah. Ternyata sama saja kotornya. Hahahaha.. Ton saya pinjam kamar mandimu mau cuci kontol saya", Kata Pak Suroso dan meninggalkan kami dikamar

Lalu Mas Tono merangkak naik keatas ranjang. Tubuhnya yang kurus berlerut sixpack langsung menindihku yang sedang ngos-ngosan. Aku hanya bisa pasrah saat penisnya kembali diarahkan ke dalam lubang vaginaku tanpa meminta ijin kepadaku

*blessss*

"Aaahhhhh.. Mas...."

"Duh nikmat sekali ngentot kamu Mbak..." Kata Mas Tono memulai menyetubuhiku kembali

Sekali lagi penis Mas Tono yang berurat dan bertexture bergerigi itu terasa nikmat menggaruk kulit vaginaku bagian dalam. Sesekali kami berciuman mesra. Kubalas ciumannya dengan sebuah ciuman yang penuh nafsu membara. Walaupun ini adalah sebuah pernikahan kontrak selama 1 hari, kuanggap lelaki yang dihadapanku ini adalah suamiku yang harus kulayani dengan baik. Ironisnya, aku tidak pernah melakukan hal ini dengan calon resmi suamiku. Bersentuhan saja kami tidak pernah.

*jleb jleb jleb jleb*

"Aahh.. Aahhh.. Enak Mas.. Terus.. Terus mas...", desahku nakal membiarkan vaginaku digenceg-gencey alat kelamin penjual nasi goreng itu

"Aahhh.. Maaf Mbak saya lagi-lagi mau keluar. Ga bisa tahan lama liat muka mbak yang cantik ini memeknya sedang saya genjot", Kata Mas Tono

Kembali kurasakan batang penis kedutan di dalam tubuhku. Tusukan Mas Tono semakin cepat dan dia akan mencapai klimaks keduanya hari ini. Aku pasrahkan saja vaginaku akan menjadi tempT pembuangan sperma pria kurus berambut ikal ini

*crot crot crot*

Penisnya langsung menyemburkan lahar yang terasa kental, lengket, dan hangat di dalam rahimku. Setelah kedutannya mereda, tubuh kurus Mas Tono langsung ambruk menindih tubuhku. Rasanya begitu gerah mengingat aku sama sekali belum melepas gamis serta kerudung saat ini. Hanya celana dalamku saja yang sudah tertinggal di ruang tamu tadi

"Lho lho lho.. Saya cuma ninggal nyuci kontol sebentar kok Mas Tono sudah lemes ngos-ngosan? Hehehe", Tiba-tiba Pak Suroso sudah kembali sambil cengar-cengir

***

Jam dinding ruang tamu menunjuk pukul 12 siang. Tak terasa aku sudah berada di rumah ini selama 6 jam. Tubuhku saat ini sudah telanjang dan hanya menyisakan kerudung yang menutup aurat rambutku

*slurup slurup slurup slurup*

Dua orang pria yang kutemui kemarin malam sedang asyik duduk diruang tamu sambil ngobrol santai. Membahas apapun yang ingin mereka bahas. Mulai dari politik, olahraga, sampai membahas istri orang. Sedangkan aku saat ini duduk berlutut dalam keadaan telanjang mengulum penis mereka bergantian, hanya menyisakan kerudungku yang masih terpasang dengan rapi menutup rambutku

"Istrinya Pak Fahri kasian ya. Ditinggal suaminya tugas keluar kota terus. Pulangnya kadang sampai minggu depan", Kata Pak Suroso sedang membicarakan istri tetangga mereka

"Iya Pak, biasanya Bu Fahri beli nasgor ke tempat saya. Wajahnya kayak sedih pak..", kata Mas Tono

"Ya sedihlah Ton. Dia gak bisa dapatin jatah kontol suaminya.. Hahahah..", Kata Pak Suroso

"Pak Suroso aja silaturahim ke rumah Bu Fahri siapa tau bisa dapat jatah pak. Mumpung lagi kangen kontol dia", usul Mas Tono

"Gundulmu Ton.. Kalau bisa segampang itu ya saya bersyukur. Usia udah 35 tahun keatas tapi body masih kayak mahasiswi.. Hehehe..", Jawab Pak Tono

"Hehehe Betul pak. Saya setuju! Bodynya Bu Fahri masi bagus. Teteknya menggoda sekali apa lagi kerudungnya suka disingkap ke belakang jadi tonjolannya kelihatan menggoda", Kata Mas Tono

"Hehe Tapi Istrimu ini masih yang terbaik Ton di kampung ini. Cantik, hidung bangir, body mulus, kulit putih bersih, tetek meskipun ga begitu besar tapi pas digenggaman. Apalagi, dia bersedia sepong kontol selain suaminya dengan ikhlas.", Kata Pak Suroso mesum sambil tangannya meremasi payudaraku yang sudah terbuka bebas

"Aahhhhh..", desahku

"Hahaha.. Syukur lah pak saya punya istri shalihot penurut seperti ini", kata Mas Tono sambil mengelus2 kerudungku

"Gak ada niat perpanjang kontrak Ton? Saya jadi semangat silaturahim ke kelamin istrimu nanti. Hahahah", kata Pak Suroso sambil menarik kepalaku dan meminta giliran untuk mengulum penisnya

"Mau ngga mbak kontraknya diperpanjang?", tanya Mas Tono kepadaku

"Hah? Engg.. enggak mas..", jawabku

"Hahaha.. Mampus lu Ton ditolak nih ustadzah Lonte.."

"Saya sudah ada calon suami mas..", jawabku tersipu

"Yaelah.. Kasian calonmu. Ga tau kalau calon istrinya sedang melayani pria lain", kata Pak Suroso

"Kamu sudah pernah ngentot sama calonmu?", tanya Bapak gemuk itu lagi

Aku jawab tegas pertanyaan itu dengan gelengan kepala mantab

"Hahaha.. Lalu gimana kalau kamu hamil dari hubungan dengan Tono?", Tanya Pak Suroso sambil membelai kerudungku

"Iya Mbak, nikah sama saya saja. Saya akan jadi suami yang tanggung jawab. Hehehe..", kata Mas Tono sambil menarik kepalaku ke arah penisnya dan langsung kuhalap alat kelaminnya

*slurupp sluruppp slurupp* suara jilatanku pada kedua kelamin pria ini

"Ngga bisa mas.. Maaf saya sudah komitmen menjalin hubungan pernikahan dengan beliau. Aahhhh...", jawabku sambil mendesah saat tangan Mas Tono memencet puting susuku

"Yaudah Yuk Ton nikmatin calon istri orang ini bareng2 hari ini. Kata Pak Suroso sambil menarik tubuhku ke sofa. Posisiku saat ini langsung menghadap keluar jendela. Mataku bisa melihat jelas suasana jalanan depan rumah Mas Tono yang beberapa kali beberapa kali berseliweran kendaaran yang lewat, baik itu mobil maupun motor

Menyadari tubuhku sewaktu-waktu bisa saja terlihat dari luar, Aku segera menutup tubuhku yang sedang telanjang ini karena jendela rumah Mas Tono memang terbuka tanpa adanya gorden yang menutupi dalam rumah.

Tubuhku langsung dipangku oleh Pak Suroso. Tubuhku langsung berhadapan langsung dengan wajah Pak Suroso. Diciuminya bibirku dengan penuh nafsu, sambil kedua tangannya memilin puting susuku dengan kasar. Lalu Mas Tono juga tak tinggal diam. Dia lalu menaiki sofa dan menyodorkan batang kelaminnya ke arah bibirku. Menyadari keinginannya, aku segera menggenggam alat kelaminnya itu dan kumasukkan batang penisnya ke dalam mulutku

"Aaahhh.. Ustadzah suka main rame2 ya? Semangat banget. Hehehe", goda Pak Suroso sambil langsung mengarahkan batang penisnya ke dalam vaginaku

"Lho sorry Ton. Lupa saya ga boleh dimasukkan ke memek istrimu. Hehehe", Kata Pak Suroso menghentikan sodokannya

"Aahh.. Gapapa pak, pake aja memeknya. Saya sudah gak peduli. Dimata saya Mbak Rista ini cuma lonte yang butuh kontol.. Aaahh.. enak seponganmu sayang..", Kata Mas Tono merem melek menikmati lidahku yang menjilati organ kelaminnya.

"Ya udah klo gitu.. Goyang Lu ustadzah! Biar memek lu bisa digaruk kontol saya. Hehehe", perintah Pak Suroso

Aku mengangguk pasrah dan mulai menaik turunkan tubuhku diatas tubuh gemuk Pak Suroso. Kurasakan batang penisnya keluar masuk begitu nikmat saat tubuhku memompa penisnya.

"Bagus lonte!! Terus!! Ssshhh..", kata Pak Suroso menikmati penisnya diurut vaginaku yang duduk diatas pangkuannya

*slep slep slep* Suara vaginaku memompa penis Pak Suroso

"Mainkan tetekmu!!", perintah Pak Suroso sambil kedua tangannya memegangi pinggangku

Aku meneruskan tubuhku untuk naik turun dipangkuan Pak Suroso. Kurasakan batang penisnya terus naik turun membelah vaginaku yang sudah becek. Kemudian Tanganku mulai meremas payudaraku yang menggelantung bebas dihadapannya. Kupilin puting susuku sendiri dan membiarkan bapak berusia 45 tahunan itu menikmati pemandangan indah dihadapannya. Seorang gadis berkerudung telanjang dengan nakal memainkan payudaranya sendiri dihadapan pria yang bukan siapa-siapanya Sementara mulutku masih sibuk dengan mengulum penis Mas Tono yang terus menegang karena permainan oral seksku

Setelah itu Mas Tono meminta Pak Suroso membalikkan tubuhku kembali menghadap ke dalam rumah, sehingga kali ini tubuhku menghadap ke Mas Tono. Pak Suroso lalu mencabut batang penisnya dari dalam vaginaku dan mengarahkan kelaminnya ke dalam lubang pantatku

"Hajar lubangnya bareng2 Ton", kata Pak Suroso sambil mulai mendorong batang kejantannya kembali ke lubang pantatku

"Aduuuhhh.. sshh. Ooohh sakit pak... Jangan disitu...", desahku saat penis itu terus meringsek masuk ke dalam lubang sempit itu

"biar lubang taimu terbiasa disodok kontol ustadzah.. Heheheh", kata Pak Suroso sambil terus membenamkan alat kelaminnya ke dalam lubang pantatku

"Aahhhh pak..."

Lalu Mas Tono mulai mengarahkan alat kelaminnya ke kelaminku yang sudah terbuka siap untuk kembali disetubuhi. Mudah saja bagi Mas Tono kali ini menancapkan ke dalam vaginaku. Selain karena sudah terbuka menganga, vaginaku saat ini juga sudah sangat licin karena lendir yang terus keluar dari dalam kelaminku itu

"Aduh cuk enak e memekmu mbak... Ssshh..", desah Mas Tono

"Iya Ton. Jancuk ini emang lonte.. malah semangat kalau didouble penetration. Hajar memeknya Ton sampek dower tu memek..", Kata Pak Suroso menyemangati Mas Tono

"Iya Pak, Enak nih memeknya dibikin dower biar suaminya nanti tinggal nikmatin memek dowernya saja. Hahaha..", Kata Mas Tono

"Aahhh.. Mas.. pelan-pelan.. Pak... Jangan dalem2 ke lubang pantat saya.. Aaaaahhh...", desahku kesakitan

*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*

Mataku memandang ke arah bawah sambil bibirku kugigit meringis menahan sakit. Kulihat bagaimana proses kedua kelamin itu keluar masuk bersamaan ke kedua lubang bawahku. Terlihat sekali penis mereka leluasa menghajar lubang vagina serta anusku tanpa ampun. Walau penis Pak Suroso gemuk nyatanya penisnya masih sanggup dicolokkan ke lubang pembuanganku itu.

*Beda dengan Ithonk.. dia masih tidak percaya diri memasukkan kelaminnya ke lubangku yang itu...*, kataku dalam hati

*Astghfrlhh.. Apa yang sudah kupikirkan*, lanjutku segera menepis bayang2 disetubuhi ketiga tuanku itu

"Aarrggghhh.. Saya keluar..", pekik Mas Tono tiba-tiba

*crot crot crot*

Bukannya menarik keluar penisnya, Mas Tono malah membenamkan penisnya semakin dalam. Dan disemburkannya tanpa ragu ke dalam rahimku. Terasa sekali penisnya kedutan didalam vaginaku dan cairan kental hangat itu merembes keluar melalui sela2 kedua kelamin kami.

"Hah.. Hah.. Hah.. Lega.. Semoga hamil kamu Mbak biar calonmu mutusin kamu. Nanti kita nikah dan aku akan rawat kamu sebaik mungkin dibantu Pak Suroso. Biar kebutuhan batinmu tercukupi Heheheh..", Kata Mas Tono

"Wah ide bagus itu Ton kalau saya dijinin ngentot istrimu nantinya", Kata Pak Suroso lalu mengganti posisi tubuhku

Kali ini tubuhku ditelentangkan ke sofa. Kemudian Pak Suroso mengangkangkan kedua kaki selebar mungkin, lalu diarahkannya kelaminnya ke dalam vaginaku yang masih menyisakan sisa sperma Mas Tono

"Saya ijin belanja dulu Pak Suroso buat jualan nanti malam. Kamu layani tamu istimewa kita dengan baik istri lonteku..", Kata Mas Tono sambil mencium bibirku

"Oiya jangan disembur ke dalam pak. Ga lucu nanti Mbak Rista hamil anak Pak Suroso. Hehehe..", Kata Mas Tono sambil berlalu meninggalkanku yang mulai dikerjai Pak Suroso seorang diri

*Oouuuhh.. Mas Adi.. Afwan Akhiii.. Vagina ana.. sudah diobrak abrik penis-penis pria.. Aaahhhh...* desahku dalam hati

*jleb jleb jleb jleb*

Tusukan penis Pak Suroso begitu kencang, walau tidak sampai mentok tapi cukup memberikan kenikmatan. Kubiarkan saja bapak-bapak ini terus menggenjot vaginaku. Toh semua sudah terjadi, tidak ada alasan bagiku untuk meronta dan melawan. Setelah puas menyetubuhiku dengan posisi konvensional. Pak Suroso kembali memintaku berganti posisi, kali ini memintaku menungging. Kedua pantat telanjangku ditamparnya beberapa kali sebelum penisnya kembali ditancapkan ke dalam vaginaku

"Aahhhhh... Aaahhhh.. Ahhhhhh", desahku semakin bersemangat melayani bapak ini

Walau penisnya tidak besar tetapi Pak Suroso begitu pengalaman. Temponya begitu teratur dan tidak terburu-buru sehingga kenikmatan yang kurasakan tiada habisnya. Bahkan tubuhku ikut maju mundur bersamaan dengan tiap sodokan batang penisnya dari belakang

"Iya bagus, goyang yang bener.. Goyangkan pantat mulusmu ini Ustadzah Rista..", kata Pak Suroso sambil membelai kedua pantatku yang sedang menungging dihadapannya

*plak plak plak plak*

"Ahhh.. pak.. Terusss.. enak.. enak.. aahhh.. aaahhhh..", aku semakin terbuai permainannya

"Enak mana ngentot sama saya atau sama si Tono?", goda Pak Suroso

"Iyaahh.. enak sama Bapak.. Ouuhh.."

"Jadi saya boleh sembur peju saya ke memekmu ya ustadzah Rista?"

"Iya bolehhh pak.. Semburkan sperma bapak ke memek saya saja...", jawabku semakin gila

Aku sudah lupa aku adalah seorang akhwat berjilbab syari yang seharusnya menjaga diri. Bukan seperti pelacur yang mengijinkan seorang pria menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Bahkan ironisnya kuberikan tubuhku secara gratis kepada mereka. Tubuh serta akal pikiranku sudah tidak mampu melawan kenikmatan ini. Keduanya sudah tunduk pada nafsu syahwat bersetubuh dengan para pria. Tubuhku bergerak menuruti birahiku, bergoyang seirama dengan tiap tusukan Pak Suroso. Serta berharap bapak yang sedang mendoggyku ini puas dengan pelayananku sebagai wanita

"Ooohhh.. Saya mau Keluarrrr...", Kata Pak Suroso tiba-tiba lalu membenamkan penisnya dalam-dalam ke vaginaku

"Iyaaa pak didalammm pak.. Aahhhh..", pekikku saat merasakan sebuah cairan hangat kembali menembak-nembak dalam rahimku

*crot crot crot crot*

Semburan sperma Pak Suroso begitu banyak menyemprot ke dalam kelaminku Tubuhku langsung terjatuh tak berdaya setelah beberapa jam ini melayani mereka tanpa henti. Sperma Pak Suroso mulai meluber perlahan, bercampur dengan sperma Mas Tono yang sudah mengering.

"Hehehe. Nikmat bener tubuhmu Mbak Rista..", puji Pak Suroso sambil kembali berpakaian

Aku bahkan tak sanggup menjawab perkataannya. Nafasku tersengal-sengal dan kurasakan kedua lubangku mulai terasa perih. Mata Pak Suroso terus menatap kearah tubuh telanjangku begitu rendah. Senyumnya begitu merendahkan harga diriku.

Kenyataannya aku sudah menjadi akhwat yang tak punya harga diri. Kali ini aku benar-benar mengakui hal itu. Ternyata tubuhku bukan hanya sanggup melayani Mas Endrix dan teman-temannya saja. Tetapi tubuhku pun sanggup melayani kedua orang pria yang baru saja kukenal dengan kesadaran penuh, Tanpa paksaan apapun, dan kulakukan semua itu dengan ikhlas.

"Kalau kamu gak mau sama Tono. Kamu nikah saja sama saya. Saya jadikan kamu istri kedua saya. Kalau istri saya menolak poligami, akan saya ceraikan asal saya bisa jadikan kamu istri saya.. Hehehe.."

"Jangan pak.. Hah.. Hah.. Hah.. Saya jadi gak enak sama istri bapak.."

"Yasudah kalau gitu gapapa kamu jadi istri Tono. Toh dia sudah ijinin saya buat setubuhin kamu nantinya. Heheheheh...", Kata Pak Suroso

Tak kutanggapi perkataannya dan kubiarkan tubuh telanjangku berisitirahat sejenak dari rasa lelah sisa pertempuran dari pagi hingga siang hari ini. Seiring dengan berlalunya permainan gila ini, kembali kesadaranku perlahan muncul. perlahan rasa penyesalan mulai merambati pikiranku. Penyesalan karena aku sudah mengkhianati Mas Adi. Dia yang benar2 menginginkanku jadi istrinya dan tulus mencintaiku bukan hanya karena nafsu.

"Tono lama bener, yasudah saya pulang dulu Mbak. Ga enak saya lama2 dirumah Tono. Nanti istri saya mikir macem-macem suaminya ngapain sih lama2 bener di rumah Tono. Bisa2 dikira saya homo. Hahahah.. Saya pamit dulu mbak, salam buat Tono", kata Pak Suroso sambil keluar meninggalkan rumah Mas Tono

Sepeninggal Pak Suroso, akupun segera meraih pakaianku yang kocar-kacir. Ada yang diruang tamu, ada yang di kamar tidur Mas Tono. Kubersihkan sisa sperma kedua pria itu dari tubuhku dengan tisu yang tersedia diatas meja ruang tamu. Kemudian sambil menunggu kedatangan Mas Tono, kuputuskan untuk membereskan beberapa barang yang berantakan akibat pertempuran hari ini

Selang 15 menit kemudian Mas Tono sudah kembali, lengkap dengan tas plastik besar yang berisi bahan-bahan yang ia butuhkan untuk berjualan nasi goreng nanti malam

"Kemana Pak Suroso?", tanya Mas Tono heran melihatku sudah sendirian duduk diruang tamu rumahnya

"Sudah pulang..."

"Pak Suroso enggak ngeluarin pejunya didalam kan?", tanya Mas Tono curiga

"Ehh.. Errr.. Enggak kok mas.. Diluar kok..", jawabku berbohong

"Yasudah kalau gitu. Soalnya tu bapak-bapak kadang suka bohong. Hehehe.. Oiya, Nanti kamu bantu saya jualan ya", kata Mas Tono dan akupun menyanggupinya

***

Jam 17.30 aku dan Mas Tono sudah bersiap menata rombong nasi gorengnya di tempat pos kamling biasanya. Beberapa orang yang seliweran sempat menoleh ke arahku

"bojomu ta Ton?" (istrimu ya Ton?), tanya seseorang pengendara motor yang melintas sambil menyapa Mas Tono sambil terus berjalan

"Oiyo laaahhh..", jawab Mas Tono sedikit berteriak dengan bangga

Beberapa saat kemudian, pembeli nasgor Mas Tono mulai berdatangan. Terlihat sekali Mas Tono kelabakan melihat banyaknya pembeli yang datang hari ini. Sesekali disekanya keringat yang menetes dari keningnya sambil ia terus menggoreng. Akupun tak kalah sibuk, kupotong sayur dan ayam dan kusiapkan kertas bungkus untuk membungkus pesanan-pesanan makanan itu.

Beberapa pembeli memuji kecantikanku dan memuji keberuntungan Tono bisa mendapatkan asisten secantik aku. Aku hanya tersipu malu dipuji seperti itu. Entah mengapa akhir-akhir ini aku begitu suka jika dipuji. Namun Mas Tono memberi penjelasan hanya dibantu olehku hari ini saja. Tentunya beberapa pembeli kecewa karena mereka tidak bisa menemuiku lagi.

4jam berjualan saja dagangan Mas Tono sudah habis tak tersisa. Biasanya dia pulang malam jam 1 itupun kadang masih tersisa beberapa porsi. Kali ini jam 21.30, Mas Tono sudah bisa pulang dan seluruh bahannya sudah habis tak tersisa. Bahkan kuingat tadi pembeli terakhir yang kehabisan nasi dan mie goreng, akhirnya hanya memesan Telur Dadar saja demi bisa mendapatkan kesempatan mengobrol denganku

"Duh kalau Mbak Rista bisa bantu jualan saya setiap hari. Pasti dagangan saya cepat laku nih mbak. Laris manis. Hehehe..", kata Mas Tono

"Alhmdlh.. Rejeki Mas Tono", jawabku

Setelah semua beres, mas Tono kembali mengajakku ke kamar dan akupun melayani pemuda itu kembali malam ini. Desahan demi desahan bersahut-sahutan terdengar.
Berbagai macam gaya ia coba, ada yang gagal, ada pula yang berhasil, karena memang Mas Tono belum pengalaman. Akupun berusaha totalitas melayaninya dengan baik. Total malam ini ia tanamkan bibit spermanya ke rahimku sebanyak 3x lalu setelah ia benar-benar puas, aku baru dibolehkan pulang sebelum shubuh. Saat orang2 belum pada bangun sehingga aku bisa aman keluar dari rumah ini

**bersambung**
Hamili rista hu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd