Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah cerita ini terlalu kejam dan sadis? Perlu di softin lagi?

  • Dikurangi kejamnya

    Votes: 96 39,0%
  • Sudah pas

    Votes: 50 20,3%
  • lebih kejam lagi

    Votes: 100 40,7%

  • Total voters
    246
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Anjir pertamax 13 k itu gila sih pasti efek pulang kampung wkwk makasih hu tapi ane simpen buat nanti malam hoho keep semprot
hahaha.. Sebelum lebaran udah dicicil hu, itu aja revisi alur beberapa kali mangkanya lama
Gilaaaa gila gila
Mantab sekali updatenya hu
Puas bener
Bravo hu
terima kasih suhu.. Apa nih yang bikin puas?
kasi sudut pandang dari dewi sama rista om. uda ga pake pov rista sama dewi
Setelah ane timang2. ane lebih nyaman pake sudut pandang orang ketiga suhu nulisnya
Gilaaaaaakkk mantabbb yg ini hu. Lanjutkan dewi sang binorrrrr sama si nisa
terima kasih suhu.. yang gilaaakk apanya hu? wkwkw
 
Scene 20 : Dewi - Kajian

Seperti biasa pagi ini Dewi menyiapkan sarapan untuk suaminya yang hendak berangkat kerja. Sedangkan Rista saat ini sedang tidak ada di kontrakan, saat ini Rista sedang berada di rumah Abi untuk membahas acara lamaran dan rencana pernikahannya dengan Adi, ikhwan calon suami Rista.

"Rista sampai kapan mi di rumah abi?", tanya Mas Eko sambil menyomot tempe goreng hangat yang baru selesai dihidangkan Dewi

"Katanya sih kurang lebih seminggu bi.. Eeh bi sabar lah kan masih panas itu tempenya"

"Hehehe anget mmi.. Sehangat tempik ummi kok..", goda Eko

"Ihh abi, bahasanya kok jorok gitu sih. Ummi gak suka..", protes Dewi sambil memasang wajah manyun

Setelah selesai memasak, Dewi segera menghidangkan lauk pauk sarapan ke meja makan. Eko sudah menunggu disana dengan wajah kelaparan.

"Diambilkan apa ambil sendiri bi?", tanya Dewi

"Ambilkann ummi....", jawab Eko manja kepada istrinya

"Ih udah gede masih kayak bayi apa2 minta diambilin", kata Dewi menggerutu tetapi tetap dia ambilkan sarapan untuk suaminya

"Hehehe jangan sambil mencucu gt mmi.. Nanti pahalanya berkurang lho kalau ga ikhlas...", goda Eko kepada istrinya

"Habis abi manjanya kayak bayi..", Kata Dewi

"Heheheh.. kan dapat pahala Ummi.. Ehh.. Mmi hari ini ada kajian ngga?"

"Ada bii.. Kenapa?"

"Sampai jam berapa?"

"Kayaknya sih sampai malam jam 9an lewat bi.."

"Aduhh.. Padahal mumpung Rista ngga ada dirumah abi pingin dilayani ummi di ruang tamu.."

"Iih Abi aneh2 aja.. Ummi gak mau ahh.."

"Yah ummi..."

"Udah Abi makan dulu. Abi ga usah mikir jorok. Nanti setelah sampai rumah ummi mau langsung tidur, soalnya hari ini jadwal ummi Full bi.. Jadi afwan ummi belum bisa layani abi dulu..", Kata Dewi beralasan dan menolak ajakan suaminya dengan halus

"Yah ummi.."

"Udah ahh.. Ummi mau mandi dulu.. Bau tempe goreng nih..", kata Dewi sambil mencium ketiaknya sendiri

"Hehe Abi suka bau tempik ummi kok..", kata Eko cengengesan

"Ihh Abi ini mesum mulu. Udah ah, Abi kalau mau berangkat. berangkat aja. Takutnya Ummi ga denger waktu di kamar mandi", kata Dewi sambil berjalan ke kamar mandi meninggalkan duaminya sarapan seorang diri

Lalu Dewi berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Nafasnya saat memasuki kamar mandi terpatah-patah sambil sesekali ia mendesah. Ditanggalkannya seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat. Payudaranya yang besar mulai ia remas-remas dan ia pilin putingnya hingga mengeras. Dibukanya kakinya mengangkang duduk pada closet dan bersandar pada tembok kamar mandi. Kemudian tangannya mulai mengucek kelaminnya sendiri.

*tut tut tut* Dewi melakukan panggilan video di dalam kamar mandi sambil tangannya terus memainkan puting susunya agar semakin kencang

"Haloo Ustadzah...", tiba2 Pak Sul mengangkat video call Dewi

"Pak.. jangan kenceng2 suaranya masih ada suami ana .."

"Hehehe.. Maaf maaf saya sudah kangen sama ustadzah.. Tuh tetek kayaknya makin besar yaa.."

"Hmm gara2 Pak Sul nih diremas2 terus tetek ana.. Ana mau liat kontol Pak Sul.. Sshhh"

"Hehe yasudah sekarang ustadzah masturbasi sambil saya liatin kontol saya.."

"Iya, ini tangan ana lagi ngocok tempik ana gatal sekali pak tempik ana.. butuh kontol Pak Sul sekarang..", kata Dewi begitu murahan sambil mengarahkan kamera handphonenya ke arah tempiknya agar dilihat Pak Sul

"Aahhh.. Lonte jalang.. Mulutmu kotor sekali ustadzah perek.. Suami di rumah malah colmek sambil diliatin pria lain berharap dapat kontol.. Ustadzah lonte..", kata Pak Sul

"Aahhh.. Pak Sul memek ana semakin gatal pak.. mau kontol Pak Sul.. Aaahh..", kata Dewi sambil mempercepat colmeknya

"Iya memek lonte jalang memang begitu, gatal terus butuh kontol keras dan panjang.. Hehehe.. terus kocok memek kamu ustadzah... Nih liat kontol saya siap pejuin tempik gatalmu itu Ust...", kata Pak Sul sambil mengocok kontolnya memandangi Dewi yang juga sedang asyik masturbasi.

"Ana mau dipejuin kontol bapak.. Aaahhh.. Aahhh.. Pak Sulll.. Sini pejuin tempik ana pak..", Tubuh Dewi bergetar-getar tak beraturan dan memeknya mulai semakin kedutan akibat rangsangan tangannya sendiri

"Sini kamu ustadzah.. Gw pejuin tu tempikmu yang gatal itu.. Tempik cuma buat nampung peju..", kata Pak Sul sambil terus mengocok

"Aarrrrggg iyaahh tempik ana butuh pejuu.. Aaahhh.. keluaaarrrr pak...", desah Dewi sambil terus mengocok biji itilnya yang merekah, kedua kakinya bergetar hebat dan seluruh badanya tersedak-sedak begitu liar

*Seeerrrr serrrrr serrrrrr..* dari lubang kecil di tempik Dewi, keluarlah cairan bening yang menyembur-nyembur Deras hingga tubuh Dewi ikut terangkat saking kencangnya dorongan dari lubang itu

"Hehehe berapa hari ga dientot tempikmu sudah seliar itu Ustadzahhh sampai kencing-kencing..", Kata Pak Sul memandangi puas tubuh telanjang Dewi yang terduduk lemas pada kloset duduknya. Dari lubang tempiknya masih keluar cairan yang menetes perlahan sisa orgasmenya barusan.

Setelah menuntaskan masturbasinya dihadapan Pak Sul, Dewi keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat. Tangannya tak pernah berhenti mengocok lubang kelaminnya yang selalu gatal. Beberapa hari ini dia tidak bertemu dengan Pak Sul karena Pak Sul sedang sibuk melanjutkan proyek bangun rumah besar tempat pertama kali dirinya dengan Pak Sul berzina. Karena tidak pernah menerima kontol, akibatnya tempik Dewi yang sudah disugesti Pak Sul akan selalu gatal jika tidak disetubuhi itu semakin menyiksa wanita bercadar itu

Jam dinding menunjukkan pukul 08.00 pagi. Dewi sedang asyik tiduran telanjang di sofa ruang tamu sambil memandangi layar handphonenya. Tangannya tak pernah berhenti meraba kelaminnya sendiri

"Aaaahhh.. Aaaahhhhh.. Anata no inkei wa watashi no chitsu de kimochigai..", suara desahan berbahasa jepang terdengar cukup lantang dari speaker handphone sang ustadzah.

Dewi begitu menikmati menonton link bokep Jepang yang dikirimkan Pak Sul ke handphonenya. Matanya tak pernah lepas dari adegan erotis yang membangkitkan nafsu birahi itu. Terlihat seorang wanita cantik sedang dalam keadaan terikat sedang dicabuli oleh beberapa pria. Tubuhnya sedang telanjang bulat dan para pria menggerayangi tubuh telanjangnya dalam posisi kedua tangan terikat keatas. Nafas Dewi begitu berat dan jantungnya berdebar kencang sambil tangannya terus mengocok alat kelaminnya sendiri. Tubuhnya yang baru saja selesai mandi kembali berkeringat, betapa gerah suhu ruang tamunya karena seluruh pintu rumahnya ia tutup rapat agar tidak ada yang mengganggunya ketika sedang masturbasi sambil telanjang ria di ruang tamu. Dibayangkannya dirinya yang saat ini sedang dalam posisi seperti yang terjadi pada pemeran wanita pada film tersebut

Sekedar info, Bokep tersebut bercerita tentang seorang suami yang memiliki hutang kepada seseorang pengusaha kaya raya dan tidak bisa membayar semua hutangnya hingga batas waktu yang telah ditentukan. Akibatnya Si pengusaha meminta suaminya agar menjadikan istrinya sebagai alat pembayaran seluruh hutangnya. Awalnya si suami tentu saja menolak, namun karena rasa sayang istrinya kepada si suami, si istri pun bersedia. Pada akhirnya, wanita itu menjadi hiburan para debt collector yang bekerja untuk pengusaha itu dan istrinya harus dicabuli dihadapan suaminya semalaman penuh hingga pagi. Pagi harinya istrinya harus dibawa ke sebuah markas milik pengusaha itu dan jumlah pria di markas itu semakin bertambah banyak. Si istri harus melayani seluruh pria itu 4 hari 3 malam non stop

"Ahhh.. Aahh.. Ahh.. Aahh.. kontol .. ana butuh kontol.. aaahh.. aahh.. Memek ana gatal butuh kontol..", desahan Dewi semakin menggila sambil tangannya terus menusuk dan mengocok lubang kelaminnya

*tulilut tulilut tulilut* suara handphone Dewi berbunyi

Dewi ingin mengabaikan telepon itu dan terus menikmati video bokep jepang kiriman Pak Sul sambil terus masturbasi. Tetapi si penelepon tidak berhenti menelpon hingga Dewi pun dengan malas mengangkat telpon tersebut karena merasa terganggu. Dewi pun segera mempause bokepnya dan mengangkat telepon itu

"Aslmklm.. Ustadzah..", Ukhti Nisa rekan kajian Ustadzah Dewi yang menghubungi

"Wlkmslm.. Iya ukhti ada yang bisa ana bantu?", kata Dewi sambil tangannya tak berhenti menggaruk dan memilin puting susunya sambil mengangkat telepon dalam posisi mengangkang

"Afwan Ustadzah.. Mau mengabarkan untuk jadwal kajian nanti malam pesertanya mantan-mantan ex-napi pemerkosaan dan pencabulan, kan rencana akan diisi Ustadz Faruq, tetapi sayangnya Ustadz Faruq mengalami musibah mobilnya tabrakan di tol dan berhalangan hadir. Kami mencoba menghubungi ustadz yang lain ternyata semuanya sudah ada jadwal kajian di tempat lain, jadi tidak ada yang bisa menggantikan."

"Inalilahi.. Terus bagaimana ukh?", tanya Dewi

"Akhirnya terpaksa kita harus memakai seorang ustadzah untuk isi kajiannya Ukh.. Kami sudah mencoba menghubungi beberapa ustadzah mereka menolak ukh karena pesertanya ikhwan. Harapan ana tinggal ustadzah Dewi. Ustadzah Dewi bersedia ya mengisi kajian para ikhwan ex-napi itu? Mumpung animo mereka begitu besar mengikuti kajian..", pinta Ukhti Nisa

"Iya boleh ukhti.. Berapa jumlah pesertanya ukhti?", tanya Ustadzah Dewi sambil tangannya terus masturbasi memainkan itilnya membayangkan akan banyak ikhwan yang menatap dirinya nanti.

"ikhwan kurang lebih 10 orang saja Ukh.. Mereka semua mantan narapidana pelaku pemerkosaan dan pencabulan. Jadi Ustadzah isi kajian tema seputar itu ya Ukh. Kali aja kalau yang isi seorang Ustadzah mereka jadi ngga ngantuk. Hihihi.."

"10 orang ya Ukh? Baik ana bersedia Ukh.. Dakwah kan tidak mengenal siapa pendengarnya, kita tidak bisa pilih2 siapa yang harus dengar, harus menyeluruh..", kata Dewi semakin sange

"Tapi afwan, ana nanti berhalangan hadir ya Ustadzah karena ana harus memastikan keadaan Ust. Furqan sampai semua dirasa aman. Untuk bahan laporan ke pusat Ust.", jawab Ukhti Nisa

"Tafadhol Ukhti.. Ana bisa handle sendiri, lokasi dimana Ukh?", kata Ustadzah Dewi

"Di Gedung Serbaguna Jl. Burungbesar Ukh.. Tolong Ustadzah Dewi kasih mereka bimbingan ya Ust.. Jadi Usahakan Ustadzah Dewi ngasih kajian yang menarik dan bisa membuat mereka paham ya Ust..", kata Ukhti Nisa

"Ana usahakan ya Ukhti.."

"Yasudah ana tutup dulu teleponnya.. Aslmlkm.."

"walkmslm.."

Setelah selesai menerima amanah dari Ukhti Nisa, Dewi melanjutkan menonton tayangan video porno jepang yang tadi ia tunda. Kembali ia mainkan seluruh auratnya sambil membayangkan tubuhnya digerayangi oleh para ikhwan mantan napi yang akan menjadi peserta kajiannya

"Ssshhh... Aaahhhh...."

***

Dewi pun dongkol, rupanya masturbasi saja tidak cukup menghilangkan rasa gatal yang ada pada kelaminnya. Pada akhirnya sang ustadzah memutuskan menemui Pak Sul di proyek rumah yang sedang dibangun kuli bangunan itu. Dewi sudah tidak tahan lagi. Rasa gatal pada kelaminnya tak kunjung reda bahkan semakin parah jika terus dikocok. Suasana cukup terik, matahari memancarkan sinarnya cukup terang hari ini. walau sebenarnya jam masih belum terlalu siang. Lebih tepatnya jam 10.30

Dewi memacu motornya terburu-buru dan tidak sabar bertemu dengan kekasih yang sudah memberinya kenikmatan dunia yang selama ini tidak bisa ia capai bersama suami sahnya. Dengan Menggunakan gamis lebar dan cadar serba hitam, pakaiannya berkibar-kibar terkena angin sambil memacu motornya dengan ngebut. Tak sabar Dewi bertemu dengan Pak Sul, karena Pak Sul sendiri masih melarang Dewi melayani suaminya hingga saat ini sehingga Dewi hanya bisa menuntaskan birahi dan rasa gatal memeknya hanya kepada Pak Sul.

"Percuma kontol kecil suamimu tidak akan bisa ngilangin rasa gatal tempikmu Ustadzah..", begitu pesan Pak Sul kepada dirinya

Tibalah sang Ustadzah ke rumah besar yang sedang dibangun itu. Beberapa motor disana terlihat terparkir, termasuk motor butut Pak Sul. Sedangkan di seberang jalan, terdapat sebuah mobil SUV keluaran terbaru yang modelnya jarang terlihat di jalanan sedang parkir. Dewi bertanya-tanya ini mobil siapa di dalam hatinya. Karena rumah ini letaknya jauh dari rumah lainnya.

Kuli-kuli bangunan terlihat sibuk bekerja, dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang memasang genteng, ada yang memasang plafon, ada yang sedang mengaduk semen, dan pekerjaan lain sebagainya. Tetapi saat itu Dewi tidak melihat sosok Pak Sul diluar. Kemudian Dewi menghampiri seorang tukang bangunan yang sedang konsentrasi mengaduk semen.

"Pak Permisi, Pak Sul ada didalam?"

"Aa.. ada Bu..", jawab tukang bangunan itu terkejut melihat sosok wanita bercadar menghampiri dirinya

"Ana boleh masuk ke dalam Pak?", suara lembut Dewi yang lirih begitu terdengar merdu

kemudian Dewi mencoba terlihat ramah kepada tukang tersebut agar pria itu tidak grogi mengobrol dengan dirinya. Dewi mencoba memasang senyumnya yang sangat cantik. Walau percuma saja dia tersenyum, toh bibir indahnya juga tidak nampak oleh tukang bangunan yang grogi itu

"I.. Iya B..Bu.. Boleh Bu..", jawab tukang bangunan itu

Dewi melangkah masuk ke dalam mencari keberadaan Pak Sul sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, namun sayang Pak Sul belum terlihat juga

"Pak, ana mau nanya. Pak Sul dimana ya?", tanya Dewi kepada tukang yang sedang sibuk mengecat tembok

Tukang bangunan itu terkejut melihat kehadiran wanita bercadar di dalam rumah ini. Karena tidak pernah ia mengobrol sama sekali dengan wanita bercadar selama hidupnya.

"Pak Sul? kayaknya tadi diatas Bu sama koko..", jawab tukang bangunan itu sambil kembali melanjutkan pekerjaannya

*koko?*, tanya Dewi dalam hati

Dewi kemudian melangkah naik menuju lantai kedua. Benar saja Pak Sul sedang berada di sana bersama 3 orang kuli lainnya. Mata Dewi justru lebih fokus menangkap seorang pria keturunan chinese yang terlihat tampan. Dada Dewi sempat berdesir beberapa saat ketika menatap wajah pria tampan itu. Tatapan matanya begitu tajam terlihat menusuk hingga ke dalam matanya. Rambutnya yang panjang disisir klimis kebelakang dan pakaiannya terlihat mahal. Terdapat tattoo di lengan pemuda chinese itu menambah kesan macho yang melekat pada dirinya. Sebentar saja rahim Dewi merasa menghangat setelah melihat pria chinese tampan itu, namun buru-buru ia tundukkan pandangan tak sanggup menatap wajah tampan itu berlama-lama.

Pemuda Chinese tersebut terkejut ada sosok seorang wanita bercadar memasuki rumahnya tanpa ijin. Dewi juga salah tingkah dan tidak enak, Dewi tahu sepertinya pria chinese ini adalah pemilik rumah besar yang dibangun ini. Dewi merasa pria Chinese itu menatapnya dengan tatapan tidak suka sehingga Dewi semakin terlihat kikuk.

"Ma.. Maaf Pak.. Saya masuk ke rumah bapak tanpa ijin.. Tapi saya tadi sudah ijin kok sama bapak-bapak yang dibawah.. Saya kesini mencari Pak Sul..", kata Dewi mencoba menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah itu

"Oh.. Iya gapapa Mbak.. Woyy Sul, nyari lu tuh!", kata Pria Chinese itu ketus.

"Ehh.. Iya Koh.. Saya permisi sebentar", lalu Pak Sul mengajak Dewi turun ke bawah dulu meninggalkan lokasi proyek rumah.

Kemudian mereka berdua saling berbicara di bawah pohon yang letaknya beberapa meter dari rumah besar itu. Terlihat Pak Sul begitu panik melihat Dewi tiba-tiba datang ke tempatnya bekerja, padahal ia sudah melarang perempuan bercadar itu untuk datang

"Aduh.. Ustadzah ngapain kesini? Kan saya sudah bilang saya lagi sibuk jangan diganggu dulu", Kata Pak Sul

"Afwan Pak Sul.. Ana sudah tidak tahan..", kata Dewi mencoba jujur dengan perasaannya

"Aduh Ustadzahhh... ustadzah ga tau Koh Richard itu galaknya setengah mati. Kalau Pekerjaan ga beres sedikit dia bakal ngomel berjam-jam bisa-bisa saya gak gajian Ust.. Sudah Ustadzah pulang saja dulu..", Kata Pak Sul

"Tapi Pak... Ana benar2 butuh..", Kata Dewi memohon sambil memegangi tangan Pak Sul menahannya agar tidak pergi.

"Ya Ustadzah kan cerdas tau lah harus ngapain. Jangan jadi begok ya ustadzah. Ustadzah Boleh cari kontol yang lain kok. Jual diri sana pasti banyak yang minat. Huss Huss..", Kata Pak Sul ketus mengusir Dewi sambil ngeloyor kembali masuk ke dalam bangunan rumah besar yang belum selesai itu

"Pak Sul...", Kata Dewi tak bisa menahan Pak Sul kembali bekerja

Sementara itu dari lantai 2, Koh Richard memandangi Pak Sul dan Dewi yang sedang berbicara berbisik-bisik di bawah pohon. Tatapannya menatap tajam ke arah Dewi. Kemudian ia tersenyum, sebuah senyum penuh maksud sambil ia kepalkan tangannya rapat-rapat.

Dewi hanya memandang Pak Sul yang berjalan meninggalkannya. Dewi begitu sedih dan kebingungan saat ini. Tidak ada lelaki lain yang terpikirkan oleh Dewi selain Pak Sul. Karena hanya Pak Sul yang bisa menghilangkan sementara rasa gatal pada tempiknya. Tetapi karena Pak Sul Sudah mengijinkannya "berpetualang", Dewi semakin mantap tidak bergantung pada Pak Sul lagi untuk memuaskan gairahnya yang sudah tidak bisa dibendung oleh apapun. Dewi pun berjalan lunglai kembali menuju sepeda motornya dan segera meninggalkan rumah besar itu

"Siapa wanita bercadar itu?", Tanya Koh Richard sekembalinya Pak Sul ke lantai 2

"Err.. Mbak Dewi Koh namanya.. Mbak Dewi pelanggan saya buat betulin rumahnya. Kebetulan rumahnya tadi ada masalah dan saya diminta betulin tapi saya bilang gak bisa karena harus fokus ke rumah kokoh..", kata Pak Sul berbohong

"Oh.. gitu.. Boleh juga..", Kata Koh Richard

"Kenapa koh? Suka sama Mbak Dewi? Saya kenalin deh. Asal ada bonus buat saya Heheheh...", Kata Pak Sul menyeringai

"Hahaha.. Setan lu Sul. Udah kembali kerja sono. Ga Level dia ama gw", Kata Koh Richard

***

Dewi mengendarai sepeda motor maticnya menuju tempat dimana ia akan mengisi kajian. Jadwal kajian sebenarnya masih sangat lama mengingat saat ini masih pukul 14.00. Tapi Dewi memutuskan berangkat ke lokasi sekarang saja. Karena hari ini dia benar-benar bingung harus kemana. Di rumah saja membuatnya bosan, sehingga ia putuskan untuk mengecek lokasi kajian yang akan diisi olehnya. Jadwal kajian pukul 19.00, masih ada waktu 5 jam lagi sebelum kajian dimulai. di dalam gedung ini masih sangat sepi. Hanya seorang ikhwan yang terlihat sibuk mendekorasi tempat acara kajian. Menata sound system, meja, kursi, dan karpet

"Ustadzah Dewi kok sudah datang?", tanya seorang ikhwan berkacamata bernama Ryan menyadari kehadiran Dewi

Dewi kenal betul sosok ikhwan ini. Karena memang beberapa kali Ryan dan Dewi menjadi panitia kajian dalam sebuah event yang cukup besar di organisasi dakwahnya. Dan lagi, Dewi ingat betul Ryan pernah mengajaknya taaruf namun karena saat itu Dewi masih fokus menyelesaikan studinya, Jadi ia tolak permintaan Ryan dengan halus.

"Ahh.. I.. Iya.. Ana mau cek.. kondisi di gedung ini dulu akhi.. Jadi ana datang lebih awal..", jawab Dewi

"Iya Ukhti gapapa. Ana bingung saja kok ukhti Dewi sudah hadir. Hehehe", Kata Ryan

"Oiya.. Antum sudah dapat update kondisi Ust. Faruq?", tanya Dewi basa basi

"Beliau sudah dibawa ke Rumah Sakit.. Alhmdllh tidak parah Ukhti, hanya beberapa luka ringan di tangan dan kepala sedikit benjol", jawab si ikhwan bernama Ryan itu

"Alhmdlh.. Antum disini sendirian?", tanya Dewi

"Iya Ukhti.. panitia yang lain takut berhalangan hadir karena pesertanya para mantan narapidana yang masih liar dan wajahnya sangar. Hehehe..", kata Ryan

"Serius alasan mereka seperti itu?", kata Dewi terkejut

"Bercanda kok Ukh. Hehehe.. Ana handle sendiri masih sanggup kok Ukh.. Biar yang lain bisa bantu jadi panitia di kajian lain"

"Hehehe.. Kuat betul antum bisa mengatasi 10 orang. Yakin bisa mengatasi 10 orang? Hihihi..", goda Dewi

"Maksud Ukhti?", tanya Ryan bingung sambil membetulkan kacamatanya

Afwan kamar mandi disebelah mana akhi? Punya Ana sudah ga tahan kebelet pipis pingin segera dikeluarin.. Hihihi", kata Dewi menyelimurkan pembicaraan

Wajah Ryan melongo mendengar perkataan Dewi. Tidak perlu sebenarnya Dewi menyebutkan "punya ana" dan "pipis pingin segera dikeluarin" kepada ikhwan itu. Akibat mendengar Dewi mengatakan hal itu saja, Pikiran ikhwan tersebut sudah kemana-mana. Apalagi Ustadzah Dewi adalah akhwat dambaannya yang kecantikan wajahnya sudah bukan menjadi rahasia umum walaupun ia bercadar.

"Eehh.. Ada Ukh.. Di sebelah sana.. Mau ana antar?", kata ikhwan itu

"Boleh Akhi? Nanti ana gangguin kerjaan antum lagi...", tanya Dewi dengan nada manja

"Boleh Ukhti.. Yuk saya antar", jawab si ikhwan sambil garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal.

Lalu mereka berdua berjalan beriringan ke kamar mandi tanpa adanya obrolan. Hanya suara tapak langkah kaki yang terdengar, saat mereka menyusuri lorong gedung menuju toilet

"Ini Ukhti, kamar mandinya. Afwan agak kotor tapi memang adanya ini aja", kata Si Ikhwan

"Tidak apa akhi. Pipis ana juga kotor kok.. Hihihi.. Antum tunggu didepan pintu ya.. Ana takut sendirian disini.. Antum jangan buka pintu lho, soalnya pintu ngga ana kunci", goda Dewi membuat si ikhwan bingung menjawab apa

Dewi pun memasuki toilet kecil itu dan menutup pintu toilet. Toilet kecil yang berukuran hanya 1,5 X 1,5 meter. Dewi kemudian menanggalkan celana dalamnya terlebih dahulu, sebuah celana dalam nakal bertuliskan "sex gratis" pemberian Pak Sul yang entah mengapa Dewi bangga memakainya. digantungkan celana dalamnya itu di gantungan baju yang ada di kamar mandi. Lalu Dewi mulai menggaruk sebentar alat kelaminnya yang gatal sebelum ia kencing sambil sesekali mengusap jembutnya yang cukup lebat karena belum sempat dipangkas. Cairan kencing Dewi tumpah dengan bunyi gemricik yang sangat berisik jatuh ke dal lubang kloset.

Diluar kamar mandi, pikiran Ryan sudah melalang buana mendengar suara cipratan kencing yang keluar dari kelamin wanita pujaan hatinya. Tanpa sadar alat kelaminnya dirasakannya semakin mengeras karena saat ini hanya ada dia dan Dewi ditempat itu. Bagaimanapun Ryan adalah pria normal yang memiliki nafsu syahwat, masa mudanya juga pernah nakal dan pernah melihat bokep walau karena penasaran saja. Bisa saja Ryan berbuat nekat masuk ke dalam kamar mandi itu dan mencabuli Dewi. Tetapi nafsunya coba ia tahan, ia tidak ingin menyakiti Dewi yang sudah ia kagumi itu. Ia lebih memilih menahan hasrat birahinya, daripada hubungan pertemanan dan rekan kajian dengan wanita pujaan hatinya hancur karena satu kesalahan saja.

"Akhi, bisa masuk ke sini sebentar?", kata Dewi tiba-tiba dari dalam sambil kepalanya mengintip keluar membuat ikhwan bernama Ryan itu terkejut tak menyangka Dewi sendiri yang memintanya masuk ke dalam kamar mandi

Ikhwan itu salah tingkah dan gemetaran melangkahkan kakinya memasuki toilet sempit berduaan dengan Ustadzah Dewi, perempuan yang masih diam-diam ia kagumi . Seketika mata ikhwan itu menangkap sebuah celana dalam berwarna krem yang Dewi gantungkan di gantungan baju kamar mandi, keringat dingin menetes segera dari keningnya menyadari Dewi telah menanggalkan celana dalamnya sedang duduk berjongkok diatas closet tanpa mengenakan apa-apa lagi di balik gamisnya. Tetapi sepertinya Ryan tidak sempat membaca tulisan kecil mesum yang membuktikan seberapa murahannya Dewi, karena buru-buru ikhwan itu menundukkan pandangannya tidak berani menatap celana dalam Dewi yang tergantung di dekatnya.

"Ahhh.. Ana lupa belum pakai celana dalam.. Afwan itu celana dalam ana akhi.. Mau ana pakai dulu tapi Antum sudah terlanjur masuk", kata Dewi tersipu malu sambil menggoda ikhwan itu dengan mengambil kain itu menggenggamnya erat

"Ehhh.. Iya Ukh.. Afwan ana perlu keluar dulu kah? agar anti bisa pakai dulu?", jawab Ryan terbata-bata sesekali melirik celana dalam Ustadzah Dewi

"Tidak perlu akhi, ana percaya antum tidak akan macam-macam ke ana walau ana tidak pakai celana dalam saat ini", kata Dewi

"Anti kenapa memanggil ana masuk ke dalam sini Ukh?", tanya Ryan mencoba stay cool, walau jantungnya saat ini berdebar tak karuan.

"Pintu kamar mandinya tidak bisa dikunci akhi... Antum bisa betulin?", pinta Dewi

"Sebentar coba ana lihat dulu pintunya", kata Ryan buru-buru dan dia pun punya alasan tidak memandangi Dewi yang masih berjongkok diatas closet

Ikhwan bernama Ryan itu kemudian mulai memeriksa kondisi pintu yang sudah terlihat rapuh dan engsel-engselnya berkarat itu. Keringat dingin mulai menyerang tubuh kurus ikhwan itu karena suasana yang cukup gerah di dalam ruangan sempit ini ditambah lagi saat ini dirinya berduaan dengan ukhti bercadar pujaan hati para ikhwan. Semakin ia tidak bisa berkonsentrasi membetulkan pintu. pikirannya sedang membayangkan dibalik gamis itu, Ustadzah Dewi yang bercadar sedang tidak memakai celana dalam. Dewi ingin sekali menggoda ikhwan itu dan mendapatkan kontol pengganti Pak Sul.

Tetapi dia sendiri bingung harus memulai darimana agar ikhwan itu tergoda. Dewi juga sebenarnya tidak tahu apakah kontol Ryan itu besar dan bisa menyembuhkan rasa gatalnya. atau kah malah letoy seperti punya suaminya. Kalau letoy, tentu saja semua akan sia-sia karena tempiknya akan tetap terasa gatal tidak bisa dipuaskan kontol seperti itu. Di situasi menegangkan seperti ini, tiba-tiba Dewi merasa ingin kembali pipis untuk kedua kalinya

"Antum jangan melihat kebelakang akhi.. Ana sudah ga kuat.. kebelet nih.. Ana pipis dulu ya Akh.. Antum jangan liat ana pipis ya akhi.. Ana angkat rok gamis ana..", kata Dewi semakin menggoda ikhwan itu

Wajah Ryan semakin pucat dengan kejujuran Dewi. Ia berusaha mati-matian tidak menghadap ke arah Dewi dan meneruskan mengutak-atik kenop pintu kamar mandi sembari Dewi meneruskan buang hajatnya. Terbayangkan betapa tersiksanya Ryan dibelakangnya saat ini sedang berjongkok ukhti bercadar sedang membuka kelaminnya dan mengeluarkan cairan kencing dari lubang kelaminnya perlahan

*currrrrrrrrr* air kencing Dewi mulai keluar

Suara gemericik air kencing Dewi yang jatuh langsung mendarat pada pembuangan closet menimbulkan sedikit keramaian di toilet yang hanya ditempati oleh mereka berdua. Aroma semerbak kencing Dewi langsung menguasai ruangan toilet kecil yang kotor ini. Setelah selesai kencing, Dewi tak langsung menutup kembali pakaiannya. Saat ini dia malah mengangkat gamisnya lebih keatas sehingga seluruh tempiknya yang berjembut lebat itu semakin terlihat jelas. Dewi sangat berharap Ryan memberanikan diri menoleh kearahnya dan melihat lubang kelamin yang selalu ia jaga itu. Tetapi iman Ryan tidak goyah, dia masih menjaga kehormatan Dewi sebagai seorang ustadzah dan mssih asyik membetulkan pintu toilet. Kemudian Dewi mulai menggaruk kelaminnya dan memainkan itilnya saat ikhwan itu masih kesulitan dan tidak menyerah berusaha membetulkan pintu. Tangan Dewi lincah mengocok alat kelaminnya yang sudah sangat berlendir sehingga menimbulkan suara basah berdecak yang berasal dari kelaminnya

*kocok kocok kocok* dengan cepat tangan Dewi mengocok kelaminnya sendiri.

Situasi begitu sunyi, hanya terdengar suara kocokan basah dari arah kelamin Dewi dan suara percikan cairan Dewi yang jatuh menyebar kemana-mana. Ryan masih menjaga imannya dengan baik, walau dalam hatinya ia begitu penasaran apa yang dilakukan Dewi hingga terdengar suara becek yang terdengar dari arah belakangnya. Ditambah lagi, suara hembusan nafas Dewi yang semakin terdengar berat dibalik cadarnya menambah godaan bagi ikhwan itu. Tetapi pada akhirnya, Dia sama sekali tidak berani menoleh kebelakang walau Dewi sudah menggoda imannya habis-habisan dengan tingkah lakunya

"Afwan Akhi... Vagina ana gatal.. Ana garuk sebentar yaahh.. Ssshhh..", kata Dewi sambil mendesis semakin menggoda Ryan

Ikhwan itu semakin merasa kebingungan dan nervous karena dari arah Dewi malah saat ini terdengar suara kocokan yang terdengar semakin becek. Tanpa sadar batang kontolnya semakin bangun dan tegak mengeras. Hal yang memang lumrah karena dia ada lelaki normal yang memiliki ketertarikan terhadap wanita. Siapa yang tidak tergoda dengan posisinya yang sangat mendukung untuk bermaksiat saat ini. Terlihat beberapa kali ikhwan itu membetulkan posisi batang kontolnya yang semakin mempersempit area selangkangannya

*Hadap sini akhi.. liat ana sedang masturbasi. Hadap sini Akh...*, kata Dewi dalam hati

"Afwan Ukhti.. Sepertinya pintu toilet memang rusak tidak bisa diperbaiki..", kata Ikhwan itu menyerah dan permisi keluar dari toilet meninggalkan Ustadzah Dewi sendirian di kamar mandi sambil wajahnya terlihat begitu memerah, tegang, dan berkeringat

*Duh gagal deh*, kata Dewi dalam hati

Kemudian karena dirinya masih sangat terangsang saat ini, pada akhirnya Dewi memutuskan masturbasi sebentar di toilet tersebut tanpa mengunci pintu sambil menunggu waktu kajian. Diintipnya keluar kamar mandi rupanya Ikhwan bernama Ryan sudah tidak terlihat di depan ruang kamar mandinya Dewi duduk berjongkok diatas closet jongkok. Dewi lalu mencolokkan Jemari lentiknya dan mulai menusukkan perlahan ke dalam lubang kelaminnya. Pelan-pelan ia dorong telunjuknya semakin masuk diantara jepitan kelaminnya sendiri Tiap gesekan dan sentuhan area dalam memeknya memberikan kenikmatan yang semakin lama semakin besar. Tempik Dewi perlahan kembali mulai lembab dan licin, Dewi semakin mempercepat masturbasinya dengan menrangsang seluruh bagian dalam lubang tempiknya.

"Ouuuuhhhh... Shhhhh.. Ana butuh kontoll... Siapa saja tolong liat ana masturbasi.. Ssshhh..", desah Dewi sedikit kencang berharap ada seseorang yang mendengarnya

Tangannya terus mengobok-obok alat kelaminnya tiada henti. Cairan dari kelamin Dewi mulai jatuh berjatuhan. Mata Dewi terpejam membayangkan alat kelaminnya sedang diobok-obok oleh pria. Dia juga membayangkan saat sedang masturbasi tubuhnya diperhatikan oleh banyak pria yang memandang penuh nafsu ke arahnya

"Sshhh.. Ahhh.. Oouuhh.. Enak...", desah Dewi sambil terus menggosok tempiknya yang gatal tidak hilang-hilang

*BRAKKK!!!!* tiba2 pintu dibuka kencang mengejutkan Dewi.

Tangan Dewi seketika berhenti mengocok kelaminnya, tetapi cairan lendir Dewi tidak mau berhenti mengeluarkan cairan yang terus menetes-netes. Cairan itu terus jatuh keluar dari lubang tempiknya bercampur dengan air kencing yang dari tadi belum ia bersihkan dari closet. Wajah Dewi pucat pasi melihat ada seorang pria yang tidak dikenal sedang menyeringai ke arahnya

"Hehehe.. Ukhti lagi asyik ya?", kata pria itu sambil menurunkan resleting celananya dan menutup kembali pintunya

"Nih saya kasih kontol kayaknya ukhti lagi butuh kontol..", kata pria itu sambil mengibaskan batang kontol ya yang sudah mengeras dan mendekati tubuh Dewi yang masih berjongkok

"Tenang, rahasiamu aman Ukh.. Asalkan kamu mau mainin kontol saya juga. Hehehe .", kata pria itu sambil dengan kurang ajar menampar-namparkan batang kontolnya ke arah wajah Dewi yang masih tertutup cadar.

Pria itu mengangkat cadar Dewi sehingga bibir Dewi terlihat olehnya, dan cadarnya disibakkan hingga menutup kedua mata Dewi. Lalu pria itu langsung menjejalkan batang kontolnya ke arah mukut Dewi yang sudah pasrah. Batang kontol yang cukup besar dan berotot, langsung memenuhi rongga mulut Dewi yang sempit.

Pria itu menampar-nampar kedua pipi Dewi kiri kanan bergantian sambil terus menyodokkan batang kontolnya ke mulut Ustadzah Dewi

*plak plak plak* pipi Dewi ditampar-tampar perlahan

"Ini kan yang kamu mau? Hah? Hah? Kamu pingin kontol kan? Ayo nikmati kontol saya sepuasmu Ukhti. Hahaha..", Kata Pria itu sambil terus menghajar mulut Dewi dengan batang kelaminnya

"Hoookkhhh.. Hoookkkhh...", Dewi sampai hampir muntah karena tenggorokannya tersedak menerima kontol besar pria itu

*tulilut tulilut tulilut tulilut* Tiba-tiba Suara handphone Dewi berdering nyaring dan buru-buru Dewi mengambil handphone dari saku gamisnya karena kawatir suara dering teleponnya menimbulkan kegaduhan di gedung serbaguna ini. Dewi meminta ijin mengangkat telepon dan untungnya pria itu mengijinkan karena ia juga was was aksinya akan diketahui orang lain.

Terlihat nama Rista di handphonenya

*Ya Tuhan.. Ristaaa kamu kenapa telepon disaat seperti ini.....* ,kata Dewi sambil mengangkat telepon

"Aslmlkm.. Mbak Dewi..."

"Ya Dek.. Ada apa... Uuhh...", kata Dewi sambil terkejut karena saat ini tubuhnya ditarik dan dihadapkan menungging pada tembok toilet oleh pria tak dikenal itu

"Mbak hari jumat besok apa bisa pulang ke rumah? Ini rencana Mas Adi mau silaturahim antar keluarga dengan membawa semua keluarganya..", kata Rista

"Auhh.. Afwan ya dek... Mbak.. Sshh.. Kayaknya mbak.. Uuhh.. gak bisa.. Mbak ada jadwal kajiann.. Aahhhh..", jawab Dewi sambil tersedak saat area kelaminnya mulai dicabuli pria itu dengan cepat dan kasar

"Beneran ga bisa ya mbak.. Rista berdua aja dong sama abi waktu menemui keluarga Mas Adi?", tanya Rista

"Uhh.. Iyaah.. Afwan Ya Dek... Ssshh.. Aahh..", jawab Dewi semakin menggelinjang tak karuan saat kelaminnya yang masih bau pesing terus ditusuk jemari kasar pria itu terus-terusan

"Mbak ngapain sih kok kayak sakit gt?", Tanya Rista penasaran

"Ihh.. Iyahh.. Mbak.. Perut Mbak.. Mulessss... Ssshh.. ini lagi BAB..", jawab Mbak Dewi sambil berusaha menahan agar tidak mendesah lagi

"Oohhh.. Yasudah cepet sembuh ya mbak.. Minum obat.."

"Iyaahh.. Salam buat keluarga Adi ya dek.. Sshhh.. Mbak sih ok ok aja kok sama calon suamimu.. Sudah dulu.. Mbak.. ga tahann pingin keluar.... Sshh.. Aduuhhh", jawab Feei

*tut tut tut tut* telepon pun terputus seketika

"Aahh.... Keluarrrr..", kata Dewi dan tubuhnya langsung bergetar-getar hebat

*Sreetttt sreetttt sreetttt* dari lubang kecil tempik Dewi keluarlah cairan yang menembak beberapa kali cukup deras.

Kaki Dewi terasa lemas seketika tidak mampu menopang berat badannya. Tempiknya terasa kedutan dan sedikit panas karena terus-terusan dikocok dan digosok dengan kasar oleh pria berwajah seram itu. Dibiarkannya lendir cintanya jatuh langsung ke pembuangan closet. Perlahan Dewi mencoba berdiri sambil berpegangan pada tembok. Kakinya masih terasa gemetaran tak sanggup berdiri dengan sempurna. Pria itu kembali menyibakkan cadarnya membuka bibir Dewi yang menggairahkan dan langsung dilumatnya bibir Dewi penuh nafsu

"Aahhh..Ssshhh...", desah Dewi pasrah saat pria itu melumat bibirnya tanpa ampun

Aroma mulut pria itu sangatlah tak karuan. Dewi sangat tidak bisa menikmati berciuman dengan pria itu. Jauh lebih menjijikkan dibandingkan aroma mulut Pak Sul. Dewi mencoba menahan nafas saat pria itu terus melumat habis lidahnya tanpa ampun.

Setelah puas menciumi bibir Dewi, Dewi kembali diminta berjongkok dihadapannya

"Sekarang Ukhti colmek sambil sepong kontol saya!", perintah pria itu

"I.. Iya..", jawab Dewi ketakutan

Tangan Dewi kembali mengarah ke lubang tempiknya. Kali ini dengan perasaan ketakutan. Karena kali ini ia harus masturbasi dihadapan pria tak dikenal dan harus sambil mengulum batang kontolnya yang besar itu. Jemari Dewi mulai menyelinap masuk ke kulit labia tempiknya. Kemudian perlahan Dewi mulai merangsang sendiri kelaminnya dengan jemari lentiknya. Tusukan-tusukan kecil dua jarinya sudah cukup membuat tempik akhwat itu banjir dengan deras.

Lalu setelah memastikan wanita bercadar dihadapannya benar-benar masturbasi, pria itu kembali membenamkan batang kontolnya ke bibir Dewi. Bibir Dewi yang sempit kembali dipaksa menerima kontol besar tebal itu. Dewi begitu terlihat kewalahan. Pria itu memegangi kepala Dewi dan menahannya agar tidak bergerak, lalu dengan kejam pria itu menghajar lubang mulut Dewi dengan sodokan yang begitu kasar berkali-kali hingga air liur Dewi menetes keluar dari sela bibirnya yang kewalahan menerima kontol besar itu

"Aaahhh.. enak bener.... Ssshhh.. Cadaran kelakuan kayak lonte lu bangsat.. Hahaha.. Nih makan kontol gw.. makan kontol gw..", kata pria itu penuh kemenangan sambil terus menghajar mulut Dewi tanpa ampun dengan batang kontolnya dengan cepat

Tubuh Dewi benar-benar tersiksa menerima perlakuan ini. Tetapi entah mengapa dari lubuk hatinya dia malah semangat serta libidonya semakin meningkat. Lubang tempik ya sampai harus terasa kedutan berkali-kali dan terpaksa menyemburkan "air mancurnya" beberapa kali saat dalam posisi masturbasi sambil dihajar kontol seperti saat ini

*sretttt.. Sretttt... Srettttt..*, cairan squirt keluar berkali-kali dari lubang tempik Dewi jatuh mengenai lengan panjang gamisnya yang tak berhenti terus merangsang alat kelaminnya sendiri

Tempik Dewi semakin banjir, beberapa kali Dewi sampai menyemburkan cairan squirt dalam posisi menyepong kontol besar itu dengan brutal. Pria itu terus memegangi kepala Dewi dengan erat dan menyodoki mulut Dewi dengan kontolnya sampai dia klimaks

"Arrrgggghhhhh...", tiba-tiba pria itu mengerang hebat dan mencabut batang kontolnya dari mulut Dewi

*crot crot crot crot crot* cairan peju kental nan banyak langsung menyembur ke arah wajah serta cadar Dewi

Lalu sebelum pria itu pergi setelah menuntaskan birahinya, Tak lupa dia minta Dewi untuk membersihkan sisa-sisa peju yang masih menempel pada kepala kontol serta lubang kencingnya. Tanpa rasa jijik Dewi bersihkan sisa peju pria itu dengan lidahnya hingga bersih kembali seperti semula. Stelah itu tak lupa Dewi cium-cium batang kontol berotot itu dengan mesra dari peler hingga kepala kontolnya. Sepertinya Dewi sedang mengucapkan terima kasih kepada kontol itu karena sudah membantu memuaskan syahwatnya yang sudah tak tertahankan dari beberapa hari yang lalu, walau jujur saja lubang tempiknya masih amat gatal karena memang harus disodok kontol terlebih dahulu agar bisa sembuh untuk sementara waktu. Setelah selesai pria itu buru-buru keluar dari kamar mandi dan pergi entah kemana meninggalkan Dewi seorang diri.

Lalu dengan sisa tenaga, sang ustadzah bercadar meninggalkan toilet gedung dengan berjalan tertatih karena hampir 1 jam lubang kelaminnya terus-terusan dirangsang tiada henti.

***

Suasana gedung sudah ramai. Para peserta sudah duduk dengan rapi. Mereka kebanyakan mantan narapidana kasus pencabulan dan pemerkosaan yang harus diberikan wawasan agar tidak mengulangi perbuatannya. Wajah mereka sebagian besar sangar dengan tatapan yang tajam menakutkan. Terlihat ikhwan bernama Ryan berdiri paling belakang menghadap ke panggung memandangi Dewi yang tengah bersiap mengisi kajian. Dewi sempat melirik ke arah wajah para peserta, wajahnya seketika syok berat saat matanya menangkap sosok pria yang ia ingat betul seringainya yang menakutkan, rupanya pria yang mencabulinya di kamar mandi tadi sore adalah salah satu peserta kajian ini. Pria itu saat ini memandangi Dewi dengan tatapan tajam dengan tersenyum mesum menyebalkan

Kajian pun dimulai dengan kondisi Dewi yang masih amat terangsang. Tubuhnya terlihat gelisah. Dari layar proyektor yang fokus menyorotnya, terlihat jelas Dewi beberapa kali merubah posisi kakinya. Sering kali kaki Dewi terlihat menggesek dan menjepit pangkal pahanya agar mengurangi rasa gatal pada kelaminnya. Ingin sekali Dewi terang-terangan menggaruk kelaminnya saat ini. namun tidak mungkin ia lakukan karena semua mata saat ini tertuju kepadanya. Dewi hanya bisa mencuri-curi gerakan menggesek-gesekkan kakinya dan sesekali menekan pangkal pahanya agar mengurangi rasa gatalnya.

"Aslkmlkm wr wb.. Perkenalkan Ana Ustadzah Dewi saat ini ana disini menggantikan Ust Faruq yang sedang tertimpa musibah. Mari kita doakan beliau agar bisa segera pulih dan kembali mengisi kajian seperti sedia kala", kata Dewi mulai opening

"Membahas tentang Zina. Sebenernya manusia itu tidak bisa lepas dari yang namanya zina. Semua manusia pasti pernah melakukannya. Tinggal seberapa besar zina yang sudah kita lakukan. Nah dikesempatan kali ini ana akan menjelaskan satu-satu macam2 zina mulai dari yang paling kecil sampai yang terbesar.", kata Dewi

Kemudian Dewi mulai berdiri. Dewi merasakan celana dalamnya begitu lembab dan hangat. Di bawah sana kelamin Dewi terus meronta dan berkedut seolah sedang menunggu kehadiran kontol dijepit lubang tempiknya

"Jadi zina yang pertama itu zina panca indera. Macamnya ada banyak sekali mulai dari zina hati.. Mau tau contohnya? Sekarang antum amati ana.. Terus amati ana..", kata Dewi sambil berdiri. Membiarkan para ikhwan bekas narapidana memandangi wajah dan tubuhnya.

"Bagaimana apa yang antum rasakan?", tanya Dewi

"Yaaa.. Saya merasa sedikit nafsu melihat ustadzah yang wajahnya bikin penasaran. Kayaknya sih cantik dibalik cadarnya..", jawab salah seorang peserta kajian secara blak-blakan. Wajar karena mereka adalah para pelaku kriminal yang kalau berbicara langsung ceplas-ceplos

"Lalu dihati antum semua memikirkan apa? mencabuli / menyetubuhi ana?", tanya Dewi

"Iya Ustadzahhh.. Ada perasaan ingin menyetubuhi. Heheheh.. Maaf ustadzah kalau kami terlalu jujur ngomongnya.. Hehehe..", jawab seorang peserta lainnya sambil cengengesan

"Afwan, mas tolong diatur kata-katanya", protes Ryan dari baris paling belakang

"Tidak apa-apa akhi.. Antum jangan khawatir, memang ana butuh kejujuran dalam kajian kali ini biar semuanya jelas.. Nah, perasaan niat dalam hati ingin menyetubuhi itu namanya Zina Hati.. Ada niat buruk yang ada dalam hati antum kepada ana itu sudah termasuk zina.. yang paling kecil", kata Dewi

Para peserta mengangguk-angguk paham. Dewi kemudian beristirahat sejenak sambil minum air mineral yang sudah disediakan diatas meja. Terasa sekali tempiknya semakin gatal jika dia berdiam diri sejenak seperti ini.

"Yang kedua zina mata, mungkin antum semua paham dengan zina mata ini. Antum memandangi ana yang sudah berpakaian menutup aurat seperti ini bahkan sampai memakai cadar hingga tak nampak muka ana. Apakah antum bernafsu melihat ana yang seperti ini? Atau antum baru bernafsu saat melihat wanita berpakaian sexy dan bahkan telanjang?"

"Jujur saja melihat wanita bercadar saja ada rasa nafsu birahi yang saya rasakan Ustadzah.. Lebih bikin penasaran", jawab seorang peserta dan dijawab anggukan oleh peserta yang lain

"Naah itu dia.. Sudah jelas ya. zina mata itu sangat mudah sekali kita lakukan bahkan dalam situasi tak sengaja sekalipun. Karena itu agama menyarankan kita untuk menundukkan pandangan ketika bertemu lawan jenis, apapun dan bagaimanapun cara berpakaian wanita itu..", kata Dewi

"Ustadzah boleh saya tanya?", kata seorang peserta

Dewi terkejut saat tahu yang bertanya adalah pria yang mencabulinya di toilet sore tadi sebelum kajian

"I.. Iya silakan...", kata Dewi mulai grogi

"Barusan saya mengalami sendiri nih ustadzah. Ada seorang Ukhti yang justru pingin ada yang melihat kearahnya yang sedang asyik sendiri di kamar mandi. Tidak tanggung-tanggung, ukhti-ukhti itu ingin ada yang melihat ke arah kelaminnya. Itu gimana Ustadzah penjelasannya? Hehehehh..", kata pria itu sambil tersenyum mesum

Suasana menjadi gaduh saat itu juga setelah mendengar cerita peserta itu. Semua peserta disana yakin pria itu hanya membual dan tak percaya ada seorang ukhti-ukhti yang berperilaku seperti itu.

"Ahh lu mungkin lagi mimpi tuh.. Mana ada ukhti kayak gitu, lonte kali", kata salah seorang peserta

"Atau lu diganggu setan tuh. Sebenarnya yang lu liat itu penampakan. Hahahah...", kata peserta yang lainnya

Pria itu tidak menggubris komentar peserta-peserta yang lain. Matanya terus menatap ke arah Dewi yang terlihat semakin grogi diberikan pertanyaan tak terduga seperti itu. Dari layar besar yang menyorot kearahnya, Dewi menyeka keningnya, padahal saat ini ruangan cukup dingin. Dewi mengatur nafas mencoba merangkai jawaban yang tepat untuk mrnjawab pertanyaan itu

"Afwan.. Menurut ana.. wanita itu sama dengan pria. Wanita juga punya nafsu syahwat. Bahkan saya pernah baca, wanita itu justru syawatnya bisa jauh melebihi pria. Karena itu agama membatasi wanita menikah hanya dengan satu pasangan saja, sedangkan lelaki boleh lebih dari satu. Salah satu alasannya Karena jika wanita menikah lebih dari satu pria, wanita itu bisa semakin liar tak sanggup mengatur syahwatnya", kata Dewi

"Jadi maksud ana, mungkin wanita yang antum sebutkan tadi memang benar bisa saja seperti itu, karena dia sudah tidak sanggup membendung nafsu syahwatnya dan hilang akal sehatnya sehingga meminta seorang pria melihat auratnya..", kata Dewi

"Hilang akal sehat? Gila dong ustadzah. Hahahaha... Kalau gila dan dia berhubungan badan dengan seorang yang bukan mahrom, saya pernah dengar itu bukan termasuk zina", kata pria itu seolah sedang mengejek Dewi

"Betul kata antum, jika pelaku zina ternyata gila, dia tidak akan berdosa. Ana lanjutkan. Kemudian setelah zina mata, jenis zina panca indera yang lainnya ada banyak seperti zina penciuman, zina sentuhan, zina pendengaran. Kali ini antum semua coba maju ke panggung. Ana jelaskan semuanya sekaligus.."

Lalu seluruh peserta berjalan mendekati ustadzah Dewi yang sedang duduk diatas sofa kursi panggung, mereka semua mengerubungi Dewi. Dewi semakin berdebar-debar saat dikelilingi pria-pria ini. Dalam jarak sedekat ini aroma parfum Dewi yang wangi dan sensual tentu saja tercium oleh mereka.

"Antum semua mencium aroma tubuh ana?"

"Iya ustadzah harum sekali. saya jadi sange ustadzah...", kata seorang peserta

"Ini namanya zina penciuman. Saat hidung antum mencium aroma dari tubuh wanita sehingga membuat libido birahi antum meninggi, itu zina penciuman hidung. Karena itu sebenarnya agama melarang wanita memakai wangi-wangian yang berlebihan. Sekarang antum semua boleh sentuh tubuh ana bagian manapun yang antum mau.. Ini namanya zina sentuhan..", kata Dewi sambil merentangkan kedua tangannya pada sandaran sofa begitu pasrah.

Syahwatnya mulai tak terkendali saat tempiknya sudah benar-benar gatal saat ini setelah puasa kontol Pak Sul beberapa hari. Para peserta yang kesemuanya mantan narapidana pencabulan dan pemerkosaan tidak percaya apa yang dikatakan oleh sang ustadzah bercadar dihadapan mereka

"Beneran Ustadzah? Kami semua boleh sentuh bagian tubuh ustadzah yang mana aja?", kata Seorang peserta

"Ustadzah Dewi, ini apakah tidak berlebihan Ukhti?", tanya Ryan tidak percaya

"Akhi.. Tidak apa-apa ya.. Tolong akhi rahasiakan ini semua terlebih ke teman-teman dakwah ya.. Sebagai gantinya akhi juga boleh ikut.. Sini Akhi...", tawar Dewi menggoda

Terlihat Ryan berdiri mematung saat ini. Kontolnya saat ini pun mengeras melihat Dewi wanita yang ingin dinikahinya dulu sedang dikerubungi pria-pria berwajah sangar itu. Tetapi Ryan masih mencoba bertahan tidak terburu-buru, penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya. Ryan menatap layar besar, jelas sekali terlihat Dewi tertuduk pasrah dikelilingi seluruh peserta yang berwajah seram-seram itu

Pria yang mencabuli Dewi di toilet berada di baris paling depan. Tanpa permisi, disingkapnya rok gamis Dewi hingga keatas menampakkan kedua pahanya yang mulus. Seluruh peserta terbelalak tak percaya melihat pemandangan indah dihadapannya. Kemudian mereka mulai memberanikan diri turut menggerayangi tubuh Dewi bersamaan. Tangan mereka berebutan menjamah seluruh tubuh Dewi. Pria yang mencabuli Dewi menarik lepas celana dalam Dewi sambil membacakannya keras-keras apa yang tertulis di kain segitiga itu sambil diangkatnya tinggi-tinggi celana dalam Dewi.

"Sex Gratisssss.... Sex Gratiisss Woyyyy.. Ustadzah sekaligus ngelonteee..",kata pria itu

Semua bertepuk tangan riuh melihat Dewi sudah duduk mengangkang memperlihatkan tempiknya yang basah dan berjembut lebat itu. Langsung area kelamin Dewi menjadi target utama tangan-tangan mereka. Mereka berebutan menyentuh bagian organ intim ustadzah Dewi. Jari-jari kasar pria-pria itu bergantian mencoblos lubang tempik Dewi. 3 pria bersamaan mencabuli lubang kelamin Dewi dengan jemari kasar mereka. Dewi mendesah tak karuan, fantasynya selama ini akhirnya terwujud. Menjadikan tubuhnya menjadi pemuas nafsu banyak pria sekaligus.

Tak puas hanya aurat bawah Dewi yang terlihat, mereka mulai menurunkan resleting gamis Dewi dan melepas gamis itu dari tubuh sang ustadzah. Tangan-tangan mereka bergerilya ke seluruh tubuh Dewi. Ada yang meleas resleting, ada yang masih asyik menusukkan jari-jari mereka ke lubang kelamin Ustadzah Dewi dan yang tidak kebagian hanya bisa meraba dan meremas sesekali payudara Dewi yang masih tertutup oleh gamis hitam yang dikenakannya

Setelah resleting gamis Dewi sudah diturunkan maksimal. Mereka menarik lepas gamis sang ustadzah, sehingga hanya menyisakan sebuah bra putih yang masih menutup payudaranya. Itupun tak bertahan lama karena akhirnya bra yang menutup dada Dewi pun segera dilucuti hingga tak tersisia

Tinggallah tubuh Dewi saat ini hanya menyisakan kerudung, cadar dan kaos kaki panjang yang masih menutup kaki hingga betisnya. Dewi hanya pasrah duduk bersandar pada kursi membiarkan tangan para peserta kajian menggerayangi seluruh bagian tubuhnya yang telah terbuka. Pentil susunya yang mungil menjadi bulan-bulanan cubitan-cubitan nakal tangan-tangan para peserta yang sudah mulai dikuasai nafsu syahwat

"Aaahhhh... Ssshhh.. Sekarang ana yakin antum semua sudah bernafsu kepada ana. Aaahhh... Ouuuhhh.. Ini namanya zina sentuhan... Aahhhh..", kata Dewi masih mencoba menjelaskan

Namun para peserta nampak ya sudah tak peduli dengan penjelasan Dewi. Mereka lebih fokus kepada tubuh telanjang ustadzah cantik bercadar yang saat ini ada dihadapan mereka. Tangan Dewi diangkat keatas, lalu mereka berebutan menjilati kedua ketiak sang ustadzah.

"Aahhhhh geliiii.... Sudahhh cukup.. Ana mau lanjut menjelaskan zina selanjutnya.. Aaahhh..", kata Dewi tak kuasa menahan geli karena kedua tangannya tetap dipaksa terbuka sehingga mereka bergantian bisa menjilati ketiak ustadzah Dewi sepuasnya.

Bukan cuma ketiak saja, lidah mereka juga mulai menjilati puting susu Dewi yang sudah mulai mengeras. Kedua puting susu Dewi itu bergantian dijilati oleh kesepeluh mantan napi pelaku pemerkosaan. Dewi sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa pada akhirnya ia harus meneteki 10 orang mantan napi pelaku kriminal. Sesuatu yang sama sekali tak pernah ia bayangkan selama menjadi muslimah taat sebelum jatuh terperosok ke dalam nikmat zina yang dikenalkan oleh Pak Sul.

"Ooohhhh... Ssshhh.. Enak..", kata Dewi semakin terbuai permainan gila ini

"Zina nikmat yang ustadzah?", goda salah satu peserta sambil mengobok-obok lubang kelamin sang ustadzah dengan dua jari telunjuk dan jari tengahnya

"Iyaahh.. zina memang membawa kenikmatan tapi berdosa.. teruss... Ouhh..", desah Dewi binal

Setelah tubuh atas Dewi basah terkena jilatan air liur para peserta kajian yang juga para mantan napi itu, tubuh Dewi ditunggingkan oleh mereka diatas sofa kursi yang ada. Lalu secara bergantian dalam posisi menungging, Dewi membiarkan belahan lubang kelaminnya dijilati dari belakang oleh para mantan napi itu. Tubuh Dewi bergetar-getar saat mereka satu persatu menjilati lubang kelamin Dewi yang sudah becek berlendir itu. Dewi mengejang, kedua payudaranya yang besar bergoyang-goyang bebas sebelum akhirnya kembali beberapa kepala menyusup masuk ke dalam dadanya untui menetek ke pentil susunya yang menggoda itu. Dibalik cadarnya bibir Dewi terkatup rapat menahan perasaan nikmat yang dialami oleh lubang tempiknya akibat jilatan-jilatan nakal para napi itu

Dewi melirik ke arah Ryan, dalam hatinya ia sebenarnya tidak rela memperlihatkan kebinalannya kepada rekan dakwahnya. Dewi tidak rela pada akhirnya rekan dakwahnya tahu betapa murahannya dirinya. Mata Dewi tertegun menyaksikan Ryan yang rupanya justru sedang asyik onani melihatnya dikerjai para napi. Ryan begitu semangat memandangi wanita bercadar pujaannya begitu ikhlas memberikan tubuhnya kepada para napi untuk dinikmati. Kocokan Ryan begitu cepat. Terlihat batang kontol Ryan memerah saking cepatnya kocokan yang dilakukan oleh ikhwan itu

Namun Dewi tak bisa berlama-lama melihat rekan dakwahnya sedang onani memandangi dirinya, karena tiba2 kepalanya ditarik paksa menghadap kedepan, cadarnya disingkap kebelakang hingga mulutnya ustadzah Dewi tidak tertutup lagi. Lalu sebuah batang kelamin seorang pria langsung menyeruak masuk ke dalam mulutnya. Dewi berusaha mengulum kontol pria itu dengan sepongan terbaiknya, walaupun tubuh bagian bawah sang ustadzah semakin tak karuan rasanya karena harus dijilati terus-terusan oleh para napi pelaku pemerkosaan dan pencabulan yang memiliki nafsu syahwat diluar batas normal.

"Aaaahhhhhhh....", Tiba-tiba Dewi mendesah kencang

Dilihatnya sejenak organ kewanitaannya, rupanya pria yang mencabulinya ditoilet tadi mulai mengocok lubang tempiknya dalam posisi menungging dengan jemarinya. Tubuh Dewi bergetar hebat. Tidak pernah ia merasa sesexy ini karena saat ini tubuh telanjangnya sedang dinikmati para pria secara berjamaah. Kepala Dewi semakin terdongak saat kembali tangan-tangan nakal mulai berebutan menusukkan jari-jari mereka ke dalam lubang tempiknya yang sudah terasa lebar itu. Gerakan jemari mereka seolah ingin membuat tempik Dewi lebar. mereka tarik-tarik kulit labia kelamin Dewi sambil terus menusukkanya keluar masuk menembus kelamin sang ustadzah

"Aarrgghhh.. Afwan ana muncrattt...", pekik Dewi sambil tubuhnya bergetar hebat

*srettt srettt sretttt sretttt*, tempik Dewi menyemburkan cairan bening ke arah belakang berkali-kali

Setelah cairan bening yang keluar begitu deras dari dalam kelamin Dewi habis, kemudian, keluarlah sebuah lendir kental begitu banyak dari dalam lubang kelaminnya. Lubang tempik Dewi sudah menganga. Dewi sudah tidak tahan lagi. Bagian dalam kelamin sang ustadzah sudah terasa begitu gatal. Tubuh Dewi terlihat lemas terduduk pasrah setelah orgasmenya. Para peserta memandangi tubuh polos sang ustadzah yang nafasnya ngos-ngosan sambil tersenyum nakal.

"Ustadzah lanjut isi kajian dalam posisi telanjang. Heheheh", kata seorang peserta

Satu persatu persatu peserta bejat itu kemudian turun dari panggung meninggalkan tubuh telanjang Dewi yang masih terduduk lesu. Dari kelamin wanita itu masih mengeluarkan cairan bening sesekali sehingga membuat sofa yang didudukinya merembes basah

Dewi gelagapan berada dipanggung dalam posisi telanjang. Semua mata memandang kearah tubuh mulusnya. Semua peserta mengocok kelaminnya masing-masing sambil memandangi tubuh sexy Dewi yang sudah terbuka. Ikhwan bernama Ryan memandangi Dewi dengan iba, tetapi tangannya tak bisa berhenti mengocok batang kontolnya sendiri menyaksikan kemolekan tubuh telanjang Dewi di depan matanya secara langsung

"Ja.. Jadi seperti inilah bahaya zina, selain membuat ketagihan juga bisa membawa penyakit apalagi jika hubungan sex dilakukan terlalu bebas.. Memang semuanya terasa nikmat, tetapi jika keterusan bisa membuat kita ketagihan dan bisa juga membawa penyakit.. Antum semua pikirkan sendiri mana yang terbaik bagi antum.. Aahhh.. Memek ana gatal.. Afwan ana ijin garuk memek dulu..", kata Dewi sambil menggaruk bagian dalam alat kelaminnya di atas panggung yang sudah tidak tertahankan itu

Para peserta menertawakan Dewi yang malah terlihat seperti keenakan masturbasi diatas panggung. Layar proyektor menampilkan gamblang jemari lentik Dewi yang bergerak lincah keluar masuk mencolok lubang kelaminnya sendiri. Tangan Dewi bergerak cepat menggaruk tempiknya yang sudah sangat gatal karena semakin berlendir itu. Bukan hanya menggaruk kelaminnya, tangan Dewi yang lain justru memainkan payudaranya, meremasnya sesekali dan memilin-milin puting susunya yang telah mengacung.

"Ustadzah, saya mau bertanya kenapa cewek dilarang disetubuhi dari lubang pantat?", tanya seorang peserta

"Ehhh.. I.. Iya.. Karena lubang tersebut sangat kotor dan bisa bawa penyakit.. Sshhh..", jawab Dewi sambil tak berhenti mengucek tempiknya sendiri

"Masak kotor sih ustadzah? Coba kami mau lihat lubang pantat ustadzah kotor apa ngga..", kata peserta yang bertanya tadi sambil maju ke depan

"Apa?", kata Dewi terkejut

Lalu pria itu meminta Dewi menungging membelakangi para peserta kajian. Punggung serta bongkahan pantatnya yang mulus tersorot kamera. Seluruh peserta menelan ludah, termasuk Ryan sampai melongo memandangi tingkah Dewi yang begitu pasrah patuh pada permintaan cabul mereka. Tangan Dewi membuka belahan pantatnya, menunjukkan kedua lubang bawahnya yang terlihat nikmat itu.

"Tidak jelas ustadzah lubang pantatnya...", protes salah seorang peserta

"Mas, bantuin sorot kameranya tepat ke lubang pantat Ustadzah Dewi, biar bisa terlihat jelas di layar proyektor", pinta peserta yang berada di atas panggung. Kemudian dia duduk disamping Dewi yang masih menungging membelakangi peserta kajian. Dari saku celananya ia mengambil sebuah benda berbentuk lingkaran

Ikhwan bernama Ryan buru-buru mengambil kamera yang tersambung pada proyektor. Lalu Ryan mulai menyuting lubang pantat Dewi dari jarak dekat dengan lampu flash yang cukup terang. Terlihat lubang pantat Dewi begitu jelas pada layar proyektor. Semua peserta menelan ludah melihat lubang pembuangan sang ustadzah yang berwarna cokelat tua itu.

Lalu peserta yang duduk disebelah Dewi memasang sebuah speculum yang fungsinya untuk melebarkan lubang vagina atau lubang pantat untuk keperluan medis pada lubang pantat Dewi sehingga lubang pantat Dewi bisa terbuka semakin menganga. Dewi sedikit mendesah merasakan lubang tainya mulai terbuka lebar dipaksa melebar oleh alat yang dibawa peserta itu. Ia menoleh ke layar besar proyektor yang menampilkan bagaimana bentuk lubang pantatnya saat ini terbuka lebar. Lubang Tai Dewi terlihat jelas pada layar proyektor. Lubang yang biasanya kecil itu kini terbuka menganga berbentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 5 cm. Bagian dalamnya yang berwarna kemerahan dan sedikit kotor bahkan terlihat jelas karena diterangi lampu flash kamera.

Peserta tadi kemudian mulai membersihkan lubang pantat Dewi dengan semacam alat berbentuk selang yang bisa menguras isi lubang pantat sang ustadzah. Alat itu dimasukkan ke dalam lubang pantat sang ustadzah dan mulai menyemburkan air bening ketika ditekan. Cairan bening itu keluar mulai menyembur menyapu kotoran-kotoran yang berada didalam lubang pantat dang ustadzah hingga bersih. Tubuh Dewi gemetaran saat lubang pantatnya dibasuh hingga bersih tanpa ada kotoran.

"Nah sudah bersih nih Ustadzah lubang tainya.. Jadi sudah halal ya? Heheheh...", ledek peserta itu

"Eehhh err....???", Dewi terkejut tidak sanggup menjawab argumen peserta itu.

"Yang berminat sodomi Ustadzah Dewi tolong naik ke atas panggung!", kata peserta itu menawarkan lubang bokong Dewi ke rekan para mantan napi-napi itu tanpa menunggu persetujuan Dewi

Beberapa Mantan Napi yang berminat naik ke atas panggung. Orang pertama adalah pria yang mencabuli Dewi di toilet gedung. Dia buka celananya dan segera mengeluarkan batang kontolnya yang besar dan tebal. Seluruh Proses sodomi akan terlihat jelas dari layar proyektor karena Ryan masih menyunting lubang pantat Dewi hingga saat ini. Pria itu mulai menampar-nampar pantat sexy ustadzah Dewi dan mulai mengarahkan batang kontolnya ke lubang pantat Dewi. Kepala Dewi sampai tersedak saat batang kontol itu mulai menembus ke lubang yang telah menganga itu.

"Ooooohhhhh...", pekik Dewi saat kontol pria itu mulai masuk semakin dalam ke lubang pembuangan sang ustadzah.

Pria itu mulai memompa maju mundur lubang pantat Dewi dengan batang kontolnya. Gesekan-gesekan kontol dan lubang tai Dewi terlihat sangat jelas pada layar proyektor. Dewi terlihat kesakitan tidak nyaman saat lubang pembuangannya mulai dihajar oleh batang kelamin pria. Setelah pria itu puas, lubang pantat Dewi kembali diisi oleh batang kontol lain yang tak kalah besarnya. Kepala Dewi sampai tersandar pada sandaran sofa karena ia sudah pasrah menerima lubang tainya saat ini sedang disodok-sodok para peserta kajian yang semuanya mantan napi cabul-cabul itu.

*crot crot crot crot* sebagian peserta sudah tidak mampu menahan untuk tidak klimaks akibat betapa mesumnya kajian yang diisi ustadzah Dewi hingga sperma mereka menyemprot ke lubang tai sang ustadzah

Entah sudah berapa kontol yang menghajar lubang anus Dewi. Sebagian ada yang sampai menyemburkan spermanya ke dalam lubang tai itu. Terlihat jelas dari dalam lubang pantat sang ustadzah keluar cairan kental lengket berwarna putih yang jatuh menetes-netes ke sofa. Setelah semua puas barulah speculum yang dipakai untuk melebarkan lubang Dewi dilepas dan lubang pantat Ustadzah Dewi perlahan kembali ke ukuran aslinya. Tubuh Dewi kembali ambruk jatuh tiduran pada sofa. Nafasnya kembali tertatih-tatih karena lubang pantatnya masih terasa perih setelah dihajar batang kontol yang besar-besar

Semua peserta turun kembali ke bawah meninggalkan Dewi yang sudah terlentang lemas tak berdaya di atas sofa.

"Afwan sepertinya kajian sudah harus diakhiri..", kata Ryan yang ternyata sudah berdiri ditengah-tengah panggung karena tidak tega melihat kondisi Dewi yang dikenalnya begitu alim dan terjaga itu sudah dalam kondisi tak karuan

Tetapi Dewi buru-buru menarik lengan Ryan dan memintanya untuk menarik kembali kata-katanya

"Ana belum selesai isi kajiannya akhi. Biarkan ana tuntaskan sampai selesai..", pinta Dewi memelas sambil menggenggam erat tangan ikhwan itu.

Tentu saja ikhwan itu terkejut karena dengan mudahnya Dewi memegang tangan lelaki yang bukan mahromnya. Dipegangi oleh Dewi seperti ini saja, birahi ikhwan itu kembali naik. Seluruh sinyal syahwatnya mengirim perintah ke otaknya agar melanjutkan kegilaan ini semua. Batang kontol ikhwan itu kembali berdiri dan semakin mengeras membuat celananya terasa semakin sesak.

Dewi melirik ke arah celana Ryan yang telah menggembung. Tangan Dewi dengan fasih meraba pangkal paha Ryan, sang ikhwan langsung mendesah sambil memejamkan matanya. Menyadari Ikhwan rekan dakwahnya itu sudah dikuasai nafsu syahwat, Dewi memberanikan diri menurunkan resleting celana Ryan dan berusaha mengeluarkan kelamin ikhwan itu dari celananya. Dalam sekali tarikan, batang kontol Ryan sudah berhasil dikeluarkan oleh Dewi dari dalam celananya. Wajah ikhwan itu memerah saat Dewi menggenggam batang kelaminnya dan perlahan mengocoknya

"Kali ini ana akan contohkan zina yang lain. Seorang wanita yang telah bersuami menyepong kontol ikhwan lain..", kata Dewi sambil mencaplok kontol Ryan ke dalam mulutnya

"Aahhhh.. Ukhtii... Ini terlalu nikmat buat ana.. Anti sangat binal.. Aaahhhh...", kata Ryan sambil tubuhnya bergetar kegelian karena Dewi mulai melahap batang kontolnya penuh nafsu sambil lidahnya terjulur panjang mengolesi batang kontol Ryan dengan air ludahnya.

"Hmppphhh.. Sluruppppp.. Slurupppp.. Sshhh..", Dewi begitu liar mengulum kontol Ryan. Sesekali tangannya mengocok kelamin Ryan agar terus semakin menegang maksimal

"Aaahhh.. Ana keluar Ukhtiiiii...", kata Ryan tiba-tiba

*crot crot crot* Ryan menyemburkan spermanya ke wajah ustadzah Dewi

Dewi terkejut karena pemuda itu keluar begitu cepat. Bahkan dia belum siap menerima semburan air mani ikhwan itu sehingga peju Ryan langsung menyemprot ke wajah dan cadar sang ustadzah tanpa persiapan. Wajah Dewi seketika belepotan sperma, cadarnya pun langsung berbau anyir khas aroma cairan mani pria.

"Aahh.. Afwan Ukhtiii.. Ana benar-benar tidak kuat menahan ejakulasi ana karena Anti begitu liar mengulum penis ana.."

"Tafadhol Akhi.. Afwan dan syukron untuk kontolnya ya akhi...", jawab Dewi lalu membiarkan Ryan berjalan gontai turun dari panggung

Dewi belum puas juga, karena vaginanya belum digesek batang kontol hari ini. Dirabanya lubang kelaminnya sendiri yang sudah begitu basah karena sudah terangsang hebat. Ia mulai masturbasi diatas panggung, mengucek tempik dan memilin pentil susunya sendiri dihadapan para peserta kajian yang juga asyik beronani memandang tubuh telanjang sang ustadzah. Tatapan wajah Dewi begitu sendu, dari balik cadarnya terdengar lenguhan manja tanda betapa dirinya saat ini sedang sange berat.

"Tolong setubuhi ana.. Ana mohon... Ana mohon setubuhi ana...", pinta Dewi merengek kepada para narapidana sambil terus colmek sexy diatas sofa

"Hehehe.. Kita takut kena penyakit nih ustadzah.. Katanya zina dan sex bebas bisa bikin kena penyakit tadi? Heheheh", goda seorang peserta

"Ana pastikan tubuh ana aman dari penyakit.. Ana mohon setubuhi ana...", pinta Dewi memelas

"Ok boleh, tapi syaratnya ustadzah keluarkan semua uang ustadzah di dompet dan berikan kepada kami seluruhnya, baru kami mau menyetubuhi ustadzah", kata salah seorang napi sambil menyeringai jahat

Dewi langsung meraih tas ransel yang ia bawa dan mengambil seluruh uang yang ada didalam dompetnya. Buru-buru dia hitung semua uang yang ada di dompetnya. Uang yang diberikan oleh suaminya yang seharusnya digunakan untuk uang belanja bulanan, justru dipakainya untuk membayar kontol-kontol pria-pria itu

"Ana ada uang 1.525.500", kata Dewi sambil menyerahkan seluruh uangnya kepada salah satu napi

"Hmmm cuma segini ya ustadzah.. Kurang nih sebenarnya.. tapi gapapalah mumpung kita lagi berbaik hati. Hehehe..", kata napi yang menerima uang Dewi sambil menarik tubuh Dewi dari atas panggung dan dilemparkan tubuh telanjang Dewi ke bawah tempat dimana para peserta duduk lesehan.

Seluruh peserta kajian langsung kembali mengerubungi Dewi sambil mengocok batang kontol mereka masing-masing. Mereka tarik lepas cadar Dewi hingga wajahnya yang cantik jelita terlihat dihadapan mereka. Kini ditubuh Dewi hanya menyisakan kaos kaki panjang dan juga kerudung hitam saja yang masih terpasang rapi menutup rambutnya. Mata mereka terpesona memandang kecantikan wajah Dewi yang dari tadi tersembunyi dibalik cadarnya. Demikian juga dengan Ryan yang sampai melongo melihat wajah asli Dewi yang jelita itu.

Tubuh Dewi kemudian didudukkan dan dipaksa untuk menyepong kontol seluruh peserta kajian. Terlihat kepala Dewi mulai sibuk menoleh ke kiri dan ke kanan untuk menyepong batang kontol para peserta kajian satu-satu. Sedangkan kedua tangan Dewi sibuk mengocok batang kontol yang lain secara bergantian. Para peserta semakin kurang ajar, kerudung Dewi dijambak ke kiri dan ke kanan bergantian menyepong kontol mereka dengan kasar. Dipeganginya kepala Dewi sebelum mereka menyodokkan batang kontolnya yang besar itu ke mulut Dewi dengan kasar sampai mentok berkali-kali.

"Hoookhhhh.. Sshhhhh..", Dari mulut Dewi keluar air liur kental karena perlakuan mereka rasanya membuat Dewi seperti tercekik

"Sekarang waktunya kita genjot memekmu Ustadzah Lonte...", Kata salah seorang peserta

Lalu tubuh Dewi didorong hingga menungging di atas karpet merah tempat para peserta kajian duduk. Dari belakang terlihat seorang peserta mulai mengarahkan batang kontolnya ke tempik Dewi. Diludahinya lubang kelamin Dewi beberapa kali sebelum pria itu mulai menusukkan kelaminnya ke kelamin sang Ustadzah.

*blessss....*

"Oooouuuhhh...", Lenguh Dewi ketika batang kontol itu menembus organ kelaminnya

Lenguhan Dewi tak bisa lama. karena mulutnya kembali dijejali sebatang kontol milik salah satu peserta lainnya. Kedua lubang Dewi mulai dikerjai oleh dua orang peserta kajian. Sedangkan peserta lainnya menggerayangi tubuh telanjang sang Ustadzah. Mereka ciumi seluruh tubuh sang ustadzah dan bergantian memuntir-muntir puting susu akhwat itu.

Menerima perlakuan seperti itu, tentu saja tubuh Dewi merespon dengan cepat. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Vaginanya semakin terasa kedutan dan puting susunya semakin sensitif. Kontol peserta itu terasa nikmat menggaruk-garuk bagian dalam kelamin sang ustadzah. Dewi terpejam menikmati setiap sodokan kontol yang bersarang didalam jepitan kelaminnya itu

"Ustadzah Dewiiii!!!!", pekik seorang wanita dari arah belakang melihat seluruh kejadian yang terlihat gamblang dari layar proyektor

Dewi sekilas melirik ke arah asal suara. Mata Dewi terbelalak seketika

"Ustadzah Nisa??", kata Dewi tak percaya rekan dakwahnya melihatnya dalam kondisi memalukan seperti ini

Ustadzah Nisa, akhwat berusia 27 tahun, baru saja menikah 2 tahun yang lalu dan memiliki seorang anak yang masih bayi. Tubuhnya tidak tinggi, hanya sekitar 145 cm. Tetapi payudaranya cukup besar dan terlihat menggairahkan dibalik kerudungnya yang terjulur hingga menutup perutnya. Wajahnya cantik dan memakai kacamata, membuat Ustadzah Nisa terlihat smart dan kutu buku

Melihat kehadiran Ustadzah Nisa, rekan dakwahnya yang tadi pagi menelponnya untuk memintanya memberikan kajian, Wajah Ustadzah Dewi terlihat malu. Begitu pula dengan Ustadzah Nisa yang terlihat begitu syok dan ketakutan, memandangi tubuh telanjang Dewi yang sedang dihajar depan dan belakang dengan tatapan tak percaya. Demikian pula dengan ikhwan bernama Ryan itu, tiba-tiba pemuda itu menghentikan onaninya setelah menyadari kehadiran Ustadzah Nisa dan buru-buru memasukkan batang kelaminnya

"Apa maksud semua ini Ustadzah....", Kata Ustadzah Nisa tidak percaya

"Hehehe.. Ini sedang kajian zina Ustadzah.. Kita sedang praktek bareng-bareng. Ustadzah ikut saja sekalian", Kata seorang peserta berjalan mendekati Ustadzah Nisa

Menyadari dirinya dalam keadaan bahaya. Ustadzah berkacamata itu mencoba untuk segera beranjak keluar dari ruangan itu. Namun sayang para peserta dengan sigap menangkap tubuh mungil Ustadzah Nisa dan menarik tangannya ke tengah-tengah panggung

"Kalian jangan libatkan Ustadzah Nisa!! Cukup ana saja!!", pinta Dewi menyesal karena tidak bisa membendung nafsu syahwatnya, dan berakibat Ustadzah Nisa harus turut dikerjai oleh mereka

"Oh.. Namamu Ustadzah Nisa.. Cantik juga wajahmu, pakai kacamata bikin gw makin nafsu...", Kata seorang peserta sambil meremas kedua pipi Ustadzah Nisa sebelum akhirnya ia lumat habis bibir mungil ustadzah itu

"Hmmmmphhh..", Ustadzah Nisa mencoba meronta dan melawan

"Sudah jangan melawan.. Nikmati saja ini semua", kata peserta lain sambil menggerayangi tubuh Ustadzah Nisa yang masih tertutup gamis berwarna putih.

"Kurang ajar kalian.. Apa yang kalian la.. Aaahhhhh...", kata Ustadzah Nisa tiba-tiba mendesah karena rok gamisnya tiba-tiba sudah disingkap dan peserta yang lain dan mereka mulai mengocok alat kelamin Ustadzah rekan Dewi itu dari balik celana gamisnya

"Masih perawan gak lu?", kata salah seorang peserta yang mengocok kelamin Ustadzah Nisa

"Sshhhh.. Ana sudah bersuami.. Kalian akan ana laporkan ke polisi!! Aahhh..", desah Nisa kembali karena tangan-tangan mereka terus menggerayangi area kelaminnya.

"Hahaha.. Sebelum itu kita mau liat lu telanjang dan kita entot lu gantian. hahaahah...", kata peserta sambil memelorot celamis beserta celana dalam Nisa hingga terbuka sampai lututnya dan langsung tangan kasarnya mencabuli tempik Ustadzah Nisa yang berbulu tipis

"Jangaaann.. Aaahhh..", desah Ustadzah Nisa sambil menangis

*kocokocokocokocok*

"Awas lu kalau berani lapor-lapor. Lihat rekan kajian lu yang cowok itu malah merekam lu sambil coli. Hahahah.. Hasil rekamannya akan tersebar dengan cepat. Heheheh .", kata peserta yang mencabuli Dewi di toilet tadi siang sambil menunjuk Ryan yang rupanya mengarahkan kamera proyektor ke tubuh Ustadzah Nisa

"Akhi Ryan.. Jangaaannnn!!! Aaahhhh..", Kata Nisa tidak percaya apa yang dilakukan Ryan yang malah merekam tubuhnya yang sedang ditelanjangi oleh para peserta kajian

Para peserta mulai terbagi menjadi 2 kelompok. 5 orang mengerjai Ustadzah Dewi dan 5 orang lainnya termasuk peserta yang mencabuli Dewi ditoilet turut serta menelanjangi dan menggerayangi tubuh Ustadzah Nisa. Perlawanan Nisa mulai mengendor. Tubuhnya dipegangi dan dicengkeram dengan kuat membuatnya sakit sendiri jika terus melawan. Tubuhnya mulai pasrah membiarkan seluruh auratnya dijamah peserta kajian. Bahkan dengan mudah mereka melucuti gamis putih Ustadzah Nisa hingga wanita itu bernasib sama dengan Dewi, hanya menyisakan kerudung dan kaos kaki panjangnya saja. Sedangkan payudaranya yang bergelantungan bebas sudah diremasi ramai-ramai oleh para mantan napi itu

Setelah itu, para peserta berebutan mengulum dan menjilati puting susu Ustadzah Nisa yang sudah mengacung keras itu. Ustadzah Nisa mendesah hebat. Tak disangkanya puting susunya yang biasanya ia pakai untuk memberikan ASI anaknya, kini dihisapi oleh para peserta kajian mantan napi itu. Mereka berebutan menghisap ASI Nisa. Ustadzah Nisa mennggelinjang hebat. Rasanya kedua puting susunya disedot hingga habis tak tersisia Jatah ASI anaknya akan habis hari ini disedoti oleh para mantan napi cabul itu

"Jancukk. Susune segeerr.... Legi (manis) Cukkk..", komentar seorang peserta yang terus menghisapi air ASI Ustadzah Nisa sampai mulutnya kempot

Ustadzah Nisa mendongakkan kepalanya, kedua puting susunya terus meneteki pria-pria yang usianya mungkin sebaya dengan bapaknya. Mereka bersemangat meminum ASI sang ustadzah berkacamata.

"Gantian cuk.. Aku yo gelem netek pentile Ustadzah..", kata peserta yang lain

"Aahhh.. Jangannn.. Aaahhh..", Desahan Nisa semakin tak karuan karena kedua pentil susunya menjadi rebutan para mantan napi itu. ASI Ustadzah Nisa berceceran kemana-mana sesekali menyemprot deras karena terus diremas-remas dan digigit oleh para Napi dengan kasar.

Sementara itu kondisi Dewi juga memprihatinkan. Kali ini lubang tempiknya sedang berusaha ditembus oleh dua batang kontol. Dewi meringis kesakitan ketika kedua kontol itu sedang terus berusaha masuk bersamaan ke lubang kelaminnya dan sepertinya tidak akan muat

"Aaahhh.. Memek ana gak muat menerima dua kontol antummm yang besar-besar itu.. Aaahhh..", rancau Dewi sambil membuka lebar kakinya memberikan akses kepada kedua pria itu untuk membobol kelaminnya bersamaan. Mereka terus mendorong batang kontolnya ke tempik Dewi. Membuat Dewi merintih dan membukakan kelaminnya dengan tangannya sendiri agar dua kontol itu bisa masuk bersamaan ke dalam alat kelaminnya

*Blesssss*

"Oooouuuhhh.. Gilaaa.. Antum gilaaa.. Bisa hancur memek ana... Aaaahhhh...", pekik Dewi

"*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*

Pada Akhirnya kedua kontol itu bergantian menembus lubang tempik Dewi yang sempit. Sesekali kedua kontol itu masuk bersamaan ke alat kelamin Ustadzah Dewi, dan tubuh Dewipun sampai tersentak kencang saat menerima dua batang kontol bersamaan masuk ke dalam kelaminnya. Dewi hanya bisa menggelengkan kepalanya dan meringis sebelum mulutnya kembali diminta untuk mengulum sebuah batang kontol kembali

Setelah puas menghajar tempik Dewi dengan 2 batang kontol, ganti peserta lain yang menghajar 2 lubang bawah Dewi. Kali ini sebaliknya, 2 batang kontol bersarang ke dalam lubang tai sang ustadzah. Lubang pantat Dewi berusaha menyesuaikan diameter kedua batang kontol besar itu. Terlihat lubang pantat Dewi mulai terbuka lebar membentuk lingkaran setelah terus-terusan dijejali alat kelamin pria yang saat ini menyodominya. Sedangkan 1 batang kontol leluasa menyodok-nyodok kelamin ustadzah kakak kandung Rista itu

"Ooohhh.. Ustadzahhh.. Lubang lu nikmat bener.. Ssshhh.."

"Hmmpphhh.. Ouuuhhhh... Sshhh.. Terus mas.. Aahhh", lenguh Dewi menikmati tubuhnya diperkosa brutal oleh mereka

"Kita bikin lubang lu ndower malam ini ustadzah. Terima kasih sudah mengijinkan kita silaturahmi ke kelamin dan lubang tai lu Ustadzah Dewi", kata seorang peserta yang keasyikan menganal Dewi dengan cepat

"Iyaaahhh.. Antum semua boleh silaturahim ke memek dan lubang pantat ana.. Ana suka kontol antum semuaa.. Aaahhh Aaahh Aahhh..", kata Ustadzah Dewi begitu binal

"Aarrrrggghh sialan gw keluarrrr..", pekik Pria yang menyetubuhi tempik Dewi

*crot crot crot crot*

Tepat sebelum keluar, pria itu mencabut kelaminnya dan dia keluarkan seluruh pejunya tepat di bibir kelamin Dewi. Dewi tak berhenti mendesah, karena saat ini pantatnya sedang dihajar 2 batang kontol secara bersamaan. Dari balik cadarnya, mulut Dewi tak bisa diam. Dia terus melenguh dan mendesah keenakan.

"Napa lu keluarin di luar?", tanya rekannya yang masih menganal Dewi

"Gw takut dia hamil broh..", jawab peserta yang barusan menyemburkan mani ya ke bibir kelamin Dewi

"Halaahh.. cemen... Ustadzah Dewi kayaknya juga lagi butuh sumbangan peju biar dia bisa hamil.. Ya kan Ustadzah?"

"Oohh.. Aahhh.. Iyaahhh.. hamili ana... Suami ana kesulitan hamili ana.. Oouuhhh..."

"Tuh kan apa gw bilang", kata pemuda itu kali ini ia memindahkan sodokannya ke tempik Dewi yang nganggur

"Ooohhhhh.. Oooohhhh... Ouuuhhh..", lenguh Dewi sangat kencang saat kembali lubang tempiknya harus disetubuhi batang kontol yang lain

***

"Aarrrggggghhhh", tiba-tiba terdengar erangan keras seorang pria

Rupanya seorang peserta sudah berhasil menanamkan air maninya ke dalam rahim Ustadzah Nisa. Wajah Ustadzah Nisa begitu ketakutan. Air matanya mulai menetes keluar dari matanya yang berbinar. Belum tuntas ia membesarkan anaknya yang masih bayi, kini segumpal peju sudah menyemprot di dalam rahimnya kembali, dan parahnya lagi, air mani itu bukan milik suami sahnya. Ustadzah Nisa takut dia akan hamil dari perzinahan ini.

Namun mereka para mantan napi tidak peduli. Tubuh telanjang Ustadzah Nisa kembali ditarik dan diangkat, lalu sang Ustadzah dipaksa untuk bersetubuh kembali dengan pria lainnya dalam posisi women on top. Sedangkan di kiri dan kanan Ustadzah Nisa, sudah berdiri dua orang peserta yang menamparkan batang kontolnya ke pipi Ustadzah Nisa. Belum pernah akhwat itu menyepong kontol seorang lelaki sekalipun pun. Karena ia termasuk akhwat yang menganggap mengoral penis pria hukumnya haram dan harus dijauhi serta dihindari

*plak plak plak* berkali kali mereka menampar Pipi Ustadzah Nisa karena dia terus menolak membuka mulutnya

Lalu seorang peserta menjambak kerudung Ustadzah Nisa hingga terlepas dari kepalanya. Rambut panjangnya yang sedikit bergelombang seketika langsung tergerai karena ikatannya lepas. Pemuda-pemuda itu kemudian menjambak rambut Nisa dan berebutan menciumi bibir tipis Nisa membuat Nisa kelabakan meladeni permintaan ciuman bibir mereka

*juh juh juh* sesekali pria-pria itu meludahi bibir Nisa yang tipis

"Jangan jual mahal lu ukhti lonte.. Gw ludahin muka lu!!", kata seorang peserta sambil terus meludahi wajah Ustadzah Nisa hingga penuh dengan air liur

"Kerudung lu udah lepas. Sekarang lu bukan ustadzah lagi. Sekarang lu lonte yang kewajibannya muasin kita. Paham lu? plak plak plak.. Ayo sepong kontol kita perek.. Ustadzah kontoll.. Atau lu mau kita kirim video lu ke ortu lu hah?? Biar mereka tau kalo lu jadi ustadzah lonte pemuas kontol?", kata pemuda itu sambil kembali menampar2 pipi Ustadzah Nisa dengan keras

Ustadzah Nisa terlihat ketakutan dan kembali menangis. Perlahan ia buka mulutnya dan mulai ia memasrahkan sebatang kontol masuk ke dalam mulutnya. tanpa ampun, pemuda-pemuda itu bergantian meminta jatah sepongan ustadzah Nisa membuat sang ustadzah tersedak berkali-kali karena tidak siap rongga mulutnya yang sempit itu menerima batang-batang kontol para mantan napi yang sudah ngaceng maksimal itu

"Iya gitu.. bener... Sshhh... Anjir enak juga sepongan lu...", Kata Seorang peserta yang saat ini disepong oleh Nisa. Sedangkan peserta yang lain meremas kedua payudaranya yang penuh dengan ASI itu hingga muncrat-muncrat sambil memilin-milin puting susunya yang terus mengeluarkan ASI.

"Ampuuunnn Mas....", pinta Ustadzah Nisa sambil menangis

"Jancuk jangan kena gigimu ******.. Sepong yang bener lu!!!", kata si peserta yang disepong kontolnya

"Jangan berhenti goyang begok... Tempikmu jadi kering ini. Goyang yang bener lu. Memek lu tu fungsinya buat tempat buang sperma!!"

"I..Iya Afwan...", jawab Ustadzah Nisa sambil menggoyangkan pinggulnya dengan erotis memberikan kenikmatan tersendiri kepada kontol yang kini bersarang pada lubang kelaminnya

"Jangan berhenti sepongnya. Memek sama mulut lu harus kerja dua-duanya..", kata pemuda yang sedang berada dibawah Nisa

*jleb jleb jleb jleb jleb*

"Memek lu malah becek sekarang.. Sok jual mahal lagi.. Ustadzah doyan kontol lu...", lanjutnya

"Ahh.. Ahh.. Aahh.. Aahh.. Aahh..", desah ustadzah Nisa semangat memompa batang kontol pemuda itu dari atas

Kemudian kembali sebuah batang kontol menyusup ke dalam mulutnya ketika Nisa asyik mendesah

"Berisik suara lu.. Sepong kontol gw lonte!! Perek anjing!!", kata peserta yang belum kebagian jatah sepongan Nisa

Ustadzah Nisa saat ini dalam posisi Women On Top. Lubang tempiknya dihajar kontol dari bawah. Sedangkan mulutnya bergantian meneyepong 3 kontol yang saat ini mengacung mengelilinginya. Sedangkan pria pertama yang sudah menanamkan mani pada rahimnya, asyik memeras Air Susu Ustadzah Nisa yang terus mengalir ketika diremas.

"Aaahhh buka mulut Lu! Gw pejuin mulut lu perek!!!"

*crot crot crot crot* Tiba-tiba pria yang disepong kontolnya oleh Nisa langsung menyemburkan spermanya yang sangat kental.

Nisa belum siap menelan peju pria, karena selama hidupnya ia belum pernah melakukan perbuatan menjijikkan itu. Dimuntahkannya cairan kental itu olehnya sebelum tertelan kedalam tenggorokannya. Pria itu langsung murka melihat Nisa memuntahkan cairan pejunya

"Sapa suruh lu buang peju gw! Ayo jilatin itu ceceran peju gw sampai bersih!!!", perintah pria itu

"Tolong jangan seperti ini Mas.... aduuuhhhh..", Rengek Nisa saat tiba-tiba pria itu menjambak rambutnya dengan kasar

"Jilat sampai bersih kata gw. Jilatin peju gw seperti anjing sedang minum.. ini hukuman buat lu karena lu jual mahal dari tadi!! Suami lu bakal bangga sama lu karena lu berhasil bikin kontol kita muncratin peju. Hahahah", perintah pria itu

"I.. Iya.. Afwan...", kata Nisa sambil berjalan merangkak seperti anjing

Lalu Ustadzah Nisa mulai menungging, diturunkan kepalanya lalu perlahan ia jilatin peju yang sudah jatuh ke karpet merah ruangan itu sedikit demi sedikit. Nisa sempat terkejut merasakan rasa peju yang ia jilat. Terlihat ia kesulitan menelan cairan kental itu karena saking serik dan kentalnya cairan peju yang dikeluarkan oleh pria itu. Nisa terus mencoba menghabiskan ceceran peju yang barusan ia muntahkan sesuai perintah pria tadi. Sebelum pada akhirnya kembali seorang peserta mendekati tubuhnya dan mengarahkan batang kontolnya ke lubang tempik Ustadzah Nisa yang sedang menungging sambil menjilati air mani

*blesssss*

"Aaahhhhh.. Ampunn..", pekik Nisa saat kembali lubang kelaminnya ditusuk oleh kontol mantan napi peserta kajian dari belakang

Nisa kemudian dihajar dari belakang dalam posisi doggy style. Sang Ustadzah rekan Dewi itu sempat menghentikan menjilati ceceran sperma karena ia harus berkonsentrasi kepada kontol yang menghujami kelaminnya. Tanpa disadarinya, saat sedang disetubuhi itu, air susunya muncrat-muncrat seirama dengan tiap tusukan pria itu. Tubu Ustadzah Nisa saat ini mungkin sudah pada titik terangsang tertinggi

"Woi... jangan berhenti minum peju gw lu!!"

"Aaahhh.. Iyaaahhh..", pekik Nisa sambil mencoba kembali menjilati peju yang tercecer diatas karpet yang ia muntahkan tadi

Payudaranya yang bulat bergoyang-goyang bebas. Lidahnya pelan-pelan menjilati air mani sedikit demi sedikit.

*jleb jleb jleb jleb jleb*

"Aaahhh.. Nikmat bener tempik lu perekkkk.. Udah lu jadi perek aja lah.. Dijual laku luu.. Aaahhh..", Kata pria yang mendoggy Ustadzah Nisa

"Lu bersedia jadi lonte???", tanya peserta lain

"Ngga mau... Aahhh.. Oouuuhhh", jawab Nisa sambil menahan sakit pada lubang kelaminnya karena dihajar kontol yang sangat besar

"Hajar dua lubangnya aja kalau gitu!! memek dan lubang anusnya", kata pria barusan

"Apaa.. Jangaannn.. Iya ana.. Ana... mau... Aaahhh", jawab Nisa pasrah

"Mau apa?", goda pria tadi

"Ana mau jadi lonte.. Ouuuhhh..", jawab Nisa pasrah

"Hahahaha.. Bagusss.. Sekarang lu tulis nomor WA lu ke tetek lu biar ada yang pesen tubuh lu!! Temen2 kriminal gw juga lagi butuh akhwat lonte macam lu", kata pria itu sambil mengambil spidol dari meja tempat Dewi mengisi kajian

Lalu Ustadzah Nisa mulai menuliskan nomor WAnya pada bongkahan payudaranya sendiri. Betapa malunya dia menulis angka demi angka yang selama ini selalu ia privasikan. Tidak sembarang ikhwan bisa mendapatkan nomor teleponnya selama ini. Sebentar lagi akan banyak pelaku kriminal yang akan membeli tubuhnya dan memintanya melayani nafsu bejat mereka. setiap harinya

"Sekalian harga jual tubuh lu, lu tulis diatas memek lu!!"

Ustadzah Nisa syok mendengar permintaan itu. Dia benar-benar tidak tau berapa harga yang pas untuk tubuhnya. Kemudian dia mulai menuliskan nominal yang membuat pria itu tertawa terbahak-bahak

"Hahaha.. 3 juta mana ada yang mau beli.. Coret! ganti 150ribu!!!"

"Apa..?", Ustadzah Nisa tidak menyangka aurat yang selama ini ia jaga, dihargai semurah itu

"cepat revisi!!"

"I.. Iya...", lalu Nisa sambil menangis mencoret tulisan 3jutanya dan diganti dengan 150ribu rupiah

"Hehehe.. Sekarang lu pose dua jari sambil tersenyum yang cantik! Biar banyak yang minat beli tubuh lu!!!

Awalnya Nisa enggan melakukannya. Tetapi karena pria itu terus mengancamnya, Akhirnya Nisa bersedia berpose manis memamerkan senyum indahnya dengan gaya cute 2 jari membuat siapa saja akan tergoda membeli tubuhnya yang dijual murah meriah itu

"Bagus sekarang waktunya mejuhin memek lu lonte. Ngangkang!!!"

"Jangan mas.... Ampun.. Sudah..", pinta Ustadzah Nisa memelas

Para pria yang mengelilinginya tidak peduli. Mereka kemudian mulai membuka paksa kaki Ustadzah Nisa. Lalu, mereka mulai mencabuli tempik ustadzah Nisa. Ada yang menusuk-nusukkan telunjuknya, ada yang mengucek biji clitoris sang Ustadzah. Kembali tubuh Ustadzah Nisa menggelinjang hebat saat dirangsang seperti itu. Kedua kakinya bergetar hebat sambil terus mengangkang. Sesekali dari lubang kencingnya keluar cairan hangat berwarna bening akibat terus dicabuli seperti itu

Seorang pria sudah tidak sabar menyetubuhi Sang Ustadzah berkacamata. Sekali dorongan, batang kelamin pria itu kembali bersarang di dalam kelamin Ustadzah Nisa. Tubuh Nisa tersentak menerima kontol yang begitu besar dan panjang. Menembus liang kewanitaannya yang begitu sempit

*jleb jleb jleb jleb*

"Ah. ah. ah. ah. ah. ah.", rintihan Ustadzah Nisa terdengar begitu manja

Pria itu kemudian melumat bibir tipis sang Ustadzah. Nisa hanya bisa pasrah bibirnya dilumat bergantian atas bawah oleh pemuda itu. Demikian juga dengan lidahnya yang tanpa perlawanan dikuasai oleh lidah pria itu. Pria itu mempercepat tempo sodokannya ke tempik Ustadzah Nisa. Tubuhnya mengejang hebat dan tiba kontolnya yang besar berkedut-kedut didalam rahim Nisa yang hangat

"Ooohhh..", lenguh pria itu

*crot crot crot crot*

Sekali lagi alat kelamin Ustadzah Nisa menerima air mani dari pria yang berbeda lagi. Lalu setelah dengan pria itu selesai, ustadzah Nisa kembali disetubuhi habis-habisan oleh para peserta lainnya dengan berbagai macam posisi dan gaya malam itu bersamaan dengan Ustadzah Dewi

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00, seluruh peserta sudah menyemburkan spermanya ke tubuh Ustadzah Dewi dan juga Ustadzah Nisa. Terlihat tubuh kedua akhwat yang dikenal shalihah itu sudah berlumuran peju. Ustadzah Nisa terbujur lemas dalam posisi mengangkang. Kakinya dibiarkan tetap mengangkang sedangkan dari lubang kelaminnya masih meneteskan air mani hasil urunan para peserta kajian. Ustadzah Dewi lebih parah. Selain dari lubang kelaminnya yang penuh peju Dari lubang anusnya terus mengeluarkan cairan lengket kental berwarna putih sangat banyak. Entah sudah berapa batang kontol yang sudah menyemburkan peju ke lubang tai Dewi.

"Pinjem kerudung lu buat bersihin peju", kata Seorang peserta

pria itu kemudian menarik lepas kerudung Dewi dan ia gunakan kerudung hitam itu untuk membersihkan batang kontolnya dari sisa-sisa lendir tempik Dewi dan juga cairan pejunya. Lalu setelah bersih kerudung Dewi dioper ke peserta lainnya hingga seluruh peserta kajian membersihkan sisa peju mereka dengan kerudung hitam Dewi. Kedua ustadzah saat ini sudah telanjang bulat. Kerudung Dewi sudah kotor dan kerudung Nisa entah sudah berada dimana.

"Eh lu ga minat ngentot sama temen2 ustadzah lonte? Jangan malu-malu entot aja", tawar seorang peserta kepada Ryan, satu-satunya pria disana yang belum merasakan jepitan kelamin kedua ustadzah cantik itu

"I.. Iya.. Ana ma.. mau..", kata ikhwan bernama Ryan itu sudah gelap mata

"Ayo sekarang kalian nungging, biar temen kalian ini merasakan memek kalian juga..", perintah pria tadi kepada Ustadzah Dewi dan Nisa

"Afwan ya ustadzah Dewi.. Ana tidak sanggup menahan syahwat ana merasakan memek anti..", Kata Ryan sambil mulai mencobloskan kontolnya ke lubang senggama Dewi

*blessss*

"Ooohhh.. Akhi... Sshhhh..", desah Dewi menerima kontol Ryan didalam lubang kelaminnya

*jleb jleb jleb jleb* suara setiap sodokan kontol Ryan ke lubang kelamin Dewi

Ryan dengan semangat mulai menggenjot kelamin Dewi dari belakang dengan kecepatan sedang. Setelah puas menikmati jepitan tempik Dewi. Ryan mencabut kontolnya lalu menggeser tubuhnya ke tubuh sang akhwat berkacamata

"Afwan yaa Ustadzah Nisa.. Ana juga mau merasakan memek anti.. Ssshhh...", kata Ryan

Ustadzah hanya diam saja memasrahkan pantatnya menungging tinggi menunggu ikhwan bernama Ryan itu menjebol rahimnya

"Aaahhhh.. Akhi... Sshhh..", Desah Ustadzah Nisa saat ikhwan itu mulai menyetubuhinya dengan cepat

Ryan dalam hati bersyukur menerima tawaran menjadi panitia kajian kali ini seorang diri. Akhirnya dia bisa menyetubuhi 2 ustadzah cantik dambaan para ikhwan. Tidak perlu menikahi kedua ustadzah cantik, dia bisa melihat seluruh aurat dan bahkan merasakan bersetubuh dengan kedua akhwat jelita yang saat ini sedang menungging pasrah disetubuhi olehnya. Membayangkan hal itu membuat sodokan Ryan semakin bersemangat. Ryan bergantian menyodok tempik Dewi dan Nisa sesuka dia sampai pada akhirnya kontolnya mulai berkedut tanda akan segera ejakulasi.

Benar saja beberapa detik kemudian, Peju Ryan menyembur mengenai bongkahan pantat mulus kedua Ustadzah. Ryan membagi semburannya dengan adil mengenai pantat Dewi dan Nisa. Setelah puas dan kontolnya mulai lemas Ryan pun turun dari panggung penuh kepuasan

"Sudah puas mas? Enak ya ngentot sama teman kajian sendiri? Heheheh", goda salah seorang peserta dan hanya dijawab senyum kecut oleh Ryan

"Ayo foto bersama dulu buat kenang-kenangan kajian zina ini", kata seorang pria tiba-tiba sambil menyiapkan kamera handphonenya dan meminta Ryan memfoto mereka.

Kedua ustadzah cantik itu kemudian didudukkan mengangkang di sofa panggung, memamerkan lubang kelamin mereka yang belepotan peju. Sedangkan para peserta kajian berbaris rapi mengelilingi Ustadzah Dewi dan Ustadzah Nisa yang duduk mengangkang diatas sofa panggung ditengah-tengah mereka

*cheerss.. ceklikkkkkkk* suara kamera mengabadikan momen yang baru saja terjadi ini

***bersambung***
Ayo gw dukung bu ustadzah, jangan kasih blowjob si eko, apalagi anal, dosa!! Mending kasih felatio dan lubang pantat buat akang napi dan kuproy.
Di depan suami harus jaga martabat sebagai ustadzah.
Ditunggu open BO nya ustadzah. Kayaknya kalo rambutnya dicet pirang boleh juga nih ukhti.

Nisa pagi jadi ustadzah, malem jadi LC karaoke
 
Scene 20 : Dewi - Kajian

Seperti biasa pagi ini Dewi menyiapkan sarapan untuk suaminya yang hendak berangkat kerja. Sedangkan Rista saat ini sedang tidak ada di kontrakan, saat ini Rista sedang berada di rumah Abi untuk membahas acara lamaran dan rencana pernikahannya dengan Adi, ikhwan calon suami Rista.

"Rista sampai kapan mi di rumah abi?", tanya Mas Eko sambil menyomot tempe goreng hangat yang baru selesai dihidangkan Dewi

"Katanya sih kurang lebih seminggu bi.. Eeh bi sabar lah kan masih panas itu tempenya"

"Hehehe anget mmi.. Sehangat tempik ummi kok..", goda Eko

"Ihh abi, bahasanya kok jorok gitu sih. Ummi gak suka..", protes Dewi sambil memasang wajah manyun

Setelah selesai memasak, Dewi segera menghidangkan lauk pauk sarapan ke meja makan. Eko sudah menunggu disana dengan wajah kelaparan.

"Diambilkan apa ambil sendiri bi?", tanya Dewi

"Ambilkann ummi....", jawab Eko manja kepada istrinya

"Ih udah gede masih kayak bayi apa2 minta diambilin", kata Dewi menggerutu tetapi tetap dia ambilkan sarapan untuk suaminya

"Hehehe jangan sambil mencucu gt mmi.. Nanti pahalanya berkurang lho kalau ga ikhlas...", goda Eko kepada istrinya

"Habis abi manjanya kayak bayi..", Kata Dewi

"Heheheh.. kan dapat pahala Ummi.. Ehh.. Mmi hari ini ada kajian ngga?"

"Ada bii.. Kenapa?"

"Sampai jam berapa?"

"Kayaknya sih sampai malam jam 9an lewat bi.."

"Aduhh.. Padahal mumpung Rista ngga ada dirumah abi pingin dilayani ummi di ruang tamu.."

"Iih Abi aneh2 aja.. Ummi gak mau ahh.."

"Yah ummi..."

"Udah Abi makan dulu. Abi ga usah mikir jorok. Nanti setelah sampai rumah ummi mau langsung tidur, soalnya hari ini jadwal ummi Full bi.. Jadi afwan ummi belum bisa layani abi dulu..", Kata Dewi beralasan dan menolak ajakan suaminya dengan halus

"Yah ummi.."

"Udah ahh.. Ummi mau mandi dulu.. Bau tempe goreng nih..", kata Dewi sambil mencium ketiaknya sendiri

"Hehe Abi suka bau tempik ummi kok..", kata Eko cengengesan

"Ihh Abi ini mesum mulu. Udah ah, Abi kalau mau berangkat. berangkat aja. Takutnya Ummi ga denger waktu di kamar mandi", kata Dewi sambil berjalan ke kamar mandi meninggalkan duaminya sarapan seorang diri

Lalu Dewi berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Nafasnya saat memasuki kamar mandi terpatah-patah sambil sesekali ia mendesah. Ditanggalkannya seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat. Payudaranya yang besar mulai ia remas-remas dan ia pilin putingnya hingga mengeras. Dibukanya kakinya mengangkang duduk pada closet dan bersandar pada tembok kamar mandi. Kemudian tangannya mulai mengucek kelaminnya sendiri.

*tut tut tut* Dewi melakukan panggilan video di dalam kamar mandi sambil tangannya terus memainkan puting susunya agar semakin kencang

"Haloo Ustadzah...", tiba2 Pak Sul mengangkat video call Dewi

"Pak.. jangan kenceng2 suaranya masih ada suami ana .."

"Hehehe.. Maaf maaf saya sudah kangen sama ustadzah.. Tuh tetek kayaknya makin besar yaa.."

"Hmm gara2 Pak Sul nih diremas2 terus tetek ana.. Ana mau liat kontol Pak Sul.. Sshhh"

"Hehe yasudah sekarang ustadzah masturbasi sambil saya liatin kontol saya.."

"Iya, ini tangan ana lagi ngocok tempik ana gatal sekali pak tempik ana.. butuh kontol Pak Sul sekarang..", kata Dewi begitu murahan sambil mengarahkan kamera handphonenya ke arah tempiknya agar dilihat Pak Sul

"Aahhh.. Lonte jalang.. Mulutmu kotor sekali ustadzah perek.. Suami di rumah malah colmek sambil diliatin pria lain berharap dapat kontol.. Ustadzah lonte..", kata Pak Sul

"Aahhh.. Pak Sul memek ana semakin gatal pak.. mau kontol Pak Sul.. Aaahh..", kata Dewi sambil mempercepat colmeknya

"Iya memek lonte jalang memang begitu, gatal terus butuh kontol keras dan panjang.. Hehehe.. terus kocok memek kamu ustadzah... Nih liat kontol saya siap pejuin tempik gatalmu itu Ust...", kata Pak Sul sambil mengocok kontolnya memandangi Dewi yang juga sedang asyik masturbasi.

"Ana mau dipejuin kontol bapak.. Aaahhh.. Aahhh.. Pak Sulll.. Sini pejuin tempik ana pak..", Tubuh Dewi bergetar-getar tak beraturan dan memeknya mulai semakin kedutan akibat rangsangan tangannya sendiri

"Sini kamu ustadzah.. Gw pejuin tu tempikmu yang gatal itu.. Tempik cuma buat nampung peju..", kata Pak Sul sambil terus mengocok

"Aarrrrggg iyaahh tempik ana butuh pejuu.. Aaahhh.. keluaaarrrr pak...", desah Dewi sambil terus mengocok biji itilnya yang merekah, kedua kakinya bergetar hebat dan seluruh badanya tersedak-sedak begitu liar

*Seeerrrr serrrrr serrrrrr..* dari lubang kecil di tempik Dewi, keluarlah cairan bening yang menyembur-nyembur Deras hingga tubuh Dewi ikut terangkat saking kencangnya dorongan dari lubang itu

"Hehehe berapa hari ga dientot tempikmu sudah seliar itu Ustadzahhh sampai kencing-kencing..", Kata Pak Sul memandangi puas tubuh telanjang Dewi yang terduduk lemas pada kloset duduknya. Dari lubang tempiknya masih keluar cairan yang menetes perlahan sisa orgasmenya barusan.

Setelah menuntaskan masturbasinya dihadapan Pak Sul, Dewi keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat. Tangannya tak pernah berhenti mengocok lubang kelaminnya yang selalu gatal. Beberapa hari ini dia tidak bertemu dengan Pak Sul karena Pak Sul sedang sibuk melanjutkan proyek bangun rumah besar tempat pertama kali dirinya dengan Pak Sul berzina. Karena tidak pernah menerima kontol, akibatnya tempik Dewi yang sudah disugesti Pak Sul akan selalu gatal jika tidak disetubuhi itu semakin menyiksa wanita bercadar itu

Jam dinding menunjukkan pukul 08.00 pagi. Dewi sedang asyik tiduran telanjang di sofa ruang tamu sambil memandangi layar handphonenya. Tangannya tak pernah berhenti meraba kelaminnya sendiri

"Aaaahhh.. Aaaahhhhh.. Anata no inkei wa watashi no chitsu de kimochigai..", suara desahan berbahasa jepang terdengar cukup lantang dari speaker handphone sang ustadzah.

Dewi begitu menikmati menonton link bokep Jepang yang dikirimkan Pak Sul ke handphonenya. Matanya tak pernah lepas dari adegan erotis yang membangkitkan nafsu birahi itu. Terlihat seorang wanita cantik sedang dalam keadaan terikat sedang dicabuli oleh beberapa pria. Tubuhnya sedang telanjang bulat dan para pria menggerayangi tubuh telanjangnya dalam posisi kedua tangan terikat keatas. Nafas Dewi begitu berat dan jantungnya berdebar kencang sambil tangannya terus mengocok alat kelaminnya sendiri. Tubuhnya yang baru saja selesai mandi kembali berkeringat, betapa gerah suhu ruang tamunya karena seluruh pintu rumahnya ia tutup rapat agar tidak ada yang mengganggunya ketika sedang masturbasi sambil telanjang ria di ruang tamu. Dibayangkannya dirinya yang saat ini sedang dalam posisi seperti yang terjadi pada pemeran wanita pada film tersebut

Sekedar info, Bokep tersebut bercerita tentang seorang suami yang memiliki hutang kepada seseorang pengusaha kaya raya dan tidak bisa membayar semua hutangnya hingga batas waktu yang telah ditentukan. Akibatnya Si pengusaha meminta suaminya agar menjadikan istrinya sebagai alat pembayaran seluruh hutangnya. Awalnya si suami tentu saja menolak, namun karena rasa sayang istrinya kepada si suami, si istri pun bersedia. Pada akhirnya, wanita itu menjadi hiburan para debt collector yang bekerja untuk pengusaha itu dan istrinya harus dicabuli dihadapan suaminya semalaman penuh hingga pagi. Pagi harinya istrinya harus dibawa ke sebuah markas milik pengusaha itu dan jumlah pria di markas itu semakin bertambah banyak. Si istri harus melayani seluruh pria itu 4 hari 3 malam non stop

"Ahhh.. Aahh.. Ahh.. Aahh.. kontol .. ana butuh kontol.. aaahh.. aahh.. Memek ana gatal butuh kontol..", desahan Dewi semakin menggila sambil tangannya terus menusuk dan mengocok lubang kelaminnya

*tulilut tulilut tulilut* suara handphone Dewi berbunyi

Dewi ingin mengabaikan telepon itu dan terus menikmati video bokep jepang kiriman Pak Sul sambil terus masturbasi. Tetapi si penelepon tidak berhenti menelpon hingga Dewi pun dengan malas mengangkat telpon tersebut karena merasa terganggu. Dewi pun segera mempause bokepnya dan mengangkat telepon itu

"Aslmklm.. Ustadzah..", Ukhti Nisa rekan kajian Ustadzah Dewi yang menghubungi

"Wlkmslm.. Iya ukhti ada yang bisa ana bantu?", kata Dewi sambil tangannya tak berhenti menggaruk dan memilin puting susunya sambil mengangkat telepon dalam posisi mengangkang

"Afwan Ustadzah.. Mau mengabarkan untuk jadwal kajian nanti malam pesertanya mantan-mantan ex-napi pemerkosaan dan pencabulan, kan rencana akan diisi Ustadz Faruq, tetapi sayangnya Ustadz Faruq mengalami musibah mobilnya tabrakan di tol dan berhalangan hadir. Kami mencoba menghubungi ustadz yang lain ternyata semuanya sudah ada jadwal kajian di tempat lain, jadi tidak ada yang bisa menggantikan."

"Inalilahi.. Terus bagaimana ukh?", tanya Dewi

"Akhirnya terpaksa kita harus memakai seorang ustadzah untuk isi kajiannya Ukh.. Kami sudah mencoba menghubungi beberapa ustadzah mereka menolak ukh karena pesertanya ikhwan. Harapan ana tinggal ustadzah Dewi. Ustadzah Dewi bersedia ya mengisi kajian para ikhwan ex-napi itu? Mumpung animo mereka begitu besar mengikuti kajian..", pinta Ukhti Nisa

"Iya boleh ukhti.. Berapa jumlah pesertanya ukhti?", tanya Ustadzah Dewi sambil tangannya terus masturbasi memainkan itilnya membayangkan akan banyak ikhwan yang menatap dirinya nanti.

"ikhwan kurang lebih 10 orang saja Ukh.. Mereka semua mantan narapidana pelaku pemerkosaan dan pencabulan. Jadi Ustadzah isi kajian tema seputar itu ya Ukh. Kali aja kalau yang isi seorang Ustadzah mereka jadi ngga ngantuk. Hihihi.."

"10 orang ya Ukh? Baik ana bersedia Ukh.. Dakwah kan tidak mengenal siapa pendengarnya, kita tidak bisa pilih2 siapa yang harus dengar, harus menyeluruh..", kata Dewi semakin sange

"Tapi afwan, ana nanti berhalangan hadir ya Ustadzah karena ana harus memastikan keadaan Ust. Furqan sampai semua dirasa aman. Untuk bahan laporan ke pusat Ust.", jawab Ukhti Nisa

"Tafadhol Ukhti.. Ana bisa handle sendiri, lokasi dimana Ukh?", kata Ustadzah Dewi

"Di Gedung Serbaguna Jl. Burungbesar Ukh.. Tolong Ustadzah Dewi kasih mereka bimbingan ya Ust.. Jadi Usahakan Ustadzah Dewi ngasih kajian yang menarik dan bisa membuat mereka paham ya Ust..", kata Ukhti Nisa

"Ana usahakan ya Ukhti.."

"Yasudah ana tutup dulu teleponnya.. Aslmlkm.."

"walkmslm.."

Setelah selesai menerima amanah dari Ukhti Nisa, Dewi melanjutkan menonton tayangan video porno jepang yang tadi ia tunda. Kembali ia mainkan seluruh auratnya sambil membayangkan tubuhnya digerayangi oleh para ikhwan mantan napi yang akan menjadi peserta kajiannya

"Ssshhh... Aaahhhh...."

***

Dewi pun dongkol, rupanya masturbasi saja tidak cukup menghilangkan rasa gatal yang ada pada kelaminnya. Pada akhirnya sang ustadzah memutuskan menemui Pak Sul di proyek rumah yang sedang dibangun kuli bangunan itu. Dewi sudah tidak tahan lagi. Rasa gatal pada kelaminnya tak kunjung reda bahkan semakin parah jika terus dikocok. Suasana cukup terik, matahari memancarkan sinarnya cukup terang hari ini. walau sebenarnya jam masih belum terlalu siang. Lebih tepatnya jam 10.30

Dewi memacu motornya terburu-buru dan tidak sabar bertemu dengan kekasih yang sudah memberinya kenikmatan dunia yang selama ini tidak bisa ia capai bersama suami sahnya. Dengan Menggunakan gamis lebar dan cadar serba hitam, pakaiannya berkibar-kibar terkena angin sambil memacu motornya dengan ngebut. Tak sabar Dewi bertemu dengan Pak Sul, karena Pak Sul sendiri masih melarang Dewi melayani suaminya hingga saat ini sehingga Dewi hanya bisa menuntaskan birahi dan rasa gatal memeknya hanya kepada Pak Sul.

"Percuma kontol kecil suamimu tidak akan bisa ngilangin rasa gatal tempikmu Ustadzah..", begitu pesan Pak Sul kepada dirinya

Tibalah sang Ustadzah ke rumah besar yang sedang dibangun itu. Beberapa motor disana terlihat terparkir, termasuk motor butut Pak Sul. Sedangkan di seberang jalan, terdapat sebuah mobil SUV keluaran terbaru yang modelnya jarang terlihat di jalanan sedang parkir. Dewi bertanya-tanya ini mobil siapa di dalam hatinya. Karena rumah ini letaknya jauh dari rumah lainnya.

Kuli-kuli bangunan terlihat sibuk bekerja, dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang memasang genteng, ada yang memasang plafon, ada yang sedang mengaduk semen, dan pekerjaan lain sebagainya. Tetapi saat itu Dewi tidak melihat sosok Pak Sul diluar. Kemudian Dewi menghampiri seorang tukang bangunan yang sedang konsentrasi mengaduk semen.

"Pak Permisi, Pak Sul ada didalam?"

"Aa.. ada Bu..", jawab tukang bangunan itu terkejut melihat sosok wanita bercadar menghampiri dirinya

"Ana boleh masuk ke dalam Pak?", suara lembut Dewi yang lirih begitu terdengar merdu

kemudian Dewi mencoba terlihat ramah kepada tukang tersebut agar pria itu tidak grogi mengobrol dengan dirinya. Dewi mencoba memasang senyumnya yang sangat cantik. Walau percuma saja dia tersenyum, toh bibir indahnya juga tidak nampak oleh tukang bangunan yang grogi itu

"I.. Iya B..Bu.. Boleh Bu..", jawab tukang bangunan itu

Dewi melangkah masuk ke dalam mencari keberadaan Pak Sul sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, namun sayang Pak Sul belum terlihat juga

"Pak, ana mau nanya. Pak Sul dimana ya?", tanya Dewi kepada tukang yang sedang sibuk mengecat tembok

Tukang bangunan itu terkejut melihat kehadiran wanita bercadar di dalam rumah ini. Karena tidak pernah ia mengobrol sama sekali dengan wanita bercadar selama hidupnya.

"Pak Sul? kayaknya tadi diatas Bu sama koko..", jawab tukang bangunan itu sambil kembali melanjutkan pekerjaannya

*koko?*, tanya Dewi dalam hati

Dewi kemudian melangkah naik menuju lantai kedua. Benar saja Pak Sul sedang berada di sana bersama 3 orang kuli lainnya. Mata Dewi justru lebih fokus menangkap seorang pria keturunan chinese yang terlihat tampan. Dada Dewi sempat berdesir beberapa saat ketika menatap wajah pria tampan itu. Tatapan matanya begitu tajam terlihat menusuk hingga ke dalam matanya. Rambutnya yang panjang disisir klimis kebelakang dan pakaiannya terlihat mahal. Terdapat tattoo di lengan pemuda chinese itu menambah kesan macho yang melekat pada dirinya. Sebentar saja rahim Dewi merasa menghangat setelah melihat pria chinese tampan itu, namun buru-buru ia tundukkan pandangan tak sanggup menatap wajah tampan itu berlama-lama.

Pemuda Chinese tersebut terkejut ada sosok seorang wanita bercadar memasuki rumahnya tanpa ijin. Dewi juga salah tingkah dan tidak enak, Dewi tahu sepertinya pria chinese ini adalah pemilik rumah besar yang dibangun ini. Dewi merasa pria Chinese itu menatapnya dengan tatapan tidak suka sehingga Dewi semakin terlihat kikuk.

"Ma.. Maaf Pak.. Saya masuk ke rumah bapak tanpa ijin.. Tapi saya tadi sudah ijin kok sama bapak-bapak yang dibawah.. Saya kesini mencari Pak Sul..", kata Dewi mencoba menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah itu

"Oh.. Iya gapapa Mbak.. Woyy Sul, nyari lu tuh!", kata Pria Chinese itu ketus.

"Ehh.. Iya Koh.. Saya permisi sebentar", lalu Pak Sul mengajak Dewi turun ke bawah dulu meninggalkan lokasi proyek rumah.

Kemudian mereka berdua saling berbicara di bawah pohon yang letaknya beberapa meter dari rumah besar itu. Terlihat Pak Sul begitu panik melihat Dewi tiba-tiba datang ke tempatnya bekerja, padahal ia sudah melarang perempuan bercadar itu untuk datang

"Aduh.. Ustadzah ngapain kesini? Kan saya sudah bilang saya lagi sibuk jangan diganggu dulu", Kata Pak Sul

"Afwan Pak Sul.. Ana sudah tidak tahan..", kata Dewi mencoba jujur dengan perasaannya

"Aduh Ustadzahhh... ustadzah ga tau Koh Richard itu galaknya setengah mati. Kalau Pekerjaan ga beres sedikit dia bakal ngomel berjam-jam bisa-bisa saya gak gajian Ust.. Sudah Ustadzah pulang saja dulu..", Kata Pak Sul

"Tapi Pak... Ana benar2 butuh..", Kata Dewi memohon sambil memegangi tangan Pak Sul menahannya agar tidak pergi.

"Ya Ustadzah kan cerdas tau lah harus ngapain. Jangan jadi begok ya ustadzah. Ustadzah Boleh cari kontol yang lain kok. Jual diri sana pasti banyak yang minat. Huss Huss..", Kata Pak Sul ketus mengusir Dewi sambil ngeloyor kembali masuk ke dalam bangunan rumah besar yang belum selesai itu

"Pak Sul...", Kata Dewi tak bisa menahan Pak Sul kembali bekerja

Sementara itu dari lantai 2, Koh Richard memandangi Pak Sul dan Dewi yang sedang berbicara berbisik-bisik di bawah pohon. Tatapannya menatap tajam ke arah Dewi. Kemudian ia tersenyum, sebuah senyum penuh maksud sambil ia kepalkan tangannya rapat-rapat.

Dewi hanya memandang Pak Sul yang berjalan meninggalkannya. Dewi begitu sedih dan kebingungan saat ini. Tidak ada lelaki lain yang terpikirkan oleh Dewi selain Pak Sul. Karena hanya Pak Sul yang bisa menghilangkan sementara rasa gatal pada tempiknya. Tetapi karena Pak Sul Sudah mengijinkannya "berpetualang", Dewi semakin mantap tidak bergantung pada Pak Sul lagi untuk memuaskan gairahnya yang sudah tidak bisa dibendung oleh apapun. Dewi pun berjalan lunglai kembali menuju sepeda motornya dan segera meninggalkan rumah besar itu

"Siapa wanita bercadar itu?", Tanya Koh Richard sekembalinya Pak Sul ke lantai 2

"Err.. Mbak Dewi Koh namanya.. Mbak Dewi pelanggan saya buat betulin rumahnya. Kebetulan rumahnya tadi ada masalah dan saya diminta betulin tapi saya bilang gak bisa karena harus fokus ke rumah kokoh..", kata Pak Sul berbohong

"Oh.. gitu.. Boleh juga..", Kata Koh Richard

"Kenapa koh? Suka sama Mbak Dewi? Saya kenalin deh. Asal ada bonus buat saya Heheheh...", Kata Pak Sul menyeringai

"Hahaha.. Setan lu Sul. Udah kembali kerja sono. Ga Level dia ama gw", Kata Koh Richard

***

Dewi mengendarai sepeda motor maticnya menuju tempat dimana ia akan mengisi kajian. Jadwal kajian sebenarnya masih sangat lama mengingat saat ini masih pukul 14.00. Tapi Dewi memutuskan berangkat ke lokasi sekarang saja. Karena hari ini dia benar-benar bingung harus kemana. Di rumah saja membuatnya bosan, sehingga ia putuskan untuk mengecek lokasi kajian yang akan diisi olehnya. Jadwal kajian pukul 19.00, masih ada waktu 5 jam lagi sebelum kajian dimulai. di dalam gedung ini masih sangat sepi. Hanya seorang ikhwan yang terlihat sibuk mendekorasi tempat acara kajian. Menata sound system, meja, kursi, dan karpet

"Ustadzah Dewi kok sudah datang?", tanya seorang ikhwan berkacamata bernama Ryan menyadari kehadiran Dewi

Dewi kenal betul sosok ikhwan ini. Karena memang beberapa kali Ryan dan Dewi menjadi panitia kajian dalam sebuah event yang cukup besar di organisasi dakwahnya. Dan lagi, Dewi ingat betul Ryan pernah mengajaknya taaruf namun karena saat itu Dewi masih fokus menyelesaikan studinya, Jadi ia tolak permintaan Ryan dengan halus.

"Ahh.. I.. Iya.. Ana mau cek.. kondisi di gedung ini dulu akhi.. Jadi ana datang lebih awal..", jawab Dewi

"Iya Ukhti gapapa. Ana bingung saja kok ukhti Dewi sudah hadir. Hehehe", Kata Ryan

"Oiya.. Antum sudah dapat update kondisi Ust. Faruq?", tanya Dewi basa basi

"Beliau sudah dibawa ke Rumah Sakit.. Alhmdllh tidak parah Ukhti, hanya beberapa luka ringan di tangan dan kepala sedikit benjol", jawab si ikhwan bernama Ryan itu

"Alhmdlh.. Antum disini sendirian?", tanya Dewi

"Iya Ukhti.. panitia yang lain takut berhalangan hadir karena pesertanya para mantan narapidana yang masih liar dan wajahnya sangar. Hehehe..", kata Ryan

"Serius alasan mereka seperti itu?", kata Dewi terkejut

"Bercanda kok Ukh. Hehehe.. Ana handle sendiri masih sanggup kok Ukh.. Biar yang lain bisa bantu jadi panitia di kajian lain"

"Hehehe.. Kuat betul antum bisa mengatasi 10 orang. Yakin bisa mengatasi 10 orang? Hihihi..", goda Dewi

"Maksud Ukhti?", tanya Ryan bingung sambil membetulkan kacamatanya

Afwan kamar mandi disebelah mana akhi? Punya Ana sudah ga tahan kebelet pipis pingin segera dikeluarin.. Hihihi", kata Dewi menyelimurkan pembicaraan

Wajah Ryan melongo mendengar perkataan Dewi. Tidak perlu sebenarnya Dewi menyebutkan "punya ana" dan "pipis pingin segera dikeluarin" kepada ikhwan itu. Akibat mendengar Dewi mengatakan hal itu saja, Pikiran ikhwan tersebut sudah kemana-mana. Apalagi Ustadzah Dewi adalah akhwat dambaannya yang kecantikan wajahnya sudah bukan menjadi rahasia umum walaupun ia bercadar.

"Eehh.. Ada Ukh.. Di sebelah sana.. Mau ana antar?", kata ikhwan itu

"Boleh Akhi? Nanti ana gangguin kerjaan antum lagi...", tanya Dewi dengan nada manja

"Boleh Ukhti.. Yuk saya antar", jawab si ikhwan sambil garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal.

Lalu mereka berdua berjalan beriringan ke kamar mandi tanpa adanya obrolan. Hanya suara tapak langkah kaki yang terdengar, saat mereka menyusuri lorong gedung menuju toilet

"Ini Ukhti, kamar mandinya. Afwan agak kotor tapi memang adanya ini aja", kata Si Ikhwan

"Tidak apa akhi. Pipis ana juga kotor kok.. Hihihi.. Antum tunggu didepan pintu ya.. Ana takut sendirian disini.. Antum jangan buka pintu lho, soalnya pintu ngga ana kunci", goda Dewi membuat si ikhwan bingung menjawab apa

Dewi pun memasuki toilet kecil itu dan menutup pintu toilet. Toilet kecil yang berukuran hanya 1,5 X 1,5 meter. Dewi kemudian menanggalkan celana dalamnya terlebih dahulu, sebuah celana dalam nakal bertuliskan "sex gratis" pemberian Pak Sul yang entah mengapa Dewi bangga memakainya. digantungkan celana dalamnya itu di gantungan baju yang ada di kamar mandi. Lalu Dewi mulai menggaruk sebentar alat kelaminnya yang gatal sebelum ia kencing sambil sesekali mengusap jembutnya yang cukup lebat karena belum sempat dipangkas. Cairan kencing Dewi tumpah dengan bunyi gemricik yang sangat berisik jatuh ke dal lubang kloset.

Diluar kamar mandi, pikiran Ryan sudah melalang buana mendengar suara cipratan kencing yang keluar dari kelamin wanita pujaan hatinya. Tanpa sadar alat kelaminnya dirasakannya semakin mengeras karena saat ini hanya ada dia dan Dewi ditempat itu. Bagaimanapun Ryan adalah pria normal yang memiliki nafsu syahwat, masa mudanya juga pernah nakal dan pernah melihat bokep walau karena penasaran saja. Bisa saja Ryan berbuat nekat masuk ke dalam kamar mandi itu dan mencabuli Dewi. Tetapi nafsunya coba ia tahan, ia tidak ingin menyakiti Dewi yang sudah ia kagumi itu. Ia lebih memilih menahan hasrat birahinya, daripada hubungan pertemanan dan rekan kajian dengan wanita pujaan hatinya hancur karena satu kesalahan saja.

"Akhi, bisa masuk ke sini sebentar?", kata Dewi tiba-tiba dari dalam sambil kepalanya mengintip keluar membuat ikhwan bernama Ryan itu terkejut tak menyangka Dewi sendiri yang memintanya masuk ke dalam kamar mandi

Ikhwan itu salah tingkah dan gemetaran melangkahkan kakinya memasuki toilet sempit berduaan dengan Ustadzah Dewi, perempuan yang masih diam-diam ia kagumi . Seketika mata ikhwan itu menangkap sebuah celana dalam berwarna krem yang Dewi gantungkan di gantungan baju kamar mandi, keringat dingin menetes segera dari keningnya menyadari Dewi telah menanggalkan celana dalamnya sedang duduk berjongkok diatas closet tanpa mengenakan apa-apa lagi di balik gamisnya. Tetapi sepertinya Ryan tidak sempat membaca tulisan kecil mesum yang membuktikan seberapa murahannya Dewi, karena buru-buru ikhwan itu menundukkan pandangannya tidak berani menatap celana dalam Dewi yang tergantung di dekatnya.

"Ahhh.. Ana lupa belum pakai celana dalam.. Afwan itu celana dalam ana akhi.. Mau ana pakai dulu tapi Antum sudah terlanjur masuk", kata Dewi tersipu malu sambil menggoda ikhwan itu dengan mengambil kain itu menggenggamnya erat

"Ehhh.. Iya Ukh.. Afwan ana perlu keluar dulu kah? agar anti bisa pakai dulu?", jawab Ryan terbata-bata sesekali melirik celana dalam Ustadzah Dewi

"Tidak perlu akhi, ana percaya antum tidak akan macam-macam ke ana walau ana tidak pakai celana dalam saat ini", kata Dewi

"Anti kenapa memanggil ana masuk ke dalam sini Ukh?", tanya Ryan mencoba stay cool, walau jantungnya saat ini berdebar tak karuan.

"Pintu kamar mandinya tidak bisa dikunci akhi... Antum bisa betulin?", pinta Dewi

"Sebentar coba ana lihat dulu pintunya", kata Ryan buru-buru dan dia pun punya alasan tidak memandangi Dewi yang masih berjongkok diatas closet

Ikhwan bernama Ryan itu kemudian mulai memeriksa kondisi pintu yang sudah terlihat rapuh dan engsel-engselnya berkarat itu. Keringat dingin mulai menyerang tubuh kurus ikhwan itu karena suasana yang cukup gerah di dalam ruangan sempit ini ditambah lagi saat ini dirinya berduaan dengan ukhti bercadar pujaan hati para ikhwan. Semakin ia tidak bisa berkonsentrasi membetulkan pintu. pikirannya sedang membayangkan dibalik gamis itu, Ustadzah Dewi yang bercadar sedang tidak memakai celana dalam. Dewi ingin sekali menggoda ikhwan itu dan mendapatkan kontol pengganti Pak Sul.

Tetapi dia sendiri bingung harus memulai darimana agar ikhwan itu tergoda. Dewi juga sebenarnya tidak tahu apakah kontol Ryan itu besar dan bisa menyembuhkan rasa gatalnya. atau kah malah letoy seperti punya suaminya. Kalau letoy, tentu saja semua akan sia-sia karena tempiknya akan tetap terasa gatal tidak bisa dipuaskan kontol seperti itu. Di situasi menegangkan seperti ini, tiba-tiba Dewi merasa ingin kembali pipis untuk kedua kalinya

"Antum jangan melihat kebelakang akhi.. Ana sudah ga kuat.. kebelet nih.. Ana pipis dulu ya Akh.. Antum jangan liat ana pipis ya akhi.. Ana angkat rok gamis ana..", kata Dewi semakin menggoda ikhwan itu

Wajah Ryan semakin pucat dengan kejujuran Dewi. Ia berusaha mati-matian tidak menghadap ke arah Dewi dan meneruskan mengutak-atik kenop pintu kamar mandi sembari Dewi meneruskan buang hajatnya. Terbayangkan betapa tersiksanya Ryan dibelakangnya saat ini sedang berjongkok ukhti bercadar sedang membuka kelaminnya dan mengeluarkan cairan kencing dari lubang kelaminnya perlahan

*currrrrrrrrr* air kencing Dewi mulai keluar

Suara gemericik air kencing Dewi yang jatuh langsung mendarat pada pembuangan closet menimbulkan sedikit keramaian di toilet yang hanya ditempati oleh mereka berdua. Aroma semerbak kencing Dewi langsung menguasai ruangan toilet kecil yang kotor ini. Setelah selesai kencing, Dewi tak langsung menutup kembali pakaiannya. Saat ini dia malah mengangkat gamisnya lebih keatas sehingga seluruh tempiknya yang berjembut lebat itu semakin terlihat jelas. Dewi sangat berharap Ryan memberanikan diri menoleh kearahnya dan melihat lubang kelamin yang selalu ia jaga itu. Tetapi iman Ryan tidak goyah, dia masih menjaga kehormatan Dewi sebagai seorang ustadzah dan mssih asyik membetulkan pintu toilet. Kemudian Dewi mulai menggaruk kelaminnya dan memainkan itilnya saat ikhwan itu masih kesulitan dan tidak menyerah berusaha membetulkan pintu. Tangan Dewi lincah mengocok alat kelaminnya yang sudah sangat berlendir sehingga menimbulkan suara basah berdecak yang berasal dari kelaminnya

*kocok kocok kocok* dengan cepat tangan Dewi mengocok kelaminnya sendiri.

Situasi begitu sunyi, hanya terdengar suara kocokan basah dari arah kelamin Dewi dan suara percikan cairan Dewi yang jatuh menyebar kemana-mana. Ryan masih menjaga imannya dengan baik, walau dalam hatinya ia begitu penasaran apa yang dilakukan Dewi hingga terdengar suara becek yang terdengar dari arah belakangnya. Ditambah lagi, suara hembusan nafas Dewi yang semakin terdengar berat dibalik cadarnya menambah godaan bagi ikhwan itu. Tetapi pada akhirnya, Dia sama sekali tidak berani menoleh kebelakang walau Dewi sudah menggoda imannya habis-habisan dengan tingkah lakunya

"Afwan Akhi... Vagina ana gatal.. Ana garuk sebentar yaahh.. Ssshhh..", kata Dewi sambil mendesis semakin menggoda Ryan

Ikhwan itu semakin merasa kebingungan dan nervous karena dari arah Dewi malah saat ini terdengar suara kocokan yang terdengar semakin becek. Tanpa sadar batang kontolnya semakin bangun dan tegak mengeras. Hal yang memang lumrah karena dia ada lelaki normal yang memiliki ketertarikan terhadap wanita. Siapa yang tidak tergoda dengan posisinya yang sangat mendukung untuk bermaksiat saat ini. Terlihat beberapa kali ikhwan itu membetulkan posisi batang kontolnya yang semakin mempersempit area selangkangannya

*Hadap sini akhi.. liat ana sedang masturbasi. Hadap sini Akh...*, kata Dewi dalam hati

"Afwan Ukhti.. Sepertinya pintu toilet memang rusak tidak bisa diperbaiki..", kata Ikhwan itu menyerah dan permisi keluar dari toilet meninggalkan Ustadzah Dewi sendirian di kamar mandi sambil wajahnya terlihat begitu memerah, tegang, dan berkeringat

*Duh gagal deh*, kata Dewi dalam hati

Kemudian karena dirinya masih sangat terangsang saat ini, pada akhirnya Dewi memutuskan masturbasi sebentar di toilet tersebut tanpa mengunci pintu sambil menunggu waktu kajian. Diintipnya keluar kamar mandi rupanya Ikhwan bernama Ryan sudah tidak terlihat di depan ruang kamar mandinya Dewi duduk berjongkok diatas closet jongkok. Dewi lalu mencolokkan Jemari lentiknya dan mulai menusukkan perlahan ke dalam lubang kelaminnya. Pelan-pelan ia dorong telunjuknya semakin masuk diantara jepitan kelaminnya sendiri Tiap gesekan dan sentuhan area dalam memeknya memberikan kenikmatan yang semakin lama semakin besar. Tempik Dewi perlahan kembali mulai lembab dan licin, Dewi semakin mempercepat masturbasinya dengan menrangsang seluruh bagian dalam lubang tempiknya.

"Ouuuuhhhh... Shhhhh.. Ana butuh kontoll... Siapa saja tolong liat ana masturbasi.. Ssshhh..", desah Dewi sedikit kencang berharap ada seseorang yang mendengarnya

Tangannya terus mengobok-obok alat kelaminnya tiada henti. Cairan dari kelamin Dewi mulai jatuh berjatuhan. Mata Dewi terpejam membayangkan alat kelaminnya sedang diobok-obok oleh pria. Dia juga membayangkan saat sedang masturbasi tubuhnya diperhatikan oleh banyak pria yang memandang penuh nafsu ke arahnya

"Sshhh.. Ahhh.. Oouuhh.. Enak...", desah Dewi sambil terus menggosok tempiknya yang gatal tidak hilang-hilang

*BRAKKK!!!!* tiba2 pintu dibuka kencang mengejutkan Dewi.

Tangan Dewi seketika berhenti mengocok kelaminnya, tetapi cairan lendir Dewi tidak mau berhenti mengeluarkan cairan yang terus menetes-netes. Cairan itu terus jatuh keluar dari lubang tempiknya bercampur dengan air kencing yang dari tadi belum ia bersihkan dari closet. Wajah Dewi pucat pasi melihat ada seorang pria yang tidak dikenal sedang menyeringai ke arahnya

"Hehehe.. Ukhti lagi asyik ya?", kata pria itu sambil menurunkan resleting celananya dan menutup kembali pintunya

"Nih saya kasih kontol kayaknya ukhti lagi butuh kontol..", kata pria itu sambil mengibaskan batang kontol ya yang sudah mengeras dan mendekati tubuh Dewi yang masih berjongkok

"Tenang, rahasiamu aman Ukh.. Asalkan kamu mau mainin kontol saya juga. Hehehe .", kata pria itu sambil dengan kurang ajar menampar-namparkan batang kontolnya ke arah wajah Dewi yang masih tertutup cadar.

Pria itu mengangkat cadar Dewi sehingga bibir Dewi terlihat olehnya, dan cadarnya disibakkan hingga menutup kedua mata Dewi. Lalu pria itu langsung menjejalkan batang kontolnya ke arah mukut Dewi yang sudah pasrah. Batang kontol yang cukup besar dan berotot, langsung memenuhi rongga mulut Dewi yang sempit.

Pria itu menampar-nampar kedua pipi Dewi kiri kanan bergantian sambil terus menyodokkan batang kontolnya ke mulut Ustadzah Dewi

*plak plak plak* pipi Dewi ditampar-tampar perlahan

"Ini kan yang kamu mau? Hah? Hah? Kamu pingin kontol kan? Ayo nikmati kontol saya sepuasmu Ukhti. Hahaha..", Kata Pria itu sambil terus menghajar mulut Dewi dengan batang kelaminnya

"Hoookkhhh.. Hoookkkhh...", Dewi sampai hampir muntah karena tenggorokannya tersedak menerima kontol besar pria itu

*tulilut tulilut tulilut tulilut* Tiba-tiba Suara handphone Dewi berdering nyaring dan buru-buru Dewi mengambil handphone dari saku gamisnya karena kawatir suara dering teleponnya menimbulkan kegaduhan di gedung serbaguna ini. Dewi meminta ijin mengangkat telepon dan untungnya pria itu mengijinkan karena ia juga was was aksinya akan diketahui orang lain.

Terlihat nama Rista di handphonenya

*Ya Tuhan.. Ristaaa kamu kenapa telepon disaat seperti ini.....* ,kata Dewi sambil mengangkat telepon

"Aslmlkm.. Mbak Dewi..."

"Ya Dek.. Ada apa... Uuhh...", kata Dewi sambil terkejut karena saat ini tubuhnya ditarik dan dihadapkan menungging pada tembok toilet oleh pria tak dikenal itu

"Mbak hari jumat besok apa bisa pulang ke rumah? Ini rencana Mas Adi mau silaturahim antar keluarga dengan membawa semua keluarganya..", kata Rista

"Auhh.. Afwan ya dek... Mbak.. Sshh.. Kayaknya mbak.. Uuhh.. gak bisa.. Mbak ada jadwal kajiann.. Aahhhh..", jawab Dewi sambil tersedak saat area kelaminnya mulai dicabuli pria itu dengan cepat dan kasar

"Beneran ga bisa ya mbak.. Rista berdua aja dong sama abi waktu menemui keluarga Mas Adi?", tanya Rista

"Uhh.. Iyaah.. Afwan Ya Dek... Ssshh.. Aahh..", jawab Dewi semakin menggelinjang tak karuan saat kelaminnya yang masih bau pesing terus ditusuk jemari kasar pria itu terus-terusan

"Mbak ngapain sih kok kayak sakit gt?", Tanya Rista penasaran

"Ihh.. Iyahh.. Mbak.. Perut Mbak.. Mulessss... Ssshh.. ini lagi BAB..", jawab Mbak Dewi sambil berusaha menahan agar tidak mendesah lagi

"Oohhh.. Yasudah cepet sembuh ya mbak.. Minum obat.."

"Iyaahh.. Salam buat keluarga Adi ya dek.. Sshhh.. Mbak sih ok ok aja kok sama calon suamimu.. Sudah dulu.. Mbak.. ga tahann pingin keluar.... Sshh.. Aduuhhh", jawab Feei

*tut tut tut tut* telepon pun terputus seketika

"Aahh.... Keluarrrr..", kata Dewi dan tubuhnya langsung bergetar-getar hebat

*Sreetttt sreetttt sreetttt* dari lubang kecil tempik Dewi keluarlah cairan yang menembak beberapa kali cukup deras.

Kaki Dewi terasa lemas seketika tidak mampu menopang berat badannya. Tempiknya terasa kedutan dan sedikit panas karena terus-terusan dikocok dan digosok dengan kasar oleh pria berwajah seram itu. Dibiarkannya lendir cintanya jatuh langsung ke pembuangan closet. Perlahan Dewi mencoba berdiri sambil berpegangan pada tembok. Kakinya masih terasa gemetaran tak sanggup berdiri dengan sempurna. Pria itu kembali menyibakkan cadarnya membuka bibir Dewi yang menggairahkan dan langsung dilumatnya bibir Dewi penuh nafsu

"Aahhh..Ssshhh...", desah Dewi pasrah saat pria itu melumat bibirnya tanpa ampun

Aroma mulut pria itu sangatlah tak karuan. Dewi sangat tidak bisa menikmati berciuman dengan pria itu. Jauh lebih menjijikkan dibandingkan aroma mulut Pak Sul. Dewi mencoba menahan nafas saat pria itu terus melumat habis lidahnya tanpa ampun.

Setelah puas menciumi bibir Dewi, Dewi kembali diminta berjongkok dihadapannya

"Sekarang Ukhti colmek sambil sepong kontol saya!", perintah pria itu

"I.. Iya..", jawab Dewi ketakutan

Tangan Dewi kembali mengarah ke lubang tempiknya. Kali ini dengan perasaan ketakutan. Karena kali ini ia harus masturbasi dihadapan pria tak dikenal dan harus sambil mengulum batang kontolnya yang besar itu. Jemari Dewi mulai menyelinap masuk ke kulit labia tempiknya. Kemudian perlahan Dewi mulai merangsang sendiri kelaminnya dengan jemari lentiknya. Tusukan-tusukan kecil dua jarinya sudah cukup membuat tempik akhwat itu banjir dengan deras.

Lalu setelah memastikan wanita bercadar dihadapannya benar-benar masturbasi, pria itu kembali membenamkan batang kontolnya ke bibir Dewi. Bibir Dewi yang sempit kembali dipaksa menerima kontol besar tebal itu. Dewi begitu terlihat kewalahan. Pria itu memegangi kepala Dewi dan menahannya agar tidak bergerak, lalu dengan kejam pria itu menghajar lubang mulut Dewi dengan sodokan yang begitu kasar berkali-kali hingga air liur Dewi menetes keluar dari sela bibirnya yang kewalahan menerima kontol besar itu

"Aaahhh.. enak bener.... Ssshhh.. Cadaran kelakuan kayak lonte lu bangsat.. Hahaha.. Nih makan kontol gw.. makan kontol gw..", kata pria itu penuh kemenangan sambil terus menghajar mulut Dewi tanpa ampun dengan batang kontolnya dengan cepat

Tubuh Dewi benar-benar tersiksa menerima perlakuan ini. Tetapi entah mengapa dari lubuk hatinya dia malah semangat serta libidonya semakin meningkat. Lubang tempik ya sampai harus terasa kedutan berkali-kali dan terpaksa menyemburkan "air mancurnya" beberapa kali saat dalam posisi masturbasi sambil dihajar kontol seperti saat ini

*sretttt.. Sretttt... Srettttt..*, cairan squirt keluar berkali-kali dari lubang tempik Dewi jatuh mengenai lengan panjang gamisnya yang tak berhenti terus merangsang alat kelaminnya sendiri

Tempik Dewi semakin banjir, beberapa kali Dewi sampai menyemburkan cairan squirt dalam posisi menyepong kontol besar itu dengan brutal. Pria itu terus memegangi kepala Dewi dengan erat dan menyodoki mulut Dewi dengan kontolnya sampai dia klimaks

"Arrrgggghhhhh...", tiba-tiba pria itu mengerang hebat dan mencabut batang kontolnya dari mulut Dewi

*crot crot crot crot crot* cairan peju kental nan banyak langsung menyembur ke arah wajah serta cadar Dewi

Lalu sebelum pria itu pergi setelah menuntaskan birahinya, Tak lupa dia minta Dewi untuk membersihkan sisa-sisa peju yang masih menempel pada kepala kontol serta lubang kencingnya. Tanpa rasa jijik Dewi bersihkan sisa peju pria itu dengan lidahnya hingga bersih kembali seperti semula. Stelah itu tak lupa Dewi cium-cium batang kontol berotot itu dengan mesra dari peler hingga kepala kontolnya. Sepertinya Dewi sedang mengucapkan terima kasih kepada kontol itu karena sudah membantu memuaskan syahwatnya yang sudah tak tertahankan dari beberapa hari yang lalu, walau jujur saja lubang tempiknya masih amat gatal karena memang harus disodok kontol terlebih dahulu agar bisa sembuh untuk sementara waktu. Setelah selesai pria itu buru-buru keluar dari kamar mandi dan pergi entah kemana meninggalkan Dewi seorang diri.

Lalu dengan sisa tenaga, sang ustadzah bercadar meninggalkan toilet gedung dengan berjalan tertatih karena hampir 1 jam lubang kelaminnya terus-terusan dirangsang tiada henti.

***

Suasana gedung sudah ramai. Para peserta sudah duduk dengan rapi. Mereka kebanyakan mantan narapidana kasus pencabulan dan pemerkosaan yang harus diberikan wawasan agar tidak mengulangi perbuatannya. Wajah mereka sebagian besar sangar dengan tatapan yang tajam menakutkan. Terlihat ikhwan bernama Ryan berdiri paling belakang menghadap ke panggung memandangi Dewi yang tengah bersiap mengisi kajian. Dewi sempat melirik ke arah wajah para peserta, wajahnya seketika syok berat saat matanya menangkap sosok pria yang ia ingat betul seringainya yang menakutkan, rupanya pria yang mencabulinya di kamar mandi tadi sore adalah salah satu peserta kajian ini. Pria itu saat ini memandangi Dewi dengan tatapan tajam dengan tersenyum mesum menyebalkan

Kajian pun dimulai dengan kondisi Dewi yang masih amat terangsang. Tubuhnya terlihat gelisah. Dari layar proyektor yang fokus menyorotnya, terlihat jelas Dewi beberapa kali merubah posisi kakinya. Sering kali kaki Dewi terlihat menggesek dan menjepit pangkal pahanya agar mengurangi rasa gatal pada kelaminnya. Ingin sekali Dewi terang-terangan menggaruk kelaminnya saat ini. namun tidak mungkin ia lakukan karena semua mata saat ini tertuju kepadanya. Dewi hanya bisa mencuri-curi gerakan menggesek-gesekkan kakinya dan sesekali menekan pangkal pahanya agar mengurangi rasa gatalnya.

"Aslkmlkm wr wb.. Perkenalkan Ana Ustadzah Dewi saat ini ana disini menggantikan Ust Faruq yang sedang tertimpa musibah. Mari kita doakan beliau agar bisa segera pulih dan kembali mengisi kajian seperti sedia kala", kata Dewi mulai opening

"Membahas tentang Zina. Sebenernya manusia itu tidak bisa lepas dari yang namanya zina. Semua manusia pasti pernah melakukannya. Tinggal seberapa besar zina yang sudah kita lakukan. Nah dikesempatan kali ini ana akan menjelaskan satu-satu macam2 zina mulai dari yang paling kecil sampai yang terbesar.", kata Dewi

Kemudian Dewi mulai berdiri. Dewi merasakan celana dalamnya begitu lembab dan hangat. Di bawah sana kelamin Dewi terus meronta dan berkedut seolah sedang menunggu kehadiran kontol dijepit lubang tempiknya

"Jadi zina yang pertama itu zina panca indera. Macamnya ada banyak sekali mulai dari zina hati.. Mau tau contohnya? Sekarang antum amati ana.. Terus amati ana..", kata Dewi sambil berdiri. Membiarkan para ikhwan bekas narapidana memandangi wajah dan tubuhnya.

"Bagaimana apa yang antum rasakan?", tanya Dewi

"Yaaa.. Saya merasa sedikit nafsu melihat ustadzah yang wajahnya bikin penasaran. Kayaknya sih cantik dibalik cadarnya..", jawab salah seorang peserta kajian secara blak-blakan. Wajar karena mereka adalah para pelaku kriminal yang kalau berbicara langsung ceplas-ceplos

"Lalu dihati antum semua memikirkan apa? mencabuli / menyetubuhi ana?", tanya Dewi

"Iya Ustadzahhh.. Ada perasaan ingin menyetubuhi. Heheheh.. Maaf ustadzah kalau kami terlalu jujur ngomongnya.. Hehehe..", jawab seorang peserta lainnya sambil cengengesan

"Afwan, mas tolong diatur kata-katanya", protes Ryan dari baris paling belakang

"Tidak apa-apa akhi.. Antum jangan khawatir, memang ana butuh kejujuran dalam kajian kali ini biar semuanya jelas.. Nah, perasaan niat dalam hati ingin menyetubuhi itu namanya Zina Hati.. Ada niat buruk yang ada dalam hati antum kepada ana itu sudah termasuk zina.. yang paling kecil", kata Dewi

Para peserta mengangguk-angguk paham. Dewi kemudian beristirahat sejenak sambil minum air mineral yang sudah disediakan diatas meja. Terasa sekali tempiknya semakin gatal jika dia berdiam diri sejenak seperti ini.

"Yang kedua zina mata, mungkin antum semua paham dengan zina mata ini. Antum memandangi ana yang sudah berpakaian menutup aurat seperti ini bahkan sampai memakai cadar hingga tak nampak muka ana. Apakah antum bernafsu melihat ana yang seperti ini? Atau antum baru bernafsu saat melihat wanita berpakaian sexy dan bahkan telanjang?"

"Jujur saja melihat wanita bercadar saja ada rasa nafsu birahi yang saya rasakan Ustadzah.. Lebih bikin penasaran", jawab seorang peserta dan dijawab anggukan oleh peserta yang lain

"Naah itu dia.. Sudah jelas ya. zina mata itu sangat mudah sekali kita lakukan bahkan dalam situasi tak sengaja sekalipun. Karena itu agama menyarankan kita untuk menundukkan pandangan ketika bertemu lawan jenis, apapun dan bagaimanapun cara berpakaian wanita itu..", kata Dewi

"Ustadzah boleh saya tanya?", kata seorang peserta

Dewi terkejut saat tahu yang bertanya adalah pria yang mencabulinya di toilet sore tadi sebelum kajian

"I.. Iya silakan...", kata Dewi mulai grogi

"Barusan saya mengalami sendiri nih ustadzah. Ada seorang Ukhti yang justru pingin ada yang melihat kearahnya yang sedang asyik sendiri di kamar mandi. Tidak tanggung-tanggung, ukhti-ukhti itu ingin ada yang melihat ke arah kelaminnya. Itu gimana Ustadzah penjelasannya? Hehehehh..", kata pria itu sambil tersenyum mesum

Suasana menjadi gaduh saat itu juga setelah mendengar cerita peserta itu. Semua peserta disana yakin pria itu hanya membual dan tak percaya ada seorang ukhti-ukhti yang berperilaku seperti itu.

"Ahh lu mungkin lagi mimpi tuh.. Mana ada ukhti kayak gitu, lonte kali", kata salah seorang peserta

"Atau lu diganggu setan tuh. Sebenarnya yang lu liat itu penampakan. Hahahah...", kata peserta yang lainnya

Pria itu tidak menggubris komentar peserta-peserta yang lain. Matanya terus menatap ke arah Dewi yang terlihat semakin grogi diberikan pertanyaan tak terduga seperti itu. Dari layar besar yang menyorot kearahnya, Dewi menyeka keningnya, padahal saat ini ruangan cukup dingin. Dewi mengatur nafas mencoba merangkai jawaban yang tepat untuk mrnjawab pertanyaan itu

"Afwan.. Menurut ana.. wanita itu sama dengan pria. Wanita juga punya nafsu syahwat. Bahkan saya pernah baca, wanita itu justru syawatnya bisa jauh melebihi pria. Karena itu agama membatasi wanita menikah hanya dengan satu pasangan saja, sedangkan lelaki boleh lebih dari satu. Salah satu alasannya Karena jika wanita menikah lebih dari satu pria, wanita itu bisa semakin liar tak sanggup mengatur syahwatnya", kata Dewi

"Jadi maksud ana, mungkin wanita yang antum sebutkan tadi memang benar bisa saja seperti itu, karena dia sudah tidak sanggup membendung nafsu syahwatnya dan hilang akal sehatnya sehingga meminta seorang pria melihat auratnya..", kata Dewi

"Hilang akal sehat? Gila dong ustadzah. Hahahaha... Kalau gila dan dia berhubungan badan dengan seorang yang bukan mahrom, saya pernah dengar itu bukan termasuk zina", kata pria itu seolah sedang mengejek Dewi

"Betul kata antum, jika pelaku zina ternyata gila, dia tidak akan berdosa. Ana lanjutkan. Kemudian setelah zina mata, jenis zina panca indera yang lainnya ada banyak seperti zina penciuman, zina sentuhan, zina pendengaran. Kali ini antum semua coba maju ke panggung. Ana jelaskan semuanya sekaligus.."

Lalu seluruh peserta berjalan mendekati ustadzah Dewi yang sedang duduk diatas sofa kursi panggung, mereka semua mengerubungi Dewi. Dewi semakin berdebar-debar saat dikelilingi pria-pria ini. Dalam jarak sedekat ini aroma parfum Dewi yang wangi dan sensual tentu saja tercium oleh mereka.

"Antum semua mencium aroma tubuh ana?"

"Iya ustadzah harum sekali. saya jadi sange ustadzah...", kata seorang peserta

"Ini namanya zina penciuman. Saat hidung antum mencium aroma dari tubuh wanita sehingga membuat libido birahi antum meninggi, itu zina penciuman hidung. Karena itu sebenarnya agama melarang wanita memakai wangi-wangian yang berlebihan. Sekarang antum semua boleh sentuh tubuh ana bagian manapun yang antum mau.. Ini namanya zina sentuhan..", kata Dewi sambil merentangkan kedua tangannya pada sandaran sofa begitu pasrah.

Syahwatnya mulai tak terkendali saat tempiknya sudah benar-benar gatal saat ini setelah puasa kontol Pak Sul beberapa hari. Para peserta yang kesemuanya mantan narapidana pencabulan dan pemerkosaan tidak percaya apa yang dikatakan oleh sang ustadzah bercadar dihadapan mereka

"Beneran Ustadzah? Kami semua boleh sentuh bagian tubuh ustadzah yang mana aja?", kata Seorang peserta

"Ustadzah Dewi, ini apakah tidak berlebihan Ukhti?", tanya Ryan tidak percaya

"Akhi.. Tidak apa-apa ya.. Tolong akhi rahasiakan ini semua terlebih ke teman-teman dakwah ya.. Sebagai gantinya akhi juga boleh ikut.. Sini Akhi...", tawar Dewi menggoda

Terlihat Ryan berdiri mematung saat ini. Kontolnya saat ini pun mengeras melihat Dewi wanita yang ingin dinikahinya dulu sedang dikerubungi pria-pria berwajah sangar itu. Tetapi Ryan masih mencoba bertahan tidak terburu-buru, penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya. Ryan menatap layar besar, jelas sekali terlihat Dewi tertuduk pasrah dikelilingi seluruh peserta yang berwajah seram-seram itu

Pria yang mencabuli Dewi di toilet berada di baris paling depan. Tanpa permisi, disingkapnya rok gamis Dewi hingga keatas menampakkan kedua pahanya yang mulus. Seluruh peserta terbelalak tak percaya melihat pemandangan indah dihadapannya. Kemudian mereka mulai memberanikan diri turut menggerayangi tubuh Dewi bersamaan. Tangan mereka berebutan menjamah seluruh tubuh Dewi. Pria yang mencabuli Dewi menarik lepas celana dalam Dewi sambil membacakannya keras-keras apa yang tertulis di kain segitiga itu sambil diangkatnya tinggi-tinggi celana dalam Dewi.

"Sex Gratisssss.... Sex Gratiisss Woyyyy.. Ustadzah sekaligus ngelonteee..",kata pria itu

Semua bertepuk tangan riuh melihat Dewi sudah duduk mengangkang memperlihatkan tempiknya yang basah dan berjembut lebat itu. Langsung area kelamin Dewi menjadi target utama tangan-tangan mereka. Mereka berebutan menyentuh bagian organ intim ustadzah Dewi. Jari-jari kasar pria-pria itu bergantian mencoblos lubang tempik Dewi. 3 pria bersamaan mencabuli lubang kelamin Dewi dengan jemari kasar mereka. Dewi mendesah tak karuan, fantasynya selama ini akhirnya terwujud. Menjadikan tubuhnya menjadi pemuas nafsu banyak pria sekaligus.

Tak puas hanya aurat bawah Dewi yang terlihat, mereka mulai menurunkan resleting gamis Dewi dan melepas gamis itu dari tubuh sang ustadzah. Tangan-tangan mereka bergerilya ke seluruh tubuh Dewi. Ada yang meleas resleting, ada yang masih asyik menusukkan jari-jari mereka ke lubang kelamin Ustadzah Dewi dan yang tidak kebagian hanya bisa meraba dan meremas sesekali payudara Dewi yang masih tertutup oleh gamis hitam yang dikenakannya

Setelah resleting gamis Dewi sudah diturunkan maksimal. Mereka menarik lepas gamis sang ustadzah, sehingga hanya menyisakan sebuah bra putih yang masih menutup payudaranya. Itupun tak bertahan lama karena akhirnya bra yang menutup dada Dewi pun segera dilucuti hingga tak tersisia

Tinggallah tubuh Dewi saat ini hanya menyisakan kerudung, cadar dan kaos kaki panjang yang masih menutup kaki hingga betisnya. Dewi hanya pasrah duduk bersandar pada kursi membiarkan tangan para peserta kajian menggerayangi seluruh bagian tubuhnya yang telah terbuka. Pentil susunya yang mungil menjadi bulan-bulanan cubitan-cubitan nakal tangan-tangan para peserta yang sudah mulai dikuasai nafsu syahwat

"Aaahhhh... Ssshhh.. Sekarang ana yakin antum semua sudah bernafsu kepada ana. Aaahhh... Ouuuhhh.. Ini namanya zina sentuhan... Aahhhh..", kata Dewi masih mencoba menjelaskan

Namun para peserta nampak ya sudah tak peduli dengan penjelasan Dewi. Mereka lebih fokus kepada tubuh telanjang ustadzah cantik bercadar yang saat ini ada dihadapan mereka. Tangan Dewi diangkat keatas, lalu mereka berebutan menjilati kedua ketiak sang ustadzah.

"Aahhhhh geliiii.... Sudahhh cukup.. Ana mau lanjut menjelaskan zina selanjutnya.. Aaahhh..", kata Dewi tak kuasa menahan geli karena kedua tangannya tetap dipaksa terbuka sehingga mereka bergantian bisa menjilati ketiak ustadzah Dewi sepuasnya.

Bukan cuma ketiak saja, lidah mereka juga mulai menjilati puting susu Dewi yang sudah mulai mengeras. Kedua puting susu Dewi itu bergantian dijilati oleh kesepeluh mantan napi pelaku pemerkosaan. Dewi sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa pada akhirnya ia harus meneteki 10 orang mantan napi pelaku kriminal. Sesuatu yang sama sekali tak pernah ia bayangkan selama menjadi muslimah taat sebelum jatuh terperosok ke dalam nikmat zina yang dikenalkan oleh Pak Sul.

"Ooohhhh... Ssshhh.. Enak..", kata Dewi semakin terbuai permainan gila ini

"Zina nikmat yang ustadzah?", goda salah satu peserta sambil mengobok-obok lubang kelamin sang ustadzah dengan dua jari telunjuk dan jari tengahnya

"Iyaahh.. zina memang membawa kenikmatan tapi berdosa.. teruss... Ouhh..", desah Dewi binal

Setelah tubuh atas Dewi basah terkena jilatan air liur para peserta kajian yang juga para mantan napi itu, tubuh Dewi ditunggingkan oleh mereka diatas sofa kursi yang ada. Lalu secara bergantian dalam posisi menungging, Dewi membiarkan belahan lubang kelaminnya dijilati dari belakang oleh para mantan napi itu. Tubuh Dewi bergetar-getar saat mereka satu persatu menjilati lubang kelamin Dewi yang sudah becek berlendir itu. Dewi mengejang, kedua payudaranya yang besar bergoyang-goyang bebas sebelum akhirnya kembali beberapa kepala menyusup masuk ke dalam dadanya untui menetek ke pentil susunya yang menggoda itu. Dibalik cadarnya bibir Dewi terkatup rapat menahan perasaan nikmat yang dialami oleh lubang tempiknya akibat jilatan-jilatan nakal para napi itu

Dewi melirik ke arah Ryan, dalam hatinya ia sebenarnya tidak rela memperlihatkan kebinalannya kepada rekan dakwahnya. Dewi tidak rela pada akhirnya rekan dakwahnya tahu betapa murahannya dirinya. Mata Dewi tertegun menyaksikan Ryan yang rupanya justru sedang asyik onani melihatnya dikerjai para napi. Ryan begitu semangat memandangi wanita bercadar pujaannya begitu ikhlas memberikan tubuhnya kepada para napi untuk dinikmati. Kocokan Ryan begitu cepat. Terlihat batang kontol Ryan memerah saking cepatnya kocokan yang dilakukan oleh ikhwan itu

Namun Dewi tak bisa berlama-lama melihat rekan dakwahnya sedang onani memandangi dirinya, karena tiba2 kepalanya ditarik paksa menghadap kedepan, cadarnya disingkap kebelakang hingga mulutnya ustadzah Dewi tidak tertutup lagi. Lalu sebuah batang kelamin seorang pria langsung menyeruak masuk ke dalam mulutnya. Dewi berusaha mengulum kontol pria itu dengan sepongan terbaiknya, walaupun tubuh bagian bawah sang ustadzah semakin tak karuan rasanya karena harus dijilati terus-terusan oleh para napi pelaku pemerkosaan dan pencabulan yang memiliki nafsu syahwat diluar batas normal.

"Aaaahhhhhhh....", Tiba-tiba Dewi mendesah kencang

Dilihatnya sejenak organ kewanitaannya, rupanya pria yang mencabulinya ditoilet tadi mulai mengocok lubang tempiknya dalam posisi menungging dengan jemarinya. Tubuh Dewi bergetar hebat. Tidak pernah ia merasa sesexy ini karena saat ini tubuh telanjangnya sedang dinikmati para pria secara berjamaah. Kepala Dewi semakin terdongak saat kembali tangan-tangan nakal mulai berebutan menusukkan jari-jari mereka ke dalam lubang tempiknya yang sudah terasa lebar itu. Gerakan jemari mereka seolah ingin membuat tempik Dewi lebar. mereka tarik-tarik kulit labia kelamin Dewi sambil terus menusukkanya keluar masuk menembus kelamin sang ustadzah

"Aarrgghhh.. Afwan ana muncrattt...", pekik Dewi sambil tubuhnya bergetar hebat

*srettt srettt sretttt sretttt*, tempik Dewi menyemburkan cairan bening ke arah belakang berkali-kali

Setelah cairan bening yang keluar begitu deras dari dalam kelamin Dewi habis, kemudian, keluarlah sebuah lendir kental begitu banyak dari dalam lubang kelaminnya. Lubang tempik Dewi sudah menganga. Dewi sudah tidak tahan lagi. Bagian dalam kelamin sang ustadzah sudah terasa begitu gatal. Tubuh Dewi terlihat lemas terduduk pasrah setelah orgasmenya. Para peserta memandangi tubuh polos sang ustadzah yang nafasnya ngos-ngosan sambil tersenyum nakal.

"Ustadzah lanjut isi kajian dalam posisi telanjang. Heheheh", kata seorang peserta

Satu persatu persatu peserta bejat itu kemudian turun dari panggung meninggalkan tubuh telanjang Dewi yang masih terduduk lesu. Dari kelamin wanita itu masih mengeluarkan cairan bening sesekali sehingga membuat sofa yang didudukinya merembes basah

Dewi gelagapan berada dipanggung dalam posisi telanjang. Semua mata memandang kearah tubuh mulusnya. Semua peserta mengocok kelaminnya masing-masing sambil memandangi tubuh sexy Dewi yang sudah terbuka. Ikhwan bernama Ryan memandangi Dewi dengan iba, tetapi tangannya tak bisa berhenti mengocok batang kontolnya sendiri menyaksikan kemolekan tubuh telanjang Dewi di depan matanya secara langsung

"Ja.. Jadi seperti inilah bahaya zina, selain membuat ketagihan juga bisa membawa penyakit apalagi jika hubungan sex dilakukan terlalu bebas.. Memang semuanya terasa nikmat, tetapi jika keterusan bisa membuat kita ketagihan dan bisa juga membawa penyakit.. Antum semua pikirkan sendiri mana yang terbaik bagi antum.. Aahhh.. Memek ana gatal.. Afwan ana ijin garuk memek dulu..", kata Dewi sambil menggaruk bagian dalam alat kelaminnya di atas panggung yang sudah tidak tertahankan itu

Para peserta menertawakan Dewi yang malah terlihat seperti keenakan masturbasi diatas panggung. Layar proyektor menampilkan gamblang jemari lentik Dewi yang bergerak lincah keluar masuk mencolok lubang kelaminnya sendiri. Tangan Dewi bergerak cepat menggaruk tempiknya yang sudah sangat gatal karena semakin berlendir itu. Bukan hanya menggaruk kelaminnya, tangan Dewi yang lain justru memainkan payudaranya, meremasnya sesekali dan memilin-milin puting susunya yang telah mengacung.

"Ustadzah, saya mau bertanya kenapa cewek dilarang disetubuhi dari lubang pantat?", tanya seorang peserta

"Ehhh.. I.. Iya.. Karena lubang tersebut sangat kotor dan bisa bawa penyakit.. Sshhh..", jawab Dewi sambil tak berhenti mengucek tempiknya sendiri

"Masak kotor sih ustadzah? Coba kami mau lihat lubang pantat ustadzah kotor apa ngga..", kata peserta yang bertanya tadi sambil maju ke depan

"Apa?", kata Dewi terkejut

Lalu pria itu meminta Dewi menungging membelakangi para peserta kajian. Punggung serta bongkahan pantatnya yang mulus tersorot kamera. Seluruh peserta menelan ludah, termasuk Ryan sampai melongo memandangi tingkah Dewi yang begitu pasrah patuh pada permintaan cabul mereka. Tangan Dewi membuka belahan pantatnya, menunjukkan kedua lubang bawahnya yang terlihat nikmat itu.

"Tidak jelas ustadzah lubang pantatnya...", protes salah seorang peserta

"Mas, bantuin sorot kameranya tepat ke lubang pantat Ustadzah Dewi, biar bisa terlihat jelas di layar proyektor", pinta peserta yang berada di atas panggung. Kemudian dia duduk disamping Dewi yang masih menungging membelakangi peserta kajian. Dari saku celananya ia mengambil sebuah benda berbentuk lingkaran

Ikhwan bernama Ryan buru-buru mengambil kamera yang tersambung pada proyektor. Lalu Ryan mulai menyuting lubang pantat Dewi dari jarak dekat dengan lampu flash yang cukup terang. Terlihat lubang pantat Dewi begitu jelas pada layar proyektor. Semua peserta menelan ludah melihat lubang pembuangan sang ustadzah yang berwarna cokelat tua itu.

Lalu peserta yang duduk disebelah Dewi memasang sebuah speculum yang fungsinya untuk melebarkan lubang vagina atau lubang pantat untuk keperluan medis pada lubang pantat Dewi sehingga lubang pantat Dewi bisa terbuka semakin menganga. Dewi sedikit mendesah merasakan lubang tainya mulai terbuka lebar dipaksa melebar oleh alat yang dibawa peserta itu. Ia menoleh ke layar besar proyektor yang menampilkan bagaimana bentuk lubang pantatnya saat ini terbuka lebar. Lubang Tai Dewi terlihat jelas pada layar proyektor. Lubang yang biasanya kecil itu kini terbuka menganga berbentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 5 cm. Bagian dalamnya yang berwarna kemerahan dan sedikit kotor bahkan terlihat jelas karena diterangi lampu flash kamera.

Peserta tadi kemudian mulai membersihkan lubang pantat Dewi dengan semacam alat berbentuk selang yang bisa menguras isi lubang pantat sang ustadzah. Alat itu dimasukkan ke dalam lubang pantat sang ustadzah dan mulai menyemburkan air bening ketika ditekan. Cairan bening itu keluar mulai menyembur menyapu kotoran-kotoran yang berada didalam lubang pantat dang ustadzah hingga bersih. Tubuh Dewi gemetaran saat lubang pantatnya dibasuh hingga bersih tanpa ada kotoran.

"Nah sudah bersih nih Ustadzah lubang tainya.. Jadi sudah halal ya? Heheheh...", ledek peserta itu

"Eehhh err....???", Dewi terkejut tidak sanggup menjawab argumen peserta itu.

"Yang berminat sodomi Ustadzah Dewi tolong naik ke atas panggung!", kata peserta itu menawarkan lubang bokong Dewi ke rekan para mantan napi-napi itu tanpa menunggu persetujuan Dewi

Beberapa Mantan Napi yang berminat naik ke atas panggung. Orang pertama adalah pria yang mencabuli Dewi di toilet gedung. Dia buka celananya dan segera mengeluarkan batang kontolnya yang besar dan tebal. Seluruh Proses sodomi akan terlihat jelas dari layar proyektor karena Ryan masih menyunting lubang pantat Dewi hingga saat ini. Pria itu mulai menampar-nampar pantat sexy ustadzah Dewi dan mulai mengarahkan batang kontolnya ke lubang pantat Dewi. Kepala Dewi sampai tersedak saat batang kontol itu mulai menembus ke lubang yang telah menganga itu.

"Ooooohhhhh...", pekik Dewi saat kontol pria itu mulai masuk semakin dalam ke lubang pembuangan sang ustadzah.

Pria itu mulai memompa maju mundur lubang pantat Dewi dengan batang kontolnya. Gesekan-gesekan kontol dan lubang tai Dewi terlihat sangat jelas pada layar proyektor. Dewi terlihat kesakitan tidak nyaman saat lubang pembuangannya mulai dihajar oleh batang kelamin pria. Setelah pria itu puas, lubang pantat Dewi kembali diisi oleh batang kontol lain yang tak kalah besarnya. Kepala Dewi sampai tersandar pada sandaran sofa karena ia sudah pasrah menerima lubang tainya saat ini sedang disodok-sodok para peserta kajian yang semuanya mantan napi cabul-cabul itu.

*crot crot crot crot* sebagian peserta sudah tidak mampu menahan untuk tidak klimaks akibat betapa mesumnya kajian yang diisi ustadzah Dewi hingga sperma mereka menyemprot ke lubang tai sang ustadzah

Entah sudah berapa kontol yang menghajar lubang anus Dewi. Sebagian ada yang sampai menyemburkan spermanya ke dalam lubang tai itu. Terlihat jelas dari dalam lubang pantat sang ustadzah keluar cairan kental lengket berwarna putih yang jatuh menetes-netes ke sofa. Setelah semua puas barulah speculum yang dipakai untuk melebarkan lubang Dewi dilepas dan lubang pantat Ustadzah Dewi perlahan kembali ke ukuran aslinya. Tubuh Dewi kembali ambruk jatuh tiduran pada sofa. Nafasnya kembali tertatih-tatih karena lubang pantatnya masih terasa perih setelah dihajar batang kontol yang besar-besar

Semua peserta turun kembali ke bawah meninggalkan Dewi yang sudah terlentang lemas tak berdaya di atas sofa.

"Afwan sepertinya kajian sudah harus diakhiri..", kata Ryan yang ternyata sudah berdiri ditengah-tengah panggung karena tidak tega melihat kondisi Dewi yang dikenalnya begitu alim dan terjaga itu sudah dalam kondisi tak karuan

Tetapi Dewi buru-buru menarik lengan Ryan dan memintanya untuk menarik kembali kata-katanya

"Ana belum selesai isi kajiannya akhi. Biarkan ana tuntaskan sampai selesai..", pinta Dewi memelas sambil menggenggam erat tangan ikhwan itu.

Tentu saja ikhwan itu terkejut karena dengan mudahnya Dewi memegang tangan lelaki yang bukan mahromnya. Dipegangi oleh Dewi seperti ini saja, birahi ikhwan itu kembali naik. Seluruh sinyal syahwatnya mengirim perintah ke otaknya agar melanjutkan kegilaan ini semua. Batang kontol ikhwan itu kembali berdiri dan semakin mengeras membuat celananya terasa semakin sesak.

Dewi melirik ke arah celana Ryan yang telah menggembung. Tangan Dewi dengan fasih meraba pangkal paha Ryan, sang ikhwan langsung mendesah sambil memejamkan matanya. Menyadari Ikhwan rekan dakwahnya itu sudah dikuasai nafsu syahwat, Dewi memberanikan diri menurunkan resleting celana Ryan dan berusaha mengeluarkan kelamin ikhwan itu dari celananya. Dalam sekali tarikan, batang kontol Ryan sudah berhasil dikeluarkan oleh Dewi dari dalam celananya. Wajah ikhwan itu memerah saat Dewi menggenggam batang kelaminnya dan perlahan mengocoknya

"Kali ini ana akan contohkan zina yang lain. Seorang wanita yang telah bersuami menyepong kontol ikhwan lain..", kata Dewi sambil mencaplok kontol Ryan ke dalam mulutnya

"Aahhhh.. Ukhtii... Ini terlalu nikmat buat ana.. Anti sangat binal.. Aaahhhh...", kata Ryan sambil tubuhnya bergetar kegelian karena Dewi mulai melahap batang kontolnya penuh nafsu sambil lidahnya terjulur panjang mengolesi batang kontol Ryan dengan air ludahnya.

"Hmppphhh.. Sluruppppp.. Slurupppp.. Sshhh..", Dewi begitu liar mengulum kontol Ryan. Sesekali tangannya mengocok kelamin Ryan agar terus semakin menegang maksimal

"Aaahhh.. Ana keluar Ukhtiiiii...", kata Ryan tiba-tiba

*crot crot crot* Ryan menyemburkan spermanya ke wajah ustadzah Dewi

Dewi terkejut karena pemuda itu keluar begitu cepat. Bahkan dia belum siap menerima semburan air mani ikhwan itu sehingga peju Ryan langsung menyemprot ke wajah dan cadar sang ustadzah tanpa persiapan. Wajah Dewi seketika belepotan sperma, cadarnya pun langsung berbau anyir khas aroma cairan mani pria.

"Aahh.. Afwan Ukhtiii.. Ana benar-benar tidak kuat menahan ejakulasi ana karena Anti begitu liar mengulum penis ana.."

"Tafadhol Akhi.. Afwan dan syukron untuk kontolnya ya akhi...", jawab Dewi lalu membiarkan Ryan berjalan gontai turun dari panggung

Dewi belum puas juga, karena vaginanya belum digesek batang kontol hari ini. Dirabanya lubang kelaminnya sendiri yang sudah begitu basah karena sudah terangsang hebat. Ia mulai masturbasi diatas panggung, mengucek tempik dan memilin pentil susunya sendiri dihadapan para peserta kajian yang juga asyik beronani memandang tubuh telanjang sang ustadzah. Tatapan wajah Dewi begitu sendu, dari balik cadarnya terdengar lenguhan manja tanda betapa dirinya saat ini sedang sange berat.

"Tolong setubuhi ana.. Ana mohon... Ana mohon setubuhi ana...", pinta Dewi merengek kepada para narapidana sambil terus colmek sexy diatas sofa

"Hehehe.. Kita takut kena penyakit nih ustadzah.. Katanya zina dan sex bebas bisa bikin kena penyakit tadi? Heheheh", goda seorang peserta

"Ana pastikan tubuh ana aman dari penyakit.. Ana mohon setubuhi ana...", pinta Dewi memelas

"Ok boleh, tapi syaratnya ustadzah keluarkan semua uang ustadzah di dompet dan berikan kepada kami seluruhnya, baru kami mau menyetubuhi ustadzah", kata salah seorang napi sambil menyeringai jahat

Dewi langsung meraih tas ransel yang ia bawa dan mengambil seluruh uang yang ada didalam dompetnya. Buru-buru dia hitung semua uang yang ada di dompetnya. Uang yang diberikan oleh suaminya yang seharusnya digunakan untuk uang belanja bulanan, justru dipakainya untuk membayar kontol-kontol pria-pria itu

"Ana ada uang 1.525.500", kata Dewi sambil menyerahkan seluruh uangnya kepada salah satu napi

"Hmmm cuma segini ya ustadzah.. Kurang nih sebenarnya.. tapi gapapalah mumpung kita lagi berbaik hati. Hehehe..", kata napi yang menerima uang Dewi sambil menarik tubuh Dewi dari atas panggung dan dilemparkan tubuh telanjang Dewi ke bawah tempat dimana para peserta duduk lesehan.

Seluruh peserta kajian langsung kembali mengerubungi Dewi sambil mengocok batang kontol mereka masing-masing. Mereka tarik lepas cadar Dewi hingga wajahnya yang cantik jelita terlihat dihadapan mereka. Kini ditubuh Dewi hanya menyisakan kaos kaki panjang dan juga kerudung hitam saja yang masih terpasang rapi menutup rambutnya. Mata mereka terpesona memandang kecantikan wajah Dewi yang dari tadi tersembunyi dibalik cadarnya. Demikian juga dengan Ryan yang sampai melongo melihat wajah asli Dewi yang jelita itu.

Tubuh Dewi kemudian didudukkan dan dipaksa untuk menyepong kontol seluruh peserta kajian. Terlihat kepala Dewi mulai sibuk menoleh ke kiri dan ke kanan untuk menyepong batang kontol para peserta kajian satu-satu. Sedangkan kedua tangan Dewi sibuk mengocok batang kontol yang lain secara bergantian. Para peserta semakin kurang ajar, kerudung Dewi dijambak ke kiri dan ke kanan bergantian menyepong kontol mereka dengan kasar. Dipeganginya kepala Dewi sebelum mereka menyodokkan batang kontolnya yang besar itu ke mulut Dewi dengan kasar sampai mentok berkali-kali.

"Hoookhhhh.. Sshhhhh..", Dari mulut Dewi keluar air liur kental karena perlakuan mereka rasanya membuat Dewi seperti tercekik

"Sekarang waktunya kita genjot memekmu Ustadzah Lonte...", Kata salah seorang peserta

Lalu tubuh Dewi didorong hingga menungging di atas karpet merah tempat para peserta kajian duduk. Dari belakang terlihat seorang peserta mulai mengarahkan batang kontolnya ke tempik Dewi. Diludahinya lubang kelamin Dewi beberapa kali sebelum pria itu mulai menusukkan kelaminnya ke kelamin sang Ustadzah.

*blessss....*

"Oooouuuhhh...", Lenguh Dewi ketika batang kontol itu menembus organ kelaminnya

Lenguhan Dewi tak bisa lama. karena mulutnya kembali dijejali sebatang kontol milik salah satu peserta lainnya. Kedua lubang Dewi mulai dikerjai oleh dua orang peserta kajian. Sedangkan peserta lainnya menggerayangi tubuh telanjang sang Ustadzah. Mereka ciumi seluruh tubuh sang ustadzah dan bergantian memuntir-muntir puting susu akhwat itu.

Menerima perlakuan seperti itu, tentu saja tubuh Dewi merespon dengan cepat. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Vaginanya semakin terasa kedutan dan puting susunya semakin sensitif. Kontol peserta itu terasa nikmat menggaruk-garuk bagian dalam kelamin sang ustadzah. Dewi terpejam menikmati setiap sodokan kontol yang bersarang didalam jepitan kelaminnya itu

"Ustadzah Dewiiii!!!!", pekik seorang wanita dari arah belakang melihat seluruh kejadian yang terlihat gamblang dari layar proyektor

Dewi sekilas melirik ke arah asal suara. Mata Dewi terbelalak seketika

"Ustadzah Nisa??", kata Dewi tak percaya rekan dakwahnya melihatnya dalam kondisi memalukan seperti ini

Ustadzah Nisa, akhwat berusia 27 tahun, baru saja menikah 2 tahun yang lalu dan memiliki seorang anak yang masih bayi. Tubuhnya tidak tinggi, hanya sekitar 145 cm. Tetapi payudaranya cukup besar dan terlihat menggairahkan dibalik kerudungnya yang terjulur hingga menutup perutnya. Wajahnya cantik dan memakai kacamata, membuat Ustadzah Nisa terlihat smart dan kutu buku

Melihat kehadiran Ustadzah Nisa, rekan dakwahnya yang tadi pagi menelponnya untuk memintanya memberikan kajian, Wajah Ustadzah Dewi terlihat malu. Begitu pula dengan Ustadzah Nisa yang terlihat begitu syok dan ketakutan, memandangi tubuh telanjang Dewi yang sedang dihajar depan dan belakang dengan tatapan tak percaya. Demikian pula dengan ikhwan bernama Ryan itu, tiba-tiba pemuda itu menghentikan onaninya setelah menyadari kehadiran Ustadzah Nisa dan buru-buru memasukkan batang kelaminnya

"Apa maksud semua ini Ustadzah....", Kata Ustadzah Nisa tidak percaya

"Hehehe.. Ini sedang kajian zina Ustadzah.. Kita sedang praktek bareng-bareng. Ustadzah ikut saja sekalian", Kata seorang peserta berjalan mendekati Ustadzah Nisa

Menyadari dirinya dalam keadaan bahaya. Ustadzah berkacamata itu mencoba untuk segera beranjak keluar dari ruangan itu. Namun sayang para peserta dengan sigap menangkap tubuh mungil Ustadzah Nisa dan menarik tangannya ke tengah-tengah panggung

"Kalian jangan libatkan Ustadzah Nisa!! Cukup ana saja!!", pinta Dewi menyesal karena tidak bisa membendung nafsu syahwatnya, dan berakibat Ustadzah Nisa harus turut dikerjai oleh mereka

"Oh.. Namamu Ustadzah Nisa.. Cantik juga wajahmu, pakai kacamata bikin gw makin nafsu...", Kata seorang peserta sambil meremas kedua pipi Ustadzah Nisa sebelum akhirnya ia lumat habis bibir mungil ustadzah itu

"Hmmmmphhh..", Ustadzah Nisa mencoba meronta dan melawan

"Sudah jangan melawan.. Nikmati saja ini semua", kata peserta lain sambil menggerayangi tubuh Ustadzah Nisa yang masih tertutup gamis berwarna putih.

"Kurang ajar kalian.. Apa yang kalian la.. Aaahhhhh...", kata Ustadzah Nisa tiba-tiba mendesah karena rok gamisnya tiba-tiba sudah disingkap dan peserta yang lain dan mereka mulai mengocok alat kelamin Ustadzah rekan Dewi itu dari balik celana gamisnya

"Masih perawan gak lu?", kata salah seorang peserta yang mengocok kelamin Ustadzah Nisa

"Sshhhh.. Ana sudah bersuami.. Kalian akan ana laporkan ke polisi!! Aahhh..", desah Nisa kembali karena tangan-tangan mereka terus menggerayangi area kelaminnya.

"Hahaha.. Sebelum itu kita mau liat lu telanjang dan kita entot lu gantian. hahaahah...", kata peserta sambil memelorot celamis beserta celana dalam Nisa hingga terbuka sampai lututnya dan langsung tangan kasarnya mencabuli tempik Ustadzah Nisa yang berbulu tipis

"Jangaaann.. Aaahhh..", desah Ustadzah Nisa sambil menangis

*kocokocokocokocok*

"Awas lu kalau berani lapor-lapor. Lihat rekan kajian lu yang cowok itu malah merekam lu sambil coli. Hahahah.. Hasil rekamannya akan tersebar dengan cepat. Heheheh .", kata peserta yang mencabuli Dewi di toilet tadi siang sambil menunjuk Ryan yang rupanya mengarahkan kamera proyektor ke tubuh Ustadzah Nisa

"Akhi Ryan.. Jangaaannnn!!! Aaahhhh..", Kata Nisa tidak percaya apa yang dilakukan Ryan yang malah merekam tubuhnya yang sedang ditelanjangi oleh para peserta kajian

Para peserta mulai terbagi menjadi 2 kelompok. 5 orang mengerjai Ustadzah Dewi dan 5 orang lainnya termasuk peserta yang mencabuli Dewi ditoilet turut serta menelanjangi dan menggerayangi tubuh Ustadzah Nisa. Perlawanan Nisa mulai mengendor. Tubuhnya dipegangi dan dicengkeram dengan kuat membuatnya sakit sendiri jika terus melawan. Tubuhnya mulai pasrah membiarkan seluruh auratnya dijamah peserta kajian. Bahkan dengan mudah mereka melucuti gamis putih Ustadzah Nisa hingga wanita itu bernasib sama dengan Dewi, hanya menyisakan kerudung dan kaos kaki panjangnya saja. Sedangkan payudaranya yang bergelantungan bebas sudah diremasi ramai-ramai oleh para mantan napi itu

Setelah itu, para peserta berebutan mengulum dan menjilati puting susu Ustadzah Nisa yang sudah mengacung keras itu. Ustadzah Nisa mendesah hebat. Tak disangkanya puting susunya yang biasanya ia pakai untuk memberikan ASI anaknya, kini dihisapi oleh para peserta kajian mantan napi itu. Mereka berebutan menghisap ASI Nisa. Ustadzah Nisa mennggelinjang hebat. Rasanya kedua puting susunya disedot hingga habis tak tersisia Jatah ASI anaknya akan habis hari ini disedoti oleh para mantan napi cabul itu

"Jancukk. Susune segeerr.... Legi (manis) Cukkk..", komentar seorang peserta yang terus menghisapi air ASI Ustadzah Nisa sampai mulutnya kempot

Ustadzah Nisa mendongakkan kepalanya, kedua puting susunya terus meneteki pria-pria yang usianya mungkin sebaya dengan bapaknya. Mereka bersemangat meminum ASI sang ustadzah berkacamata.

"Gantian cuk.. Aku yo gelem netek pentile Ustadzah..", kata peserta yang lain

"Aahhh.. Jangannn.. Aaahhh..", Desahan Nisa semakin tak karuan karena kedua pentil susunya menjadi rebutan para mantan napi itu. ASI Ustadzah Nisa berceceran kemana-mana sesekali menyemprot deras karena terus diremas-remas dan digigit oleh para Napi dengan kasar.

Sementara itu kondisi Dewi juga memprihatinkan. Kali ini lubang tempiknya sedang berusaha ditembus oleh dua batang kontol. Dewi meringis kesakitan ketika kedua kontol itu sedang terus berusaha masuk bersamaan ke lubang kelaminnya dan sepertinya tidak akan muat

"Aaahhh.. Memek ana gak muat menerima dua kontol antummm yang besar-besar itu.. Aaahhh..", rancau Dewi sambil membuka lebar kakinya memberikan akses kepada kedua pria itu untuk membobol kelaminnya bersamaan. Mereka terus mendorong batang kontolnya ke tempik Dewi. Membuat Dewi merintih dan membukakan kelaminnya dengan tangannya sendiri agar dua kontol itu bisa masuk bersamaan ke dalam alat kelaminnya

*Blesssss*

"Oooouuuhhh.. Gilaaa.. Antum gilaaa.. Bisa hancur memek ana... Aaaahhhh...", pekik Dewi

"*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*

Pada Akhirnya kedua kontol itu bergantian menembus lubang tempik Dewi yang sempit. Sesekali kedua kontol itu masuk bersamaan ke alat kelamin Ustadzah Dewi, dan tubuh Dewipun sampai tersentak kencang saat menerima dua batang kontol bersamaan masuk ke dalam kelaminnya. Dewi hanya bisa menggelengkan kepalanya dan meringis sebelum mulutnya kembali diminta untuk mengulum sebuah batang kontol kembali

Setelah puas menghajar tempik Dewi dengan 2 batang kontol, ganti peserta lain yang menghajar 2 lubang bawah Dewi. Kali ini sebaliknya, 2 batang kontol bersarang ke dalam lubang tai sang ustadzah. Lubang pantat Dewi berusaha menyesuaikan diameter kedua batang kontol besar itu. Terlihat lubang pantat Dewi mulai terbuka lebar membentuk lingkaran setelah terus-terusan dijejali alat kelamin pria yang saat ini menyodominya. Sedangkan 1 batang kontol leluasa menyodok-nyodok kelamin ustadzah kakak kandung Rista itu

"Ooohhh.. Ustadzahhh.. Lubang lu nikmat bener.. Ssshhh.."

"Hmmpphhh.. Ouuuhhhh... Sshhh.. Terus mas.. Aahhh", lenguh Dewi menikmati tubuhnya diperkosa brutal oleh mereka

"Kita bikin lubang lu ndower malam ini ustadzah. Terima kasih sudah mengijinkan kita silaturahmi ke kelamin dan lubang tai lu Ustadzah Dewi", kata seorang peserta yang keasyikan menganal Dewi dengan cepat

"Iyaaahhh.. Antum semua boleh silaturahim ke memek dan lubang pantat ana.. Ana suka kontol antum semuaa.. Aaahhh Aaahh Aahhh..", kata Ustadzah Dewi begitu binal

"Aarrrrggghh sialan gw keluarrrr..", pekik Pria yang menyetubuhi tempik Dewi

*crot crot crot crot*

Tepat sebelum keluar, pria itu mencabut kelaminnya dan dia keluarkan seluruh pejunya tepat di bibir kelamin Dewi. Dewi tak berhenti mendesah, karena saat ini pantatnya sedang dihajar 2 batang kontol secara bersamaan. Dari balik cadarnya, mulut Dewi tak bisa diam. Dia terus melenguh dan mendesah keenakan.

"Napa lu keluarin di luar?", tanya rekannya yang masih menganal Dewi

"Gw takut dia hamil broh..", jawab peserta yang barusan menyemburkan mani ya ke bibir kelamin Dewi

"Halaahh.. cemen... Ustadzah Dewi kayaknya juga lagi butuh sumbangan peju biar dia bisa hamil.. Ya kan Ustadzah?"

"Oohh.. Aahhh.. Iyaahhh.. hamili ana... Suami ana kesulitan hamili ana.. Oouuhhh..."

"Tuh kan apa gw bilang", kata pemuda itu kali ini ia memindahkan sodokannya ke tempik Dewi yang nganggur

"Ooohhhhh.. Oooohhhh... Ouuuhhh..", lenguh Dewi sangat kencang saat kembali lubang tempiknya harus disetubuhi batang kontol yang lain

***

"Aarrrggggghhhh", tiba-tiba terdengar erangan keras seorang pria

Rupanya seorang peserta sudah berhasil menanamkan air maninya ke dalam rahim Ustadzah Nisa. Wajah Ustadzah Nisa begitu ketakutan. Air matanya mulai menetes keluar dari matanya yang berbinar. Belum tuntas ia membesarkan anaknya yang masih bayi, kini segumpal peju sudah menyemprot di dalam rahimnya kembali, dan parahnya lagi, air mani itu bukan milik suami sahnya. Ustadzah Nisa takut dia akan hamil dari perzinahan ini.

Namun mereka para mantan napi tidak peduli. Tubuh telanjang Ustadzah Nisa kembali ditarik dan diangkat, lalu sang Ustadzah dipaksa untuk bersetubuh kembali dengan pria lainnya dalam posisi women on top. Sedangkan di kiri dan kanan Ustadzah Nisa, sudah berdiri dua orang peserta yang menamparkan batang kontolnya ke pipi Ustadzah Nisa. Belum pernah akhwat itu menyepong kontol seorang lelaki sekalipun pun. Karena ia termasuk akhwat yang menganggap mengoral penis pria hukumnya haram dan harus dijauhi serta dihindari

*plak plak plak* berkali kali mereka menampar Pipi Ustadzah Nisa karena dia terus menolak membuka mulutnya

Lalu seorang peserta menjambak kerudung Ustadzah Nisa hingga terlepas dari kepalanya. Rambut panjangnya yang sedikit bergelombang seketika langsung tergerai karena ikatannya lepas. Pemuda-pemuda itu kemudian menjambak rambut Nisa dan berebutan menciumi bibir tipis Nisa membuat Nisa kelabakan meladeni permintaan ciuman bibir mereka

*juh juh juh* sesekali pria-pria itu meludahi bibir Nisa yang tipis

"Jangan jual mahal lu ukhti lonte.. Gw ludahin muka lu!!", kata seorang peserta sambil terus meludahi wajah Ustadzah Nisa hingga penuh dengan air liur

"Kerudung lu udah lepas. Sekarang lu bukan ustadzah lagi. Sekarang lu lonte yang kewajibannya muasin kita. Paham lu? plak plak plak.. Ayo sepong kontol kita perek.. Ustadzah kontoll.. Atau lu mau kita kirim video lu ke ortu lu hah?? Biar mereka tau kalo lu jadi ustadzah lonte pemuas kontol?", kata pemuda itu sambil kembali menampar2 pipi Ustadzah Nisa dengan keras

Ustadzah Nisa terlihat ketakutan dan kembali menangis. Perlahan ia buka mulutnya dan mulai ia memasrahkan sebatang kontol masuk ke dalam mulutnya. tanpa ampun, pemuda-pemuda itu bergantian meminta jatah sepongan ustadzah Nisa membuat sang ustadzah tersedak berkali-kali karena tidak siap rongga mulutnya yang sempit itu menerima batang-batang kontol para mantan napi yang sudah ngaceng maksimal itu

"Iya gitu.. bener... Sshhh... Anjir enak juga sepongan lu...", Kata Seorang peserta yang saat ini disepong oleh Nisa. Sedangkan peserta yang lain meremas kedua payudaranya yang penuh dengan ASI itu hingga muncrat-muncrat sambil memilin-milin puting susunya yang terus mengeluarkan ASI.

"Ampuuunnn Mas....", pinta Ustadzah Nisa sambil menangis

"Jancuk jangan kena gigimu ******.. Sepong yang bener lu!!!", kata si peserta yang disepong kontolnya

"Jangan berhenti goyang begok... Tempikmu jadi kering ini. Goyang yang bener lu. Memek lu tu fungsinya buat tempat buang sperma!!"

"I..Iya Afwan...", jawab Ustadzah Nisa sambil menggoyangkan pinggulnya dengan erotis memberikan kenikmatan tersendiri kepada kontol yang kini bersarang pada lubang kelaminnya

"Jangan berhenti sepongnya. Memek sama mulut lu harus kerja dua-duanya..", kata pemuda yang sedang berada dibawah Nisa

*jleb jleb jleb jleb jleb*

"Memek lu malah becek sekarang.. Sok jual mahal lagi.. Ustadzah doyan kontol lu...", lanjutnya

"Ahh.. Ahh.. Aahh.. Aahh.. Aahh..", desah ustadzah Nisa semangat memompa batang kontol pemuda itu dari atas

Kemudian kembali sebuah batang kontol menyusup ke dalam mulutnya ketika Nisa asyik mendesah

"Berisik suara lu.. Sepong kontol gw lonte!! Perek anjing!!", kata peserta yang belum kebagian jatah sepongan Nisa

Ustadzah Nisa saat ini dalam posisi Women On Top. Lubang tempiknya dihajar kontol dari bawah. Sedangkan mulutnya bergantian meneyepong 3 kontol yang saat ini mengacung mengelilinginya. Sedangkan pria pertama yang sudah menanamkan mani pada rahimnya, asyik memeras Air Susu Ustadzah Nisa yang terus mengalir ketika diremas.

"Aaahhh buka mulut Lu! Gw pejuin mulut lu perek!!!"

*crot crot crot crot* Tiba-tiba pria yang disepong kontolnya oleh Nisa langsung menyemburkan spermanya yang sangat kental.

Nisa belum siap menelan peju pria, karena selama hidupnya ia belum pernah melakukan perbuatan menjijikkan itu. Dimuntahkannya cairan kental itu olehnya sebelum tertelan kedalam tenggorokannya. Pria itu langsung murka melihat Nisa memuntahkan cairan pejunya

"Sapa suruh lu buang peju gw! Ayo jilatin itu ceceran peju gw sampai bersih!!!", perintah pria itu

"Tolong jangan seperti ini Mas.... aduuuhhhh..", Rengek Nisa saat tiba-tiba pria itu menjambak rambutnya dengan kasar

"Jilat sampai bersih kata gw. Jilatin peju gw seperti anjing sedang minum.. ini hukuman buat lu karena lu jual mahal dari tadi!! Suami lu bakal bangga sama lu karena lu berhasil bikin kontol kita muncratin peju. Hahahah", perintah pria itu

"I.. Iya.. Afwan...", kata Nisa sambil berjalan merangkak seperti anjing

Lalu Ustadzah Nisa mulai menungging, diturunkan kepalanya lalu perlahan ia jilatin peju yang sudah jatuh ke karpet merah ruangan itu sedikit demi sedikit. Nisa sempat terkejut merasakan rasa peju yang ia jilat. Terlihat ia kesulitan menelan cairan kental itu karena saking serik dan kentalnya cairan peju yang dikeluarkan oleh pria itu. Nisa terus mencoba menghabiskan ceceran peju yang barusan ia muntahkan sesuai perintah pria tadi. Sebelum pada akhirnya kembali seorang peserta mendekati tubuhnya dan mengarahkan batang kontolnya ke lubang tempik Ustadzah Nisa yang sedang menungging sambil menjilati air mani

*blesssss*

"Aaahhhhh.. Ampunn..", pekik Nisa saat kembali lubang kelaminnya ditusuk oleh kontol mantan napi peserta kajian dari belakang

Nisa kemudian dihajar dari belakang dalam posisi doggy style. Sang Ustadzah rekan Dewi itu sempat menghentikan menjilati ceceran sperma karena ia harus berkonsentrasi kepada kontol yang menghujami kelaminnya. Tanpa disadarinya, saat sedang disetubuhi itu, air susunya muncrat-muncrat seirama dengan tiap tusukan pria itu. Tubu Ustadzah Nisa saat ini mungkin sudah pada titik terangsang tertinggi

"Woi... jangan berhenti minum peju gw lu!!"

"Aaahhh.. Iyaaahhh..", pekik Nisa sambil mencoba kembali menjilati peju yang tercecer diatas karpet yang ia muntahkan tadi

Payudaranya yang bulat bergoyang-goyang bebas. Lidahnya pelan-pelan menjilati air mani sedikit demi sedikit.

*jleb jleb jleb jleb jleb*

"Aaahhh.. Nikmat bener tempik lu perekkkk.. Udah lu jadi perek aja lah.. Dijual laku luu.. Aaahhh..", Kata pria yang mendoggy Ustadzah Nisa

"Lu bersedia jadi lonte???", tanya peserta lain

"Ngga mau... Aahhh.. Oouuuhhh", jawab Nisa sambil menahan sakit pada lubang kelaminnya karena dihajar kontol yang sangat besar

"Hajar dua lubangnya aja kalau gitu!! memek dan lubang anusnya", kata pria barusan

"Apaa.. Jangaannn.. Iya ana.. Ana... mau... Aaahhh", jawab Nisa pasrah

"Mau apa?", goda pria tadi

"Ana mau jadi lonte.. Ouuuhhh..", jawab Nisa pasrah

"Hahahaha.. Bagusss.. Sekarang lu tulis nomor WA lu ke tetek lu biar ada yang pesen tubuh lu!! Temen2 kriminal gw juga lagi butuh akhwat lonte macam lu", kata pria itu sambil mengambil spidol dari meja tempat Dewi mengisi kajian

Lalu Ustadzah Nisa mulai menuliskan nomor WAnya pada bongkahan payudaranya sendiri. Betapa malunya dia menulis angka demi angka yang selama ini selalu ia privasikan. Tidak sembarang ikhwan bisa mendapatkan nomor teleponnya selama ini. Sebentar lagi akan banyak pelaku kriminal yang akan membeli tubuhnya dan memintanya melayani nafsu bejat mereka. setiap harinya

"Sekalian harga jual tubuh lu, lu tulis diatas memek lu!!"

Ustadzah Nisa syok mendengar permintaan itu. Dia benar-benar tidak tau berapa harga yang pas untuk tubuhnya. Kemudian dia mulai menuliskan nominal yang membuat pria itu tertawa terbahak-bahak

"Hahaha.. 3 juta mana ada yang mau beli.. Coret! ganti 150ribu!!!"

"Apa..?", Ustadzah Nisa tidak menyangka aurat yang selama ini ia jaga, dihargai semurah itu

"cepat revisi!!"

"I.. Iya...", lalu Nisa sambil menangis mencoret tulisan 3jutanya dan diganti dengan 150ribu rupiah

"Hehehe.. Sekarang lu pose dua jari sambil tersenyum yang cantik! Biar banyak yang minat beli tubuh lu!!!

Awalnya Nisa enggan melakukannya. Tetapi karena pria itu terus mengancamnya, Akhirnya Nisa bersedia berpose manis memamerkan senyum indahnya dengan gaya cute 2 jari membuat siapa saja akan tergoda membeli tubuhnya yang dijual murah meriah itu

"Bagus sekarang waktunya mejuhin memek lu lonte. Ngangkang!!!"

"Jangan mas.... Ampun.. Sudah..", pinta Ustadzah Nisa memelas

Para pria yang mengelilinginya tidak peduli. Mereka kemudian mulai membuka paksa kaki Ustadzah Nisa. Lalu, mereka mulai mencabuli tempik ustadzah Nisa. Ada yang menusuk-nusukkan telunjuknya, ada yang mengucek biji clitoris sang Ustadzah. Kembali tubuh Ustadzah Nisa menggelinjang hebat saat dirangsang seperti itu. Kedua kakinya bergetar hebat sambil terus mengangkang. Sesekali dari lubang kencingnya keluar cairan hangat berwarna bening akibat terus dicabuli seperti itu

Seorang pria sudah tidak sabar menyetubuhi Sang Ustadzah berkacamata. Sekali dorongan, batang kelamin pria itu kembali bersarang di dalam kelamin Ustadzah Nisa. Tubuh Nisa tersentak menerima kontol yang begitu besar dan panjang. Menembus liang kewanitaannya yang begitu sempit

*jleb jleb jleb jleb*

"Ah. ah. ah. ah. ah. ah.", rintihan Ustadzah Nisa terdengar begitu manja

Pria itu kemudian melumat bibir tipis sang Ustadzah. Nisa hanya bisa pasrah bibirnya dilumat bergantian atas bawah oleh pemuda itu. Demikian juga dengan lidahnya yang tanpa perlawanan dikuasai oleh lidah pria itu. Pria itu mempercepat tempo sodokannya ke tempik Ustadzah Nisa. Tubuhnya mengejang hebat dan tiba kontolnya yang besar berkedut-kedut didalam rahim Nisa yang hangat

"Ooohhh..", lenguh pria itu

*crot crot crot crot*

Sekali lagi alat kelamin Ustadzah Nisa menerima air mani dari pria yang berbeda lagi. Lalu setelah dengan pria itu selesai, ustadzah Nisa kembali disetubuhi habis-habisan oleh para peserta lainnya dengan berbagai macam posisi dan gaya malam itu bersamaan dengan Ustadzah Dewi

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00, seluruh peserta sudah menyemburkan spermanya ke tubuh Ustadzah Dewi dan juga Ustadzah Nisa. Terlihat tubuh kedua akhwat yang dikenal shalihah itu sudah berlumuran peju. Ustadzah Nisa terbujur lemas dalam posisi mengangkang. Kakinya dibiarkan tetap mengangkang sedangkan dari lubang kelaminnya masih meneteskan air mani hasil urunan para peserta kajian. Ustadzah Dewi lebih parah. Selain dari lubang kelaminnya yang penuh peju Dari lubang anusnya terus mengeluarkan cairan lengket kental berwarna putih sangat banyak. Entah sudah berapa batang kontol yang sudah menyemburkan peju ke lubang tai Dewi.

"Pinjem kerudung lu buat bersihin peju", kata Seorang peserta

pria itu kemudian menarik lepas kerudung Dewi dan ia gunakan kerudung hitam itu untuk membersihkan batang kontolnya dari sisa-sisa lendir tempik Dewi dan juga cairan pejunya. Lalu setelah bersih kerudung Dewi dioper ke peserta lainnya hingga seluruh peserta kajian membersihkan sisa peju mereka dengan kerudung hitam Dewi. Kedua ustadzah saat ini sudah telanjang bulat. Kerudung Dewi sudah kotor dan kerudung Nisa entah sudah berada dimana.

"Eh lu ga minat ngentot sama temen2 ustadzah lonte? Jangan malu-malu entot aja", tawar seorang peserta kepada Ryan, satu-satunya pria disana yang belum merasakan jepitan kelamin kedua ustadzah cantik itu

"I.. Iya.. Ana ma.. mau..", kata ikhwan bernama Ryan itu sudah gelap mata

"Ayo sekarang kalian nungging, biar temen kalian ini merasakan memek kalian juga..", perintah pria tadi kepada Ustadzah Dewi dan Nisa

"Afwan ya ustadzah Dewi.. Ana tidak sanggup menahan syahwat ana merasakan memek anti..", Kata Ryan sambil mulai mencobloskan kontolnya ke lubang senggama Dewi

*blessss*

"Ooohhh.. Akhi... Sshhhh..", desah Dewi menerima kontol Ryan didalam lubang kelaminnya

*jleb jleb jleb jleb* suara setiap sodokan kontol Ryan ke lubang kelamin Dewi

Ryan dengan semangat mulai menggenjot kelamin Dewi dari belakang dengan kecepatan sedang. Setelah puas menikmati jepitan tempik Dewi. Ryan mencabut kontolnya lalu menggeser tubuhnya ke tubuh sang akhwat berkacamata

"Afwan yaa Ustadzah Nisa.. Ana juga mau merasakan memek anti.. Ssshhh...", kata Ryan

Ustadzah hanya diam saja memasrahkan pantatnya menungging tinggi menunggu ikhwan bernama Ryan itu menjebol rahimnya

"Aaahhhh.. Akhi... Sshhh..", Desah Ustadzah Nisa saat ikhwan itu mulai menyetubuhinya dengan cepat

Ryan dalam hati bersyukur menerima tawaran menjadi panitia kajian kali ini seorang diri. Akhirnya dia bisa menyetubuhi 2 ustadzah cantik dambaan para ikhwan. Tidak perlu menikahi kedua ustadzah cantik, dia bisa melihat seluruh aurat dan bahkan merasakan bersetubuh dengan kedua akhwat jelita yang saat ini sedang menungging pasrah disetubuhi olehnya. Membayangkan hal itu membuat sodokan Ryan semakin bersemangat. Ryan bergantian menyodok tempik Dewi dan Nisa sesuka dia sampai pada akhirnya kontolnya mulai berkedut tanda akan segera ejakulasi.

Benar saja beberapa detik kemudian, Peju Ryan menyembur mengenai bongkahan pantat mulus kedua Ustadzah. Ryan membagi semburannya dengan adil mengenai pantat Dewi dan Nisa. Setelah puas dan kontolnya mulai lemas Ryan pun turun dari panggung penuh kepuasan

"Sudah puas mas? Enak ya ngentot sama teman kajian sendiri? Heheheh", goda salah seorang peserta dan hanya dijawab senyum kecut oleh Ryan

"Ayo foto bersama dulu buat kenang-kenangan kajian zina ini", kata seorang pria tiba-tiba sambil menyiapkan kamera handphonenya dan meminta Ryan memfoto mereka.

Kedua ustadzah cantik itu kemudian didudukkan mengangkang di sofa panggung, memamerkan lubang kelamin mereka yang belepotan peju. Sedangkan para peserta kajian berbaris rapi mengelilingi Ustadzah Dewi dan Ustadzah Nisa yang duduk mengangkang diatas sofa panggung ditengah-tengah mereka

*cheerss.. ceklikkkkkkk* suara kamera mengabadikan momen yang baru saja terjadi ini

***bersambung***
Dah gila lu suhuuu, terbaik ga ada obat dah update kali ini :tepuktangan:
 
Ayo gw dukung bu ustadzah, jangan kasih blowjob si eko, apalagi anal, dosa!! Mending kasih felatio dan lubang pantat buat akang napi dan kuproy.
Di depan suami harus jaga martabat sebagai ustadzah.
Ditunggu open BO nya ustadzah. Kayaknya kalo rambutnya dicet pirang boleh juga nih ukhti.

Nisa pagi jadi ustadzah, malem jadi LC karaoke
hehe betul hu memang ustadzah alim didepan suami, binal di depan yg lain
Dah gila lu suhuuu, terbaik ga ada obat dah update kali ini :tepuktangan:
gw masih waras kali huu.. Kan cuma cerita fantasy wkwkw.. btw thx
Fantasi gila
maaf suhu kalau ga suka. hiks
Malah suka gini ada karakter figuran yang nambah bumbu cerita. Apa nanti ada cerita selingan gan
tokoh sampingan aja hu.. ngga ada cerita selingan
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd