Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MUDA & BERBAHAYA

Siapakah tokoh yang dimaksud dalam judul?

  • Abimanyu Pramoedya Putra (Bimbim)

    Votes: 56 56,0%
  • Joko Unggul Pranoto (Joe)

    Votes: 3 3,0%
  • Keduanya (Bimbim & Joe)

    Votes: 20 20,0%
  • TS-nya (@Pedjuank)

    Votes: 21 21,0%

  • Total voters
    100
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Maap kalo nggak bisa muasin semua pembaca.....
Tokoh utama cerita ini bisa keliatan di post#2. Mungkin suhu belum terbiasa dengan multi pov, ane berharap melalui cerita ini suhu bisa mengenal multi pov.
Memang agak membingungkan, tapi ane sebagai penulis bisa membuat berbagai macam konflik melalui multi pov.
Contoh : bagian 06 - dari pov fredy bisa ketahuan sifatnya dia seperti apa, yg nggak mungkin ane gambarin dari pov siska karena dia nggak tahu apa yg ada di nebak fredy.
Kenapa nggak 3rd pov semua? Buat ane itu jadi terasa ngebosenin plus kandang kita nggak dapet feel saat bikin cerita dengan pov 1, tapi feelnya dapet saat nulis dengan pov 3 begitu juga sebaliknya.

Ane akan meminimalisir pov tiap karakter, tapi belum ada rencana ngilangin gaya multi pov secara keseluruhan.
yup. Masing masing ada plus minusnya. Pake 1st pov kita bisa bener bener merasakan apa yang dialami pelakunya. Sampe sedalam dalamnya. Bahkan rasa penasaran akan informasi yang tidak diketahui pelakunya akan ketahuan juga. Tapi ya gitu. Dengan pov 1, kalau gak cermat, akan menimbulkan banyak celah akibat informasi yang miss dan tidak dijelaskan di bagian cerita selanjutnya.

Penggunaan 3rd pov memiliki keunggulan lain. Informasi yang didapatkan lebih menyeluruh dan obyektif. Namun ya gitu, kalo penulis tidak benar benar pandai memainkan kata-kata, akan lebih sulit bagi pembaca untuk menghayati peran yang dilakukan oleh masing masing tokoh. Hal ini disebabkan pembaca diposisikan sebagai penonton, bukan pelaku. Dan itu satu tantangan tersendiri bagi penulis.

Sementara itu kesalahan rata-rata penulis di sini adalah, ketika mereka menuangkan ide mereka dalam sudut pandang orang ketiga (3rd pov), mereka menuliskan informasi yang hilang dalam kacamata orang pertama (1st pov). Bagiku itu suatu kesalahan fatal yang sangat sering terjadi.
 
yup. Masing masing ada plus minusnya. Pake 1st pov kita bisa bener bener merasakan apa yang dialami pelakunya. Sampe sedalam dalamnya. Bahkan rasa penasaran akan informasi yang tidak diketahui pelakunya akan ketahuan juga. Tapi ya gitu. Dengan pov 1, kalau gak cermat, akan menimbulkan banyak celah akibat informasi yang miss dan tidak dijelaskan di bagian cerita selanjutnya.

Penggunaan 3rd pov memiliki keunggulan lain. Informasi yang didapatkan lebih menyeluruh dan obyektif. Namun ya gitu, kalo penulis tidak benar benar pandai memainkan kata-kata, akan lebih sulit bagi pembaca untuk menghayati peran yang dilakukan oleh masing masing tokoh. Hal ini disebabkan pembaca diposisikan sebagai penonton, bukan pelaku. Dan itu satu tantangan tersendiri bagi penulis.

Sementara itu kesalahan rata-rata penulis di sini adalah, ketika mereka menuangkan ide mereka dalam sudut pandang orang ketiga (3rd pov), mereka menuliskan informasi yang hilang dalam kacamata orang pertama (1st pov). Bagiku itu suatu kesalahan fatal yang sangat sering terjadi.
Makasih suhu untuk support dan masukannya....... Eh apa ini tandanya suhu udah mulai baca tulisan ane sambil nunguin kelanjutannya diapers???
 
BAGIAN 09

MUSUH DALAM SELIMUT


POV Grace

Aku nggak tahu bagaimana bisa menjelaskan hubunganku dengan Joe, Bimbim maupun Ella. Hubungan yang sangat rumit bila dipikirkan namun terasa mengganjal bila dibiarkan. Saat ini statusku sangat jelas, aku adalah kekasihnya Joe. Namun entah mengapa merasa ada yang mengganjal tentang dirinya. Sebagian perasaanku mengatakan pemuda itu tidak seutuhnya mencintaiku, dan anehnya perasaanku tersebut mengatakan Joe memiliki hubungan spesial dengan Ella.

Namun sejauh ini tidak ada satupun tanda-tanda bahwa Joe akan meninggalkanku demi Ella, memang belakangan ini aku merasa Joe agak menjauh semenjak masuk kuliah. Beberapa kali aku merasa ia berbohong mengenai alasannya tidak bisa menemuiku, entahlah dia berbohong untuk apa namun aku merasa bukan sekedar untuk secara diam-diam menjalin hubungan dengan Ella.

Kalau Joe memang mau menjalin hubungan yang serius dengan gadis itu, maka ia tidak akan menembakku setahun yang lalu. Joe lebih dulu kenal dengan Ella sebelum denganku, bahkan mereka sangat akrab. Namun ternyata Joe memilih aku untuk menjadi kekasihnya. Aku sempat beranggapan bahwa Joe memanfaatkan kedekatannya dengan Ella untuk bisa mendekatiku. Makanya aku tidak terlalu khawatir dengan tingkah Ella yang masih curi-curi kesempatan bila berada di dekat Joe. Aku kenal mereka berdua, jikalaupun terjadi sesuatu antara mereka aku yakin hanya sekedar one night stand bagi pemuda itu. Ia melakukannya bukan atas dasar cinta tapi hanya sekedar kebutuhan biologis.

Semenjak aku dan Joe pacaran kami memang tidak pernah macam-macam. Paling jauh hanya berpelukan erat selama beberapa detik ataupun ia mengecup keningku. Apakah Joe sealim itu? Tidak. Ia sama seperti umumnya laki-laki seusianya, ada hasrat yang ingin ia keluarkan namun tidak pernah didapatnya dariku. Aku yakin ia pernah berpetualang diluar sana, bahkan mungkin salah satunya dengan Ella. Namun aku juga percaya ia tidak akan mengumbar nafsunya begitu saja, ia hanya melakukannya karena rasa penasaran ataupun saat nafsunya tidak bisa ia bendung.

Sedangkan hubunganku dengan Bimbim terbilang unik. Aku tidak mencintainya seperti perasaanku terhadap Joe, bahkan aku hanya memperlakukannya seperti laki-laki lain yang kukenal. Namun yang membuatnya spesial adalah aku merasa Bimbim adalah bagian dari hidupku, ada serpihan yang hilang ketika ia berada jauh dariku. Aku tidak tahu apakah itu rasa sayang atau apa, yang jelas diriku merasa lengkap setelah aku mengenal dan dekat dengan pemuda itu. Disaat kami mulai menjauh seperti beberapa waktu belakangan ini, hidupku menjadi terasa ada yang kurang. Hampir sama seperti yang kurasa terhadap Joe.

Namun kini kedua pemuda itu tidak bisa kujumpai setiap hari, Joe masih bisa kudengar suaranya tiap hari melalui telpon. Tapi Bimbim sangat sulit kuketahui keberadaannya. Ia bisa muncul tiba-tiba, namun secepat itu pula dirinya menghilang tanpa kabar. Bahkan semua usahaku agar tidak lost contact dengan pemuda itu tidak ada yang berhasil.

Aku pernah berusaha mengajaknya kerjasama merenovasi taman yang ada di dekat komplek rumahku, namun hanya berjalan sebentar saja. Tiba-tiba ia menghilang begitu saja, entah kemana. Ketika akhirnya ia tiba-tiba menelponku beberapa waktu lalu, akupun mencoba minta bantuannya. Sebenarnya tujuanku hanya ingin lebih sering ngobrol bersama, namun lagi-lagi ia menghilang begitu saja.

Hubunganku dengan Ella juga terbilang unik. Kami tetap menjadi sepasang sahabat karib, bahkan aku menganggapnya saudaraku sendiri. Namun kami juga bersaing sengit dalam segala hal, termasuk memperebutkan Joe. Saat ini memang aku pemenangnya, namun Ella seperti musuh dalam selimut yang sewaktu-waktu bisa menusukku dari belakang. Anehnya aku seperti membiarkan hal itu terjadi, aku merasa justru hal tersebut menjadi tantangan tersendiri buatku, mempertahankan sama sulitnya dengan merebut sesuatu.

Tiba-tiba sebuah suara membuyarkan lamunanku siang itu.

“Grace, ke kantin yuk.” Ajak Ella.

Aku segera mengikuti langkah kaki sahabatku tersebut menuju ke kantin yang terletak di bagian belakang sekolah. Sesampainya dikantin Ella langsung memesan makanan, lalu kami duduk di meja yang masih kosong. Sambil makan kami mulai berbincang-bincang hingga satu ketika pembicaraan kami membahas tentang Joe.

“Jadi malam minggu besok Joe nggak ngapelin elu lagi, Grace?”

“Begitu sih yang dia bilang. Aku juga heran, apa mahasiswa baru sesibuk itu ya, La. Menurut kamu apakah Joe lagi nyembunyiin sesuatu dari aku?”

“Heh, kok nanya gue? Kan elu yang jadi pacarnya Joe.”

“Aku kan cuma nanya pendapat kamu, karena aku ngerasa ada yang aneh dari sikap Joe belakangan ini.”

Ella hanya manggut-manggut mendengar penjelasanku, ia kembali menyibukan dirinya dengan mengunyah makanan yang tadi dia pesan. Tidak ada mimik ataupun gestur yang mencurigakan dari Ella. Sepertinya dugaanku bahwa kesibukan Joe tidak ada sangkut pautnya dengan gadis itu benar adanya.


**********​

3rd POV

Sebuah mobil meluncur masuk ke dalam sebuah rumah yang terlihat mewah. Setelah mobil tersebut diparkir, dari dalamnya keluar 3 orang pria berpakaian layaknya preman. Kaos ketat yang dibalut jaket kulit serta celana jeans. Mereka disambut oleh orang kepercayaan dari pemilik rumah tersebut.

“Elu keliatan makin keren aja, Ko.”

“Elu juga, Yan. Bos ada? Gue nggak gangguin dia kan.”

“Ada. Biasa lagi latihan, tapi sebentar lagi kelar kok. Tungguin aja bentaran.”

“Ya udah gue tungguin disini aja.”

“OK. Gue kasih tahu Bos dulu kalau elu nungguin dia.”

Riko, Agung dan Mimin segera mengambil tempat duduk di ruang dalam rumah tersebut. Setelah 10 menit berlalu, Fredy muncul didampingi seorang pengawalnya beserta Rian.

“Siang Bos, keliatannya tambah bugar aja bos kita ini.” Ujar Riko sambil bangkit dari posisi duduknya. Agung dan Mimin juga ikut berdiri menyambut kedatangan Fredy.

“Elu bisa aja, Ko. Silahkan duduk, nggak usah sungkan sama gue.”

“Boleh bagi-bagi rahasianya sama kita biar bisa keliatan bugar kaya bos sekarang.” Ucap Riko setelah kembali duduk ditempatnya semula.

“Hahahaha, elu pasti nggak akan percaya kalau gue kasih tahu. Setahun belakangan ini gue tidur 8 jam sehari, gue hanya mengerjakan pekerjaan yang penting-penting saja dan nggak mau terlalu dipusingkan dengan perkara yang sepele. Gue sangat menikmati kehidupan gue sekarang ini.”

“Menikmati hidup sejak setahun belakangan ini? Kok bisa ya waktunya berbarengan dengan kehadiran Siska.”

“Karena memang dialah yang menyebabkan gue merubah gaya hidup. Gue bisa lebih relax saat ini.”

“Iyalah bos, buat apa elu terlalu memusingkan bisnis lagi. Kan masih ada kita-kita, biar yang masih muda ngerjain tugas yang berat-berat. Bos santai aja.” Sahut Rian.

“Betul elu Yan, diusia seperti sekarang ini sudah waktunya si bos menikmati kesenangan hidup setelah kerja keras sebelum-sebelumnya.” Tambah Riko.

“Gue bisa kaya sekarang ini juga karena hasil kerja keras kalian juga. Sudah saatnya kalian juga menikmati hidup.”

“Kita beda urat lah bos. Urat gue bisa kendor kalo kebanyakan nyantai. Gue emang udah ditakdirin jadi pekerja, bukan jadi bos besar.”

“Ngomong-ngomong ada perlu apa kalian kemari?”

“Ini cuma mau balikin handphone yang bos pinjemin ke anak buah gue. Sekalian juga mau minta maaf karena kegagalan anak buah gue menjalankan tugas.”

“Bukan salah anak buah elu. Kalau mereka nggak buang barang itu mungkin kita sudah pada masuk penjara sekarang. Omongan elu tempo hari bener Ko, mereka emang cukup cerdas bisa ngambil keputusan yang tepat disaat genting. Gimana kabar mereka?”

“Baik, udah pada balik sekarang. Jati udah dibebasin dari 2 hari yang lalu, dia nggak bocorin apapun kepolisi tentang kegiatan kita. Mereka hanya sedikit kaget karena ternyata kita juga bisnis narkoba.” Ucap Riko yang mulai terlihat resah.

“Sorry Ko, gue nggak cerita ke elu sebelumnya kalo kita juga ikutan bisnis barang itu. Gue tahu elu sangat menentang jika organisasi kita ikut terlibat perdagangan narkoba.”

“Bisa apa gue? Seorang karyawan hanya tinggal mengikuti kebijakan yang sudah diambil sama pimpinannya. Gue cuma minta, jangan libatin anak buah gue lagi dalam bisnis seperti itu. Gue harap wilayah gue juga steril dari transaksi barang haram itu.”

“Elu pikir siapa lu bisa ngatur-ngatur gitu. Jangan mentang-mentang jadi pimpinan cabang elu bisa seenaknya ngomong.” Sahut Rian yang mulai tersulut emosinya.

“Santai Yan, nggak usah emosi gitu. Kita masih satu perahu, bisa kita bicarakan baik-baik. Ko, elu nggak bisa ngomong gitu juga. Wilayah elu berarti wilayah gue juga. Elu mau pembagian keuntungan yang lebih gede? Kita omongin sekarang, tapi jangan batasin pemasaran transaksi organisasi kita. Itu udah dibicarain waktu rapat pimpinan sebulan lalu.”

“Oooo... jadi waktu rapat bulan lalu gue nggak bisa hadir, elu mutusin organisasi kita mulai bisnis narkoba? Jangan-jangan waktu itu elu emang sengaja ngasih gue tugas keluar kota, biar gue nggak ngerusak rencana lu untuk ngajak yang lainnya setuju ngejalanin bisnis narkoba.”

“Elu tambah nyolot ya....” Ucap Rian langsung berdiri mendengar ucapan Riko. Fredy memberi tanda agar Rian tetap tenang.

“Ko, jangan gitulah. Hargai gue sebagai pimpinan organisasi ini. Elu jangan munafik, kita akan kalah bersaing kalau tidak ikut terjun bisnis barang itu. Toh nggak ada bedanya bisnis narkoba sama bisnis kita yang lainnya. Sama-sama ilegal.”

“Tapi narkoba ngerusak generasi muda kita. Daya rusaknya jauh lebih besar dibanding alkohol.”

“Tapi kita kan nggak ikut make, kita hanya nyediain suplai untuk orang-orang yang butuh barang itu.”

“Saat ini emang belum, tapi lambat laun pasti ada anggota keluarga kita yang make. Dengan ikut bisnis barang haram itu, berarti ikut adil dalam ngerusak anggota keluarga kita. Gue nggak mau ikut terlibat hal itu, gue harap elu ngerti bos.”

Mereka terus berdebat membahas masalah itu, bahkan sampai Riko pulang masalah tersebut tidak bisa diputuskan. Riko tetap pada pendiriannya, bahkan mengancam akan keluar dari organisasi. Setelah Riko pulang, Fredy berdiskusi dengan Rian tentang masalah yang tadi dibicarakan bersama Riko.

“Kenapa nggak bos biarin aja dia keluar dari organisasi kita.”

“Belum saatnya gue nyingkirin dia, kita masih butuh tenaganya. Elu kan tahu pimpinan cabang kita sudah pada berumur semua. Yang muda cuma dia, sedangkan Rika nggak bisa terlalu diandalin karena dia cewek. Coba elu terjun kebawah, cari orang-orang muda yang potensial buat dijadiin pimpinan cabang yang baru. Pastiin mereka bisa kita kontrol, jangan jadi bumerang di waktu yang akan datang.”

“Maksud bos kita mau regenerasi besar-besaran?”

“Nggak, terlalu mencolok kalau gue lakukan itu. Kita lakukan secara bertahap tapi tidak dalam jangka waktu yang lama. Pergantiannya pun harus mulus, jangan sampai keliatan gue yang ngerencanain ini semua.”

“Siap Bos, gue ngerti.”

“Coba elu cari anak buah Riko yang bisa kita ajak kerja sama. Kita butuh orang dalam Riko untuk mengamati perkembangan mereka. Gimana penyelidikan lu terhadap penghianat dalam organisasi kita.”

“gue sudah hubungi orang kita di kepolisian, mereka kesulitan untuk mengakses data-data informan polisi yang ditaruh dalam organisasi kita. Sepertinya si Budi punya satuan khusus yang sangat di rahasiakan keberadaannya. Masalahnya orangnya Budi loyal semua sama dia, gue nggak bisa deketin satupun anak buahnya. Mereka nggak bisa disogok, sudah pada kecuci otaknya sama si Budi.”

“Kalo nggak bisa cara halus, pakai cara kasar...”

“Susah juga bos, mereka solid dan didukung penuh sama kapolri yang sekarang.”

“Hmmm, pasti ada lubang pori-pori dalam tubuh mereka yang bisa elu tembus. Pokoknya elu harus coba segala kemungkinan. Dan juga musti cepat, gue nggak mau lama-lama dalam kondisi gini. Penghianat itu harus elu temuin secepatnya.”


**********​

“Ada apa ngajakin ketemuan disini, La?”

“Gue kangen sama elu.”

“Elu udah janji, La. Setelah malam itu hubungan kita hanya sebatas teman dekat, nggak lebih.”

“Ketahuan sekarang, elu masih teringat malam itu kan? Gue itu kangen ngobrol sama elu. Elunya aja yang kepikiran gue ngarepin kaya malam itu, padahal elu sendiri yang pingin lagi. Dasar cowok, otaknya mesum semua. Kalo udah dapet yang enak maunya nambah lagi, pake pura-pura nolak segala.”

“Sialan lu , La.” Jawab Joe sambil nyengir menahan malu. Dalam hatinya Joe merasa tidak enak karena diam-diam dirinya memang menginginkan kejadian malam itu terulang lagi, namun sebagian hatinya tidak ingin menghianati kekasihnya.

Merekapun ngobrol santai sore itu disebuah cafe yang letaknya tak jauh dari kampusnya Joe. Awalnya mereka saling menceritakan kegiatan masing-masing semenjak terakhir kali mereka bertemu hingga mulai membicarakan hal-hal yang lebih serius.

“Elu jangan sok sibuk terus lah, kasian Grace. Kayanya dia kangen banget sama elu sampai nyurigain kita selingkuh dibelakang dia.”

“Masa si Grace ngomong gitu sama elu. Kalau lagi telponan sama gue dia nggak ngomong yang macem-macem tuh.”

“Dia sih nggak secara langsung ngomong gitu, tapi dari cara dia ngomong kaya lagi interogasi gue aja. Gue kenal banget sifatnya cewek lu. Elu nggak bisa liat itu karena cuma ngobrol lewat telpon, coba elu ketemu dia. Liat mukanya, matanya, gesturnya. Elu pasti akan menilai hal yang sama seperti gue.”

“Gitu yah. OK deh, malam minggu entar gue temuin Grace. Tapi elu jangan bilang-bilang ya, biar dia surprise.”

“Gila apa gue kasih tahu dia, yang ada malah tambah curiga cewek lu. O iya, cewek lu udah cerita kalau belakangan ini si Farid suka nemuin dia.”

“Hah? Yang bener elu La, Grace nggak pernah cerita sama gue tuh. Jadi si Farid sekarang sering gangguin cewek gue?”

“Makanya punya cewek itu sering disamperin, jangan cuma ditelponin aja. Kalo udah digondol orang baru tahu rasa lu. Sebenernya dari cerita Grace ke gue si Farid cuma godain doang, biasalah cowok. Cuma dari cara Grace ngomong gue tahu kalau dia merasa nggak nyaman, tapi mau ngomong sama elu takut elunya salah paham terus elu ribut sama Farid. Grace kan paling nggak seneng ngeliat orang berantem.”

“Kayanya emang gue nggak bisa terlalu sering ninggalin si Grace. Thanks ya La buat infonya, ngomong-ngomong keluarga lu gimana?”

“Nah itu dia makanya gue pingin ngomong sama elu. Secara umum keluarga gue baik-baik saja, cuma bisnisnya belum ada kemajuan.”

“Sabar La, semua ada waktunya. Apa bokap lu perlu bantuan tambahan modal? Ntar coba gue omongin sama bokap gue.”

“Nggak usah Joe. Kalau untuk biaya hidup sehari-hari sama uang sekolah gue sama adek-adek gue sih masih adalah. Cuma buat ngelanjutin kuliah gue tahun depan masih tanda tanya, elu kan tahu sendiri bukan cuma gue aja yang butuh biaya ekstra. Si kembar tahun depan juga masuk SMA. Maksud gue, bisa nggak elu bantuin nyari kerjaan buat gue?”

“Oh gitu. Kalo cuma mau magang di tempat bokap gue sih kayanya bisa. Ntar gue omongin dulu sama bokap, gue akan kabarin lu secepetnya.”

“Thanks ya, Joe. Ngomong-ngomong bener nih elu nggak mau ngulangin kaya malem itu?” Goda Ella dengan suara dan mimik wajah yang dibuat sesensual mungkin. Matanya terlihat sayu, bibirnya sedikit dibuka sehingga terlihat begitu menggoda.

Aliran darah dalam pembuluh di tubuh Joe berdesir dengan cepat, pikirannya mulai kacau. Saat ini pemuda itu berada diujung batas kesetiaan terhadap kekasihnya. Tanpa disadari bibirnya bergerak-gerak ingin segera mencium bibir gadis yang sedang duduk dihadapannya.

“Anjir. Elu hampir aja bikin gue gagal fokus. Udah ah, ntar gue nggak kuat nahan godaan lu beneran.” Ucap Joe yang akhirnya dapat menguasai dirinya, dalam hatinya pemuda itu mengumpat antara kesal karena hampir tergoda juga kecewa karena tidak jadi mencium Ella.

“Hihihihihi.... Kalo beneran nggak kuat, elu bisa nelpon gue kapan aja.” Sahut Ella dengan manja.

Joe hampir saja terpancing untuk menanggapi ucapan tersebut, namun kali ini dia sudah dapat mengendalikan diri sepenuhnya. Ia memang sangat ingin bermesraan dengan seorang gadis, dimana hal tersebut tidak diperolehnya dari kekasihnya sendiri. Namun ia tidak ingin menghianati kekasihnya hanya karena permasalahan tersebut. Pemuda itu terus berperang melawan gejolak dalam pikiran dan perasaannya. Joe tetap berusaha bersikap sewajarnya dihadapan Ella.

Tak lama kemudian mereka berpisah. Tanpa mereka sadari sepasang mata dari tadi terus memperhatikan mereka berdua, termasuk ketika Ella membelai wajah Joe dengan manja saat gadis tersebut sedang menggoda pemuda itu. Orang itu sempat mengabadikan momen tersebut dengan kamera yang dibawanya. Setelah memastikan Joe dan Ella berpisah, orang tersebut ikut meninggalkan cafe tersebut.

Saat berada dalam mobilnya Joe teringat kata-kata Ella tadi, emosinya naik mendengar kekasihnya diganggu pemuda lain. Ia pun segera bergegas ke suatu tempat, tujuannya jelas, mencari pemuda yang dianggap telah mengganggu kekasihnya. Dengan kecepatan tinggi Joe segera memacu mobilnya menuju tempat yang biasanya menjadi tempat tongkrongan Farid dan anak buahnya.

Berbeda dengan Joe, Ella berjalan meninggalkan cafe tersebut dengan perasaan bahagia. Dari pertemuan yang baru saja berakhir tadi dirinya semakin yakin bahwa Joe juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Gadis itu sangat yakin jika saja tadi dirinya meneruskan apa yang sudah ia mulai, maka pemuda yang tadi becakap-cakap dengan dirinya akan kembali terperangkap dalam rayuannya.

“Maafin gue Grace, gue nggak bisa nyembunyiin lagi perasaan gue ke Joe. Kalau elu nggak bisa ngasih kebahagiaan buat Joe, akan gue rebut dia dari elu.” Gumam Ella sambil terus melangkah. “Joe kali ini gue kasih elu kesempatan untuk memperbaiki hubungan lu sama Grace. Tapi di lain waktu gue nggak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Begitu hubungan lu dengan Grace kembali merenggang, gue akan segera masuk mengisinya.”

Tadi Ella sengaja menolak ajakan Joe yang bermaksud mengantarnya pulang. Ia tidak ingin pemuda itu sampai benar-benar tergoda olehnya untuk saat ini. Dari sikap Joe di cafe tadi, Ella tahu hanya butuh sedikit usaha lagi untuk merayu pemuda itu untuk kembali jatuh dalam pelukannya. Namun Ella belum mau melakukannya sekarang, dirinya masih merasa sungkan terhadap Grace yang sudah menganggapnya saudara. Untuk itu Ella memilih pulang dengan kendaraan umum, namun ia tidak menampik saat Joe memberinya sejumlah uang untuk biaya transportasi walau sempat beradu argumen sebentar saat menerimanya.

Setelah menunggu beberapa saat di pinggir jalan, Ella melihat sebuah taksi melintas di daerah itu. Gadis itu segera melambaikan tangannya, memanggil taksi tersebut. Taksi itupun merapat kearahnya. Dengan ramah supir taksi itu menanyakan tujuan Ella, gadis itu segera memberitahukan alamat rumahnya.

Dalam perjalanan Ella kembali membayangkan peristiwa di cafe tadi. Ia membayangkan hal tersebut sambil tersenyum simpul. Karena pikirannya teralihkn, Ella tidak menyadri dari tadi supir taksi tersebut mencuri pandang kearahnya dari kaca spion dengan tatapan mesum.

“Maaf Non, kayanya di depan ada kemacetan. Boleh lewat jalan alternatif?”

Ella memperhatikan kondisi jalan, ia memang melihat telah terjadi penumpukan kendaraan dihadapannya. Walau ada rasa khawatir karena tidak terlalu mengenal daerah yang sedang dilintasi, namun karena pikirannya sedang ada di tempat lain Ella segera menyetujui usulan supir taksi tersebut. Supir taksi itu segera membelokan mobilnya sambil tersenyum licik. Kalau saja Ella sedang tidak teralihkan pikirannya, sebenarnya ia dapat berpikir lebih jernih. Kemacetan yang dihadapi adalah situasi biasa yang terjadi di kota ini saat jam seperti ini, dimana banyak karyawan keluar dari kantor untuk segera pulang ke rumah. Ella baru mulai menyadari ketika taksi tersebut sudah memasuki daerah yang cukup sepi, sebuah kawasan perumahan yang masih sangat sepi. Sejauh mata memandang, gadis itu hanya melihat 2 – 3 rumah yang tampak belum berpenghuni selebihnya adalah hamparan rumput liar serta semak yang cukup rimbun.

“Pak saya mau dibawa kemana?” Tanya Ella dengan cemas.

“Tenang saja Non, jalan besarnya sudah nggak jauh lagi.”

Ella melihat gelagat yang tidak baik dari supir tersebut, gadis itu sempat melihat bibir supir taksi tersebut tersenyum jahat. Setelah sesaat mengumpulkan keberanian, Ella langsung menyerang supir tersebut. Diserang begitu rupa si supir langsung gelagapan menyetir mobilnya sambil mencoba menangkis serangan dari Ella. Tiba-tiba supir tersebut mengerem mobilnya secara mendadak sehingga tubuh Ella terdorong kedepan. Kesempatan tersebut digunakan si supir taksi untuk balik menyerang Ella, dengan cepat ia melepaskan sabuk pengamannya lalu berbalik badan untuk menghadapi gadis itu. Pergumulan pun terjadi. Dengan sigap Ella berusaha keluar dari taksi tersebut, namun si supir tidak membiarkan hal itu terjadi begitu saja. Walaupun si supir terlihat lebih unggul namun ruangan di dalam taksi yang sempit membuat ia kesulitan untuk dapat menaklukan Ella. Dengan susah payah akhirnya Ella berhasil keluar dari taksi tersebut lalu berlari menjauhinya sambil berteriak-teriak minta tolong.

Akan tetapi karena sama sekali tidak mengenal daerah tersebut, Ella berlari kearah yang salah. Ia justru menuju ke area yang sama sekali belum tersentuh pengembang perumahan tersebut. Dikiri kanannya hanya terlihat ilalang dan semak yang lebih lebat dari area sebelumnya. Gadis itu menoleh kebelakang sejenak, ia melihat si supir terus mengejarnya. Semakin lama jarak mereka semakin dekat hingga akhirnya sisupir berhasil menggapai tubuh Ella.

Karena sudah tidak bisa melarikan diri lagi, Ella terpaksa melawan supir itu dengan segenap kemampuan yang ia miliki. Sikutnya ia arahkan ke arah wajah si supir namun berhasil ditahan, gadis itu segera melayangkan tendangannya ke arah si supir namun lagi-lagi bisa digagalkan. Ella tidak putus harapan untuk melawan si supir, gadis itu terus menyerang. Namun berkali-kali serangan Ella dilancarkan, sebanyak itu pula supir taksi tersebut mampu menghadangnya.

Pada satu kesempatan, supir taksi itu berhasil membalikan keadaan. Kini supir itulah yang menyerang Ella, hingga akhirnya berhasil membuat gadis itu terjatuh. Melihat hal tersebut, supir taksi itu segera berusaha menerkam Ella. Namun dengan sigap Ella segera menahan tubuh supir tersebut dengan kaki dan tangannya. Gadis itu terus berusaha memberikan perlawanan terhadap supir tersebut sambil sesekali terus berteriak minta tolong.

“Toloooongggg..... Toloooongggg!!!”

“Diem lu perek! Nggak akan ada yang dengerin teriakan lu di tempat ini. Anjing! Susah banget dijinakinnya.”

Ella terus bergulat mempertahankan harga dirinya, tangan dan kakinya terus menjejak dan mendorong tubuh si supir. Walaupun sesekali si supir mampu memegang tangannya, namun berkat kegigihannya Ella mampu melepaskan diri. Sampai akhirnya Ella berada dibatas kekuatannya sebagai seorang gadis remaja, usahanya semakin melemah hingga si supir mampu mencengkram kedua tangannya. Tubuh Ella pun berhasil ditindih oleh supir bejat tersebut sehingga kedua kakinya sudah sulit untuk digerakan.

Dalam kondisi tersebut Ella hanya bisa terus berdoa dalam hati sambil berusaha keras memberontakan tubuhnya yang sudah sangat lemah. Namun demikian wajahnya masih terlihat tegar, tidak ada sedikitpun raut ketakutan diwajahnya.

“Toloooongggg..... Toloooongggg!!!”

PLAAAAKK!!

Sebuah tamparan keras mendarat diwajah Ella. Namun bukannya takut, gadis itu justru menggunakan tangannya yang terlepas dari cengkraman untuk memukul-mukul tubuh si supir. Karena kesal si supir segera mencekik Ella, gadis itu berusaha melawan. Akan tetapi usahanya kali ini berakhir setelah ia merasa kesulitan bernapas. Setelah menyadari kondisi korbannya yang sudah tidak mampu melawan, supir taksi itu menyeringai. Dilepaskannya cekikan pada leher Ella, kedua tangan gadis itu dicekal diatas kepala dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya mulai kurang ajar meremasi payudara Ella sambil mulutnya terkekeh melecehkan gadis itu. Walaupun demikian sorot mata Ella masih menatap tajam menandakan gadis itu belum sepenuhnya takluk pada pria bejat tersebut. Hal itu memancing kegeraman dari si supir taksi. Ia bertekad untuk menaklukan gadis itu terlebih dahulu sebelum habis-habisan menjarah tubuhnya.

“Hehehehe.... Gue suka cewek galak kaya elu. Bakalan puas hari ini gue ngentotin lu.”

CUUHHH!

PLAAAAKK!

Ludahan Ella dibalas dengan sebuah tamparan. Gadis itu meringis kesakitan akibat tamparan tersebut, namun lirikan matanya masih saja terlihat berapi-api. Supir itu berusaha mencium Ella, namun gadis itu terus meronta. Kepalanya digerakan kekanan dan kekiri menghindari ciuman pria itu. Dengan kasar pria itu menjambak rambut Ella sehingga gadis itu kesulitan menggerakan kepalanya. Supir taksi itu kembali mencoba mencium gadis itu, namun sekali lagi Ella meludahinya.

Si supir langsung menarik rambut Ella dengan kasar sebagai bentuk kemarahannya. Namun sebelum bertindak lebih jauh, pria itu mendengar suara gesekan semak dan ilalang. Hal itu juga didengar oleh Ella, harapan gadis itu kembali muncul.

“Toloooongggg..... Toloooongggg!!!”

Tiba-tiba muncul sesosok pemuda dari balik rimbunan semak dan ilalang.

“Lepasin cewek itu!”

“Anjing ada yang sok mau jadi pahlawan!”

Supir taksi itu segera bangkit lalu bersiap menghadapi pemuda tersebut. Setelah terbebas dari si supir Ella segera beringsut menjauh. Ia sempat berpikir untuk meninggalkan tempat itu, namun diurungkan mengingat tadi ia malah kesasar ke tempat ini. Maka gadis itu memutuskan menjauh dari tempat itu sambil berusaha mengenali wajah pemuda yang datang menolongnya. Begitu mengenali pemuda yang menolongnya Ella jadi merasa tidak enak hati. Di satu sisi dirinya tidak menyukai sosok pemuda itu, namun di sisi lainnya dia sangat yakin Bimbim dapat mengalahkan si supir taksi sehingga merasa sangat bersyukur atas kemunculan pemuda itu.

“Oh elu La, ngapain elu sampai nyasar kemari?”

Ella kesal mendengar pertanyaan dari Bimbim, karena pemuda tersebut bertanya sambil menyindir dirinya. Namun biar bagaimanapun juga Bimbim telah menolongnya dari niat jahat si supir taksi. Ella pun memilih untuk tidak menanggapi pertanyaan Bimbim, gadis itu mengalihkan perhatian dengan cara merapikan pakaiannya yang terlihat berantakan akibat pergumulan dengan si supir taksi tadi.

“Nggak usah jawab pertanyaan gue sekarang, biar gue gebuk dulu orang mesum ini.”

(“Emangnya elu nggak mesum. Sama aja keles...”)

Ella hanya mengumpat dalam hati. Gadis itu mengarahkan pandangannya ke arah Bimbim dan si supir taksi. Kini dihadapannya terlihat kedua orang tersebut sedang bersiap untuk berkelahi. Bimbim terlihat lebih santai sedangkan si supir taksi agak meremehkan Bimbim yang berbadan kurus.

Si supir taksi memulai serangan namun dapat dihindari Bimbim dengan mudah. Kembali si supir menyerang, kali ini Bimbim segera memapas serangan itu. Dengan cepat ia segera mencengkram lengan pria tersebut lalu memelintirnya. Si supir berusaha melepaskan pelintiran tersebut namun tidak berhasil. Justru lengannya ditarik Bimbim sehingga tubuh si supir ikut tertarik. Begitu tubuhnya mendekati Bimbim, pemuda itu langsung mengarahkan lututnya ke bagian perut pria itu. Tidak berhenti sampai disitu saja, Bimbim juga lansung menghajar bagian atas kepala si supir taksi hingga pria itu roboh.

“Sialan, bisa main juga ternyata lu. Sekarang coba yang ini.”

Pria itu merubah gaya bertarungnya lebih serius. Dengan cepat ia mengayunkan pukulannya secara cepat. Bimbim bisa menghindarinya, namun dari desiran angin pukulan tersebut pemuda itu merasa si supir taksi memiliki kemampuan yang tak kalah darinya. Si supir taksi terus menyerang, ia memaksa Bimbim untuk lebih bertahan.

Sebuah jurus tebasan sisupir taksi coba ditahan oleh Bimbim, meski berhasil namun pemuda itu ikut terdorong sedikit kebelakang akibat tenaga dari serangan si supir. Merasa berada di atas angin, si supir semakin gencar menyerang. Namun rupanya hal tersebut justru yang dikehendaki Bimbim, karna terlalu bernafsu menyerang si supir tanpa sengaja membuat celah dipertahanannya. Bimbim segera melakukan serangan balik di bagian rusuk kanan si supir yang terbuka.

Si supir taksi menjerit kesakitan, namun tanpa ampun Bimbim kembali menyerang pria tersebut. Tak lama kemudian supir itu kembali ambruk, kali ini Bimbim tidak membiarkan pria itu bangkit kembali. Pemuda itu terus menghajar si supir taksi hingga babak belur. Setelah merasa si supir taksi sudah tidak berdaya, Bimbim segera mendatangi Ella.

“Mau lu apain tuh orang?”

Tanpa menjawab pertanyaan dari Bimbim, Ella langsung mendekati si supir taksi. Gadis itu menendang bagian selangkangan pria itu beberapa kali sehingga pria tersebut melolong kesakitan. Sepertinya untuk beberapa waktu penis pria tersebut tidak bisa berfungsi dengan normal. Bimbim hanya geleng-geleng kepala menyaksikan apa yang dilakukan Ella.

“Makasih ya Bim.” Ujar Ella sambil memandang Bimbim, namun gadis itu tidak tersenyum sama sekali. Wajahnya terlihat dingin.

“Sadis amat lu, La. Eh, elu belum jawab pertanyaan gue tadi. Kenapa elu bisa sampai dibawa ke tempat ini.”

Ella kembali kesal pada Bimbim karena nada suaranya kembali terdengar menyindir dirinya. Kalau tidak mengingat Bimbim baru saja menolongnya, pasti pemuda itu sudah ia hardik. Dengan sedikit dipaksakan Ella hanya tersenyum menanggapi ucapan Bimbim.

“Ya sudah kalo elu nggak mau cerita sama gue. Yuk gue anterin elu pulang, pasti elu sudah dicariin sama keluarga lu.”

Ella segera mengikuti langkah Bimbim menuju motornya. Tak lama kemudian Bimbim sudah meluncurkan motornya mengantar Ella pulang. Sesampainya di rumah Ella, gadis itu kembali mengucapkan terima kasih atas pertolongan Bimbim.

“Nah gitu dong kalau ngucapin terima kasih sambil senyum. Jangan kaya waktu itu, tetep jutek walaupun udah ditolongin.”

“Mau mampir dulu nggak? Tapi nggak usah yah, ntar di dalem elu minta macem-macem.”

“Ye... Baru aja dipuji, sekarang udah ngeselin lagi.”


B E R S A M B U N G
 
Makin seru ni & makin banyak tebak2 buah manggis nya
1. Riko & bimbim cs akan kah disingkirkan bos fredy atau melawan bos fredy dgn menjadi informan atau melawan sendiri.
2. Ella akankah mendapatkan cinta joe atau hanya tubuhnya joe saja.
3. Grace punya hubungan apa dengan bimbim. Apa memang grace menyintai bimbim atau ada hubungan sodara karena masa lalu bimbim yg masih abu2.

Tu aja lah dulu. & meni tengkiu apdetnya

Eh premium masih aku dapat
 
makin demen:hore: sama gaya mu, Ella...

sini,, sini,,:sayang: ayo mendekat! biar kakak latih kuat dan hebat dalam menghadapi penjahat syahwat tak hanya bisa menggeliat seperti tadi..
:pandajahat:
 
Ngga mau kalah kayak nya suhu sama master2 lain yg sudah update...

Ane cuma mau menganalisa daja dari cerita suhu, semoga tidak akan merusak mood suhu dan alur cerita suhu pedjuank utk update-an selanjut nya.

1. Mulai terlihat friksi (keretakan) dalam organisasi yang dipimpin oleh freddy, dia akan perlahan2 menyingkirkan Riko dengan cara halus. Kelompok farid kemungkinan besar akan direkrut kelompom fredy dan joe kemungkinan besar ikut gabung di kelompok fredy yang tentu nya akan membuat semakin menarik konflik nya di part2 berikut nya.

2.Riko bukan orang bodoh, dia pun semakin memperkuat wilayah nya dengan cara konsolidasi dan mempertahankan org2 yang loyal padanya termasuk bimbim cs mereka berempat akan jadi andalan dan kepercayaan di kelompok riko.

3. Orang yang memperhatikan joe dan ella di cafe itu bisa jadi grace, bimbim atau farid. Grace dan bimbim yang paling mungkin melihat kejadian joe dan ella ngobrol di cafe dengan berbagai alasan yang TS ceritakan di part ini. Grace memang sedang menyelidiki joe apa ia selingkuh dari nya, sedangkan bimbim mungkin tak sengaja sedang berada disana juga melihat joe dan ella sedang ngobrol tapi ia tidak mau mendekati mereka berdua karena pertimbangan tertentu. Hal yang mencurigakan menurut ane saat bimbim bisa berada di tempat dan waktu yang sama saat ella mau diperkosa oleh supir taxi dan analisa ane bimbim sejak dari cafe tadi mengikuti ella memastikan misi kemaren ella tidak akan membongkar kejadian tsb selain juga penasaran sama hubungan joe dan ella yang kelihatan mesra melebihi hubungan persahabatan.

4. Bakal ada perperangan besar di internal organisasi, kubu fredy dengan kubu riko. Kubu freddy sangat banyak dan di dukung penuh oleh semua orang di organisasi dan kubu riko dianggap penghianat dan wajib untuk di musnahkan dalam organisasi mereka.

Thanks atas update nya, mohon maaf jika komen ane kali ini buuuannnyak dan panjaaaaang.... :ampun::semangat:...... semangat terus hingga ending cerita ini.
 
sayangnya belum :sendirian:
om pai emang jaim, suhu pedjuank, ibaratkan sedang di sajikan masakan yang sangat lezat untuk makan malam, ditanyain apa sudah makan atau belum, om pai jawab nya sudah tapi mata nya tajam melihat ke arah sajian tersebut dengan mulut dan ekspresi lapar....:ngakak:ngakak:ngakak:ampun:.....:ngacir::ngacir::ngacir:
 
Pertamax dulu ah
Nih dia yang suka nimbun pertamax.

Makin seru ni & makin banyak tebak2 buah manggis nya
1. Riko & bimbim cs akan kah disingkirkan bos fredy atau melawan bos fredy dgn menjadi informan atau melawan sendiri.
2. Ella akankah mendapatkan cinta joe atau hanya tubuhnya joe saja.
3. Grace punya hubungan apa dengan bimbim. Apa memang grace menyintai bimbim atau ada hubungan sodara karena masa lalu bimbim yg masih abu2.

Tu aja lah dulu. & meni tengkiu apdetnya

Eh premium masih aku dapat
Coba nanti saya tanyakan dulu ke TS-nya....
Kata TS-nya tunguin aja apdetan berikutnya, akan semakin banyak yang terungkap. (hmmm kira-kira ada yang pakaiannya terungkap lagi nggak yah???)
 
Ngga mau kalah kayak nya suhu sama master2 lain yg sudah update...

Ane cuma mau menganalisa daja dari cerita suhu, semoga tidak akan merusak mood suhu dan alur cerita suhu pedjuank utk update-an selanjut nya.

1. Mulai terlihat friksi (keretakan) dalam organisasi yang dipimpin oleh freddy, dia akan perlahan2 menyingkirkan Riko dengan cara halus. Kelompok farid kemungkinan besar akan direkrut kelompom fredy dan joe kemungkinan besar ikut gabung di kelompok fredy yang tentu nya akan membuat semakin menarik konflik nya di part2 berikut nya.

2.Riko bukan orang bodoh, dia pun semakin memperkuat wilayah nya dengan cara konsolidasi dan mempertahankan org2 yang loyal padanya termasuk bimbim cs mereka berempat akan jadi andalan dan kepercayaan di kelompok riko.

3. Orang yang memperhatikan joe dan ella di cafe itu bisa jadi grace, bimbim atau farid. Grace dan bimbim yang paling mungkin melihat kejadian joe dan ella ngobrol di cafe dengan berbagai alasan yang TS ceritakan di part ini. Grace memang sedang menyelidiki joe apa ia selingkuh dari nya, sedangkan bimbim mungkin tak sengaja sedang berada disana juga melihat joe dan ella sedang ngobrol tapi ia tidak mau mendekati mereka berdua karena pertimbangan tertentu. Hal yang mencurigakan menurut ane saat bimbim bisa berada di tempat dan waktu yang sama saat ella mau diperkosa oleh supir taxi dan analisa ane bimbim sejak dari cafe tadi mengikuti ella memastikan misi kemaren ella tidak akan membongkar kejadian tsb selain juga penasaran sama hubungan joe dan ella yang kelihatan mesra melebihi hubungan persahabatan.

4. Bakal ada perperangan besar di internal organisasi, kubu fredy dengan kubu riko. Kubu freddy sangat banyak dan di dukung penuh oleh semua orang di organisasi dan kubu riko dianggap penghianat dan wajib untuk di musnahkan dalam organisasi mereka.

Thanks atas update nya, mohon maaf jika komen ane kali ini buuuannnyak dan panjaaaaang.... :ampun::semangat:...... semangat terus hingga ending cerita ini.
Widih panjang bener suhu bahasannya.....
1. Farid kan memang masih anak buahnya Fredy, dia bawahannya Tito. Coba suhu liat-liat lagi cerita awal.

2. Yang ini betul, tapi pertanyaannya apakah tetep di organisasi atau memilih keluar atau justru keburu mampus di tangan Fredy.

3. Harusnya udah bisa ketebak, untuk pastinya akan diungkap di apdetan yang akan datang (belum tentu apdetan berikutnya, TS-nya masih nyari momen yang pas)

4. Konfrontasi memang akan terjadi, tapi apa bener semua anggota organisasi dukung Fredy? Inget loh ada Rika yang mantannya Riko, sedangkan Rika sekarang pacarnya Tito. Anggota lainnya juga belum ketahuan posisinya. Hayo tebakannya dibetulin lagi.

;)
 
Bimabet
om pai emang jaim, suhu pedjuank, ibaratkan sedang di sajikan masakan yang sangat lezat untuk makan malam, ditanyain apa sudah makan atau belum, om pai jawab nya sudah tapi mata nya tajam melihat ke arah sajian tersebut dengan mulut dan ekspresi lapar....:ngakak:ngakak:ngakak:ampun:.....:ngacir::ngacir::ngacir:
Maklumin aja suhu, om pai emang gitu sama ane.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd