Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Muslihat Kakek Dewo (JUSTSHARE-REPOST)

Muslihat Kakek Dewo 5
Sudah hampir empat bulan
Dewo melampiaskan nafsu
bejatnya kepada Wiwik, Rohmah
dan Nyai Siti, ditambah lagi Kyai
Kholil yang semakin jarang
berada di rumah, jadilah dia
semakin leluasa melakukan
perbuatannya.
Sama seperti pagi itu, Dewo
baru membuka matanya saat
mendengar suara Wiwik yang
sedang menyapu di pekarangan
belakang rumah, dekat dengan
kamarnya. Dia menggeliat,
terlihat Rohmah masih tertidur
miring sambil mengulum kontol
Dewo, persis seperti bayi yang
asyik menyusu pada ibunya.
Tubuhnya yang mulus masih
telanjang, memek dan anusnya
terlihat bengkak akibat sodokan
Dewo yang bertubi-tubi tadi
malam.
Tidak ingin membangunkan
gadis itu, Dewo menarik pelan
batang penisnya. Plupp…!
Terdengar suara ketika kontol
Dewo terlepas dari mulut
Rohmah. Dia segera beranjak
dari tempat tidurnya dan meraih
sarung kumal untuk dipakai
menutupi tubuhnya yang
telanjang. Dengan hanya
memakai sarung dan
bertelanjang dada, Dewo keluar
dari kamar. Dengan pelan dia
melangkah menghampiri Wiwik
yang masih sibuk menyapu
membelakanginya, sama sekali
tidak menyadari kehadirannya.
”Hallo, lonteku..!” Dengan
setengah berbisik, Dewo
menyapa gadis itu. Tangannya
dengan cepat menggapai dan
meraba-raba payudara Wiwik
yang mulai tumbuh besar. Meski
tertutup jilbab lebar dan baju
pandang, Dewo dengan jelas
bisa merasakan kelembutan dan
keempukannya yang mulus
menggoda.
Wiwik menoleh dan tersenyum,
”Oh, cinta…” dengan sedikit
mendesah ia membalas sapaan
Dewo dan membiarkan laki-laki
tua terus menggerayangi buah
dadanya. Wiwik bahkan sudah
akan membuka kancing bajunya
saat Dewo melanjutkan berkata,
“Aku mau kencing nih…”
Tanpa disuruh, Wiwik kemudian
mengikuti Dewo ke belakang.
Mereka berhenti di bawah
pohon sawo besar di belakang
rumah. Dewo segera
menyibakkan sarungnya ke atas
dan memberikan kontolnya yang
masih setengah ngaceng pada
Wiwik. Adik Nyai Siti itu sudah
jongkok di depannya dengan
mulut terbuka, siap
menerimanya.
Kemudian, cuuurrrr…! Pelan-
pelan Dewo melepaskan air
kencingnya ke mulut Wiwik, dan
seperti kehausan, Wiwik
meneguk dan menelan
semuanya. Bahkan beberapa kali
ia menggunakan air kencing
Dewo untuk mencuci mukanya
hingga sedikit membasahi jilbab
dan baju panjangnya. Tapi
Wiwik tampak tak perduli,
bahkan ia terlihat sangat
menyukai dan menikmatinya.
Selesai kencing, Dewo menyuruh
gadis itu agar membersihkan
kontolnya. Wiwik segera
mengulum dan menghisapnya.
Dengan telaten ia menjilati sisa-
sisa air seni yang masih
menetes-netes dari kontol Dewo.
Setelah bersih, baru dia berhenti
dan kemudian melanjutkan
kembali kegiatan menyapunya.
Sementara Dewo dengan penuh
kepuasan beranjak kembali ke
rumah, langkah kakinya enteng
menuju ke dapur rumah Nyai
Siti. Setiap pagi ia sudah
disiapkan kopi dan sebungkus
rokok kretek kegemarannya.
Terkadang oleh Nyai Siti sendiri,
juga Rohmah anaknya, ataupun
Wiwik. Tergantung siapa yang
bangun pagi terlebih dulu, pasti
menyiapkan kopi untuk si Dewo.
Di dapur terlihat Nyai Siti sudah
hampir selesai memasak, Dewo
dengan santai duduk di meja
makan dengan menggeser
kursinya dari bawah meja.
Sruuuput... bunyi Dewo
menyeruput kopinya, dan
kemudian menyalakan sebatang
rokok. Asap keluar dari mulut
dan hidungnya, sedangkan Nyai
Siti tetap dengan aktivitas
memasaknya.
”Nyai Siti lonteku… sedang
memasak hidangan apa pagi
ini?” tanya Dewo kurang ajar.
Sambil tersenyum dan menoleh
ketika dipanggil lonte, Nyai Siti
menjawab, ”Masak lodeh
kangkung, Tuan cintaku...”
”Sudah selesai apa belum?”
tanya Dewo lagi.
”Belum, Abang cintaku... tinggal
nunggu sampai masak kurang
lebih 15 menit…” jawab Nyai Siti.
”Sambil nunggu masak, gimana
kalau kamu masuk ke dalam
sarungku. Kontolku ingin
disepong sama mulutmu, Nyai.”
tawar Dewo.
”Baik, Pangeranku yang
Perkasa,” jawab Nyai Siti tanpa
bisa menolak.
Tidak menunggu lagi, wanita
itupun mendekat dan
memasukkan kepalanya ke
dalam sarung Dewo. Sama
seperti yang dilakukan oleh
Wiwik dan Rohmah, ia dengan
penuh nafsu dan sangat
bergairah mulai mengoral dan
memainkan kontol si Dewo.
Sungguh sebuah sensasi
tersendiri ketika seorang wanita
berjilbab yang seksi lagi cantik
jelita berada di dalam sarung
sambil memainkan kontolnya.
Dewo mengerang
menikmatinya, ”Arghhh… terus,
Nyai… lonteku… gundikku…!”
rintihnya.
Ia memegangi kepala Nyai Siti
yang terbungkus oleh kain
sarungnya, dan kemudian dia
berdiri sambil melakukan
penetrasi ke dalam mulut istri
Kyai Kholil itu. Dewo
melakukannya dengan kasar
dan brutal sampai membuat
Nyai Siti hampir tidak bisa
bernafas. Dia mengentot mulut
Nyai Siti dengan gerakan cepat,
dan terus begitu hingga saat
akan mencapai klimaks, Dewo
dengan sekuat tenaga
memasukkan kontolnya hingga
mentok ke tenggorokan
perempuan cantik itu.
”Aarggghhh….! Ini kuberikan
kau maduku, lonteku…!” teriak
Dewo keenakan, lalu srrreerrrr…
cruuut… crtuuut… air maninya
menembak kencang beberapa
kali ke dalam kerongkongan
Nyai Siti. Karena sudah
menancap begitu dalam, hingga
tanpa perlu menelan, pejuh
Dewo sudah meluncur masuk ke
dalam tenggorokan Nyai Siti.
Untuk beberapa Dewo
membiarkan kontolnya tetap
menancap di mulut Nyai Siti, ia
menahannya sebentar hingga
benda itu melemas dan tidak
tegang lagi. Baru kemudian
Dewo melepaskan kontolnya
sambil membuka kain
sarungnya. Terlihat muka Nyai
Siti memerah di bawah sana,
namun wanita itu nampak
senang bisa melayani kontol
Dewo dengan mulutnya.
Istri Kyai Kholil itu berdiri dan
kemudian berkata kepada Dewo,
”Terima kasih, Tuanku, sudah
bersedia menggunakan mulutku
untuk dientot sama kontolmu.”
Dewo hanya tersenyum dan
duduk kembali di kursi sambil
meminum sisa kopinya yang
mulai mendingin. Nyai Siti
membenahi jilbab dan bajunya
sebentar sebelum kembali
melanjutkan acara memasaknya.
Dengan cepat ia mengangkat
masakannya yang sudah matang
dan kemudian
menghidangkannya di meja
makan.
”Tuan Dewo mau makan nasi
atau mau mandi dulu?” tanya
Nyai Siti saat Dewo merangkul
dan mulai menggerayangi tubuh
sintalnya.
”Sebentar, lonteku, aku masih
mau merokok dan menikmati
tubuhmu dulu,” jawab Dewo
sambil memenceti payudara Nyai
Siti yang bulat besar dengan
kedua tangannya.
Nyai Siti membiarkannya,
dengan pasrah ia menerima
apapun perlakuan Dewo,
termasuk saat laki-laki itu
membuka kancing baju
gamisnya dan mulai menyusu di
kedua puting payudaranya yang
mungil kemerahan. Dewo
menghisapnya dengan rakus
dan kencang, bagai bayi besar
yang kehausan ia bergantian
menghisap puting Nyai Siti
dengan mulutnya yang bau asap
tembakau. Dijilatinya puting
yang masih nampak indah itu
sambil sesekali menggigitinya
gemas kalau Nyai Siti tidak mau
merintih dan mendesis
keenakan.
Beberapa saat mereka berada
dalam posisi seperti itu hingga
kontol Dewo yang tadinya lemah
lunglai kini mulai bangkit
kembali. Dewo segera menyuruh
Nyai Siti untuk mengulumnya
agar benda itu bisa tambah
keras dan menegang sempurna.
Dengan patuh Nyai Siti
melakukannya. Wiwik yang
melihat dari pekarangan
belakang sebenarnya ingin ikut,
tapi tanpa dipanggil oleh Dewo,
ia tidak berani untuk mendekat.
Sementara itu di kamar Dewo,
Rohmah terlihat mulai
terbangun. Huuuuahhhhhh...!
gadis itu membuka matanya dan
menguap sambil mencoba
meregangkan tubuhnya yang
telanjang. Beberapa cupangan
tampak membekas di lehernya
yang jenjang dan putih mulus.
Sedangkan payudaranya yang
mungil dan baru tumbuh terlihat
memerah seperti bekas jari yang
meremas dengan kuat sekali.
Bahkan pantatnya juga
memerah akibat dipukul tangan
kasar Dewo saat mengentot
anus dan memeknya. Rohmah
hanya tersenyum puas saat
mengingat semuanya, saat ia
melayani Dewo seorang diri tadi
malam. Memang sangat sakit
dan melelahkan, tapi hasilnya
setimpal. Ia mencapai klimaks
tujuh kali, sementara Dewo
cuma dua kali orgasme.
Tersenyum penuh kepuasan,
Rohmah beranjak dari tempat
tidur. Dengan hanya memakai
handuk ia keluar dari kamar.
Langkahnya sedikit terhenti saat
melihat Uminya yang asyik
dientot oleh Dewo di dapur. Nyai
Siti tersenyum melihat
kedatangan anaknya, bajunya
sudah awut-awutan, dengan
kontol Dewo keluar masuk
dengan cepat dari arah
belakang tubuhnya.
”Sudah bangun kamu, lonte
cilikku.” sapa Dewo sambil
meremas-remas bokong besar
Nyai Siti, penuh nafsu ia terus
menusukkan kontolnya ke
memek perempuan cantik itu.
Rohmah tersenyum dan
menghampiri mereka, ia diam
saja saat Dewo merenggut
handuknya hingga terlepas.
”Buat apa pakai ginian.” hardik
Dewo. Ia lalu menyuruh Rohmah
agar mamanggil Wiwik supaya
lekas bergabung bersama
mereka. Pagi ini, Dewo ingin
membuka hari dengan
menyetubuhi mereka bertiga
secara bergantian.
Kini ketiganya sudah berkumpul
di ruang dapur, menunggu
Dewo yang sebentar lagi akan
menggunakan tubuh mereka.
Dewo memeluk ketiga wanita itu
dan dengan bergiliran menciumi
bibir mereka. “Siapa dulu yang
akan menemaniku?” tanyanya
menantang.
Wiwik yang pertama menjawab,
“Terserah tuan siapa yang akan
dipilih, kami hanya menunggu
giliran saja, karena kami tahu
bahwa kontol Tuan sangat
perkasa,” jawab adik Nyai Siti
itu.
Dewo tersenyum mendengar
jawaban Wiwik. ”Karena kamu
yang bicara duluan, sekarang
ayo temani aku ke dalam
kamarmu, Lonteku. Untuk kalian
berdua, tunggulah aku di kamar
masing-masing.”
Rohmah dan Nyai Siti cepat
mengangguk tanda mengerti.
Wiwik kemudian menggandeng
tangan Dewo dengan mesra
menuju kamarnya. Sesampainya
di dalam, Dewo segera memeluk
Wiwik dari belakang sambil
berbisik, “Aku akan ngentot
kamu dengan romantis,
Lonteku.”
Wiwik hanya tersenyum
mendengarnya. Tangan Dewo
mulai beraksi dengan meremas
buah dadanya sambil menciumi
leher dan tengkuknya. Wiwik
hanya pasrah menerima semua
itu. Malah tanpa disuruh, ia
segera membuka semua
pakaian Dewo sampai laki-laki
tua itu telanjang bulat. Wiwik
kemudian memagut bibir Dewo
sambil melingkarkan tangannya
di lehernya, dan dengan
perlahan ia mencium serta
menjilati leher Dewo sampai
turun ke dada, dan seperti bayi
yang kehausan, Wiwik menyedot
puting Dewo berulang kali
sambil meremas-remas dadanya.
Setelah puas bermain di bagian
dada, ciuman Wiwik terus
berlanjut ke selangkangan Dewo
dan dengan sepenuh hati ia
mulai menjilat, mengulum, dan
menghisap kontol panjang
Dewo, bahkan pelirnya pun ia
sedot-sedot. Semakin lama ulah
Wiwik menjadi semakin jorok, ia
meminta Dewo agar rebah
telentang sambil mengangkat
kedua kakinya. Dewo yang tahu
apa yang diinginkan oleh Wiwik,
segera mengangkat kakinya ke
atas dan dipegangnya dengan
tangan. Di bawah, Wiwik mulai
beraksi, lidahnya menyapu anus
Dewo dari atas ke bawah,
bahkan dengan nakalnya dia
memasukkan lidahnya untuk
menyedot dan menghisap
lubang hitam itu. Bahkan ia
menekan-nekan hidungnya di
lubang anus Dewo.
Setelah puas, Wiwik kemudian
naik ke atas ranjang dan
berkata, ”Silahkan memakai
tubuhku, Paman Dewo.”
Dewo pun beraksi, kontolnya
yang sudah ngaceng berat
sudah tidak sabar untuk
melakukan penetrasi ke dalam
vagina sempit Wiwik. Dia segera
menyingkap kain jarit dan
melepas celana dalam Wiwik.
Tanpa basa-basi, Dewo langsung
menghujamkan kontolnya
menembus vagina sempit gadis
itu.
”Ahhhh…” desah Wiwik antara
sakit dan suka. Tidak sampai
lima menit, ia sudah mencapai
orgasmenya yang pertama
akibat genjotan Dewo. Sekitar
10 menit digenjot tanpa henti,
memek Wiwik nampak
membengkak parah dan
memerah, bahkan ada sedikit
darah karena tergesek kontol
Dewo yang keras dan panjang.
Dewo sendiri masih belum
orgasme, malah dia meminta
Wiwik untuk menyepong lagi
kontolnya, dan kemudian
menembusi anus gadis itu tanpa
ampun. Wiwik mendesah,
mengerang antara sakit dan
nikmat. Sepuluh menit Dewo
menyodominya, laki-laki itu baru
mencabut kontolnya dan
kemudian menduduki buah
dadanya yang masih setengah
terbuka berbalut kebaya. Dewo
melipat kakinya dan tangannya
meraih kepala wiwik. Dia ingin
orgasme di mulut Wiwik dengan
melakukan deep throat. Tidak
sampai lima menit, laki-laki
itupun muncrat di dalam
tenggorokan Wiwik. Kenikmatan
yang diberikan oleh Dewo
membuat badan Wiwik remuk
redam, tapi ia menyukainya. Tak
lama Wiwik pun tertidur karena
kecapekan melayani nafsu bejat
Dewo.
Dewo yang masih punya
tanggungan kemudian keluar
dari kamar Wiwik dengan tubuh
tetap telanjang, dia langsung
menuju kamar si Rohmah.
Sesampainya disana, Rohmah
dengan ganas langsung
memagut bibirnya. Tidak lama
kemudian, gadis yang baru
beranjak dewasa itu langsung
menyepong kontolnya. Setelah
kontol Dewo mengeras, Rohmah
dengan genitnya langsung naik
ke atas ranjang dan
menungging dengan jarit
diangkat sampai ke pinggang,
solah-olah meminta kontol Dewo
untuk masuk ke dalam anus dan
vaginanya. Melihat aksi Rohmah,
Dewo pun tanpa ampun
mengentotnya di anus dan
vagina, dan terakhir di mulut,
sampai Rohmah kecapekan dan
kemudian tertidur pulas
menyusul Wiwik.
Melihat Rohmah sudah tidak
sanggup lagi dientot, Dewo
dengan santainya meninggalkan
gadis itu untuk beranjak menuju
kamar Nyai Siti, gundik
tersayangnya. Sesampainya di
kamar wanita cantik itu, Dewo
mendapati Nyai Siti sedang
duduk di atas ranjang
menunggu kedatangannya.
Untuk yang terakhir ini Dewo
berniat melakukan seks dengan
romantis. Dia mendatangi Nyai
Siti, kemudian mencium
keningnya dan mengajak
pemanasan terlebih dahulu.
Mulut Dewo memagut bibir Nyai
Siti sambil tangannya melepas
kancing kebaya Nyai Siti satu
demi satu. Kemudian dia
melonggarkan BH Nyai Siti, ia
sengaja tidak melepas semuanya
agar nampak sensual baginya.
Dewo melanjutkan dengan
mengangkat jarit Nyai Siti ke
atas sampai pinggang, ia sedikit
terkejut saat mendapati Nyai Siti
yang ternyata tidak memakai
celana dalam.
Tersenyum penuh kepuasan
melihat kenakalan lontenya,
Dewo kemudian merangkak
naik ke atas buah dada Nyai Siti
yang bulat besar dan
mendudukinya sambil
tangannya mengangkat kepala
Nyai Siti dan menyodorkan
kontolnya. Nyai Siti pun dengan
penuh nafsu mulai menyepong
kontolnya. Dewo merintih
menikmatinya. Sementara
batangnya diemut, ia leluasa
bermain-main dengan
gundukan payudara Nyai Siti.
Dewo meremas dan
memencetinya sambil berulang
kali memilin putingnya yang
mungil kemerahan.
Setelah dirasa cukup, Dewo
kemudian turun dari dada Nyai
Siti dan kemudian mengangkat
kaki wanita cantik itu ke
pundaknya, dengan begitu
memek Nyai Siti yang sudah
basah dan menganga lebar bisa
terlihat jelas di depan kontolnya.
Dewo segera memasukinya.
”Ahh… enak… terus, Mas Dewo…
genjot aku sesukamu…
kontolmu enak… akan kulakukan
apapun demi kontolmu…!”
erangan dan racauan Nyai Siti
membuat Dewo semakin
bersemangat menggenjot istri
Kyai Kholil itu. Berbagai macam
gaya mereka lakukan bersama,
mulai konvensional,
menungging, menyamping,
bahkan women on top.
Persetubuhan mereka baru
diakhiri setelah Dewo
menggenjot anus dan mulut
Nyai Siti, serta berejakulasi di
tenggorokan perempuan cantik
berjilbab itu.
Hampir tiga jam mereka
melakukan persetubuhan. Dewo
yang kelelahan tidur terlentang,
sedangkan Nyai Siti tertidur di
selangkangan Dewo dengan
mulut masih mengulum kontol
laki-laki tua itu, seperti bayi yang
lagi menyusu pada ibunya.
Begitulah, kini Dewo sudah
biasa menggunakan tubuh
ketiga wanita tersebut untuk
dijadikan budak seksnya.
Bahkan kini fantasi Dewo
semakin liar, dia akan
menggunakan ketiga wanita
tersebut untuk mendapatkan
semua wanita muda yang sudah
bersuami atau masih perawan
untuk diserahkan kepadanya
untuk dientot. Dengan bantuan
kharisma dan nama besar Nyai
Siti, Dewo yakin bisa
melakukannya.
 
lanjut....
muslihat kakek dewo 6
monggo...

Kemarin tak sengaja Dewo melihat Imah, ibu satu anak yang suaminya merantau ke luar pulau. Saat itu Dewo baru pulang dari kerjaan mencangkul di sawah. Dadanya berdesir manakala melihat kecantikan Imah, apalagi wanita itu memakai kaos tipis yang mencetak jelas bentuk tubuhnya yang sintal meski dia berjilbab. Timbul pikiran kotor Dewo untuk bisa mencicipi tubuh Imah. Ia pun segera mengatur siasat.
Setibanya di rumah, Dewo segera mencari Nyai Siti. Ia tidak memanggil perempuan cantik itu, tetapi langsung mencari ke kamarnya. Kebetulan hari ini Kyai Kholil sedang tidak ada di rumah, laki-laki itu mendapat undangan mengisi pengajian ke desa sebelah, baru nanti sore pulangnya. Dewo yang sudah hafal betul kebiasaan Nyai Siti, dengan perlahan melongokkan kepala. Jam segini, istri Kyai Kholil itu selalu tidur siang. Benar saja, dilihatnya Nyai Siti tengah terlelap menggunakan daster lengan panjang. Rambutnya digerai ke punggung, tidak ada jilbab panjang yang menutupi seperti biasanya.
Setelah menutup pintu, dengan badan basah penuh keringat, Dewo kemudian melepas celana kolornya dan perlahan naik ke atas ranjang. Dihampirinya Nyai Siti yang masih tetap terlelap, sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Dewo lalu mengulurkan kontolnya yang sudah menegang ke depan mulut perempuan cantik itu dan menggesek-gesekkannya lembut disana. Sambil melakukannya, Dewo juga mulai meremas-remas payudara Nyai Siti yang bulat besar, yang masih tertutup baju daster. Dewo memijit-mijitnya dengan keras hingga membuat Nyai Siti terbangun tak lama kemudian.
”Ah, apa... eh, Mas Dewo,” gagap Nyai Siti, lalu tersenyum begitu melihat siapa yang duduk telanjang di depannya. Dan senyumnya berubah semakin lebar manakala melihat kontol panjang Dewo yang telah berdiri menantang di depan hidungnya. Nyai Siti segera menangkapnya dengan menggunakan mulut dan lekas mengulumnya begitu nafsu.
Sambil mengentot mulut Nyai Siti, Dewo berbisik, ”Nyai, aku perlu bantuanmu.” tangannya masuk ke dalam daster Nyai Siti untuk memegangi payudara istri Kyai Kholil itu secara langsung.
”Demi kontolmu, aku rela melakukan apapun, Mas.” jawab Nyai Siti dengan mulut penuh kontol.
Sambil mulai menelanjangi tubuh sintal Nyai Siti, Dewo pun membisikkan sesuatu, dan terlihat Nyai Siti hanya mengangguk mengiyakan. Dewo kemudian mencium mulut Nyai Siti sebagai ungkapan rasa terima kasihnya. Nyai Siti hanya bisa pasrah, dengan tetap berpelukan, mereka terus bercumbu. Tangan Dewo menggerayangi tubuh mulus Nyai Siti yang kini sudah telanjang total. Nyai Siti yang juga terbakar nafsunya, sambil memegang dan mengocok-ngocok kontol Dewo, berinisiatif menjilati leher dan dada laki-laki tua itu. Meski tubuh Dewo bau keringat, Nyai Siti tampak tidak peduli. Malah ia seperti menyukainya, ia terus memainkan puting Dewo dengan menghisap dan menjilatinya penuh nafsu.
Dewo yang juga sudah telanjang, senang-senang saja tubuhnya disapu oleh lidah Nyai Siti. Tapi ia tidak ingin berlama-lama dalam bercumbu, cepat ditariknya tangan Nyai Siti ke belakang dan kemudian diikatnya dengan tali. ”Sebagai hadiah bagi Nyai, akan kuberikan kesenangan kepadamu hari ini.” kata Dewo sambil menyumpalkan celana dalamnya ke mulut Nyai Siti.
Nyai Siti hanya mengangguk saja. Ia tampak pasrah, tapi tatapan matanya menyiratkan tanda tanya besar dengan apa yang akan dilakukan oleh si Dewo kali ini.
Setelah menyumpal mulut Nyai Siti, Dewo kemudian mengambil guling untuk mengganjal perut Nyai Siti. Dia juga menarik kaki Nyai Siti yang menggantung kemudian diikatnya ke kanan dan ke kiri. Dengan posisi tengkurap, kini tubuh Nyai Siti tampak menungging indah. Dewo tersenyum saat melihatnya, sekarang waktunya untuk beraksi. Diolesinya lubang anus Nyai Siti dengan ludahnya sampai menjadi basah, ia juga meludahi ujung kontolnya sendiri. Setelah dirasa cukup, barulah ia mempertemukan keduanya.
”Hmph...” rintih Nyai Siti saat kontol panjang Dewo menerobos lubang anusnya. Ia tidak bisa mengaduh ataupun berteriak karena mulutnya disumpal Dewo dengan celana dalam.
Sambil mulai menggenjot tubuhnya, tangan Dewo ikut beraksi. Dengan gemas ia meremas-remas payudara Nyai Siti yang menggantung indah. Juga sesekali menampar pantat Nyai Siti yang bulat besar hingga jadi memerah. Tak lupa ia mengobok-ngobok memek Nyai Siti dengan dua jari hingga membuat perempuan cantik itu orgasme tak lama kemudian.
”Hmph... umph...” Nyai Siti menjerit, tapi suaranya teredam oleh sumpalan celana dalam Dewo. Hanya kucuran air cintanya yang begitu deras yang bisa menjadi petunjuk kalau istri Kyai Kholil itu sedang mengalami nikmat yang amat sangat.
Dewo yang keenakan menggenjot anus Nyai Siti hampir ikut meledak juga, tapi untung ia cepat sadar. Cepat ditariknya kemaluannya dan diarahkannya ke mulut Nyai Siti. Dilepaskannya sumpalan di mulut perempuan cantik itu, ”Emut kontolku, Nyai!” perintahnya.
Dengan mulut kering akibat banyaknya air liur yang terserap oleh celana dalam Dewo, Nyai Siti melahap kontol itu dan mulai mengulumnya.
”Kamu haus, Nyai? Nih, aku berikan madu untukmu…” kata Dewo sambil memompa kontolnya hingga mentok ke tenggorokan Nyai Siti. Tidak berapa lama, ia pun orgasme di mulut Nyai Siti, spermanya yang kental berhamburan memenuhi mulut Nyai Siti.
Dengan badan remuk redam tapi nikmat, Nyai Siti berusaha menelan semuanya. Ia mulai menyukai rasa pejuh Dewo. Dewo yang kelelahan, dengan senyum penuh kepuasan berbaring di tempat tidur Nyai Siti. Diperhatikannya istri Kyai Kholil yang cantik itu, yang kembali mengenakan daster dan jilbabnya.
”Mas, aku siapkan makan siang ya...” kata Nyai Siti sambil melangkah gontai keluar dari kamar.
”Jangan lupa rencana kita nanti malam, Nyai.” Dewo mengingatkan. Bagaikan raja, itulah Dewo yang kini sudah menguasai tubuh dan fikiran Nyai Siti.
Nyai Siti hanya mengangguk lemah dan berlalu menuju dapur.
***
Malamnya berjalan seperti perkiraan Dewo, Nyai Siti pulang dari Masjid bersama Imah dan seorang tetangga mereka yang lain. Dewo sudah memasang pelet di depan pintu, siapapun yang melewatinya akan menuruti kata-kata Dewo, tidak peduli laki-laki maupun perempuan. Dewo bekerja keras untuk yang satu ini, ia harus mengerahkan semua ilmunya untuk mewujudkannya, dan berharap semoga saja pelet itu bisa bekerja sempurna.
Dengan alasan ingin memperlihatkan sesuatu, Nyai Siti mengajak Imah untuk mampir sebentar ke rumahnya. Sedangkan tetangga yang lain, karena umurnya terlalu tua -yang pasti tidak disukai oleh Dewo- dengan halus diminta pulang oleh Nyai Siti. Untung orangnya mau, dan sepertinya Imah juga tidak curiga. Dari dalam kamarnya, Dewo memuji kemampuan Nyai Siti dalam memainkan kata-kata.
Beriringan bersama Imah, Nyai Siti berjalan melewati pintu depan. ”Tunggu disini ya, Im. Saya ambilkan dulu barangnya.” kata Nyai Siti, ia menyuruh Imah untuk menunggu di ruang tamu. Dari gelagatnya, Dewo bisa menebak kalau ilmu peletnya bekerja, Imah tampak bingung dan hilang kesadaran. Pandangannya kini menjadi kosong.
Nyai Siti segera mendatangi Dewo yang menunggu di kamar. ”Mas, dia sudah siap.” lapornya begitu pintu sudah tertutup.
Dewo tersenyum sambil memeluk tubuh sintal Nyai Siti, ”Kamu pintar, tunggu disini ya, aku mau nemui dia dulu.” setelah mencium bibir Nyai Siti, Dewo pun beranjak keluar dari kamar menuju ruang tamu.
“Imah, tumben mampir?” tanya Dewo dari belakang, mengagetkan Imah yang sedang termenung, bingung kenapa gairah dan birahinya tiba-tiba melonjak seperti ini.
”I-iya, ada perlu sama Nyai Siti.” jawab perempuan beranak satu tersebut.
”Boleh aku duduk di sini?” tanya Dewo pura-pura bersikap sopan, padahal dalam hati ia tengah merapal mantra untuk dipakai memperkuat ilmu peletnya.
“S-silakan,” kata Imah dengan muka memerah.
”Kamu cantik, bikin celanaku jadi sesak aja,” goda Dewo terus terang.
Imah menundukkan kepala, mukanya jadi makin memerah. ”Ah, Pak Dewo bisa aja.” sahutnya dengan dada berdebar keras, tak urung matanya melirik selangkangan Dewo yang memang menonjol besar.
”Sudah berapa lama suamimu pergi merantau?” tanya Dewo.
”Tiga tahun,” jawab Ima.
”Jadi tiga tahun ini kamu kedinginan dong,” goda Dewo. ”Aku bisa menghangatkanmu lho.” tambahnya berani.
Imah diam dan pandangannya menerawang. Ia berusaha menarik napas yang makin lama semakin terasa sesak. Gemuruh di dadanya juga terasa terus menggelora. Perempuan itu memainkan jemarinya, tampak berpikir antara menolak atau menerima ajakan Dewo. Kalau dalam kondisi normal, Imah tentu akan murka digoda seperti itu. Tapi sekarang, dengan kondisi dipelet seperti sekarang ini, ia malah jadi salah tingkah. Tentu saja, karena pelet Dewo memang mustahil untuk dilawan.
“Bagaimana, Im. Kamu mau?” tanya Dewo sambil meniupkan nafasnya yang berisi jampi-jampi ke kuduk Imah.
Diserang dengan dosis berlipat-lipat seperti itu, Imah yang pada dasarnya memang tidak kuat iman, takluk dengan mudah. Nyai Siti saja menyerah, apalagi dia yang memang haus akan sentuhan laki-laki. Dengan mata menatap sayu, perlahan Imah berdiri dan meraih tangan Dewo. ”Pak Dewo, ohh... lakukan! Cepat setubuhi aku!
Puaskan aku dengan kontol besarmu itu! Kumohon...” pintanya penuh nafsu.
Dewo menyeringai. ”Dengan senang hati, mbak Imah.” sahutnya sambil membimbing Imah masuk ke dalam kamar. Nyai Siti yang sudah menunggu, segera membantu Dewo menelanjangi Imah. Saat istri Kyai Kholil itu ingin ikut melepaskan pakaiannya, Dewo lekas melarang.
”Tidak sekarang, Nyai. Aku ingin total ngentotin dia, Nyai jangan ganggu. Nanti Nyai aku kasih jatah sendiri.” kata Dewo.
Dengan agak marah dan kecewa, Nyai Siti keluar dari kamar tanpa berkata apa-apa lagi. Dewo segera menutup pintu dan beralih menghadapi Imah yang sudah duduk pasrah di pinggiran tempat tidur.
”Akan kupuaskan kau malam ini, budakku yang baru!” kata Dewo sambil memeluk tubuh montok Imah dari belakang dan menciumi leher serta bahunya yang terbuka.
”Hmm...” melenguh kegelian, Imah memegang tangan Dewo dan ditangkupkan ke arah buah dadanya. Dewo segera meremas-remasnya perlahan. Ukurannya sedikit lebih kecil dari milik Nyai Siti, tapi terasa begitu lembut dan padat. Maklum, usia Imah memang lebih muda dari Nyai Siti. Mereka selisih 8 tahun. Tubuh Imah juga lebih kelihatan ramping dan menggoda, hanya karena kecantikan Nyai Siti lah yang membuat Dewo tetap menganggap istri Kyai Kholil itu sebagai gundiknya yang nomor satu.
”Ahh...” Imah merintih perlahan dan membalikkan badannya. Mereka masih terus berpelukan. Remasan Dewo semakin lama semakin terasa keras dan ganas. Imah yang mengerti kalau nafsu Dewo sudah mulai bangkit, kini mendesah dan menggesek-gesekkan pipinya ke pipi Dewo. Bibirnya mengulum daun telinga Dewo dan mendesah manja disana.
“Ohh... Pak Dewo, sudah sejak lama aku menginginkan yang seperti ini.” bisik Imah.
“Iya, mbak Imah, aku akan memuaskanmu malam ini.” balas Dewo sambil menciumi telinga Imah. Ia segera membaringkan dan menindih tubuh ibu muda beranak satu ke atas ranjang. Sambil mulai menciumi bibir, leher dan pipinya, Dewo merapatkan tubuh ke badan montok Imah.
Tangan Imah dengan cekatan membuka kancing baju Dewo saat laki-laki itu menyusuri pangkal buah dadanya dengan lidah. Kulit Imah yang putih mulus menciptakan siluet yang sangat indah saat diterpa cahaya lampu kamar yang remang-remang. Imah melanjutkan aksinya dengan melepas ikatan sarung Dewo. Dalam beberapa detik, mereka sudah sama-sama telanjang sekarang.
”Auw, Pak Dewoo...” rintih Imah saat Dewo memilin dan meremas putingnya begitu keras. Laki-laki itu juga membenamkan mulutnya ke belahan payudara Imah yang mulus terbuka, yang terasa begitu empuk dan lembut saat ia menciumi permukaannya.
Imah membalas dengan meraih dan mengusap-usap kontol Dewo yang sudah menegang penuh. Benda itu tampak begitu panjang dan kokoh, mengganjal di perut Imah bagai tonggak kayu yang tidak bisa patah. Dewo menaikkan pantatnya agar Imah bisa memainkan penisnya begitu rupa. Ia juga memutar tubuhnya agar mereka bisa memainkan alat kelamin masing-masing. Entah kenapa, dengan Imah, Dewo tidak bisa berlaku kasar.
Kini di hadapannya tersaji memek sempit Imah yang sudah memerah basah. Dengan penuh nafsu Dewo menjilat dan memainkan tonjolan daging kecil yang ada di bagian depannya. Imah membuka pahanya lebih lebar agar memudahkan Dewo dalam melakukan aksinya.
“Ough... Pak Dewo, terus... ahh!” pekik Imah saat Dewo menjilat dan menjepit itilnya dengan menggunakan bibir. Ia menghentakkan kepala dengan keras ke atas bantal untuk meluapkan rasa nikmatnya. Imah merengek-rengek agar Dewo meneruskan aksinya tanpa perlu buru-buru melancarkan serangan terakhir.
Dewo yang sangat suka melihat bentuk memek Imah, terus menggerakkan bibirnya naik turun. Ia menyapu itil Imah berkali-kali hingga membuat lorongnya yang sempit jadi semakin basah dan lengket. Saat sudah banyak cairan yang mengalir keluar, Dewo segera menjilat dan menelannya dengan senang hati.
Terengah-engah, Imah menatap Dewo yang kini berdiri mendekatinya. Diperhatikannya kontol laki-laki itu yang begitu besar dan panjang. Punya suaminya dulu tidak ada apa-apanya dibanding ini. Imah menelan ludah, terlihat gentar dan takut, namun dalam hati juga berteriak gembira karena yakin sebentar lagi akan merasakan kenikmatan seks yang sesungguhnya.
”Emut kontolku, mbak!” pinta Dewo.
Sama seperti Nyai Siti, Imah awalnya juga kesulitan. Namun setelah menemukan ritme dan iramanya, iapun bisa melakukannya dengan lebih baik. Memang lebih nikmat sepongan Nyai Siti, tapi tetap saja Imah sanggup membuat Dewo melenguh keenakan.
”Ehm, terus, Mbak. Yah, begitu! Terus!” rintihnya dengan tangan terulur untuk meremas-remas bulatan payudara Imah yang menggantung indah.
Beberapa saat mereka dalam posisi seperti itu. Dewo memegangi kepala Imah dengan tangan kirinya dan menekannya kuat-kuat ke pangkal pahanya, membuat kontolnya yang panjang masuk seluruhnya. Imah ingin tersedak dan muntah karenanya, namun tidak bisa karena Dewo buru-buru menarik burungnya begitu wajah Imah sudah memerah. Begitu terus berulang kali hingga Dewo kembali tertarik untuk menciumi payudara besar milik Imah.
Ditindihnya lagi tubuh perempuan cantik itu. Kedua tangannya segera meremas-remas payudara bulat Imah. Kepalaku menjelajahi permukaanya yang halus mulus, yang keempukannya mengingatkan Dewo pada balon berisi air. Putingnya yang mungil kemerahan, berkali ia cucup dan gigit-gigit pelan hingga membuat Imah merintih tak tahan.
Sambil meremas ujung bantal, Imah menggesek-gesekkan ujung kontol Dewo ke bibir vaginanya. “Auhh... ayo, Pak Dewo... lakukan! Entoti aku! Penuhi aku dengan kontolmu!” ia merintih pelan saat tangan kiri Dewo mulai menjalar di pangkal pahanya. Laki-laki itu memasukkan jari tengah ke belahan memek Imah yang sempit.
”Ahh... geli, Pak! Jangan!” desis Imah begitu Dewo mulai mengocoknya. Ia membalas dengan mengusap dan meremas kontol Dewo kuat-kuat.
Dewo melanjutkan aksinya dengan menciumi seluruh bagian tubuh Imah yang putih seksi, terutama tonjolan payudaranya. Dewo melumatnya berkali-kali hingga menciptakan beberapa cupangan di permukaannya yang bulat besar. Terasa memek Imah sudah semakin basah dan panas. Dewo kembali menjilat dan menelan semua cairannya. Begitu juga Imah, ia kembali mengulum kontol panjang Dewo hingga mereka saling menghisap kemaluan sekarang.
Kontol Dewo sudah terasa mengeras maksimal. Kepalanya yang memerah dan berdenyut-denyut tampak angker dan menakutkan. Inilah saatnya. Dengan posisi menindih tubuh molek Imah, Dewo pun mulai menusukkan batang kontolnya. Semuanya berlangsung sangat cepat, tahu-tahu kontol Dewo sudah ditelan oleh memek Imah yang sempit. Terasa begitu hangat dan lembab. Dewo merintih merasakan betapa ketatnya lorong vagina Imah.
”Oughh... Pak Dewo!” rintih Imah saat pinggul Dewo mulai bergerak naik turun mengocok liang vaginanya. Ia berusaha mengimbangi dengan memutar pinggul dan menaik-turunkan pantatnya perlahan. Kakinya menjepit paha Dewo, sambil kadang dikangkangkan lebar-lebar kalau Dewo menusuk terlalu keras.
”Terima ini, akan kubuat kau tidak bisa melupakan persetubuhan ini.” ancam Dewo sambil menciumi bahu dan dada Imah. Beberapa kali ia menggigit putingnya sampai meninggalkan bekas kemerahan yang sangat banyak. Jepitan dan sempitnya memek Imah membuat Dewo lupa diri, ia benar-benar didera oleh rasa nikmat yang luar biasa.
Laki-laki itu bergerak semakin cepat dan mulai merasakan aliran yang tidak terkendali di dalam tubuh tuanya. Tapi Dewo tidak ingin mengeluarkannya sebelum Imah orgasme duluan, pantang bagi dia untuk kalah oleh perempuan. Maka Dewo pun menurunkan irama permainannya. Kini Imah yang bergerak-gerak liar, berusaha mengejar kenikmatan seksual dengan sisa-sisa tusukan kontol Dewo.
Imah yang sudah begitu bergairah, sampai juga ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang. “Aah... Pak Dewo, ouhh...” Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Untuk memaksimalkan kepuasannya, maka Dewo menekan kontolnya semakin dalam ke lorong vagina perempuan cantik itu. Terasa cairan kewanitaan Imah menyembur deras menyiram batang penis Dewo, sebagian menetes keluar membasahi sprei.
Sejenak mereka beristirahat tanpa Dewo mencabut penisnya. Setelah beberapa lama, begitu Imah terlihat sudah mulai tenang, maka Dewo memberikan isyarat untuk doggy style. Ia dorong tubuh montok Imah agar mengambil posisi tengkurap. Sekarang wanita beranak satu tersebut sudah berbaring membelakangi Dewo dengan memek mengintip malu-malu dari celah-celah pahanya yang putih mulus. Dewo mengusap dan menjilatinya sebentar, namun bukan itu sasarannya kali ini. Dengan ludahnya Dewo membasahi lubang anus Imah.
”Aku ingin mengambil perawanmu yang ini, boleh?” tanya Dewo dengan maksud tidak ingin ditolak.
Tersenyum mengiyakan, Imah menganggukkan kepala. ”Silahkan, Pak Dewo. Lakukan apapun yang kau mau pada tubuhku!” sahutnya.
Imah menaikkan pantatnya sedikit saat ujung kontol Dewo terasa mulai menyundul lubang anusnya. Dewo menekan dan bless... dengan diiringi pekikan tertahan dari Imah, kontol Dewo yang masih kaku dan keras pun masuk seluruhnya. Sambil berpegangan pada pinggul Imah yang besar, Dewo mulai menggenjot tubuhnya. Ia menusuk lubang belakang Imah berulang kali hingga ia merasa hampir mencapai puncak. Dewo segera menarik batang penisnya dan mengarahkannya ke wajah cantik yang sudah terpejam pasrah.
”Terima ini, lonte baruku!” geram Dewo dengan nafas terengah-engah. Dari ujung kontolnya, menyemprot cairan kental yang amat banyak, membasahi mulut dan hidung bangir Imah.
Menerima dengan senang hati, Imah lekas meratakannya ke seluruh wajah sebelum cairan itu jadi kering. Wajahnya kini jadi tampak licin dan mengkilat oleh lendir Dewo. Setelah itu mereka sama-sama terbaring lemas.
***
Dengan tubuh lelah, Dewo mengantar Imah sampai pintu depan. Cara jalan wanita itu jadi aneh akibat tusukan kontol Dewo yang bertubi-tubi di dua lubangnya. Mereka berjanji untuk bertemu lagi dalam waktu dekat.
”Mainlah ke rumahku. Mulai saat ini, tubuhku adalah milikmu.” kata Imah sebelum mereka berpisah.
Dewo tersenyum dan mengiyakannya. Bertambah lagi daftar budak nafsunya selain Rohmah, Wiwik dan Nyai Siti.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd