Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MY DICK

PART 10
"Pulang ! Apa kata Ayah nanti kalau sampai tau Kamu tidak tinggal bersamaku ?"

"Nggak Mas ! Aku udah nggak betah tinggal di rumahmu lagi ! Lagipula Aku sudah besar, Aku bisa menentukan dimana Aku mau tinggal !" Sungut Ranti tak mau kalah, pria di depannya itu menghela nafas panjang, ditatapnya wajah Ranti lekat-lekat, bukan kemarahan yang ingin dia perlihatkan, tapi lebih kepada belas asih seorang kakak kepada adiknya.

"Sebenarnya apa yang terjadi antara Kamu dengan Mbak Nanad?" Tanya pria itu kemudian, nada suaranya sudah tak lagi meninggi.

"Sudahlah Mas, Aku tidak ingin membahasnya sekarang. Lebih baik Mas pulang aja sekarang, Aku tetap ingin tinggal di sini." Jawab Ranti masih dengan menunjukkan raut muka sebalnya.

"Lagipula darimana Mas tau kalo Aku tinggal di sini?! Aku bukan anak kecil lagi yang bisa Kau mata-matai Mas!" Lanjut Ranti dengan emosi meninggi.

"Tidak penting itu ! Darimana aku tau keberadaanmu nggak ada hubungannya dengan masalah kita sebagai keluarga."

"Keluarga katamu? Kau sama saja seperti Ayah dan Ibu ! Nggak pernah mengerti apa mauku !" ranti mencoba menahan airmatanya agar tidak jatuh, wajahnya memerah menahan amarah.

"Aku tau Kau sangat marah karena Aku memutuskan untuk menikah, tapi Aku juga punya hidupku sendiri. Aku harus meneruskan mimpi untuk membangun sebuah keluarga baru bersama anak dan istriku." Ujar Raka, wajahnya lebih kalem, dia tau jika Ranti sedang bergelut dengan kemarahan, menghadapinya dengan emosi meninggi sama saja seperti menuangkan bensin ke atas kobaran api.

"Sudahlah Mas, lebih baik Mas pulang saja sekarang. Mbak Nadia mungkin saja sekarang sedang menunggumu. Keputusanku sudah bulat, Aku tidak mau pulang ke rumahmu lagi, aku ingin tetap tinggal di sini sendiri dan mencoba menyelesaikan semua mimpi-mimpiku tanpa bantuanmu lagi."

"Baiklah jika memang itu keinginanmu, tapi berjanjilah kepadaku untuk menjaga dirimu baik-baik dan selalu memberi kabar kepadaku. Aku tidak ingin disalahkan jika terjadi apa-apa denganmu nanti."

"Tidak akan ada yang menyalahkanmu Mas, lagipula apa yang akan terjadi kepadaku karena hanya tinggal di rumah kos nyaman seperti ini? Kau yang harusnya berhenti untuk terlalu mengkhawatirkanku, Aku sudah besar Mas bukan anak kecil lagi yang harus Kau awasi setiap jam, setiap menit."

"Ya sudah, pokoknya Kau harus tetap mengabariku. Meskipun menurutmu Kau sudah besar dan bisa menjaga dirimu sendiri, tapi ingat pesan Ayah, selama Kau belum menikah, Aku yang bertanggung jawab terhadapmu." Pria ini sepertinya tau watak asli Ranti yang keras kepala dan susah diajak bernegosiasi, memperlama perdebatan sama saja dengan memperpanjang masalah.

Ranti hanya terdiam, wanita cantik itu juga sudah tak memiliki keinginan untuk meneruskan perdebatan dengan kakak kandung satu-satunya, Raka Abimanyu, pria tampan berusia 32 tahun, berprofesi sebagai CEO perusahaan migas ternama di Indonesia. Setelah Raka pergi dari kamar kosnya, Ranti kembali merebahkan tubuh rampingnya di atas ranjang, kedua mata bulatnya menatap kosong langit-langit kamarnya. Ini bukan kali pertama dirinya berdebat keras dengan Raka, sudah puluhan kali hal seperti ini terjadi, apalagi saat Raka memutuskan untuk menikah.

Pernikahan Raka yang tiba-tiba beberapa tahun lalu membuat Ranti merasa diabaikan begitu saja untuk kedua kalinya. Sebelumnya,trauma perceraian kedua orang tuanya saat masih duduk di bangku SMP membuat Ranti begitu posesif kepada Raka, saudara sekaligus kakak satu-satunya. Selepas perceraian, Ranti memutuskan untuk tinggal bersama Neneknya, pun begitu dengan Raka meskipun sebelumnya pria tampan itu sempat tinggal bersama Ayahnya selama 2 tahun. Selepas SMA, Raka akhirnya memutuskan untuk ikut tinggal bersama Nenek, menyusul Ranti.

Hubungan keduanya yang sudah sangat dekat sedari kecil semakin serat tatkala keduanya harus tinggal berdua selepas kematian sang Nenek. Raka bekertja keras membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan Ranti, sementara Ranti belajar tekun agar selalu berprestasi dan berpeluang untuk mendapatkan beasiswa. Keduanya tumbuh menjadi pribadi dewasa tanpa mendapat kasih sayang dari kedua orang tua yang sudah mendapatkan keluarga baru masing-masing. Mungkin hanya sang Ayah yang terkadang menanyakan kabar mereka melalui ponsel, kenyataan ini yang membuat Ranti begitu overprotektif terhadap Raka.

Bahkan, untuk hubungan asmarapun, sang kakak harus melapor kepada Ranti untuk mendapatkan persetujuan. Beberapa kali Raka mengenalkan kekasihnya kepada Ranti, tapi selalu mendapat tanggapan sinis dan tak acuh dari adik kandungnya itu. Standar yang diinginkan Ranti untuk pasangan Raka terlalu tinggi, hal inilah yang membuat Raka sering gonta-ganti pasangan hanya untuk menyenangkan hati Ranti. Bertahun-tahun keduanya bisa menghadapi rasa trauma perpisahan di dalam keluarga, keduanya seperti saling melengkapi kekurangan masing-masing.

Namun semua itu akhirnya hancur berantakan saat suatu hari Raka pulang dan mengenalkan seorang wanita cantik bernama Nadia kepada Ranti sebagai istrinya. Padahal selama ini tak pernah sekalipun Raka menceritakan kedekatannya dengan Nadia, setau Ranti, kakaknya hanya sibuk bekerja keras untuk mencukupi kehidupan mereka berdua. Apalagi pernikahan itu dilakukan karena Nadia sudah terlanjur berbadan dua, mengandung janin hasil hubungannya dengan Raka. Sontak saja hal itu membuat Ranti benar-benar geram terhadap sosok Nadia, baginya Nadia adalah perusak masa depan kakak kandungnya, wanita binal yang ingin memisahkan dirinya dengan Raka.

Raka bukannya menutup mata atas situasi seperti ini, ketidakcocokan Ranti dengan istrinya membuat suasana rumah menjadi sangat canggung. Tak ada lagi gelak tawa antara dirinya dengan Ranti seperti halnya waktu dulu sebelum kehadiran Nadia di dalam rumah. Tapi Raka tidak bisa berbuat banyak, menuruti kemauan Ranti untuk meninggalkan Nadia sama saja dengan melepaskan tanggung jawab atas janin yang sedang dikandung oleh Nadia, darah dagingnya sendiri. Sebisa mungkin Raka mencoba menenangkan hati istrinya yang tertekan akibat sikap berontak yang seringkali ditunjukkan oleh Ranti.

Setelah anak Raka dan Nadia lahir, situasi tak berubah. Hati Ranti sama sekali tak melunak, bahkan semakin menjadi rasa benci terhadap Nadia. Sampai pada akhirnya Ranti diam-diam pergi dari rumah dan memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah rumah kos di dekat kampusnya. Keputusan ini sebenanrnya membuat suasana rumah menjadi lebih tenang, Raka bisa tenang bersama Nadia dan Abimanyu, anak lelakinya yang kini berusia satu tahun. Tapi Raka tidak mungkin membiarkan Ranti hidup sendiri tanpa pengawasan darinya, dia masih merasa sangat bertanggung jawab terhadap hidup adik satu-satunya itu.



*****

Ranti begitu berat membuka kedua kantung matanya, dia sendiri tak sadar sejak kapan dia tertidur di atas ranjangnya selepas perdebatannya dengan Raka yang datang mengunjunginya. Ranti bangkit dari tidurnya kemudian berjalan pelan menuju lemari es, gadis cantik itu mengambil sebotol air mineral dan langsung meneguknya, ini adalah salah satu caranya untuk memulihkan kesadaran.

DUGH

DUGH

DUGH

"Aaawww!!!"

Ranti terkejut, tembok di dekat lemari es berbunyi cukup keras, seperti ada yang sengaja menumbuknya dari seberang. Ranti semakin kaget karena suara itu juga diselingi oleh suara desahan dari seorang wanita.

"Eeemmchhhh!! Aaaachh!!!!Terusin Mas Surya!! Aaaachhh.."

"Jangan keras-keras! Di samping ada orangnya !"

Suara desahan dan rintihan itu semakin jelas terdengar, Ranti semakin mendeka ke arah tembok, ruangan di sebelahnya adalah kamar Surya, pria yang beberapa hari lalu menghabiskan malam bersama dirinya. Ranti menempelkan pipi kanannya ke tembok, suara suara dari balik tembok itu semakin jelas terdengar olehnya.

"Ooocchhh!! Enak nggak! kontol Surya emang nggak ada duanya!"

Ranti mengrenyitkan dahinya, dia mengenal suara itu seperti suara induk semangnya, Bu Susi. berbeda dengan suara wanita sebelumnya. Ranti semakin merapatkan pipi dan telinganya ke tembok, gadis cantik itu semakin penasaran dengan apa yang sedang terjadi di kamar Surya.

PLOK

PLOK

PLOK

"Aaacchhh!! Iyahh Mas!! Iyah terusin!! Mentokin kontolmu Mas..!! Aaachh!!"

"Aaauuww!! Jilatin Sur! Jilatin memekku!! Oochh!!!!!"

PLOK

PLOK

PLOK

Suara desahan dua orang wanita dan seperti tumbukan benda kenyal seperti pantat yang sengaja ditampar terdengar saling bersahutan. Ranti semakin yakin jika salah satu suara itu adalah milik Bu Susi, Ibu kosnya. Dada Ranti bergemuruh kencang, dia yakin jika di dalam kamar Surya sedang terjadi perzinahan antara Surya, Bu Susi, dan satu wanita lain yang entah siapa.

"Oocchh!! Udah dong Bu! saya capek banget nih!!"

"Bentar lagi Sur ! Bentar lagi!"

"Ayo keluarin pejumu Mas Surya! keluarin ! Aaachh!!"

PLOK

PLOK

PLOK

"Aaacchhh!!! Aachh!!!"

Suara Surya pun terdengar oleh Ranti, rasa penasaran membuncah di dada gadis cantik ini, pikirannya menduga-duga adegan apa yang sebenarnya terjadi di dalam kamar Surya. Sebenarnya Ranti bisa saja keluar kamar dan mengintip dari balik jendela atau lubang kuncin kamar Surya, tapi dia tak memiliki keberanian seperti itu. Mendengar kegaduhan dari balik tembok saja Ranti sudah sangat deg-degan karena takut terpergoki.

"Ooocchh!! Aku mau Bu! Aku mau keluar!"

"Lepasin ! Lepasin! Semprot muka Ibu Sur!!"

"Aaaachh!! Aaaachh!!!"

Sesaat tak lagi terdengar suara dari kamar Surya, hening. Ranti semakin mendekatkan telinganya ke tembok, digeser kepalanya beberapa kali, seperti mencari spot sempurna untuk mendengar suara dari balik tembok.

"Emmcchh! Emmcchh!! Gila banyak banget Sur pejumu, sampek belepotan kayak gini."

"Mbak sih enak kebagian pejunya Mas Surya, Saya kan pengen juga ngrasain."

"Hehehe, masak kontol Surya nggak cukup buatmu? Daritadi Surya ngewein Kamu terus kan?"

"Bu, udah dong, Saya pengen istrahat."

Terdengar kembali perdebatan kecil dari balik tembok, beberapa kali pula terdengar Bu Susi tertawa ringan menanggapi perdebatan tersebut. Ranti masih menyimak dengan seksama, dia tak ingin tertinggal barang sedetikpun dengan apa yang sedang terjadi di dalam kamar itu. Tak lama terdengar suara pintu kamar Surya dibuka, buru-buru Ranti bergegas menuju kamar jendelanya, mengintip sosok yang keluar dari dalam kamar Surya.

"Makasih ya Sur, jangan kapok ya. Hehehehe."

Sosok Bu Susi keluar dari dalam kamar, disusul oleh Mbak Marni, petugas loundry yang kemarin baru saja berkenalan dengan Ranti sekaligus menawarkan paket laundry bulanan. Keduanya tampak sumringah meskipun penampilannya terlihat sedikit acak-acakan. Surya hanya berdiri di depan pintu kamarnya dengan bertelanjang dada, Ranti mengintip dari balik jendelanya sembari menelan ludahnya sendiri. Baru kali ini dia melihat tubuh pria yang terbuka bagian atasnya secara langsung.

"Makasih ya Mas.." Kata Mbak Marni sebelum beranjak pergi dari kamar Surya, menyusul langkah Bu Susi. Surya menatap punggung kedua wanita itu menjauh kemudian bergegas masuk kembali ke dalam kamarnya.

BRAK !

Surya membanting pintu kamarnya dengan sangat keras, suaranya terdengar nyaring sampai terdengar jelas oleh Ranti, tak lama kemudian Surya berteriak lantang.

"AARRGGHHTTTT!!!"

*****
Surya berusaha mengumpulkan kesadarannya dari tidur panjang semalam. Apa yang terjadi antara dirinya bersama Mbak Marni dan Bu Susi beberapa jam lalu cukup membuat staminanya terkuras. Maka tak heran jika selepas isya, pria tampan itu langsung memejamkan mata dan tertidur lelap, mungkin ini tidurnya paling pulas sepanjang hidup. Diambilnya segelas air putih yang selalu ada di meja dekat tempat tidurnya kemudian meminumnya sampai habis.

PLAK

PLAK

PLAK


Surya menampar pipinya sendiri beberapa kali, begitu kebiasaannya untuk mengumpulkan kesadaran setelah bangun tidur. Setelah merasa kesadarannya sudah benar-benar pulih, Surya bangkit dari tempat tidur dan beranjak menuju kamar mandi. Surya sudah telanjang bulat di bawah shower, air hangat mulai mengucur membasahi tubuhnya, Surya menengadahkan kepalanya, membuat buliran air hangat menerpa semua permukaan wajahnya.

Surya menoleh ke bawah, dia merasa ada yang berbeda pada bagian paling vital dari tubuhnya. Tidak seperti biasanya penisnya hanya terdiam dan tertunduk lemas. Surya mulai meraih batang penisnya, mengguyurnya dengan air hangat berharap itu bisa membangunkan si Jalu dari tidur.

"Lu, Jalu ?! Kok tumben diem aja?" Tanya Surya, Jalu hanya terdiam, tak lagi mengeluarkan celotehan-celotehan gokil seperti biasanya. Pun begitu dengan batangnya yang melemas, padahal biasanya di jam seperti ini Jalu selalu keras sempurna menyambut pagi.

Surya masih mengamati batang penisnya, air hangat dari shower mengucur deras mengguyur tubuhnya yang kekar. Surya mulai merasa ada yang aneh dengan kondisi batang penisnya, beberapa kali dia pegang, mencoba melihat apa ada yang salah di sana, semua tampak biasa-biasa saja tidak ada perbedaan kecuali memang Jalu tidak dalam kondisi on.

"Lu kenapa sih? Ngambek gara-gara kemarin harus kerja rodi?"

Tanya Surya sekali lagi sambil memegang ujung penisnya. Si Jalu masih terdiam, lubang kencing sekaligus mulut Jalu masih tertutup rapat, basah pucat akibat siraman air hangat. Surya mulai merasa khawatir dengan kondisi Jalu, digoyang-goyangkannya batang Jalu, berharap Jalu hanya jatuh pingsan atau tertidur karena kelelahan, tapi sia-sia, Jalu tak mau mengeluarkan sepatah katapun seperti biasanya, bahkan yang lebih parah lagi, batangnya tak mau mengeras !

"Oke, kalo Lu emang mau ngambek ! Gue suruh kerja lagi Lu sekarang !" Ancam Surya.

Surya mengambil sabun cair kemudian membasuhnya pada seluruh batang penis miliknya, sejenak dia menghela nafas panjang dan memejamkan mata. Tangan kananya mulai mengurut perlahan batang Jalu, otaknya mulai mengingat setiap adegan erotis yang melibatkan dirinya bersama beberapa orang wanita akhir-akhir ini. Sasa, Bu Cecil, Mbak Marni, sampai dengan Bu Susi kini berada di dalam otaknya, semuanya dirangkai oleh Surya seperti layaknya pertunjukan erotis yang melibatkan dirinya. Gerakan tangannya semakin lama semakin cepat, Surya benar-benar mencurahkan energinya di pagi hari untuk membangkitkan tubuh si Jalu dari tidurnya.

"Eeemmcchhh!! Eeemmcchh!!" Dengus Surya sambil terus mengocok batang penisnya.

Semakin lama kocokan tangan Surya semakin cepat, pikirannya pun semakin random memikirkan tiap adegan erotik nan vulgar. Lima menit, sepuluh menit, bahkan nyaris sampai limabelas menit berlalu tapi tidak ada perubahan yang signifikan pada batang penisnya, masih lemas tak berdaya. Surya mulai panik, dicobanya sekali lagi untuk merangasang batang penisnya, mengocoknya lebih cepat dari sebelumnya, tapi kembali usaha itu sia-sia.

"Lu kenapa sih?!!! Bangun dong!!!" Teriak Surya panik.

Surya buru-buru mematikan air shower, tanpa mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk surya langsung bergegas menuju meja kerjanya. Dengan panik dia membuka laptop dan menyalakannya, dicarinya folder film porno favorit. Tak lama di monitor mulai tersaji adegan vulgar yang melibatkan aktris JAV idola Surya, Sora Aoi. Masih dalam keadaan bugil dan basah kuyup, Surya duduk menghadap laptop, matanya khusyuk menatap adegan film dewasa di hadapannya, sementara tangan kanannya kembali mengocok batang penisnya yang sedari tadi melemas.

Surya berusaha semakin keras untuk membangkitkan Jalu dari tidurnya, tapi sampai dengan film nyaris habis durasi tayangnya Jalu masih terkulai lemas tak berdaya. Di detik ini Surya menyerah, tangannya brehenti mengocok, tatapan matanya kosong, Sora Aoi sudah terkulai lemas di hadapannya dengan cipratan-cipratan sperma di seluruh wajah dan mulutnya.

"AARRGGGGHHTTT!!!!!"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd