Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY my little sins

BAB 3​



Sudah seharian kami berkeliling dari mall ke mall dari outlet outlet baju dan sepatu dari game center ke game center.

Hari ini cukup melelahkan bagi kami bertiga. Atau lebih tepatnya bagiku karna aku tak menemukan sedikitpun ekspresi lelah ataupun bosan dari mereka berdua.

"Zara dah mau jam 10 nih pulang ya?" tanyaku dengan halus

"Yaahhh kak ntaran aja pulangnya aku sama kak Ve masi mau cari bando sama jepit rambut dulu"

"Besok besok kan bisa lagi orang kak Ve gak kemana mana"

"Iya sih kalo kak Ve gak kemana mana. Kakak aja yang sering ngilang"

Aku hanya terdiam mendengar perkataan dari Zara. memang benar apa yang dia katakan. Aku kurang memperhatikan adikku ini yang seharusnya menjadi fokus utamaku.

"Udah udah.... besok aja di lanjut beli belinya kan kamu besok juga masi sekolah" ucap Ve mencairkan suasana.

"Besok anterin kita lagi ya Van?" tanya Ve lembut.

"I....iya iya" jawabku seadanya

"Tapi aku gak janji ya soalnya besok ada...."

"Tuh kan kakak mesti mentingin kerjaannya mulu. Sama aja kayak papa. emang bener kakak kayaknya dah gak sayang lagi sama Zara. Dah kakak urusin aja urusan kantor gak usah ngurusin Zara."

"ZARA!!"

Aku sudah tak bisa tinggal diam setelah mendengar barusan apa yang dia katakan. Ini sudah kelewatan!!. Aku tak tahu darimana dia bisa berkata seperti itu namun yang pasti ini sudah melampaui batas.

"Ivan udah... Zara masi belum ngerti."

"Dah sekarang kita pulang gak usah pake alesan!"

~~~~~~~~

Ku lihat Zara sudah tertidur setelah Ve menenangkannya dengar seribu cara yang ia bisa.

Aku terlalu lelah untuk mengurusi Zara. Memang sepertinya aku bukan kakak yang baik. Tapi setidaknya aku ingin Zara faham dengan kesibukanku.

Untungnya aku mengajak Ve aku tak tahu apa yang terjadi jika tidak ada dia.

Aku berharap Ve bisa menjadi sosok penengah diantara kami.

"Van aku nginep dirumahmu aja"

"Nggak usah. Ini udah deket sama apartemenmu."

"Nggak. Aku mau nemenin Zara"

"Nggak usah Ve ntar Zara malah ngrepotin kamu"

"Aleksey.... pokoknya aku nginep dirumahmu titik."

"Yaudah terserah"

Kuarahkan mobil menuju jalan pulang. Jalan sudah mulai lengang. Namun masi terlihat gemerlap gedung gedung ibu kota.

Lampu merah.

Tempat ini.

"Ve...."

"Veranda...."

Tak ada jawaban darinya. Ku coba lihat dari kaca sepion mobil.

Hmmm kulihat Ve sudah tertidur lelap sambil merangkul pundak Zara. kepala mereka saling bersenderan. Raut wajah mereka terlihat sangat nyenyak.

Kulihat halte di pinggir jalan. Disitulah semua ini berawal.

Tempat dimana kutemukan sosok gadis yang tergletak lemah tak berdaya.

Kini dia sudah berubah menjadi.....

Entah apa yang sudah dunia lakukan kepadanya.

Namun aku rasa kini dia menjadi sosok yang sangat aku butuhkan.

~~~~~~~

"Ve....veranda dah sampe nih" ucapku sambil menggoyang pelan tubuhnya.

"Mmmhhh aku tidur mobil aja udah pw." ucapnya asal.

Sepertinya tak ada pilihan lagi.

Kurasa menggendong Zara terlebih dahulu adalah pilihan yang bagus.

Oke.

1....

2....

3....

ku bopong tubuhnya perlahan. sepertinya aku butuh bantuan dari para penjaga. Secara tubuh mereka yang lebih besar dariku. Namun aku tak ingin mereka malah berbuat yang "berlebihan"

Hhhmmm masi seperti dulu. Entah seberapa kesalnya dan marah aku kepada Zara namun wajah imutnya selalu membuatku kalah tak peduli meskipun seandainya ia menghancurkan seluruh bisnisku namun aku masi tak tega melihat wajahnya imutnya.

Tinggal beberapa langkah lagi dan kita sampai.


"Dah..... Goodnight princess"




Oke saatnya "the big package".



Kulihat tubuh Ve masi nyaman di kursi belakang namun juka ku biarkan dia tidur disini semalaman mungkin esok hari aku akan mengantarkannya ke tukang pijat.

Lebih baik aku segera memindahkan dirinya dan istirahat karna aku rasa besok adalah hari yang lumayan sibuk.

1...

2...

3...


Oke ini lebih berat....

Perlahan dan pasti kutapaki anak tangga dan berharap karpet licin ini tidak menambahkan bebanku.




"Oke kita sampai..." ucapku pelan.


Kutidurkan tubuh Ve di pinggiran kasur.



Berhubung rumah sebesar ini hanya mempunyai dua kamar. Sepertinya aku akan tidur di sofa malam ini.


Ku lihati sebentar paras indah Ve ketika ia masih sibuk dengan tidurnya.


Dulu pemandangan seperti ini adalah makanan setiap hari bagiku.


Namun sekarang sudah tidak mungkin aku mendapati hal seperti ini.




Oke sudah jam setengah 1 malam.


Waktunya istirahat.



Sesaat ketika aku putuskan akan pergi.


Ada tangan yang mengganjal tanganku.


Tangan siapa lagi itu jika bukan tangan dari seorang Jessica Veranda.



"Napa Ve?"


"Mau kemana?" ucapnya pelan.


"Mau tidur lha besok masi ada kerjaan"


"yaudah sini ngapain pergi"



"Kan ada kamu"



"Dah ah gak usah bawel buruan" ucapnya sambil menarik tanganku untuk tiduran di kasur dengannya.



Apa boleh buat aku iya kan saja ajakannya.



Klik...


Klik...


Klik...


Bunyi jam masi serius aku dengarkan.

Entah kenapa aku kesulitan untuk tidur kali ini.

Apakah ini karna Ve (?)

Atau memang efek kopi yang kuminum tadi.



Aku tak tahu yang pasti aku tidak bisa memejamkan mataku.




Waktu sudah menunjukan jam setengah tiga dini hari.


Dan aku masih belum tidur.



Dan entah darimana pikiran kotor ini datang menghampiri.



Sepertinya aku menginginkan tubuh Ve malam ini.


Memang kami dulu sering melakukan hal semacam itu.



Namun itupun kami lakukan jika ada momen momen yang pas dan sangat jarang dan kamipun tidak pernah membahasnya.


Namun apakah Ve masih mengizinkan aku melakukannya lagi (?)


Setelah sekian lama kami sudah tak bertemu


Entahlah....



Namun entah iblis mana yang merasuki tubuhku malam ini.




Oke kita MULAI!




Perlahan namun pasti kulingkarkan tangan kananku di pinggangnya.


Posisi tubuh Ve yang memblakangiku lumayan membantu untuk melancarkan rencanaku malam ini.


Kutarik perlahan tubuhnya mendekat.



Wangi parfumnya masi tercium pekat.



Oke Ve secara tidak langsung kau telah menggodaku.



Sekali lagi. pelan tapi pasti tangan kananku merambat ke area "bukit kembarnya"




Oke..... Sekarang miliknya semakin besar daripada dulu.



Kuremas perlahan. Kulihat tidak ada tanda tanda akan bangunnya Ve.



Oke next step.



Kuangkat kaos putih polosnya.



Kurasakan lembut perut datarnya.




"Engh..... van aku capek."





Oke Ve bangun.



"Bentar aja Ve..." bisikku sambil masih mengelus elus payudaranya.



"Besok aja besok....." ucapnya malas.



"Sekarang aja...." balasku.



"Besok apa nggak salam sekali." ancamnya.




Oke aku mundur.




Ancaman dari Ve tidak bisa di anggap enteng.


Meskipun ia mengatakannya dengan setengah sadar.


Namun Ve adalah orang yang kuat dengan kata katanya.



Oke Ivan..... masih ada hari esok.





~~~~~~~~~~



"Van..... Ivan....."



"Van....."



Suara siapa itu......



"Van bangun dah pagi katanya mau ngantor."




Jessica Veranda.



"1 menit...." ucapku malas.



"Ini dah jam setengah 7"



Oke Ivan waktunya bangun.




Kubuka mataku perlahan.


Kulihat sosok itu....


Oke sepertinya aku mati malam kemarin.


Dan kini aku sudah di surga.



"buruan bangun trus ke kantor"


"Aku yang nganterin Zara."



Zara....


Kantor......




Oke ini bukan surga.


Dan gadis itu bukan bidadari.


Dia Ve.



"Iya iya...." jawabku seadanya.




Dengan seribu langkah malas. Kugerakan seluruh otot otot di tubuhku untuk berjalan ke kamar mandi.



~~~~~~~~~



"Nanti jadi lanjut belanja belanja lagi kan?" ucap Ve memecah keheningan di meja makan.



Hubunganku dengan Zara masih belum membaik.


Kulihat Zara hanya diam saja dan hanya mengaduk aduk makanannya.



"Makanannya tuh dah mateng gak usah di aduk aduk lagi." Ucapku menyindir Zara.



"Ck! dah aku berangkat sekarang." balas Zara sambil langsung menenteng tas nya.



"Ve kamu nganterin Zara kan?"



"Iya, kenapa?" tanya nya yang masih sibuk dengan sarapannya.



"Buruan susulin tuh anak keburu ilang ntar"



"Iya iya dah ya aku duluan. Jangan mbolos kerja lho."



"iya iya..."
 
BAB 4​


"Jadi...... Kau gagal dalam pengiriman itu?"


"I....iya tuan. Ta.... Tapi memang kondisi saat itu tidak memungkinkan untuk......"


"JADI KAMU GAGAL MENGIRIMKAN BARANG ITU?!"


"Iya tuan."


"Bagus..... Aku hanya butuh jawaban Iya atau tidak...."


"Namun aku penasaran..... Apa alasan kamu ketika kau mendengar ini?"


"Gre tolong tape nya"


"Ini tuan...." ucap Gre sambil memberiku sebuah tape recorder.


"Oke langsung kita mulai saja. aku tak punya waktu seharian untukmu."


*rekaman suara menyala


"Bos.... Beneran nih barangnya kite bawa kabur?"


"Iye udeh kagak usah bacot bawa aja udah."


"Ntar ketahuan bos Ivan mampus kite bos"


"Kagak kagak.... dah buruan bungkusin tuh barang keburu ketahuan ama yang laen"


*tape mati


"Jadi?"

"What is your answer?"


"Sum.... Sumpah itu bukan sa.... saya tuan"


"Oke oke.... Jika itu bukan kamu...."


"Lalu kenapa tadi pagi aku mendapat kabar bahwa...."


"Sabu seberat 4 ton lenyap dalam semalam"


"Dan entah mengapa di pagi yang sama aku mendapatkan rekaman ini"


"Dan secara kebetulan kamu...."


"Adalah orang terakhir yang berada di gudang pada malam itu."


"Jadi bagaimana menurutmu apakah ini hanya kebetulan semata?"


"sa..... Saya minta maaf tuan"


"Oke sekarang kau tiba tiba meminta maaf...."


"Igor.... Igor....."


"Kau adalah teman ayahku. Dan kita sudah saling mengenal cukup lama. Bahkan kau dulu sering mengambil rapor ku di sekolah."


"Dan akhirnya kau memutuskan untuk bekerja untukku."


"Pada waktu itu aku sangat percaya padamu...."


"Bahkan kalau boleh jujur... Kau sudah aku anggap seperti pamanku sendiri."


"dan kau sudah mendapatkankan apa yang semua pria sepertimu inginkan"


"Wanita.... Kekayaan.... Bahkan kekuasaan"


"Dan kau pasti juga tahu kau mendapatkan itu semua dari siapa..."


"Aku."


"AKU, IGOR!!"


"IVAN ALEKSEY!"


"Dan apa sekarang yang ku dapat...."


"Sebuah pengkhianatan...."


"APAKAH KAU MENGANGGAP AKU SEBODOH ITU IGOR!!"


"SEHINGGA AKU TAK MENGETAHUI PERMAINAN LICIKMU!"


"JAWAB!!"


"ti....tidak tuan."


"LALU KAU SEBUT INI APA?!" ucapku sambil melempar tape recorder ke dinding.


"Igor...."


"Apakah kau pernah ke gereja?"


"....."


"JAWAB!!"


"per....pernah tuan."



"Seberapa sering?"



"Lumayan...... Jarang tuan"



"Oke...."



"Di alkitab mu itu tertulis di yehezkiel 25:17"



"Bahwa...."



"Aku akan melakukan pembalasan....."


"Yang kejam diantara mereka dengan disertai penghajaran-penghajaran....."


"KEMARAHAN......"


"dan....."


"Mereka akan mengetahui bahwa akulah TUHAN!!"


"Pada waktu aku melakukan pembalasan-KU kepada mereka."


"Dan itulah persis apa yang aku lakukan kepadamu...."


"Selamat tinggal Igor.."


"TIDA...."


DOR!!

DOR!!

DOR!!



"Hhhmm.... apakah tiga cukup gre?"

"Anda selalu memberikan 5 tembakan tuan"


"Sudahlah tak perlu begitu formal lagi pula ia sudah mati"


"Iya ivan..."


"Lalu apa jawabanmu tadi?"


"Kau selalu memberikan 5 tembakan kepada semua orang yang mengecewakanmu"


"Memang... Namun ia masih berjasa dalam merawatku."


"Lalu kenapa kau membunuhnya?"


"dia mengecewakanku gre...."


"Dan aku sudah berjanji bahwa semua...."


"Semua yang telah mengecewakanku akan bertemu dengan temanku ini" ucapku sambil menodongkan pistol ke arah gre.


"Dan itu termasuk kau.... Shania gracia."


"Baik tuan." ucap gre tegas


"Oke bagus..."


"Ayo kembali ke kantor. Basement ini terlalu kotor."

~~~~~~~~

"Mmhhhh vaaannnn"

desah gre ketika ku cumbu perlahan leher jenjangnya.

Ku lepaskan satu persatu kancing kemejanya. Kini tanganku sudah mulai menjamah kedua payudaranya.

Ku lemparkan kemeja kantornya ke sembarang arah.

Kuposisikan gre untuk berjongkok di depanku.

Dan dengan sendirinya kini ia melepas kancing celanaku secara perlahan.


"Hhhmm tambah gede aja punyamu van" ucapnya dengan tatapan menggoda.


"Iya lha biar kamu tambah kenceng kalo ndesah"

Tanpa aba aba kini gre sudah mengulum penisku yang sebenarnya belum sebegitu tegang.


"ssshhhh ssslluurrpp" bunyi oral seks dsri gre memecah keheningan.

Ku rapihkan rambut lurusnya.

Mata kami saling bertatapan.

kini lidahnya menjalar ke bagian bijiku.

Kulihat dia sudah ahli dalam melakukan hal seperti ini.

Memang kami sangat sering melakukannya. Apalagi jika tidak ada kegiatan yang berarti di kantor.

Namun aku menganggap gre tak lebih dari hanya sekedar rekan kerja.

Meskipun kami sering melakukan seks bersama tak ada rasa sepesial yang aku punya untuk gre.


"Van masukin ya?" ucap gre memelas kepadaku.

"Yaudah buruan nungging sana.."

Gre pun memposisikan tubuhnya menungging dan bersender kepada meja kantor.

Ku gesek gesekan sebentar penisku di vagina nya.

"Vaaaannnn.... Buruan ih...... sshhhhh"


Ku dorong perlahan penisku untuk masuk.

"Sshhh gre... Punyamu sempit banget"

ku goyang dengan tempo sedang ku biarkan gre menikmati permainan terlebih dahulu.

"Ssshhhhh kencengin van...."


"Ssshhhh aahhhh gre sumpah sempit banget"


"Mmmhhhhhhh ssshhhhhh"



Hampir 15 menit kami melakukan posisi doggy. Kulihat gre sudah mulai kelelahan.

"Gre pindah sofa aja"


Aku pun memposisikan diri untuk duduk di sofa.

"Gre isepin lagi lha..." pintaku.


Tanpa pikir panjang ia pun langsung duduk didepanku dan mengocok perlahan batang penisku.


"Ssssshhhhhh enak gre..."

"Suka banget ya?" tanya ya.

Aku hanya bisa mengangguk lemas menikmati handjob darinya.

tak lama kini lidahnya mulai menjilati batang kemaluanku.

"Ssssshhh Pinter banget sih kamu gre..."


Kini ia mulai mengulum perlahan penisku. Lidahnya juga tidak tinggal diam di dalam sana.

"Ssshhhh gede banget punyamu van"

"Aahhh udah gre yang ada ntar aku keluar duluan"


"Ntar terakhir...."

Dengan sekali sedotan kuat ia melepaskan penisku.

"Ssshhhhhhh aaahhhh gre udahhh"

"Hehe iya iya"

"Sini pangku"

Gre pun perlahan berjongkok di depanku. Dan mulai ku arahkan penisku ke lubang vaginanya.


"Sssshhhhhhhh aahhhhhh" desah gre saat tubuhnya mulai turun perlahan.


"Pelan dulu aja gre...."

"Mmhhh" ucapnya sambil mengangguk.

Kini di hadapanku hanyalah dua buah dada gre yang naik turun sesusai irama goyangannya.

Gemas dengan dua buah toketnya. Kini tangan kiri ku sudah meremasnya secara perlahan dan ku jilati toket sebelah kanannya.



"SSSHHHHH AHHHH VAN!! iya itu terus jilatin"


"Ssstttt jangan kenceng keceng ketahuan staff yang lain ntar"


Ia hanya mengangguk sambil menggigit bibir bagian bawahnya.


Ku berikan beberapa kiss mark di leher dan dadanya.

"Ih ivan ntar kalo diliat staff yang lain gimana"


"Dah gak papa mana ada sih yang berani ngomongin"


"Iya deh suka suka bos"

Kini fokusku menjilati kedua buah dada milik gre.

"Van....sshhhh....Dikit lagiihhh"

ku bantu goyangan gre agar ia segera mencapai orgasmenya.

"Ssshhhh gre diluar.... apa di dalem... sshhh"

"Dalem aja gak papa tapi barengan ya"


"Iya.... Sssshhhh"


dingin ac sudah tak berasa di tubuh kami. keringat bercucuran dengan deras dan bunyi decitan sofa begitu terdengar di ruangan kami.

"Ssssshhhhhh vaaahhhnnnn dikiiittt lagiihhh" racau gre.

"Iya barengan yaa"

"Ahhh udahhh gak kuaattt"

"Aaahhhh greeee"


Akhirnya kami mencapai klimaks kami masing masing.


Kulihat jam tanganku. Waktu sudah menunjukan pukul setengah 3 lebih.



"Gre?"


"Iya?" ucap gre sambil kembali memakai pakaiannya.


"Makasih."


"Aku tak akan pernah mengecewakanmu van"


"Aku pulang bye." ucapnya setelah selesai membereskan semua kecauan yang kami perbuat.



Ku ambil handphone ku dan kulihat banyak sekali notif dari Ve.


"Tunggu dulu....."


Oke aku lupa bahwa hari ini masih akan mengajak jalan jalan Zara dan Ve.


ku beranikan diri untuk menelpon ve.


"Halo ve?"

"Dari mana?"

"Ini tadi ada rapa...."

"Yaudah buruan pulanh aku dah masak."

Ve langsung mematikan telpon secara sepihak.

Aku mempunyai firasat bahwa sepertinya kondisi rumah nanti akan di penuhi oleh hawa negatif.


~~~~~~~~~


Kini aku sudah memakirkan mobil di garasi. Namun keinginan untuk masuk kedalam rumah hampir tak ada pada diriku.


Oke tak ada pilihan lain.


Ku coba melangkah masuk kedalam rumah.


Kuintip kedalam.


Sepi. Kemana perginya Ve dan Zara.


Oke sepertinya aku beruntung.


Aku segera naik keatas kamar dan mengunci diriku disana hingga pagi.


"Ivan Aleksey."


Oke suara yang tak harapkanitu muncul.

Ku hentikan langkahku.

Kutengok kebelakang secara perlahan.

Dan jelas.

Disana sudah berdiri Zara dan Ve lengkap dengan tatapan tajam mereka dan tangan yang di simpulkan di dada.


"Hehe hello ladies"


"Turun."


Oke ini mulai seram.

Ku coba turun dengan hati hati.


"Duduk di meja makan sekarang." ucap Zara.


Oke sejak kapan Zara ikut memarahiku. Bukannya kemarin masih aku yang memarahi dirinya.


lebih baik aku ikuti apa yang mereka katakan daripada umurku berhenti di angka 24.


Kini kami bertiga sudah duduk bersama di meja makan. Zara dan Ve mulai mengambil makanan masing masing.


Tinggal diriku saja yang belum melakukan apapun. Karena bagiku suasana seperti ini sangatlah aneh.



"Buruan di ambil makanannya." ucap Ve dingin


Perlahan ku ambil piring dan nasi tak lupa dengan lauknya.


Aku mulai makan malamku namun pandanganku masih mengitari mereka berdua.


~~~~~~~


Makan malam kami sudah selesai tak ada satu kata pun yang keluar dari kami. Dan setelahnya kami kembali ke kamar masing masing. Zara kembali ke kamarnya dan tentu saja kembali ke kamarku.


Kini seperti biasa ia sedang membaca novelnya di kasur.


Aku hanya sudah berganti pakaian dan siap untuk tidur.


ku coba untuk mengistirahatkan punggungku di kasur. Setelah seharian bekerja di kantor di tambah dengan aksi ku bersama gre tadi sebelum pulang kantor.


"Gak jadi nih?" ucap Ve yang seketika memecah lamunanku.


"Oiya hehe jadi dong" ku teringat akan perkataan Ve kemarin malam.


"Emang deh Ivan kalo di ajak masalah gituan semangat banget" ucap Ve yang tiba tiba duduk tepat di atas kemaluanku.


"Emang gak capek kamu tadi seharian di kantor?" tanya Ve sambil melepas piyamaku perlahan.


"Capek sih cuman kamu ngajakin.... Yaudah sayang juga kalo di anggurin lama"


"Ish alesanmu ada aja.."


Tak lama wajah Ve mendekat menunduk kepadaku.


tanpa aba aba Ve sudah melumat bibirku.


Ku coba untuk menggunakan lidah. Ternyata Ve dengan cekatan membalasnya.

Hampir 5 menit kami berciuman dan kini kami berhenti sebentar untuk mengambil nafas.


"I miss you" ucap Ve.

"I miss you too" dan ku kecuo kembali bibirnya sekilas.


Kini aku turun dan menciumi leher jenjang miliknya.

Kuberikan bekas sebanyak mungkin yang aku bisa pada lehernya.



"Sssshhhh aaakkhhh van jangan di kasi bekas ih" omel Ve.


"Gak papa biar semua tau kamu punya aku."


"Ih ntar ditanyain zara gimana?"


"Bilang aja di gigit nyamuk"


"serah deh..."


Kini ku coba turun menciumi dadanya. Namun sedikit terhalanh oleh baju tidur miliknya.


"Ve aku buka ya..." ucapku.


"Gak usah."


"Lha ve..... Gak seru jadinya"



"Hehe iya iya"


Ku buka perlahan kancing nya satu persatu. Seperti wanita pada umumnya. Ve tidak mengenakan bra ketika akan tidur.


Masih mulus....


"Ve kok tambah gede ya..." ucapku memandangi toket miliknya.


"Udah ah van jangan di liatin mulu malu ih"


"Iya iya bilang aja minta langsung"


Kuciumi perlahan buah dadanya. Tanganku juga tak tinggal diam kuremas lembut dada miliknya.


"Ssshhhh ah van....." desah Ve pelan


"Ssttt jangan kenceng kenceng ntar Zara bangun"


Ve hanya mengangguk pasrah sambil menggigit bibir bawahnya.

kini ciumanku turun kebawah. Menuju perut ratanya. Kuciumi dan sedikit ku gigit pelan.


"Aahhhh van...." desah Ve tak tertahan.


Ku turunkan celana Ve perlahan beserta cd miliknya.


Ku jilat sekilas vaginanya.


"Aahhhhh Van lagi...."


Ku ludahi sedikit dan ku coba memainkan lidahku disana.

"Mmmmhhhh ssshhhhhh...."

ku coba memasukkan satu jariku. Ku kocok dengan pelan Vagina miliknya.


"Aaaaahhhhhh Ivan geeelliii"


"aaaakkkkhhhhh Ivaaaannnnnnn" lengkingan panjangnya menandakan orgasmenya yang pertama.



Kulihat Ve masih lemas dengan nafas yang memburu.


"Ih dah lemes gitu sok sokan ngajakin"


tiba tiba Ve memposisikan dirinya di atasku dan langsung membuka celana tidurku yang masih terpasang.


"Hai lama gak ketemu"


"Masih tidur ya...." lanjut Ve


"Yang bangunin dong"


"Jangan deh kasian"


"Kan gitu.... Padahal dah dibikin keluar duluan"


"Hehe iya iya"


Ve pun langsung mengulum batang penisku.



"Sssshhhhh veee enaakk"


Kulumannya semakin kencang dan dalam.

Kutahan kepalanya beberapa saat.


"Aaaakkkkhhhhhh"


"Gila kamu van aku mati ntar gimana"


"Hehe iya iya maaf maaf dah lanjutin dong"


Kini Ve berpindah menjilati buah zakarku. Dijilat dan di sedotnya secara bergantian.


"Ve buruan masukin deh"


"aku yang di atas ya?"


"Iya ntar gantian"



Dengan cekatan Ve memposisikan dirinya di atasku.


Ku coba mengarahkan penisku tepat di lubang vagina nya.


"sssshhhhhh sempit banget punyamu Ve"


"Ssshhhhhh aaahhhh vann dah lama banget gak kamu masukin"


Goyangan Ve semakin cepat dan jepitan di dalam vagina nya semakin menjadi jadi.


"Aaaahhhh Van aku mau keluar"


Tanpa butuh waktu lama. Ku rasakan penisku di semprot oleh vagina milik Ve.


Tubuh Ve lemas dan langsunh jatuh di atasku.

Tanpa pikir panjang ku miringkan tubuhnya kekanan dan kuangkat kaki kirinya.

Ku goyang secara perlahan.


"Sssshhhh vaaannn" ve sepertinya sudah mulai pulih dan mulai mengikuti irama goyanganku.


"Aaahhhhh ve dikit lagi..."


"Keluarin di dalem aja van"


"Beneran?"


"Iyaaaashhhh"


Ku genjot dengan tempo lebih cepat dan sekarang penisku mengenai dinding rahim milik Ve.


"Aaaakkkhhhh Van.... Terusin....."


"Ssshhhhh Veeee..."


Kusemprotkan air mani ku di dalam vagina Ve.


"Punyamu anget Van"


"Beneran gak papa nih keluar di dalem"


"Ya...yaudah sih kalo emang hamil"


"Ya..... Ya gimana ya."


"Dah itu nanti sekarang kita istirahat aku cape"


"Yaudah goodnight" ku kecup sekilas ubun ubun Ve.


Kami tidur saling berpelukan sama seperti dulu.

Entah kusebut apa hubunganku dengan Ve saat ini yang pasti aku sayang kepadanya dan aku harap begitu juga dengan Ve.
 
Dah sekalian deh update dua kali. Maap kalo banyak typonya soalnya tadi barusan banget bikinnya langsung gw upload jadi lupa gw revisi ulang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd