Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MY LOVE JOURNEY - By Tio12TT (Repost)


---My Love Journey ---
By Tio12TT







Chapter 36






Kedua mata Niken tampak fokus menatap kearah depan, sedangkan kedua tangan nya kini sibuk mengendalikan stir mobil, terkadang ia mencepatkan laju mobil dan terkadang juga ia menpelankan nya tergantung dengan kondisi lalu lintas jalan yang mobil nya lewati. Niken akan mengantarkan Leva kembali kerumah nya, setelah iya Leva dan Sinta pergi ke kediaman Rumah Winda, mereka pulang dengan tangan hampa, tampa menemukan Reza atau data informasi apapun yang berkaitan dengan Reza.


"Gua engga abis fikir kemana yah si Winda bawa kabur Reza." Ucap Niken sambil fokus menyetir mobil.

"Gua juga bingung kemana yah." Ucap Sinta yang duduk di sebelah Niken.

"Lah lu temen nya gimana sih, masa iya engga bisa menerka-neraka gitu." Ucap Niken.

"Lah gua cuman temen nya bukandukun peribadi nya yang bisa nerawang-nerawang." Ucap Sinta.

"Hemm mungkin belum takdir nya gua bertemu dengan Reza." Ucap Leva dengan nada suara pelan.

"Oww cup-cup Va jangan galau lagi di dong." Ucap Sinta.

"Siapa yang galau, gua cuman berusaha bersikap tegar." Ucap Leva.

"Beda tipis kelesss." Ucap Niken.


TTRRIIINGG..TRRINGG..TTTRRRIINGG!!


Saat mereka bertiga sedang berbincang-bincang, tiba-tiba smartphone milik Leva yang ia taruh di saku jaket bomber berdering menandakan sebuah panggilan telfon masuk, Leva langsung jawabnya.


"Haloo." Ucap Leva kepada seseorang di ujung telfon.

"Iya saya sendiri."

"Oh iya tuan Albert ada apa?."

"Harus sekrang juga ke rumah sakit?."

"Hemm oke oke saya sekarang ke sana." Ucap Leva.


Setelah selesai menelfon, Leva menaruh smartphone nya kembali ke dalam saku jaket.


"Siapa Va yang telfon?." Tanya Sinta.

"Tuan Albert kepala direktur Rumah sakit tempat Reza di rawat dulu." Ucap Leva.

"Oh iya si Albert iyah...iyah gua inget, mau ngapain Va dia telfon?." Tanya Niken.

"Tau tuh kata nya gua harus ke rumah sakit sekarang ada yang mau di bahas." Ucap Leva.

"Hemm berarti sekarang kita kerumah sakit nih, engga jadi pulang kerumah lu." Ucap Niken.

"Iya, ka... Taa temenin gua dulu yah." Ucap Leva.

"Iya beb kita temenin." Ucap Niken.


Niken pun langsung memutarbalikkan arah mobil nya menuju jalan yang mengarah ke rumah sakit tempat dulu Reza di Rawat.






--- ooo ---






"Yaa kiri lagi.. yaa turss mudurr dikitt.. yaa stop!." Ucap pertugas parkir rumah sakit yang sedang membantu mobil Niken utuk parkir.


Setelah mobil terparkir dengan posisi sempurna, petugas parkir itu langsung pergi untuk membantu mobil yang lain.


Di dalam mobil Niken Leva dan Sinta terlihat sedang melepaskan sabuk pengaman yang mereka kenakan, mereka bertiga turun dan langsung berjalan menuju pintu lobby utama rumahsakit.


"Permisi mbak saya Leva cahya aprilia, saya ingin bertemu dengan tuan Albert direktur utama rumahsakit ini." Ucap Leva kepada petugas resepsionis rumahsakit.

"Apa kah anda sudah membuat jadwal pertemuan terlebih dahulu?." Tanya petugas resepsionis.

"Yaa sudah." Ucap Leva.

"Sebentar yah mbak saya mau tanya dulu kebagian sekertaris." Ucap petugas resepsionis.

"Yaa silahkan." Ucap Leva.

Petugas resepsionis rumahsakit terlihat sedang menelfon sebentar setelah beberapa saat, ia menutup telfon lalu ia menatap kearah Leva.

"Mbak nya langsung ke lantai 4 aja yah, naik lift lalu belok ke kiri, nanti tanya aja lagi sama petugas di atas minta di atarkan ke ruangan tuan Albert." Ucap petugas resepsionis.

"Iya baik terimakasih." Ucap Leva.


Tampa berlama-lama Leva Niken dan Sinta langsung melangkah kan kaki mereka menuju ruangan tuan Albert yang sudah di instruksi kan oleh petugas resepsionis.





--- ooo ---






"Silahkan masuk." Ucap sekeras mempersilahkan Leva Niken dan Sinta masuk ke dalam ruangan.


Didalam ruangan, tampak tuan Albert sedang duduk berdampingan dengan dua orang pria yang berpenampilan khas Dokter.

Setelah Leva masuk kedalam ruangan, tuan Albert langsung berdiri dan mempersilahkan Leva Niken dan Sinta duduk di bangku yang berbeda di hadapannya.



"Selamat datang mabk Leva, Silahkan duduk." Ucap tuan Albert.

"Iya terimakasih." Ucap Leva sambil duduk.

"Oke mbak Leva tampa berbasa-basi, saya langsung memulai meeting dengan anda untuk membahas permasalahan yang melibatkan rumahsakit ini dengan anda." Ucap tuan Albert.

"Sebelum itu saya ingin meminta maaf kepada anda untuk ke sekian kali nya atas keteledoran manejemen rumahsakit ini dan ulah dari salah satu oknum suster kami, untuk itu saya sebagai kepala direktur merasa memiliki tanggung jawab kesalahan yang sangat besar." Ucap tuan Albert.

"Di samping saya ini, ada dua dokter yang menangani pasien Reza, dokter yang berbeda di sisi kiri saya ini bernama dokter Wahyudi, dokter wahyudi ini adalah dokter penganti dari dokter Rono yang berbeda di sisi kanan saya, untuk itu saya ingin mempersilahkan terlebih dahulu
kepada dokter Rono untuk memberikan klarifikasi atas kasus ini." Ucap Tuan Albert.


Mata Leva Niken dan Sinta kini terfokus ke arah dokter Rono. dokter Rono tersenyum lalu ia membuka pembicaraan.


"Selamat sore mbak Leva, senang bisa bertemu anda kembali, akan tetapi pertemuan kita kali ini di karanakan kasus yang sedang terjadi sepeninggal saya pergi, saya sungguh terkejut karna hal itu dan saya sungguh prihatin, saya ingin menjelaskan tentang persoalan ini dalam sudut pandang saya, seperti yang anda tau bahwa saya adalah dokter yang menangani Reza, karna saya harus melanjutkan study saya di luar negri jadi saya harus mengalihkan penanganan pasien kepada dokter penganti dan sayangnya saat itu mbak Leva agak jarang datang ke rumah sakit jadi mbak tidak mengetahui hal ini, dan saat sudah beberapa bulan saya melanjutkan study, saya mendapatkan kabar bahwa di rumah sakit ini terjadi kasus, dan untuk itu saya di minta untuk kembali sementara waktu untuk dimintai keterangan, mbak Leva bukan saya bermaksud berlepas diri dalam kasus ini, tetapi saya benar benar tidak tau." Ucap dokter Rono.

"Untuk dokter Wahydi silahkan anda berbicara." Ucap tuan Albert.

"Saya ingin meneruskan pembicaraan yang dokter Rono sampaikan, di sini saya adalah pihak ke dua dalam penanganan tindakan pasien Reza, pada saat dokter Rono pergi dan memindahkan tugas kepada saya, saat itu saya tak mengenali lingkungan dari keluarga pasien, dan dari situ juga ada kesalahan yang saya lakukan, pada awal saya menangani kondisi pasien masih dalam sekala koma glasgow 0 atau istilahnya tingkat kesadaran pasien masih rendah, nah sekitar satu minggu setelah pasien dalam keadaan seperti itu selama saya yang menangani." Ucap dokter Wahyudi.


Leva Niken dan Sinta tampak serius menyimak pembicaraan dokter Wahyudi.


"Dan setelah seminggu setelah pasien mulai ada tanda-tanda kesadaran, hemm yang saya ingat saat pasien mulai sadar ada seorang wanita yang menemani pasien, karna pasien mulai mengalami kemajuan saya harus berbicara kepada kerabat pasien, nah berhubung wanita
itu ada di ruangan saya memanggil dia untuk memberikan kabar ini, wanita itu mengaku kepada saya dia adalah kekasih pasien, saya pikir benar adanya dan saya menjelaskan kronologisperkembangan pasien yang mengalami amnesia." Ucap dokter wahyudi.


"Hahhh amesia." Ucap Leva sangat terkejut.


Niken dan Sinta tampak saling menatap satu sama lain mendengar perkataan dokter wahyudi.


"Rezaa kamuu." Ucap Leva di dalam hati.

"Tapi Amesia yang pasien derita saat ini tidak bersifat permanen, masih dapat kembali secara normal baik secara terapi atau pun dari diri pasen sendiri, butuh sesuatu pancingan misalnya suatu benda yang berharga atau moment-moment yang sangat berkesan bagi pasien." Ucap dokter Wahyudi.

"Kenapa anda baru memberitahukan hal sebesar ini kepada saya sekarang!." Ucap Leva dengan nada suara agak emosi.

"Untuk itu saya minta maaf kepada mbak karna baru memberitahu kan hal ini, dan pada pertemuan sebelum nya saya tidak hadir yang seharusnya saya memberikan klarifikasi, tapi saat itu saya tidak mengenal mbak Leva yang saya tau hanya wanita itu." Ucap dokter wahyudi.

"Yaa seharusnya anda sebagai dokter berinisiatif lah." Ucap Leva.

"Mbak Leva hemm gini, saya sebagai direktur di rumahsakit meminta maaf kepada mbak atas keterlambatan penyampaian informasi dan kurang nya inisiatif nya dokter Wahyudi, jikalau memang kesalahan dokter wahyudi itu menurut anda sangat fatal saya bersedia untuk menonaktifkan jabatan nya sebagai dokter di rumahsakit ini." Ucap tuan Albert.

"Lahh kok sampai saya di nonaktif kan dari jabatan saya tuan Albert?." Ucap dokter wahyudi.

"Maaf dokter Wahyudi, saya tidak mau mengambil resiko sekecil apa pun yang akan menyebabkan merusak citra baik rumahsakit ini." Ucap tuan Albert.

"Mbakk saya tau saya salah tapi saya mohon kepada anda tolong maaf kan saya, sebenarnya saya tidak sepenuhnya salah dalam kasus ini, tolong mbak maaf kan saya." Ucap dokter Wahyudi.

"Sudah tuan Albert jangan terlalu membesar-besarkan persoalan ini, saya hanya sedikit kesal." Ucap Leva.

"Saya hanya sekedar mencari jalan yang terbaik." Ucap tuan Albert.

"Dan kembali ke persoalan, saya ingin meminta izin kepada mbak Leva untuk mengabil alih kasus ini, saya ingin menjerat oknum suster yang telah membawa kabur pasien Reza dari rumahsakit ini dan saya akan mengusut tuntas dalang dari persolan ini, sebagai bentuk tanggung jawab dari rumahsakit ini." Ucap tuan Albert.

"Untuk itu saya sudah mempunyai keputusan tuan Albert." Ucap Leva.

"Keputusan seperti apa mbak Leva?." Tanya tuan Albert.

"Saya menghargai keputusan anda untuk berusaha bertanggung jawab atas kelalaian rumahsakit ini, tapi untuk soal suster itu dan siapa dalang penculikan pasien Reza, biar itu menjadi urusan saya, anda tidak perlu melakukan tindakan apapun." Ucap Leva.


Tuan Albert terlihat bingung mendengar keputusan yang Leva ucapkan.


"Kenapa seperti itu mbak Leva." Ucap tuan Albert.

"Pokoknya itu sudah menajdi keputusan saya!." Ucap Leva.


Tuan Albert, dokter Wahyudi dan dokter Rono hanya bisa diam menerima keputusan Leva.


"Ya sudah kalu seperti itu, saya sebagai perwakilan rumahsakit hanya bisa menerima nya, akan tetapi jikalau ada sesuatu hal yang mbak Leva memerlukan bantuan, yang berkaitan dengan kasus ini, jangan sungkan untuk menghubungi saya." Ucap tuan Albert.

"Iya baik." Ucap Leva.

"Dan sekali lagi saya minta maaf atas kecerobohan yang saya lakukan." Ucap dokter Wahyudi.

"Yasudah." Ucap Leva.

"Oh iya, saya sarankan jika bertemu dengan pasien jangan terlalu memaksa- kan agar pasien mengingat kembali, butuh kesabaran dari lingkungan pasien agar pasien ingat kembali, jika terlalu memaksa-kan saya takut pasien malah sulit mengingat kembali." Ucap Dokter wahyudi.

"Iya baik." Ucap Leva.

"Kalau begitu semua sudah jelas, kita sudahi meeting kita kali ini, mbak Leva dan rekan-rekan sekalian boleh kembali menjalani kesibukan masing-masing." Ucap tuan Albert.

"Oke saya permisi." Ucap Leva.

"Ka, Ta yuk cabut." Ucap Leva.


Leva Niken dan Sinta langsung berjalan menuju pintu ruangan, setelah itu mereka turun ke lantai dasar dan berjalan kembali menuju Mobil.






--- ooo ---






Waktu mulai memasuki senja, gemerlap lampu-lampu kendaraan dan gedung menghiasi kota jakarta, jalanan cukup padat namun masih bisa dilalui kendaraan walaupun tidak bisa melajukan kecepatan kendaraan teralu tinggi, Niken mengarahkan mobil nya kembali menuju ke rumah Leva, setelah tadi mereka harus mampir untuk melakukan pertemuan dengan tuan Albert.


Wajah lelah terlihat jelas di wajah Niken dan Sinta, lain dengan hal nya dengan Leva, ia tampak murung dan sedikit agak sedih, iya menatap kosong ke luar jendela mobil.


"Jadi itu sebab nya kenapa Reza bisa di bawa kabur semudah itu oleh Winda, maaf Reza aku sempat sedikit berprasangka buruk pada mu." Ucap Leva di dalam hati.

"Tapi apa benar engkau lupa Reza, aku hanya bisa berharap kau tak melupakan aku, tidak melupakan kisah cinta yang telah kita bangun bersama." Ucap Leva di dalam hati.



Tak terasa airmata perlahan menetes membasahi pipi nya yang halus. Saat Niken sedikit menoleh kearah spion dalam mobil, ia mendapati Leva sedang bersedih, entah kenapa melihat Leva dalam keadaan seperti ini hati Niken ikut bersedih seolah-olah ia bisa merasakan apa yang saat ini Leva rasakan.


"Sedih sekali Va kisah cinta lu, gelombang nestapa semakin kuat menguji kisah cinta lu dengan Reza." Ucap Niken di dalam hati.


Niken menyenggol lengan Sinta, sambil memberikan kode untuk menengok ke arah Leva, awal nya Sinta sedikit bingung dengan kode yang di berikan Niken perlahan ia mulai mengerti apa yang Niken maksud.

Niken perlahan melambat kan laju mobilnya lalu ia memberhentikan mobil di sisi jalan yang sepi, Sinta langsung turun lalu ia berpindah ke kursi belakang mobil.


"Vaa jangan galau yah." Ucap Sinta sambil memeluk tubuh Leva dari arah samping.

"Iya Va lu harus kuat." Ucap Niken sambil menoleh kearah kursi belakang mobil.

"Gua gak apa-apa kok, gua cuman sedikit sedih aja." Ucap Leva.

"Gua juga sedih Va ngeliat kisah cinta lu sama Reza yang penuh dengan rintangan, di sinih lu di uji Va sampai mana kesetiaan dan kuat nya cinta lu ke Reza." Ucap Niken.

"Inget Va habis badai akan terbit pelangi yang indah." Ucap Sinta.

"Dan tenang Va gua sama Sinta akan selalu di samping lu." Ucap Niken sambil tersenyum.

"Thanks guys you are beast friends forever." Ucap Leva sambil tersenyum.

"Nah gitu dong senyum." Ucap Sinta.

"Eh Vaa tadi lu kok engga mau nerima bantuan si tuan Albert sih." Ucap Niken sambil kembali fokus menyetir.

"Gua engga mau memperpanjang urusan ini ka, kalau si tuan Albert ikut campur bakalan makin ribet." Ucap Leva.

"Terus si suster itu gimana, lu mau lakuain apa ke dia." Ucap Niken.

"Setelah gua fikir-fikir, gua maafin dia, gua mau kasih kesempatan untuk dia menata hidup nya kembali, yaa walaupun gua tau apa yang dia lakuin." Ucap Leva.

"Ihh serius san luh, Va otak lu lagi engga geser kan." Ucap Niken.

"Serius gua." Ucap Leva.

"Gua ngerasa Va lu tuh mulai berubah deh belakangan ini." Ucap Sinta.

"Berubah gimana." Ucap Leva.

"Yaa berubah aja, lu sekarang lebih sabar, lebih pemaaf dan engga tralu emosional kaya nyokap lu, upsss." Ucap Sinta.

"Nah loh gua bilangin mamah Ningsih nih." Ucap Leva.

"Hihi jangan dong." Ucap Sinta.

"bay the way, bener juga Va kata Sinta." Ucap Niken.

"Yaa hidup itu harus berubah lah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, fikiran dan hati gua kini hanya terfokus kepada Reza, akan tetapi semua itu tak lepas dari nasihat seorang supir muda yang telah memberi masukan kepada gua untuk mengubah sikap buruk gua." Ucap Leva.

"Si mas Bayu?." Tanya Sinta.

"Iya dia." Ucap Leva.

"Ya udah kalau begitu besok-besok gua mau bilang ke si bayu, supaya dia nasihatin lu biar lu engga gampang galau terus." Ucap Niken.

"Ihh apan sih." Ucap Leva.

"Haha." Tawa Niken dan Sinta bersamaan.


Setelah satu jam Niken mengendarai mobil nya menyusuri jalan ibukota, akhirnya mereka sampai di depan rumah Leva. Saat Leva dan Sinta sudah berjalan menuju pintu gerbang, Niken yang berbeda di belakang Sinta, memanggil Sinta dengan suara pelan.


"Taa, sinih." Ucap Niken.

"Apa an?." Ucap Sinta sambil berjalan menghampiri Niken.

"Hemm gini, mendingan malem ini lu nginep deh di runah Leva yaa semalam aja, lu temenin dia, gua yakin kondisi hati Leva saat ini lagi kacau, apa lagi saat ini dia tau kalau Reza lagi Amesia, yaa pokok nya gimana ke lu tenagin hati dia, lu yakinin Reza engga mungkin ngelupain Leva begitu aja." Ucap Niken.

"Hemm tapi gua belom bilang nyokap gua." Ucap Sinta.

"Yaa lu kabarin lah, dahh tar besok gua mampir ke rumah lu, gua bilangin kalau lu lagi di rumah Leva kalau masih engga percaya." Ucap Niken.

"Yaudah deh." Ucap Sinta.

"Woyy masuk, pada ngapain di situ, gosipin gua yah." Ucap Leva dari dalam pekarangan rumah.

"Kepo loo." Ucap Niken.

Niken dan Sinta pun mulai melangkah masuk kedalam perkembangan rumah, akan tetapi saat akan mendekati pagar Smartphone yang berbeda di saku celana Niken berdering, dengan cepat Niken mengangkat panggilan telfon yang masuk.



"Yaa hallo."

....

"Yaa ada apa mah."

...

"Haruss sekarang juga."

...

"Yaudah deh Niken pulang."

...

"Oke byeee."

...


TTUTT..TTUUTT..TUUTT..



Setelah selesai menelfon Niken langsung memasukan kembali smartphone milik nya kedalam saku celana.


"Vaa , gua langsung cabut aja deh, nyokap gua tadi telfon biasa minta anterin." Ucap Niken.

"Ohh Ya udah kak, Ta jadi nginep?." Ucap Leva.

"Iya jadi, tapi gua mijem baju lu yah." Ucap Sinta.

"Iya." Ucap Leva.

"Ya udah gua cabut dulu yah." Ucap Niken.

"Oke hati-hati yah." Ucap Leva.

"Hati-hati kak." Ucap Sinta.

"Okee sipp." Ucap Niken sambil membalik kan badan lalu berjalan menuju pagar rumah.

Leva dan Sinta pun langsung masuk kedalam rumah, setelah mobil Niken mulai pergi menjauh dari rumah Leva.













--- ooo ---
 
  • baper nina.:galau:
  • "Hmm beginikah rasa nya dipeluk seorang ibu."
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd