Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MY LOVE JOURNEY - By Tio12TT (Repost)

Nah kan sekarang malah banyak irisan bawangnya, om abis borong bawang ya...

Makasih om sudah update...
 


---My Love Journey ---

By Tio12TT
















Chapter 42







Di sebuah pusat perbelanjaan yang berlokasi di daerah jakarta, terlihat Sinta sedang berjalan sendiri menyusuri deretan toko yang berjejer di sisi kanan. Sinta datang ke pusat perbelanjaan ini karna ia akan membeli beberapa buku untuk bahan tugas, toko buku yang Sinta tuju berada di lantai tiga gedung. Senyum tipis menghiasi wajah nya, seiring langkah kaki berjalan.



"Reza dan Leva sudah berbahagia sekarang, terkadang suka baper sendiri melihat mereka, hufttt.. entah kapan aku bisa seperti dia, calon suami yang past aja belum pasti. Hemm ada sih.. tapi apa dia serius sama aku?." Ucap Sinta di dalam hati.



"Yaa Tuhan jika dia jodoh ku, aku pasrah kan pada Mu, ketuk hati nya agar dia menujukkan keseriusannya padaku. Seiring berjalannya waktu, entah kenapa ada suatu perasaan aneh dalam hati, saat dia mengeluarkan celotehnya, sikap aneh nya dan disaat dia melindungiku." Ucap Sinta di dalam hati.



Tak terasa Sinta kini sudah sampai di depan toko buku yang di tuju. Dengan langkah santai, Sinta masuk kedalam toko dan mengambil tas belanja yang sudah di sediakan, lalu ia mencari buku yang ia butuhkan.



Setelah menemukan dua buah buku yang ia cari, Sinta melangkah menuju rak buku bagian Novel.



"Cari Novel ahh buat iseng baca di rumah." Ucap Sinta. Sinta melihat-lihat koleksi Novel yang tersusun rapih, dan setelah beberapa menit mencari, ia memilih 3 buah buku Novel dengan pengarang yang berbeda.



"Ini boleh... Pancarona by Erisca Febriani, eee Ini juga... Pelarian Cinta by Rad76, Ehh ini Nama pengarangnya sama kaya nama sebutan Rizki, Gelombang Nestapa by D 805 KI." Ucap Sinta saat melihat sampul Cover Novel pilihannya.



"Haha ini kebetulan atau julukan nama si Rizki pasaran yah, hihi yang jelas bukan Rizki." Ucap Sinta.



"Hehh udah lah tinggal bayar." Ucap Sinta.



Saat Sinta akan membalikkan badan tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara anak kecil memanggil.



"Tante..tante."



Sinta langusng menoleh kembali kearah depan. "Ehh kamu manggil aku." Ucap Sinta kepada seseorang anak kecil perempuan yang sedang berdiri di hadapannya.



"Iya."



"Ada apa cantik?." Ucap Sinta.



"Ee aku minta tolong dong sama Tante, ambil buku yang di atas situ, soal nya aku belum tinggi."



Sinta hanya tersenyum melihat tingkah polos gadis kecil di hadapannya ini. "Iyaa tante ambilkan cantik." Ucap Sinta.



Sinta langusng mengambilkan buku yang anak kecil itu maksud. Dongeng sebelum tidur. "Yang ini." Ucap Sinta sambil menujukkan buku.



"Iya itu."



"Hemm kamu suka yah di dongengin sebelum tidur." Ucap Sinta.



"Suka, tapi aku pengen denger ada yang dongengin aku."



"Emang nya mamah kamu engga suka dongengin kamu seblum tidur." Ucap Sinta.



"Aku aja tidak pernah bertemu ibu."



Sinta langusng terdiam saat anak kecil berbicara seperti itu.



"Tante mau engga bacain satu cerita buat aku di sini."



"Eee.. yaudah tante bacain yah, eh tapi kita duduk di bangku itu yah biar enak." Ajak Sinta sambil menggenggam pelan tangan anak kecil.



"Yuk."



Setelah berada di depan bangku, Sinta langusng duduk, akan tetapi ia sedikit terkejut saat anak kecil tadi duduk di pangkuan nya.



"Aku duduk di pangku yah."



"Hemm iya." Ucap Sinta.



"Yuk bacain aku dongeng."



"Oke kita mulai yah." Sinta menceritakan sebuah kisah pendek yang berada di lembar pertma buku.



**

"Di sebuah ladang yang subur, tinggallah keluarga semut pekerja dan belalang si pemalas. Semut dan belalang adalah dua sahabat yang memiliki sifat berlawanan. Si semut selalu bekerja keras, mencari makan sepanjang hari dan menyimpan-nya di rumah.


Sebaliknya, belalang setiap hari bersenang-senang, bernyanyi, menari dan menikmati hidup. Belalang sangat menikmati hari-harinya dan tidak memiliki rencana kedepan. Hidup mengalir seperti air.

Suatu ketika si belalang bertemu dengan semut. "Hai semut! Kenapa kamu tidak datang ketempat ku dan bermain bersama aku?." Jawab si semut: "Aku lagi bekerja keras menyiapkan makanan untuk nanti musim dingin, pada saat musim dingin tiba, tidak ada tanaman yang bisa tumbuh dan kita akan mati kelaparan jika tidak mulai menyiapkan nya."

Belalang terpingkal-pingkal mendengar jawaban si semut dan berkata: "musim dingin masih lama semut teman ku, kenapa kamu harus khawatir? masih ada besok kan?". Kemudian belalang melajukan bermain musik dan semut kembali bekerja menyiapkan makanan. Suatu ketika musim dingin datang, semua tanaman mati dan belalang kesulitan mencari makan. Sebaliknya semut enak-enakan di rumahnya dan makan dari jagungdan biji-bijian yang di simpan sejak musim panas. Singkat cerita si belalang meninggal karna kelaparan."



**



"Tamat." Ucap Sinta dengan riang nya.



"Yeyy, Makasih Tante udah mau bacain cerita untuk aku."



"Iya sama-sama, eh nama kamu siapa?." Ucap Sinta.



"Nama aku Kelara, kalo Tante nama nya siapa?."



"Oh nama Tante, Sinta."



"Oh tante Sinta, Kelara seneng bisa ketemu sama tante, Kelara pengen punya bunda seperti tante, Kelara pasti bahagia punya bunda cantik seperti tante."



Sinta tersenyum manis saat anak kecil itu memeluk tubuh nya dengan erat."Kelara pasti dapat yang Kelara inginkan." Ucap Sinta.



"Kelara Dimana kamu Nak..Kelara."



Saat Sinta dan Kelara sedang berpelukan, tiba-tiba dari arah belakang Sinta terdengar suara pria memanggil Kelara, tau siapa yang memanggil, kelara langsung menjawab.



"Ayah aku disini."



Pria itu langusng berjalan menghampiri Kelara. "Duhh papah cariin ternyata di sini, eehh Sinta?." Pria itu langsung terkejut saat melihat Kelara sedang di pangku oleh Sinta.



"Rizki?." Sinta sangat terkejut saat melihat Boski sedang berdiri menatap dirinya.



Kelara hanya diam, menatap Boski dan Sinta yang saling terkejut.



"Kamu ngapain di sini?." Ucap Boski kepada Sinta.



"Lah kamu juga ngapain di sini?." Ucap Sinta.



"Aku lagi nganterin anak aku cari buku, tadi dia hilang dan ternyata di sini sama kamu." Ucap Boski.



"Ini anak kamu?." Ucap Sinta.



"Iya." Boski mengangguk pelan.



"Ayah.. ayah kenal sama Bunda?."



Sinta menatap heran kerah Kelara yang tiba-tiba memanggil nya dengan sebutan Bunda bukan tante.



"Bunda?." Ucap Sinta dengan herannya.



"Hihi boleh yah Kelara manggil Tante itu Bunda."



"Boleh dong sayang, dan kamu juga boleh manggil Bunda selamanya." Ucap Boski sambil berdiri dihadapan Sinta.



"Ehh." Sinta sangat terkejut mendengar ucapan Boski.



"Rizki ini calon kamu." Celetuk seorang wanita berumur sekitar lima puluh tahun, sambil berjalan menghampiri Boski.



"Ibu bukannya duduk saja di kursi depan toko, kaki ibu lagi sakitkan." Ucap Boski.



"Sudah kamu teralu berlebihan, ibu cuman pegal saja. Ibu tanya!, ini Calon kamu?." Ucap ibu Boski.



"Doakan saja Bu, masih proses, pelan tapi terarah." Ucap Boski dengan pd nya.



"Iya Nek, Kelara mau, Bunda jadi Bunda Kelara." Ucap Kelra dengan polos nya.



"Bunda?." Ibu Boski sedikit bingung karna Kelara memanggil Sinta dengan panggilan Bunda.



"Itu hebatnya calon Rizki, baru pertama kali kenal, Kelara langusng suka, biasanya kan Kelara kalau ketemu orang baru sulit untuk beradaptasi." Ucap Boski.



Sinta hanya terdiam kaku, sambil melempar senyum malu kearah ibu Boski. Ibu Boski melangkah ke depan Sinta, Refleks Sinta langusng mencium tangan ibu Boski.



"Duhh Udah Cantik..Baik..Sopan, duh engga salah ibu punya calon mantu." Ucap ibu Boski.



"Eh tapi bener kan kamu calon nya anak ibu?, jangan-jangan Rizki cuman ngada-ngada nih." Sambung Ucap ibu Boski sambil tersenyum.



"Aaaee." Sinta sangat gugup hingga tak mampu berkata-kata.



"Iya Nene, Bunda kan..Bunda nya Kelara, iya kan Bunda?." Ucap Kelara.



"Eees heheee ee." Sinta tampak sedikit cengengesan karna ia sangat gugup saat ini.



"Aduh kamu ki, dari dulu aja kamu dapet jodoh yang seperti ini, tipe ibu banget." Ucap ibu Boski sambil memegang pundak Sinta.



Sinta makin merasa gugup di perlakukan sperti ini oleh ibu Boski, bisa dilihat dari kedua pipinya yang mulai memerah.



"Rizki kita ajak makan dulu, ibu mau nanya banyak sama calon kamu." Ucap ibu Boski.



"Ehh." Sinta sangat terkejut, iya hanya bisa tersenyum sambil melirik wajah Boski.



"Ayukk Nekk, yukk Bunda." Ucap Kelara dengan riang nya sambil menarik paksa tangan Sinta.



"Ehhh." Sinta hanya bisa mengikuti gerak langkah Kelara.





"Ibu dan Kelara duluan saja, Rizki mau bayar dulu buku yang Sinta dan Kelara Beli." Ucap Boski.



"Yaudah Ibu tunggu di restoran biasa yah." Ucap ibu Boski.



"Iya, Ibu jalan nya pelan-pelan yah. Taa Sini tas belanja kamu biar aku yang bayar sekalian sama buku Kelara." Ucap Boski sambil mengambil tas belanja dari tangan Sinta.



"Eea." Sinta hanya tersenyum isyarat kepada Boski.



"Haha, Sudah titip Ibu dan Kelara, aku mau bayar dulu." Ucap Boski sambil berjalan menuju kasir.



"Yukk Nak." Ucap Ibu Boski sambil mempersilakan Sinta jalan terlebih dahulu.



"Eeiiyya." Ucap Sinta sangat bingung.



Akhirnya Sinta mengikuti gerak langkah ibu Boski dan Kelara menuju sebuah Restoran yang berada tak jauh dari posisi toko buku.







--- ooo ---






"Nak Sinta jangan tegang gitu dong biasa aja, dulu saat Ibu sepantaran kamu juga awalnya gugup saat ketemu calon mertua, tapi ibu berusaha santai aja." Ucap Ibu Boski.



"Iya Buk." Ucap Sinta sambil tersenyum.



"Bunda suapin." Rengek manja Kelara kepada Sinta.



"Ya udah sini Bunda suapin." Sektika Sinta merasa malu karna ia keceplosan saat menyebut kata Bunda.



Sinta melirik wajah Boski, ia melihat Boski sedang tersenyum jahil kearah Sinta, Sontak Sinta mengalihkan pandangan menahan rasa gugup yang tak tertahankan.



"Bunda lagi."



"Eh iya." Sinta kembali menyuapi Kelara.



"Umur berapa kamu Sinta?."Tanya Ibu Boski di selah makanan.



"Jalan dua puluh dua Buk." Ucap Sinta.



"Wow Ki kamu nyarinya yang masih fresh dan segel yah haha." Goda Ibu Boski.



"Haha Ibu bisa aja." Ucap Boski.



"Hehee." Sinta bersaha tertawa mengikuti susana.



"Kamu lulus kuliah berapa tahun lagi?." Tanya Ibu Boski.



"Satu tahun lagi." Ucap Sinta sambil tersenyum.



"Hemm, lumayan lama juga, kalian punya komitmen nikah kapan setelah Sinta lulus atau sebelum lulus?." Ucap Ibu Boski.



"UHUKK..UHHUUKK..UHUKK!!."



Mendengar kata menikah Sinta seketika tersedak saat ia sedang mengunyah makanan.



"Duh Bunda pelan-pelan makannya." Ucap Kelara.



Refleks Boski langsung berdiri dan memberikan minum sambil mengusap pelan punggung Sinta.



"Makasih." Ucap Sinta kepada Boski.



Boski hanya tersenyum, lalu ia duduk kembali di kursi.



"Kii, kamu sebagai pria harus memberi-kan kepastian yang jelas kepada seorang wanita, Ibu tau ini bukan kali yang pertama bagi mu tapi Ibu rasa ini adalah yang terbaik dari pada masa lalu kamu." Ucap Ibu Boski.



"Jika kamu serius tujukan keseriusan kamu." Ucap Ibu Boski.



"Biar takdir Tuhan yang menentukan." Ucap Boski.



"Eh nak Sinta, kamu nanti pulang naik apa?." Ucap Ibu Sinta.



"Ee angkutan umum Buk." Ucap Sinta.



"Bunda bareng kita aja yah."



"Iya bener tuh kata Kelara, nak pulangnya bareng aja yah, tenang kita naik mobil sendiri kok." Ucap Ibu Boski.



"Ee maaf Buk takut merepotkan." Ucap Sinta.



"Kalo merepotkan ngapain Ibu ngajakin kamu." Ucap Ibu Boski.



"Pokoknya Bunda harus bareng!."



"Aku sih terserah kamu aja." Ucap Boski.



Hati Sinta berkecamuk saat ini, di sisi lain ia amat sangat merasa gugup dan malu, akan tetapi untuk menolaknya ia merasa amat sangat sungkan.



"Yaudah iya." Ucap Sinta.



"Yeyy masih bareng Bunda."



"Seneng banget kamu Kelara." Ucap Ibu Boski.



"Seneng lah Nek."



"Yaudah yuk buruan makannya." Ucap ibu Boski.



Setelah mereka selesai menyantap hidangan yang di pesan, Boski langsung pergi ke meja kasir lalu kembali ke meja makan.



"Yaudah yuk pulang." Ucap Boski.



Sinta, Kelara dan ibu Boski langsung berdiri, dan mereka melangkahkan kaki mereka meuju parkir basement tempat Boski memarkan mobilnya.



"Kelara pulang sekolah langsung ngajak ayah pergi?." Tanya Sinta kepada Kelara di selah mereka berjalan.



"Iya abis aku pengan banget beli buku dongeng." Ucap Kelara



"Eh Bunda, kelara nanti duduk nya di depan yah sama Bunda, jadi bunda duduknya samping ayah." Ucap Kelara.



"Eee iiya." Ucap Sinta



Setelah beberapa menit mereka berjalan menyusuri lantai mall, akhirnya mereka sampai di depan mobil milik Boski.



"Ayoo Bunda duduk di depan."



"Iya." Sinta tidak punya pilihan lain lagi, kini ia duduk di sebelah Boski sambil memangku Kelara.



Teggg!!.



"Okeyy kita pulang, Ta aku anter kamu pulang dulu." Ucap Boski dan di jawab senyuman oleh Sinta.



BBRRUMM!!..



Perlahan Boski mulai menjalankan mobilnya menyusuri area parkiran Mall menuju ke jalan raya. Baru dua puluh menit mobil yang Boski kendari membelah kemacetan, terlihat Kelara sudah tertidur pulas di pelukan tubuh Sinta. Sinta tersenyum saat melihat wajah lugu Kelara yang sedang bersandar di dadanya, entah kenapa ia merasa nyaman mendekap tubuh Kelara, seolah naluri seorang Ibu mulai tumbuh dalam hati kecilnya.



"Rizki sebaiknya kita anter pulang Kelara dulu, aku engga tega melihat nya, kecapekan banget anak kamu." Ucap Sinta.



"Yasudah kalau mau kamu begitu, aku putar arah, tapi tetap kamu aku antar pulang." Ucap Boski.



"Iya." Ucap Sinta.



Boski langsung memutar arah laju mobilnya, menuju jalan yang mengarah ke kediaman rumah miliknya.






--- ooo ---








Mentari mulai terbenam kearah barat, hembusan angin sore sangat sejuk terasa, burung-burung yang mulai kembali ke sarang, setelah seharian terbang menyusuri langit yang sangat luas.

Di atap gedung kampus xxxxx, terlihat Leva dan Reza sedang berbaring sambil menatap langit senja, sudah dari pagi mereka berada di tempat ini, hanya sekedar saling memandang dan menikmati moment yang sudah lama mereka lewati.



"Vaa." Ucap Reza sambil memandang langit.



"Apa?." Ucap Leva.



"Apa kamu tau, siapa orang paling bodoh setelah orang yang suka membuang sampah sembarangan."Ucap Reza.



"Hemm.. buang mantan sembarangan kali hehe." Ucap Leva.



"Hihi bukan itu, orang paling bodoh setelah orang yang suka membuang sampah sembarangan itu adalah orang yang pernah membuang ingatan dengan orang yang paling dicinta." Ucap Reza.



"Tapi kamu tidak membuangnya Za." Ucap Leva.



"Yaa tapi aku merasa bodoh saja pernah melupakan mu." Ucap Reza sambil tersenyum.



"Lebih Bodoh jika kamu tak pernah mengingatku." Ucap Leva.



"Zaa." Ucap Leva.



"Iya?." Ucap Reza.



"Kamu liat awan itu." Ucap Leva sambil menunjuk kearah langit.



"Hemm iya kenapa dengan awan itu?." Ucap Reza.



"Bentuk nya lucu seperti kelinci." Ucap Leva.



"Hahh, perasaan bentuk awan nya sama semua." Ucap Reza.



"Tidak, itu bentuk kelinci." Ucap Leva.



"Za?." Ucap Leva.



"Kenapa lagi Va?." Ucap Reza.



"Lihat kearah diri mu sendiri." Ucap Leva.



"Hah? Kenapa aku harus melihat diri ku sendiri?." Ucap Reza.



"Anggap saja diri mu itu tidak pernah melupakan ku, seperti aku melihat awan itu seperti bentuk kelinci." Ucap Leva.



Reza tersenyum memandang wajah Leva, Akan tetapi ia sangat bingung karna melihat Leva sedikit mengeluarkan air mata.



"Aku ramal sebentar lagi akan hujan." Ucap Reza.



"Tau dari mana?." Ucap Leva sambil menyeka air mata yang keluar dari kelopak matanya.



"Melihat langit yang indah meneteskan air, jatuh membasahi bumi." Ucap Reza.



"Aku tidak menangis." Ucap Leva.



"Kau jujur." Ucap Reza.



"Seharusnya bohong dong." Ucap Leva.



"Nah itu tau." Ucap Reza.



"Aku hanya takut, kehilangan mu lagi Za." Ucap Leva.



"Datang untuk pergi, pergi untuk kembali." Ucap Reza.



"Aku hanya memilih datang dan kembali." Ucap Leva.



"Tergantung tuhan yang menentukan." Ucap Reza.



Reza memiringkan posisi tidurnya mengahadap kearah wajah Leva.



"Bunga, jangan lah layu.

Tebarkan pesona indah Mu.

Maaf, aku pernah menjadi angin,

menghempaskan Daun dan batang ke tanah.

Maaf juga, pernah melupakan mu.

Tapi kini aku kembali.

Seperti musim semi yang datang setelah badai pergi.

Bunga ku rangkai kata picisan untuk mu,

sebagai pupuk dan air, agar kau tumbuh kuncup.

Mekar lah jadi bunga, yang indah seperti biasa."



Kedua mata Leva terlihat berkaca-kaca saat mendengar syair kata-kata yang Reza ucapkan.



"Kata-kata picisan yang indah." Ucap Leva.



"Seindah inspirasinya." Ucap Reza.



Leva tersipu malu mendengar ucapan Reza. "Sejak kapan pria ku jadi tukang gombal seperti ini." Ucap Leva sambil tersenyum.



"Entah efek Amesia yang pernah ku derita kali hahaha." Ucap Reza.



"Lah bisa begitu." Ucap Leva.



Reza bangkit lalu ia berdiri memandang kearah lapangan kampus, di susul Leva setelah itu.



"Va, banyak yang telah ku lewatkan semenjak aku tak sadar!!." Ucap Reza.



"Harus kah aku cerita kan?." Ucap Leva.



"Iya." Ucap Reza.



"Oke jadii.."



Leva menceritakan secara detail kepada Reza kejadian-kejadian yang telah terjadi, dari mulai menjebloskan Gaga dan om Harjo kedalam penjara, terseret nya papah David kedalam penjara, koma nya Reza, Konspirasi Winda bersama Riana hingga semua permasalahan menemui titik terang hingga Reza ingat kembali.



"Jadi papah kamu ikut terseret kedalam penjara juga?." Ucap Reza.



"Iya." Ucap Leva.



"Apa kamu benci papah?." Ucap Leva.



"Tidak sama sekali." Ucap Reza.



"Tapi tetap aku sebagai anak nya merasa malu sama kamu." Ucap Leva.



"Sudah lah, yang penting papah mu sudah medapatkan penjarahan hidup sekarang." Ucap Reza.



"Next apa yang akan kamu buat?." Tanya Leva.



"Menata ulang hidupku, bersama mu." Ucap Reza sambil menatap wajah Leva.



"Kita bangun bersama." Ucap Leva.



"Ee..eeh, ngomong-ngomong kuliah aku berhenti di tengah jalan dong?." Ucap Reza.



"Kuliah kamu tidak berhenti di tengah jalan Za, soalnya saat hari ke tiga kamu berada di rumah sakit, aku langsung mengajukan cuti kuliah kepada akademik dengan alasan sakit. begitu juga dengan aku, tapi aku beralasan ingin merawat kamu, karna kamu hidup sebatang kara." Ucap Leva.



"Untung masih ada kesempatan aku untuk mengwujudkan cita-cita ayah ku, melihat ku mendapat kan gelar sarjana." Ucap Reza.



"Untung masih ada kesempatan untuk mengwujudkan cita-cita ayah ku." Ucap Reza.



"Kita wujud kan bersama." Ucap Leva.



"Ehh, balik yuk Za langit sudah terlalu sore ini." Ucap Leva.



"Yuk, tapi aku ingin balik kerumah sudah lama aku meninggalkan nya." Ucap Reza.



"Iya, tapi aku nginep yah di rumah kamu, aku ingin merawat kamu dalam beberapa hari kedepan." Ucap Leva.



"Ya udah terserah kamu Va." Ucap Reza.



"Yuk." Reza mengandeng tangan Leva, lalu ia berjalan menuju pintu yang menarah ke kantai dasar.



Leva hanya tersenyum, sambil mengikuti gerak langkah kaki Reza.






--- ooo ---






"Ki biar Ibu yang buka pintu." Ucap ibu Boski sambil membuka pintu Mobil.



Mobil yang Boski kendari sudah sampai di depan kediaman rumah nya. Rumah kediam Boski tampak sangat sederhana, tidak ada kesan mewah seperti hal nya rumah Doni, namun Boski dan keluarga sangat nyaman tinggal di tempat ini.



"Buk engga usah biar Rizki saja." Ucap Boski langsung turun dari mobil untuk membuka pagar rumah.



"Kelara masih tidur?." Tanya Ibu Boski.



"Iya nyenyak sekali tidurnya." Ucap Sinta sambil mengusap pelan rambut Kelara.



"Nak Sinta, walau umur kamu masih sangat muda tapi kamu sudah memiliki jiwa keibuan, dan Ibu rasa kamu sudah cocok menjadi penganti Ibu nya Kelara." Ucap Ibu Boski.



Sinta hanya bisa tersenyum kepada Ibu Boski.


"Kelara masih tidur?." Ucap Boski sambil menoleh kearah dalam mobil.



"Dia pulas tidur didekapan Sinta." Ucap Ibu Boski.



Boski memutar arah ke pintu depan mobil bagian kiri. "Sinta ee sini, Kelara akan aku gendong kedalam." Ucap Boski sambil mengambil kelara dari pelukan Sinta.



"Ehhaargg." Kelara sedikit bergeliat saat Boski menggendongnya.



"Husst..huuustt.., bobo lagi sayang." Ucap Boski sambil membelai lembut kepala Kelara.



Sinta terlihat tersenyum penuh Arti saat melihat Boski menggendong Kelara.



"Sepertinya kamu seorang pria yang bertanggungjawab bagi anak dan keluarga." Ucap Sinta di dalam hati.



"Nak Sinta masuk dulu yuk." Ucap Ibu Boski.



"Hemm, tanpa mengurangi rasa hormat saya ke Ibu.. tapi mohon maaf Sinta mau langsung pulang saja karna ada beberapa urusan yang harus Sinta lakukan, lain hari mungkin Sinta akan main kerumah ibu." Ucap Sinta menolak halus ajakan ibu Boski



"Yah sudah tidak apa-apa, tapi lain kali kamu main yah ke rumah bareng Rizki." Ucap Ibu Boski.



"Insyaallah." Ucap Sinta.



"Yasudah Ibu masuk kedalam rumah." Ucap Ibu Boski.



"Assalamualaikum Bu." Sinta langusng mencium tangan Ibu Boski sebelum ia membalikkan badan.



"Ehh.. Waalaikumsalam." Ucap ibu Boski lalu ia berjalan masuk kedalam rumah.



Tak berselang lama, muncullah Boski dari arah dalam rumah dan masuk kembali kedalam mobil.



Brrukk!!..



"Dah aku antar kamu pulang." Ucap Boski sambil memasang sabuk pengaman.



"Maaf jika merepotkan." Celetuk Sinta.



"Sudah tidak apa-apa, ini kemauan Kelara dan aku sendiri kok." Ucap Boski.



Boski pun langsung memutar arah mobilnya menuju ke jalan yang mengarah ke rumah Sinta. Sepanjang perjalanan pulang tidak ada obrolan yang terjadi di antara mereka, entah kenapa sikap Boski kini sedikit diam hanya fokus menyetir, akan tetapi sepertinya Boski sedang memikirkan sesuatu. Sesekali Sinta terlihat sedikit curi-curi pandang kearah Boski.



"Kalau di liat-liat Rizki untuk ukuran pria yang sudah memiliki anak masih terlihat tampan." Ucap Sinta di dalam hati.



"Dan ternyata di balik sikap nya yang selengean, dia itu pria yang penyayang keluarga dan bertanggungjawab." Ucap Sinta di dalam hati.



"Bagaikan buah, Sudah masak dan mungkin terasa manis, tapi banyak hal yang aku belum ketahui tentang dia." Ucap Sinta di dalam hati.



"Tapi malu juga sih di ledek seperti itu oleh Kelara dan Ibu, dan bego nya kenapa aku hanya diam pasrah seolah mengiyakan perkataan mereka." Ucap Sinta di dalam hati.



"Ya Tuhan apa kah ini jalan nya?, apa ini jawaban dari semua Doa ku selama ini." Ucap Sinta di dalam hati.



"Kamu kenapa kok senyum-senyum sendiri?." Ucap Boski sambil fokus menyetir.



"Ehh engga, kalo di fikir-fikir anak kamu lucu, imut dan menggemaskan." Ucap Sinta.



"Kaya Ayah nya." Ucap Boski sambil tersenyum jahil.



"Haha GR kamu." Ucap Sinta.



"Entah kenapa aku merasa Kelara dari awal bertemu dengan ku itu sangat akrab, akrab dalam arti dia merasa sudah menemukan orang yang selama ini cari." Ucap Sinta.



"Mungkin kalian berdua memiliki chemistry alami." Ucap Boski.



"Sinta." Ucap Boski.



"Apa?." Ucap Sinta.



"Kamu wanita paket komplit, Cantik, muslimah, penyayang dan itu tipe aku banget." Ucap Boski.



Sinta sedikit tersipu saat Boski memuji diri nya, namun Sinta tidak mau terlihat oleh Boski.

"Gombal." Ucap Sinta.



"Aku tak pernah seserius ini saat memuji wanita!." Ucap Boski dengan nada suara serius.



Deg..



Jantung Sinta seketika berdegub cukup kencang karna ia merasa ada suatu perasaan aneh di dalam hatinya.



"Ee umur Kelara berapa tahun?." Ucap Sinta mengalihkan pembicaraan.



"Jalan enam." Ucap Boski singkat.



"Mau nanya juga umur ku?, tahun ini aku berusia dua puluh sembilan tahun." Ucap Boski yang membuat Sinta sedikit tercengang.



"Selisih tujuh tahun dengan ku." Ucap Sinta di dalam hati.



"Kenapa kaget hehe." Ucap Boski.



"Ehh engga." Ucap Sinta.



"Hemm jika boleh tau Ibu nya Kelara di mana yah?." Ucap Sinta.



Boski terdiam sejenak, berusaha mengumpulkan tenaga untuk menjelaskan kepada Sinta. Melihat perubahan sikap Boski, Sinta merasa tak enak hati karna takut mengusik kisah masa lalu nya.



"Ehh sudah jangan." Ucap Sinta terpotong karna Boski menyerahkan sebuah foto berukuran kecil di hadapannya.



Sinta melihat sebuah foto Wanita sedang berdiri sambil tersenyum menatap kearah kamera.



"Namanya Dinda Vauziah, dia teman kerja ku dulu. Seiring jalannya waktu di antara kami saling memiliki ikatan, hingga kami memutuskan untuk menikah. Saat itu usia ku masih dua puluh dua tahun. Membina Rumah tangga tak seindah yang ku bayangkan, memiliki tanggung jawab akan tetapi masih sulit untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Lambat laun sikap Dinda berubah, bergaul dengan ibu-ibu sok kaya membuat dirinya seakan jijik berlama-lama hidup sederhana. Di tambah munculnya benih kehidupan Kelara dalam diri nya membuat ia tertekan, ia tak sanggup melahirkan dalam keadaan susah. Hingga suatu ketika aku medapatkan kabar bahwa Dinda selingkuh setelah lima bulan kelara lahir kedunia ini. Yang membuat hati ku hancur, ketika saat aku memergoki dia sedang berhubungan Badan dengan selingkuhan nya. Marah sudah pasti, tapi apalah daya ku dibandingkan dia. Pada saat itu Dinda memutuskan untuk pergi meninggalkan kami berdua. Semenjak Dinda pergi aku mengurus Kelara seorang diri, mengendong dan mendekap nya dikala kerja sebagai montir bengkel dann.."



"Hiikkss.." tiba-tiba Boski meneteskan air mata.



"Dan aku masih ingat. Di kala Kelara sakit, badan nya panas tinggi. Aku tak memiliki uang saat itu...Hiikss, aku hanya bisa mendekap nya. Berharap pelukan seorang ayah dapat menyembuh kan nya." Boski bercerita sambil menitihkan air mata.



Sinta sangat terhenyuh mendengar cerita masalalu Boski, tak terasa airmata sedikit keluar dari mata sebelah kiri Sinta.



"Sampai suatu ketika aku bertemu dengan Doni yang juga sahabat mu. Dia membantu ku bangkit dari keterpurukan, memberikan ku kepercayaan untuk mengelola usaha bengkel motor miliknya, dan kini aku bisa bangkit karna nya, aku bisa menyekolahkan Kelara dan menabung untuk masa depan." Ucap Boski.



"Tak disangka di balik sikap ceria dan selengean nya di hadapanku, terselip pengalaman hidup yang kelam. Aku sedikit salut pada nya, dia Pria yang kuat dan bertanggungjawab. Calon imam yang baik.. Ehh ngomong apa aku barusan." Ucap Sinta di dalam hati.



"Yang sabar kii, masalalu biar lah menjadi masa lalu. Aku yakin kamu akan medapatkan pengganti nya yang lebih baik, lebih soleha dan Sayang sama anak kamu." Ucap Sinta.



"Hikks aku sudah menemukannya." Ucap Boski.



Tiba-tiba Boski mengeluarkan smartphone dari kantung jaket yang ia kenakan, lalu Boski mengarahkan smartphone kearah Sinta, kemudian ia tampak menekan Layar smartphone.



"Kamu ngapain?." Tanya Sinta.



Tringg!!..



Tiba-tiba smartphone milik Sinta berdering, menandakan pesan whatsapp masuk. Sinta langsung mengambil smartphone dan memeriksa pesan whatsapp.



"Wanita yang ada di handphone kamu adalah Wanita yang akan menjadi penganti ibu dari Kelara." Ucap Boski.



Sontak kedua pipi Sinta langusng memerah merona, badan nya kaku karna sangat grogi. Ia melihat gambar diri nya sedang melihat kearah kamera, ternyata Boski menfoto Sinta diam-dian beberapa detik yang lalu.



"Apakah kamu sedang bercanda." Ucap Sinta sambil membuang muka.



"Apakah sebuah harapan harus di ungkapan secara bercanda." Ucap Boski sambil tersenyum.



"Ehh." Sinta sangat gugup sapai tak bisa berbicara.



"Hehe sudah, aku tak mau membuat mu lebih gugup." Ucap Boski kembali fokus menyetir.



Sinta hanya tersenyum memalingkan wajahnya kearah kaca mobil. Kini sepanjang perjalanan pulang tidak ada obrolan lagi hingga mereka sampai di depan gang yang mengarah ke rumah Sinta.



Trreeettt!!..



Setelah satu jam Boski mengendarai Mobil, akhirnya mereka sampai di depan gang yang mengarah ke rumah Sinta.



"Sampai kita." Ucap Boski.



"Makasih yah udah di aterin." Ucap Sinta.



"Sama-sama." Ucap Boski.



"Mau mampir istirahat, sepertinya kamu cukup lelah, nanti aku buatin kopi untuk kamu." Ucap Sinta.



"Hemm boleh." Ucap Boski.



Sinta langsung turun dari dalam mobil beberapa saat kemudian Boski menyusul. Setelah mengunci mobil, Boski dan Sinta berjalan beriringan menuju rumah Sinta.






--- ooo ---​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd