Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Naga Merah

Anehnya kenapa naga bs begitu saja menyuruh Sari dan Lissa datangi Doni tampa dikawal.. tp yaa mgkn dgn cara begini bisa mendepak Dini dr cerita.. dan musuh tdk mendapatkan darah dan jasad Doni... malah dapat dukungan dr raja siluman harimau skrg... tinggal si Panji nih yg kudu di lindungi...
Thanks updatenya suhuu...
Tadinya sih karena Naga lengah, merasa Natapraja tidak akan berani bertindak gegabah karena Doni didukung Herman, tapi ya memang maksud authornnya biar agak ngirit ngetik Hu, hehehehe😅
Jiaahhh ternyata suhu mempertahankan alur murni cerita... Mantaplah tdnya udah kebayang gerbang ketujuh terbuka karena sakit hati luar biasa raja naga. Ternyata g gitu ya
Siap Hu, ditunggu gerbang ketujuhnya yap 😁
Sore update Om... seperti biasa… bacaan asik sesudah buka…??
Maaf mengecewakan suhu, belom ada update. Besok kemungkinan sudah ada, lagi senut2 di kuping ini 😅 agak kurang pas momennya padahal udah tinggal dikit lagi tamat.
 
Part 23
Kembalinya Kyai Sengkelat

Kami memakamkan Doni di sebelah makam Kartadirja, ayahnya.

Sari masih sesekali menangisi kepergian Doni. Lelaki yang dulu sempat dibencinya karena memukulku tetapi berakhir dengan kematian karena membela dirinya.

Kami lalu kembali ke rumah Rhea, diikuti dengan beberapa siluman ular yang kini ketat menjaga ratu mereka.

Sampai di rumah Rhea, nampak Aditya ditemani dengan beberapa orang yang kuyakini merupakan siluman harimau.

"Ada tamu rupanya, mari silakan masuk", ujar Pak Cipta ramah

Merekapun memasuki rumah dengan beriringan. Aura petarung yang kurasakan dari mereka kuakui lebih pekat daripada siluman lainnya. Tak heran bila mereka sangat disegani di kalangan bangsa siluman.

"Jadi apa sebenarnya yang membuat kelompok harimau sudi turun gunung dalam pertempuran kali ini?", ujar Pak Cipta setelah semua tamu kami persilakan duduk.

"Sebenarnya memang sudah lama kami menghibdari konflik dengan dunia luar. Tetapi kali ini kami memandang perlu turut campur dalam urusan ini", jawab Aditya.

"Kami melihat sendiri pertempuran kali ini tidak hanya pertarungan mencari siapa yang terkuat tetapi juga dominasi hitam dan putih. Siapa yang memenangkan pertempuran kali ini dia yang akan membawa kedamaian atau kehancuran", sambungnya.

"Natapraja kali ini melibatkan banyak pihak untuk mendukungnya. Dan kami, siluman harimau cepat atau lambat pasti akan terusik oleh mereka jika kami tak segera mengambil sikap."

"Melawan mereka sendiri bukan opsi yang bijak. Sedangkan bergabung dengan mereka tentu tidak sesuai dengan prinsip hidup kami. Maka pilihan terbaik adalah dengan bergabung bersama kalian".

"Kami memahami apa yang saudara-saudara kelompok harimau rasakan. Dan tentu saja dengan tangan terbuka kami menerima kalian sebagai bagian dari salah satu kekuatan kami", Pak Cipta tersenyum ramah.

Benar yang mereka katakan. Cepat atau lambat kelompok Natapraja pasti akan mendatangi kelompok harimau. Dan menunda keputusan mereka membuka kemungkinan semakin kuatnya kelompok Natapraja yang tentu akan semakin sulit melawan mereka.

"Jadi yang harus kita lakukan sementara ini meningkatkan kemampuan kita semua, melindungi darah trah Condong Campur dan menyiapkan penyerangan sebelum Natapraja bisa menyatukan Kundalininya", ujar Pak Cipta.

Kami mengamini perkataan Pak Cipta.

Beberapa saat kemudian nampak satu demi satu petarung siluman harimau mulai hadir di rumah ini. Rupanya mereka telah mempersiapkan diri untuk bertarung. Sungguh kelompok yang sangatlah rapi dan taktis. Cepat sekali tindakan yang mereka lakukan.

Tak mau kalah, Lissa memanggil pengawalnya untuk menghubungi semua petarung siluman ular. Aku agak geli sebenarnya, seharusnya seorang Ratu Ular bisa memanggil sendiri anak buahnya tanpa beranjak dari tempatnya. Tetapi mungkin karena Lissa baru saja menerima status dan kekuatan ratu ular sehingga dia belum familiar dengan semua itu.

Kini para petarung siluman harimau dan siluman ular telah berkumpul di rumah Rhea yang untungnya cukup besar menampung semuanya.

Kami para trah penjaga sekaligus pengguna Kundalini berkumpul di ruang belakang untuk berlatih. sekaligus memantapkan rencana penyerangan.

"Di pihak kita berarti ada aku, Hadi, Rhea, Satrio, Beni, Rangga, Panji, Sari dan engkau Raja Naga", ujar Pak Cipta

"Ada 9 orang pengguna Kundalini yang siap bertempur ditambah Lissa dan petarung siluman ular serta Aditya dengan petarung siluman harimaunya, mungkin total petarung kita antara 70 sampai 80 orang".

"Sedangkan di pihak Natapraja, yang didukung beberapa kelompok siluman yang kuperkirakan memiliki petarung dengan jumlah sekitar 150an", lanjut Pak Cipta.

"Sebenarnya tidak terlalu buruk, karena dua kelompok siluman kuat ada di pihak kita. Meski sebelumnya tidak diperhitungkan tetapi setelah kebangkitan ratu siluman ular, kelompok ini masuk ke jajaran kelompok siluman kuat karena peningkatan kekuatan yang luar biasa pesat, terutama karena bantuan darimu Naga", ujar Hadi

"Ditambah dengan para pengguna Kundalini, kurasa kekuatan kita hampir berimbang", sambung Rangga.

"Tetapi jangan lupa, apabila mereka berhasil menempa ulang Kyai Condong Campur, maka hanya Naga satu-satunya harapan kita. Dulu sebelum ditempa ulang saja Sabuk Inten dan Sengkelat sempat mengalami kesusahan mengalahkan Condong Campur", Pak Cipta menambahkan

"Yang aku masih belum tahu, sampai sekarang aku belum pernah melihat wujud dari Sengkelat dan Sabuk Inten", tanyaku penasaran.

Pak Cipta bergeser sedikit dari tempat duduknya. Dengan tersenyum dihentakkan kakinya ke tanah. Dan sungguh mengagetkan, kaki kiri Pak Cipta tiba-tiba seperti terpatah lalu tergolek lemah di lantai.

Kami semua tercekat melihat pemandangan tersebut. Lalu dengan santai Pak Cipta mengambil kaki palsunya tersebut dan menekan sebuah tombol rahasia, hingga terbukalah sebuah rongga di dalamnya. Dari dalam rongga tersebut nampak sebilah keris tertutup warangka berwarna emas berkilauan.

"Jadi selama ini engkau membawa Sabuk Inten bersamamu Pak Cipta?", ujarku

"Karena aku merasa lebih aman seperti ini, dan tidak ada orang yang menyangka aku menggunakan kaki palsu bukan", Pak Cipta terkekeh

"Hanya Natapraja yang tahu tentang kaki palsu ini karena aku cacat sejak lahir. Tetapi mungkin dia juga tak menduga ada Sabuk Inten di dalam kaki palsuku", lanjutnya.

Pak Cipta menyerahkan Sabuk Inten kepadaku. Aura berwarna kuning menyelimuti bilah keris tersebut. Sebuah mahakarya seorang empu di jamannya tentu saja. Dengan aura sepekat ini, Sabuk Inten masih kalah dengan Condong Campur. Sungguh aku membayangkan sebuah kekuatan luar biasa apabila Condong Campur kelak berhasil ditempa ulang. Mungkin Sengkelat pun tidak akan mampu menaklukannya.

"Hanya saja trah terakhir yang memegang Sengkelat adalah Candra, ayah Sari. Setelah dia tewas, Sengkelat seperti entah kemana rimbanya. Tidak terlacak hingga sekarang", ujar Pak Cipta.

"Dia ada padaku", suara Aditya membuat kami semua menoleh ke arah pintu masuk ruangan ini.

Nampak Aditya membawa sebilah keris dengan warangka beludru merah dijepit dengan pendhok berwarna keemasan. Kali ini aku merasakan aura merah yang sangat pekat keluar dari keris tersebut.

Aditya berjalan ke arahku, kemudian menyerahkan Kyai Sengkelat kepadaku dengan takzim.

"Bagaimana Kyai Sengkelat bisa ada di tanganmu Aditya?", tanya Sari

"Jauh sebelum ayahmu meninggal, dia telah menitipkan Kyai Sengkelat kepada ayahku. Dia sebenarnya tidak ingin lagi ikut campur masalah dunia dan mempercayakan penjagaan Sengkelat kepada kami siluman harimau", ujar Aditya.

"Itu juga salah satu alasan meredupnya kekuatan Sengkelat, karena tidak di tangan darah asli penjaganya, disamping sudah tidak ada lagi lelaki di trah penjaga Sengkelat", Pak Cipta menegaskan.

Kuserahkan Kyai Sengkelat kepada Sari. Diterimanya dengan takzim, dan kini pendaran aura merah Kyai Sengkelat meningkat secara pesat.

Rupanya Rangga melihat hal yang sama denganku.

"Aura kemerahan Kyai Sengkelat sungguh luar biasa begitu kembali ke trah penjaganya, aku tak membayangkan apabila dalam trah Sengkelat ada lelaki pewaris penjaganya", ujar Rangga

Sari lalu menyelipkan Kyai Sengkelat di bajunya dan kembali duduk bersama kami.

Belum lama kami duduk kembali, Lissa memasuki ruangan dengan tergopoh-gopoh.

"Kabar buruk", ucapnya dengan wajah pucat seputih kapas.

"Seorang mata-mataku melihat Natapraja bersama beberapa siluman mendaki kawah ijen".

"Aku khawatir dia telah mendapatkan semua syarat yang diperlukan untuk menempa ulang Kyai Condong Campur".

Tubuhku menegang. Ada sesuatu yang tidak beres terlewatkan olehku.

"Hyang Danumaya", panggilku

"Ya Rajaku", Hyang Danumaya muncul di alam semayamnya

"Munculkan kejadian saat pertarungan terakhirku dengan Natapraja", ujarku

"Baik Rajaku", jawabnya

Sebuah kilasan-kilasan kejadian melintas di depanku. Kedatangan Sari dan Lissa di rumah Doni, pengkhianatan Herman, Doni tang terkena pukulan telak Natapraja hingga kehadiran Aditya yang menjebol atap. Semua itu tidak meleset dari yang kuketahui.

Namun tak berapa lama setelah kepergianku dan Aditya, Herman membisikkan sesuatu kepada Natapraja. Mereka lalu menuju ruang belakang rumah tersebut, mencari-cari sesuatu yang sepertinya tidak mereka temukan.

Sekejap kemudian kulihat Natapraja menghunjamkan kakinya ke lantai ruangan tersebut hingga lantai tersebut mencelos kebawah. Sebuah tangga nampak tertata rapi menuju ke sebuah ruangan di bawah lantai tersebut.

Herman dan Natapraja nampak menghambur turun memasuki ruangan rahasia tersebut.

Pemandangan selanjutnya sungguh memilukan. Tiga orang wanita nampak terkurung dalam tiga sel yang lebih tepati bila disebut sebagai kurungan. Bahkan salah satunya dalam kondisi telanjang bulat.

Natapraja mendekati salah seorang wanita di dalam sel tersebut. Dijebolnya besi penahan pintu sel tersebut hingga berkeping-keping.

Tiga orang wanita tersebut nampak memandang Natapraja dengan penuh harapan, mungkin karena berfikir akan diselamatkan dari ruangan rahasia tersebut.

Tetapi aku merasa bahwa pikiran mereka kemungkinan besar salah.

Tebakanku terbukti. Natapraja dengan bengis menarik rambut wanita tersebut. Dengan sekali tusukan jarinya, tembuslah dada wanita tersebut hingga ia tewas seketika.

"Tak ada rotan akar pun jadi, Tak ada darah si Doni, darah janin keturunannya sudah cukup melengkapi syarat yang diminta Kyai Condong Campur", ujar Natapraja.

Aku terperanjat. Jadi wanita tersebut sedang mengandung anak dari Doni.

Kurasa pemandangan selanjutnya sudah tidak ingin kulihat lagi dengan detail. Aku tak ingin melihat kekejaman Natapraja mengambil janin dari perut ibunya yang telah tewas, ataupun bagaikan nasib kedua wanita lainnya, yang kuperkirakan akan berlanjut menjadi budak seks Herman.

Kesadaranku kembali ke dalam ruangan kami berkumpul. Kuhela nafas dalam.

"Tampaknya Natapraja memang telah melengkapi syarat penempaan ulang Kyai Condong Campur".

"Doni meninggalkan seorang wanita yang sedang mengandung anaknya di sebuah ruangan rahasia di belakang rumahnya".

Beberapa dari kami tampak mengeraskan rahang menahan amarah.

"Baiklah, sebelum Natapraja berhasil menempa ulang Kyai Condong Campur, sebaiknya kita bersiap", ujar Pak Cipta

"Secepatnya kita harus menyusul mereka ke kawah ijen".

"Tetapi bagaimana kita bisa menyusun mereka secepat itu, sedangkan mereka sudah sampai di kawah Ijen, sementara kita masih berada 500 kilometer dari mereka", ujar Beni

"Aku sendiri bisa berlari kesana sekarang, tetapi paling aku hanya bisa membawa dua orang. Dan tentu saja akan konyol jika aku bolak balik mengantarkan lalian", ujarku

Aditya menepuk pundakku dan tersenyum.

"Raja Naga, engkau melupakan bahwa kami adalah siluman harimau, memiliki mustika kantong macan. Tak susah bagi kami untuk berpindah tempat kemanapun, meski tak secepat engkau, tapi aku yakin bisa sangat membantu", ujarnya.

Aku bernafas lega.

"Baiklah. Aditya aku mohon bantuanmu, bawa pasukan sebanyak dan secepat mungkin ke kawah ijen".

*Aku akan membawa Hadi dan Pak Cipta mendahului kalian", ujarku.

Sari dan Lissa lalu menghambur ke pelukanku. Sebuah kecupan di bibir bergantian mereka lakukan.

"Berhati-hatilah sayang", ujar Lissa

Sedangkan Sari memandangiku dengan tatapan khawatir.

"Kalian juga berhati-hatilah, dan jangan kuatir denganku", kutatap mereka satu persatu.

Tak ingin berlama-lama dengam momen ini, aku memegang pinggang Hadi dan Pak Cipta.

"Bersiap-siaplah Pak Cipta dan Bang Hadi. Kita akan melintasi bumi dengan sangat cepat, persiapkan energi Kundalini kalian untuk mengantisipasi kekuatan angin yang akan kita terabas", ucapku.

Mereka mengangguk mengerti dan kurasakan energi Kundalini mereka telah mengalir menyelimuti tubuh.

Aku kembali memusatkan pikiran, sisik-sisik naga mulai tumbuh di swbagian tubuhku dan tanpa menunggu lama, aku menjejakkan kakiku secepat kilat ke bumi menuju kawah ijen.

Tunggulah Natapraja, kali ini kita selesaikan semuanya.

*****
 
Part 23
Kembalinya Kyai Sengkelat

Kami memakamkan Doni di sebelah makam Kartadirja, ayahnya.

Sari masih sesekali menangisi kepergian Doni. Lelaki yang dulu sempat dibencinya karena memukulku tetapi berakhir dengan kematian karena membela dirinya.

Kami lalu kembali ke rumah Rhea, diikuti dengan beberapa siluman ular yang kini ketat menjaga ratu mereka.

Sampai di rumah Rhea, nampak Aditya ditemani dengan beberapa orang yang kuyakini merupakan siluman harimau.

"Ada tamu rupanya, mari silakan masuk", ujar Pak Cipta ramah

Merekapun memasuki rumah dengan beriringan. Aura petarung yang kurasakan dari mereka kuakui lebih pekat daripada siluman lainnya. Tak heran bila mereka sangat disegani di kalangan bangsa siluman.

"Jadi apa sebenarnya yang membuat kelompok harimau sudi turun gunung dalam pertempuran kali ini?", ujar Pak Cipta setelah semua tamu kami persilakan duduk.

"Sebenarnya memang sudah lama kami menghibdari konflik dengan dunia luar. Tetapi kali ini kami memandang perlu turut campur dalam urusan ini", jawab Aditya.

"Kami melihat sendiri pertempuran kali ini tidak hanya pertarungan mencari siapa yang terkuat tetapi juga dominasi hitam dan putih. Siapa yang memenangkan pertempuran kali ini dia yang akan membawa kedamaian atau kehancuran", sambungnya.

"Natapraja kali ini melibatkan banyak pihak untuk mendukungnya. Dan kami, siluman harimau cepat atau lambat pasti akan terusik oleh mereka jika kami tak segera mengambil sikap."

"Melawan mereka sendiri bukan opsi yang bijak. Sedangkan bergabung dengan mereka tentu tidak sesuai dengan prinsip hidup kami. Maka pilihan terbaik adalah dengan bergabung bersama kalian".

"Kami memahami apa yang saudara-saudara kelompok harimau rasakan. Dan tentu saja dengan tangan terbuka kami menerima kalian sebagai bagian dari salah satu kekuatan kami", Pak Cipta tersenyum ramah.

Benar yang mereka katakan. Cepat atau lambat kelompok Natapraja pasti akan mendatangi kelompok harimau. Dan menunda keputusan mereka membuka kemungkinan semakin kuatnya kelompok Natapraja yang tentu akan semakin sulit melawan mereka.

"Jadi yang harus kita lakukan sementara ini meningkatkan kemampuan kita semua, melindungi darah trah Condong Campur dan menyiapkan penyerangan sebelum Natapraja bisa menyatukan Kundalininya", ujar Pak Cipta.

Kami mengamini perkataan Pak Cipta.

Beberapa saat kemudian nampak satu demi satu petarung siluman harimau mulai hadir di rumah ini. Rupanya mereka telah mempersiapkan diri untuk bertarung. Sungguh kelompok yang sangatlah rapi dan taktis. Cepat sekali tindakan yang mereka lakukan.

Tak mau kalah, Lissa memanggil pengawalnya untuk menghubungi semua petarung siluman ular. Aku agak geli sebenarnya, seharusnya seorang Ratu Ular bisa memanggil sendiri anak buahnya tanpa beranjak dari tempatnya. Tetapi mungkin karena Lissa baru saja menerima status dan kekuatan ratu ular sehingga dia belum familiar dengan semua itu.

Kini para petarung siluman harimau dan siluman ular telah berkumpul di rumah Rhea yang untungnya cukup besar menampung semuanya.

Kami para trah penjaga sekaligus pengguna Kundalini berkumpul di ruang belakang untuk berlatih. sekaligus memantapkan rencana penyerangan.

"Di pihak kita berarti ada aku, Hadi, Rhea, Satrio, Beni, Rangga, Panji, Sari dan engkau Raja Naga", ujar Pak Cipta

"Ada 9 orang pengguna Kundalini yang siap bertempur ditambah Lissa dan petarung siluman ular serta Aditya dengan petarung siluman harimaunya, mungkin total petarung kita antara 70 sampai 80 orang".

"Sedangkan di pihak Natapraja, yang didukung beberapa kelompok siluman yang kuperkirakan memiliki petarung dengan jumlah sekitar 150an", lanjut Pak Cipta.

"Sebenarnya tidak terlalu buruk, karena dua kelompok siluman kuat ada di pihak kita. Meski sebelumnya tidak diperhitungkan tetapi setelah kebangkitan ratu siluman ular, kelompok ini masuk ke jajaran kelompok siluman kuat karena peningkatan kekuatan yang luar biasa pesat, terutama karena bantuan darimu Naga", ujar Hadi

"Ditambah dengan para pengguna Kundalini, kurasa kekuatan kita hampir berimbang", sambung Rangga.

"Tetapi jangan lupa, apabila mereka berhasil menempa ulang Kyai Condong Campur, maka hanya Naga satu-satunya harapan kita. Dulu sebelum ditempa ulang saja Sabuk Inten dan Sengkelat sempat mengalami kesusahan mengalahkan Condong Campur", Pak Cipta menambahkan

"Yang aku masih belum tahu, sampai sekarang aku belum pernah melihat wujud dari Sengkelat dan Sabuk Inten", tanyaku penasaran.

Pak Cipta bergeser sedikit dari tempat duduknya. Dengan tersenyum dihentakkan kakinya ke tanah. Dan sungguh mengagetkan, kaki kiri Pak Cipta tiba-tiba seperti terpatah lalu tergolek lemah di lantai.

Kami semua tercekat melihat pemandangan tersebut. Lalu dengan santai Pak Cipta mengambil kaki palsunya tersebut dan menekan sebuah tombol rahasia, hingga terbukalah sebuah rongga di dalamnya. Dari dalam rongga tersebut nampak sebilah keris tertutup warangka berwarna emas berkilauan.

"Jadi selama ini engkau membawa Sabuk Inten bersamamu Pak Cipta?", ujarku

"Karena aku merasa lebih aman seperti ini, dan tidak ada orang yang menyangka aku menggunakan kaki palsu bukan", Pak Cipta terkekeh

"Hanya Natapraja yang tahu tentang kaki palsu ini karena aku cacat sejak lahir. Tetapi mungkin dia juga tak menduga ada Sabuk Inten di dalam kaki palsuku", lanjutnya.

Pak Cipta menyerahkan Sabuk Inten kepadaku. Aura berwarna kuning menyelimuti bilah keris tersebut. Sebuah mahakarya seorang empu di jamannya tentu saja. Dengan aura sepekat ini, Sabuk Inten masih kalah dengan Condong Campur. Sungguh aku membayangkan sebuah kekuatan luar biasa apabila Condong Campur kelak berhasil ditempa ulang. Mungkin Sengkelat pun tidak akan mampu menaklukannya.

"Hanya saja trah terakhir yang memegang Sengkelat adalah Candra, ayah Sari. Setelah dia tewas, Sengkelat seperti entah kemana rimbanya. Tidak terlacak hingga sekarang", ujar Pak Cipta.

"Dia ada padaku", suara Aditya membuat kami semua menoleh ke arah pintu masuk ruangan ini.

Nampak Aditya membawa sebilah keris dengan warangka beludru merah dijepit dengan pendhok berwarna keemasan. Kali ini aku merasakan aura merah yang sangat pekat keluar dari keris tersebut.

Aditya berjalan ke arahku, kemudian menyerahkan Kyai Sengkelat kepadaku dengan takzim.

"Bagaimana Kyai Sengkelat bisa ada di tanganmu Aditya?", tanya Sari

"Jauh sebelum ayahmu meninggal, dia telah menitipkan Kyai Sengkelat kepada ayahku. Dia sebenarnya tidak ingin lagi ikut campur masalah dunia dan mempercayakan penjagaan Sengkelat kepada kami siluman harimau", ujar Aditya.

"Itu juga salah satu alasan meredupnya kekuatan Sengkelat, karena tidak di tangan darah asli penjaganya, disamping sudah tidak ada lagi lelaki di trah penjaga Sengkelat", Pak Cipta menegaskan.

Kuserahkan Kyai Sengkelat kepada Sari. Diterimanya dengan takzim, dan kini pendaran aura merah Kyai Sengkelat meningkat secara pesat.

Rupanya Rangga melihat hal yang sama denganku.

"Aura kemerahan Kyai Sengkelat sungguh luar biasa begitu kembali ke trah penjaganya, aku tak membayangkan apabila dalam trah Sengkelat ada lelaki pewaris penjaganya", ujar Rangga

Sari lalu menyelipkan Kyai Sengkelat di bajunya dan kembali duduk bersama kami.

Belum lama kami duduk kembali, Lissa memasuki ruangan dengan tergopoh-gopoh.

"Kabar buruk", ucapnya dengan wajah pucat seputih kapas.

"Seorang mata-mataku melihat Natapraja bersama beberapa siluman mendaki kawah ijen".

"Aku khawatir dia telah mendapatkan semua syarat yang diperlukan untuk menempa ulang Kyai Condong Campur".

Tubuhku menegang. Ada sesuatu yang tidak beres terlewatkan olehku.

"Hyang Danumaya", panggilku

"Ya Rajaku", Hyang Danumaya muncul di alam semayamnya

"Munculkan kejadian saat pertarungan terakhirku dengan Natapraja", ujarku

"Baik Rajaku", jawabnya

Sebuah kilasan-kilasan kejadian melintas di depanku. Kedatangan Sari dan Lissa di rumah Doni, pengkhianatan Herman, Doni tang terkena pukulan telak Natapraja hingga kehadiran Aditya yang menjebol atap. Semua itu tidak meleset dari yang kuketahui.

Namun tak berapa lama setelah kepergianku dan Aditya, Herman membisikkan sesuatu kepada Natapraja. Mereka lalu menuju ruang belakang rumah tersebut, mencari-cari sesuatu yang sepertinya tidak mereka temukan.

Sekejap kemudian kulihat Natapraja menghunjamkan kakinya ke lantai ruangan tersebut hingga lantai tersebut mencelos kebawah. Sebuah tangga nampak tertata rapi menuju ke sebuah ruangan di bawah lantai tersebut.

Herman dan Natapraja nampak menghambur turun memasuki ruangan rahasia tersebut.

Pemandangan selanjutnya sungguh memilukan. Tiga orang wanita nampak terkurung dalam tiga sel yang lebih tepati bila disebut sebagai kurungan. Bahkan salah satunya dalam kondisi telanjang bulat.

Natapraja mendekati salah seorang wanita di dalam sel tersebut. Dijebolnya besi penahan pintu sel tersebut hingga berkeping-keping.

Tiga orang wanita tersebut nampak memandang Natapraja dengan penuh harapan, mungkin karena berfikir akan diselamatkan dari ruangan rahasia tersebut.

Tetapi aku merasa bahwa pikiran mereka kemungkinan besar salah.

Tebakanku terbukti. Natapraja dengan bengis menarik rambut wanita tersebut. Dengan sekali tusukan jarinya, tembuslah dada wanita tersebut hingga ia tewas seketika.

"Tak ada rotan akar pun jadi, Tak ada darah si Doni, darah janin keturunannya sudah cukup melengkapi syarat yang diminta Kyai Condong Campur", ujar Natapraja.

Aku terperanjat. Jadi wanita tersebut sedang mengandung anak dari Doni.

Kurasa pemandangan selanjutnya sudah tidak ingin kulihat lagi dengan detail. Aku tak ingin melihat kekejaman Natapraja mengambil janin dari perut ibunya yang telah tewas, ataupun bagaikan nasib kedua wanita lainnya, yang kuperkirakan akan berlanjut menjadi budak seks Herman.

Kesadaranku kembali ke dalam ruangan kami berkumpul. Kuhela nafas dalam.

"Tampaknya Natapraja memang telah melengkapi syarat penempaan ulang Kyai Condong Campur".

"Doni meninggalkan seorang wanita yang sedang mengandung anaknya di sebuah ruangan rahasia di belakang rumahnya".

Beberapa dari kami tampak mengeraskan rahang menahan amarah.

"Baiklah, sebelum Natapraja berhasil menempa ulang Kyai Condong Campur, sebaiknya kita bersiap", ujar Pak Cipta

"Secepatnya kita harus menyusul mereka ke kawah ijen".

"Tetapi bagaimana kita bisa menyusun mereka secepat itu, sedangkan mereka sudah sampai di kawah Ijen, sementara kita masih berada 500 kilometer dari mereka", ujar Beni

"Aku sendiri bisa berlari kesana sekarang, tetapi paling aku hanya bisa membawa dua orang. Dan tentu saja akan konyol jika aku bolak balik mengantarkan lalian", ujarku

Aditya menepuk pundakku dan tersenyum.

"Raja Naga, engkau melupakan bahwa kami adalah siluman harimau, memiliki mustika kantong macan. Tak susah bagi kami untuk berpindah tempat kemanapun, meski tak secepat engkau, tapi aku yakin bisa sangat membantu", ujarnya.

Aku bernafas lega.

"Baiklah. Aditya aku mohon bantuanmu, bawa pasukan sebanyak dan secepat mungkin ke kawah ijen".

*Aku akan membawa Hadi dan Pak Cipta mendahului kalian", ujarku.

Sari dan Lissa lalu menghambur ke pelukanku. Sebuah kecupan di bibir bergantian mereka lakukan.

"Berhati-hatilah sayang", ujar Lissa

Sedangkan Sari memandangiku dengan tatapan khawatir.

"Kalian juga berhati-hatilah, dan jangan kuatir denganku", kutatap mereka satu persatu.

Tak ingin berlama-lama dengam momen ini, aku memegang pinggang Hadi dan Pak Cipta.

"Bersiap-siaplah Pak Cipta dan Bang Hadi. Kita akan melintasi bumi dengan sangat cepat, persiapkan energi Kundalini kalian untuk mengantisipasi kekuatan angin yang akan kita terabas", ucapku.

Mereka mengangguk mengerti dan kurasakan energi Kundalini mereka telah mengalir menyelimuti tubuh.

Aku kembali memusatkan pikiran, sisik-sisik naga mulai tumbuh di swbagian tubuhku dan tanpa menunggu lama, aku menjejakkan kakiku secepat kilat ke bumi menuju kawah ijen.

Tunggulah Natapraja, kali ini kita selesaikan semuanya.

*****
Mantap. :semangat: :semangat: :semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd