Terdengar suara erangan erotis dari bibir Kinan, tubuhnya yang montok juga mulai menggeliat-geliat gelisah seolah sedang dicumbui oleh sesuatu yang tak terlihat. Siska merasakan dari ujung-ujung jarinya merayap makhluk-makhluk berukuran kecil, serangga, semut atau apapun itu, ia hanya merasakan sekujur tubuhnya kini dirayapi oleh ratusan, ribuan serangga haus darah yang membuatnya menggelinjang geli ketika mereka mulai merambati bagian-bagian tubuhnya yang sensitif.
Siska mengerang nikmat, mengira itu hanyalah halusinasi. Tapi ternyata Kinan tidak lebih baik kondisinya. Tubuhnya yang telanjang mulai dipenuhi oleh semut-semut merah, membuat remaja bertubuh montok itu menjerit kesakitan kulitnya yang putih digerogoti oleh serangga-serangga pemakan daging yang tertarik dengan aroma harum minyak cendana yang diurapi ke tubuh mereka.
Makhluk-makhluk jahanam itu mulai mengigiti permukaan kulit mulus Siska, membuat anak itu terenggah ketika kulitnya dicekam rasa sakit yang sama, tapi batang tebu yang menyumpal di lehernya tak memberi kesempatan baginya untuk meminta pertolongan. Tubuh telanjang remaja montok itu hanya menggeliat kesakitan ketika ribuan serangga itu menghujamkan capit-capitnya yang berbisa pada kulitnya. Kerongkongan Siska mengeluarkan erangan sekarat seekor hewan yang berada dalam sakaratul maut. Otot-otot pinggulnya kejang-kejang dan dari dalam vagina dan anusnya menyemburkan segala isi kandung kemih dan isi perut.
Lalu ketika tak ada sejengkalpun dari kulit Siska yang tidak merasakan rasa sakit, ia mulai merasakan kebas, racun bisa yang mulai bereaksi dengan ujung saraf rasa sakit justru membuat kulitnya kini dilanda geli yang teramat, nikmat yang bercampur secara mengerikan dengan rasa sakit ketika tubuhmu digerogoti hidup-hidup oleh jutaan makhluk pemakan daging. Fantasi masokhis itu justru membuat Siska mengerang nikmat, pinggulnya mulai menggelinjang erotis menikmati setiap rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Putingnya menegang hebat, menyambut ribuan capit mikron yang mengigiti puncak-pucak dadanya. Siska merintih nikmat, erotis sekali rasanya melihat tubuhnya dimakan sedikit demi sedikit itu. Vaginanya semakin deras mengalirkan cairan pelicin, dan tubuhnya mulai kejang-kejang didera sensasi pendakian menuju puncak birahi. Lalu ketika sepasang puting itu dilumat habis dan menyisakan rongga kerowok yang mengalirkan darah segar, Siska orgasme. Hidungnya mendengus-dengus binal, dan dari lubang kencingnya menyemrot cairan squirt banyak sekali. Rasa sakit ternyata berbanding lurus dengan rasa nikmat, dan menghadirkan gelombang orgasme yang datang dalam deret eksponensial.
Aroma kewanitaan yang asam mengundang ribuan serangga itu berkerumun ke pangkal paha Siska, dan remaja manis itu seketika menggelinjang nikmat ketika semut-semut itu mulai mendaratkan gigitan di alat vitanya. Ratusan capit buas yang menggerogoti labianya justru membuat sekujur tubuh Siska mengejang penuh ekstase dan bibir bibirnya mengeluarkan rintihan-rintihan erotis bak sedang disetubuhi. Klitorisnya menegang dan menjadi bulan-bulanan ratusan serangga pemakan daging, menimbulkan persenyawaan mematikan antara rasa sakit dan kenikmatan. Tubuh jenjang Siska kejang-kejang hebat, ketika lagi-lagi orgasmenya menghantam. Matanya membeliak nikmat sehingga tinggal putih, dan air liur menetes deras dari bibirnya yang terbuka. Siska merintih kesakitan bersamaan dengan semburan indah cairan orgasmik yang menyembur lebih deras dari sebelumnya.
Terdengar erangan yang sama dari sampingnya. Siska melirik kearah Kinan, remaja montok itu sudah kejang-kejang sekarat, matanya sudah menghilang dimakan ribuan semut oleh semut, dan hidungnya kini sudah tak berbentuk, hanya rongga kosong yang dipenuhi dengan jutaan serangga yang menggeliat dan memakan isi perut dari dalam anus, hingga usus, lambung, hati, sehingga dari bibirnya yang termegap mulai keluar darah segar. “Mama…. mama… mama….” isakan tangis Kinan masih terdengar sebelum suara itu berhenti untuk terakhir kalinya dan dari dalam mulutnya keluar ribuan ekor semut merah.
Melihat Kinan meregang nyawa justru membuat Siska terangsang. Lalu pandangannya beralih pada sepasang payudaranya sendiri yang dulunya indah kini sudah habis tak bersisa dimakan serangga pemakan daging, meninggalkan tulang-tulang rusuk terbungkus otot yang mengembang-mengempis seiring tubuhnya yang sekarat. Paha dan lengan Siska sudah lebih dulu habis menyisakan tulang dan daging tercabik. Darah segar menggenang di tanah dari pembuluh-pembuluh darahnya yang terbuka, membuat kepala Siska semakin dicekam oleh rasa sekarat, ribuan semut mengerubung di wajah Siska yang cantik, masuk dari mulut, hidung, dan telinga dan memenuhi rongga kepala. Kepalanya terasa ringan, dan yang tersisa hanyalah rasa nikmat belaka….
Siska mendesah.
“Aaaaaah….. aaaaah….. mamaaaaa…. anakmuuuu…. dijadikan… tumbalh aaaah…. hhhhh… hh… h… h….” Tubuhnya yang hanya tinggal sepenggal badan menggeliat pelan, menyemburkan cairan orgasmik untuk terakhir kalinya.
Senyum sayu yang mengembang di bibirnya seolah memberitahu bahwa ia sama sekali tak menyesali akhir hidupnya, sebelum rongga besar terbuka pada abdomen dan menunjukkan isi perut yang sudah dipenuhi semut-semut pemakan daging.
Senyum sayu yang mengembang di bibirnya seolah memberitahu bahwa ia sama sekali tak menyesali akhir hidupnya…
Lalu semut-semut itu menghabiskan segala apa yang tersisa dari jasad Siska dan Kinan, hingga yang tertinggal hanyalah tulang belulang di atas altar….