Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Negeri Para Mafia

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
BAB 2 : BERKUBANG DALAM NISTA





Mira


"Aku janji akan bisa memuaskan Teh Ais, kontolku masih bisa ngaceng." Jawab Randy kembali menusuk memek Aisyah yang melotot kaget, entah kenapa kontolnya masih keras setelah mengeluarkan pejuh lumayan banyak.


Plak, sebuah tamparan keras membuat Randy terkejut.


"Kenapa, Teh Ais marah?" Tanya Randy heran, apakah setiap wanita akan marah bila birahinya belum terpuaskan?


"Jangan gila kamu, kontolku terlalu besar dan membuat memekku sakit seperti robek. Kalau semalaman ini kamu menyetubuhiku, memekku bisa robek dan itu artinya aku tidak akan bisa melayani orang yang akan membayarku lima belas juta." Jawab Aisyah lirih, tangisnya pecah tanpa bisa dicegahnya. Ini sakit menyakitkan, dia terpaksa menerima pekerjaan hina itu.


"Aku akan pelan pelan Teh, janji !" Seru Randy tetap menggerakkan kontolnya perlahan lahan, dia tidak mau menyakiti kakak iparnya lagi, herannya kontolnya tetap tegang walau sudah mengeluarkan pejuh. Faktor psikologis, mungkin jawaban paling tepat dengan kondisi yang sedang dialaminya dan kejadiannya sangat jarang. Selama ini Randy begitu mengidolakan Aisyah, seiring berjalannya waktu Randy jatuh cinta pada Aisyah tanpa disadarinya.


"Berhenti Dan, memekku ngilu !" Seru Aisyah lirih, dia menyerah menghadapi kedahsyatan kontol Randy yang terlalu besar untuk memeknya yang mungil.


"Satu hal lagi yang harus kamu pelajari, tidak semua wanita yang akan kamu layani selalu berorientasi pada kepuasan seks. Banyak di antara mereka sedang mengalami masalah dalam hidupnya, kadang mereka hanya ingin didengar, diperhatikan dan dihargai layaknya wanita terhormat. Pekerjaan gigolo bukan hanya ngentot, kalau sekedar ngentot, semua pria bisa melakukannya." Entah dari Aisyah mengetahui hal ini, bukan dari pengalamannya selama menjadi pendakwah. Aisyah sendiri heran, dia begitu lancar mengatakan hal ini. Atau mungkin karena dia merasa tersiksa dengan kehadiran kontol Randy di memeknya, dia ingin mengakhiri saat ini juga dan beristirahat agar memeknya siap menerima kontol pria asing yang bersedia membayarnya lima belas juta.


"Maaf Teh, aku janji lain kali akan lebih lembut." Randy mengalah, perlahan lahan dia mencabut kontolnya keluar dari memek Aisyah yang memar. Dia sama sekali tidak mengerti dengan semua kalimat Aisyah, yang Randy rasakan dan mengerti adalah Aisyah kecewa dia tidak bisa memuaskannya.


"Keluar Ran, aku harus istirahat mempersiapkan diri untuk esok hari." Aisyah merubah posisinya agar lebih nyaman, dia menutupi tubuhnya dengan selimut dan membelakangi Randy yang menatapnya dengan perasaan bersalah.


Randy meninggalkan Aisyah dan menutup pintu perlahan lahan, namun dia kembali membuka pintu menatap Aisyah yang melepas kepergiannya dengan mata berkaca kaca.


"Teh, aku mau ngalong (ngalong = narik angkot tengah malam, biasanya mulai Jan 11 malam sampai subuh ) " pamit Randy, dia segera menutup pintu tanpa menunggu jawaban dari Aisyah, hatinya teriris melihat kondisi Aisyah.


Randy mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan mengenakannya, jam dinding menunjukkan pukul 11;30, berarti semua angkot sudah masuk garasi dan dia tidak akan mendapatkan angkot untuk ngalong. Dia hanya ingin keluar menenangkan kegelisahan hatinya, berharap besok akan kembali normal seperti biasa. Di depan rumah Randy menatap pintu, dia tahu Aisyah baru saja mengunci pintu begitu dia di luar. Randy mengambil hp dari kantong, dengan cepat dia menuliskan kalimat permintaan maaf.


"Maafkan aku Teh, aku janji lain kali tidak akan menyakiti Teh Ais." Pesan itu segera dikirimnya, semoga Aisyah akan tetap berbagi kenikmatan dengannya. Pengalaman yang baru saja terjadi membuatnya semakin tergila-gila pada Aisyah, dia tidak akan bisa hidup tanpa wanita itu.


Randy menarik nafas panjang, langkah kakinya terasa berat menyusuri gang sempit yang sunyi dan tidak ada gerombolan anak muda yang biasanya nongkrong sambil bermain gitar. Dunia gadget merubah kebiasaan manusia, mereka lebih asyik dengan gadget. Teman teman akrabnya yang dulu kini asyik dengan hp mereka, bahkan saat bersua pun mereka jarang bertegur sapa, hanya anggukan kecil yang terasa kaku.


Di sebuah warung rokok pinggir jalan Randy duduk menunggu supir angkot yang dia kenal, dia bisa menghabiskan malam ini dengan berkeliling. Namun setelah sekian lama ternyata tidak ada satupun supir yang dikenalnya, Randy memutuskan berjalan kaki ke arah RSUD dari pertigaan lampu merah Loji. Biasanya ada salah satu sahabatnya yang ngalong angkot jurusan Parung Bogor, asalkan temannya itu tidak membawa wanita nakal, dia bisa ikut menghabiskan malam hingga hatinya tenang.


Jalan Karya Bakti sangat sepi, sepanjang jalan sesudah melewati kecamatan hanyalah lahan kosong. Jarang kendaraan yang mau lewat sini pada malam hari, mereka memilih memutar lewat Merdeka. Bagi Randy kesunyian ini justru membuatnya sedikit tenang setelah pengalaman yang dialaminya dengan Aisyah, bermimpi pun tidak dia bisa menyetubuhi Aisyah, sayang dia belum berhasil memuaskan kakak iparnya itu. Aisyah pasti sangat kecewa, apakah benar ukuran kontolnya terlalu besar dan membuat Aisyah kesakitan? Sepertinya alasan itu mengada ada, para bintang film porno mempunyai ukuran kontol besar dan panjang, konon itu akan membuat wanita puas.


Tanpa sadar Dandy sudah berada di jembatan, dia tidak melihat sebuah mobil sedang berwarna putih berhenti di tengah jalan. Pikirannya tertuju pada Aisyah, hanya pada Aisyah sehingga dia tidak memperhatikan sekelilingnya hingga terdengar teriakan dari seorang wanita menyadarkan lamunannya.


"Berhenti, jangan mendekat !" Teriak seorang wanita memegang kunci ban yang siap dihantamkan ke wajahnya, refleks Randy mundur menjaga jarak, dia menatap heran wanita yang berdiri ketakutan di hadapannya.


"Tenang, saya bukan orang jahat !" Seru Randy waspada, seseorang sedang panik sangat berbahaya.


Randy menatap wajah wanita cantik yang berdiri di hadapannya, taksiran usia wanita itu antara 25-30 tahun. Kenapa dia tidak menyadari kehadiran wanita itu dan mobilnya, sepertinya wanita ini sedang mengganti ban mobilnya.


"Yakin, kamu bukan orang jahat ?" Tanya wanita itu mulai tenang, tapi dia harus tetap waspada dengan pemuda tampan yang berdiri di hadapannya dengan pakaian sederhana.


"Ya, saya sedang menuju ke RSUD." Jawab Randy masih tetap waspada, bisa saja konci ban mobil itu menghantam kepalanya, akibatnya akan fatal.


"Sepertinya anda sedang mengganti ban mobil, Bu ?" Tanya Randy berusaha mencairkan suasana tegang dan.penuh kecurigaan ini.


"Ya, ban mobilku bocor. Seharusnya sejak awal aku pakai ban tubeless, bukan ban sialan ini !" Seru wanita cantik itu menendang ban mobilnya dengan keras, sesudahnya dia harus memaki kebodohannya sendiri. Kakinya bukanlah kaki seorang atlet, sehingga dia harus menahan nyeri akibat perbuatannya.


"Biar aku bantu, sepertinya kamu tidak terbiasa melakukan pekerjaan kasar." Tanpa menunggu jawaban, Randy berjongkok di samping kiri ban belakang karena dia melihat ada dongkrak yang belum terpasang dengan benar


Wanita cantik itu hanya menatap perbuatan Randy, kecurigaannya semakin menipis. Rasanya tidak mungkin seorang pemuda tampan merampok atau memperkosanya, karena dengan ketampanannya dia akan dengan mudah membuat para wanita bertekuk lutut dan melakukan apa saja yang diinginkannya. Jangankan harta, kehormatannya pun akan diberikan dengan suka rela.


"Mana kincir rodanya, Bu ?" Tanya Randy tersenyum melihat wanita cantik itu tetap memegang kunci roda dalam posisi siaga, namun dari ekspresi wajahnya wanita itu sudah tidak lagi membahayakan.


"Eh ini, panggil namaku Mira, rasanya lebih enak dipanggil nama dari pada Ibu. Aku masih muda dan belum bersuami, rasanya usia kita tidak jauh berbeda." Jawab Mira memberikan konci roda yang dipegangnya, entah kenapa semakin diperhatikan pemuda ini membuatnya merasa nyaman. Kemarahannya pada Arini setelah mengetahui perselingkuhan sahabatnya itu dengan ayah kandungnya, perlahan memudar dengan kehadiran Randy.


"Aku Randy, usiaku baru dua puluh tahun. Apa usiamu sekitar 20 atau 25 tahun ?" Tanya Randy tersenyum, dia sudah terbiasa menghadapi wanita yang berusia jauh lebih tua namun tidak mau dipanggil Ibu saat berbincang dengannya. Entah kenapa mereka seperti malu mengakui usianya, padahal dia memanggil ibu untuk menghormati mereka.


Pernah dia bertanya pada Aisyah, namun Aisyah hanya tertawa geli mendengar cerita Randy. Terlebih objek percakapan mereka adalah Bu Hajjah Ida, salah satu jama'ah yang rutin mengikuti pengajiannya.


"Kamu serius Ran, Bu Hajjah Ida ingin kamu panggil Teteh dari pada ibu ?" Tanya Aisyah berusaha menahan senyum, usia Bu Hajjah Ida sekitar 46 tahun, rasanya janggal kalau Randy memanggilnya Teh Ida sedangkan dia selalu memanggilnya Bu Hajjah.


"Serius Teh, waktu dia naik angkotku. " Jawab Randy, apa kata orang kalau dia memanggil Teh Ida?


"Ya untuk menyenangkan hatinya, kamu boleh manggil dia Teteh, tapi kalau ada orang lain, kamu harus memanggilnya Bu Hajjah." Jawab Aisyah memberikan solusi, dan percakapan itu langsung berhenti dengan meninggalkan rasa penasaran Randy karena pertanyaannya belum terjawab.


"Ya, sekitar segitu." Jawab Mira tersenyum geli, kenapa tiba tiba merasa jengah dipanggil Ibu. Padahal di kantor semua orang memanggilnya panggilan itu sudah biasa didengarnya.


Entah kenapa bayang bayang ayahnya yang jalan berpelukan dengan Arini di sebuah hotel semakin memudar, pikirannya tertuju pada Randy terampil membuka baut ban mobilnya. Pemuda tampan dengan penampilannya yang sederhana berjalan di tempat yang menyeramkan ini pasti karena tidak punya uang, kalau punya uang pasti sudah naik angkot atau ojek online.


"Kamu mau ke mana, jalan malam di tempat menyeramkan ini ?" Tanya Mira tidak bisa menahan rasa ingin tahunya, tempat ini memang sangat menyeramkan.


"Mau ke RSUD, kan sudah saya bilang tadi." Jawab Randy tanpa menoleh, dia segera melepas ban mobil yang kempes.


"Mau besuk, siapa?" Tanya Mira mengangkat bahu, dia tidak mendengar Randy mengatakan akan ke RSUD, kecuali rasa panik dan takut saat tiba tiba Randy muncul dari ujung jembatan Cisadane.


"Enggak besuk siapa siapa, mau nunggu teman yang lagi ngalong." Jawab Randy mulai memasang ban cadangan yang sudah tersedia, pekerjaannya menjadi lebih ringan dan cepat.


"Ngalong, maksudmu ?" Tanya Mira curiga, kewaspadaannya kembali memuncak. Mungkin itu sebuah sandi yang digunakan para pelaku kejahatan, kata yang terdengar janggal di situasi yang juga terasa janggal


"Ngalong itu sebuah istilah untuk para supir angkot yang nyaring angkot malam hari sampai subuh, ngambil istilah dari kata kalong atau burung kelelawar yang cari makan malam hari." Jawab Randy menjelaskan, tidak semua orang tahu istilah istilah para supir angkot, setiap daerah istilahnya pasti berbeda.


"Oh, kamu supir angkot?" Tanya Mira, dia duduk di atas trotoar sambil memperhatikan wajah Randy dari samping. Pemuda ini sangat tampan, sayang dia bukan dari kalangannya.


Mira mengeluh dalam hati, sudah banyak pria yang pernah dekat dengannya dari kalangan atas yang setara dengannya. Tapi mereka selalu mengecewakan, rata rata mereka hanyalah ayam sayur yang manja dan mengampangkan semua masalah yang dihadapi dengan mengandalkan materi dari orang tuanya. Bahkan saat menghadapi wanita, mereka layaknya tuan muda yang meminta pelayanan lebih tanpa menghiraukan perasaan si wanita. Dan itu semua membuatnya muak, dia juga ingin dilayani bukan sekedar melayani karena dia sendiri terbiasa dilayani. Mira menarik nafas, rasanya berdekatan dengan pemuda yang baru dikenalnya ini sangatlah berbeda. Datang tanpa diundang dan tanpa diminta, pemuda ini membantunya mengganti roda mobilnya yang kempis. Dia merasa nyaman dan dilindungi, bahkan bau bau keringat pemuda itu membuat gairahnya bangkit tanpa disadarinya.


"Iya, aku supir angkot tembak." Jawab Randy, dia kembali mengunakan istilah yang tidak akan dimengerti oleh Mira.


"Maksudnya?" Tanya Mira tertarik, kembali dia menemukan istilah unik dari kalangan bawah.


Semakin lama, pemuda ini semakin menarik. Terutama dengan istilah istilah yang baru pertama kali didengarnya, bukan istilah anak gedongan yang sudah membuatnya muak.


"Maksudnya supir tembak itu, saya tidak bertanggung jawab kepada pemilik mobil. Tapi saya bertanggung jawab ke pada supir batangan yang rela berbagi rejeki satu atau dua rit." Jawab Randy, dia tidak peduli apakah Mira mengerti atau tidak dengan istilah istilah tersebut. Kalaupun dia mengerti, tidak akan memberi keuntungan apa apa untuknya, begitupun kalau dia tidak mengerti.


"Dengan kata lain, supir batangan itu yang mendapat mandat membawa angkot oleh si pemilik,dan supir tembak itu mendapat mandat dari si supir batangan ?" Tanya Mira tertawa senang, dia berhasil menerka keterangan setengah setengah Randy. Mira merasa aneh, kenapa dia justru merasa senang dengan sesuatu yang terkesan remeh ini?


"Iya, seperti itu." Jawab Randy tanpa pernah menoleh, dia begitu asyik dengan pekerjaannya.


"Sudah selesai, Mir !" Seru Randy lega, dia bisa bergegas ke RSUD mencegat temannya yang sedang ngalong.


Mira mengeluh dalam hati, kenapa pekerjaan Randy begitu cepat selesai. Dia ingin berlama lama ngobrol dengan pemuda itu, melupakan semua pengkhianat Arini dan ayahnya.


"Berapa?" Tanya Mira jengkel, seharusnya waktu berjalan lebih lama. Atau Randy gagal memasang roda mobilnya, tapi harapan itu sudah tidak mungkin lagi terjadi.


"Nggak usah, anggap saja ini ongkos kaget karena saya hampir celaka dikemplang kunci roda." Jawab Randy berkelakar, mengingat kejadian tadi yang dianggapnya lucu.


Penolakan Randy menimbulkan ide lain, semoga kali ini pemuda itu tidak akan menolaknya.


"Kamu perlu uang, kenapa harus menolak ? Atau begini saja, kamu kan supir angkot. Bagaimana kalau jasamu aku sewa, antar aku keliling kota BOGOR malam ini. Bagaimana, kamu bersedia?" Tanya Mira penuh harap, pemuda ini berhasil menarik perhatiannya dalam waktu singkat.


"Maksudnya, bagaimana?" Tanya Randy, heran.


"Maksudnya malam ini kamu jadi supirku, aku ingin keliling kota BOGOR malam ini." Jawab Mira, entah kenapa dia berdebar sebar menunggu jawaban dari Randy.


Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd