Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI New - PARADOKS

Beda ya dgn versi sebelumnya,genre misteri tp pake multipov bukannya jd kurang misterinya hu
 
Chapter 3 ~ Potret Kelam

Joseph Satya Kusuma

Cerita ini dimulai saat aku masih kecil dulu dimana sendau gurau selalu tersaji setiap pagi saat sebelum papaku berangkat bekerja dan saat malam hari saat papaku pulang dari bekerja, semuanya Nampak begitu indah dan nyaman. Dan sejak papaku meninggal semuanya menjadi gela dan hitam tanpa ada cahaya sedikitpun, aku terisolasi sendiri dengan para pembantu dan babysister, mama terlalu sibuk dengan karirnya sehingga melupakan apa yang harusnya menjadi tanggung jawabnya, yaitu memberikan kasih sayang dan perhatiaan padaku.

Saat ini aku sudah berusia 21 tahun, dimana aku sudah bisa sedikit mengerti akan arti kehidupan, aku sudah terbiasa hidup tanpa kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Bagiku setiap wanita yang dekat denganku bukan semata-mata mereka cinta padaku, mereka hanyalah sundel yang memamerkan kemolekan serta kecantikannya untuk bisa menguras isi dompetku.

Aku bukanlah pria bodoh, di kehidupan seperti ini sangat jarang atau bahkan aku bisa bilang telah punah untuk wanita yang bisa mencintai dengan tulus hatinya. Uang adalah raja, siapapun yang memiliki uang dia adalah raja, aku bukanlah budak uang tapi aku adalah pengendali uang, dengan uang yang aku punya aku bisa membeli siapa pun wanita yang aku suka. Tidak perduli berapa banyak yang dia minta, aku akan berikan asal dia bisa memuaskan semua hasrat dan nafsuku.

Untuk saat ini orang yang benar-benar bisa aku percaya hanyalah Dewa, dia bukanlah layaknya manusia biasa, dia sangat berbeda dengan siapapun, bahkan sekian lama aku berteman dengannya aku tidak tau detail tentang sifat aslinya. Dia begitu tenang dan dingin, tak bergeming dengan gelimang harta yang ada pada diriku, terhadap wanita pun dia seperti mati rasa, sifat inilah yang benar-benar membuatnya sangat misterius sekali, namun dia begitu baik padaku setiap aku kesusahan dia selalu bisa saja mencarikan jalan keluar.

Namun lain hanya dengan Renald si playboy kere itu, sebenarnya dia tidak kere-kere juga dia juga berasal dari keluarga yang lumayan Cuma karena dia seorang troublemaker makanya dia tidak terlalu disukai dikeluarganya. Namun bagaimana pun juga dia adalah orang yang bisa diandalkan saat aku dalam kondisi terpuruk, walaupun sering kali dia membohongiku terutama dalam hal perempuan.

Kemudian kekasihku, Shandy si bawel yang selalu mengatur dan berisik sekali. Apa pun itu aku sudah menjalin komitmen dengan dirinya dan aku selalu mencoba menjaga komitmen tersebut walaupun aku juga sering kali bermain wanita dibelakangnya bersama dengan Renald. Sedikit banyak Shandy telah menjadi bagian dalam hati ini, kadang aku juga merasa kangen akan kebawelannya dan kadang aku juga merasa rishi akan hal tersebut. Apa pun itu dia adalah milikku dan akan menjadi milik sampai kapan pun itu.

Dan orang terakhir yang dekat denganku adalah wanita yang melahirkanku ke dunia ini, dia adalah mamaku Christie Margareth. Wanita yang otaknya dipenuhi oleh pekerjaan dan karir, entah setan apa yang telah merasuki otaknya hingga benar-benar tidak pedulikan anaknya ini, menurutnya uang bisa membeli kebahagianku dan pengganti kasih sayang dari seorang ibu, karena hal inilah otakku juga terdoktrin seperti ini, selalu berpikiran jika uang adalah Tuhan.

Terkadang aku merasa sangat iri dengan mereka yang memiliki keluarga bahagia, kadang aku ingin sekali membeli keluarga tersebut tapi tetap saja akan berbeda dengan perasaan terhadap keluarga sendiri. Hidupku seperti inilah, kemanapun aku pergi tidak ada yang mengkhwatirkan dan mencemaskanku, hany kebawelan dari Shandy saja yang selalu menemani langkah ini. Serta dua teman setiaku si Dewa dan juga si Renald.

Terkadang mereka semua tidak mengerti tentang apa yang sedang bergejolak dalam hatiku ini, mereka hanya mengerti jika aku tidak akan merasa sedih karena aku memiliki uang yang tak terbatas. Mereka hanya melihat dari satu sisi bukan dari semua sisi, dibalik ini semua aku sebenarnya menyimpan sebuah kepedihan yang teramat dalam, entah bagaimana menyampaikan kepada mereka agar mereka semua bisa mengerti.

Walaupun beribu potret kebersamaan disertai tawa dan canda gurau oleh mereka yang dekat dengan, tetap saja ada satu sisi dihati ini yang masih merasa sedih dan kosong. Terkadang aku membenarkan apa yang mereka bilang dengan “Uang tidak bisa membeli cinta dan kebahagiaan”, dan aku selalu menutupinya dengan uangku, dimana aku mencari kebahagian dan kenyamanan dengan mereka yang membutuhkan uang.

“Sekarang apa ?”, tanya dari Shandy setelah beberapa saat terdiam dalam keheningan, dan perkataannya tersebut membuatku terbangun dari lamunan semu ini.

Aku baru sadar jika aku melamunan dan sejenak melupakan masalahku dengan Shandy, sekarang aku dan Shandy sedang berada dalam mobil diparkiran kampus. Dia terlihat sangat terpukul karena mengetahui jika aku telah berselingkuh dengan wanita lain, wanita tersebut adalah teman satu fakultas dari Renald, dia adalah Della. Aku benar-benar sangat bodoh karena membiarkan Della merekam adegan mesum kita berdua saat dihotel, dan rekaman tersebut kita telah diketahui oleh Shandy.

“Jawab.. “, bentak Shandy padaku dengan sedikit isak tangis.

“Terserah, aku Cuma bisa minta maaf, kalau kamu yang bisa maafin ya udah, terserah kamu”, ucapku tanpa memandang wajah Shandy.

“Brengsek”, ucapnya dan setelah itu dia pun kelaur dari mobil dan pergi entah kemana.

Aku hanya duduk diam didalam mobil sambal memperhatikan kemana Shandy pergi, tak ada niatan dalam hati untuk mengejarnya, aku sengaja membiarkannya pergi sendiri agar dia bisa tenang tanpa aku ada disana. Paling dia akan mencari Renald sebagai tempat curhatnya, biasanya dia akan ke Dewa tapi Dewa sekarang sedang berada dikampung halamannya, Shandy sedikit memiliki kesamaan denganku yaitu dia jarang memiliki teman, karena menurut pendapatnya banyak teman banyak pengeluaran.

Sepertinya dia mengarah kearah taman belakang kampus ini, lebih baik biarkan saja dia sampai dia tenang. Dan untuk saat ini aku akan mencoba mengklarifikasi tentang video ini kepada Della, bagaimana bisa video ini sampai ke Shandy, pasti Della yang sengaja membocorkan video ini ke Shandy agar hubunganku dengan Shandy menjadi rusak.

“Dasar wanita jalang”, umpatku karena kesal dengan Della.

Dengan segera aku menjalankan mobilku dan mengarahkan kearea parkir untuk aku parkirkan dan setelah itu akan mencari Della untuk mengklarifikasikan hal ini. Saat sampai diarea parkir aku melihat sosok dosen pembimbing dari Dewa yaitu Bu Restu namanya, dia sangat dekat dengan Dewa. Nampaknya dia sangat tergesa-gesa sekali, langkahnya begitu cepat menuju kedalam gedung kampus ini.

Setelah aku parkirkan mobil ini aku pun segera mengikuti Bu Restu, berhubung arahku ke kelas Della searah dengan arah dari Bu Restu jadi aku iseng untuk sembari mengikuti Bu Restu. Langkah kaki semakin cepat dan nafas pun terpacu dengan cepat, lorong demi lorong terlewati hingga sampai dilantai 3 dari kampus ini, sedikit aneh karena ada lift tapi bu Restu memilih untuk lewat tangga. Aku yang merasa sedikit penasaran terus membuntuti bu Restu, hingga dia pun masuk ke sebuah perpustakaan, sebenarnya kelas Della ada dilantai 4 namun karena rasa penasaran aku pun menunda untuk segera mencari Della.

Pintu yang terbuat dari kayu tebal ini tertutup sangat rapat, sedikit aku buka dan Nampak keheningan dari dalam ruangan perpustakaan ini. Aku pun ragu untuk masuk kedalam, namun mata ini sengaja melirik kedalam untuk terus mencari tau situasi didalam perpustakaan ini. Sedikit kaget lantaran aku melihat sosok yang taka sing, walau tak jelas tapi aku memiliki firasat jika pria yang berada di pojokan bersama dengan Bu Restu adalah Dewa, temanku yang seharusnya dia ada dikampung halamannya.

Dengan langkah pelan dan tanpa menimbulkan kecurigaan, kaki ini terus berjalan menuju kedalam perpustakaan, mencari sudut yang jelas untuk memastikan pria yang bersama dengan Bu Restu. Sesaat kemudian aku pun berpikir kembali, nampaknya tidak mungkin aku bisa mengetahuinya dengan jelas karena posisinya yang begitu sulit untuk dilihat. Dia berada tepat dipojokan dimana dia duduk tepat dibelakangnya berdiri tiang penyangga dari ruang perpustakaan ini, dan posisi duduknya dimana tangan kirinya sebagai penyangga pipinya, kemudian tangan kanannya sibuk menulis serta dia memakai hoodie dimana penutup kepala dari hoodie tersebut menutupi kepalanya.

“Jika gue ingin tau siapa dia, Cuma ada satu jalan yaitu berpura-pura ada kepentingan dengan Bu Restu agar bisa mendekat ke pria tersebut dan mengetahui siapa dia sebenarnya”. Ucapku dalam hati.

Sebenarnya dari gestur dan juga perawakannya Nampak sekali jika dia seperti Dewa, namun wajahnya tidak bisa jelas aku lihat sehingga membuatku ragu akan firasatku sendiri. Tapi benar tidaknya itu Dewa tidaklah berpengaruh dan tidak penting juga bagiku, dan juga Dewa yang selama ini aku kenal tidak pernah sedikit pun berbohong kepadaku.

“Percuma juga, mending gue kelarin urusan gue daripada disini, usseless.. !”, gumamku sendiri.

Setelah beberapa saat aku berpikir akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari perpustakaan tersebut, dan aku lebih mempercayai temanku daripada firasat ini. Aku lalu kembali ketujuan awalku yaitu mencari Della. Setelah keluar dari perpustakaan ini aku segera berlari kelantai 4 kearah kelas Della. Beberapa menit kemudia aku pun sampai disana dan aku lihat Della sedang bersendau gurau dengan genk wanitanya.

Ada sedikit keanehan dimana aku melihat Della sedang memamerkan sebuah ATM kepada teman-temanaya, dia kipas-kipaskan ATM tersebut layaknya ATM itu adalah benda yang berharga, aku pun mendekatinya dan dengan cepat aku pegang tangannya yang memegang ATM itu dan aku pun meraih ATM tersebut. Saat aku lihat dengan detail, aku sadar jika ATM tersebut adalah ATM ku sendiri yang beberapa waktu yang lalu aku berikan kepada Renald.

Sentak saja pikiranku jadi tidak tenang, dan pikiran negative pun mulai bergentanyangan dibenakku. Sebenarnya apa yang terjadi disini dan kenapa bisa ATM ku berada ditangan Della padahal tadi aku dengan sangat yakin memberikannya kepada Renald. Cuma ada satu cara bagaimana mengetahui kebenaran tentang semua kejadian aneh ini, yaitu menginterogasi Della.

“Ini kan ATM gue, kenapa bisa ada ditangan lu ?”, tanyaku pada Della dengan tegas.

Della pun hanya bisa melonggo kekagetan saat mengetahui aku ada dibelakangnya dan mengambil ATM yang dia pamer-pamerkan, wajahnya Nampak sangat aneh dan sedikit kebinggungan akan keberadaanku yang tiba-tiba ini. Dari mimic mukanya aku bisa rasakan jika dia juga sedikit gelisah, entah apa yang dia pikirkan atau takutkan.

“Ahh.. kok kamu bisa ada disini ?’, tanyanya sedikit gagu dan kaget akan keberadaan diriku.

“Jawab pertanyaan gue, kenapa bisa ATM ini ada ditangan lu ?”, tanyaku lagi tanpa memperdulikan pertanyaan dari Della.

“Itu.. ATM kamu, bukannya ATM nya si Renald”, ucapnya kikuk dan heran dengan tampak kebingungannya.

“Lu dikasih Renald ?”, tanyaku lagi menginterogasinya.

“Iya, tadi aku dikasih sama Renald”, jawabnya polos dengan tampang tanpa dosa.

“Kenapa dia kasih ATM ini ke lu ?”, tanyaku mengkonfrontir Della.

“Ehh.. anu, itu tadi dia… “, jawabnya dengan sangat gugup dan sedikit ingin mengalihkan perhatikan.

“Dasar lu cewek murahan !’, sautku menghinanya.

“Bukan, bukan seperti itu Joseph, dengerin aku dulu”, ucapnya dengan kedua tangannya memegang tanganku menunjukan jika dia tidak seperti apa yang aku pikirkan.

“Diam, dan sekarang jawab pertanyaanku lagi”, bentakku pada Della.

Semua yang melihat kejadian ini hanya bisa diam saja tanpa banyak komentar, mereka semua tau sedang berhadapan dengan siapa, bukannya aku sombon tapi hampir satu kampus pun tau jika aku sedikit memiliki kekuasaan dikampus ini. Apa pun yang tidak aku sukai bisa aku buang kapan saja, hal ini yang membuat mereka semua harus berpikir ulang jika mencari perkara denganku, termasuk dengan Della.

“Siapa yang beritahu Shandy tentang video itu ?”, tanyaku dengan tangan kananku meremas keras rahang pipi Della dan mengarahkan wajahnya tepat kehadapan mataku.

“Aaaa… ku, bukan aaa… ku !”, ucapnya sedikit kesulitan berucap.

“Aku tanya sekali lagi, SIAPAAAA… ?”, bentak dengan sangat keras sampai wajah cantic dari Della pun ciut ketakutan.

“Bukan aaaku.. !’, ucapnya ketakutan sembari menggelengkan kepalanya.

Sialan wanita ini, jika aku perhatikan seperti dia memang berkata jujur tapi siapa lagi yang menyebarkan video tersebut hingga sampai ke tangan Shandy, padahal yang mengetahui video tersebut hanyalah aku dan Della. Sebenarnya aku ingin sekali memberikan Della pelajaran tapi ini diruang kelas dan sedang ramai mahasiswa/i lain sehingga terlalu riskan dan beresiko tinggi bagiku untuk mencari perkara.

Dengan sedikit keras aku pun membanting pegangan tanganku yang tadinya meremas rahang dari pipi Della, sehingga Della pun sedikit terpental ke meja belajar namun untung saja dia sigap dengan tangannya sebagai bantalan dari benturan akan kepalanya. Dia Nampak ketakutan dan sedih, sedikit terlihat jika matanya mengeluarkan air mata, dan aku sendiri tak memikirkan hal tersebut, aku hanya butuh siapa pelaku dibalik semua ini.

“Jangan pernah cari perkara sama gue”, ucapku mengancam Della.

Aku pun berlalu pergi begitu saja meninggalkan mereka semua termasuk dengan Della, semua Nampak melihat kearahku, dalam benak mereka mungkin aku ini terlalu sadis dan tak mengenal perasaan tapi inilah cara memperlakukan seorang wanita, karena jika terlalu di kasih hati akan merugikan kita sebagai kaum lelaki.




Rafhael Yudha Dewanata

“Selanjutnya apa Dewa ?”, tanya dari bu Restu padaku.

“Menunggu”, jawabku singkat dengan melanjutkan menulis sebuah cerita.

“Hampir saja kamu ketahuan tadi, tapi kenapa kamu masih bisa tenang seperti ini”, ucap dari bu Restu.

“Karena hal itu bagian dari rencanaku”, jawabku tanpa memandang bu Restu dan tangan kanan terus melanjutkan menulis ceritaku disertai tangan kiri yang menopang kepalaku agar bisa berpikir tenang.

“Sebenarnya ibu tidak terlalu setuju dengan rencanamu ini, tapi apa boleh buat, ibu sudah masuk dalam permainan ini”, tutur bu Restu sedikit ada penyesalan.

“Maaf bu”, sautku pelan.

“Kalau boleh ibu tanya, seberapa berapa kepercayaanmu kepada ibu sampai-sampai kamu dengan gampangnya menceritakan semua ini kepada ibu?”, tanya dari ibu Restu kepadaku.

“Tidak ada sama sekali”, jawab singkat dan jelas dengan sedikit acuh.

“Lalu kenapa kau sengaja libatkan ibu dalam rencanamu ini?”, tanya dari bu Restu.

“Aku jawab atau tidak, tidak akan merubah apa pun”, jawabanku.

“Jika seperti itu kenapa tidak kamu jawab saja pertanyaan ibu?”, tanya balik dari ibu Restu mematahakan jawabanku sebelumnya.

“Aku butuh perisai untuk mengelabuhi mereka”, jawabku singkat dan terkesan membinggungkan bu Restu.

“Jadi maksudmu kamu sengaja menjadikan ibu sebagai perisaimu, apa kamu tidak takut jika ibu bongkar semuanya sekarang juga”, bantah dari bu Restu dengan sedikit mengancamku.

“Sudah terlambat”, ucapku dengan sangat dingin.

Aku sangat tau apa yang aku lakukan, dan kenapa aku memilih bu Restu karena dia seorang wanita yang memiliki jalan pemikiran yang panjang, perhitungannya sangat matang oleh karena itu dia tidak akan gegabah dalam mengambil keputusan, itulah kelebihannya yang dimataku terlihat sebagai kelemahannya. Dengan manusia seperti bu Restu tentu sangatlah mudah mengintimidasinya, karena pemikirannya sendirilah yang membuat permasalahan yang sebenarnya mudah terlihat sangat rumit, berbeda dengan manusia yang pendek akal, sekali mereka merasa terancam atau dimanfaatkan maka akan langsung bertindak sesuai dengan insting mereka bukan dengan logika mereka.

Aku hentikan sejenak kegiatan menulis ceritaku, aku pun mengambil handphoneku dan mencoba mengirimkan pesan singkat kepada Renald. Sebuah pesan yang mungkin akan membuat Renald bertanya-tanya kepadaku, semua ini memang sengaja aku atur untuk terikat satu sama lainnya dimana aku bukanlah sutradara namun hanyalah sebagai penonton, penonton yang mengendalikan menulis cerita dan diperankan oleh para pemain sertai diarahkan oleh seorang sutradara. Jadi disini kedudukanku adalah sebagai sang pencipta, menikmati permainan yang aku ciptakan sendiri.

“Apa yang kamu lakukan ?”, tanya dari bu Restu yang merasa curiga dengan gelagatku memainkan handphone.

“Beri kabar ke Renald”, jawabku santai denagn meneruskan mengetik chat untuk aku kirim ke Renald.

“Ibu benar-benar tidak mengerti akan semua semua ini, sebenarnya apa yang kamu rencanakan dan inginkan ?”, tanya dari bu Restu padaku dengan sangat serius.

Sepertinya wanita ini sudah mulai jenuh dan penat akan permainan ini, walaupun aku sudah terbuka akan rencanaku tapi dai tetap saja merasa jika ada sesuatu yang aneh, menurutku hal tersebut sangatlah wajar karena dia hanya tau bagian luar dari semua rencana ini, target dan tujuan dari rencana ini masih sengaja aku sembunyikan darinya. Dan tidak akan mungkin satu orang pun akan mengetahui hal ini, walaupun kalian membaca coretan pena ku ini.

“Belum waktunya”, jawabku singkat dan mengambang agar memancing semua amarah dari kejenuhannya dalam arus permainan ini.

Aku pun mencoba memperhatikan wajah dari Bu Restu, wanita ini terlihat sangat kesal akan semua ulahku, mimic wajahnya sangat tidak bersahabat untuk saat ini, Nampak sedikit dendam pada diriku yang tersirat dari raut mukanya. Wajar saja dia seperti ini karena dia sengaja aku seret dalam permainan gila ini, namun aku tidak akan pernah menjerumuskan wanita ini karena dia terlalu baik untuk dipermainkan, aku hanya butuh dia untuk menyamarkan keberadaanku.

“Sebagai dosen ibu harus sedikit banyak tau tentang ilmu mempelajari karakter seseorang, karena ibu berinteraksi dengan ratusan murid, oleh karena itu ibu juga mempelajari ilmu tentang psikologi untuk membaca karakter seseorang”, tutur panjang lebar dari bu Restu.

“Lalu bagaimana dengan diriku ?”, sautku memotong pembicaraan dari bu Restu.

“Dingin, kaku, misterius, focus, obsesi dan ambisi semua sifat itu terlihat jelas dimata ibu dan semua sifat itu akan buruk jika kadarnya terlalu berlebihan, jika tujuannya tidak kesampaian itu bisa membuat seseorang menjadi… “, penjelasan dari bu Restu padaku mencoba untuk menerangkan tentang bahaya sifat-sifat yang aku miliki, belum selesai bu Restu menerangkan aku pun kembali memotong ucapannya.

“Psychopat”, sautku singkat dengan menatap tajam kearah mata bu Restu.

Wajah yang tadinya kesal dan marah akan semua hal ini, tiba-tiba menjadi kaku dan sedikit ketakutan setelah melihat tatapan tajam mataku. Sedikit keringat dingin pun keluar dari pori-pori dahinya, make up yang cantic kini seakan pudar perlahan karena pengaruh dari sugestinya. Aku menerus melakukan intimidasi kepada bu Restu melalui tatapanku, dengan ini aku hanya ingin mengingatkannya bahwa ada batas yang tidak seharusnya dia lewati.

“Dewa, tolong jangan lepas kendali”, ucapnya mencoba menyadarkanku dan mengingatkanku.

“Semua dalam kendaliku dan tidak akan aku lepas sampai semua selesai”, bantahku.

Bagaimana bisa aku melepaskan sebuah kendali permainan ini jika permainan bisa menjadi blunder untukku, aku lah yang memegang kendalinya karena akulah yang membuat permainan ini dan aku jugalah yang menulis akhir dari cerita ini, semua sudah aku scenario kan sedemikian rupa, perencanaan yang matang dan seorang sutradara serta pemain yang handal mendukung semua cerita ini, sekali lagi aku jelaskan bahwa aku hanyalah penonton.

“Aku tidak punya waktu banyak, kita langsung saja ketopik pembahasan”, ucapku pada bu Restu.

“Iya lebih cepat lebih baik, ibu sudah merasa jenuh dengan semua ini”, saut dari bu Restu. Dengan menghela nafas panjang.

“Jumat ini, sehabis pulang dari perkuliahan, aku shandy renald dan juga joseph akan berlibur kesebuah pulau, tidak jauh dari kota ini”, ucapku pada bu Restu.

“Lalu ?’, tanya dari bu Restu untuk meneruskan semua penjelasan rencanaku.

“Hari minggu pagi, datanglah ke kantor polisi untuk melaporkan kasus penculikan atas mahasiswi bernama Della”, ucapku menuturkan semua rencanakku.

“Buatlah keterangan seolah bu Restu menyaksikan Della diculik”, imbuhku.

“Hah.. Dewa, ibu tidak bisa melakukan ini”, ucapnya dengan tegas dari bu Restu.

“Kamu sudah gila”, pungkas dari bu Restu padaku.

Wanita ini pun berlalu pergi dengan sangat kesalnya karena rencana gilaku ini, aku pun hanya bisa tertawa saja dalam hati ini. Bagaimana pun juga bu Restu akan melakukan apa yang aku perintahkan, masih ada waktu sampai dia akan melakukannya, aku hanya perlu menuggunya untuk menenangkan pikirannya, setelah itu baru aku akan memulai semua rencana ini.

Dalam hati ini sebenarnya sangat disayangkan jika harus mengorbankan persahabatan ini, namun jika seperti ini terus akan sama saja. Yang terpenting adalah bagaimana kita semua bisa menyikapi semua kejadian yang bakal terjadi ini, kedewasaan kita semua akan di uji mulai dari sekarang karena manusia akan menunjukan sifat aslinya saat dalam kondisi terpuruk dan sekarat.




Restu Gandhi Tresnawati

Hari yang sangat melelahkan sekali, hari ini aku benar-benar dibuat capek oleh rutinitas yang tiada henti dari pagi sampai sesore ini. Semua pekerjaan kantor serta pekerjaan rumah sudah selesai aku kerjakan dan sekarang aku hanya ingin merebahkan tubuhku ini untuk melepas letih yang membayangiku seharian ini.

“Sepertinya aku melewatkan sesuatu”, ucapku sendiri dengan posisi tubuh mereba telentang pada ranjang tidurku.

Tangan kanan ini mencoba meraih handphone yang berada tidak jauh disebelahku, aku pun lalu membuka handphoneku dan mencari-cari sebuah chat whatsapp dari Dewa. Seorang anak didikku dimana aku sebagai dosen pembimbingnya, menurutku Dewa adalah anak yang special, special dalam segala hal. Ibarat sebuah mawar, dia sangatlah indah untuk dipandang namun aku melukai siapa saja yang berani menyentuhnya.

Dewa adalah orang yang biasa saja, namun itulah specialnya dia karena dia selalu menjadi pemain dibalik layar, selalu menyembunyikan dirinya agar tidak menarik perhatian orang sekelilingnya. Namun jika kita sudah dekatnya, maka semua perhatian kita akan tertuju pada sosok Dewa, lelaki yang sangat tenang dan dingin bahkan aku sendiri tidak bisa menerka jalan pikirannya. Dari semua yang aku simpulkan tadi, jujur saja kalau aku ini sangat tertarik pada dirinya yang misterius itu.

Dan tadi waktu diperpustakaan kampus, aku sempat bertemu dengannya dan membicarakan rencana gilanya. Sebenarnya aku tidak ingin membantunya ataupun masuk kedalam rencana gilanya ini, tapi dia memegang kartu as ku dimana aku akan sangat dirugikan jika sampai Dewa nekad membocorkan kartu as ku tersebut. Dalam posisi seperti ini aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa mencoba menasehati Dewa agar tidak terlalu ceroboh dalam bertindak.

Inilah yang menjadi dilemma kusaat ini, aku bisa saja membongkar semuanya tapi aku tidak memiliki bukti yang kuat. Aku sempat ingin mencari-cari bukti namun selalu saja Dewa selangkah lebih maju dariku, dia selalu tau apa yang akan aku lakukan. Dia seperti professional yang selalu bisa membaca pergerakan lawannya, semua langkahku telah dia matikan agar aku tidak bisa macam-macam.

“Untuk saat ini aku hanya bisa memegang janji Dewa, yaitu dia pernah berjanji tidak akan menjerumuskanku terlalu jauh dan menjamin keselamatan karir serta hidupku”, gumamku sendiri sembari mengingat perkataan dewa diwaktu lalu.

Ada beberapa pesan masuk ke whatsapp pribadiku dan salah satunya dari Dewa, aku pun mencoba membacanya secara jeli karena jika kita tidak teliti melawan Dewa maka siap-siap saja dipermainkan olehnya. Pesannya singkat-singkat namun cukup banyak dan aku tau apa yang dia maksud, seperti Dewa begitu serius dalam menjalankan rencana gilanya ini.

“Kamis sore sepulang sekolah”

“Tepat depan pintu kampus”

“Nampak bersi tegang dengan Renald”

“Avanza Silver B 1234 PUK, masuk di sheet kedua”

“Lost contact, keluarga menghubungi kampus”

“Minggu pagi, pihak kampus lapor ke pihak berwajib”

Itulah beberapa pesan dari Dewa padaku lewat whatsapp, sekarang aku hanya perlu menjalankannya dengan berat hati. Aku benar-benar tidak tau apa sebenarnya yang dia rencanakan dan siapa target sebenarnya dari semua rencana ini. Aku hanya bisa berdoa jika tidak akan terjadi kegilaan yang bisa menimbulkan hal-hal diluar dugaan, semisalnya korban jiwa.

“Sialan, gara-gara dia aku sampai tidak tenang seperti ini”, gumamku sendiri sedikit kesal.

Dengan dibalut kemeja kerja yang masih belum terlepas dari tubuh ini, aku mencoba bangkit kembali dari tempat tidur ini. Bangun dan segera menuju ke kamar mandi untuk menyegarkan badan ini dan menyejukan pikiranku, aku berharap segera mendapatkan ide baru untuk bisa menyiasati intrik ini, dimana aku ingin lepas dari permainan yang Dewa buat ini.

Aku pun membuka almari untuk mengambil handuk dan segera satu persatu aku lucuti pakaian ini hingga aku pun kini telanjang bulat, dengan kain handuk putih lembut aku membalut tubuhku ini dari atas buah dadaku yang lumayan besar hingga pertiga pahaku yang montok ini. Rambut hitam panjang sebahu ini pun terurai indah setelah terlepas dari belenggu hijab yang menutupinya seharian penuh.

Tubuhku ini memang sedikit montok dan berisi tapi bukan gemuk yang kelebihan lemak, memang dari turunan keluargaku semua seperti ini. Tinggiku hanya 160cm dengan badan yang montok jadi postur tubuhku jika terlihat sangatlah sekel dan menurut mata para lelaki sangat menyulut gairah mereka, oleh karena itu aku selalu mengenakan hijab setiap kali aku keluar dari rumah untuk menghindari zina mata dari kaum adam.

Kamar mandi ini tidaklah begitu luas, bahkan terkesan sempit, hanya ada ada shower dan sebuah toilet duduk yang jarangnya terpisah tidak lebih dari 1,5 meteran, sebuah kaca seukuran 60cmX60cm terpasang dekat pintu untuk tempat aku bercermin setelah mandi. Shower kemudian aku nyalakan dan aku perlahan aku membuka handuk putih yang melilit tubuhku ini.

Tetes demi tetes air dari yang keluar dari shower menghujani tubuhku ini, rambutku pun lepek karena guyuran air ini, kesegaran aku rasakan dan sejenak semua penat di benak pun sirna. Kuraih sebuah sabun cair disamping shower lalu kubasuhkan keseluruh tubuh ini, mulai dari leher perlahan turun kebagian bahu, lengan hingga ketiak dan kemudian buah dadaku, kuusap lembut merata agar tidak ada lagi kuman yang menyentuh tubuhku ini. Berlanjut kebagian bawah dimana pahaku yang besar ini tidak luput dari basuhan sabun, dan celah-celah diarea dalam pahaku aku pun bersihkan.

Pada bagian pantat dan kemaluanku juga aku perhatikan dengan seksama, aku bersihkan sebersih-bersihnya karena pada bagian ini adalah sarang dari kuman oleh karena itu aku memberikan perhatian lebih pada bagian vital tersebut. Nampak mulus dan gundul karena tadi pagi sebelum berangkat bekerja aku sempatkan untuk mencukur hutan lebat yang tumbuh disekitar area kewanitaanku.

Setelah aku membilas semuanya aku pun mengeringkan tubuh ini dengan handuk putihku tadi, tak lupa aku mematikan shower dan membalut tubuhku kembali dengan handuk putih, lalu aku pun duduk didepan meja rias dekat dengan ranjang tidurku, dan hal pertama adalah mengeringkan rambutku dengan mesin pengering. Sedikit nutrisi pada kulit sangat perlu untuk menjaga kecantikan diri ini, walapun aku sudah berumur 30tahun lebih tapi aku tetap terlihat masih berumur 28tahunan, ini semua karena ketekunanku menjaga kecantikan tubuh dan kulitku.

Aku mengambil sebuah baju tidur yang sedikit tipis dan sedikit transparan, dan sebuah G-String warna merah darah, seperti biasa aku tidak biasa menggunakan Bra pada saat aku tidur karena mengganggu pernafasanku, mungkin hal ini karena ukuran payudaraku yang lumayan besar. Setelah menggenakan G-String aku pun segera mengenakan baju tidurku, dengan lengan pendek setengah dari sikuku dan panjang kebawahnya tidak sampai lutut, dengan seperti ini aku merasa ringan dan bebas dalam bergerak.

Sebenarnya untuk usia wanita sepertiku ini sudahlah sepantasnya berrumah tangga, namun sampai saat ini aku masih juga belum menemukan sosok pria yang pantas untuk menjadi pendamping hidupku. Karena hal tersebutlah aku lebih memilih untuk focus ke karirku dari pada mencari jodohku, aku sudah pasrah dengan usaha mencari sosok pria untuk pendamping hidupku.

Seumur hidup ini aku selalu menjunjung tinggi adat ketimuran, dimana virgin adalah sebuah kehormatan yang tak ternilai harganya, dan hanya pada suamiku saja akan aku serahkan mahkota hidupku ini. Aku memang tidak begitu taat beribadah, sholat saja aku jarang lima waktu tapi setidaknya setiap hari aku menunaikan ibadah wajib tersebut.

Standart untuk bisa menjadi calon suamiku tidaklah yang aneh-aneh, aku juga sadar akan diriku ini siapa, aku bukanlah bidadari dan masih banyak wanita cantic diluar sana. Aku hanya menuntut seorang pria yang mapan dalam hal batin dan lahir, agama dia lebih baik dariku dan sifatnya bertanggung jawab serta setia, sebagai wanita aku tidak sudi jika dipoligami walaupun dalam ajaran agamu hal tersebut diperbolehkan. Dan pria tersebut haruslah mapan secara segi ekonomi, jaman sekarang sangatlah wajar jika wanita menuntut hal seperti ini karena pernikahan yang aku inginkan adalah sekalli seumur hidup, oleh karena itu factor ekonomi selalu aku prioritaskan sebab pemicu perceraian adalah salah satunya dari factor ekonomi.

Tentang cinta, menurutku bisa di bangun seiring berjalannya waktu, ta’aruf adalah anjuran bagi pria yang ingin serius dengan diriku. Menikah bukanlah hal yang mudah, hal yang sangat sulit karena butuh pertimbangan yang sangat kuat, jika menikah hanya bermodal cinta saja maka bisa dipastikan pernikahan tersebut rawan akan perceraian, karena hanya dengan cinta saja tidak bisa memuaskan hasrat duniawi manusia.

Aku bisa berbicara seperti ini karena aku pernah mengalami hal yang pahit, aku sempat bertunangan dengan seorang pria yang sangat aku cintai, aku sangat ingin segera dimiliki atau dipersuntingnya namun pria tersebut memilih untuk mundur dan meninggalkanku, dengan alasan bahwa dia belum siap secara lahiriah. Dari situlah aku mampu belajar dan hal itu aku jadikan pelajaran hidup yang sangat berharga, dan sekarang aku sudah memiliki kemapanan dalam sisi ekonomi dan sudah mapan dalam rohaniah.

“Hah.. Tapi tetap saja sampai sekarang aku masih jomblo”, celetuk sendiri merenungi nasib.

“Huft… !’, imbuhku.

Sebenarnya dalam hati ini ada sedikit getaran asmara kepada seseorang, namun aku tidak berani mengungkapkannya, dia sangatlah membuatku penasaran dan mampu membuatku untuk terus mencari tau tentang dirinya yang sebenarnya. Sosok lelaki yang sangat dewasa dan matang dalam pemikiran, dan menurutku dia sedikit tegas serta mampu memegang prinsip dialah sosok yang mampu meluluhkan perasaan yang membeku ini.
 
Apakah ada update lagi ? Tokohnya banyak Nambah ya ,di banding cerita pertama .
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd