Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Love Journey New Generation BY-Tio12tt

Kok jadi berasa asing gini si Doni, Reza sama boski nya? Panggilnya pake embel" pak segala
 




Aku hanya seorang imigran turun pada bumi parahyangan, Aku hanya seorang musafir yang singgah di kota kembang kenanga, aku seperti udara di kota ini yang akan menyejukkan, aku akan tersenyum pada mu seperti saat Tuhan menciptakan kota ini, aku akan seperti pelangi saat kau menatap ku, akan ku rangkai kalimat indah agar kau tersipu. Kau tak perlu menjadi pelangi, ataupun payung yang menaungi, akan tetapi satu yang ku pinta, apapun yang terjadi kamu harus ada di sisiku.


Di Bandung, 26 Mei sebelum Hijriah

Zalfa Putri Sinta




 
Terakhir diubah:
CHAPTER 2
Family, Flasback, Rasa yang beda, Ramalan & Pertemuan.


Zalfa melukis sebuah Drawing art sketsa wajah Leon di sebuah kertas lukis berukuran A3 yang menempel pada clipboard, garis arsir dan tebal tipisnya goresan pensil menciptakan sebuah lukisan yang tampak bagus. Bagi Zalfa, Leon merupakan sebuah warna warni indah dari arti seni itu sendiri yang ia tuangkan dalam karya lukis yang indah. Zalfa hampir selesai menyelesaikan gambarnya, ia berhenti sejenak lalu berdiri mengamati lukisan yang ia buat.

"Perfect." Zalfa tampak puas lalu ia menaruh clipboard di atas meja lukis. Ia berdiri dan menatap ke sekeliling kamar yang penuh dengan karya seni dari lukisan, kerajinan tanah liat, pahatan patung dan bahkan berbagai jenis koleksi gitar terpajang rapih. Zalfa berjalan menuju satu spot dinding kamar yang masih polos, ia berencana untuk menempelkan hasil lukiskan yang ia buat pada spot kosong tersebut "Hemm, kasih bingkai kali yah?" Zalfa bergumam sendiri menaruh kedua tangannya di dada.

"Tuan Putri!" Dari arah luar terdengar suara Klara kaka dari Zalfa menggema masuk ke dalam kamar, mendengar suara kakaknya Zalfa tampak jengkel ia bergegas menutup pintu namun pergerakannya kurang cepat karna Kelara lebih dulu sigap menahan pintu agar tidak tertutup. "Mau ngapain sih lu?" tanya Zalfa dengan ketus "Galak amat sih tuan putri." Klara mendorong pintu dengan kuat kini ia berhasil masuk ke dalam kamar, Klara melihat sebuah lukisan gambar Leon, dengan cepat Klara mengambil dan melihatnya. "Ishhhh.. apaan sih lu lancang banget!" Zalfa berusaha merebut lukisan dari tangan Klara "Aw..aw..aww, bucin sekali adik gua nih, bagus juga lukisan lu tapi sayang cuman sekedar lukisan abstrak kayak hubungan lu sama Leon indah tapi ga nyata." Klara meledek dan memberikan lukisan dengan senyum jail "Bacot!" hardik Zalfa "Hadeh neng-neng jangan sampai ini gambar lu tempel di tiang listrik dengan caption di cari cowo hilang di ambil janda! Haha." Klara mengembalikan lukisan sambil tertawa, Zalfa langsung memukul pelan pantat Kelara dengan lukisan yang ia pegang.

"Bacot lu ka Bacot!" Zalfa tampak kesal mendengar celotehan ejekan dari kakanya ini "Dah ah gua ke sini cuman mau ngajak lu ke rumah Oma, Bunda nyuruh gua manggil lu ke sana." Ucap Klara "Ada apaan emang?" Tanya Zalfa sambil menaruh lukisan ke dalam lemari "Pada mempersiapkan pesta ulang tahun Oma." jawab Klara berjalan menuju pintu keluar kamar "Oh iya sebentar lagi Oma ulang tahun." Ucap Zalfa dengan antusias "Lagian lu ngerem mulu di kamar sih dari kemarin, orang-orang pada sibuk tau di rumah Oma." Ucap Klara "Yeee, gua banyak tugas kuliah ka dari kemarin, makanya di kamar mulu." sanggah Zalfa "Halahh tugas ngebucin lu mah, yaudah buru di tunggu Bunda, oh iya sama Mamah Rara juga." Klara meninggalkan Zalfa sendiri di kamar "Okey Nenek sihir! Thanks info." Ledek Zalfa "Prett!!" teriak Klara dari kejauhan.​

--0--​

Sebuah rumah dengan gaya model khas kolonial berlokasi di daerah buah batu bersebelahan dengan kediaman Boski terlihat ramai oleh keluarga besar dari Oma Ratnawati ibunda kandung Rizki Dinata alias Boski. Oma Ratnawati sedang duduk santai di kursi goyang sambil mencoba memasukkan benang ke dalam jarum, sebuah senyuman terlukis di wajahnya melihat keharmonisan keluarga besarnya ini dari menantu hingga cucu saling bahu membahu mempersiapkan acara ulang tahun terlebih melihat Sinta yang bersenda gurau dengan dua orang wanita.

Dua wanita itu merupakan istri dari Boski, banyak kisah dan lika-liku yang sudah Boski alami hingga ditahap seperti ini, sebuah kisah yang panjang untuk di ceritakan namun berkahir bahagia bagi semua pihak. Tidak ada pertengkaran ataupun ketidak adilan contohnya tercermin dari wajah Sinta saat ini yang tampak ceria bercengkrama sambil membuat kue ulang tahun dengan Rara Syahmandini Anggoro istri ke dua dan Riska Artetsya Nugroho istri ke tiga Boski.

"Tehh Sinta kayaknya tambahin lagi deh susu kantal manisnya menurutku sih adonannya masih kurang manis." Ucap Riska "Oh iya kah?" Sinta sedikit mencicipi adonan kue "Jangan pakai susu kental manis takut gula darah Oma naik, pakai bubuk daun stevia aja manisnya natural." Usul Rara "Kalau engga pakai ini aja biar manis." Sinta mengangkat mangkuk adonan kue dan ia tersenyum lebar ke arah adonan "Waduh bisa diabetes yang makan ini mah teteh." Ucap Riska menggelengkan kepala "Ah si teteh ngabanyol wae." Timpal Rara.

Dengan gerakan tiba-tiba Rara mengambil adonan kue sedikit kemudian mencolekkan nya ke pipi Sinta "Aaaa." Sinta sedikit berteriak mengusap noda adonan di pipi dan membalas mencolekkan adonan ke pipi Rara. Suasana membuat kue kini menjadi ajang balas membalas colekan adonan, anak-anak dari mereka bertiga hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepala melihat tingkah Sinta, Riska dan Rara. Oma Ratnawati mendekat dan mengambil mangkuk adonan "Sudah-sudah, sini Oma bantu saja dari pada habis semua adonannya ke muka kalian." Ucap Oma.

Dari depan pintu ruang tamu tampa mereka sadari Boski kini terseyum sambil menyilangkan kedua tangan di dada, Boski menikmati moment keharmonisan keluarga besarnya ini akan tetapi dalam benaknya ia tidak menyangka di kehidupannya sekarang Rara dan Riska menjadi pendamping hidup nya dan Sinta dengan keteguhan hati penuh keikhlasan menerima dirinya di madu hingga menciptakan sebuah keluarga besar.

Boski mendekat ke arah mereka sambil tersenyum jail "Eh Papih?" Riska sedikit terkejut melihat kehadiran Boski "Duh, pamajikan urang asik wee colek-colekan kue ciga barudak letik." Ucap Boski "Baru pulang Pih?" Tanya Rara, Sinta dengan jail mecolekan adonan kue ke wajah Boski sambil berbicara "Aku telfon tadi, kalo ga di suruh pulang asik aja tuh sama motor nya di bengkel lupa sama Istri-istri nya yang cantik-cantik ini." "Aww nakal yah Bund." Boski mengelap wajahnya namun Riska dan Rara ikut jail mengusapkan sisa tepung terigu ke wajah Boski "Argggh..shh." Boski mengusap kembali wajah nya yang kini terlihat cemong, Oma Ratnawati seketika tertawa meliat wajah Boski "Ini hukuman buat anak Oma yang sibuk!" Ucap Rara disambut anggukan dan hentikan jari oleh Riska. "Ahh udah ah mainnya keroyokan." Boski berusaha menghindar menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.

Langkah kaki Boski terhenti ketika dua anak dari Rara yaitu Rici Dirgantara dan Allisya Pramesti Dinata, anak dari Riska yaitu Abimanyu Wibowo dan Varro Nazareth, beserta Kelara dan Keisha Yunia Putri anak dari Sinta semua kompak tertawa lepas melihat wajah Papihnya cemong oleh noda adonan dan tepung terigu. "Hei pada durhaka kalian ngetawain Papih." Ucap Oma Ratnawati dengan nada bercanda "Biarin aja Oma biar pada Papih kutuk!" Boski menaruh kedua tangannya di pinggang "Kutuk muka kita jadi ganteng kayak artis Korea aja Pih." Ucap Abimanyu "Bentul tuh betul." sambung Rici "Heh! Muka kalian itu udah ganteng kayak Papih mu ini, artis Korea mah lewat atuh." mengedar ucapan Boski Sinta, Rara dan Riska sontak berkata "Prett." "Mana ada, PD banget Aki-aki ini." sambung Sinta.

"Hehehe." Boski hanya tertawa kecil lalu ia mengangkat kedua tangannya seraya berdoa "Ya Tuhan, aku kutuk semua anak-anak ku ini menjadi orang-orang yang sukses berguna bagi nusa bangsa agama kususnya bagi warga Bandung kelak dan bisa bantu supermen memberantas kejahatan." setelah Boski berbicara sontak semua orang yang ada di ruangan berkata "AMIN!"

Zalfa yang baru datang berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah tampak bingung mendengar semua orang berkata Amin. "Ihhh ada apa yah?" Karna penasaran ia langsung masuk ke dalam rumah. "Assalamu'alaikum, maap guys baru dateng." Ucap Zalfa melempar senyum "Faa telat loe ga kebagian di sumpahin sama Papih." Celetuk Varro "Waduh kok pada seneng di kutuk papih?" Tanya Zalfa "Pada seneng atuh neng, di kutuk nya jadi asisten supermen biar membasmi kejahatan di kota Bandung." Ucap Riska "Kalo gitu aku ga ikutan deh, soalnya waktu smp aku pernah ikutan Joker maling mangga di rumah mang Dadang." Ucap Zalfa yang di sambut tertawaan oleh semua orang.

Zalfa seketika terkejut melihat muka Boski yang tampak cemong. "Aduh Papih kenapa muka nya cemong begitu?" Tanya Zalfa "Oh ini masker buat muka jadi Glowing kayak oppah Korea." Jawab Boski "Opah Korea apaan kayak kayak Dakocan kitu." Ucap Zalfa heran "Dah ah papih mau cuci muka." Boski berjalan kembali menuju kamar mandi di iringi Zalfa yang menatap aneh. Setelah Boski masuk ke dalam kamar mandi mereka semua kembali ke sibukan masing-masing. "Oma duduk aja. Biar kita yang lanjutin bikin kue, nanti Oma kecapean." Pinta Rara yang dibalas anggukan oleh Oma. Zalfa mendekati Rara yang sedang menuangkan bubuk stevia ke dalam adonan.

"Bunda." Zalfa memeluk manja ke punggung Rara. "Iya sayang, kamu kok baru dateng?" Tanya Rara "Tau tuh teh kerjaan nya ngerem wee di kamar, neng kenapa kerudung nya ga di pake?" Ucap Sinta menyelak omongan, raut wajah Zalfa langsung berubah bad mood "Aku tuh banyak tugas tau mah dan ngapain pakai kerudung kan ke rumah Oma ini tuh kaka aja ga pernah pakai kerudung." jawab Zalfa dengan sebal "Kaka kamu mah emang susah dibilangin, Bunda kan mendidik kamu secara benar agar citra kamu baik di depan keluarga!" Ucap Sinta tegas, Rara menggelengkan kepala dan mengedipkan mata ke arah Sinta sambil mengusap pelan punggung Zalfa "Tau ah, aku mau ke Oma aja." Zalfa beranjak pergi menghampiri Oma "Yang sabar teh ngedidik anak, Zalfa anaknya ga bisa di kerasin." Rara mencoba memberi pengertian, Sinta mendengus pelan lalu memegang pundak Rara.

"Omaaaa." Zalfa memeluk manja Oma yang sedang duduk "Iyaa cucuku yang paling cantik." Ucap Oma Ratnawati, Zalfa melihat Oma tampak kesusahan memasukkan benang ke dalam jarum ia berinisiatif membantu "Sini Oma aku bantu." Oma mengelus pelan rambut Zalfa "Gimana kuliah kamu?" Zalfa tersenyum "Aman Oma." "Ga ada yang rundung kan?, Oma nonton TV serem anak zaman sekarang banyak yang keterlaluan ada yang mati di rundung sama kaka tingkat." Zalfa menggeleng "Mana ada yang berani bully aku Oma, rektor nya aja temen Papih. Kalau pun ada nih Zalfa enjus pantatnya pakai jarum jusss." Oma Ratnawati tertawa meliat tingkah cucunya

"Kamu kayak Papihmu kuat, berani dan tangguh." Ucap Oma "Apaan Oma, Papih pas mandi ada kecoa terbang ehh malah teriak dan kabur mana lupa pakai handuk haha." Oma Ratnawati tertawa mendengar cerita Zalfa "Haha iya?." "iya Oma, Papih teriak aaa ada kecoa, nah pas Papih lewat dapur gantian Mamah yang teriak, Aaaa ada ular lepas, Hahaha." Ucap Zalfa "Haha, sudah sudah cerita kamu sudah kacau." Zalfa memberi benang yang sudah di masukan ke jarum "Makasih yah, abis kacamata Oma lensanya udah jelek mata Oma rabun makin susah ngeliat." Ucap Oma, Zalfa menjadi punya ide untuk memberi kado ulang tahun untuk Oma nanti.

Boski yang baru selesai membersihkan wajah berjalan melewati Oma dan Zalfa menuju pintu keluar sambil mengeluarkan sebatang Rokok dari saku jaketnya, Boski menoleh sebentar memanggil Zalfa "Tuan putri, sini Papih mau ngobrol." Zalfa mengangguk dan menyusul Papihnya keluar. Saat Boski duduk dan menyalahkan rokok Zalfa langsung merebut dan membuangnya "Ishh nih anak." Gerutu Boski kesal "Aku ga suka yah Papih ngerokok!" Ucap Zalfa dengan tegas "Kamu sama bunda Sinta nyebelinnya." Boski mencubit pipi Zalfa "Biarin, weleeee." Zalfa menjulurkan lidah "Papih mau nanya kamu sama Leon sampai saat ini sedekat apa sih?" Tanya Boski "Ehhh." Zalfa seketika malu-malu ditanya oleh Boski "Udah jawab malu segala, Papih juga pernah muda tau." kedua tangan Zalfa merapat dan saling menggengam di atas paha "Yaaaa gituu dehh." Boski berdiri dan menepuk pelan punggung Zalfa "Memang bego anak mas Doni itu masa engga tertarik sama princess Papih ini, katarak meren?? wah Papih telfon mas Doni deh suruh bawa anaknya ke dokter mata."

Boski berlaga akan menelfon Doni, Zalfa dengan cepat menarik tangan Boski "Ihhh Papih ada-ada aja, ya namanya juga perasaan butuh proses." Boski kembali duduk "Hemm Ya..ya, Papih engga pernah ngelarang kamu deket atau suka sama siapa pun karna Papih percaya kamu bisa jaga diri dan pria yang kamu pilih itu pasti yang sudah paling terbaik buat kamu, yaa tetap semangat walau kamu harus paham bunga itu indah membuat kupu-kupu mendekat bunga tidak boleh layu walaupun kupu-kupu tidak hinggap. tapi satu hal yang bunga harus tau yang harus mendekat itu sang kupu-kupu bukan sang bunga, bunga memancarkan keindahan dan tempat yang aman untuk kupu-kupu berpijak menikmati keindahannya." Boski merangkul anaknya ini, Zalfa tersenyum dan mengganguk.

"Oh iya kamu mau ngadoin apa buat Oma ulang tahun nanti?" tanya Boski "Kacamata, soalnya kacamata Oma yang sekarang udah jelek deh." Ucap Zalfa "Ehh gitu, mau beli sama bunda besok?" Tanya Boski "Engga paling sendiri aja aku." Ucap Zalfa "Kalo engga, dari pada kamu sendiri, Papih ada tugas buat kamu." Zalfa menaikan satu alisnya "Apaan Pih?" "Sini Papih bisikin."

--00--​

Jam dinding di kamar Zalfa menujukan pukul setengah sebelas malam. Zalfa berbaring santai memikirkan kado apa yang cocok untuk diberikan kepada Oma karna Zalfa sedikit berubah fikiran antara membelikan kacamata atau memberikan hal lain selain itu di mana ia akan membeli kado tersebut. Sesekali ia menganti posisi tidur, setelah beberapa saat berfikir ia sudah memutuskan di mana dan apa yang akan beli "BEC aja deh." Zalfa mengambil smartphone yang ia taruh di atas meja lukis lalu ia mengirimkan pesan whatsapp kepada Leon.













Zalfa menghempaskan dirinya ke kasur, perasaan senang dan sebal bercampur aduk setelah ia chat-an dengan Leon. Ada beberapa sifat Leon yang terkadang sedikit membuatnya kesal akan tetapi sifat Leon yang sperti itu lah yang membuat Zalfa tidak pernah bosan berinteraksi dengannya. Perlahan Zalfa menutup mata dengan senyum tipis ia beranjak pergi menuju alam mimpi.​

--00--​

"Ahhhhh." Doni mendesah pelan sambil menghujamkan penisnya ke dalam Vagina Niken sang istri tercinta, tetesan keringat membasahi tubuhnya karna gairah kenikmatan yang ia rasa. Doni berusaha memberikan servis terbaik agar istrinya bisa merasakan gairah dan nikmat nya seks seperti awal mereka berpacaran dan juga saat awal-awal pernikahan. Namun tampaknya Niken tidak merasakan gairah itu sepenuhnya, ekspresinya terkadang diam termenung ke arah langit-langit kamar, tubuhnya yang sintal indah menggairahkan untuk seusia Niken saat ini bergoyang pasif mengikuti pergerakan Doni saja.

"Nikennn,aahhhh." Doni merasakan sebentar lagi akan mencapai Klimaks dengan cepat ia menambah ritme hujaman penisnya ke dalam vagina, Niken menyilangkan keuda kakinya ke pinggang Doni yang membuat posisi penis Doni makin tertekan makin dalam. "Arghhhhh!" Crottt, Sperma Doni cukup banyak membasahi Vagina Niken, Doni ambruk dan berbaring ke arah samping menatap istrinya yang diam terpejam. "Mah, aku merasa sedang bercinta mengunakan seks doll bukan dengan manusia, aku klimaks akan tetapi tidak ada gairah batin dan koneksi perasaan di antara kita." Doni bangkit dan duduk membelakangi Niken "Dulu kamu pernah bilang pada ku seks itu bukan hanya sekedar nafsu, seks merupakan ikatan emosional bukan hanya sekedar rasa kenikmatan." Niken yang menahan tangis memeluk tubuh Doni dari arah belakang "Pah, maaf." Doni melepas pelukan tubuh Niken lalu ia memakai baju tidurnya kembali "Aku paham kondisi batin kamu atas semua yang terjadi pada keluarga kita, tapi aku ingin kamu jangan terlarut akan kesedihan." Doni beranjak mengambil sebungkus Rokok dan smartphone dari dalam laci meja rias lalu ia berjalan menuju balkon kamar meninggalkan Niken yang berbaring menutupi diri dibalik selimut.

"Hufttttt.." Kepulan asap berhembus dari mulut Doni menguap tersapu angin malam yang terasa dingin, ia merenung menatap langit yang di hiasi bintang "Dulu aku kira hidup dengan banyak harta seperti ayah bisa menjamin sebuah kebahgiaan keluarga." Doni menghisap kembali Rokok yang ia pegang butiran zat Nikotin perlahan masuk membuat Doni sedikit tenang sesat. Doni kembali termenung sebuah momen pahit kembali terbersit dalam fikirannya.​

Doni dan Niken berlari kencang melintasi koridor rumah sakit menuju ruang ICU karna mereka berpacu dengan tingkat kesadaran Mitski yang makin menurun. Saat mendekati ruang ICU langkah kaki mereka perlahan melamban dan berhenti. Ke dua dada mereka terasa sesak dunia seketika terasa hancur, Air mata seketika meleleh keluar membasahi Pipi mereka.

"Mitski!!!!!!"

Niken berteriak saat dua orang perawat sedang mendorong sebuah kasur besi membawa Mitski yang sudah di tutupi kain putih pada sekujur tubuhnya. Niken langsung mendekap jenazah putrinya itu dengan menangis meraung-raung, Doni menyandarkan tubuhnya ke tembok tak kuat menahan kesedihan, seorang Dokter datang menghampiri Doni dan di belakang doker itu Leon yang masih duduk di bangku SMP berjalan gontai dengan tatapan kosong. "Maaf Bu pak, kami tidak bisa melakukan apa-apa keterlambatan menemukan donor hati yang cocok memperkecil peluang hidup almarhumah." Ucap dokter "Saya turut berdukacita, untuk menghargai keluarga almarhumah jenazah sementara akan di taruh kembali pada ruang perawatan untuk keluarga bisa melihat sebelum kami pindah kan ke dalam kamar jenazah." Dokter menepuk pundak Doni pelan lalu menginstruksikan kepada perawat agar kembali berjalan membawa jenazah Mitski.

Niken memegangi jenazah Mitski dengan erat walau ia sedikit terseret. Leon kini berdiri menatap tajam ke arah Doni dengan penuh amarah yang meledak "Puas Pah!" Doni mendekat "Papah juga sedihhh Leon!" "Sedih? kak Mitski sempet manggil nama kalian tapi apa di mana kalian?." "Leeeee Papah Mamah..." Ucapan Doni terpotong karna Leon menyelak "Kalian pembohong engga perduli sama Kaka!!."

PLAAKKKK!!

Doni menatap tangannya, ia refleks menampar pipi Leon karna cukup terguncang dengan situasi yang sedang kalut membuat nya ia hilang kendali. "Leee." Leon menatap tajam air mata sedikit menetes keluar dan ia melangkah pergi tampa mengeluarkan sepatah katapun.


"Huftttt." Doni melemparkan puntung Rokok yang sudah habis dari atas Balkon lalu ia sedikit melakukan peregangan "Butuh refresing sepertinya." tangan kanan Doni meraih Semartpone dan ia terlihat menelpon seseorang "Halo Mas Reza, Sory bray nelfon lu malam gini lu jadi kan besok berangkat ke Jepang nego supplier baru kita??, Oh jadi ok deh gue ikut lu dong." Kedua alis Doni sedikit mengangkat dan ia menoleh ke arah kamar melihat Niken yang tertidur "Sendiri aja gue mah biar bini di rumah sekali-sekali atuh jalan sendiri biar berasa bujang Haha, lu juga jangan ngajak si Leva lah yah, Ohh bini lu ga ikut juga oke deh nanti gini aja gue cari penerbangan pagi lu berangkat duluan aja kita ketemuan di hotel bisa, sip sipp sampai bertemu di Jepang bray." Doni tersenyum seperti merencanakan suatu hal, ia menatap layar smartphone kembali dan membuka browser kemudian mengetik sesuatu pada keyword pencarian Google.

Tokyo, distrik "garis merah" Yoshiwara dan Shinjuku 2-chome, "garis biru" Kabuki-cho.

--00--​

Suara nada dering lagu panggilan masuk WhatsApp berjudul Dear god-Avenged sevenfold menggema keras hingga mengusik Leon yang sedang tertidur, sinar matahari sedikit menenbus dari cela-cela gorden kamar dan menyorot wajah Leon secara langsung. Sudah tiga kali Smartphone milik Loen berdering, saat keempat kalinya handphone itu berbunyi dengan rasa malas dan rasa kantuk menerkam Leon membuka mata dan melihat layar handphone.



"Anjirr lupa gua!" Leon seketika teringat bahwa hari ini ia sudah ada janji dengan Zalfa untuk mengantarnya pergi. Leon duduk dan berusaha membenarkan nada bicara nya agar tidak terdengar seolah orang bangun tidur.

Leon : Haloo iya Faa, gue ... gue lagi siap-siap nih baru mau OTW gua.
Zalfa : Yakin lu udah mau otw?
Leon : Ohhh tentu nih udah pake sepatu
Zalfa : Hemm, masa?
Leon : Iya dahh-dahh gue matin dulu yah

Belum sempat Zalfa berbicara Leon sudah menutup panggilan telfon, ia bergegas mencari outfit yang akan dikenakan setelah menemukan yang cocok Leon bercermin "Masih ganteng kok ga usah mandi kali yak hehe." setelah mencuci muka dan menggosok gigi ia memakai outfit lalu sepatu tak lupa ia menyemprotkan parfum. "Oke dah siap, ehh tapi." Leon berfikir sejenak dan membuka dompet nya "Bjirr, sisa sepuluh ribu lagi hehh udah seminggu di kurung jadi ga bisa ke bengkel ga ada pemasukan." Leon berjalan menuju meja belajar lalu membuka sebuah kotak berisi kartu ATM yang sebenarnya di fasilitas kan oleh Niken untuk keperluan pribadi Leon. "Hadehh sebenarnya gengsi gua makai nih duit, tapi masa iya Zalfa yang bayarin semua." Dengan berat hati ia memasukkan kartu ATM ke dompet lalu ia beranjak keluar kamar.

Di ruang tengah yang terlihat cukup besar dan mewah Niken sedang duduk menyaksikan acara televisi di temani secangkir teh hangat, pandangan mata Niken teralihkan saat melihat Leon turun. "Sayang kamu mau ke mana Na?" Leon terlihat diam acuh dan mempercepat langkah kakinya "Kamu mau ninggalin Mamah lagi Na." Ucap Niken Lirih, Leon menghentikan langkahnya memejamkan mata dan menghembuskan nafas pelan, pada hati kecilnya Leon merasa tak tega melihat mamahnya sedih walaupun ia merasa kecewa. "Mamah sedih Leon, Mamah butuh kamu, terserah kamu mau berfikir apa tentang Mamah tapi jangan perlakuan Mamah terus seperti ini, Mamah tidak sekuat Papah." tubuh Leon bergetar ia membalikkan badan lalu berjalan mendekati Niken, Leon memeluk tubuh Niken dengan lembut namum tidak berbicara sepatah katapun lalu ia berbalik lagi berjalan menuju pintu "Aku cuman mau jalan sama Zalfa Mah." Ucap Leon dengan dingin "Mamah antar yah Plise." Ucap Niken memohon, Leon berdiri mematung sambil memegang gagang pintu lalu menganggukkan kepala.
--00--​

Halte Trans Metro Pasundan-Taman tegalega K4BD

Suasana jalan Otto Iskandar Dinata kecamatan Astanaanyar tampak ramai oleh kendaraan lalu lalang dan juga deretan motor yang parkir karna ada pasar pagi. Zalfa berdiri mematung dengan sesekali melirik ke arah sekitar menunggu kedatangan Leon di halte, sudah empat bus yang mengarah ke BEC lewat namun Leon belum muncul, Zalfa mulai kesal menunggu Leon sesekali ia mencoba menelfon namun tidak ada jawaban.

Yang tampa Zalfa ketahui Mobil yang Mamah Niken kendarai sudah sampai tak jauh dari posisinya berdiri. Di dalam Mobil Leon tersenyum puas melihat Zalfa yang tampak kesal menunggu dirinya, Niken tersenyum tipis melihat tingkah anaknya ini. "Udah kesian pacar kamu nunggu tuh." Ucap Niken "Bukan pacar mah." Jawab Leon "Cantik itu loh anak kang Boski, masa kamu ga pacarin." Ucap Niken "Engga sekarang tapi tau deh nanti." Leon terseyum lalu membuka pintu mobil "Engga mau Mamah anter aja?" Tanya Niken "Engga usah mau naik bus." Jawab Leon "Yaudah, kamu bener pulang yah Na jangan nginep di tempat orang lagi, Mamah takut sendirian di rumah Papah mu lagi pergi ke Jepang." Ucap Niken "iya, ga usah pulang aja sekalian dia." Ucap Leon ketus "Huss, jangan begitu kamu Leon." Leon menutup pintu mobil dan berjalan mengendap-endap mendekati Zalfa.

Rawaut wajah Zalfa saat ini terlihat kesal, Leon dengan tingkah jailnya berdiri persis di belakang Zalfa dan menutup kedua mata nya "Ihhhh siapa nihhh begall yah Ohh Culik Tolong Culikk." Zalfa berusaha meronta sambil berteriak, Leon langsung melepaskan tangannya dan berdiri di depan Zalfa "Hei..heii, Ini gua." Zalfa langsung mencubit perut Leon secara brutal "Haha, Aww-awww." Leon memegangi perutnya "Rasain!" Zalfa memasang muka masam sambil menyilangkan kedua tangan di dada "Mana ada Begal atau penculik seganteng gua ini." Ucap Leon mencolek dagu Zalfa "Hih, makin hari makin geer aja nih orang." Zalfa memalingkan wajahnya "Eleh-eleh si si teteh nya pundung eyy, hampura atuh."

Leon memegang pundak Zalfa "Lagian lama amat sih, pasti baru bangun kan lu tadi yahh ngaku deh!" Ucap Zalfa kesal namun menyelidik "Macet faa, Ada si komo lewat." Ucap Leon dengan nada bercanda "Heleh si komo lagu kali ahh" Ucap Zalfa "Yee serius atuh, si komo lagi berlibur di Bandung makanya bikin macet." Zalfa menjewer telinga Leon "Heleh alasan aja, dulu pernah kayak gini alasan juga kejebak ibu-ibu lagi senam sekarang si komo lewat besok apa lagi." Leon mengusap telinga nya yang di jewer "Oh paling kejebak ibu-ibu lagi ngantri di pos yandu."

Zalfa memukul pelan Leon mengunakan tas yang ia bawa "Ada-ada aja, kasihan tau udah dandan cakep gini di kerja nunggu." Leon seketika notis dengan penampilan Zalfa saat ini, ia tampak berbeda kali ini Zalfa berpakaian sedikit feminim dengan dress berwarna putih di padu spatu hak dan jam tangan berserta kalung, rambut Zalfa pun yang biasanya hanya di kuncir kini ia biarkan tergerai lurus yang tampaknya ia catok terlebih dahulu sebelum bertemu Leon.

"Gimana?" Zalfa sedikit pamer penampilan nya kepada Leon "Bbuuufftttt." Leon tampak menahan tertawa nya "Ihh, kok malah diketawain jelek emang yah." Zalfa seketika tampak minder "Ehh engga gitu kok, lu cantik Faa cuman tumben pisan penampilan lu gini, biasanya cuman pake jaket atau baju flanel celana jeans sepatu kets pake topi gelang tali, dan utama nya yah mana pernah lu bedakan pake lipstik pula." Ucap Leon "Yaa harus glow up dong, kali ada yang tertarik." Ucap Zalfa seraya mengedipkan mata yang di balas senyuman oleh Leon. Tak terasa bus yang akan mereka naiki yang mengarah ke BEC kini kembali tiba, Zalfa dengan cepat meraih tangan Leon dan masuk ke dalam Bus.

--00--​

"Ahh Papah mah nyebelin, aku baru dua minggu di Bandung masa Papah pergi ke Jepang." Leza meng gerutu kesal sambil menyilangkan keuda tangan di dada dan menatap ke arah luar jendela mobil. Leza dan Mamah Leva saat ini sedang dalam perjalanan pulang setelah mengantarkan Reza pergi ke bandara internasional sukarno Hatta dalam rangka perjalanan Bisnis ke Jepang. Mobil yang Mamah Leva kendari sudah memasuki gerbang Tol Pasteur setelah menempuh perjalanan hampir empat jam dari Jakarta. Mamah Leva tampak lelah setelah menyetir cukup lama akan tetapi fokusnya selalu terjaga karna suara bising dari Leza yang sepanjang perjalanan mengerutu dan mengomel.

"Zaa, untung kamu ngoceh terus dari setadi aslinya Mamah capek dan ngantuk tau yaa setidaknya Mamah terhindar dari cilaka karna ketiduran karna kamu jadi alarm buat Mamah." Mamah Leva tersenyum mengoda Leza. "Ihhh Mamah aku BT beneran tau." Bibir Leza tampak manyun karna sebal. "Leza, Leza dari kecil kamu tuh ga bisa jauh dari Papah kamu. Yaa maklumi saja Papah mu emang sibuk tapi ga lama kok Papah di sana yaa paling 3 sampai 4 harian." Ucap Mamah Leva "Padahal kita udah janji tau mau sepedahan keliling Bandung hari ini." Ucap Leza "Okey kalo gitu besok kita sepedahan bareng Mamah yang gantiin Papah Ok?" Ucap Mamah Leva "Oke deh tapi kalo Papah udah balik kita sepedahannya ber tiga yah." Pinta Leza "Oh siap bos ku." Mamah Leva memberi hormat sambil menyetir.

"Abis ini kita ke BEC dulu yah, Mamah mau ambil servisan tablet punya Papah dulu." Ucap Leva "Tapi kita makan dulu yah Mah, laper nih." Leza mengusap perutnya "Okey, kita makan sampai kamu gembul hehe." Ucap Mamah Leva "Wah jangan atuh." Leza menggeleng. "Oh iya, Mamah tau ga Leon anaknya Om Doni sekarang kabarnya gimana yah? dan dia sekolah di mana sih?" Tanya Leza menyelidk, Mamah Leva yang mendengar pertanyaan anaknya itu seketika tertawa dan tersenyum jail "Cieeee, ada yang kangen nih. Oh iya dulu kamu sama Leon sempet satu SD kan yah dan SMP bareng dulu kayaknya kalian deket benget deh ya walau usia kalian ga beda jauh." Mamah Leva mencolek pinggang Leza sambil mengedipkan mata. "Ih apaan sih Mamah aku cuman nanya aja." Leza berusaha menyangkal perkataan Mamah Leva "Dah ah bilang aja kangen, bagus lah biar kamu move on dari si Ren cowo brengsek itu!" Ucap Mamah Leva. Leza tampak tersenyum sipu ia mengalihkan pandangan nya agar Leva tidak melihat ekspresinya saat ini. Leza termenung teringat kembali momen terkahir ia bertemu Leon.


"Ke Jepang?" Leon yang masih memakai seragam SMP dan memangul tas sekolah menghampiri Leza yang sedang duduk di bangku taman. Leon dan Leza saat ini berada di Taman Vanda yang berlokasi di Jl. Merdeka Babakan Ciamis kota Bandung. "Iya aku mau ke Jepang, setelah UN nanti aku bakal tinggal sama Nene di sana." Leon mendekat dan memegang tangan Leza "Kamu kok tega sih, aku baru di tinggal mati kaka ku loh masa aku di tinggal sahabat." Leon menatap murung dan sedih tak terasa air mata nya menetes "Ih kok cowo nangis." Leza menghapus air mata Leon "Kamu kan bisa nolak atau pun Bohong apa kek ke orang tua kamu biar kamu tidak pergi." Leon memohon ke pada Leza "Aku ga bisa bohong Leon, aku juga ga bisa melawan keputusan orang tua aku. Aku janji setiap minggu aku bakal kirim surat ke kamu dan ini." Leza membuka ransel yang ia bawa dan merobek selembar kertas dari buku lalu membuat nya menjadi lipatan kertas origami berbentuk burung. "Kamu ambil ini, jadikan ini sebagai penyemangat kamu belajar yah aku mau tahun depan di saat kamu kelas 3 kamu jadi lulusan terbaik dan aku akan sering ngabarin kamu dan kirimin berbagai jenis origami." Leon mengambil Lipatan kertas origami dan memegangnya erat "Aku tunggu kiriman surat dari kamu dan origami ini."

"Zaaaa." Mamah Leva memecah lamunan Leza yang sontak membuatnya terkejut "Ehh iyaa." "Awas kesambet atuh malah bengong." Ucap Mamah Leva "Hehe." Leza tertawa palsu untuk menutupi lamunannya tadi.
--00--




Zalfa dan Leon berjalan santai melihat keramaian dan deretan toko yang berjejer pada lantai satu mall, Zalfa menenteng paper bag berisi satu set kacamata untuk ia jadikan kado ulang tahun untuk Oma Ratnawati. Di bagian aula mall terdapat event pameran cosplay dari karakter anime GOBLIN SLAYER melihat hal itu Zalfa menjadi tertarik dan menarik tangan Leon "Kesana dulu yukkk." Ucap Zalfa "Ehhh jangan narik jugaaa." Leon tak bisa melawan ia hanya mengikuti pergerakan Zalfa.

"Bau wibu." Ledek Leon "Yee, seru dan bagus-bagus tau cosplayer nya, kita foto bareng yuk." Zalfa mengeluarkan handphonenya "Lu aja gue ga ikutan." Leon mencoba menolak "Harus ikut!" dengan memaksa Zalfa merangkul tangan Leon dan menghampiri satu orang yang memakai kostum karakter Onna Shinkan, saat akan berfoto bertiga Leon tidak tersenyum Zalfa melihat itu langsung mencubit pinggang Leon "Ayo senyum!" dengan berat hati Leon tersenyum kuda yang tampak lucu pada hasil foto.

"Di suruh senyum aja susah!" Protes Zalfa sambil mengecek hasil foto, saat mereka menatap layar handphone dari arah samping Leon muncul wanita muda membawa brosur tempat meramal menggunakan kartu tarot. "Permisi kaka-kaka, datang yuk ke stan kami di sana, barang kali kakanya minat di ramal masadepan jodoh nasip kedepannya." Ucap wanita spg, Zalfa dah Leon awalnya terkejut namun mendengar penawaran untuk di ramal Zalfa menjadi iseng tertarik "Wah bolehhh-" Omongan Zalfa terpotong karna Leon menyela "Duhh maaf kita alumi pesantren kilat, walau baru hatam iqro menurut agama tehh kegiatan meramal itu haram." Ucap Leon, Zalfa langsung mencubit perut Leon kembali "Awww sakit" "Ini kan cuman buat seru-seruan Lee, Lu mah kaku amat orang nya, Oke mbak saya mau." Zalfa langsung kembali menarik tangan Leon mengikuti wanita spg ke stan peramal.

"Silahkan duduk kak, perkenalkan ini mbak dewi praktisi pembaca kartu tarot atau tarot reader, kaka tinggal milih kartu nanti setiap kartu yang di ambil akan di jelaskan artinya, dan oh iya ini kita Free yah kak jadi abis di ramal kaka bisa lanjut keliling lagi." Ucap wanita spg, Zalfa mengnganguk lalu duduk bersebelahan dengan Leon. "Perkenalkan saya Dewi, sebelumnya saya mau nanya kalian berdua pacaran?" Tanya sang peramal, saat Leon akan berbicara Zalfa langsung membungkam mulut Leon dengan jari telunjuknya "Suuutt." Zalfa menatap tajam Leon "Iya mbak kita pacaran." Zalfa tersenyum ke mbak Dewi sambil merangkul tangan Leon.

"Sepertinya kalian pasangan yang cocok, kalau gitu kita mulai saja yah ramalan kartu tarotnya tapi saya akan berfokus pada hubungan asmara kalian." Ucap mbak Dewi. Tumpukan kartu pun mulai di kocok dan mbak Dewi menyusun satu persatu kartu di atas meja secara berderetan setelah itu Zalfa di suruh memilih lima buah kartu secara acak dan menunjukkannya.

"Wah kartu pertama yaitu Two of cups, kartu ini bermakna hubungan percintaan yang baru simbol kebahagiaan dan mudah mendapatkan restu, momongan, dan cita-cinta yang di capai. Wah pemulaan bagus nih kak." Mendengar hal itu Zalfa tersenyum sendiri sedang kan Leon menatap kebingungan.

"Wah kartu ini melambangkan sebuah perayaan, wahh kayaknya hubungan kaka-kaka ini bakal naik pelaminan deh cieee, terus kartu ini bisa juga mengartikan akan bersatunya dua bisnis besar yang akan membuat finansial kalian makin bagus."



"The lover yah, sebuah kartu lambang cinta yang nantinya kalian akan berkomitmen untuk menjalin hubungan serius sampai tua."

"Hemmm, kayaknya di antara kalian masih ada yang ragu nih menjalani hubungan seprti ada kekhawatiran dan ketakutan. Dan selain mengambarkan rasa keraguan kartu ini melambangkan akan ada hadirnya orang ketiga yang akan membuat hubungan di antara kalian menjadi ada jarak, biasanya dari pihak si cowok sih." mendengar hal itu entah kenapa Zalfa reflek mencubit pinggang Leon "Awww, sakitt njirr apaan sih gua ga ngapa-ngapain." protes Leon.



Saat membuka kartu mbak Dewi diam sejenak dan mengambil nafas dalam dan menatap tajam ke arah Zalfa "kamu harus berhati-hati yah di masa mendatang kamu akan mengalami masalah dari kejahatan yang di buat orang dan kamu yang menjadi korban." Zalfa menutup wajahnya karna takut mendengar arti kartu yang di tujukan. "Sudah tidak usah takut, ini hanya sekadar ramalan ambil sisi positif nya dan jadikan hal negatif menjadi suatu bahan waspada akan kejadian yang mendatang." Zalfa mengangguk "Trimakasih sudah mampir ke stan saya jika berminat di ramal lagi bisa datang ke tempat saya di daerah kopo yah." Mbak Dewi memberikan brosur.

"Hehe iya." Zalfa mengambil brosur lalu berdiri dan meniggalkan stan ramalan "Hoax tuh Faaa." Leon mengambil brosur yang Zalfa pegang "Terus kalo yang ramalan pertama kedua ketiga?" Tanya Zalfa dengan tatapan berharap "Ehhh?" Leon jadi canggung di tatap Zalfa. "Wallahualam biarkan Tuhan dan semesta yang mengatur." Zalfa merangkul tangan Leon kembali, saat Leon akan melepas rangkulan Zalfa semkin erat memegang. "Faa malu di lihat orang." Zalfa melotot ke arah Leon "Brisik! diem ga." Leon hanya bisa pasrah karna sudah paham sifat Zalfa yang suka memaksa.

"Tapi rada ngeri juga yah kartu ramalan terakhir." Zalfa tampak khawatir Leon yang melihat hal itu mengusap wajah Zalfa dan mengacak-acak rambutnya "Heii, ngapain takut toh cuman ramalan ramalan itu Hoax tau!, ehh tapi gua ga mau kalah gue juga bisa ngeramal." Ucap Leon "Katanya ramalan itu Hoax" Ucap Zalfa "Dengerin dulu, gue ramal sebentar lagi kita lagi makan burger MCD dan ice cream." Leon menepuk perutnya "Yee bilang aja lu laper." Ucap Zalfa "Hehe, maklum belum sarapan gua." Zalfa menarik tangan Leon "Yokk ke MCD!" saat mereka akan naik ke tangga eskalator terdengar suara wanita memanggil dari arah belakang.

"Leon!"
--00--​

"kamu engga mau ganti handphone Za?" Tanya Mamah Leva sambil berjalan beriringan dengan Leza menyusuri deretan toko yang menjual aneka ragam Smartphone. Leza melihat layar handphone nya yang hampir retak sebagian karna ia banting seminggu yang lalu "Engga deh mah masih fungsi ini LCD nya." Ucap Leza "Aneh kamu, tadi Mamah suruh ganti LCD pas ngambil tablet engga mau sekarang Mamah suruh ganti HP juga engga." Ucap Leva. "Sayang tau mah, biar hemat aja." Ucap Leza "Kamu kayak papah mu Za, ini tablet kalo Mamah engga bawa ke tukang service di pake terus aja sama papah mu."

Saat Mamah Leva dan Leza sudah turun tangga eskalator dan akan menuju pintu keluar Leza melihat seorang pria yang sangat ia kenal, Leza mengucek matanya memperhatikan lebih jelas sosok pria itu. "Leon?" Ucapnya dalam hati "Kenapa?" Tanya Mamah Leva "Mamah tunggu di sini sebentar." Leza berbalik badan dan berlari kecil menuju pria itu.

"Leonnn."

Leon yang baru akan menaiki tangga eskalator seketika menghentikan langkahnya saat mendengar namanya di panggil, Leon berbalik badan begitu juga Zalfa yang tampak bingung. Leon melihat Leza yang mulai mendekat dan kini Leza berdiri di hadapannya. "Hai" Leza menyapa Leon dengan sedikit ragu-ragu, Leon menatap Leza dengan seksama mencoba mengenalli sosok wanita di hadapan nya ini dan perlahan ia mulai mengenali wajah Leza yang sekarang sudah jauh berbeda dari terkahir Leon lihat.

"Leza?" Leza mengangguk kecil sambil tersenyum, Zalfa yang berada di samping Leon seketika menatap sinis ke arah Leza "Ini beneran Leza? Ngapain lagi nih orang balik ke indo." Ucap Zalfa di dalam hati, "Ehh ini beneran Lu? Serius?." Tanya Leon dengan penasaran "Iya, tuh gua sama Mamah." Leza menunjuk Leva yang perlahan berjalan mendekat "Astaga pangling gila pangling gua, berubah banget lu." Ucap Leon dengan sumringah menatap dari atas kepala hingga kaki Leza. Leon merasa Leza jauh berbeda saat dulu SMP yang masih rambut pendek berkacamata dan ada sedikit jerawat yang tumbuh di pipi dan dahi.

"Sekarang udah dewasa lah gua, upgrade diri yaa wajar, tapi sampe pangling gitu lu." Ucap Leza, Zalfa yang mulai panas akan situasi ini sekilas keceplosan berbicara "Hilih bicit! paling oplas." Ucap Zalfa dengan suara pelan "Hah apa Fa?" Tanya Leon "Ehh engga." Zalfa menggeleng sambil membuang muka. "Kalo gue tebak lu Zalfa kan." Ucap Leza dengan nada acuh. Situasi kini menjadi sangat canggung, Leon langsung mencium tangan Mamah Leva saat Mamah Leva sudah berada di antara mereka "Eh tante." "Eihh Leon, kebetulan banget kita ketemu di sini, ehh ada Zalfa lagi." Karna merasa tidak enak Zalfa mencium tangan Mamah Leva dengan canggung "Pada abis ngapain?" Tanya Mamah Leva "Ini aku nganterin Zalfa aja cari kado buat neneknya, dan abis ini kita mau makan." Ucap Leon.

"Wah kalo gitu kita makan bareng yuk." Ajak Mamah Leva "Siphal! Kok jadi gini kan niatnya mau makan berdua doang sama Leon." Umpat Zalfa di dalam hati "Hei Fa gimana?." Tanya Leon "Aku ngikut aja deh." Ucap Zalfa terpaksa. "Okey jadi kita mau makan apa?" Tanya Mamah Leva "MCD, gua tau lu suka itu kan Leon." Ucap Leza sambil tersenyum ke Leon. Dada Zalfa kini terasa panas namun ia tak punya pilihan lain dan akhirnya mereka berjalan bersama menuju restoran MacDonald.

.
.
.
.

Zalfa, Leon, Leza dan Mamah Leva saat ini memasuki restoran McDonald, Mamah Leva memilih tempat bagian pojok ruangan saat Zalfa akan memilih kursi duduk di samping Leon tiba-tiba tampa di duga Leza menyalip dan langsung duduk. Zalfa tampak geram melihat tingkah Leza "Sorry gua biasa duduk Depan-depanan sama Mamah." Ucap Leza, Zalfa mendengus pelan sambil kedua bola matanya menghadap ke atas, Zalfa pun duduk bersebelahan dengan Mamah Leva. Zalfa menatap tajam ke arah Leza yang di balas senyuman mengejek Oleh Leza "젠장 jen-jang Leza! 새끼 sae-kki!, Nan niga shilreoh!" Umpat Zalfa di dalam hati.

"Kalian pada mau pesan apa biar Mamah yang ke pesenin ke kasir" Tanya Mamah Leva, "Leon pesenin ayam, kentang sama Ice cream aja Mah Ice cream nya yang pake toping strawberry itu kesukaan Leon." Ucap Leza. "Caper banget Saekkia!" Ucap Zalfa di dalam hati "Kalo buat Zalfa?" Tanya kembali Mamah Leva "Samain aja tan sama aku, tapi aku sama Zalfa bayar sendiri aja yah." Ucap Leon sambil akan berdiri dan mengeluarkan kartu ATM "Ihh apaan sih kamu Na Leon kayak sama siapa aja, Papah kamu Doni dan papah kamu Zalfa Om Boski itu sahabat tante loh dari tante muda masa tente itungan, dah yah kita makan bareng." Leva beranjak dari kursi berjalan menuju tempat pemesanan makanan, Leon kembali duduk dan menatap Zalfa dan Leza.

Suasana tampak canggung, Leon berusaha mencairkan suasana "Eh kebetulan banget kita ketemu di sini." Ucap Leon "Itu namanya takdir Leon." Ucap Leza sambil tersenyum "HUUUKKK... UHUUKKKK!!!!!!" Zalfa ber laga batuk "Btw, lu kapan pulang ke Bandung?" Tanya Leon "Yaa Belom lama sih, dan oh iya lu gimana keadaan nya sekarang udah sembuh luka-luka di badan lu?" Ucap Leza yang membuat Leon aga sedikit bingung "Kok lu tau gue sempet bonyok?" Tanya Leon "Yaa dapet kabar aja dari Mamah." Ucap Leza sambil merogoh sesuatu dari dalam tas nya "Gue minta nomor lu dong yaa itung-itung perpanjang silahturahmi setelah lama ga ketemu." Ucap Leza sambil menyodorkan handphone nya di depan wajah Leon. Zalfa seperti tersambar petir melihat momen ini ia merasa mendapatkan ancaman nyata di depan wajahnya langsung "Niga nahante eotteohke geureol suini? Saekkia! Siphal! Ga ... Ga bisa di biarin gue harus lakukan sesuatu." Ucap Zalfa di dalam hati. "AARRGHHHHH!!! " Zalfa memasang ekspresi wajah kesakitan sambil memegangi perutnya, Leon dan Leza sontak menolah dan Leon langsung berdiri menghampiri Zalfa "Ehh Fa? Lu kenapa." Tanya Leon khawatir "Ga tau tiba-tiba perut gue sakit banget, kambuh kayaknya Gerrd gua." Ucap Zalfa memegangi perutnya. "Aduhh!" Leon tampak bingung dan panik, Leza tampak menatap curiga ke Zalfa karna ia menduga Zalfa hanya ekting, Mamah Leva yang mendengar kegaduhan segera kembali ke meja sambil membawa makanan.

"Ehh Zalfa kamu kenapa?" Tanya Mamah Leva khawatir "Tau tuh Mah tiba-tiba aja gitu." Celetuk Leza dengan nada mengejek "Kayaknya Gerrd nya kambuh tan." Ucap Leon "Aduhh ke klinik yuk Mamah anter." Ucap Mamah Leva, Zalfa langsung mencegah tawaran Mamah Leva "Arggh, Ga apa-apa tante aku ada obat kok aku mau pulang aja deh biar langsung istrahat." Ucap Zalfa "Lu yakin Fa? udah ke dokter aja gue bakal temenin." Ucap Leon "Ga apa-apa Lee, gue mau pulang aja istrahat." Ucap Zalfa "Kamu yakin?" Tanya kembali Mamah Leva yang di jawab anggukan oleh Zalfa.

"Yaudah Mamah anter yah." Ucap Mamah Leva menawarkan tumpangan "Eihhh." Zalfa terlihat panik "Engga usah tan ga usah aku pulang sama Leon aja." "Beneran? Kamu lagi sakit gitu loh." Ucap Mamah Leva "Iya tan aku ga mau ngerepotin." Ucap Zalfa "Siapa yang di repotin sih Na Zalfa." Ucap Leva "Ga apa-apa Tan aku mau pulang sama Leon aja." Leva mengeluarkan satu botol minyak angin dari tasnya "Yaudah nanti kamu balur perut kamu itu." "Iya tan." Jawab Zalfa "Kamu bisa jalan Fa?" Tanya Leon "Bisa pelan-pelan aja." "kalo begitu ini makanan punya kalian di bungkus aja dan Zalfa minuman soda nya jangan di minum." Ucap Mamah Leva sambil beranjak ke kasir untuk meminta pelastik dan bungkusan makanan.

Leza tampak menatap curiga ke arah Zalfa, Zalfa yang di tatap Seperti itu langsung meraih tangan Leon dan meletakkan di perutnya. "Di sini Leon yang sakit." Zalfa menatap balik ke arah Leza seakan puas "Oh yaudah nanti di balur aja, nanti beli air minum obat dulu." Ucap Leon, Leza hanya tertawa kecil melihat tingkah Zalfa seolah ingin memanas-manasi namun Leza tidak terprovokasi oleh tingkahnya.

"Ini makanan kalian, Leon kamu temenin yah sampai rumah Zalfa." Ucap Mamah Leva memberikan bungkusan makanan "Iya tante." Ucap Leon, Mamah Leva dan Leon membantu Zalfa berdiri dan Leon langsung memapah Zalfa ke luar restoran "Maaf yah tante jadi ngerepotin dan ga jadi makan bersamanya." Ucap Zalfa sambil menundukan kepala. "Tidak apa-apa cepet sehat yah." Ucap Mamah Leva, Saat Leon dan Zalfa akan berbalik badan tiba-tiba Leza menghampiri Zalfa dan Berbisik pelan "Akting yang bagus." Zalfa hanya tersenyum sinis "Duhh jaga kesehatan yah Zalfa, Leon kamu hati-hati bawa sabahat kamu ini." Ucap Zalfa yang di balas anggukan oleh Leon lalu mereka berjalan pelan Beriringan.

"Sampai ketemu lagi Leon." Leza melambaikan tangan, Leon berbalik badan dan membalas lambaian tangan Leza. Leza dan Mamah Leva kembali ke dalam restoran setelah Leon dan Zalfa pergi hilang dari pandangan. Di lantai satu gedung Mall Zalfa menghentikan langkahnya, "Lee, Gendong." Rengek manja Zalfa "Eh gendong?" Tanya Leon "Iya, masa tega gua lagi sakit gini jalan" Ucap Zalfa memasang muka melas "Yaudah ayo." walau pun sedikit malu karna di keramaian Leon menuruti dan langsung megendong Zalfa di punggungnya. Bagi Leon ini pengalaman pertama baginya menggendong seorang wanita, iya bisa merasakan hembusan hangat nafas Zalfa di lehernya dan gumpalan payudara Zalfa yang terasa empuk mengenai punggung, Leon berusaha menyingkirkan fikiran buruknya dan fokus berjalan menuju pintu keluar Mall.







Bersambung Chapter 3.......







 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd