Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT NO QUOTE - Istri Nakal yang Suka Tantangan

Setelah melihat penampakan bodyku, berapa nilai yang kamu berikan ?

  • 5 : Jelek

    Votes: 44 5,0%
  • 6 : Biasa

    Votes: 50 5,7%
  • 7 : Lumayan

    Votes: 83 9,4%
  • 8 : Bagus

    Votes: 143 16,2%
  • 9 : Sexy

    Votes: 389 44,0%
  • 10 : Sempurna

    Votes: 175 19,8%

  • Total voters
    884
UPDATE

Ciuman pertamaku di rumah itulah yang menjadi awal mula kegiatan mantap-mantap kami, yang kadang masih dilakukan di rumahku, tapi lebih banyak kami lakukan di rumah mas Harno. Setiap kali selesai pertemuan kami selama pacaran, akan diakhiri dengan minimal ciuman panas kami berdua, tentu saja dengan paket kedua susuku yang tak luput dari keganasannya.

Kali ini, aku akan menceritakan pertemuanku dengan mas Harno setelah kejadian malam itu di rumahku. Kami janjian untuk bertemu, karena saat itu mas Harno baru saja kembali dari luar kota. Ya, sekitar 3 hari dia pergi ke luar kota karena ada acara keluarga. Aku tidak bisa ikut karena memang aku terikat tanggung jawab pekerjaan. Biasanya untuk acara keluarga seperti ini, aku pasti diajak oleh orang tua mas Harno apabila acara memang tidak sampai menginap. Kami janjian sepulang aku dari kantor. Tepat jam 4 sore dia telah menungguku di depan kantor. Setelah say goodbye dengan beberapa temanku, aku langsung menaiki jok belakang motor mas Harno. Buat kalian yang bingung, kenapa sampai saat ini mas Harno lebih memilih menggunakan motor, karena dia memiliki pertimbangan bahwa mobil bukanlah sebuah aset. Dia lebih memilih mengeluarkan uang untuk menyewa mobil apabila saat diperlukan saja. Baginya, mobil hanyalah besi yang sangat mudah turun harganya, bahkan hanya sehari berselang.

Setelah mantap mendaratkan bokongku di jok motornya, aku pun memberinya tanda untuk siap melaju. Kini aku mulai berani untuk mendaratkan susuku di punggungnya. Sebelumnya aku cukup menjaga agar susuku tidak tergencet, sehingga aku cukup teratur menjaga jarak antara susuku dengan punggung mas Harno. Meskipun kadang dia pastinya merasakan kenyalnya susuku saat mengerem mendadak maupun jalan yang bergelombang. Setelah kejadian malam itu, kurapatkan dudukku lebih ke depan, sehingga kini dia pasti merasakan empuknya susuku yang mendarat di punggungnya. Sepertinya dia merasa nyaman dengan posisi ini, sehingga kami lebih banyak mengobrol selama perjalanan, dan kurasakan laju motor melambat tak seperti biasanya. Mungkin dia ingin merasakan momen ini lebih lama.

Setelah sekira setengah jam kami menempuh jarak dari kantorku ke rumah mas Harno, akhirnya kami sampai juga di rumah mas Harno. Kubukakan gerbang rumahnya agar dia bisa memasukkan sekalian motornya ke dalam rumah. Kulepas tas dan jaketku lalu kugantungkan di gantungan baju yang ada di kamarnya. Aku langsung duduk di meja kerjanya, untuk sekedar browsing-browsing di PC nya. Asyik dengan aktivitasku, aku tak sadar mas Harno sudah berada di belakangku. Merengkuh dengan mesra, sambil merayuku dengan kata-kata sayang yang dibisikkan di telingaku. Geli rasanya diperlakukan seperti itu. Aku baru sadar dimana saja bagian sensitifku setelah satu tahun berumah tangga dengan mas Harno. Selain puting susu dan telinga, memekku akan sangat basah jika mas Harno menjilati ketiakku.

Aku beranjak dari meja kerja mas Harno untuk menyambut pelukannya. Didekapnya tubuhku sehingga susuku kini tergencet diantara tubuh kami berdua. Diciumnya bibirku berulang-ulang dengan dekapan yang erat. Sembari sesekali tangannya meremasi kedua susuku dari luar pakaianku. Saat itu aku hanya memakai kaos ketat lengan panjang. Hari itu aku memang hanya menggunakan kaos lengan panjang saat bekerja, tapi saat di kantor, jaketku tetap kupakai selama bekerja.

Aku sedikit kaget ketika mas Harno membisikkan kepadaku untuk mengajakku mandi bersama. Tak kuduga mas Harno langsung berani mengajakku untuk melakukan itu. Awalnya aku menolak ketika mas Harno mulai melepasi jilbab dan celana jeans yang kukenakan. Tapi ternyata dorongan birahi membuat pertahananku runtuh. Aku pasrah ketika mas Harno mulai melepas jilbab dan celana jeansku. Dia berhenti sejenak ketika aku praktis hanya mengenakan bra berbalut kaos lengan panjang dan celana dalam yang masih kukenakan. Dilihatnya aku dalam keadaan malu-malu kucing dengan kondisi itu. Dituntunnya aku ke kamar mandi, dan dimintanya aku untuk melucuti semua pakaiannya. Aku sedikit ragu untuk melanjutkannya ketika mas Harno tinggal mengenakan celana dalam saja. Pertama kali ini aku melihat tubuh mas Harno hampir bugil. Perutnya memang sedikit buncit, karena memang mas Harno jarang berolah raga, sementara dia sedikit gemar makan di tengah malam.

Tinggal tersisa celana dalam, kini dia yang melucuti pakaianku. Dilepasnya kaos lengan panjangku, kini tubuhku terpampang di depannya hanya mengenakan setelan bra dan celana dalam hitamku. Dilepasnya kaitan braku, dan secara perlahan membuka bungkus terakhir dari kedua bongkahan susuku. Dia takjub melihat kedua susuku dalam keadaan polos tak berpenutup. Ya, ukuran susuku memang terbilang besar, nanti akan kuceritakan ukuran tepat dari kedua susuku, saat mas Harno baru mengetahui ukuran bra ku. Aku mencegahnya ketika dia akan melepas pertahanan terakhirku, yaitu celana dalamku. โ€œJangan dibuka ya mas.โ€ ucapku sembari mencegahnya untuk melepas CD ku. Ternyata tanpa malu-malu dilepasnya celana dalam yang masih menempel di tubuhnya. Sore itu kami mandi berdua, dengan aku masih mengenakan celana dalam, yang pada akhirnya membuatku pulang tanpa celana dalam karena basah. Kami saling menyabuni tubuh kami, dan tentu saja area susuku mendapatkan porsi waktu lebih lama untuk mendapatkan treatment.

Selesai mandi, aku pinjam boxer milik mas Harno untuk kukenakan, kusimpan celana dalamku yang basah ke dalam kantong plastik, lalu kumasukkan ke tasku. Selama di rumah mas Harno waktu itu, aku hanya mengenakan boxer dan kaos lengan panjangku. Mas Harno memintaku untuk tidak perlu memakai kembali bra ku, aku turuti permintaannya. Kami tiduran berdua di kamar mas Harno sambil bercerita kegiatannya selama di luar kota. Kami tidur menyamping berhadap-hadapan sehingga kami dapat melihat wajah masing-masing saat mas Harno bercerita. Cuaca saat itu sepertinya memang kebetulan terkondisikan untuk dapat merasakan kehangatan tubuh pasangan kami. Hujan turun dengan derasnya, sehingga membuat hawa dingin menyelimuti tubuh kami berdua. Kami semakin merapat menempel, dan berpelukan cukup lama sambil mas Harno melanjutkan ceritanya. Dia bilang kangen banget ketika meninggalkanku selama 3 hari ke luar kota.

โ€œAku juga kangen kamu masโ€ ucapku padanya. Kukecup bibirnya, sambil merengkuh lebih rapat tubuhnya. Kumulai adegan panas kami, dan disambut dengan suka cita oleh mas Harno. Nafsunya langsung berkobar membuat mulut dan tangannya ganas aktif menjamahi tubuhku. Bibirku dijilati dan disedot-sedot dengan mesra, kemudian lanjut menelusuri bagian belakang telingaku. Hembusan nafasnya di belakang telingaku membuatku horny berat. Memekku basah tak terkendali. Dijilatinya daun telingaku, sambil sesekali mengeluarkan rayuan gombalnya. Tak hanya mulutnya yang aktif, tangannya ikut bergerilya menjamah tubuhku. Tentu saja kedua susuku yang jadi target sasarannya. Diremas-remas susuku dari luar kaosku, kemudian dipilin-pilinnya puting susuku. Ini salah satu yang kusuka dari mas Harno, dia bisa menemukan letak pas putingku bahkan saat aku masih berpakaian. Sepertinya tak puas dia hanya meremasi kedua susuku dari luar kaos, ditariknya kaosku keatas, sehingga kedua susuku langsung melompat keluar tanpa penghalang. Diposisikan tubuhku telentang, dia menduduki perutku dan menikmati keindahan tubuh bagian atasku yang sudah polos tak berbusana. Kepalanya mulai diturunkan untuk mendekatkan mulutnya ke area susuku yang sudah tidak berpenghalang. Dijilatinya perlahan-lahan puting susuku, kemudian dijilatinya seputaran areolaku yang membuatku serasa terbang ke awang-awang.

Perlakuan lembutnya membuat aku horny luar biasa. Cairan cintaku terus keluar membasahi area memekku. Setelah terus menyerangku dengan buas menciumiku dan menjilati daun telingaku, tangan mas Harno juga terus menyerang kedua susuku. Sore itu mas Harno meninggalkan beberapa bekas cupangan di kedua susuku. Dia melihat sejenak bekas cupangan yang ada di susuku, sambil tersenyum puas melihat hasil karyanya. Selama aktivitas itu, aku sebenarnya merasakan tonjolan di selangkangan mas Harno yang membesar. Tapi aku masih belum berani untuk meremas kontol mas Harno sekalipun masih terbungkus celana. Aku hanya pasrah menikmati tonjolan itu menggesek area perut dan pahaku. Setelah itu, aku membaca pergerakan mas Harno, sepertinya dia ingin juga memelorotkan boxer yang aku pakai, tapi aku lebih sigap untuk mencegah mas Harno.

Aku tetap teguh untuk mempertahankan pertahanan terakhirku di bagian bawah. Mas Harno mengerti, dia tak memaksakan kehendaknya. Padahal, andai saja mas Harno sedikit menggunakan paksaan kepadaku, aku yakin aku pun tak kuasa untuk menolak dorongan birahi yang sedari tadi menyelimutiku. Sudah pasti sore itu kontol mas Harno akan bersemayam di jepitan memekku. Akhirnya sore sampai malam itu, mas Harno tetap menikmati tubuhku bagian atas saja.

Tepat jam 8 malam, kami berpakaian untuk keluar mencari tempat makan malam. Karena CD ku yang sudah basah karena dipakai mandi bersama mas Harno tadi, akhirnya aku keluar makan malam dengan mas Harno tanpa menggunakan CD ku. Risih awalnya merasakan kondisi ini, ketika memekku harus bergesekan dengan celana jeansku. Tapi entah kenapa, ketika kugunakan berjalan aku mendapatkan sensasi luar biasa ketika gesekan antara memek dan celana jeansku kurasakan malah membuatku horny. Jadi selama makan malam, sembari ngobrol dengan mas Harno, aku malah lebih sering merapatkan kedua pahaku untuk mendapatkan gesekan-gesekan di area memekku.

Pertemuan malam itu berakhir sampai jam 9 malam, mas Harno mengantarkanku pulang ke rumah. Aku mendekap erat tubuh mas Harno selama perjalanan pulang, karena hawa dingin setelah hujan deras. Iseng kugesek-gesekkan bongkahan susuku ke punggungnya. Meskipun tidak ada reaksi yang berarti darinya, aku yakin dia menikmati kenyalnya susuku. Sampai di rumah, dia pamitan kedua orang tuaku, lalu berpamitan kepadaku. Diciumnya keningku dengan lembut, lalu berbisik kalimat yang membuatku berdesir, โ€œSusumu napsuin bangetโ€ katanya.

 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd