Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT NO QUOTE - Istri Nakal yang Suka Tantangan

Setelah melihat penampakan bodyku, berapa nilai yang kamu berikan ?

  • 5 : Jelek

    Votes: 44 5,0%
  • 6 : Biasa

    Votes: 50 5,6%
  • 7 : Lumayan

    Votes: 83 9,4%
  • 8 : Bagus

    Votes: 144 16,3%
  • 9 : Sexy

    Votes: 389 44,0%
  • 10 : Sempurna

    Votes: 175 19,8%

  • Total voters
    885
Bimabet
aku selalu respek dan kagum dengan pasutri yang terbuka dan mampu meuwjudkan fantasi2 liar mereka..salut
 
UPDATE

Terima kasih untuk semua yang telah memberikan apresiasi kepada cerita miss. Maaf jika miss baru bisa update pagi ini. Miss terus berharap bisa mendapatkan support dari warga 46 semua.

"Pilihin kamu aja mas, aku ngikut." jawabku dengan manja sambil menyender ke suamiku.

Hari itu aku diajaknya ke sebuah mall di kota kami untuk sedikit shopping. Ya, sedikit shopping karena hanya membeli beberapa pakaian tidur yang sesuai dengan selera mas Harno.

Malam sebelumnya, mas Harno bilang ke aku bahwa dia ada urusan ke daerah pegunungan di sekitaran kota Ambarawa, dia sendiri belum tahu pasti lokasi tepatnya. Nanti setelah kami tiba di terminal Bawen, ada rekanan suamiku yang akan ikut bersama kami untuk mengantar ke lokasi tujuan.

Aku memasuki sebuah toko khusus pakaian dalam yang ada di mall itu, disambut oleh pramuniaga cantik yang ada disana. Cukup seronok menurutku pakaian mereka, padahal mereka menurutku ada di sebuah tempat publik yang pastinya akan membuat semua mata tertuju pada mereka ketika melewati toko tersebut. Sebuah kostum mirip kelinci yang sering digunakan oleh para model majalah dewasa, dimana kaki mereka yang jenjang hanya dibalut stocking hitam, belahan dada yang lumayan rendah, serta bagian pantat yang tidak tertutup sempurna.

Aku didampingi untuk melihat-lihat koleksi mereka, mas Harno hanya membuntuti di bagian belakang. Aku belum tahu model seperti apa yang diinginkan mas Harno. Tapi aku yakin dia pasti akan suka ketika melihat putingku tersamar di balik renda, dan jembutku yang mungkin keluar dari sela-sela bawahan yang kupakai. Kutunjukkan beberapa pilihanku pada mas Harno.

“Yang ungu ini gimana mas ?” tanyaku pada suamiku.
Kutunjukkan sebuah gaun tidur yang panjangnya sampai mata kaki, namun bagian atasnya bisa dibilang sangat terbuka. Dengan belahan berbentuk V, sementara talinya cukup digantungkan di leher saja. Jadi bagian belakang akan dengan sempurna menampilkan punggungku, bahkan untuk orang yang berada di dekatku, mereka bisa dengan menyusupkan tangan mereka untuk sekedar meremas bokongku.

“Jangan yang itu, ribet ntar pakenya. Malah kesandung lagi.” jawab mas Harno. Oh, mungkin semakin mini area yang tertutup, dia akan lebih suka, pikirku.

“Kalo yang ini mas ?” kutunjukkan sebuah lingerie berwarna pink terang dari bahan satin. Modelnya seperti baju renang one-piece, namun terdapat lubang di area dada. Jadi susuku akan terpampang dengan jelas tanpa penutup, meskipun bagian bawah tertutup rapat.

“Ya kali susunya diumbar kek gitu. Yang lain coba.” kata mas Harno mengomentari lingerie itu.

Aku berpindah ke etalase lainnya, untuk menemukan lingerie yang sesuai selera mas Harno. Aku masih memilah-milah deretan lingerie yang ada disana, sementara kulirik mas Harno asyik dengan handphonenya. Kuambil sebuah lingerie dengan model mini dress yang sangat mini untuk ukuranku. Kucoba kutempelkan di badanku untuk mendapatkan perkiraan seberapa mini dress ini akan fit di badanku.

Lingerie dengan model mini dress ini masuk kategori transparan, hampir 90% bagiannya dapat diterawang dengan mudah. Bagian yang tidak transparan hanyalah bagian bawah yang menyerupai celana dalam, namun menyatu dengan lingerie itu. Sementara pusar keatas benar-benar transparan. Sehingga ketika aku memakainya, tentu saja putingku yang tersamar akan dapat terlihat dengan jelas.

“Mas, yang ini gimana ?” tanyaku pada mas Harno.

“Bagus, ambil yang itu aja. Kalo ada merah sama ungu ya.” jawab mas Harno. Ya, warna kesukaannya untuk lingerie adalah merah dan ungu. Tak hanya lingerie sih, kebanyakan dia memilihkan warna gelap untuk hampir semua pakaianku. Mulai dari merah maroon, ungu, biru dongker dan hitam.

Mendapat persetujuan mas Harno, kupanggil mbak pramuniaga tadi untuk mengambilkan warna merah dan ungu untukku. Kusodorkan padanya, kemudian berlalu menuju gudang penyimpanan stoknya.

“Mau yang kaya gimana lagi mas ?” kutanyakan pada suamiku model lingerie yang diinginkannya.

“Coba cari model yang mini dress, tapi jangan yang transparan. Jangan terlalu panjang bagian bawahnya.” Mas Harno menjelaskan lebih detail lingerie seperti apa yang dia inginkan.

Kucoba kembali ke deretan etalase toko ini untuk menemukannya. Mataku tertuju pada sebuah lingerie yang mirip dengan permintaan mas Harno. Sayangnya di etalase tersebut hanya tersedia warna putih saja. Aku yakin mas Harno tak akan terlalu suka dengan warna itu. Kuambil lingerie itu, kemudian kutanyakan kembali pada pramuniaga, apakah tersedia pilihan warna lain.

“Yang ini ada warna apa aja sih mba ?” Kusodorkan padanya lingerie tersebut. “Yang ini tinggal warna pink sama biru muda kak untuk warna lain.” jawabnya.

“Tolong coba ambilin yang warna pink dong mba.” pintaku pada pramuniaga tersebut. Kulihat pramuniaga itu berlalu menuju gudang stoknya, kutunggu sambil duduk di kursi tunggu yang ada di depan etalase. Tak lama menunggu, kulihat dia menenteng model lingerie tadi, namun sekarang dengan warna pink yang bisa dibilang cukup terang.

Kuambil lingerie itu, kemudian aku menghampiri mas Harno untuk menanyakan padanya tentang lingerie yang satu ini.

“Mas, suka nggak yang ini ?” kutanyakan pada suamiku, sambil kutempelkan di bagian depan tubuhku.

“Bagus. Warnanya cuman ini aja ?”
“Warnanya putih, biru mudah sama pink mas.”
“Ya udah ambil yang ini aja.”
“Ada lagi mas ?”
“Itu dulu aja deh, ntar yang lainnya coba sambil cari di perjalanan.”

Aku langsung menuju kasir untuk melakukan pembayaran belanjaanku tadi. Cukup murah ternyata toko ini, untuk 3 lingerie yang aku beli saja tak lebih dari 3 juta harganya.

Setelah kuambil bag berisi belanjaanku, kugandeng tangan mas Harno meninggalkan toko tersebut.

Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam ketika kami meninggalkan mall tersebut. Aku dan mas Harno menyempatkan berkeliling kota sejenak untuk sejenak cuci mata aja. Bagi yang tidak bisa dengan kebiasaan ini, tentu saja akan menganggap kami aneh, berkeliling kota sendiri tanpa arah dan tujuan pasti.

Tapi kegiatan kami ini memang sudah menjadi kebiasaan kami semenjak pacaran, bahkan juga kami lakukan ketika kami sudah dikaruniai 2 anak. Aku dan suamiku sering mengajak 2 anak kami untuk berkeliling kota seperti ini.

Namun agaknya malam ini rute mas Harno tak seperti biasanya, dia mengendarai motornya sampai ke daerah perbatasan kota kami yang tentunya sudah sepi. Mas Harno menepikan motornya, kemudian melepaskan hoodienya dan disodorkan padaku.

"Pakai ini sayang." perintahnya padaku.
Aku tak menanyakan apapun maksud dari perbuatannya ini, karena kebetulan aku juga merasa kedinginan karena udara malam.

Setelah kupakai hoodie suamiku, kemudian dia berbisik, "ntar mampir minimarket depan sana ya, numpang ganti pakaian."

"Ganti pakaian gimana mas ?" tanyaku sedikit heran.

"Ntar ganti ama yang baru beli itu aja di minimarket depan." jelasnya padaku.

"Ya ga mungkin lah mas, masa masuk minimarket pake jilbab gini, keluar pake lingerie. Apa kata pegawainya ntar." tolakku atas ide mas Harno.

"Dengerin deh, kamu ganti aja baju atasan kamu pake lingerie baru itu, ga usah pake BH, ntar waktu keluar kamar mandi, kan kamu tetep pake hoodieku."

"Oh gitu. Iya deh." aku mengiyakan permintaan mas Harno. Aku sudah paham apa yang dia inginkan.

Ya, malam ini memang aku mengenakan atasan kemeja flanel yang sedikit longgar, dan tentu saja menggunakan bawahan berupa celana jeans ketat kesukaanku.

Aku sudah paham apa yang mas Harno inginkan. Dia ingin atasan yang kugunakan diganti dengan lingerie yang baru saja dibeli. Meskipun tidak menggunakan bra, aku tak perlu khawatir karena mas Harno sudah membekaliku dengan hoodienya.

Suamiku menepikan kendaraannya ketika dia sudah menemukan minimarket 24 jam yang dia harapkan. Kami turun dari motor sambil celingak-celinguk melihat situasi. Sudah cukup malam, wajar saja bila keadaan sudah terbilang sepi. Mas Harno kemudian mengambil tempat duduk yang disediakan di depan minimarket itu, sambil memberikan kode kepadaku untuk masuk ke dalam.

Aku langsung masuk ke dalam minimarket sambil membawa lingerie yang akan kupakai setelah ini. Aku menanyakan kepada pramuniaga yang ada di dalam, letak toilet minimarket ini. Aku ditunjukkan arah toiletnya, kemudian dia berbalik ke area kasir. Kubuka paperbag lingerie yang kubeli tadi. Kulepaskan atasan dan bra ku, kemudian kumasukkan ke dalam paperbag. Kemudian kupakai lingerie ungu yang kubeli tadi, lalu kulapisi dengan hoodie mas Harno. Meskipun mas Harno tidak meminta, kulepaskan juga celana dalamku sekalian. Setelah kurasa semuanya sudah OK, aku bergegas keluar dari toilet. Kini aku mengenakan jilbab, dan hoodie dimana dibaliknya hanya ada lingerie tipis tanpa bra, dan celana jeans panjang tanpa CD.

Aku tahu, permainan ini dimulai bukan dari minimarket ini. Aku sendiri belum tahu tepatnya permainan apa yang dipersiapkan mas Harno untukku, tapi rasanya aku malas menanyakan padanya, karena aku sendiri lebih suka dengan spontanitas yang seringkali membuatku becek tak terkendali.

Aku keluar dari minimarket itu, dan kemudian menghampiri mas Harno.

“udah mas, yuk.” ajakku kepada mas Harno.

mas Harno kemudian bergegas bangkit menuju kendaraan yang kami gunakan. Kami meninggalkan minimarket itu, kemudian menuju ke arah kabupaten seberang yang kawasannya didominasi dengan persawahan.

“Buka jilbab ama hoodie kamu sayang.” perintah mas Harno kepadaku. Kubuka jilbab dan hoodie yang kukenakan, kemudian kuserahkan pada mas Harno. Kini aku mengenakan lingerie untuk atasan, sementara celana panjangku masih kupakai. Aku sendiri merasakan erotisme tersendiri melihat kondisiku saat ini. Berada di tepi jalan yang dikelilingi persawahan, tanpa jilbab hanya dengan atasan yang jelas mengekspos sebagian payudaraku. Mas Harno sejenak memandangi penampilanku dari atas ke bawah sambil tersenyum genit.

Setelah menyimpan jilbab dan hoodieku, mas Harno kembali melajukan kendaraannya menembus angin malam. Yang membuatku bingung adalah mas Harno merubah arah perjalanan kami, kembali menuju kota kami. Meskipun heran, aku tak berusaha untuk memenuhi rasa penasaranku. Aku terdiam sambil menunggu apa yang sebenarnya mas Harno rencanakan.
Dari kabupaten seberang sampai ke kota kami, setidaknya kami melewati puluhan traffic light yang memaksa kami untuk berhenti sejenak menunggu lampu berganti menjadi hijau. Aku yang hanya mengenakan atasan lingerie seperti ini tentu saja risih dengan tatapan para sopir truk dan bus malam yang ikut berhenti bersama kami. Padahal seandainya mau, mas Harno bisa saja terus jalan tanpa harus menunggu lampu menyala hijau. Tak jarang mereka menatapku dengan sorot mesum yang kentara, bahkan sesekali ada yang bersiul menggoda sekalipun tahu bahwa aku bersama pasanganku. Aku yang terus menjadi pusat perhatian setiap kali kami berhenti di traffic light bukannya merasa malu, tapi malah merasakan sensasi luar biasa ketika bagian atas tubuhku terekspos bebas di publik seperti ini, sekalipun tidak telanjang.

Tapi aku yakin, puting susuku yang mencuat di balik lingerieku akan tercetak jelas dan terlihat oleh para sopir itu. Aku memang sengaja tidak merapatkan tubuhku ke depan agar bisa menutupi area depan tubuhku. Meski sebenarnya hawa dingin yang menusuk ini membuatku merasakan dingin luar biasa, bercampur menjadi satu dengan gairahku yang meletup.

Aku sendiri baru sadar dengan rencana mas Harno setelah melewati traffic light ke delapan. Mas Harno sengaja mengekspos bagian atas tubuhku sebagian sepanjang perjalanan.

“Kerasa banget nih, nongol.” kata mas Harno.
“Apaan mas ?” tanyaku.
“Putingnya.” jawab mas Harno sambil terkekeh.

Setelah aku tahu apa yang mas Harno rencanakan, traffic light berikutnya aku menjadi semakin berani. Aku berpura-pura merenggangkan tubuhku seolah merasa capek selama perjalanan dengan membusungkan dada ke depan. Yang mau tidak mau membuat tonjolan susu dan putingku terlihat jelas dari kabin sopir-sopir itu. Bermacam-macam respon yang kuterima, mulai dari hanya sekedar lirikan, hingga ajakan kenalan yang jelas mas Harno juga mendengarnya. Namun dia cuek, menikmati apa yang dia rencanakan.

Tak terasa kami sudah hampir sampai di rumah kami. Kami tak khawatir dengan penampilanku karena kami yakin, tak ada tetangga yang terjaga di jam-jam ini. Sesampainya di rumah mas Harno langsung mengunci pintu rumah, dan kemudian menubrukku dari belakang. Diusungnya aku ke kamar kami, kemudian dengan beringas melucuti pakaian yang masih kukenakan.

“Binal banget kamu.” komentarnya setelah menikmati perjalanan ini.

Diciumnya sekujur tubuhku, dikombinasikan dengan jilatan dan gigitan-gigitan kecil. Aku sendiri yang sebenarnya sudah “basah” tentu saja menggelinjang ga karuan menghadapi serangan mas Harno. Menikmati rangsangan yang dia berikan membuatku tak sadar bahwa mas Harno sudah telanjang total. Bersiap menusuk memekku dengan kontolnya.

Aku berinisiatif membalikkan keadaan, ketika mas Harno sudah menancapkan kontolnya di memekku, kumiringkan tubuhnya agar tubuh mas Harno menjadi telentang, dan aku berada di atasnya. Saking besar horny yang aku derita, aku seperti kerasukan menggoyang kontol mas Harno.

“Maaaaaass… uuuuuh… aku peres kontol kamu maaaaass….” lenguhku dengan tempo goyangan full speed. “Nakal kamu ya masss…. Kamu suka tetekku diliatin orang ?” “Apa aku kasih nenen sekalian mereka ya ?”

Aku terus meracau dengan fantasi-fantasi yang mendukung rencana mas Harno. Mas Harno sendiri kelimpungan dengan goyanganku yang liar. Tak sampai 15 menit aku bergoyang diatas tubuh mas Harno sambil meremasi payudaraku sendiri, akhirnya kami mencapai puncaknya secara bersamaan.

“Eeeeeeeerrrghhh…. Enak banget kontolmu maaaaasss...” Tubuhku melenting sejenak, dan kemudian bergetar menikmati orgasmeku yang luar biasa. Aku juga merasakan semburan hangat di memekku ketika orgasmeku kuraih.

Setelah beberapa menit mengatur nafas kami, kurebahkan tubuhku di samping mas Harno. Aku tak peduli apakah mas Harno langsung tidur setelah kami bercinta, aku langsung tertidur pulas.
 
Terakhir diubah:
hubungan suami istri yang menunjang kenikmatan satu dengan yang lain :ampun:

lanjutkan sis :D
 
Masih inget wlopun udh di delete fotonya, serasa beda foto pas awal2 thread ini kya yg masih muda singset, kok kesini-kesini fotonya kya udh MILF :(
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd