Di part ini aku bakal cerita malam-malam awal kami sebagai suami istri di rumah kami. Ya, rumah kami. Seperti yang kuceritakan sebelumnya, mas Harno sudah memiliki rumah sendiri semenjak kita pacaran. Jadi setelah pesta ngunduh mantu usai, ya otomatis kami langsung menempati rumah kami sendiri. Tidak ada istilah Pondok Mertua Indah buat kami.
Malam pertamaku di rumah kami juga sangat spesial menurutku. Karena untuk pertama kalinya aku bisa bebas bugil di dalam rumah itu, setelah sebelumnya aku harus tetap mempertahankan CD ku menempel di tubuhku.
Setelah siangnya pesta ngunduh mantu, malam itu sepertinya mas Harno tidak merasa lelah sama sekali. Mungkin karena prosesi pesta ngunduh mantu tidak seribet dan seformal resepsi. Kala itu aku mengenakan piyama tidur warna putih berbaring lebih dulu di kasur kami, karena mas Harno masih menyelesaikan pekerjaannya. Aku asyik dengan HP ku sendiri.
Setengah jam aku menunggu, mas Harno menyusul ke kamar dengan mata yang berbinar. Ya, sekarang tempat tidurnya sudah terisi guling yang siap memberikan kehangatan untuknya, dilengkapi dengan liang kenikmatan duniawi yang legit dan sepasang airbag empuk dengan tampilan yang menggoda.
Mas Harno lompat ke atas kasur, menubrukku dengan buas. Kami berguling-guling diatas kasur saling peluk dan cium malam itu. Ada kebahagiaan yang terpancar dari kami berdua setelah lega melakoni proses pernikahan.
Oh iya, setelah pesta resepsi kami, kami 4 malam tidur di 2 hotel yang berbeda, masing-masing kami singgah 2 malam. Sama seperti di hotel pertama, 2 malam yang kami habiskan di hotel kedua pun, aku juga tidak merasakan klimaks sama sekali. Meskipun sudah tidak terasa perih memekku ketika dibombardir kontol mas Harno. Posisi bercinta kami pun masih tetap monoton dengan posisi mas Harno selalu diatas.
Nah, malam pertama di rumah kami itulah kami mulai mencoba gaya bercinta yang baru, mulai dari WOT dan doggy style. Aku sungguh excited ketika posisiku diatas. Rasanya batang kontol mas Harno seperti menusuk dan menghujam memekku. Apalagi aku juga punya kontrol penuh sampai seberapa keras batang kontol itu menusuk memekku. Meskipun pertama kali aku sedikit kesusahan untuk memposisikan diri dalam gaya ini. Tapi setelah aku berhasil menanam kontol mas Harno di memekku, dan aku terduduk sempurna diatas tubuhnya, aku merasakan kenikmatan yang berbeda dari sebelumnya.
Dengan posisi itu, aku seperti kesetanan menggoyang kontol mas Harno dengan kerasnya. Mas Harno sendiri sepertinya juga sangat menikmati posisi ini. Kugoyangkan tubuhku mulai dari naik turun, sampai dengan goyangan memutar yang bikin nafas mas Harno memburu. Kulesakkan terus menerus sedalam-dalamnya kontol mas Harno ke memekku tanpa ampun. Mas Harno pun tak tinggal diam, diremasi dan ditamparinya susuku sampai memerah. Serta meninggalkan bekas cupangan yang merata di sekujur permukaan tetekku. "Aaaarrghhh… ayo mas, terus. Aku suka…" aku meracau menikmati serangan mas Harno. Dia tak henti-hentinya memberikan serangan brutal di bongkahan susuku. Dari mulai pacaran sampai sekarang pun, mas Harno selalu gemas dengan tetekku ini, napsuin banget katanya. Itu yang bikin dia selalu pengen pamerin susuku ke cowo lain.
Sampai akhirnya aku tersenyum puas, ketika berhasil meruntuhkan pertahanan mas Harno lebih cepat dari sebelumnya. Kontolnya berkedut dan menyemburkan spermanya di dalam memekku. Susuku diremasnya dengan kuat ketika dia mencapai puncaknya. Aku merasakan memekku dialiri kehangatan sperma dari mas Harno. Aku telungkup diatas tubuh mas Harno, diciuminya kening dan rambutku. Kemudian dielusnya tubuhku mulai dari punggung, sampai remasan kecil di pantatku.
Malam itu mas Harno hanya memuntahkan laharnya 2 kali ke memekku, kemudian mengajakku istirahat. Kami tidur berpelukan tanpa busana, dan tanpa selimut. Mas Harno yang minta seperti ini, biar kulit kami berdua bisa bergesekan saling memberikan kehangatan.
Buat kalian yang membaca cerita ini bertanya-tanya, kenapa minim dialog dan erangan bercinta. Itu karena kami masih kaku dan belum banyak belajar tentang seksualitas secara mendalam. Aku sendiri baru bisa teriak dan mendesah lepas setelah memiliki momongan yang pertama. Kemudian mas Harno juga memiliki anggapan bahwa tindakan tubuhnya lebih mewakili hatinya, ketimbang sekedar hanya rayuan gombal di mulut saja.
Kuakui memang mas Harno benar seperti itu adanya. Hal-hal kecil yang dilakukannya dengan tindakan sangat mencerminkan apa yang ada dihatinya. Perhatian-perhatian kecil darinya sangat bermakna dihatiku.
Misalnya saja ketika tiba-tiba aku dipeluknya dari belakang ketika mencuci piring, kemudian diciuminya aku dari belakang. Lalu ketika dia mengecup keningku saat dia bangun dari tidurnya. Juga saat kami jalan-jalan berdua dengan motornya, dia selalu menggenggam erat tangan kiriku. Jadi sepanjang perjalanan dia menggenggam erat tangan kiriku, sementara tangan kanannya tetap stay mengendalikan motornya. Sungguh romantis pria ini, meskipun bagi orang lain terkesan dingin.