Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT NO QUOTE - Istri Nakal yang Suka Tantangan

Setelah melihat penampakan bodyku, berapa nilai yang kamu berikan ?

  • 5 : Jelek

    Votes: 44 5,0%
  • 6 : Biasa

    Votes: 50 5,7%
  • 7 : Lumayan

    Votes: 83 9,4%
  • 8 : Bagus

    Votes: 143 16,2%
  • 9 : Sexy

    Votes: 389 44,0%
  • 10 : Sempurna

    Votes: 175 19,8%

  • Total voters
    884
Maaf ya kalo nunggunya lama. Untungnya sih threadnya ga digembok. Padahal thread lainnya udah digembokin sama mimin.

Maklum ya, namanya juga ibu rumah tangga. Selain nenenin bocil, nenenin bapaknya juga. Jadi sering ditidurin ketiduran kalo udah capek.

*Bonus Ilustrasi

Kami sedikit celingukan saat sampai di daerah ini. Karena tidak melihat ada papan hotel sama sekali di deretan bangunan ini. 1 jam yang lalu om Robert memberitahukan tempat lokasi ini lewat share location di Whatsapp. Tapi ya begini lah jadinya, kami bingung karena tidak ada tanda-tanda hotel disini. Langsung saja kuhubungi nomor om Robert untuk memastikan apakah kami sudah di lokasi yang benar.


Kucoba sampai 5 kali menghubungi nomor om Robert namun tidak ada jawaban sama sekali. Aku berunding dengan suamiku, apakah kami akan menunggu beberapa saat lagi, atau memutuskan untuk cabut dari sini. Kata suamiku tunggu dulu barang 30 menit, nanti bisa mencoba menghubungi om Robert kembali. Dia yakin kalaupun om Robert berhalangan karena ada urusan lain, dia pasti akan memberikan kabar. Kami pun akhirnya menunggu di dalam mobil sambil membicarakan konsep photoshoot yang nantinya akan dilakukan dengan om Robert.


Benar saja, tak sampai 10 menit kami menunggu, aku melihat mobil om Robert berhenti di sebuah pagar besar tak jauh dari tempat kami menunggu. Beberapa saat berhenti ada orang dari dalam yang membukakan pagar besar nan tinggi itu. Om Robert yang mengenali kami ada di dalam mobil pun melambai, memberikan kode untuk mengikutinya masuk ke dalam.


Pantas saja kami tak menemukan papan hotel seperti yang dia katakan. Sejatinya ini memang bukan hotel, lebih ke properti pribadi yang memang dibuat dengan kamar yang cukup banyak. Aku juga tak mengerti, untuk apa tempat ini. Persetan juga, harus memikirkan hal seperti itu.


Om Robert turun dari mobilnya, kami pun juga turut mengikutinya dari belakang. Sampai di bagian depan "hotel" itu, kami disambut oleh Pak Sani. Orang yang dipercaya oleh om Robert untuk merawat bangunan ini.


Kami bersamaan masuk ke ruang tengah bangunan ini. Dengan gaya minimalis, namun perabotannya terlihat mewah sekali. Kami duduk di sofa besar yang ada disana. Sementara pak Sani menuju ke bagian belakang.


"Gimana, susah ga nyari tempat ini ? " Tanya om Robert.


"Susah sih enggak, cuman ternyata kan bukan hotel seperti yang dibilang om Robert." Kataku.


"Iya, saya pikir juga hotel beneran." Timpal suamiku.


"Hahahaha… aku menyebut tempat ini sebagai hotel karena memang seringkali model-model yang dibawah naunganku sering menginap disini. Ini properti memang aku bangun untuk memfasilitasi mereka. Terkadang aku kasihan melihat mereka harus wira-wiri jika rumah mereka jauh. Makanya saya khusus bikin tempat ini buat mereka." Jelas om Robert.


Pak Sani datang sambil membawa nampan berisi teko air putih, cemilan dan 3 gelas kopi. Kemudian dengan sopan menghidangkan semuanya di meja. Kemudian kembali lagi ke belakang.


"Mari silakan, saya keatas dulu. Nanti kalian masuk aja langsung ke kamar atas untuk photoshootnya." Om Robert bangkit dan menuju tangga ke lantai atas.


"Kita langsung ke atas atau gimana ? " Tanya suamiku.


"Nanti aja, paling dia masih harus menata peralatannya. " Jawabku yang sudah pernah melihat bagaimana om Robert mempersiapkan sesi photoshootnya.


"Sayang, kamu bawa baju apa aja ?" Tanya suamiku penuh selidik.


"Ga bawa, om Robert pasti punya banyak baju yang bisa dipakai nantinya. Kalau ga pake baju sama sekali kan juga bisa." Jawabku sembari memancing respon suamiku.


"Emang berani ?" Jawab suamiku dengan ekspresi seakan menantangku.


"Kalo berani, gimana ? Boleh ?" Tanyaku.


"Boleh aja sih, pengen liat seberani apa." Kata suamiku sambil terkekeh.


Mendengar responnya aku jadi lebih tertantang. Bahkan gelora syahwatku sedikit naik mendengar tantangan suamiku yang seakan menyepelekan keberanianku.


"Ke atas yuk." Ajakku sambil menggandeng tangan suamiku. Dia menurut saja sambil berjalan di belakangku.


Kami naik ke lantai 2. Menuju ke lorong dengan deretan pintu kamar di kanan kiri. Aku melihat sebuah pintu kamar terbuka, yang aku yakin kamar itulah yang akan digunakan untuk photoshoot om Robert.


Kuketuk pintu terlebih dahulu walaupun aku sudah tahu om Robert ada di dalam. Hampir selesai menata peralatannya. Dia hanya menengok dan mengisyaratkan dengan jari untuk memasuki kamar.


"Kamu pilih aja yang ada di lemari." Kata om Robert.


Kubuka lemari di kamar itu. Banyak sekali koleksi kostum cosplay, bikini, lingerie dan baju-baju dengan tema seksi berani. Kubuka satu persatu gantungan baju tersebut. Sepertinya yang aman-aman dulu, biar lebih terasa api syahwat yang baik secara perlahan pikirku.


Kupilih sebuah baju tidur satin dengan warna maroon yang terbilang cukup seksi. Dengan belahan kaki di kanan kiri, serta belahan dada yang cukup terbuka, menunjukkan kesan seksi tapi tetap elegan.


Aku masuk ke kamar mandi, dan mulai melepaskan baju yang kukenakan. Tak lupa melepasi pakaian dalam, agar hasilnya lebih menantang. Selain itu juga menjawab tantangan suamiku tadi.



Aku keluar dengan lenggak lenggok manja di depan suamiku. Sedikit kukibaskan gaun tidur panjang ini ke arah suamiku, dan sedikit memberikan tontonan sejumput bulu vagina yang pasti terlihat olehnya.


Dia hanya terdiam melongo ketika mengetahui bahwa di balik gaun tidur ini aku sama sekali tak memakai pakaian dalam. Dibagian atas tidak terlihat tali bra, sementara di bawah secara jelas kuperlihatkan pada suamiku kalau aku tidak pakai CD.


"Sudah siap ? Deket jendela dulu ya." Kata om Robert.


Aku segera memposisikan diriku di depan jendela besar kamar itu. Mulai berpose mulai dari yang kalem, sampai ke pose yang vulgar. Hanya sekedar berlenggak lenggok menunjukkan lekuk tubuh, sedikit menunjukkan belahan payudaraku, bahkan sampai secara jelas menunjukkan payudara dan lebatnya bulu vaginaku.


Suamiku yang melihat dari belakang om Robert hanya bisa diam membisu namun dengan mata yang terbelalak. Tak menyangka aku akan berpose sedemikian nakalnya. Namun tak ada protes darinya. Bahkan tak ada sepatah katapun yang keluar untuk melarang aku berpose nakal.


Sementara om Robert sendiri dengan profesional memotretku dengan memberikan pengarahan tanpa ada niat curi curi kesempatan. Entah karena memang belum saatnya atau tidak berani karena adanya suamiku.


Setelah banyak pose diambil menggunakan gaun tidur ini. Om Robert menyuruhku untuk berganti pakaian. Tak ada instruksi khusus untuk baju yang akan aku pakai. Kembali aku menuju lemari, dan memilih baju-baju yang ada di sana. Aku pilih sebuah tanktop hitam, dan celana dalam warna ungu yang menurutku akan serasi jika dipakai bersamaan.


Kembali muncul sisi binalku untuk menggoda suamiku. Aku yang tadinya berganti pakaian di kamar mandi, kini secara langsung berganti di depan lemari. Kulepaskan gaun tidur sebelumnya, yang jelas membuatku saat ini telanjang bulat. Kukerlingkan mataku dengan nakal kearah suamiku. Yang membuatnya menjadi semakin berat napasnya. Namun dengan cepat aku mengenakan tanktop dan celana dalam tersebut.


"Udah om." Kataku pada om Robert. Tanda aku siap berpose kembali.


Kini aku naik ke tempat tidur. Telentang dengan bebas yang tentunya membuat putingku terlihat mencuat dibalik tanktop. Berpose layaknya ratu sex yang pasrah dan siap untuk digarap. Om Robert dengan tangkas mengambil gambar. Beberapa kali aku ganti posisi di atas tempat tidur.


Kemudian om Robert menyuruhku untuk berpose diatas kursi yang ada di sudut kamar. Namun dengan memberikan arahan untuk menurunkan celana dalamku. Kuturuti permintaannya sambil menatap tajam suamiku. Seakan mataku berkata, bahwa aku berani menjawab tantangan suamiku. Kuturunkan celana dalamku sampai ke betis. Di awal aku tetap menutupi bagian kewanitaanku. Baik dengan tangan, maupun sekedar merapatkan paha.



Sesekali kulirik suamiku, terlihat area selangkangannya menggembung. Sambil dielusi pelan agar tidak ketahuan om Robert.


Kembali aku melanjutkan kenakalanku. Kini kusingkapkan tanktopku sedikit keatas, sehingga setengah payudaraku terlihat. Sambil kutekan 2 bulatan itu agar terlihat lebih menggemaskan. Beberapa kali om Robert mengarahkan kameranya dari berbagai sudut. Kemudian lanjut, aku dengan berani mengangkat tanktop seluruhnya ke atas, sambil membuka pahaku. Sehingga kini aku sedang duduk bersandar, dengan payudara dan belahan vagina yang terpampang. Ekspresi wajahku pun turut kubuat sebinal mungkin, dengan sedikit menggesek belahan vaginaku pake tangan, dan mulut yang terbuka seakan mendesah.


Suamiku makin tak karuan melihat tingkahku. Kini kulihat dia mulai tak nyaman dengan batang kontolnya yang pasti sudah mengeras maksimal. Wajahnya pun merah padam, yang aku tak tahu entah karena nafsu, marah, atau cemburu. Setelah banyak pose diambil menggunakan tanktop ini, aku berinisiatif sendiri berganti kostum.


Kulepaskan tanktop dan celana dalam itu, kemudian sambil telanjang bulat aku memilih pakaian yang ada di lemari. Belum selesai menentukan apa yang akan kukenakan, om Robert sudah menyahut, "udah gitu aja". Yang aku pahami bahwa om Robert menyuruhku untuk difoto telanjang.


Dengan mantap kututup kembali lemari itu. Dan kemudian kembali ke depan jendela untuk berpose.


Tubuhku seakan ringan dan bebas ketika berjalan-jalan tanpa pakaian sama sekali. Namun terasa panas di bagian vagina. Sembari berbalik membelakangi om Robert, kusapukan dengan cepat ujung jariku ke belahan vagina. Benar saja, vaginaku sudah sangat becek.


Aku terasa tanpa beban telanjang di depan Om Robert dan suamiku. Bahkan terasa lebih leluasa ketika berpose. Om Robert masih dengan profesionalitasnya mengarahkan kameranya, mengambil gambar sambil sesekali mengarahkan gaya yang harus kulakukan. Bahkan sekalipun ketika mengclose up belahan vaginaku yang lebat berbulu.



Namun tampaknya om Robert paham bahwa suamiku kini gelisah.
 
Terakhir diubah:
Agar minggu ini lebih berwarna, update dilanjut lagi ya. Biar miss lebih semangat, komentarin tiap alur cerita di masing-masing part dong 😘

Bagaimana mungkin kini suamiku tidak gelisah. Tepat di depan matanya langsung saat ini istri tercintanya sedang berpose dengan nakal tanpa mengenakan sehelai pakaian pun. Dengan bebas lepas istrinya telanjang di depan lelaki lain selain suaminya. Payudara dan vagina yang seharusnya hanya bisa dipandang olehnya, kini sedang disasar lensa kamera Om Robert.


Duduknya gelisah, seperti ingin menghimpit sesuatu di pahanya. Kombinasi antara malu, cemburu dan was-was. Malu kalo harus mengakui bahwa dirinya kini terangsang dengan adegan panas istrinya. Cemburu melihat wanita yang dicintainya kini sedang telanjang di depan pria lain. Dan juga was-was kalo nantinya ada kejadian yang diluar kendali.


Om Robert yang paham akan kegelisahan suamiku kemudian menepuk pundaknya. Menepuk bahunya, dan kemudian menyuruhnya melepas semua pakaiannya. Suamiku tampak bengong dengan instruksi om Robert. Namun, aku yang lebih paham kemana arah dan maksud om Robert, segera jemput bola.


Kuhampiri suamiku, dan kemudian melolosi semua pakaiannya. Kubuka semua kancing kemejanya, dan kemudian kulolosi celana panjangnya. Kini suamiku berada dalam kondisi yang sama denganku. Sama-sama telanjang. Dia yang masih sedikit malu, kupeluk tubuhnya erat, sambil membisikkan motivasi buatnya. "Santai aja mas, nikmati permainannya". Saat kulepas pelukanku, kulihat om Robert tersenyum padaku dan mengacungkan jempol.


Kugandeng tangan suamiku ke tempat aku berpose. "Kami sudah siap", ujarku kepada om Robert. Memberikan kode bahwa aku dan suamiku sudah siap dijadikan objek foto olehnya. Om Robert pun menghampiriku, dan berkata sambil tersenyum, "Berikan sesuatu yang panas".


Aku mulai dengan pose pertama, yaitu aku dan suamiku saling berhadapan, tangan kami saling mendarat di pinggang pasangan, dan kemudian kucium suamiku. Masih dengan pose santai terlebih dahulu sebelum nantinya naik intensitasnya ke pose-pose yang erotis.


Om Robert tampak menikmati sajian pasangan suami istri yang sedang berpose telanjang di depannya. Entah apa yang ada di pikirannya, namun aku membaca kilasan senyum mesum di bibirnya.


Aku dan suamiku lanjut dengan pose-pose lainnya. Seperti aku berada di depannya, dan kemudian suamiku di belakangku dengan kedua tangannya menutupi area intimku. Lalu aku membelakangi kamera sambil dipeluk suamiku, sehingga aku hanya terlihat bagian belakangnya saja.





Kemudian ada lagi pose dimana suamiku sedang "menyusu" kepadaku. Sampai dengan pose yang menantang dimana aku "menikmati" mengulum kontol suamiku.



Di setiap kami berganti pose, aku sangat bisa merasakan batang kontol suamiku mengeras maksimal. Aku sendiri pun sama saja kondisinya. Cairan cintaku terasa terus keluar dari vaginaku. Entah sudah berapa pose yang kami lakukan, karena aku sendiri tidak terbatas waktu dalam pemotretan ini.


"Udah cukup sepertinya." Ujar om Robert kepada kami. "Makasih ya". Om Robert berterima kasih kepada suamiku. Entah apa maksudnya. Suamiku hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman. Mungkin karena masih dominan rasa malunya harus telanjang di depan orang lain. Dia langsung saja ngeloyor menuju tumpukan pakaiannya, dan bergegas memakainya kembali.


Aku sedikit geli melihat tingkah suamiku. Tapi aku masih ingin menggodanya lagi. Mencoba melihat reaksinya bagaimana kalo istrinya masih tetap santai telanjang di depan lelaki lain meskipun sesi photoshoot sudah selesai. Kuhampiri om Robert untuk meminjam kameranya, melihat hasil pemotretan hari ini. Om Robert menyodorkannya kepadaku.


Kini aku duduk disamping om Robert, dan menelusuri satu-persatu foto yang sudah diambil om Robert. Tampaknya suamiku ketika aku dengan santainya malah bercengkrama dengan om Robert dan masih telanjang ! Nampak tidak ada komplain darinya, entah karena takut untuk protes, atau malah memang menikmati pemandangan ini.


Aku dan om Robert masih mengobrol membahas hasil photoshoot hari ini. Tak jarang om Robert memberi komentar yang seronok pada foto tertentu. Dan juga sambil memberikan pengarahan kepadaku, bagaimana seharusnya aku mengambil pose. Selesai melihat hasil foto tadi, aku pun berbaring di ranjang dan kemudian bertanya kepada suamiku, "ga keburu pulang kan mas ?".


"Enggak sih. Emang kenapa ?" Tanya suamiku.


"Mau istirahat bentar, capek nih." Balasku.


"Ya udah ga apa-apa." Katanya.


Om Robert tanpa berkata apa-apa mengambil tempat di sampingku sambil berkomentar, "ya udah nyantai aja dulu disini."


Suamiku terperanjat ketika om Robert mengambil tempat di sisiku. Ada sedikit raut wajah yang ingin protes sebenarnya, namun tiada nyali untuk mengutarakannya. Suamiku akhirnya ikut berbaring di ranjang sebelah.


"Istrimu cukup berbakat untuk menjadi model. Mungkin dengan semakin sering dia ikut photoshoot, dia akan semakin pandai berpose. Apalagi dengan aset sebagus ini." Kata om Robert yang tanpa aba-aba meremas payudaraku serta mengelus gundukan vaginaku.


Aku yang kaget pun memekik kecil, "aaaaaawww si om".


" Eh, kok basah sih." Komentar om Robert saat mengetahui bagian vaginaku telah basah oleh cairan cintaku. "Dibersihin ya." Katanya memandang suamiku. Suamiku nampaknya tak paham akan maksud perkataan om Robert. Tanpa menunggu persetujuan suamiku, diposisikan kepalanya di depan vaginaku, dan tanpa jijik menjilati beceknya vaginaku.


Suamiku lagi-lagi hanya bisa mematung melihat tingkah om Robert. Mungkin ada gejolak di hatinya. Disatu sisi, seharusnya dia marah sebagai suami melihat istrinya dinikmati lelaki lain. Namun disisi lainnya, dia tak berani protes, entah karena takut, atau justru terangsang melihat itu.


Dengan rakus om Robert menjilati vaginaku dengan kedua tangannya di lututku, berusaha meregangkan kedua kakiku. Aku pun diperlakukan seperti ini, bukannya melawan, malah menaikkan pinggulku, agar lidah om Robert makin dalam menghunus vaginaku. Tak henti-hentinya lidah om Robert naik turun menjilati lubang kenikmatanku. Aku juga terus saja mendesah, selain menikmati jilatan om Robert, juga memancing birahi suamiku. Kulirik suamiku yang ada di ranjang sebelah. Terlihat sekali birahinya berada di posisi puncak.


Kutahan kepala om Robert agar menghentikan aktivitasnya, "bentar om." Seraya aku bangkit, dan menghampiri suamiku. Kuambil tempat disampingnya, dan kemudian kuraih resleting celananya. Tak lupa sambil kucium mesra suamiku. Tak dinyana, sambutan sungguh ganas. Dibalasnya ciumanku dengan buas. Sambil berciuman dengan panas, aku melepas celana suamiku. Kini kepalaku pindah ke bagian bawah, tepat di batang kontolnya. Kini posisiku sedang nungging menghadap suamiku. Kukulum dan kuhisap kontol suamiku dengan buasnya, berusaha menaikkan lagi gairah dan birahinya yang sedang membara.


Tampak Suamiku memejamkan matanya, menikmati pelayanan istrinya tanpa mempedulikan bahwa kami sedang berada di kamar bersama orang lain. Gema suara kecipak air liur antara bibir dan kontol suamiku, serta lenguhan suamiku yang menderu memenuhi kamar ini. Kulihat om Robert menikmati pemandangan didepannya. Kuberikan kode dengan lirikan mata, agar dia memposisikan dirinya di belakangku.


Om Robert langsung saja bergegas bangkit dan kemudian mengambil posisi di belakangku. Aku sedikit memundurkan posisiku agar pantatku tepat di pinggir ranjang. Tanpa persetujuanku, dilepasnya celana yang sedang dipakainya, dan kemudian mengelus vaginaku. Seakan memberikan isyarat bahwa rudalnya akan segera menghujam lubang kenikmatanku. Aku menoleh ke belakang, sambil tersenyum dan mengangguk.


Aku bisa merasakan sebuah ujung batang yang hangat di vaginaku. Mungkin karena nafsunya juga sudah diubun-ubun, om Robert dengan keras menghujam vaginaku dengan batang kontolnya. Aku yang kaget hanya bisa menggumam karena mulutku sedang penuh oleh batang kontol suamiku.


Suamiku masih saja memejamkan matanya, menikmati mulutku yang sedang mengoral batang kontolnya. Sementara aku sedang menikmati hujaman kontol om Robert dari belakang. Kini gerakan kami bertiga menjadi teratur. Ketika om Robert mendorongkan kontolnya ke vaginaku, maka secara otomatis tubuhku menjadi terdorong ke depan, sehingga kontol suamiku semakin dalam menghujam mulutku.


Posisi ini bertahan sampai sekitar 15 menit. Aku yang merasa agak pegal dengan posisi ini kemudian berinisiatif merubah posisi. Segera kunaiki tubuh suamiku, dan kutempatkan batang kontolnya agar memasuki liang vaginaku. Bleeeesshhh, sungguh kurasakan kenikmatan maksimal ketika akhirnya liang kewanitaanku diisi oleh kontol pemilik sahnya.


Kemudian kucondongkan tubuhku ke depan, sambil menciumi dengan buas suamiku. Tangan kananku kugunakan untuk memeluk erat kepalanya, namun tangan kiriku, kutempatkan di belakang. Kubelai pantatku sambil sesekali juga mengelus lubang pantatku. Aku memang sengaja memberikan kode kepada om Robert agar ikut menghajar lubang pantatku.


Tanpa basa-basi, segera saja om Robert meludahi lubang pantatku, dan sejurus kemudian menempatkan ujung kontolnya di lubang pantatku. Namun kali ini om Robert lebih paham untuk menghujam pantatku dengan lebih lembut, tak seperti saat menyerang lubang vaginaku tadi.


Dia hanya menempatkan ujung kontolnya di depan lubang pantatku dengan sedikit menekannya. Dengan posisi ini, nantinya batang kontol itu akan perlahan amblas di lubang pantatku, seiring gerakan tubuhku yang sedang mmeberikan goyangan panas di kontol suamiku.


Setelah dirasa nyaman dengan sudah amblas maksimal batang kontolnya, om Robert segera mengikuti ritme goyanganku. Kini tangan kanan dan kiriku, kugunakan semuanya untuk meremas rambut suamiku. Sambil menikmati hujaman dua kontol di tubuhku lewat lubang depan dan belakang. Kini desah dan lenguhanku bersama suami menggema di ruangan kamar ini.


Ada sekitar 20 menit kami berada di posisi seperti ini, kurasakan batang kontol om Robert berdenyut. Aku tahu dia akan segera mencapai klimaksnya. Segera saja kugoyangkan tubuhku makin keras, berusaha memberikan kenikmatan kepada kontol-kontol yang sedang bersemayam di tubuhku. Tak pelak seiring meningkatnya tempo goyanganku, pejantan-pejantan ini akan mencapai klimaksnya. Agar semuanya mendapatkan hasil maksimal, aku juga berusaha segera mencapai puncak kenikmatanku. Makin gila goyanganku, tak lebih dari 2 menit, kami sudah mencapai klimaksnya.


Suamiku mengerang ketika batang kontolnya mengeluarkan lahar. Kudengar om Robert lebih seperti menggeram ketika dia mencapai ejakulasinya. Aku pun justru lebih liar dengan teriakanku. Aku ambruk diatas tubuh suamiku setelah juga ikut mencapai orgasme, dengan napas yang mendengus kencang. Kurasakan om Robert mencabut kontolnya yang mulai mengecil dari vaginaku.

Kupeluk mesra suamiku, dan tanpa terasa kami pun tertidur.



*** POV SUAMI ***


Saat aku terbangun, kulihat di jam tanganku, waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Mungkin sekitar 3 atau 4 jam aku tertidur setelah sangat puas menikmati goyangan istriku yang luar biasa. Aku merasa hari ini memek istriku lebih sempit dan menggigit. Bahkan terasa keras sekali dinding vaginanya mencengkeram batang kontolkum. Berasa seperti di malam pertama aku mencoba memeknya.


Dia masih tertidur pulas saat ini, kucoba menengok ke area vaginanya, tak kusangka aku begitu banyak menembakkan spermaku sampai sampai meleleh melewati lubang pantatnya. Apakah memang sebanyak ini, pikirku.


Aku pun bangkit dan duduk di tepi ranjang, dan meraih handphoneku. Sekedar mengecek apakah ada pesan atau telepon terkait pekerjaan. Sepertinya aman, tak ada pesan dari partner kerjaku.


Aku berinisiatif untuk membangunkan istriku dengan menciumi payudara istriku. Sambil menggelitik ketiaknya dengan jariku. "Ayo bangun sayang, udah sore nih." Ujarku. Istriku hanya menggeliat menghindari geli di ketiaknya. Nampak sekali mukanya masih lelah. Tapi tak berapa lama dia pun bangkit.


Dan uniknya dia menggandengku ke kamar mandi tidak ditanganku, melainkan di batang kontolku. Ditariknya batang kontolku sehingga dengan terpaksa aku mengikutinya. "Eh kok ditarik begini sih", ujarku sambil terpaksa mengikuti langkahnya. Tak ada jawaban darinya, dia langsung ngeloyor masuk ke kamar mandi.


Sesampainya di kamar mandi, dipepetnya aku di dinding, dinayalakan showernya, dan kemudian dia dengan buas menciumi dan menjilati seluruh tubuhku tanpa terkecuali. Di bawah guyuran shower, dia dengan bersemangat menjilati tubuhku, dan berhenti cukup lama di area kontolku. Kombinasi antara jilatan, hisapan, kuluman dan gigitan kecil kurasakan hingga membuat juniorku kembali bangkit tegak perkasa.


Dia lalu berdiri setelah dirasa batang kontolku sudah keras maksimal. Dengan erotis, dia balikkan tubuhnya membelakangiku, dan kemudian membungkuk sembari membelai pantatnya. Bagaikan betina birahi yang sedang meminta untuk disetubuhi. Aku paham akan maksudnya segera menghampirinya, kusodorkan batang kontolku di area vaginanya. Dengan cepat diraihnya batang kontolku, namun yang tidak aku duga adalah batang kontolku justru diusap-usapkan ke lubang pantatnya. Dan tanpa aba-aba, dia mendorong tubuhnya ke belakang dengan keras sehingga batang kontolku langsung amblas di lubang pantatnya.


"Aaaaaaahhhhh,,, desahnya saat batang kontolku telah menancap dengan mantap. Aku merasakan jepitan yang jauh lebih menggigit dibanding tadi. Istriku mulai bergoyang pelan dengan tetap tangan bertumpu di dinding. Diayunkan tubuhnya dengan variasi yang erotis, naik turun kanan kiri dan memutar. Kenikmatan yang luar biasa coba diberikan oleh istriku. Aku hanya bisa menerima goyangannya dengan mendaratkan kedua tanganku di pinggangnya, agar batang kontolku lebih dalam menghujam dan agar tidak terlepas.


Tempo yang dimainkan benar-benar sempurna, mulai dari pelan namun dengan sodokan keras, sampai dengan tempo tinggi yang teratur. Aku tinggal mengikuti irama yang dibangunnya. Deru desah dan lenguhan kami berdua menggema di ruangan sempit ini, diiringi rintik air dari shower.


Sayangnya aku tidak bisa bertahan lama dengan gempuran macam ini, hanya sekitar 10 menit aku digoyang dengan cara seperti ini, pertahananku runtuh. Sebelum aku mencapai klimaks, kugenggam erat pinggang istriku dan ikut bergoyang mengikuti irama. Istriku nampaknya paham kalau aku sudah siap menembak lubang pantatnya dengan spermaku. Dia ikut meningkatkan irama goyangannya. Tak berapa lama, kami pun mencapai klimaks bersama.


Kurasakan ada 5 semburan dari batang kontolku yang masuk ke lubang pantatnya. Kontolku berdenyut seirama dengan kedutan lubang pantat istriku. Dengan nafas yang masih memburu, istriku membalikkan badan dan kemudian mencium dan memelukku. "Makasih sayang", ucapnya dengan mesra.


Setelah beberapa menit berpelukan, dan nafas yang sudah teratur, istriku kemudian mulai memandikanku. Menyabuni seluruh tubuhku, layaknya seorang ibu memandikan anaknya. Selesai menyabuni dan mengkeramas rambutku, tak lupa dihandukinya tubuhku dan kemudian dililitkan handuk itu ke pinggangku. Lantas disuruhnya aku keluar kamar mandi, yang sebenarnya aku ingin balik memandikannya. Namun aku menurut saja dengan permintaannya. Kurasakan pelayanan istriku hari ini sungguh luar biasa.
 
Terakhir diubah:
Selamat Pagi...
Selamat Beraktivitas...
Semoga Lancar Semuanya...


PHOTOSHOOT ALA PROFESIONAL PART 1


Monday = Money Day !


Begitu aku menyebutnya dengan semangat hari ini. Meskipun masih jam 7 pagi, tapi aku begitu bersemangat hari ini. Hari ini rencananya aku dibuatkan semacam acara photoshoot kecil yang nantinya tidak hanya om Robert yang mengambil gambar, namun ada 2 teman lain om Robert yang juga gemar fotografi. Mereka terbilang masih pemula menurut cerita om Robert. Tapi karena dasarnya memang orang berduit, makanya gear yang mereka gunakan juga bagus, lengkap dan berkelas. Namanya om Ivan dan om David. Untuk acara photoshoot ini, om Robert bilang kalo aku akan mendapatkan fee sebesar 10 juta untuk 3 - 4 hari katanya. Jika memang semuanya berjalan sesuai rencana. Karena biasanya 2 temannya ini kadang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan.


Hari itu aku akan dijemput oleh om Ivan yang memang nantinya akan searah dengan tujuan kami. Makanya om Robert memintanya untuk menjemputku, agar menghemat waktu katanya. Nomer HP ku sudah diberikan oleh om Robert ke om Ivan dan semalam kami sudah janjian. Dia akan menjemputku jam 8 pagi.


Tadi malam, aku sudah izin ke suamiku dan menceritakan tentang janjianku dengan Om Robert hari ini. Dia mengizinkan aku berangkat meskipun sebenarnya dia juga ingin sekali ikut berangkat. Tapi lagi-lagi, urusan pekerjaannya memang tidak bisa ditinggal. Hari ini dia akan berangkat ke Cilacap bersama mitra kerjanya. Dia hanya berpesan untuk jaga diri. Aku juga tak menanyakan lebih detail apa maksud dari pesan "jaga diri" itu. Apakah dia terpikir nantinya aku kembali "nakal" seperti waktu di Semarang 2 minggu lalu. Tapi aku juga tak memusingkan hal itu, membiarkan dia dengan kemungkinan fantasi nakalnya. Hihihi…


Aku segera mandi, dan memakai make up seperlunya karena nanti make up lengkapnya kupikir setelah sampai di lokasi saja. Aku pun hanya mengepak pakaian ganti saja. 1 potong skinny jeans, kaos slim fit lengan panjang, 2 kaos lengan pendek, 2 hotpants, 1 stel piyama, 1 gamis panjang dan dalaman 3 pasang. Tak lupa memasukkan perlengkapan make up ku. Om Robert nantinya yang akan mempersiapkan baju yang akan digunakan photoshoot. Aku tersenyum geli sih mendengarnya, karena kupikir toh nanti aku lebih banyak menggunakan lingerie, bikini atau bahkan telanjang bulat. Baju model apa yang dia persiapkan. Hihihi…


Jam 8 kurang 15 menit, aku menerima pesan dari om Ivan bahwa dia sudah akan sampai ke rumahku. Aku jawab kalo aku sudah siap untuk berangkat. Hari ini aku menggunakan skinny jeans warna hitam, dipadukan dengan kemeja flanel lengan panjang motif kotak-kotak warna hitam putih seperti papan catur serta jilbab yang juga warna hitam. Tapi yang tidak orang lain tahu adalah, pagi itu aku tak memakai BH di balik kemejaku. Semenjak kejadian-kejadian nakal yang sudah aku alami, ada rasa untuk terus meningkatkan adrenalin dan terus mencoba hal-hal baru. Jika dulu aku merasa risih ketika seorang laki-laki terus memandangiku, serasa seperti menelanjangiku dengan sorot matanya, sekarang aku malah merasa tertantang untuk "pamer" lekuk tubuhku.


Terdengar ketukan di pintu rumahku, ternyata om Ivan sudah sampai. Kubuka pintu rumahku dan nampaklah seorang pria gagah yang cukup tampan di usianya yang mungkin sekitar 60 tahun. Walaupun terlihat rambutnya sudah memutih, tapi bisa dikatakan keriput di wajahnya tidak terlalu nampak. Kalo diliat, tipikal pria yang rajin merawat badannya dengan olahraga. Dia mengenakan celana chino pendek warna cream dipadukan dengan kaos putih polos. "Langsung aja ya, keburu siang". Ujarnya.


Aku langsung berbalik masuk ke dalam rumah untuk mengambil barang bawaanku, masuk ke kamar untuk berpamitan dengan suamiku. "Sayang, aku berangkat." sembari mengecup keningnya. Dia hanya menjawab dengan gumaman dan balik mengecup keningku. Dia masih tertidur karena dia juga menunggu jemputan mitra kerjanya nanti jam 10 pagi. Aku sudah menyiapkan sarapan sederhana untuk sarapannya yang terhidang di meja makan.


Aku segera keluar rumah dan masuk ke mobil om Ivan. Fortuner keluaran terbaru yang masih terbungkus plastik sana-sini di bagian interiornya. "Yuk Om, berangkat." Kataku setelah mengambil posisi nyaman untuk duduk. Saat aku akan meletakkan tas ku ke jok belakang, aku sedikit kaget. Ternyata ada orang di barisan jok belakang,seorang pemuda yang mungkin masih SMA atau baru kuliah. Om Ivan yang mengerti kekagetanku menjelaskan, kalo pemuda itu adalah asistennya. Namanya Handi, baru lulus SMA, dan bekerja sebagai asisten pribadi om Ivan yang membantu segala urusannya. Aku pun bersalaman dengan Handi.


Perjalanan kami pagi ini mungkin hanya memakan waktu sekitar 2 jam. Tujuan kami hari ini adalah Taman Wisata Kop*ng. Om Robert sudah memesan 2 kamar yang nantinya akan kami gunakan untuk melepas lelah. Melepas lelah atau memacu gairah ya ? Hihihi…


Di perjalanan, aku dan om Ivan yang lebih sering mengobrol. Kami saling bercerita tentang kehidupan yang diselingi dengan candaan-candaan ringan. Om Ivan adalah seorang eksportir kerajinan asli Indonesia. Dia memasarkan produk kerajinan asli Indonesia melalui pameran-pameran di luar negeri. Tujuan ekspornya mayoritas ke Inggris dan Jerman. Umurnya tahun ini menginjak 63 tahun, namun hidup dalam kesendirian karena istrinya sudah meninggal 8 tahun lalu. Ketiga anaknya adalah perempuan dan semua sudah menikah. Tinggal di luar negeri bersama suami mereka, praktis hanya om Ivan sendiri di rumah. Ketika menceritakan kesendiriannya, aku sedikit menyenggol urusan syahwatnya dengan candaan. "wih, kalo pengen gimana tuh om ? Masih bisa kan ?"


"Hahahaha, ya tinggal kontak aja mana yang siap". Jawabnya. Dia lantas menceritakan kalo selepas istrinya meninggal dan anak terakhirnya juga ikut ke luar negeri bersama suaminya, dia "membiayai" banyak gadis-gadis SMA. Dimana imbal balik dari pembiayaan tersebut tentunya adalah "pelayanan nikmat" dari mereka. Om Ivan tak menyebutkan angka pastinya, namun kata banyak dalam asumsiku mungkin ada belasan.


Dia bercerita, bahwa dia punya 2 klasifikasi atas gadis-gadis itu. Tipe B adalah gadis-gadis punya paras cantik, body aduhai, goyangan spesial namun otaknya kosong. Gadis-gadis seperti ini hanya mendapatkan pembiayaan rutin dengan nominal tetap. Karakter gadis seperti ini menurutnya lebih loyal, namun tidak punya tujuan hidup yang jelas, dan potensi diri bisa dibilang tidak ada. Kasarnya, yang penting hidup nyaman walaupun harus modal ngangkang.


Sementara tipe A adalah gadis-gadis dengan paras cantik, body aduhai, goyangan spesial, dan otak yang cerdas. Gadis-gadis di tipe A ini tidak hanya mendapatkan pembiayaan rutin dengan nominal tetap, tapi juga fasilitas "mess". Mereka diberikan satu rumah kecil minimalis untuk ditinggali. Dan seringkali mendapatkan tambahan uang jajan dan bonus. Karakter gadis seperti ini meskipun kadang tidak loyal, namun jauh lebih bermanfaat buat dia katanya. Sudah banyak gadis-gadis yang dia biayai sampai kuliah, dan kemudian bekerja sebagai marketing pameran di perusahaan om Ivan. Ternyata, mereka tidak hanya digunakan sebagai marketing, namun juga alat entertaining calon konsumen, jika mereka "minta". Sampai disini aku paham makna "lebih bermanfaat" para gadis tipe A ini.


Asyik mengobrol, tak sadar kalo ternyata kami sudah sampai di loket masuk. Setelah membayar biaya tiket masuk, om Ivan lantas langsung mengambil tempat parkir di depan kamar yang sudah dipesan. Handi sudah menyodorkan tas bawaanku ketika aku akan turun. Terlihat seorang pegawai memberikan 2 kunci kamar kami kepadaku, dan menunjukkan kamar kami. Om Robert memang meminta early check-in sehingga kami bisa langsung masuk ke kamar. Aku duluan untuk membuka 2 kamar tersebut. Sementara om Ivan masih mengeluarkan peralatannya dari mobil dibantu Handi.


Kamar yang cukup luas dengan pemandangan gunung di balkon belakang, dan kolam renang di bagian depan. Terdapat kasur king size dengan nakas dan lampu di kanan kiri, sofa yang bisa diduduki 4 orang, dan meja panjang di bawah TV. 2 kamar ini ternyata terhubung dengan connecting door yang memungkinkan kami berpindah kamar.


Handi dan om Ivan tampak memasukkan peralatan di kamar sebelah. Sementara aku duduk di tepi ranjang menyalakan TV. Sepertinya siaran TV disini tidak ada yang jernih, maka aku hanya menyalakan TVnya, memilih channel yang paling jernih dan kemudian berbaring memeriksa ponselku.


Tampak pesan dari om Robert bahwa dia dan om David mungkin sampai disana sekitar jam 4 sore karena om David ada urusan mendesak dan mendadak. Om Ivan tampak memasuki kamar bersama Handi lewat connecting door. Aku yang masih canggung pun segera bangun dari posisi berbaring.


"Udah dikasih tahu om Robert kan ?" Tanya om Ivan. Aku hanya menjawab dengan anggukan sambil tersenyum. "Mungkin kamu bisa ke lokasi dulu bareng Handi, saya mau istirahat dulu." Katanya sambil berbaring di ranjang. "Loh, emang bukan disini om tempatnya ?" Tanyaku heran.


"Nanti yang pertama di belakang dulu. Baru setelahnya kita bisa ambil di beberapa tempat." Jelas om Ivan. "Tapi kalo kamu capek dan mau istirahat dulu juga ga apa-apa. Gimana ?"


"Nanti aja kali deh om." Jawabku. "Ya udah kalo gitu. Han, kamu bisa istirahat dulu juga deh." Kata om Ivan. Handi hanya mengangguk dan kemudian ngeloyor ke kamar sebelah. "Om disini aja gapapa kan ?" Tanya om Ivan. "Gapapa om. Malah jadi ga sendirian." Jawabku. Sambil bergumam di hati, "masa mau bilang ga boleh, toh nanti pasti juga ikutan naikin aku." Hihihi… aku jadi tertawa geli di dalam hati.


Yah, aku paham dengan kondisi ini, photoshoot ini sebenarnya hanyalah kedok mereka untuk menikmati aku. Sebagai alasan agar aku bisa pergi bersama mereka tanpa suamiku. Karena om Robert mungkin masih belum berani secara bebas menikmati tubuhku dengan ijin suamiku. Padahal tanpa dijanjikan fee photoshot pun, aku juga bersedia. Tapi ya lumayanlah, bisa nambah uang tabungan sekalian jalan-jalan.


Aku lantas membongkar barang bawaanku dari tas, kukeluarkan semua pakaian yang kubawa dan kumasukkan ke dalam lemari. Kuambil 1 kaos dan hotpants dan kemudian masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Aku keluar dari kamar mandi sambil menenteng celana panjang dan kemejaku, lalu kuletakkan di lemari. Ketika aku akan berbaring di sofa, om Ivan memanggilku, "eh, kenapa disitu. Sini aja." Kata om Ivan sambil menepuk ranjang di sisinya.


Aku pun bangkit, dan kemudian mengambil tempat di samping om Ivan. Tampak dia fokus memandangiku saat berjalan ke ranjang tadi. Pasti dia fokus pada "bulatan boba" yang pasti menerawang di balik kaosku. Ya, karena tadinya aku tak memakai BH, pastinya sekarang aku memakai kaos juga tanpa BH. Aku pake kaos warna putih yang memang terkesan kekecilan untuk ukuran tubuhku, dan tidak hanya kecil, tapi juga tipis. Wajar kalo "boba" ku membuat tonjolan kecil di kaos. Hotpants yang kupakai juga kecil dan tipis. Untuk di dalam rumah, aku memang lebih suka menggunakan baju seperti ini, selain nyaman menurutku, juga memanjakan mata suamiku tercinta. Dan mungkin memanjakan semua lelaki jika aku memakai pakaian ini di depan mereka. Seperti saat ini.


Kini aku berbaring di samping om Ivan sambil scrolling media sosial untuk melihat update teman-teman dunia mayaku. Aku menengok story suamiku yang terlihat baru saja memulai perjalanannya. Beberapa menit saja aku berselancar di dunia maya, kutengok om Ivan sudah pulas tertidur. Aku pun sepertinya juga lebih baik istirahat agar nanti ketika om Robert dan om David datang, aku lebih segar dan bersemangat. Kutaruh ponselku di nakas samping dan kemudian memejamkan mata.


Samar-samar di tidurku, aku merasa ada tangan yang merubah posisiku. Aku tak ambil pusing dengan itu, aku tetap melanjutkan tidurku. Kini aku merasa aku tidur dengan kepala berbantalkan tangan seseorang, kepalaku menghadap ketiaknya dan ada tangan lain yang "hinggap" di payudaraku. Aku hanya berpikir ini om Ivan. Bukannya bangun dan menjauh mengambil jarak, aku malah semakin merapatkan tubuhku padanya. Kudaratkan tanganku ke dadanya yang bidang. Sedikit memberikan sinyal aku nyaman dalam tidurku. Aroma parfum dan tubuhnya sangat menggoda, memang aku suka sekali dengan aroma lelaki seperti ini. Bahkan tak jarang aku suka dengan bau keringat suamiku. Dan mungkin juga keringat laki-laki lainnya. Hihihi…


Aku terbangun sambil menggumam dan menggosok-gosok dada bidang teman tidurku ini. "Udah bangun ?" Tanyanya sambil memandangiku dan tersenyum. "Enak banget boboknya, hawanya sejuk." Balasku.


"Masa baru kaya gini enak, enakan mana sama om Robert kemarin ?" Tanya om Ivan. "Om Robert ih, pasti cerita-cerita ya ?" Tanyaku malu. "Baru 2 aja enak, gimana kalo 3 ?" Ledek om Ivan. "Kalo 2 aja enak, berarti 6 atau lebih juga pasti enak." Balasku sambil nyengir.


"Emang kuat ?" Tanya om Ivan terkesan menantangku. "Yah, kalo perempuan sih diem sambil berbaring juga bisa ngenakin. Roketnya kuat berapa kali." Jawabku sambil tertawa ngakak. "Boleh tuh." Jawab om Ivan singkat.


Aku melihat jam dinding di kamar, ternyata sudah jam 1 siang. Masih ada 3 jam lagi menunggu kedatangan om Robert dan om David. "Om, berenang yuk." Ajakku ke om Ivan. "Boleh. Bawa baju renang ?" Tanyanya. "Eh iya, aku ga bawa. Ginian aja gapapa kali ya." Ujarku. "Minta bikini ke Handi sana." Suruh om Ivan. Aku langsung bangkit dan dan berjalan menuju ke kamar sebelah.


"Eh, maaf mbak." Teriaknya kaget. Saat aku membuka connecting door, ternyata Handi sedang self-service mencapai kenikmatannya. Aku pun sebenarnya juga sedikit kaget, tapi tetap santai. Handi tampak tergesa-gesa memasukkan kontolnya kembali ke dalam celana. "Maaf ya mbak." Ucapnya sambil tersipu malu. "Iya gapapa, wajar kok. Mending dikeluarin daripada jadi nyut-nyutan di kepala. Abis liat bokep ya ?"


"Enggak mba, cuman tadi liat mba tidur pas dipanggil Bapak." Jelas Ivan. "Masa liat mba tidur aja jadi pengen sih ?" Tanyaku sambil memancing responnya. "Iya nih mba, seksi banget." Pujinya sambil tersipu.


"Mau renang nih, ikut nggak ?" Tanyaku pada Handi. "Enggak mba, aku jaga kamar aja." Jelasnya. "Oh ya udah deh. Eh, kata Bapak suruh minta bikini ke kamu. Dimana ?" Tanyaku pada Ivan, sembari ikut menyebut om Ivan dengan sebutan Bapak. "Bentar mba." Jawabnya yang diiringi dia bangkit dari ranjang. Dibukanya salah satu koper, dan kemudian menyodorkan 3 pasang bikini kepadaku. Aku menerima dengan heran, karena ukuran ini bisa dibilang adalah micro-bikini, hanya menutupi bagian-bagian penting dengan space yang mepet.


Kuputuskan memakai 1 yang berwarna gold ini. Dan tanpa risih aku mengganti pakaianku dengan bikini di depan Handi. Dia tampak melongo saat aku melepaskan kaos dan hotpant ku sekaligus, sehingga tubuh telanjangku tampak di depan mata kepalanya. Setelah aku telanjang total, aku melihat-lihat bikini berwarna gold ini, seperti kaum wanita saat memilih-milih pakaian. Aku sengaja melakukan ini untuk mengulur waktu agar Handi bisa lebih lama memandangi tubuhku. Namun dengan sengaja tidak melakukan kontak mata agar dia tidak malu.


Setelah bikini itu sudah kupakai dengan sempurna, aku berpose di depan Handi sambil bertanya padanya. "Bagus nggak ?"


"Bagus mba, bagus banget." Jawabnya sambil tergagap. Mungkin dia sedikit shock dengan apa yang baru saja dilihatnya.


"Ya udah, aku berenang dulu ya." Bisikku saat menghampiri Handi, berusaha memberikan tontonan jarak dekat. Tak menunggu jawabannya, aku berbalik kembali ke kamar sebelah. Kulihat om Ivan sudah siap menuju kolam renang hanya dengan celana pendek saja. "Yuk om." Ajakku kepada om Ivan yang segera diikutinya langkahku keluar kamar.


Meskipun siang hari, kolam renang disini aman dari terik matahari karena pohon-pohon besar di sekitarnya yang rindang. Terlihat tidak ada orang lain selain aku dan om Ivan. Wajar saja, ini hari Senin, beda kondisi kalo ini adalah hari Minggu atau hari libur.


Aku duduk di tepian kolam untuk memasukkan kedua kakiku ke air, menyesuaikan suhu tubuh dengan air yang pastinya lumayan dingin di wilayah pegunungan seperti ini. Tampak om Ivan mengambil tempat di seberang langsung masuk ke kolam renang meskipun dengan perlahan. Aku menggoyangkan kakiku di dalam air sambil melihat sekitar yang dipenuhi dengan pohon-pohon tinggi. Dengan tiba-tiba om Ivan muncul dari dalam air dan kemudian memelukku dan menarik tubuhku ke dalam air.


"Hiyaaaa…." Aku berteriak kaget karena masih belum siap dengan dinginnya air kolam renang. Seluruh tubuhku langsung merinding. Om Ivan tertawa lepas saat melihat kekagetanku. "Maaf ya."


"Om Ivan ih ngagetin aja, dingin banget nih." Protesku manja. "Ya udah, nanti om angetin deh." Jawabnya sambil bercanda. "Tapi ini ditutupin dulu." Katanya sambil menowel putingku, dan kemudian menurunkan bikiniku yang terangkat keatas karena masuk ke air secara tiba-tiba. "Aaaaaaauw." Teriakku geli.


"Kalo kekecilan kaya gini, mending ga usah dipake." Bisiknya sambil kemudian berenang ke sisi yang lebih jauh. Kulihat dia berenang menjauhiku. "Sampe sini kaget baru tahu rasa." Gumamku dalam hati. Aku dengan berani melepaskan bikiniku, sehingga kini aku benar-benar telanjang bulat di dalam kolam renang. Aku berani karena melihat kawasan ini sepi, mungkin nantinya hanya kami pengunjung di area ini. Kalaupun ada yang lewat di area kolam renang juga pasti karyawan hotel. Biarin aja pikirku.


Sesuai dugaanku, saat om Ivan berenang ke sisi ini menghampiriku, dia dengan cepat memelukku dari belakang. "Eeeeehhh…" Kini dia yang kaget saat memelukku dimana tangannya tak merasakan ada penghalang. Justru tonjolan kecil yang terasa di tangannya. Dari dalam air tentu saja dia tak bisa melihat kalau aku sudah telanjang bulat, kecuali jika dia memakai kacamata renang.


Menyadari aku telanjang bulat, sepertinya gairahnya langsung naik. Ditariknya aku ke tangga kolam renang, dan diturunkan sedikit celananya,sehingga batang kontolnya mencuat keluar. Dipepetnya aku, agar batang kontolnya yang sudah tegak mengeras menempel ketat di belahan pantatku. Digesek-geseknya batang kontol miliknya ke belahan pantatku dengan penuh nafsu. Diciuminya leherku bagian belakang dan depan, serta punggungku. Aku hanya bisa terdongak menikmati belaiannya.


Kini dia sudah siap untuk menggempur kemaluanku, aku sedikit menurunkan tubuh atasku agar posisiku sedikit membungkuk. Aku tak bisa melihat seberapa besar batang milik om Ivan di dalam air. Namun saat ujung kontolnya ditempelkan ke bibir vaginaku, aku bisa dengan jelas merasakan diameter yang istimewa. Dengan sabar dia mendorong batang kontolnya agar dapat tertanam di liang kenikmatan duniawiku. Sepertinya dia cukup berpengalaman untuk memberikan kenyamana pada setiap wanita dengan diameter kontolnya yang istimewa. Tentunya sangat menyakitkan bagi lubang vagina jika dia secara tergesa-gesa menancapkan batang kontolnya.


Perlahan tapi pasti, lubang vaginaku bisa menerima batang kontol om Ivan, kini seluruhnya sudah amblas di liang vaginaku. Sangat sangat terasa penuh memang. Terbersit pikiran jika lubang vaginaku bisa menerima batang kontol bak batang pohon pisang seperti ini, apakah nantinya vaginaku akan merasa nikmat jika ukuran kontol lain lebih kecil dari ini.


Om Ivan nampak mulai menikmati batang kontolnya di vaginaku, dan menaikkan tempo sodokannya. Terlihat sekali dia ingin segera mencapai klimaksnya karena memang rawan jika kami harus berlama-lama menikmati momen ini di tempat umum. Aku hanya bisa melenguh keenakan saat dinding-dinding vaginaku tergesek oleh batang kontol om Ivan. Kenikmatan yang kudapatkan pun memang membuat aku merasa cepat mencapai puncakku. Tak dapat kutahan lagi, hanya 5 menit aku bisa bertahan menerima gempuran om Ivan. "Aaaaaaarrgh…" Aku memekik tertahan saat aku mencapai orgasmeku. Badanku sedikit melengkung ke belakang, disertai denyutan-denyutan di vaginaku yang ternyata diikuti denyutan dari batang kontol om Ivan. Dia akan segera "muntah" pikirku.


Benar saja, saat dia mencapai klimaksnya, direngkuhnya tubuhku, dipeluknya erat sambil menjejalkan lebih dalam kontolnya ke vaginaku. "Makasih sayaaaang.." Gumamnya diiringi geraman kenikmatan khas pria yang sedang klimaks.
 
Bimabet
Kalo boleh pake ilustrasi @missrossa sendiri. Biar enak ngebayanginnya. 😍😍. Mulai dah nglunjak.
Seneng aja sih bacanya. Newbie motret cm nakal tipis2 aja. Alias cuma KT ga sampe ekse kaya miss. Jadi kalo ngebaca ceritanya bener2 pure ngebayangin.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd