*** POV SUAMI ***
Sebagai suami, tentu saja ada rasa curiga, khawatir dan takut. Curiga kalau ternyata istriku sering berhubungan badan dengan pria-pria lain. Khawatir kalau mereka terkadang menyakiti istriku, baik fisik maupun mental. Takut kalau istriku menikmati semua itu dan pada akhirnya membuat rumah tangga kami jadi muncul masalah.
Betul, awalnya memang aku yang memunculkan fantasi kalau harusnya istriku bangga jika ada pria lain yang bernafsu ketika melihat bagian tubuhnya. Dan istriku pun tampaknya menanggapi dengan santai, seakan setuju dengan pikiranku. Terlihat dari dia yang makin kesini makin menikmati kegilaan kami seperti keluar tanpa bra, jalan-jalan dengan pakaian minim, sampai telanjang di luar ruangan.
Sebagai suami yang mencintainya, tentu ada rasa khawatir kalau ternyata istriku makin kebablasan dan menikmati kontol-kontol lain dan akhirnya jatuh hati dengan pria lain. Aku pribadi merasa, kalau sampai istriku menikmati permainan dengan pria-pria lain, aku sepertinya ga ada masalah untuk berbagi. Asalkan istriku puas, merasa bahagia dan rumah tangga kami tetap utuh. Itu kulakukan atas dasar kebahagiaan istriku semata.
Kalau mungkin kalian ingat kejadian di Bali, ya aku pernah melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tubuh istriku dinikmati pria-pria WNA itu. Tapi itu bukan jadi fokus pikiranku, karena waktu itu aku dan istriku dalam paksaan mereka.
Saat ini, aku sendiri tidak punya bukti apakah istriku memang sudah pernah berhubungan badan dengan pria selain aku. Seringnya dia kutinggalkan sendiri di rumah, serta pertemuan intensnya dengan om Robert tanpa diriku, pastinya ada peluang untuk hal-hal yang seperti itu. Bagaimana mungkin jika seorang pria, memfoto seorang wanita yang berpakaian minim tidak tergoda. Apalagi si wanita sendirian tanpa didampingi suaminya. Cukup mudah bagi seorang pria untuk "memaksa" istriku bersetubuh dengannya.
Aku juga tak merasakan adanya perbedaan di vagina istriku. Katanya sih, kalo sering kemasukan kontol yang lebih besar, maka liang vaginanya jadi lebih lebar. Tapi itu tak kurasakan pada vagina istriku. Toh secara medis juga katanya vagina wanita itu elastis, sehingga tetap akan kembali ke bentuk semula. Setiap kali kami berhubungan badan, vaginanya tetap mencengkeram dengan nikmat, dan nafsunya tak surut. Dia selalu siap sedia ketika aku meminta jatah padanya. Bahkan, seiring berjalannya waktu, kegilaan kami juga meningkat kualitasnya.
Entah kenapa, hari ini ada perasaan curiga yang berlebihan pada diriku. Rasa curiga pada istriku yang mungkin saja telah sering berhubungan badan dengan pria lain. Sejatinya kalau aku benar-benar memergoki istriku bersetubuh dengan pria lain, aku tak akan marah padanya, aku tetap mencintainya. Hanya saja aku butuh keterbukaan komunikasi. Tidak lain tidak bukan agar tidak ada misskom diantara kami berdua yang mungkin membawa efek buruk di rumah tangga kami. Kembali lagi, selama istriku merasa puas, nyaman dan bahagia, aku tidak masalah.
Beberapa waktu lalu, setelah istriku pergi bersama om Robert dan temannya, istriku belum ada janji bertemu lagi dengan mereka. Tapi malam tadi, dia sempat bercerita bahwa dalam waktu dekat, dia ada janji lagi dengan om Robert. Tapi belum tahu kapan.
Rasanya ini momen yang pas untuk aku memastikan kecurigaanku. Jika memang mereka janjian lagi, aku berencana untuk mengawal istriku, namun tanpa sepengetahuannya. Ya, aku akan membuntutinya tanpa harus dia tahu. Aku sudah mengkomunikasikan hal tentang pekerjaan pada partner bisnisku. Bulan ini aku tak ingin diganggu dengan pekerjaan mendadak.
2 Hari Kemudian
"Sayang, om Robert ngajakin foto lagi nih." Kata istriku dari belakang saat aku sedang asyik membuat desain gedung proyek yang aku kerjakan.
"Kapan ?" Tanyaku singkat.
"Nanti siang. Katanya dia mau jemput aku bareng temennya." Balas istriku.
"Boleh. Aku ikut enggak ?" Tanyaku pura-pura.
"Emang bisa waktunya ? Ntar aku ditinggal lagi kaya kemaren-kemaren." Sindir istriku.
"Belum tahu juga sih." Kataku
"Kalo ga bisa gapapa kok. Aku bisa ngerti kerjaanmu ga bisa ditinggal. Toh semua itu juga buat kita. Mmmuaaaach… " Kata istriku sambil mencium pipiku. Kubalas ciumannya dengan mengelus-elus rambutnya.
Hari itu hari Selasa. Tepat jam 11 siang, om Robert datang bersama seorang temannya. Aku dikenalkan padanya. Ivan namanya. Mereka bermaksud untuk menjemput istriku. Aku yang sudah tahu kalau istriku akan bersama mereka siang ini, mempersilakan mereka duduk terlebih dahulu, sambil menunggu istriku kelar persiapan.
Beberapa menit ngobrol dengan mereka tentang fotografi, istriku muncul dari dalam kamar dengan menenteng sebuah handbag. Agak aneh memang, karena katanya mereka bakal pergi 2 - 3 hari, tetapi istriku tak membawa tas besar seperti biasanya. Tapi kutahan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di kepalaku. Toh nantinya aku bakal tahu alasannya. Karena rencananya memang aku bakal membuntuti istriku.
Saat mereka berpamitan, istriku tanpa ragu mencium pipi kanan kiriku, serta melumat bibirku dan meremas kontolku dari luar. "Aku pergi dulu ya sayang, ini jangan nakal". " Eh, ada mereka tuh, malu tahu." Kataku sambil memundurkan pantatku agar istriku cepat-cepat menarik tangannya. "Hihihi, gapapa kan ya om, toh suaminya sendiri. Jangankan dipegang, diemut juga boleh kan ya ?" Tanya istriku pada mereka.
"Iya, yang ga boleh kan ngemutin kontol cowo lain, apalagi sampai muncrat-muncrat pejuhnya." Kata om Robert. Mereka pun tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan om Robert.
Aku mengantar mereka sampai gerbang depan, aku baru masuk saat mobil mereka sudah menghilang dari pandanganku. Aku pun segera kembali masuk rumah dan mengemasi pakaian serta alat mandi ke koper.
Saat menunggu istriku, aku sempat menanyakan kemana mereka akan pergi. Om Robert menjelaskan bahwa mereka akan ke sebuah resort yang ada di tepi pantai selatan. Om Robert bilang, kalau mau nyusul tinggal telepon aja kalau sudah sampai resort. Aku pun mengiyakan ajakannya. Om Robert bahkan sudah memberi tahuku nomor dan letak kamar mereka.
Setelah berkemas, aku segera menghubungi pihak resort untuk booking kamar yang letaknya tidak terlalu jauh, namun juga tidak terlalu dekat. Untungnya aku bisa mendapatkan kamar sesuai yang aku harapkan. Aku mendapatkan kamar ujung, sementara kamar mereka berjarak 2 kamar lagi. Posisi yang bagus menurutku, aku bisa mengawasi mereka keluar masuk resort, dan aku juga bisa memastikan ketika aku keluar masuk kamar, tidak dipergoki oleh mereka. Sejatinya bukan kamar hotel pada umumnya, karena memang tipe resort. Bentuknya seperti rumah panggung, dengan kamar yang terbilang luas. Karena ada semacam kursi atau sofa di dalamnya. Kamar mandinya pun juga luas.
Setelah semua persiapanku selesai, aku menghubungi sopir rental langgananku untuk diantar. Dia sebenarnya adalah seorang sopir taksi online yang kebetulan sering aku mendapatkannya saat order. Dan karena kebutuhan tertentu, aku minta dia untuk dapat menyewa dia berserta mobilnya diluar aplikasi. Tentu saja dia lebih senang karena tidak harus dipotong biaya aplikasi.
Untunglah dia sedang santai, 15 menit aku menunggu, dia sudah sampai di depan rumahku. Segera aku masuk ke mobilnya, dan memberi tahu dia kemana akan pergi. Keberangkatanku dengan istriku tadi hanya selisih sekitar 1 jam saja. Meskipun jaraknya mungkin sudah tertinggal jauh, tapi aku tak mau menggunakan jalur pada umumnya. Untuk mengantisipasi aku berpapasan di jalan dengan mereka. Bisa saja kami berpapasan karena mereka mampir makan dulu, atau sekedar isi bensin. Aku juga berpesan pada mas Joni, si driver taxol agar mengambil jalur yang tidak umum, meskipun jarak tempuhnya jadi lebih jauh. Tak masalah pikirku, demi memuluskan rencanaku. Meskipun begitu, aku tidak menceritakan rencanaku pada mas Joni. Biarlah dia hanya tahu kalau aku mau kesana untuk suatu urusan. Selesai.
Sekira hampir 3 jam perjalanan, akhirnya aku sampai di resort. Di jalan aku sempat berhenti di sebuah pertokoan untuk membeli 2 pasang pakaian atas bawah dan buff serta topi. Tentunya agar istriku tidak bisa mengenaliku dari pakaian. Aku minta mas Joni untuk mencari penginapan di sekitar resort, agar sewaktu-waktu dibutuhkan, lebih cepat. Kuberi dia uang 1 juta sebagai pegangan untuk makan dan bensin.
Sebelum aku masuk ke lobby, aku sedikit mengitari parkiran, memastikan apakah mobil mereka sudah disini atau belum. Kucari-cari sepertinya mereka belum sampai disini. Akhirnya kuputuskan untuk check-in terlebih dahulu, menunggu mereka datang bisa sambil rebahan di kamar.
Setelah mendapatkan kunci kamar, aku kemudian menuju ke kamar dan menyimpan bawaanku ke lemari. Kurebahkan tubuhku untuk sekedar berbaring sejenak, melepaskan letih karena perjalanan.
Aku sedikit tergagap saat aku menyadari bahwa aku malah ketiduran. Aku segera bangkit dan melihat ke arah jam tanganku. Ternyata sudah pukul 4 sore lebih. Aku bergegas memakai buff dan topiku, kemudian keluar kamar untuk meninjau, apakah mereka sudah datang atau belum.
Belum sampai aku keluar kamar, aku dibuat tertegun dengan sosok yang baru saja datang ke kolam renang. Seorang wanita, dengan bikini two-pieces berwarna senada dengan kulitnya. Orang-orang yang melihatnya dari kejauhan pasti menyangka wanita itu sedang telanjang. Selain berwarna pas senada dengan kulitnya, bikini ini juga begitu minim, serta mengetat di tubuhnya. Tidak ada tali dibagian atas atau bawah.
Ga salah lagi, wanita itu ISTRIKU !
Jarak kamar ke kolam renang hanya sekitar 10 - 20 meter perkiraanku. Jadi masih terlihat jelas walaupun aku masih di dalam kamar. Meskipun bukan kali pertama melihat istriku berpakaian minim, aku masih saja takjub melihat istriku sendiri dengan pakaian seperti itu. Terutama karena ini tempat publik, dan keseharian istriku menggunakan jilbab. Sementara sekarang, dia dengan santai dan riangnya mengenakan bikini seksi. Tak kulihat kehadiran om Robert atau on Ivan disana.
Istriku pun dengan pelan masuk ke dalam kolam renang. Membasahi tubuh dan rambutnya terlebih dahulu. Kemudian berenang dari satu ujung ke ujung lainnya. Ada mungkin sekitar 4 putaran istriku berenang. Dia berhenti di ujung terjauh dari pandanganku, sambil bersandar di tepi kolam. Tak berapa lama terlihat dia melambaikan tangan ke arah kamar sebelah, mungkin ke arah kamarnya.
Aku menengok ke kamar sebelah, ada seorang pria berumur yang juga ikut melambaikan tangan. Tapi bukan om Robert ataupun om Ivan. Dia nampaknya juga akan ikut berenang karena dia sudah siap dengan celana renangnya. Berjalan ke arah istriku, menceburkan diri ke kolam renang dan berenang santai ke arah istriku.
Hal yang mengagetkanku adalah ketika pria itu sampai ke arah istriku, tangannya menggapai payudara istriku dan kemudian meremasnya. Sementara tampak tak ada penolakan dari istriku. Hanya tawa lepas sambil kemudian sedikit berusaha melepaskan genggaman tangan itu dari payudaranya. Kekagetanku masih berlanjut saat pria itu sudah dalam posisi berdiri, dia kemudian memeluk dan mencium bibir istriku dengan cukup bernafsu. Ada mungkin sekitar 2 menit bibir mereka saling beradu. Sementara tangan istriku juga menyambut pelukan pria itu.
Ada gejolak dalam batinku. Apakah harus menangkap basah mereka, atau terus memantau dengan resiko akan ada hal-hal lain lagi yang mengejutkanku. Sebenarnya tidak ada rasa emosi marah di dalam diriku, justru malah lebih ke arah takjub karena istriku ternyata seperti itu, dan juga cemburu melihat betapa hangatnya istriku menerima perlakuan itu.
Nampak kedua insan itu selesai berciuman kemudian ngobrol dengan hangat di tepian kolam renang. Namun yang aku sadari adalah bahwa tangan mereka tidak ada yang diluar permukaan air. Dan jika dilihat lebih seksama, tampak ada gerakan teratur dari tangan mereka berdua. Aku berpikir bahwa tangan mereka sedang sibuk memberikan belaian ke area intim lawan mainnya. Ya, ga salah lagi, istriku sedang mengocok kontol pria itu, dan pria itu juga membelai vagina istriku.
Hal yang mendukung mereka berani berbuat di tempat publik seperti itu adalah karena ini hari selasa, resort sedang sepi dan hari sudah mulai gelap. Dari tadi aku juga tidak melihat ada orang lain di sekitar kolam renang.
Sekira 10 menit, aku bisa melihat si pria mengejang dengan hebat. Aku yakin pria itu mencapai puncaknya. Dipeluknya istriku dengan kuat sambil terus menciumi lehernya. Selesai menuntaskan klimaksnya, pria itu dan istriku kemudian berenang bersama menuju bagian kolam renang yang dekat dengan kamar mereka.
Lagi-lagi aku dikagetkan dengan kelakuan istriku. Ketika dia keluar dari kolam renang, dia segera berlari menuju ke kamar. Karena ternyata dia sudah tidak lagi mengenakan bikini bawahnya. Sehingga terlihat vagina yang terlindungi bulu jembut itu. Si pria dengan santainya tertawa sambil mengibaskan bikini bawah istriku, dan berjalan menyusulnya ke kamar.
Detak jantungku berasa sedikit meningkat, tapi sekali lagi, bukan karena amarah. Tapi ada rasa cemburu dan nafsu yang begitu kuat. Ditandai dengan sudah keras maksimalnya juniorku di bawah sana. Sebagai seorang suami, melihat istrinya dinikmati dan dilecehkan seperti itu, bukannya menghentikan, aku malah penasaran apa saja nanti yang akan aku lihat lagi.
Walaupun sudah mengeras, tapi aku tak berencana menuntaskan birahiku. Aku masih penasaran kegilaan apalagi yang akan aku saksikan. Ingin rasanya menahan birahi yang berkobar ini di waktu yang pas, sehingga kenikmatannya akan semakin maksimal.
Melihat istriku dan pria itu masuk ke kamar, aku pun kemudian berbalik dan menuju ke kamar mandi. Rasanya aku perlu membersihkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menguntit mereka.
Tepat jam 17.30 WIB aku sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Kupakai kaos santai berwarna hitam dan celana pantai yang longgar warna putih. Hari sudah mulai gelap dan kulihat di kamar mereka belum ada aktivitas terlihat dari luar.
Karena rasa lapar di perut, kutelepon room service untuk memesan makanan. Hanya butuh waktu tunggu sekitar 20 menit, sudah ada room service yang datang membawakan makanan. Tapi kulihat makanan yang dibawanya banyak sekali. Setelah menurunkan pesananku, kuintip kemana dia membawa makanan lain itu. Tampak dia berjalan menuju salah satu gazebo yang ada di sudut area kolam renang. Selesai menurunkan makanan, dia menuju kamar tempat istriku menginap, tampaknya makanan-makanan tadi adalah pesanan dari kamar istriku. Mungkin dia memberitahu bahwa makanan sudah siap di gazebo.
Karena penasaran, kugeser meja agar aku bisa makan di depan jendela sambil mengawasi kegiatan istriku. Tak lupa kupadamkan lampu kamar agar tidak terlihat dari luar. Hanya menyisakan lampu kamar mandi yang tidak terlalu membuat kamar menjadi terang.
Sambil menikmati makanan pesananku, kulihat ada 3 pria yang mana 2 aku bisa kenali, dan satunya adalah pria yang tadi bersama istriku. Ya, itu om Robert dan om Ivan, sementara satunya aku belum tahu namanya.
Mereka hanya mengenakan celana boxer ketat yang lebih seperti celana renang menurutku. Karena kondisi resort yang cenderung sepi, santai saja mereka berkeliaran di luar dengan pakaian seperti itu. Toh karena juga mereka di area kolam renang yang memang pada umumnya pria bakal bertelanjang dada disana. Tak berapa lama muncul istriku dengan sebuah gaun pantai panjang sampai semata kaki, namun dengan belahan dada rendah dan model backless. Sehingga menampakkan bagian punggungnya secara full.
Kulihat tawa renyah 3 pria itu menyambut kedatangan istriku. Istriku duduk di sudut gazebo dengan dikelilingi para pria itu. Kini mereka telah duduk saling berhadapan dan bersiap menikmati santap malam mereka.
Sepanjang mereka menikmati makan malam mereka, mereka tampak banyak ngobrol dan sesekali diselingi tawa kencang dari mereka. Aku bisa dengan samar melihat payudara istriku bergoyang ke kanan dan kiri saat dia tertawa. Seakan payudara itu ingin meloncat keluar baik dari belahan luar atau dalam gaun itu.
Kehangatan yang aku lihat diantara mereka mengundang pertanyaan dalam benakku. Kalo dengan om Robert mungkin istriku memang sudah cukup dekat, tapi bagaimana dengan 2 pria lainnya ? Walaupun aku tahu, istriku memang termasuk pribadi yang menyenangkan. Dia tahu bagaimana beradaptasi dengan orang-orang baru di sekitarnya.
Selesai makan, kulihat pria yang tak kutahu namanya itu berjalan kembali ke kamar. Di gazebo tinggal istriku bersama om Robert dan om Ivan. Posisi kedua pria itu sekarang tampak lebih mepet ke arah istriku, mengapit tubuh istriku yang saat ini tampak sangat seksi, bahkan menurut aku suaminya yang terbiasa melihat tubuh telanjangnya.
Tangan 2 pria itu kini sedang mendarat di kedua payudara istriku. Sangat mudah bagi mereka untuk meraih payudara istriku karena selain belahan yang rendah, mereka juga bisa menyusupkan tangan mereka masuk dari sisi luar gaun, atau tepatnya di bagian bawah ketiak. Dengan gemas kedua pria itu meremasi payudara istriku tanpa ampun. Kulihat istriku sangat menikmati perlakuan mereka. Diubahnya kini posisinya sedikit bersandar di dinding gazebo yang hanya setinggi 75cm menurut perkiraanku. Tangannya meraih tepian, hingga ketiaknya bisa terekspos penuh. Kaki istriku kemudian sedikit ditekuk, dan kemudian dilebarkan pahanya. Sampai posisinya mengangkang. Oleh om Robert disibakkannya gaun istriku sampai area intimnya terbuka.
Aku yakin dengan baju seperti itu, istriku tidak lagi memakai apapun dibaliknya. Bagian atas dari awal tidak tampak BH sama sekali, dan aku yakin begitu juga dengan bagian bawahnya. Walaupun tidak bisa secara jelas aku melihatnya, tapi karena tak terlihat aktivitas melepas celana dalam, jadi aku bisa memastikan kini tangan om Robert sudah mendarat di area berjembut istriku.
Kepala istriku sampai terdongak keatas ketika tangan itu mulai bergerilya di area yang seharusnya hanya boleh dijamah olehku. Tak mau kalah, tangan om Ivan kini juga mendarat di lubang pantat istriku, sambil kini berciuman panas dengan istriku. Nampak tidak hanya saling pagut, namun juga lidah mereka saling bertaut.
Diserang dari 2 arah tentu saja membuat istriku kini menggeliat bak cacing kepanasan. Mulutnya ternganga, meski aku tak bisa mendengar dirinya yang mungkin mengerang hebat. Dari tempatku berdiri sekarang, aku bisa melihat kini payudara istriku sudah keluar dari penutupnya, sementara bagian bawah gaunnya sudah terangkat sampai ke pinggang.
Semakin panas sepertinya pergulatan mereka, posisi istriku sekarang dipindah menjadi berhadapan dengan om Ivan, sementara pantatnya menghadap ke arah om Robert. Dengan posisi menungging, istriku mulai memelorotkan celana om Ivan dan langsung saja melahap kontol om Ivan. Tangan om Ivan pun aktif meremas kedua payudara istriku. Sementara om Robert dengan penuh nafsu menjilati lubang pantat dan vagina istriku dari belakang.
Ada gairah yang mengalir begitu hebat di dalam diriku, melihat betapa liarnya istriku di belakangku. Bagaimana dia dengan santainya melumat bibir dan kontol orang lain. Tidak ada rasa marah sama sekali, namun cemburu yang bercampur dengan nafsu membuat batang kontolku jadi mengeras. Aku hanya bisa mengelus lembut batang kontolku sendiri dengan sajian live istriku digarap pria lain.
Istriku terlihat seperti anjing betina yang haus akan kepuasan. Dia bolak balik ke depan dan belakang agar bisa bergiliran mengemut batang kontol kedua pejantan itu. 10 menit kemudian, terlihat kepala istriku terdongak keatas, dan badannya mengejang hebat. Ya, dia orgasme hanya dengan jilatan-jilatan di vagina dan lubang pantatnya. Butuh waktu sekitar 3 menit sampai dia tenang kembali. Kulihat dia langsung tersungkur lemas setelah meraih orgasmenya. Telentang pasrah dengan payudara dan vagina yang sudah tidak ada penghalang sama sekali.
Om Robert pun bangkit dari duduknya, sambil berdiri dilucutinya gaun pantai istriku sampai istriku bugil total. Istriku yang masih lemas karena orgasmenya hanya bisa diam mengikuti permintaan om Robert.
Beberapa saat kemudian, pria yang tak kukenal itu muncul keluar dari kamar sambil menenteng sebuah kamera dan tripod. Sesampainya di gazebo kulihat dia membangunkan istriku dengan ciuman dan remasan di payudaranya. Istriku dengan manja bangkit dan bergelayut mesra ke pria itu.
Digandengnya istriku yang telanjang itu ke depan kolam renang, sementara itu kemudian dia menata tripod dan kameranya. Setelah siap, dia seakan memberikan kode ke istriku, dimana langsung disambut baik oleh istriku.
Istriku mulai bergaya bak model profesional dengan pose yang beragam. Tak ada rasa canggung dan malu saat dia bergaya di depan kamera. Meski sesekali dia terlihat menjerit karena pria itu mengarahkan gaya dengan sekedar menowel puting istriku, atau menepuk pantatnya. Bahkan juga tak terlihat rasa khawatir apabila kegiatannya ini dilihat oleh orang lain yang mungkin lewat area itu.
Om Robert dan om Ivan tampak menghampiri istriku dan sekarang ikut berpose bersamanya. Dengan kehadiran pria-pria itu, sekarang posenya menjadi semakin panas, seperti mencium bibir istriku, payudaranya hingga vaginanya. Bahkan istriku juga tak canggung ketika difoto dengan terlebih dulu memelorotkan celana om Ivan dan langsung melahap kontolnya.
Sekira 45 menit mereka berfoto ria disana, nampak istriku meminta untuk menyudahi kegiatan itu. Pria yang tak kukenal tadi segera memberesi peralatan kameranya, dan kemudian berjalan menuju kamar. Sementara istriku digendong oleh om Ivan dan om Robert mengikuti di belakang. Saat digendong, aku bisa melihat istriku memainkan payudaranya seakan memberikan tontonan pada om Ivan. Om Ivan hanya tersenyum simpul melihat tingkah istriku.
Waktu yang sudah makin malam, membuat suasana resort sunyi. Aku berinisiatif untuk mencoba mendekat ke kamar mereka. Setelah membereskan piring dan gelas, aku mengambil buff dan topiku. Kemudian berjalan dengan mengendap ke arah kamar mereka. Bentuk kamar yang seperti rumah panggung membuat aku bisa merasa aman untuk menguping apa saja yang terjadi di dalam kamar.
Betul, aku bisa mendengar percakapan mereka yang ada di dalam, hanya saja aku tidak bisa dengan jelas melihat apa yang terjadi. Dengan seksama aku bisa mendengar istriku sekarang sedang tertawa-tawa karena geli. Aku berpikir mungkin kini dia sedang dirangsang pria-pria itu.
"Aaaaaahhhh… geli banget kumisnya om, kena puting aku nih… "
Kudengar desahan istriku dibarengi tawa para pria itu.
"Udah yuk, langsung aja. Udah ga tahan pengen pejuhin kamu." Kudengar ajakan om Ivan yang sepertinya sudah ingin masuk ke hidangan utama. Hidangan tubuh istriku pastinya.
Sayangnya aku tidak bisa mengintip apa yang terjadi di dalam. Kini yang bisa kudengar hanyalah desahan, erangan dan teriakan nikmat istriku yang sedang memacu birahi bersama 3 pria berumur itu. Entah mungkin sekitar 1 jam lamanya aku berdiri di dekat kamar mereka sambil mendengarkan kegiatan di dalam. Karena kondisi yang menurutku kurang menguntungkan, akupun memutuskan kembali ke kamar. Mungkin kalau nanti terlihat aktivitas mereka di luar, aku bisa melihat apa yang dilakukan istriku bersama mereka. Atau mungkin juga lanjut besok.
Sesampainya di kamar, segera kubuka handphoneku dan membuka foto istriku yang pernah aku ambil. Foto-foto telanjang istriku tetapi masih mengenakan jilbab di kepalanya. Sambil kukocok sendiri batang kontolku untuk menuntaskan birahi yang bergejolak di tubuhku. Birahi seorang suami, yang antusias menyaksikan istrinya dipake pria-pria berumur. Aku hanya bisa bertahan 5 menit saja sampai akhirnya maniku menyembur keluar. Puas sekali rasanya menuntaskan libido malam ini. Sampai-sampai aku tak sadar langsung tidur dengan tubuh telanjang, dan mani yang berceceran di kaki dan ranjang.