Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[No Repost] Dia membuatku jatuh cinta melalui sex ~ original story~

maniakoon

Suka Semprot
Daftar
13 Apr 2011
Post
4
Like diterima
8
Bimabet
Hai, sebelum bercerita ada baiknya jika aku memperkenalkan diriku lebih dulu, mungkin akan lebih sopan dan baik kepada kawan-kawan sekalian yang akan membaca tulisan pertamaku ini. Jika terlalu banyak kesalahan pada post ini mohon dibimbing ya... Komen jika berkenan.
Terimakasih~



Namaku Rehan dan saat ini aku sedang dalam masa studi di salah satu universitas negeri di kota ini. Aku pindah dan tinggal seorang diri disebuah kontrakan yang tidak jauh dari kampus.

Walaupun aku bilang tinggal seorang diri, aku sebenarnya tidak pernah sendirian. Ada Nisa yang selalu menemani ku, sejak SMA sampai saat ini kami selalu bermain bersama. Nisa tinggal di sebuah kost yang tidak jauh letaknya dari kontrakan ku, dia juga berada di kampus yang sama denganku, hanya saja kami berbeda jurusan. Namun walau pun berbeda fakulitas, Nisa lebih sering mengikutiku dan nongkrong bareng denganku.

Banyak orang yang salah mengira kalau Nisa ini adalah pacar ku, karena hampir setiap hari Nisa selalu berada disampingku, walau terkadang membuatku sulit mencari waktu sendirian, tapi hal ini tidak sama sekali menggangguku. Mungkin karena aku sudah terbiasa di dekatnya sejak SMA.

Aku tahu kalau Nisa menyukai diriku, sudah berkali-kali dia menyatakan perasaannya. Maksud menyatakan disini hanya memberitahu bukan mengajakku untuk berpacaran. Sebab dia tahu bahwa aku adalah seorang yang tidak percaya dengan suatu hubungan. Aku tidak mau berpacaran dan tidak akan berpacaran. Menurut beberapa orang aku ini aneh, tapi mereka tidak tahu mengapa aku bisa menjadi seperti ini, jadi aku hanya tertawa setiap kali salah satu dari kawan ku meledekku aneh karena tidak percaya akan sebuah hubungan.

Aku mungkin memiliki sebuah trauma yang membuatku tidak pernah percaya akan sebuah hubungan/pacaran/pernikahan/dll. Melihat kegagalan hubungan rumah tangga orang tua ku, membuat ku muak akan yang namanya hubungan atau apalah itu. Bagiku, cinta itu akan membusuk jadi tidak perlu memelihara cinta. Sebab cinta akan pergi pada waktunya.

Nisa yang sudah tahu kalau aku tidak percaya sebuah hubungan masih tetap mendekatiku terus menerus, aku tidak tahu apa yang membuatnya menyukai sampai seperti ini, aku pun tidak mau menanyakannya, sebab hal itu adalah pandangan pribadi dirinya yang hampir sama dengan pandangan pribadi diriku yang tidak percaya cinta. Jadi aku selalu menghormati pilihannya untuk terus berada disampingku. Aku juga tidak pernah melarangnya jika dia sudah muak denganku, haha.

***

Aku terbangun dari tidur karena mencium sesuatu yang membuat perutku berteriak-riak dan meronta, menghancurkan mimpi yang sedang ku nikmati. Aku buka mataku perlahan, terdengar suara-suara khas dari arah dapur kontrakan ku. Hal ini tidak membuatku kaget karena aku tahu siapa yang ada di dapur ku saat ini.

"Kamu masak apa, Nis?" Ucapku dengan posisi duduk di atas kasur, dan sedikit berteriak agar Nisa yang berada di dapur mendengar suaraku dari dalam kamar.

Sudah jadi kebiasaan Nisa yang selalu datang memasak makanan setiap pagi, saat kami berdua libur kuliah. Aku juga bisa yakin kalau orang yang memasak itu Nisa, karena dia satu-satunya orang yang kuberi kunci ke dalam kontrakan ini.

"Loh, kok bangun? Aku lagi masak nasi goreng nih! Mau?" Balasnya yang juga sedikit berteriak dari dapur.

Tanpa basa-basi aku langsung membalas dengan semangat. "Mau!"

-

Setelah membasuh muka dan sikat gigi aku duduk di ruang tamu menoton acara televisi pagi hari, bersebelahan dengan Nisa yang juga sibuk dengan sepiring nasi goreng di tangannya. Kulitnya tangannya yang putih bergesekan dengan kulitku yang coklat. Wangi samponya tercium jelas di hidungku, membuatku segar karena aromanya, dan tak lupa kepalanya yang menempel manja di bahuku. Ya, Nisa memang suka sekali dengan posisi ini jika kami sedang nonton tv berdua.

"Kamu bukannya ada kelas ya hari ini?", Tanyaku heran, sambil mengunyah nasi goreng dalam mulutku.

Nisa keluar dari sandarannya di pundaku. Lalu dia menatapku dengan tatapan memohon. "Aku bolos, hehe." Ucapnya sambil tertawa memperlihatkan lesung pipinya yang terletak di pipi kiri.

"Kebiasaan!", Balasku.

"Aku capek dari kemarin di kampus terus sampe malem!", Keluhnya sambil meruncikan bibir tipisnya yang merah muda.

Tentu saja aku tahu kalau akhir-akhir ini jadwal Nisa memang padat sekali, organisasi yang dia ikuti sedang menjalankan sebuah event besar, yang membuatnya harus berada di kampus sampai malam hari, membantu senior-senior mengurus persiapan event besar itu.

"Ya, ya. Tapi jangan sering-sering bolos!" Ucapaku sedikit tegas. Aku memang terbiasa disiplin apalagi soal absen. Bagiku absen itu penting, terlebih bagi kami mahasiswa yang masih baru.

"Siap om-om bawel!" Balasnya setiap kali ku omeli. Bagaimana pun, aku sudah mendapatkan amanat dari orang tua Nisa, untuk mengawasi anak semata wayangnya ini.

Kami ngobrol sebentar tentang event yang akan diadakan oleh organisasi Nisa. Dia sebenarnya malas ikut organisasi itu, hanya saja dia diwajibkan untuk mengikuti organisasi jurusan sampai minimal 1 tahun kami berkuliah. Mereka bilang sih untuk mengakrabkan senior dan junior yang ada di jurusan yang sama, tapi bagiku itu hanya akal-akalan para senior yang ingin tampil keren dan mencari pacar seorang junior di kampus.

Nisa memang cantik, rambut panjang, kulit putih, bibir merah, mata yang tidak terlalu besar, badan yang pas, dan lumayan tinggi bagi seorang cewek walau tidak lebih tinggi dari ku. Kalau ku gambarkan mungkin Nisa cocok menjadi seorang girl band dari korea.

Tapi sebenarnya ini juga yang kadang membuat ku susah. Banyak senior yang mencoba mendekatinya namun mereka semua di tolak olehnya sebelum berhasil pedekate. Sikap cuek dan jutek Nisa ke orang lain selalu membuat para senior-senior sialan itu salah paham kalau aku menjadi dalang kenapa mereka semua ditolak. Setiap kali ada yang ditolak oleh Nisa, secara otomatis mereka akan membenciku dan memusuhiku. Dan kadang membuat ku sulit bergerak bebas di kampus karena hal-hal sepele itu.

"Mau nonton gak nanti siang?", Aku sengaja mengajaknya nonton untuk menghiburnya dari rasa penat.

Nisa lagi-lagi meruncingkan bibirnya. Setiap kali melakukan hal ini dia pasti tidak menginginkan sesuatu. "Engga ada yang bagus!"

"Terus mau gimana?" Tanyaku bingung.

"Berenang aja yuk!" Ajaknya sangat terlihat atusias.

Aku berpikir sejenak, memang sudah lama kamu tidak berenang, terakhir itu saat SMA. Lagi pula cuaca hari ini terlihat cerah jadi aku menyetujui kemauannya. Toh, aku memang ingin membantunya menghilangkan penat.


***

Pukul 11.30 kami bersiap untuk berangkat ke kolam renang yang jaraknya hampir 10 KM dari kontrakan ku. Memang lumayan jauh, tapi hanya tempat itu yang cukup murah dan nyaman, tidak terlalu ramai orang dan airnya tidak terlalu banyak kaporit. Info dari kawan-kawan ku yang pernah berenang disana.

Dengan honda jazz berwarna putih milik Nisa, kami langsung tancap gas ke kolam itu. Sekitar 1 jam lebih waktu yang kami butuhkan untuk sampai ke kolam, macet dimana-dimana dan lampu merah yang sangat lama membuat perjalanan ini menyebalkan dan ini lah mengapa aku ogah menyetir mobil.

Ketika sampai tempatnya memang seperti informasi yang dibilang teman-teman kami. Disana sepi dan airnya tidak terlalu buruk untuk ukuran sebuah kolam renang umum. Aku memakai kaos putih dan celana pendek. Nisa memakai kaos hitam lengan panjang dan celana leging pendek sampai selutut.

Tetapi walaupun pakaian Nisa sudah cukup tertutup tetap saja, lekuk tubuhnya tercetak jelas karena air yang membasahi pakaiannya. Dalam hati aku hanya dapat menelan ludah melihat lekuk tubuh dan tonjolan pada dada Nisa yang cukup bulat terlihat. Aku hanya bisa menebak asal ukuran dada Nisa itu, tapi menurutku itu sekitar 34B. Tidak terlalu besar tapi pas dengan tubuhnya yang tinggi. Selama ini aku sama sekali tidak memperhatikan tubuh bagus Nisa. Aku mencoba untuk tidak terlihat seperti cowok mesum jika bersamanya.

Kami cukup lama bermain air, hingga kami sudah cukup lapar dan sudah hampir sore juga jadi kami memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum pulang kami memutuskan untuk makan dulu.

Aku kembali menyupir di tengah kemacetan jalanan. Sambil mendengarkan ocehan-ocehan penyiar radio, mataku tidak bisa diam melihat kesegala arah, mencari hal menarik untuk mengusir jenuh di tengah kemacetan.

Sampai ketika aku membuang padanganku ke arah kiri, lebih tepatnya melihat ke Nisa. Saat itu aku melihat sesuatu yang janggal pada Nisa yang sedang duduk sambil sibuk bermain handphonenya. Mataku langsung terfokus pada hal yang sungguh menganjal itu, dan sulit untukku mengalihkan padangan dari sesuatu itu.

Mata ku menangkap, dua buah tonjolkan kecil pada masing-masing dada Nisa yang bulat. Tonjolan kecil itu terceplak jelas pada kaos putih polos yang dikenakannya. Karena selfbelt yang terpasang semakin memperlihatkan jelas gunung kembar kepemilikan Nisa itu. Aku yakin 100% Nisa tidak menggunakan bra.

Aku kembali menelan ludah. Walau terus mencoba mengalihkan padangan dari tonjolan yang menarik minat hati itu, mataku terus kembali melirik kearahnya. Seolah otomatis terpaku dan terkuci ke arah itu. Ini pertama kalinya aku melihat tonjolan kecil milik Nisa. Bagaimana pun aku pria normal, tentu saja hal ini memicu kebangkitan adik kecil pada celana ku, walau hanya setengah sadar.

Aku masih memandanginya, tanpa sadar pikiranku sudah mengawang kemana-mana. Aku berpikir kalau aku bisa memasukan tangan ke dalan kaos Nisa dan meremas lembut salah satu dari gunung kembar itu, lalu menggigit benda kecil yang ada di tengah gunung lainnya. Sebelum bunyi klasok mobil dibelakang membuatku kembali berpikir menyadarkanku kalau lampu merah sudah menjadi hijau.

Akhirnya kami membeli 2 bungkus ayam geprek yang sedang tren untuk dibawa pulang. Aku memaksa Nisa untuk tetap di mobil, dan tidak membiarkannya keluar dari mobil. Lalu aku mengantri untuk membeli kedua bungkus ayam itu.

Selama perjalanan aku tidak berani lagi melihat ke arah Nisa, aku takut ketahuan kalau berpikiran mesum kepadanya jadi aku terus membuang padangan ke arah depan atau kanan setiap kali macet. Aku juga tidak berani menanyakan tentang dia yang tidak memakai bra. Aku hanya terus fokus menyetir.

Kami memakan makanan kami berdua di depan tv pada ruang tamu. Mata ku masih sulit ku kendalikan, setiap kali ada kesempatan mataku langsung terfokus ke tempat itu lagi dan lagi. Aku tidak berani menatap lama takut ketahuan oleh Nisa. Sebenarnya aku juga tidak tahu sudah ketahuan atau belum... Yang pasti aku hanya berhati-hati.

Selesai makan, Nisa ke kamarku untuk mengganti pakaian dan tidak langsung pulang. Aku masih sibuk menonton tv, sampai akhirnya Nisa datang dan duduk disebelahku dengan posisi kesukaannya yang bersadar manja di pundak dengan pakaian yang masih sama hanya celananya yang berganti pendek.

Merasakan pundakku bertambah berat dan mencium wangi harum sampo yang dipakai Nisa, aku tidak bereaksi sama sekali. Sebab hal ini sudah biasa dan sering kali terjadi ketika kami berdua menonton tv. Sampai akhirnya aku teringat kejadian di mobil tadi, yang membuat mataku secara hati-hati mulai melirik kembali secara perlahan kearah gundukan yang dimiliki Nisa.

Jantungku berdetak cepat sangat cepat sebab aku dapat merasakannya saat ini. Aku mengira kalau Nisa juga pasti merasakannya, sebab beberapa kali dia menoleh kearahku, dengan wajah bingung. Dia masih tidak sadar dengan apa yang kulakukan. Dengan posisiku saat ini, aku dapat dengan jelas melihat gunung kembar miliknya yang kadang terhempit tangannya sendiri ketika bergerak, membuat belahan yang sungguh menggoda iman itu makin menarik.

Adik kecilku perlahan mengumpulkan tenaganya, namun aku mencoba menahannya sekuat tenaga agar tidak bangkit! Merilekskan pikiranku menghindari kebangkitan adik kecil ku itu, namun setiap kali mataku tanpa sengaja melirik ke bawah kanan. Kekuatan adik kecilku seolah mendapatkan pasokan tenaga untuk bangkit dan meningkat terus menerus!

Aku jadi tidak fokus dengan acara televisi yang kutonton saat itu, Nisa juga tidak mau merubah posisi duduknya dan masih terus bersadar dibahuku. Aku hanya bisa bertarung lewat pikiran, menekan pasokan tenaga yang mengalir kepada adik kecilku itu. Sampai akhirnya beberapa jam berlalu, dan saat kusadari Nisa sudah tertidur lelap di pundakku.

Melihat Nisa tertidur membuatku kasihan dengannya, pasti dia sungguh kelelahan, dengan segala aktivitasnya kemarin dan hari ini, tentu saja menguras tenaganya. Aku secara hati-hati mengerakan tubuh untuk berdiri, takut kalau Nisa akan terbangun. Tetapi hal ini malah membuat ku tidak dapat berdiri, Nisa menggerangkan tangannya merangkul tanganku membuat tangan ku menempel pada tubuhnya.

Aku mengurungkan niatku untuk berdiri dan pasrah kembali duduk sambil menonton televisi, karena tidak mau membangunkan Nisa. Sampai akhirnya fokusku pindah kepada siku tangan kananku. Disana aku merasakan sesuatu yang lembut mengesek sikuku setiap kali Nisa bergerak. Sialnya, hasrat ku langsung naik. Adik kecil yang sejak tadi kutahan setengah mati meledak tiba-tiba mendapat kekuatan untuk bangun yang malah membuat celana pendek ku menyembul ditengahnya.

Aku berperang dengan pikiranku sendiri, tidak tahu harus melakukan apa dengan sensasi lembut pada siku kananku itu. Yang tentu saja memicu kendali pikiran mesum pada otak ku sebagai lekaki normal. Memberikan pasokan tenaga ke adik kecil sialan yang sulit diatur itu.

Aku mencoba menggerakkan tangan kananku, tetapi malah menimbulkan tingkat gesekan lembut yang lebih intens lagi. Aku panik sebelum aku hentikan menggerakan tangan kanan ku. Nisa masih tertidur pulas, aku sempat mendengarnya mendengkur sesekali, nafasnya mengenai otot tanganku, membuatku merinding, merasakan sensasi tersendiri. Aku mulai tidak dapat mengendalikan pikiran dan mataku. Aku mulai merasakan panas di sekujur tubuh dan detak jatungku makin cepat. Mataku tidak bisa pindah dari belahan dada yang terhimpit tanganku. Yang paling fatal lagi, adik kecilku hampir mendapat kekuatan penuh!

Pikiranku mulai kacau, aku sama sekali tidak bisa tenang. Tiba-tiba aku merasakan perasaan ingin sekali meremas payudara indah yang terlihat di mataku itu. Perasaan itu sulit untuk kukendalikan lagi, sampai akhirnya aku memberanikan diri, menggerakan tangan kiriku kearah gunung kembar milik Nisa.

Tangan kiri ku maju perlahan hingga berhenti tepat atas dada kanan Nisa. Telapak tangan ku merasakan sensasi lembut yang aneh, tetapi menarik minatku lebih jauh lagi. Perlahan aku mulai meremas-remas gunung lembut itu tidak sampai menekan, hanya meremas atasnya saja, bahkan sesekali aku sengaja menyenggol putingnya. Sensasi ini sungguh membuat ku ketagihan. Cukup lama aku melakukan hal ini dengan hati-hati, takut kalau Nisa akan terbangun.

Kuangkat tangan kanan Nisa dengan tangan kiri ku, lalu ku tarik perlahan tangan kananku. Dengan sigap aku pegang kepalanya lembut dan kuangkat tubuh Nisa. Memindahkan posisi tidur Nisa, dengan kepalanya sekarang bersandar pada ujung sofa dan tertidur terlentang. Aku berdiri melihat kembali ke arah cewek cantik yang selalu menemani ku. Tetapi fokusku jatuh kembali pada gudukan kembar yang menarik minat lekakiku.

Aku tidak tahu apa yang ada dipikiranku saat itu. Aku mendekatkan diri kearah Nisa, berjongkok di depan Sofa tempat Nisa tertidur, sebelum secara perlahan tanganku dengan lembut menarik ujung kaos putih yang dikenakan Nisa, hingga melewati bagian atas gunung indah nan lembut itu, tepat dibawah leher.

Tanpa penghalang kaos, terlihat keindahan gunung kembar putih, dengan lingkar berwarna pink kemerahan di sekitar puting merah muda yang berdiri seolah menggodaku untuk mendekat dan melahapnya. Melihat keindahan dihadapanku, adik kecilku mejulat bersemangat hingga membuatku merasa sakit pada bagian itu karena tertekan celana dalam.

Tanpa pikir panjang jari tanganku menekram lembut gunung itu, memposisikan benda pada bagian tengan gunung untuk berada diatara telunjuk dan jari tengah ku, lalu secara pelahan meremas-remas gunung putih itu. Sensasi lembut yang sungguh nikmat terasa di telapak tangan kananku. Tidak ingin menganggur tangan kiriku masuk ke dalam celanaku sendiri dan mengusap adik kecil ku yang terbangun. Menenangkannya dari mengamuk.

Aku tidak tahu sudah berapa lama seperti ini, tapi mulutku tidak bisa berhenti mengulum puting pada dada kiri Nisa, dengan tangan kananku terus membelai lembut dada kanannya. Mataku menatap bibir lembut Nisa dari bawah sambil terus mengemut pelan. Sampai jantungku hampir copot, saat secara tiba-tiba Nisa bergerak mengubah posisi tidurnya miring ke arahku. Membuatku menarik tangan kananku secepat mungkin dan wajahku menjauh dari gunung kembarnya.

Aku duduk di lantai dengan detak jatung yang masih kencang. Aku masih syok dengan pergerakan Nisa yang tiba-tiba. Mencoba menengangkan diri aku menarik nafas perlahan sampai detak jantungku kembali stabil. Tetapi pikiranku membawaku mengganti fokus kali ini. Aku sudah tidak lagi melirik ke arah gunung putih kembar itu, tetapi ke arah lain, celana biru yang dikenakan oleh Nisa.

Pikiranku sudah tidak lagi rasional, hasrat lekakiku mempengaruhinya dengan kuat. Aku sudah tidak lagi memikirkan konsekuensi jika ketahuan, yang kupikir saat itu hanyalah ingin tahu apa yang ada dibalik celana biru pendek itu.

Perlahan aku menggeser tempat ku duduk hingga tepat di depan celana biru Nisa. Tanpa berpikir lagi, aku setengah berdiri dan menarik perlahan-lahan celana itu, hingga selutut. Terlihat celana dalam biru muda pada bagian bawah perut putih dan tengah-tengah paha mulus milik Nisa. Aku meneguk air liurku, dan tanpa membuang waktu langsung menarik kembali celana dalam biru muda itu ke bawah. Kali ini pemandangan yang hanya bisa kulihat pada video porno terlihat nyata di depanku. Mahkota berharga milik Nisa terpampang jelas di depanku, tanpa ada sehelai bulu sama sekali!

Rasa penasaranku memuncak tinggi melihat kemaluan Nisa yang tanpa bulu, membuatku kembali menarik celana dan celana dalam Nisa keluar dari salah satu kakinya. Meninggalkan mereka begitu saja tersangkut di kaki kiri Nisa. Aku langsung mengangkat perlahan kaki kanan Nisa ke atas, membuat ku dapat melihat bagaimana bentuk sempurna vaginanya yang mulus. Saat ku angkat lebih tinggi lagi kaki kanan Nisa, terlihat warna merah muda pada vagina yang tadinya rapat. Melihat itu nafasku makin memburu tidak dapat kukendalikan. Perlahan kudekatkan kepalaku, tercium wangi-wangian saat aku mendekatkan kepalaku. Dengan jari pada tangan kiriku, aku membuka vagina merah muda milik Nisa, seperti di film-film porno yang kutonton.

Namun, ada yang berbeda. Aku tidak melihat lubang yang seperti vagina pada artis-artis porno di film. Yang kulihat di vagina Nisa hanya lubang yang amat kecil. "Jadi seperti ini vagina perawan?" Pikirku sendiri dalam hati.

Aku hanya memandanginya tidak berani menyentuh kemaluan milik Nisa. Aku terlalu takut akan membangunkan Nisa. Tapi rasa penasaran ku seolah menghasutku untuk segera menyentuh daging merah muda yang sungguh menarik hasrat itu. Dan saat aku mulai memperkuat niatku untuk menyentuh vagina Nisa. Lagi-lagi Nisa menggerakkan tubuhnya membangunkan ku dari rasa nafsu. Aku mundur selangkah, sebelum melihat wajah cantik Nisa.

Aku kembali mendekati Nisa, ku pindahkan posisi kedua tangan Nisa keatas membuat dada bulat Nisa semakin menantang, aku membuka celana ku dan celana dalamku. Mendekatkan posisi tubuhku ke atas tubuhnya, menempelkan adik kecilku ke atas vaginanya lalu, mulai menggesek-gesek adik kecilku kepada kenikmatan yang hakiki. Rasa gesekan pada adik kecilku sungguh lebih nikmat dari pada saat aku coba meremas-remas dada putih Nisa. Aku semakin kehilangan kendali dan rasa warasku.

Tanpa sadar aku menggesek makin kuat kepasa vagina Nisa, aku makin menikmati sensasinya, rasa yang baru pertama kali kurasakan pada adik kecilku, sungguh berbeda dengan saat aku memegangnya sendiri.

"Uummhh..."

Sebuah suara membangunkan ku dari rasa nikmat menggesek penisku ke vagina Nisa. Aku yakin sekali mendengar suara tadi, dengan deg-deg'an aku langsung menatap wajah Nisa. Aku menghentikan kegiatan yang kulakukan, jatungku berdetak kecang seperti ingin copot, saat melihat mata Nisa yang tertutup perlahan terbuka.

Nisa menatapku sayu sebelum perlahan mengalihkan pandangannya ke arah kanan, wajahnya memerah sampai ke kuping, dia tidak berani menjalin kontak mata denganku.

Aku yang ketahuan syok setengah mati! Jatungku berdetak sangat cepat seperti habis berlari. "Ka-kamu... Udah bangun dari tadi?" Tanyaku sambil tergugup.

Mendengar pertanyaanku, Nisa hanya mengangguk sekali tanpa melihat ke arahku. Melihat anggukan itu, seolah memberikan angin panas kepada pikiranku yang meningkatkan rasa nafsu yang tidak mungkin lagi kukendalikan. Tanpa basa basi lagi, aku langsung membuka baju dan menubruk Nisa yang terlentang di sofa. Menarik kaos putihnya ke keluar dari tubuh indahnya. Lalu, mencium penuh nafsu bibir tipisnya, memasukan lidah ku untuk beradu di dalam mulut dengan lidahnya. Sambil terus berciuman aku menarik tubuh Nisa untuk duduk di pangkuanku. Kubekap kuat tubuhnya, membuat payudaranya menempel erat di dadaku yang terasa lembut, adik kecil ku masih sesekali menggesek vagina Nisa, dengan tangan kiriku mulai meremas-remas pantatnya.

Nisa hanya pasrah dengan apa yang kulakukuan, tanganya mendekap kepalaku dengan sesekali mejambak rambutku. Beberapa menit kami terus diposisi seperti ini. Sampai aku kembali mengubah posisi kami, kutaruh Nisa terlentang di atas sofa, lalu kuciumi lehernya turun kebawa sampai ke dada kanannya, dan mengulumnya. Tangan kananku melingkar melewati punggunya dan meremas-remas kuat payudara kirinya. Jari pada tangan kiriku mulai bergerak diarea vital vagina Nisa dan menari bebas dengan klistoris dan mengesek labia pada vaginanya. Nisa mulai memegang penisku, memaju mundurkan dengan lembut.

"Umm, ummm, umm." Suara yang keluar dari mulut Nisa.

Mendengar suara itu, Aku makin bersemangat lagi dengan aktifitas sedang yang kulakukan. Jari tengah pada tangan kiriku mulai bergerak perlahan, dari klistoris, turun melewati urethal dan berhenti tepat di vaginanya, sebelum kutekan perlahan jariku hingga masuk ke dalam vaginanya.

"AHHhh!" Teriak Nisa, dengan tubuh menegang ke atas dan bergetar sedikit.

Kugerakan-gerakan jari tenganku keatas kebawah sambil menusuk-nusuk sedikit demi sedikt makin kedalam. Menyentuh posisi G spot pada vaginanya, yang sudah basah dengan cairan licin di dalam, membuatku makin mudah memaju mundurkan jari tengan ku.

Mengikuti gerakan jariku, ada sentakan pada tubuh bagian bawah Nisa, sepertinya dia sudah sangat sensitif. "Ah... Ahh..h. hmm." Erangnya kuat.

Aku langsung menarik jariku keluar dari vaginanya yang sudah basah. Nafas ku makin memburu, aku sedikit terengah-engah melihat Nisa yang menggeliat semakin membuat adik kecil ku meronta-ronta ingin mendapatkan bagian dirinya meyatu dengan vagina imut Nisa.

"Nis, gue masukin boleh?" Tanyaku sambil memegang adik kecilku yang seolah marah ingin cepat-cepat ambil bagian.

Pipi Nisa merah merona, sambil menggigit bibir bawahnya dia mengangguk setuju. Setelah mendapat ijin, aku langsung memposisikan diriku di atas Nisa, dengan posisi kepala adik kecilku sudah berhadapan manja dengan vagina merah muda Nisa. Saat ku tempelkan ujung kepalaku ke vaginanya, sensasi aneh tersebar keseluruh badanku, tubuh ku bergetar, begitupun tubuh Nisa, perasaan antara daging dengan daging yang bertemu, sungguh aneh tetapi terdapat rasa nikmat yang baru pertama kurasakan. Nisa juga sedikit mengerang, membuatku makin bernafsu.

Aku mendorong perlahan demi perlahan. Sungguh sulit untuk memasukannnya. Kadang terdapat rasa aneh yang enak, kadang juga ada rasa sakit yang nyaman, namun ditolong dengan cairan yang sudah menyebar di vagina Nisa memudahkan dan menghilangkan rasa sakit pada kepala adik kecilku.

Aku terus mendorong maju pinggulku. Kaki Nisa sudah terbuka lebar seolah mempersilahkan penisku untuk masuk kedalam vaginannya. Saat aku berhasil memasukan kepala penisku, Nisa kembali mengegeram lembut.

"Aah!"

"Tahan dikit, Nis." Ucapku mencoba menenangkan Nisa, aku tahu dia sedikit kesakitan terlihat dari wajahnya.

Perlahan-lahan penisku masuk sebagian, berkali-kali juga Nisa menahan sakit. Aku menghentikan proses mendorongku membiarkan Nisa agar merasa terbiasa dulu. Tanpa sadar keringat sudah memenuhi tubuhku dan Nisa yang membuatnya terlihat makin seksi. Nisa mengangguk sekali, dia tahu kalau aku memberinya ruang agar terbiasa, aku langsung melanjutkan penetrasiku kedalam vaginanya lagi. Semakin dalam goncangan tubuh Nisa makin kuat, bahkan terkadang dia menggeram sambil memiringkan kepala kekiri dan ke kekanan sambil terpenjam. Aku hanya menikmati setiap dorongan nikmat ini dan gerakan-gerakan spontan Nisa yang membuatku semakin bernafsu.

Akhirnya aku merasakan sensasi merobek sesuatu pada penisku, dan darah perlahan mengalir keluar. Penisku sudah tertanam dalam pada vagina cewek cantik di depanku ini. Aku kembali membiarkannya sampai terbiasa. Saat kulihat sedikit air mata pada matanya menetes, aku perlahan mendekatkan kepalaku, hingga bibir kami bersentuhan lagi. Aku menciumnya dengan lembut kali ini, lagi dan lagi.

Aku memaju mundurkan pinggul ku dengan tempo yang kadang lambat, kadang cepat. Nisa masih ada dibawahku sambil memejamkan matanya menikmati gerakan yang kubuat. Mulutnya terus saja mengeluarkan suara-suara yang membuatku makin nafsu, walau aku tahu dia sudah berusaha menahan suara itu. Yang justru membuat nafsuku makin menggila. Kadang dia berteriak kecil, kadang dia menggeram kuat.

"Ah! Ahh..hm.aahhmm."
"Hmmmmmhhmmm."
"Ohhh!"

Kali ini kubuat posisi Nisa duduk dipangkuan dengan menghadapku, penisku masih tertancap mantap di vaginanya. Kupeluk erat tubuh putihnya yang sudah mandi dengan keringat, dia pun sama memeluku erat walau terkadang mencakar punggungku, namun pinggulnya terus bergoyang maju, mundur, keatas, kebawah. Membuatku merasakan perasaan yang sangat nikmat pada penisku. Sensasi dari daging bertemu daging dan hisapan-hisapan pada vaginanya sungguh membuatku menggila.

Aku hampir tidak kuat dan memuntahkan spermaku saat goyangan Nisa makin intens. Kurasa dia akan mencapai klimaksnya. Aku biarkan sesaat tubuhnya menikmati sensasi nikmat itu, pinggunya menegang bergoyang kaget, dia menggigit bibir bawahnya, matanya merem melek menikmati kenikmatan ini. Goyang pada pinggul Nisa makin Intens, kali ini posisi kami Women on Top. Aku sengaja menggeser tubuhku turun ke sofa, Nisa bertumpu pada tangan yang mendorong dadaku ke bawah. Dia masih konsentrasi dengan pinggulnya yang makin menggila.

Nisa terus fokus untuk mencapai klimaksnya. Akupun berpikir untuk segera mencapai klimaks dan mengangkat sedikit paha Nisa keatas sebelum dengan kuat kumaju mundurkan pinggulku, membuat penisku menabrak kuat vagina Nisa langsung ke dalam. Baru beberapa kali kugerakan pinggul ku kuat, Nisa mencapai klimaksnya. Tubuhnya menegang dan getar-getar kaget terlihat seperti menggelinjang, dengan terus menatap langit-langit dan berteriak keenakan.

"Aaaahhhh aaaaaaa.....aaa!"

Aku menghentikan gerakan pinggulku, membiarkan Nisa menikmati klimaksnya sendiri. Setelah selesai tubuhnya lunglai dan jatuh ke tepat ke dadaku. Dadanya menekan kuat dadaku, dengan kondisi tubuh yang masih terengah-engah. Seperti orang yang habis berlari sprint.

"Nis, I love you." Ucapku pelan.

"I love you too, Re." Balasnya yang langsung mengecup kening kemudian bibirku.

Karena aku tidak jadi mencapai klimaks, aku tidak membiar Nisa tertidur di atasku, ku angkat tubuhnya kuhadapkan dirinya ke arah sofa, setelah itu ku buat dia melebarkan kakinya, menungging memperlihatkan anus dan vaginanya kepadaku. Nisa bertumpu pada sofa, aku segera memegang pinggulnya dengan tangan kiri dan tangan kananku memasukan si adik kecil ke dalam vaginanya lagi dan langsung kugerakan pinggulnya maju mundur selaras dengan pinggul ku.

Kami terus berada pada posisi doggy style selama beberapa menit, aku tidak tahu lagi sudah berapa lama kami seperti ini, yang pasti cukup lama dan aku tidak peduli. Aku terus menggoyang pinggulku kuat, menusuk hingga ke dalam vaginanya. Sensasi empuk dan nikmat pun selalu kurasakan setiap kali aku mendorong kuat pinggulku. Nisa juga tidak lupa bertiak kecil menemani iringan irama suara dari bokong mulusnya yang bertemu dengan paha ku.

Sampai aku merasakan sensasi bahwa aku akan mencapai klimaksku, aku makin kuat menusuk vagina Nisa. Kaki kirinya sudah naik ke atas sofa memudahkan ku untuk menusuk makin dalam ke vaginannya. Nisa mulai merancau tak karuan, tapi masih kalah kuat dengan suara hantaman pahaku bertemu bokongnya. Aku remas kuat dadanya dan terus menusuk makin cepat penis ku ke dalam vaginanya, sampai aku tidak kuat lagi menahan cairan yang sudah berkumpul di dalam tubuh adik kecilku dan siap keluar sebentar lagi.

Sesaat sebelum keluar kutarik adik kecilku dari tempat kesukaannya dan ku kocok kuat sampai memuntahkan cairan putih ke bokong Nisa yang sudah tersungkur di atas sofa. Tubuh ku rubuh menabrak tubuh Nisa. Lalu aku memposisikan diri duduk di sebelahnya diatas sofa dan menariknya ke pelukanku. Nisa pun juga membalas pelukanku.

Nisa tersenyum manis kepadaku, senyumannya membuat ku sangat nyaman. Sebelum kuangkat satu kakinya lalu kubuka lebar-lebar kedua kakinya, berikutnya kuarahkan tangan kanannku kebagian organ vitalnya, dan kumasukan jari tengah ku ke dalam vaginanya. Ku maju mundurkan dengan kuat jari-jariku langsung. Nisa yang tidak tahu dan kaget dengan tindakan ku hanya berteriak dan merancau hebat mencoba membebaskan diri, namun aku terus menahannya untuk tetap pada posisi itu.

"Argghah! Re... Aaaahhhh.. kah-kamuu hhmmmm aaghhh ngaapaaiinn!" Tanyanya sambil mengerang.

Tapi aku mengabaikannya dan terus memaju mundurkan kan jari tengah ku di vaginanya makin kuat. Kuubah seperti gerakan mengocok cepat.

"Hhmm hhhmmmmmmm."
"Arrhghh ah ah ah."

Sampai tumbuh Nisa mengeliat hebat kesegala arah dan jatuh terlemas di atas sofa. Aku pun menghentikan tindakanku dan tersenyum nakal sambil memeluknya dan mencium pipi serta bibirnya Nisa. Tetapi Nisa hanya memajukan bibirnya cemberut tanpa membalas ciumanku.

Aku terkekeh melihat tingkah ngambeknya, sebelum memeluknya lagi menarik tubuhnya tidur diatas tubuhku. Kami pun tertidur dengan posisi itu hingga malam menjelang sebelum Nisa bangun, mandi dan pulang ke kostnya.

Sejak itu aku resmi berpacaran dengan Nisa. Kami juga sering melakukan sex, mencoba berbagai macam posisi dan gaya, seperti yang kutonton di film-film walau terkadang lebih sering fail, tidak seperti ekspetasi. Tapi aku tidak peduli. Yang penting saat ini aku yakin Nisa mencintaiku. Aku pun mulai yakin dengan rasa cinta ku kepadanya.
 
Terakhir diubah:
Mantap huuu. Berharap ada sequel lanjutan nyaa. Boleh lah mulustrasi nya si nisa yaa
 
Bagus ceritanya
Cara bertuturnya juga simpel
Ga terburu-buru...

Berlanjutkah cerita nya?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd