Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG NUDIST WORLD

PART 4
DOING THE JOB

Acara berbelanja pun usai. Tujuan selanjutnya adalah pulang ke rumah. Kami tiba di rumah sekitar satu jam dari lokasi terakhir berbelanja. Raut wajah ketiganya tampak begitu bahagia sampai-sampai langkah mereka begitu cepat hingga aku tertinggal di belakang mereka. Tak lama berselang, ketiga wanita itu berkumpul di kamar tidur Jenna. Aku memilih untuk berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan mereka mulai mencoba pakaian yang baru saja mereka beli. Aku melihat mereka masing-masing terkikik dengan penuh semangat saat mereka membuang tas mereka di tempat tidur lalu mulai menanggalkan pakaian yang mereka kenakan. Mereka seperti tenggelam dengan keasikan mereka sendiri hingga akhirnya aku memutuskan pergi ke kolam renang sekedar untuk merileksasi tubuhku yang terasa agak letih.

Aku berjalan menuruni tangga dan melewati ruang tengah dan dapur menuju kolam. Aku buka pakaian sampai tak bersisa lalu masuk ke dalam air kolam dan menunggu tubuhku menyesuaikan diri dengan suhu. Setelah aku merasa nyaman, aku pun mulai berenang beberapa putaran. Hanya sekitar lima menit aku menyelesaikan berenangku dan beristirahat selama beberapa menit sebelum keluar dari kolam.

Aku berjalan ke ujung bagian barat area kolam renang di mana lemari es berukuran besar berada di sana. Aku mengeluarkan bir dingin dari lemari es, lalu berjalan ke kolam rendam air panas. Aku masuk ke dalam kolam rendamku, bersandar di pinggirnya, memejamkan mata, dan santai sambil menikmati bir dingin. Kini badanku menjadi lebih segar tidak seperti sebelumnya. Aku tersenyum menikmati ketenangan yang saat ini kurasakan, memang benar sangat tenang, begitu damai dan menyenangkan. Tak terasa mataku menjadi gelap sejenak.

Aku pasti tertidur karena hal berikutnya yang aku tahu, Terri sedang menggoyangkan bahuku untuk membangunkanku. Dia bilang makan malam hampir siap. Aku melihat sekeliling lalu menoleh ke arah Terri. Hal pertama yang kulihat adalah vaginanya yang terbuka sedikit. Kemudian aku mengarahkan wajahku ke atas. Aku melihat dua bongkahan kecil di dadanya dan terlihat wajah tersenyum di antaranya. Aku pun berkata, "Wow ... Pemandangan yang luar biasa. Aku tidak akan pernah bosan melihat apa yang aku lihat sekarang. Kamu memiliki vagina yang indah dan payudara mungil yang sempurna."

Terri tersenyum sambil duduk di pinggiran kolam rendam. Aku pun bertanya pada Terri, "Kamu akan lebih cantik kalau kamu merawat diri dan pergi ke salon kecantikan. Kim punya salon yang memiliki reputasi yang baik. Pergilah ke sana karena aku ingin kamu tampil cantik dan mulus selama bekerja di sini. Aku yang akan membayar biaya salonmu.”

Terri memeluk kepalaku kemudian berkata, “ Daniel ... Terima kasih atas semua yang telah Tuan berikan padaku. Aku sangat percaya dan yakin kalau Tuan dan Kim telah memperlakukanku dengan sangat baik seperti aku ini telah menjadi bagian keluarga kalian padahal aku baru beberapa hari berada di sini. Jika Tuan menghendaki aku harus ke salon, aku akan melakukannya untuk Tuan.”

“Itu semata-mata untuk kepentinganmu sendiri.” Kataku sambil mengurai pelukannya lalu bergerak keluar dari kolam rendam. Sesaat aku melihat tangan dan kakiku yang keriput yang membuatku terlihat seperti orang tua. Sambil memperhatikan keriput di tangan dan kakiku, aku pun berkata pada Terri, "Sepertinya aku sudah terlalu lama berada di kolam air panas ini."

Terri tertawa dan mencandaiku, "Orang tua, Dan Tucker." Kemudian Terri bertanya, "Apakah Tuan tahu lagu Old Dan Tucker?”

"Aku tahu?" jawabku.

Terri mulai bernyanyi dan aku pun ikut bernyanyi. Aku memeluk Terri dan menariknya ke tubuhku saat kami berjalan menuju rumah. Kami berulang kali menyanyikan ‘Old Dan Tucker’.​

Old Dan Tucker's a fine old man,
Washed his face in a frying pan,
Combed his hair with a wagon wheel,
Died of toothache in his heel.
Get out the way for old Dan Tucker
He's too late to git his supper
Supper's over and dishes washed
Nothing left but a piece of squash.


Kim dan Jenna menatap kami saat kami melewati pintu dan mereka pun tersenyum. Jenna bertanya, "Apa pun yang kalian berdua hisap di luar sana, aku mau."

Terri dan aku tertawa. Aku pun berkata, "Menghisap narkoba tidak akan sebahagia ini. Kami benar-benar menikmati ini tanpa harus menggunakan barang haram itu.”

Kami duduk untuk makan malam dan semua orang terlibat dalam percakapan ringan. Terri pertama kali berkata, "Aku ingin berterima kasih kepada Tuan Daniel dan Kim karena sudah mengajak saya berbelanja hari ini. Anda membelikan saya beberapa pakaian dan pakaian dalam yang sangat bagus."

Jenna ikut berkata, "Dad ... Mum ... Terima kasih untuk semua pakaian bagus yang kalian belikan untukku hari ini. Aku sangat menghargainya. Dan aku bertemu dengan seorang teman baru hari ini yang aku yakin daddy akan senang melihatnya lagi. Lisa memiliki tubuh yang indah dan aku tidak sabar untuk mengetahuinya, ups, maksudku mengenalnya lebih dekat lagi."

Kim berkata sambil tersenyum, "Dasar ...!"

Jenna ikut tersenyum lalu berkata, "Ya, itu Mum dan sepertinya Mum juga ingin menyelipkan lidahmu ke celah kecilnya."

Terri duduk dan tersipu pada percakapan blak-blakan yang terjadi. Terri akhirnya menimpali, "Saya mungkin tertarik, tetapi saya lebih suka menghisap penis Tuan Daniel."

Jenna memandang Terri dan mengingatkannya, "Daddy akan bersikap sangat lembut kepadamu seperti saat dia bersamaku, waktu mengambil ‘ceri’ aku. Tapi, aku tidak ingin terdengar seperti aku memaksamu melakukannya."

Kim angkat bicara sambil berkata, "Saat dia siap, dia akan memutuskan sendiri siapa yang akan mendapatkan cerinya, tidak perlu terburu-buru."

Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang penting. Aku langsung pembicaraan mereka, "Kim ... Terri ... Aku lupa sesuatu. Kemarin aku berbicara dengan Ted Johnson, dia sersan polisi. Aku memintanya untuk datang ke sini dan mengatur ulang sistem keamanan di rumah ini. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku ingin kamera keamanan di pasang di setiap sudut rumah dengan sistem pemantauan perekam video yang dipasang di ruang kerja. Oh ya, aku ingin juga di pintu gerbang dipasang sistem otomatis dan kamera keamanan. Dia akan mampir untuk memasangnya pagi ini."

Kim bertanya, "Maksudmu gerbangnya bisa bekerja sendiri, apakah akan ada sensor untuk membukanya saat kita berhenti?"

Saya menjawab, "Tidak akan ada lagi tombol di sana dan hanya mereka yang memiliki kode yang dapat melewati gerbang itu. Ted mengatakan kepadaku bahwa kita dapat mengaturnya dengan kode yang berbeda sehingga kita akan bisa masuk atau keluar dengan memasukkan kode."

"Ide daddy baik sekali. Sekarang aku tidak perlu menunggu orang yang membukakan pintu gerbang yang sering menggangguku ketika aku sibuk." Kata Jenna.

"Itu juga mengingatkanku ... Kim kita perlu menunjukkan pada Terri di mana letak tombol alarm di setiap sudut ruangan dan cara menyetel ulang alarm jika tidak bekerja." Kataku sambil melihat pada Kim dan Terri.

Setelah makan malam, semua orang membersihkan meja dan alat-alat bekas makan. Begitu kami selesai, Aku dan Kim mengajak Terri berkeliling rumah untuk menunjukkan di mana semua tombol alarm berada. Aku menasehati Terri bahwa tombol harus digunakan dalam keadaan darurat atau kapan pun dia merasa terancam. Aku menunjukkan pada Terri bahwa ada speaker dua arah di sebelah setiap tombol yang bisa dia gunakan untuk berbicara dan memberitahukan petugas keamanan tentang keadaan daruratnya. Kim menyelaku dan bertanya, "Dengan gerbang keamanan di ujung jalan masuk, bagaimana polisi, ambulans, atau perusahaan pemadam kebakaran bisa masuk?"

Aku menjelaskan kepada Kim, Jenna dan Terri bahwa Ted akan memasang kode khusus untuk petugas keamanan sehingga mereka dapat memasukkan kode tersebut dan membuka gerbang untuk keadaan darurat.

Tiba-tiba Jenna berkata, "Bagaimana kalau kita berendam dulu di kolam air panas?"

Saran Jenna disambut oleh Kim dan Terri, mau tidak mau aku harus mengikuti keinginan mereka. Kami berjalan menuju kolam renang. Jenna berjalan di sampingku dengan tangan melingkar erat di pinggangku. Sementara tanganku merangkul bahu Jenna sambil meletakkan telapak tanganku di dadanya yang mungil. Tak lama, Jenna berkata, “Terri, berjalanlah di sisi sebelah sana daddy ... Tangannya terasa nyaman di dadaku.”

Aku berhenti sejenak dan Terri pindah ke posisi lalu menarik lenganku ke bahunya kemudian meletakkan tanganku di dada kirinya. Aku memijat kedua payudara gadis yang mengapitku sembari berjalan ke area kolam renang. Ketika kami sampai di pintu kaca, kami bertiga harus berbelok sedikit ke samping agar kami bisa masuk.

Beberapa menit berselang, Kim sudah berada di kolam air panas dengan segelas anggur. Aku bertanya pada Jenna dan Terri apakah mereka ingin anggur atau bir saat mereka masuk ke kolam air panas. Jenna memilih anggur, Terri pun memilih anggur. Aku menuangkan dua gelas anggur dan mengeluarkan sebotol bir dari lemari es. Aku berjalan ke kolam air panas dan meletakkan birku sebelum menyerahkan segelas anggur kepada masing-masing gadis. Begitu aku duduk di pinggir kolam air panas, aku mengambil bir dan mengarahkannya ke tengah lalu mengajak mereka untuk bersulang. "Semoga ini menjadi awal dari hubungan yang indah dan kekal!" Aku menempelkan botol bir ke gelas anggur mereka lalu duduk kembali untuk menikmati suasana.

Baru saja aku duduk di sisi kolam dan menenggelamkan kaki, Kim yang berada tepat disampingku menggerakan tangannya dan mengelus-elus penisku. Dengan senyum di wajahnya, Kim berkata, "Aku ingin menghisap penismu!"

Aku balas tersenyum pada Kim dan berkata, "Kamu tahu sayang, tapi aku kalah jumlah di sini. Aku mungkin harus memanggil bala bantuan untuk membantuku mengurus kebutuhan kalian semua."

Jenna segera angkat bicara, "Aku punya teman yang ada di sini sekitar sebulan yang lalu dan menurutku laki-laki itu seksi. Aku bisa meminta bantuannya jika daddy menginginkannya."

Sambil menatap Jenna, aku tersenyum dan berkata, "Tahan pikiran itu, aku mungkin akan menerima tawaran itu jika kamu yakin dia tidak akan posesif pada kita."

Terri memandangi kami semua sebelum akhirnya bertanya, "Kalian semua begitu santai ketika berbicara tentang seks dan kehidupan seksual kalian. Apa rahasianya? Bagaimana caramu melakukannya? Apa yang membuat kalian semua begitu dekat sehingga bisa saling berdiskusi topik apa saja tanpa membuat seseorang marah?"

Kim menjawab pertanyaan Terri, "Terri ... Ketika Daniel dan aku memutuskan untuk memiliki anak, kami berjanji satu sama lain bahwa kami akan selalu ada untuk anak-anak kami. Ternyata Jenna adalah satu-satunya anak kami karena beberapa komplikasi yang aku alami saat melahirkannya. Aku tidak bisa memiliki anak lagi. Memiliki hanya satu anak memang memudahkan, Daniel dan aku menepati janji kami satu sama lain dan kami telah memastikan setidaknya satu dari kami selalu ada buat dia. Saat kami tumbuh bersama Jenna, kami membentuk ikatan yang tidak dapat diputuskan oleh apa pun termasuk hukum masyarakat. Kami saling mencintai dan kami berbagi cinta itu secara setara. Itu sebabnya kamu akan mendengar kami berdiskusi apa saja termasuk seks secara terbuka."

Jenna kemudian berkata, "Ya Terri ... Aku sangat diberkati memiliki orangtua yang penuh kasih yang telah memperlakukan aku dengan sangat baik sampai aku dewasa. Kami telah melakukan semuanya bersama-sama dan kami telah berbagi segalanya sejak aku dapat mengingatnya. Aku memiliki orangtua terbaik di dunia."

Terri duduk kembali dan menyesap anggurnya dan terlihat merenungkan informasi yang didengarnya. Setelah beberapa saat dia berkata, "Aku sangat bersyukur dan tidak percaya berada di sini dengan keluarga yang begitu penuh kasih."

Kim membalasnya langsung, "Terri, apakah kamu ingat selama wawancara kita, aku mengatakan salah satu tantangan terbesarmu adalah menjaga putri kita, Jenna?"

Terri memandang Kim sambil berkata, "Ya, saya ingat."

Jenna tersenyum dan berkata, "Memang benar kami adalah keluarga yang penuh kasih, tetapi kadang-kadang aku kelewatan sampai Mum dan Daddy marah padaku, tetapi kami selalu menyelesaikannya dengan baik. Aku suka melakukan sesuatu secara tak sadar yang memalukan orangtua."

Kim berkata, "Terri, akan datang waktunya ketika kamu harus mengarahkan Jenna atau mengatakan tidak. Jadi, bersiaplah untuk menghadapinya. Tapi, aku harus mengakui kalau dia jauh lebih baik dibanding beberapa tahun yang lalu."

Terri mengangguk dan memandang Jenna sambil berkata, "Kurasa kita saling memahami dengan sempurna. Jadi saya yakin bisa mengantisipasi masalah ini bersama-sama." Dengan mengedipkan mata pada Jenna Terri melanjutkan ucapannya, "Saya pikir Jenna dan saya memiliki banyak kesamaan dan kami akan mengatasi setiap kekusutan sebelum menjadi masalah."

Kim berkata, "Itu adalah sikap positifmu yang meyakinkan kami untuk memberimu posisi penting di rumah ini."

Malam ini, sungguh menjadi malam yang sangat berkesan untukku. Seperti biasa kami berbicara santai ke sana ke mari dan tentu saja menyinggung kehidupan bebas tanpa batas yang kami lakukan. Aku menekankan pada Terri untuk saling menghormati antar anggota keluarga. Hal itu bisa dimulai dari bersikap sopan. Hal itu juga berarti belajar untuk tidak sepakat dan saling mendengarkan bahkan di saat merasa kesal. Selain itu, harus berusaha menunjukkan bahwa kita peduli.

Tak terasa, malam semakin larut. Waktu bergeser menuju jam 21.30. Acara berendam pun kami akhiri. Jenna dan aku berjalan ke rumah bergandengan tangan dan dia menungguku saat aku menutup semua pintu dan menguncinya sebelum mematikan lampu. Cahaya lampu yang keluar dari setiap kamar memberi kami cukup cahaya untuk bergerak melalui ruangan tanpa tersandung apapun.

Kami menaiki tangga perlahan dan ketika kami melewati kamar Terri, pintunya terbuka lebar dan kami mendengar suara cekikikan dari kamar mandinya. Jenna dan aku terus berjalan menuju kamarku. Kami langsung menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, sejenak kami saling peluk dan berciuman dengan penuh gairah. Setelah beberapa menit kami memutuskan untuk membersihkan diri.

Kami pun mandi sambil berpelukan, lalu kami saling menyabuni satu sama lain dengan mesranya. Jenna mengusap-usap penisku dengan lembut. Pada saat nyaris mencapai klimaks, aku mencungkil tangan Jenna sebab belum saatnya. Gantian aku yang menyabuni Jenna, terdahulu kedua tangannya kemudian kedua kakinya. Sampailah ke daerah yang vital, aku berdiri di belakang Jenna terus merangkulnya dan menyabuni payudaranya dengan kedua telapak tanganku. Terdengar ia mendesah panjang. Usapanku ke bawah melalui perutnya sampai ke vaginanya. Kembali aku mengusapnya dengan lembut. Busa sabun nyaris menutupi celah kecilnya, kali ini Jenna mengerang nikmat. Setelah puas aku menyiram kedua tubuh kami yang masih berangkulan.

Kami mengambil handuk kami dan mengeringkan badan. Jenna harus mengambil beberapa menit untuk mengeringkan badan dan menyisir rambutnya. Aku berdiri di belakangnya dengan penisku menempel erat di pipi pantat ketat putriku. Aku mengulurkan tangan ke depannya dan bermain lagi dengan payudara dan putingnya. Jenna melihatku dari cermin, sambil tersenyum dan berkata, "Aku mencintaimu, daddy."

Setiap kali Jenna mengatakan ‘aku mencintaimu’, aku mencondongkan tubuh ke depan dan memberikan ciuman kecil di leher dan belakang bahunya dan balas berbisik, "Aku mencintaimu juga, sayang. Aku bahkan mencintaimu lebih dari yang pernah kau tahu."

Aku pun mendorong pelan punggung Jenna agar ia merendahkan sedikit badannya. Pantatnya terangkat sedikit, kedua tangannya diletakkan di cermin. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, pelan-pelan aku menyelipkan kepala penisku di lubang hangatnya. Setelah merasa tepat disasaran, aku pun mulai melesakkan penisku ke dalam vaginannya, setahap demi setahap. Penisku berhasil membelah vaginanya, penisku menghujam-hujam dengan mantap pada vaginanya. Wajah yang begitu sensual yang bisa kulihat dari cermin menciptakan suatu ilusi birahi serasa di nirwana.

Aku terus menggerakan pinggulku dengan gerakan-gerakan ritmis dan berkesinambungan dalam waktu yang cukup lama. Semakin cepat aku bergerak semakin keras rintihannya hingga tiba-tiba aku merasa denyutan yang luar biasa meremas-remas penisku dan semburan hangat dalam vaginanya membungkus seluruh batangku dan kepala penisku. Dan pada sat yang sama aku tidak bisa mencegah suatu denyutan nikmat dalam penisku merambat cepat tidak tertahankan ke kepala penisku. Kucabut segera penisku dan spermaku pun menyembur membasahi pantat dan punggungnya.

“Oh, daddy ... Sungguh enak sekali ...” Jenna masih merintih sambil menegakkan tubuhnya.

“Aku mencintaimu, sayang.” Bisikku di telinganya.

“Aku juga ... Daddy ...” Jenna berbalik dan kami berciuman untuk sejenak.

Kami pun selesai merapihkan diri dan memutuskan untuk mencari minuman dingin. Kami berjalan keluar dari kamar dengan lengannya melingkari pinggangku dan lenganku di punggungnya. Pinggul kami saling menekan dan kami berjalan serempak dengan kaki bagian dalam terayun ke depan bersama. Ketika kami sampai di kamar Terri, pintunya masih terbuka. Baik Kim maupun Terri berada di tengah ranjang. Keduanya merintih, terengah-engah dalam permainan cinta mereka. Aku dan Jenna setuju untuk meninggalkan mereka dan terus menuruni tangga menuju dapur.

Aku menuangkan anggur untuk Jenna dan aku mengeluarkan bir dari lemari es, membuka dan menariknya lama sebelum aku bertanya pada Jenna, "Apakah kamu ingin pergi ke ruang tengah dan melihat apa yang ada di televisi?"

Jenna menarikku ke ruang tengah dan kami duduk berdampingan di sofa panjang. Aku mengambil remote dan menjelajahi saluran sampai kami menemukan film yang menarik bagi kami berdua. Jenna meringkuk di sampingku sambil menyesap anggurnya. Beberapa menit kemudian, Kim dan Terri bergabung di ruang tengah. Jenna dan aku melihat mereka berjalan ke sofa dan keduanya duduk dengan lengan saling melingkari bahu. Aku melihat kedua wanita itu duduk dengan kaki terbuka lebar saat mereka menyesap anggur mereka.

Putriku, Jenna menjadi ekstrovert sehingga dia mencondongkan tubuh ke depan dan menatap Terri sambil bertanya, "Ibuku sangat baik bukan? Berapa kali dia membuatmu cum?"

Terri tersipu lalu melihat ke arah Kim. Beberapa detik kemudian pandangannya kembali ke arah Jenna. Terri pun berkata dengan suara pelan, "Ibumu adalah yang terhebat! Saya lupa bagaimana caranya. Terlalu banyak orgasme yang saya alami malam ini. Bahkan saya tidak sabar untuk melakukannya lagi."

Jenna tersenyum dan berkata, "Kami berjalan melewati kamarmu ketika kamu dan ibu sedang bercinta dan sepertinya kalian berdua sangat menikmatinya."

Kim berkata dengan senyum lebar, "Terri adalah seorang yang alami. Aku sama lelahnya dengan dia. Aku juga kehilangan hitungan orgasmeku sendiri."

Kami tertawa bersama seakan-akan dunia ini hanya ada kami saja. Akhirnya kami selesai menonton film kemudian memutuskan untuk mengakhiri malam ini karena kami semua harus kembali bekerja di pagi hari. Sekali lagi, aku merasa senang mengikuti tiga wanita menaiki tangga dan mengagumi aset mereka. Ketika kami sampai di kamar Jenna dan Terri, kami berhenti sejenak dan berpelukan sambil mengucapkan selamat malam sebelum Kim dan aku menuju kamar kami.

Setelah Kim dan aku merangkak ke tempat tidur, kami berpelukan di samping satu sama lain dan aku bertanya apakah dia menikmati bercinta dengan Terri. Selama sepuluh menit berikutnya Kim memberi aku ringkasan yang sangat deskriptif tentang waktunya bersama Terri. Kim berkata kalau dia sangat menginginkan Terri bersama kami untuk waktu yang lama. Kim mengatakan kepadaku kalau dirinya seperti memiliki anak perempuan kedua yang merupakan sesuatu yang selalu dia dambakan.

Akhirnya aku berkata, "Besok adalah hari yang lain dan aku tidak sabar untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.”
******​

Aku terbangun karena suara alarm. Aku berguling dan menampar tombol untuk mematikannya. Aku berbaring diam selama beberapa menit sebelum aku berguling ke samping dan mulai mencium lembut bahu Kim. Kim bergerak sambil bergumam agak tak ramah, "Selamat pagi cinta, apakah sudah waktunya lagi." Aku pun terus mencium bahunya sampai dia mengusap matanya dan bertanya dengan pertanyaan retoris, "Apakah kita harus bangun?"

Aku menyendok punggung Kim dan berkata, "Sayang, kita bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Jika kamu ingin tinggal di tempat tidur denganku, kita bisa melakukannya."

Kim mencibir dan berkata, "Sayang, itu akan menyenangkan untuk satu atau dua jam, tapi akan sangat merugikan untuk sisa hari ini."

"Kamu benar, sebaiknya kita bangun dan melakukan sesuatu yang berharga di sepanjang hari ini. Selain itu, ada orang-orang yang menunggu arahan kita." Kataku sambil mengerang dan meregangkan tubuh.

Kami berdua turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Bukan hal yang aneh bagi kami berdua untuk berbagi kamar mandi di pagi hari. Kami pun memiliki kebiasaan pagi untuk saling membasuh punggung sebelum masing-masing dari kami mencuci bagian tubuh yang lain. Ketika acara mandi kami selesai, kami mengeringkan diri dan berjalan ke wastafel terpisah untuk melakukan perawatan pribadi kami.

Aku selesai berpakaian terlebih dahulu. Aku mencium Kim sebelum pergi ke dapur untuk membuat kopi. Ketika aku melewati kamar Terri, aku melihat pintunya terbuka, tempat tidurnya sudah rapih dan dia tidak terlihat di sana. Sampai aku sampai di puncak tangga, indra penciumanku disuguhi aroma harum kopi yang baru diseduh. Aku tersenyum sendiri dan dengan langkah ekstra aku berjalan menuruni tangga dan masuk ke dapur. Aku disambut riang oleh Terri dan ia menuangkan secangkir kopi untukku. Sementara aku mengambil tempat duduk di sebelah kursinya. Ketika aku sudah duduk, Terri berkata, "Saya telah membuat catatan kode buat pengantar koran, ketika gerbang keamanan di pasang."

Aku tersenyum padanya lalu mengingat Terri agar selalu mencatat segala aktivitas kerjanya. Catatan itu sangat diperlukan aku dan Kim untuk mengevaluasi pekerjaan seluruh pekerja yang bekerja di rumah ini. Sekali lagi aku melihat Terri berjalan di sekitar ruangan. Dia berhenti di dekat lemari es dan bertanya, "Apakah Tuan dan Kim sarapan pagi di hari kerja?"

"Kami biasanya sarapan dengan makanan yang cepat disajikan." Aku memberitahunya. "Namun jika kamu ingin membuatkan telur dadar dan roti panggang untukku, aku akan menjadi orang yang sangat bahagia. Sebenarnya, kamu bisa membuat dua di antaranya. Aku tahu Kim akan makan satu juga saat dia turun ke sini."

Dalam beberapa menit, Terri meletakkan piring di depanku dengan telur dadar yang tampak lezat dengan roti panggang. Saat Terri sedang mengisi ulang cangkir kopiku, Kim datang dan berdiri di belakangku lalu berkata, "Selamat pagi sayang ... Selamat pagi Terri ... Begitu aku mulai menuruni tangga, aku bisa mencium aroma kopi yang nikmat. Bolehkah aku minta secangkir?"

Aku berbalik dan mencium Kim, "Selamat pagi sayang." Kataku.

Terri meletakkan cangkir di depan Kim dan mengisinya dengan kopi lalu dia memindahkan krim dan gula untuknya. Kim melihat telur dadar di atas meja kemudian berkata, "Itu pasti enak sekali."

Terri duduk di sebelah Kim dan menyesap kopinya. Tak lama Terri bertanya, "Tuan ... Anda mengatakan bahwa Ted Johnson akan datang ke sini hari ini. Apakah saya perlu membuatnya menandatangani pernyataan kerahasiaan meskipun dia polisi? Anda bilang dia akan bekerja di sini, jadi apakah itu berarti dia harus telanjang juga?"

Aku melihat ke arah Kim dan bertanya, "Ted akan bekerja di sini melakukan pemasangan kabel sistem keamanan baru. Apa yang harus kita lakukan dengannya?"

"Aku pikir kita harus memperlakukan dia seperti orang lain yang akan bekerja di sini." Kim berkata setelah berpikir sejenak.

"Jika itu masalahnya, maka saya akan meminta Anda untuk menyalin perjanjian kerahasiaan di flash drive atau di komputer sehingga saya bisa membuatnya untuk ditandatangani ketika dia datang ke sini." Terri menjawab.

Kim tersenyum dan berkata, "Sebelum aku pergi pagi ini, aku akan membuat folder di komputer dengan namamu di dalamnya dan memasukkan file-file yang kamu perlukan untuk hari ini di dalamnya." Kemudian Kim menoleh ke arahku kemudian berkata, "Sayang sebelum kita pulang hari ini, kita akan mampir ke toko komputer dan membeli lap top dan printer untuk Terri. Dengan begitu dia dapat mengatur file-nya di komputernya sendiri."

Aku jawab dengan anggukan kepala. Aku memandang Terri sebelum bertanya, "Apakah kamu ingin aku menelepon Ted dan menjelaskan situasi kita di sini?"

"Tidak, Tuan ... Saya yakin saya bisa menjelaskan semuanya kepada Tuan Johnson. Saya akan menangani semuanya." Kata Terri sambil tersenyum.

Aku tersenyum pada Kim dan kami berdua menatap Terri. Akhirnya aku berkata, "Aku sangat suka tipe orang yang bertanggung jawab. Rasanya aku dan Kim mulai menyukai cara kerjamu."

Kim dan aku menyelesaikan sarapan kami dengan lebih banyak obrolan ringan di antara kami bertiga. Kim menyalakan laptopnya dan mentransfer file yang dibutuhkan Terri ke komputer rumah. Dia menunjukkan kepada Terri file mana yang diperlukan Terri. Aku melihat Terri sangat menguasai apa-apa yang menjadi tanggung jawabnya. Kim tidak harus bersusah payah menjelaskannya pada Terri.

Akhirnya tiba waktunya bagi kami untuk pergi. Aku menghabiskan kopiku dulu lalu mengambil tas kerjaku dan menyusul Kim yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju pintu garasi. Tiba-tiba Terri bertanya, "Apakah saya tidak akan mendapat ciuman selamat tinggal sebelum kalian pergi?"

Kami berdua berhenti dan berbalik untuk melihat ke arah Terri. Setelah hening beberapa saat aku berkata, "Ya, kamu mendapatkan ciuman selamat tinggal."

Terri bergegas menghampiriku dan menempelkan tubuh telanjangnya ke tubuhku sambil berkata, "Saya ingin memulai tradisi pagi di sini. Ibu dan ayah saya selalu mencium kami setiap kali mereka meninggalkan rumah dan itu selalu membuat saya merasa baik."

Aku memeluk Terri dan menciumnya sekilas. Terri menoleh ke arah Kim dan melangkah ke pelukannya yang terbuka dan mereka berbagi ciuman penuh gairah selama beberapa detik sebelum berpisah.

Aku memandang Terri dan berkata, "Ini adalah tradisi yang hebat dan aku akan menciummu setiap pagi sebelum aku pergi."

Aku dan Kim mengucapkan selamat tinggal kepada Terri lalu berjalan ke pintu garasi dan selanjutnya masuk ke dalam mobil. Begitu berada di dalam mobil, Kim mengambil tisu dan mengusap matanya sebelum berkata, "Aku tidak yakin bagaimana ini terjadi, tetapi hanya dalam beberapa hari aku seperti telah mendapatkan seorang putri baru yang sangat aku sayangi. Dan aku sebenarnya bukan seorang pendendam tapi aku ingin kau menggunakan semua kontakmu untuk menangkap pemilik toko sialan itu dan membuatnya membayar mahal untuk apa yang dia lakukan pada Terri."

Aku menatap Kim, dan berkata, "Aku juga tidak yakin apa yang terjadi pada keluarga kita selama beberapa hari terakhir ini, tetapi aku merasakan hal yang sama sepertimu. Aku juga ingin mempermalukannya melebihi mimpi buruknya yang paling liar dan kemudian aku ingin dia membayar kejahatannya melalui sistem pengadilan kita.”​

******​
Author Pov

Terri membersihkan dapur sebelum dia duduk di depan komputer dan menyiapkan pernyataan kerahasiaan untuk ditandatangani Ted Johnson. Setelah formulir selesai, dia mencetaknya. Kemudian dia pergi ke kamar tidur utama lalu membereskan tempat tidur dan membersihkan kamar mandi. Terri sedang dalam perjalanan menyusuri lorong dengan handuk basah dari kamar mandi utama ketika Jenna membuka pintu kamarnya. Terri berhenti dan berkata, "Selamat pagi Jenna. Aku punya kopi di dapur. Jika kamu mempunyai pakaian kotor dan handuk basah, aku akan membawanya sekalian."

Jenna tersenyum sambil berkata, "Selamat pagi untukmu. Aku akan membawa pakaian dan handuk ke bawah jika kamu mau membuatkan kopi untukku."

"Kopimu sudah menunggu, jangan terlalu lama karena akan dingin." Ucap Terri sambil terus berjalan menuju tangga.

Terri menyimpan pakaian dan handuk kotornya di ruang cuci kemudian setelah mencuci tangannya, dia menuangkan secangkir kopi untuk Jenna. Setelah melepaskan pakaiannya di ruang cuci Jenna pun pergi ke dapur di mana dia menemukan secangkir kopi yang sudah menunggunya. Terri bertanya, "Kamu mau sarapan apa sebelum berangkat kerja?"

Jenna memikirkannya beberapa detik dan kemudian bertanya, "Bisakah kamu membuat telur orak dan keju di atas roti gulung?"

Terri segera menyiapkan sarapan Jenna. Tanpa sepengetahuan Terri, Jenna memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Terri. Jenna mengingat betapa nikmatnya Terri saat mereka bercinta. Lamunan Jenna hancur saat Terri menyelipkan piring sarapannya di depannya. Mereka pun ngobrol bersama dan saling ketawa dan Terri kerap memuji Jenna sebagai anak yang mandiri.

Percakapan mereka terputus ketika bel pintu berbunyi. Kepala Terri tersentak dan melihat ke arah pintu sementara Jenna berkata dengan suara tenang, "Tidak apa-apa Terri, aku yang akan membuka pintu agar kamu tidak perlu berpakaian."

Saat Jenna mulai berdiri, Terri mengangkat tangannya dan berkata, "Tidak, aku yang akan membuka pintu. Aku harus terbiasa dengan orang lain melihatku telanjang, cepat atau lambat. Biar aku saja yang membukanya."

Jenna tersenyum dan berkata, "Aku sudah berkali-kali membukakan pintu dengan telanjang bulat dan aku suka saat orang itu melihat vaginaku dan kemudian naik ke payudaraku. Itu membuatku sangat basah.”

Bel pintu berbunyi lagi dan Terri bergegas menuju pintu. Dia berhenti sejenak dan menarik napas dalam-dalam tepat di depan pintu. Dia meraih kenop pintu dan tangannya tampak gemetar saat dia menggenggam kenop. Saat itu bel pintu berbunyi lagi, Terri melompat mundur sejenak untuk mengatur ulang pikirannya. Mengambil napas dalam-dalam lagi, Terri mengulurkan tangan dan dengan semua kekuatan batin yang bisa dia kerahkan dan mulai memutar kenop pintu. Dia telah membuat keputusan instan, dia tidak akan menyembunyikan tubuhnya di balik pintu. Dia akan membiarkan siapa pun yang membunyikan bel pintu untuk melihatnya dengan segala kemuliaan. Terri pun menarik pintu hingga terbuka lebar.​

###

Thanks for Reading ... Sorry for typo ...

Bersambung
 
Mantap suhu ceritanya!! Bahasanya baku banget ya..kalau boleh saran mungkin bisa dicek lagi ada beberapa kata yang karena terlalu baku jadi agak aneh penempatannya dalam satu kalimat utuh.
Secara keseluruhan, saya enjoy bacanya karena lain daripada yang lainnya. Lanjutkan!! :cendol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd