Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nuernberg - Dua Kosong Satu Tujuh. [TAMAT]

Bantu pilih ya...

  • With threesome

    Votes: 46 82,1%
  • Without threesome

    Votes: 10 17,9%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
PART 2

WTMNJpie_o.jpg


Aku menghubungi Gracia...

"Aku nyasar..."
"APA? ISH. BARU SEHARI DI JERMAN UDAH BIKIN ULAH!" Gracia berteriak.

"Ya abis kamu... Diajakin gamau, ya aku keluar aja. Tapi sekarang gatau ini dimana..." Balasku polos.
"Ck, yaudah sekarang kakak dimana biar aku jemput..." Gracia memelan.
"Nanti aku share location aja deh..." Jawabku mematikan telepon.

Menunggu beberapa saat Gracia datang menjemputku. Wajahnya judes, entah kenapa aku jadi takut melihatnya. Sepanjang jalanan pulang ke rumahnya dia diam tidak berkata apa-apa, apa dia marah? ya aku juga berusaha cuek...

"Kamu marah?" Tanyaku memastikan.
"Gatau." Gracia cuek.
"Ya... Maaf..." Aku memelan.

Dia diam sesaat...

"Lagi udah punya anak dari tiga cewek ke Jerman nyasar pake telepon!"

Aku menoleh menatapnya, "Gausah bawa-bawa anak ya. Mau nggak punya anak mau punya anak nyasar mah ya nyasar aja!"

"Ya kan bisa nanya-nanya! Katanya jago bahasa inggris!" Dia masih kesal.
"Ya... Aku kan panik, ingetnya kamu yaudah aku telepon..." Aku memelan.

Dia fokus menyetir, kami jadi sama-sama terdiam setelah itu...

mwFOTUU1_o.jpg

Sesampainya dirumah, suasana sepi...

"Loh mama kamu kemana?" Tanyaku.
"Ada urusan katanya..." Balas Gracia cuek.
"Gio?"
"Dibawa..."

"HAH?" Aku kaget.

"Apa sih?" Dia menoleh menatapku.

"Itu kamu gimana sih? Masa Gio dibawa mama? Aku kan cuman mau ketemu Gio!" Aku sedikit kesal.
"Oh, jadi kesini cuman gegara Gio?" Gracia menghentikan kegiatannya.

"Ma-maksudnya?" Aku berubah bingung.

"Iya... Kirain... Kesini... Gegara... Mamahnya juga..."

Gracia mendekatiku, aku mengerti maksudnya sekarang. Aku jadi tersenyum, dia semakin dekat dan memelukku. Ada seseorang memencet bel...

"Ada orang tuh..." Aku menyadarkannya.
"Yaampun, baru pelukan..." Dia merajuk.
"Ya bagus, daripada lagi penetrasi..." Aku sedikit tertawa.

"Dasar..."

Dia ngeluyur menuju pintu, aku memperhatikan dari jauh. Seorang gadis masuk, terlihat berbincang sebentar dengan Gracia. Memberikan sesuatu lalu Gracia sempat menoleh kearahku dan menggeleng kearah gadis itu, aku nggak ngerti maksudnya...

qyhf9qaR_o.jpg

Gadis itu keluar pergi...

"Siapa?" Tanyaku.
"Temen aku..." Dia polos.
"Namanya..." Balasku.

"Kepo..."

Dia bergegas menaruh seperti bungkusan di meja lalu kembali mendekatiku...

"Sampe mana tadi?" Dia menatapku sayu.
"Sampe...

Aku mencium tengkuknya tiba-tiba, dia melenguh...

Ciumanku makin gencar dan Gracia semakin melenguh, kubuka kaosnya. Dia nggak memakai bra...

"Kamu sengaja ya?" Bisikku.

Dia hanya tersenyum lalu mengecup bibirku lembut...

Apa ini?


"Aku kangen kakak... Ssshh... Lama sekali..." Bisiknya.
"Tadi... Sok-sokan nolak... Hmm?" Balasku.

"Ish... Kayak gatau cewek aja..."

"Aaahh..."

Desahan lembutnya terdengar sesaat aku menghisap payudara kanannya...

Setelah sekian lama aku kembali merasakan kenyalnya payudara Gracia...

"Nambah sekel ya?" Tanyaku.
"Bawel... Mmmhh..." Balasnya mengigit bibir bawahnya.

Terus mengerjai payudara sebelah kanannya, tangan kiriku naik memelintir puting sebelah kirinya. Dia mendesah makin kencang. Aku mulai menarik lepas hisapanku di puting kanannya, bunyi pop-pop-pop mulai terdengar, Gracia mulai gelisah...

1Ch5QD2C_o.jpg


Mengerti, kudorong dia perlahan kesofa sambil terus mengerjainya...

"Mmhh... Kaakk... Ssshh..."

Desahannya makin menjadi, sementara aku terus menghisap terkadang menjilat payudaranya kiri kanan bergantian. Tiba-tiba...

Tubuhnya bergetar...

"KaaKK... ERGH..."

Dia Squirting...

Aku berhenti, menatapnya yang tersengal...

"Baru mulai..." Aku nyengir.
"Aku kan sensitif, ish..." Jawabnya sayu.

Dengan sekali tarik kulepas celana dan celana dalamnya...

"Basah..." Aku menatap celana dalamnya lalu menciumnya.
"Ih, kayak maniak seks. Celana dalam aja dicium..." Dia masih sayu menatapku.

"Biarin." Balasku cuek.

Dia senyum-senyum, aku mendekatinya. Perlahan aku menyentuh pahanya, dia menatapku sayu, bibirnya bergetar, kutarik tanganku...

"Hhh... Mmhhh..."

Dia sedikit melenguh karena jariku menyentuh vaginanya yang berbulu tipis...

"Kaakk... Ssshh..."

Aku tersenyum perlahan, celanaku menyempit lagi melihat ekspresinya...

"Basah..." Bisikku.
"Iyalah... Kan... KAK?"

Dia melotot saat aku tiba-tiba menusukkan jariku kedalam vaginanya. Kukocok kasar...

"KaakK? Nngghh... NNGGHHH... HAAAHH..."

Dia semakin sayu tapi aku tidak perduli, malah makin aku percepat kocokanku. Dia berusaha menahan tanganku...

"Kuarin gee... Kuarin sayang..." Bisikku.

Dia menggeleng, wajahnya memerah...

"Kaak! Nggak! Nggak! NNGHHHAAAAHHH..."

Badannya bergetar lagi. Dua kali squirting, kali ini menyembur. Dia melemah, wajahnya merah tubuhnya basah keringat. Aku hanya tertawa.

"Hhh... Jahat... Hhh... Aku... Disiksa..." Dia mengatur nafasnya.
"Nggaklah... Ehh...

Aku kaget karena tiba-tiba Gracia melompat kearahku, kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan posisi aku terlentang dan dia duduk diatas perutku. Dia melotot menatapku.

"Gantian!"

Dia melepas celanaku mendapati penisku sudah membesar di balik celana dalamku. Dia nyengir, entah kenapa melihatnya nyengir aku jadi nafsu. Dia membuka celana dalamku dan mencuatlah penisku...

"Apa kabar kamu?" Dia menatap penisku.
"Baik..." Jawabku merubah suara.

Dia tertawa, "Apasih?"

"Lagian kamu... Hmm?

Belom selesai aku berbicara tiba-tiba Gracia sudah menjilat ujung penisku. Sensasinya berbeda, aku seperti tersetrum...

"Mmmhh... Gee..."

Dia menjilat tiap sisi. Aku tidak tahan merasakan lidahnya yang basah...

"HMM... OOHH..."

Dia perlahan memasukkan penisku kedalam mulutnya...

"Bisa... Nggak... Gausah... OOHH... Slowmotion..." Bisikku menahan rangsangan.
"Bukannya kamu suka pelan-pelan?" Tanyanya diiringi suara berisik menjilatnya.
"Tapi kan... OOHH... GEE..."
"GRE! BUKAN GEE!" Dia protes.

Aku berubah, "Penting ya?" Dia tertawa.
"Udah lanjut..." Balasku.

Dia kembali dengan perlahan melahap penisku. Ini enak sekali, basah di dalam mulutnya. Mulai menarik dan mendorong kepalanya mengocok penisku. Aku tidak bisa tidak mendesah, dalam menit selanjutnya dia sudah fokus dan tanganku merapihkan rambutnya yang mengganggu gerakannya menghisap penisku...

"Nngghh... Gee... Ssshh..."

Aku memegangi rambutnya seperti menguncir sementara Gracia semakin cepat bergerak bibirnya mulai basah...

Aku nggak kuat lagi...


Seperti tersetrum reflek aku menggerakkan pinggangku. Gracia sadar dan mengurangi temponya karena gerakan pinggangku...

"EERRGGHH... GEEE... AAHHH..."

Tiga kali aku orgasme di dalam mulutnya. Dia menelannya.

"Kamu telen?" Aku kaget.
"Iya. Kenapa?" Dia bingung.
"Nggak, aku baru ngeliat kamu nelen..." Aku nyengir.

"Biasanya kan di dorong sampe kerongkongan aku! Tumben ini nggak..." Bisiknya.

Aku nyengir. "Langsung aja ya..."

Aku menarik tubuhnya mendekat, dia hanya tersenyum. Aku membuka pahanya dan mengarahkan penisku ke vaginanya.

"Tunggu kak..." Tahannya.

Aku menatapnya...

"Aku nggak mau..." Bisiknya.
"Kenapa?" Aku bingung.
"Gatau..."

Dia merubah posisinya jadi duduk, aku bingung...

"Kamu kenapa sih, Gee?"
"Aku kangen sama kakak... Tapi bukan kayak gini..."

Dia bergegas meninggalkanku yang jadi melongo menatapnya...


***


Setelah hari itu, aku merasa ada yang aneh dengan Gracia. Semua perlakuannya tidak ada yang berubah tapi setiap aku bernafsu dia selalu menolak. Ini aneh... Sangat aneh...

Aku terdiam menatap minumanku yang masih mengeluarkan asap, pikiranku masih memikirkan perubahan sikap Gracia. Sudah hampir setahun harusnya...

Aku kangen sama kakak, tapi bukan kayak gini...


Apa maksudnya?


"Mungkin ini takdir..." Suara seorang gadis menyadarkanku.

Aku menoleh ke sumber suara, "Aku nggak yakin..."

Aku tersenyum, gadis itu langsung duduk di hadapanku. Gadis yang beberapa hari lalu aku buntutin. Shani...

"Jadi?" Tanyanya.
Aku bingung.
"Sering kesini?" Lanjutnya.
Aku terkekeh, "Nggak, kebetulan mampir..."

"Kamu tinggal disini atau cuman berkunjung?" Shani tersenyum.
"Aku berkunjung, urusan bisnis..." Balasku santai.

"Kamu udah nikah?"


DEG...



Aku terkejut mendengar pertanyaannya. Dia memperhatikan jari manisku diatas meja...

"Ah, be-belum... Ini cuman cincin di kasih..."

Bodoh!

Dia berusaha meringankan diri setelah mendengar penjelasanku. Setelah itu kami jadi ngobrol panjang lebar. Aku jadi lebih dalam mengenalnya. Satu hal yang aku rasakan, dia adalah cewek yang asyik kalo diajak bicara. Terlebih ketika dia tersenyum...


Semuanya hilang...

Dp5DeOye_o.jpg


"Jadi kamu pulang kemana?" Tanyaku.
"Ooh, mau tau rumah aku ya?" Shani nyengir.
"Eh, nggak... Eee... Cuman...

"Payah..." Potongnya.

Aku kesal, "Iya aku mau tau rumah kamu!"

Dia tertawa, "Iya-iya santai dong..."

Aku tersadar, abis bikin jengkel...

"Tapi kita naik taksi aja ya..." Aku melemah.
"Ya, gapapa..." Shani tersenyum.


Dalam perjalanan aku merasa lelah, padahal cuman duduk mengobrol. Memejamkan mata...


Aku tersadar, bahu kiriku terasa sedikit berat. Rupanya Shani juga tertidur. Tiba-tiba supir taksi itu memberitahu aku kalo sudah sampai aku membangunkan Shani dan kami turun dari taksi...

zTToaIYO_o.jpg


"Kenapa kamu ikut turun? Kirain mau langsung pulang..." Shani menatapku.
"Aku mau tau rumah kamu..." Jawabku santai.

Dia senyum lalu masuk kedalam...

fWhhJn8U_o.jpeg

"Ya beginilah... Sempit..." Celetuknya.
"Kamu bilang rumah..." Aku menatapnya.
"Iya..." Dia santai.
"Ini mah flat..." Balasku.

"So?"
"Iya sih, rumah juga..."

Dia tertawa, "Ribet deh kamu..."

Dia bergegas ke dapur, aku melihat-lihat isi flatnya. Memang kecil, aku rasa dia tinggal sendirian. Aku belum nanya-nanya soal keluarganya, mungkin dia disini hanya kuliah dan kerja sementara orang tuanya di Indonesia. ada beberapa foto dirinya yang menarik perhatianku. Sedang memperhatikan foto, aku tidak sadar dia di dekatku...


"Aduh!"
"Eh maaf..."


Aku menyenggol dia yang sedang menaruh minum di meja, dari sekian banyak anggota tubuh. Kenapa aku menyenggol bokongnya?

Aku berusaha tenang...

"Maaf-maaf. Aku nggak sadar kamu udah balik..."


Dia memerah, Mati aku... Dia ngerasa...


"Iya gapapa. Diminum..." Dia duduk.
"Jadi kamu tinggal sendirian?" Tanyaku.
"Hmm, tadinya sama sahabat aku. Cuman dia udah balik kerumah orang tuanya..." Jawabnya.


Perasaanku nggak enak nih...



"Sahabat?" Aku memercingkan mata.
Dia tertawa, "Cewek kok tenang..."
"Ah, bukan, maksudnya...

"Kamu cowok pertama yang kesini..."


DEG...


"A-apa nih maksudnya?" Aku memerah.
"Ya... Gapapa..." Dia jadi sedikit canggung.

Aku tarik kesimpulan dari awal, iya juga sih, kenapa aku ngotot mau tau rumahnya? Padahal tadi dia bilang kirain pulang, kenapa aku nggak pulang aja... Dan... Kenapa aku jadi merah?

"Hei Yov! Kok bengong?"

"Ha? Nggak-gapapa..." Aku berusaha nyengir.

E92vzfej_o.jpg


Setelah menghabiskan minumku aku pamit pulang pada Shani. Tenang, kali ini aku nggak nyasar lagi. Sebelum pergi tadi aku udah tulis alamat rumah Gracia. Jadi nggak bakalan telepon-telepon dia lagi...


"Dari mana kamu?"


Aku kaget masuk rumah mengetahui Gracia duduk di sofa...



"Cari angin." Jawabku singkat.

"Gio nyariin kamu tuh seharian..." Gracia dingin.
"Kamu kenapa sih? Jadi aneh..." Aku menatapnya.
"Aneh? Nggak ah..." Jawabnya.

Aku menarik nafas dalam, menenangkan diri meninggalkannya...

Aku berdiri di depan kamar Gio. Kuketuk tidak ada jawaban, aku masuk, Gio sudah tertidur aku duduk di sisi kasurnya sambil membelai rambutnya. Wajahnya makin mirip Gracia terutama hidungnya. Kubenarkan posisi selimutnya mencium keningnya dan keluar...

"Aku harus ngomong sama Gracia..."


Aku kembali ke ruang tengah...


"Kamu kenapa sih? Ada masalah apa?" Aku menatapnya serius.
"Masalah? Masalah apa?" Gracia cuek tidak menatapku.
"Kamu bilang kamu kangen sama aku tapi nggak begini itu maksudnya apa?" Aku tegas menatapnya.

Dia diam sesaat...

"Kamu masalahnya..." Jawabnya menatapku.

"Aku?"

7G475Cgw_o.jpg


BERSAMBUNG...

Ya... Akhirnya apdet (?) gomen ya kalo masih banyak kekurangan. Enjoy ! Ehehehe

Next Part
 
Terakhir diubah:
PART 2

WTMNJpie_o.jpg


Aku menghubungi Gracia...

"Aku nyasar..."
"APA? ISH. BARU SEHARI DI JERMAN UDAH BIKIN ULAH!" Gracia berteriak.

"Ya abis kamu... Diajakin gamau, ya aku keluar aja. Tapi sekarang gatau ini dimana..." Balasku polos.
"Ck, yaudah sekarang kakak dimana biar aku jemput..." Gracia memelan.
"Nanti aku share location aja deh..." Jawabku mematikan telepon.

Menunggu beberapa saat Gracia datang menjemputku. Wajahnya judes, entah kenapa aku jadi takut melihatnya. Sepanjang jalanan pulang ke rumahnya dia diam tidak berkata apa-apa, apa dia marah? ya aku juga berusaha cuek...

"Kamu marah?" Tanyaku memastikan.
"Gatau." Gracia cuek.
"Ya... Maaf..." Aku memelan.

Dia diam sesaat...

"Lagi udah punya anak dari tiga cewek ke Jerman nyasar pake telepon!"

Aku menoleh menatapnya, "Gausah bawa-bawa anak ya. Mau nggak punya anak mau punya anak nyasar mah ya nyasar aja!"

"Ya kan bisa nanya-nanya! Katanya jago bahasa inggris!" Dia masih kesal.
"Ya... Aku kan panik, ingetnya kamu yaudah aku telepon..." Aku memelan.

Dia fokus menyetir, kami jadi sama-sama terdiam setelah itu...

mwFOTUU1_o.jpg

Sesampainya dirumah, suasana sepi...

"Loh mama kamu kemana?" Tanyaku.
"Ada urusan katanya..." Balas Gracia cuek.
"Gio?"
"Dibawa..."

"HAH?" Aku kaget.

"Apa sih?" Dia menoleh menatapku.

"Itu kamu gimana sih? Masa Gio dibawa mama? Aku kan cuman mau ketemu Gio!" Aku sedikit kesal.
"Oh, jadi kesini cuman gegara Gio?" Gracia menghentikan kegiatannya.

"Ma-maksudnya?" Aku berubah bingung.

"Iya... Kirain... Kesini... Gegara... Mamahnya juga..."

Gracia mendekatiku, aku mengerti maksudnya sekarang. Aku jadi tersenyum, dia semakin dekat dan memelukku. Ada seseorang memencet bel...

"Ada orang tuh..." Aku menyadarkannya.
"Yaampun, baru pelukan..." Dia merajuk.
"Ya bagus, daripada lagi penetrasi..." Aku sedikit tertawa.

"Dasar..."

Dia ngeluyur menuju pintu, aku memperhatikan dari jauh. Seorang gadis masuk, terlihat berbincang sebentar dengan Gracia. Memberikan sesuatu lalu Gracia sempat menoleh kearahku dan menggeleng kearah gadis itu, aku nggak ngerti maksudnya...

qyhf9qaR_o.jpg

Gadis itu keluar pergi...

"Siapa?" Tanyaku.
"Temen aku..." Dia polos.
"Namanya..." Balasku.

"Kepo..."

Dia bergegas menaruh seperti bungkusan di meja lalu kembali mendekatiku...

"Sampe mana tadi?" Dia menatapku sayu.
"Sampe...

Aku mencium tengkuknya tiba-tiba, dia melenguh...

Ciumanku makin gencar dan Gracia semakin melenguh, kubuka kaosnya. Dia nggak memakai bra...

"Kamu sengaja ya?" Bisikku.

Dia hanya tersenyum lalu mengecup bibirku lembut...

Apa ini?


"Aku kangen kakak... Ssshh... Lama sekali..." Bisiknya.
"Tadi... Sok-sokan nolak... Hmm?" Balasku.

"Ish... Kayak gatau cewek aja..."

"Aaahh..."

Desahan lembutnya terdengar sesaat aku menghisap payudara kanannya...

Setelah sekian lama aku kembali merasakan kenyalnya payudara Gracia...

"Nambah sekel ya?" Tanyaku.
"Bawel... Mmmhh..." Balasnya mengigit bibir bawahnya.

Terus mengerjai payudara sebelah kanannya, tangan kiriku naik memelintir puting sebelah kirinya. Dia mendesah makin kencang. Aku mulai menarik lepas hisapanku di puting kanannya, bunyi pop-pop-pop mulai terdengar, Gracia mulai gelisah...

1Ch5QD2C_o.jpg


Mengerti, kudorong dia perlahan kesofa sambil terus mengerjainya...

"Mmhh... Kaakk... Ssshh..."

Desahannya makin menjadi, sementara aku terus menghisap terkadang menjilat payudaranya kiri kanan bergantian. Tiba-tiba...

Tubuhnya bergetar...

"KaaKK... ERGH..."

Dia Squirting...

Aku berhenti, menatapnya yang tersengal...

"Baru mulai..." Aku nyengir.
"Aku kan sensitif, ish..." Jawabnya sayu.

Dengan sekali tarik kulepas celana dan celana dalamnya...

"Basah..." Aku menatap celana dalamnya lalu menciumnya.
"Ih, kayak maniak seks. Celana dalam aja dicium..." Dia masih sayu menatapku.

"Biarin." Balasku cuek.

Dia senyum-senyum, aku mendekatinya. Perlahan aku menyentuh pahanya, dia menatapku sayu, bibirnya bergetar, kutarik tanganku...

"Hhh... Mmhhh..."

Dia sedikit melenguh karena jariku menyentuh vaginanya yang berbulu tipis...

"Kaakk... Ssshh..."

Aku tersenyum perlahan, celanaku menyempit lagi melihat ekspresinya...

"Basah..." Bisikku.
"Iyalah... Kan... KAK?"

Dia melotot saat aku tiba-tiba menusukkan jariku kedalam vaginanya. Kukocok kasar...

"KaakK? Nngghh... NNGGHHH... HAAAHH..."

Dia semakin sayu tapi aku tidak perduli, malah makin aku percepat kocokanku. Dia berusaha menahan tanganku...

"Kuarin gee... Kuarin sayang..." Bisikku.

Dia menggeleng, wajahnya memerah...

"Kaak! Nggak! Nggak! NNGHHHAAAAHHH..."

Badannya bergetar lagi. Dua kali squirting, kali ini menyembur. Dia melemah, wajahnya merah tubuhnya basah keringat. Aku hanya tertawa.

"Hhh... Jahat... Hhh... Aku... Disiksa..." Dia mengatur nafasnya.
"Nggaklah... Ehh...

Aku kaget karena tiba-tiba Gracia melompat kearahku, kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan posisi aku terlentang dan dia duduk diatas perutku. Dia melotot menatapku.

"Gantian!"

Dia melepas celanaku mendapati penisku sudah membesar di balik celana dalamku. Dia nyengir, entah kenapa melihatnya nyengir aku jadi nafsu. Dia membuka celana dalamku dan mencuatlah penisku...

"Apa kabar kamu?" Dia menatap penisku.
"Baik..." Jawabku merubah suara.

Dia tertawa, "Apasih?"

"Lagian kamu... Hmm?

Belom selesai aku berbicara tiba-tiba Gracia sudah menjilat ujung penisku. Sensasinya berbeda, aku seperti tersetrum...

"Mmmhh... Gee..."

Dia menjilat tiap sisi. Aku tidak tahan merasakan lidahnya yang basah...

"HMM... OOHH..."

Dia perlahan memasukkan penisku kedalam mulutnya...

"Bisa... Nggak... Gausah... OOHH... Slowmotion..." Bisikku menahan rangsangan.
"Bukannya kamu suka pelan-pelan?" Tanyanya diiringi suara berisik menjilatnya.
"Tapi kan... OOHH... GEE..."
"GRE! BUKAN GEE!" Dia protes.

Aku berubah, "Penting ya?" Dia tertawa.
"Udah lanjut..." Balasku.

Dia kembali dengan perlahan melahap penisku. Ini enak sekali, basah di dalam mulutnya. Mulai menarik dan mendorong kepalanya mengocok penisku. Aku tidak bisa tidak mendesah, dalam menit selanjutnya dia sudah fokus dan tanganku merapihkan rambutnya yang mengganggu gerakannya menghisap penisku...

"Nngghh... Gee... Ssshh..."

Aku memegangi rambutnya seperti menguncir sementara Gracia semakin cepat bergerak bibirnya mulai basah...

Aku nggak kuat lagi...


Seperti tersetrum reflek aku menggerakkan pinggangku. Gracia sadar dan mengurangi temponya karena gerakan pinggangku...

"EERRGGHH... GEEE... AAHHH..."

Tiga kali aku orgasme di dalam mulutnya. Dia menelannya.

"Kamu telen?" Aku kaget.
"Iya. Kenapa?" Dia bingung.
"Nggak, aku baru ngeliat kamu nelen..." Aku nyengir.

"Biasanya kan di dorong sampe kerongkongan aku! Tumben ini nggak..." Bisiknya.

Aku nyengir. "Langsung aja ya..."

Aku menarik tubuhnya mendekat, dia hanya tersenyum. Aku membuka pahanya dan mengarahkan penisku ke vaginanya.

"Tunggu kak..." Tahannya.

Aku menatapnya...

"Aku nggak mau..." Bisiknya.
"Kenapa?" Aku bingung.
"Gatau..."

Dia merubah posisinya jadi duduk, aku bingung...

"Kamu kenapa sih, Gee?"
"Aku kangen sama kakak... Tapi bukan kayak gini..."

Dia bergegas meninggalkanku yang jadi melongo menatapnya...


***


Setelah hari itu, aku merasa ada yang aneh dengan Gracia. Semua perlakuannya tidak ada yang berubah tapi setiap aku bernafsu dia selalu menolak. Ini aneh... Sangat aneh...

Aku terdiam menatap minumanku yang masih mengeluarkan asap, pikiranku masih memikirkan perubahan sikap Gracia. Sudah hampir setahun harusnya...

Aku kangen sama kakak, tapi bukan kayak gini...


Apa maksudnya?


"Mungkin ini takdir..." Suara seorang gadis menyadarkanku.

Aku menoleh ke sumber suara, "Aku nggak yakin..."

Aku tersenyum, gadis itu langsung duduk di hadapanku. Gadis yang beberapa hari lalu aku buntutin. Shani...

"Jadi?" Tanyanya.
Aku bingung.
"Sering kesini?" Lanjutnya.
Aku terkekeh, "Nggak, kebetulan mampir..."

"Kamu tinggal disini atau cuman berkunjung?" Shani tersenyum.
"Aku berkunjung, urusan bisnis..." Balasku santai.

"Kamu udah nikah?"


DEG...



Aku terkejut mendengar pertanyaannya. Dia memperhatikan jari manisku diatas meja...

"Ah, be-belum... Ini cuman cincin di kasih..."

Bodoh!

Dia berusaha meringankan diri setelah mendengar penjelasanku. Setelah itu kami jadi ngobrol panjang lebar. Aku jadi lebih dalam mengenalnya. Satu hal yang aku rasakan, dia adalah cewek yang asyik kalo diajak bicara. Terlebih ketika dia tersenyum...


Semuanya hilang...

Dp5DeOye_o.jpg


"Jadi kamu pulang kemana?" Tanyaku.
"Ooh, mau tau rumah aku ya?" Shani nyengir.
"Eh, nggak... Eee... Cuman...

"Payah..." Potongnya.

Aku kesal, "Iya aku mau tau rumah kamu!"

Dia tertawa, "Iya-iya santai dong..."

Aku tersadar, abis bikin jengkel...

"Tapi kita naik taksi aja ya..." Aku melemah.
"Ya, gapapa..." Shani tersenyum.


Dalam perjalanan aku merasa lelah, padahal cuman duduk mengobrol. Memejamkan mata...


Aku tersadar, bahu kiriku terasa sedikit berat. Rupanya Shani juga tertidur. Tiba-tiba supir taksi itu memberitahu aku kalo sudah sampai aku membangunkan Shani dan kami turun dari taksi...

zTToaIYO_o.jpg


"Kenapa kamu ikut turun? Kirain mau langsung pulang..." Shani menatapku.
"Aku mau tau rumah kamu..." Jawabku santai.

Dia senyum lalu masuk kedalam...

fWhhJn8U_o.jpeg

"Ya beginilah... Sempit..." Celetuknya.
"Kamu bilang rumah..." Aku menatapnya.
"Iya..." Dia santai.
"Ini mah flat..." Balasku.

"So?"
"Iya sih, rumah juga..."

Dia tertawa, "Ribet deh kamu..."

Dia bergegas ke dapur, aku melihat-lihat isi flatnya. Memang kecil, aku rasa dia tinggal sendirian. Aku belum nanya-nanya soal keluarganya, mungkin dia disini hanya kuliah dan kerja sementara orang tuanya di Indonesia. ada beberapa foto dirinya yang menarik perhatianku. Sedang memperhatikan foto, aku tidak sadar dia di dekatku...


"Aduh!"
"Eh maaf..."


Aku menyenggol dia yang sedang menaruh minum di meja, dari sekian banyak anggota tubuh. Kenapa aku menyenggol bokongnya?

Aku berusaha tenang...

"Maaf-maaf. Aku nggak sadar kamu udah balik..."


Dia memerah, Mati aku... Dia ngerasa...


"Iya gapapa. Diminum..." Dia duduk.
"Jadi kamu tinggal sendirian?" Tanyaku.
"Hmm, tadinya sama sahabat aku. Cuman dia udah balik kerumah orang tuanya..." Jawabnya.


Perasaanku nggak enak nih...



"Sahabat?" Aku memercingkan mata.
Dia tertawa, "Cewek kok tenang..."
"Ah, bukan, maksudnya...

"Kamu cowok pertama yang kesini..."


DEG...


"A-apa nih maksudnya?" Aku memerah.
"Ya... Gapapa..." Dia jadi sedikit canggung.

Aku tarik kesimpulan dari awal, iya juga sih, kenapa aku ngotot mau tau rumahnya? Padahal tadi dia bilang kirain pulang, kenapa aku nggak pulang aja... Dan... Kenapa aku jadi merah?

"Hei Yov! Kok bengong?"

"Ha? Nggak-gapapa..." Aku berusaha nyengir.

E92vzfej_o.jpg


Setelah menghabiskan minumku aku pamit pulang pada Shani. Tenang, kali ini aku nggak nyasar lagi. Sebelum pergi tadi aku udah tulis alamat rumah Gracia. Jadi nggak bakalan telepon-telepon dia lagi...


"Dari mana kamu?"


Aku kaget masuk rumah mengetahui Gracia duduk di sofa...



"Cari angin." Jawabku singkat.

"Gio nyariin kamu tuh seharian..." Gracia dingin.
"Kamu kenapa sih? Jadi aneh..." Aku menatapnya.
"Aneh? Nggak ah..." Jawabnya.

Aku menarik nafas dalam, menenangkan diri meninggalkannya...

Aku berdiri di depan kamar Gio. Kuketuk tidak ada jawaban, aku masuk, Gio sudah tertidur aku duduk di sisi kasurnya sambil membelai rambutnya. Wajahnya makin mirip Gracia terutama hidungnya. Kubenarkan posisi selimutnya mencium keningnya dan keluar...

"Aku harus ngomong sama Gracia..."


Aku kembali ke ruang tengah...


"Kamu kenapa sih? Ada masalah apa?" Aku menatapnya serius.
"Masalah? Masalah apa?" Gracia cuek tidak menatapku.
"Kamu bilang kamu kangen sama aku tapi nggak begini itu maksudnya apa?" Aku tegas menatapnya.

Dia diam sesaat...

"Kamu masalahnya..." Jawabnya menatapku.

"Aku?"

7G475Cgw_o.jpg


BERSAMBUNG...

Ya... Akhirnya apdet (?) gomen ya kalo masih banyak kekurangan. Enjoy ! Ehehehe
Nice story huu!!, pembawaan intinya kerasa banget. Skuyy hal lanjut..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd