Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nuernberg - Dua Kosong Satu Tujuh. [TAMAT]

Bantu pilih ya...

  • With threesome

    Votes: 46 82,1%
  • Without threesome

    Votes: 10 17,9%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
Bimabet
Part 1


VwraaAuv_o.png



"Nngghh... Nnnghh... AHHH..."
"KaaKK... Mmmhh..."

Lenguhan demi lenguhan terdengar makin keras dari kamarku...

Ya, aku dan adikku Yuvia terbangun dalam keadaan nafsu pagi ini sehingga kami terpaksa harus menuntaskan ini. Kebetulan sejak satu jam yang lalu aku menyuruh Shania membawa anak-anak pergi berbelanja...

"Jangan kasar-kasar..."

Itu pesan terakhir yang dia tinggalkan sebelum berbelanja... Nggak janji deh...

Aku menggenjot pantat Yuvia yang sekarang semakin seksi dengan mencengkram pinggangnya, sementara dia terus melenguh. Ada beberapa liur menetes dari bibirnya, kacau sekali...

"KaaaKK... Enn... AAAKK..."
"Iya yup... IYAA..."

Kami saling racau sampai tiba-tiba ada sesuatu mau keluar dari penisku...

Makin kupercepat...

"Mau kuaarr!!!!" Teriakku.
"Bareng kaakk..." Yuvia mengencangkan jepitannya...

"AARRGGGGHHH..."

Kudorong keras-keras penisku masuk kedalam vaginanya...

"AAHHHHH..." Teriakan Yuvia menggelegar.

Dia melemah terjatuh tengkurap diatas kasurku...

"Hhhh... Enak kak... Hhhh..."
"Capek?" Tanyaku.

Dia mengangguk...

"Hnn? OHH KAAAKK..."

Aku kembali menusuk vaginanya, dia sempat meronta sesaat...

"Kamu nafsuin sih..."


Masih ingat aku? Iyap aku Yovie si beruntung. Kenapa beruntung? Karena aku punya adik yang pengertian dan lumayan seksi dan sahabat yang nggak kalah seksinya. Setelah berbagai macam masalah dan cerita yang kami buat bersama, Akhirnya aku dan Shania menikah dan mempunyai dua putri kembar namanya Vella dan Velly. Sementara Yuvia juga mempunyai anak dariku namanya Junior... Hmm, sebenernya namanya Jovi tapi aku panggil Junior aja.

Mereka bertiga kini tumbuh menjadi anak yang bisa membanggakan ketiga orang tuanya. Semakin bertumbuh semakin terlihat bahwa Vella dan Velly mewarisi segala bentuk tubuh ibunya. Sementara Junior wajahnya mirip Yuvia tapi tubuhnya lebih mirip aku iyalah cowok! Aku berharap Junior nggak seperti ayahnya yang tergiur tubuh adik sendiri. Karena dia bakalan lebih enak bisa langsung threesome. Apaan dah? Ya mudah-mudahan Junior nggak kayak aku...

Oke itu tadi sekilas tentang aku dan keluargaku...

Hmm, Masih ingat Shania Gracia? Juniorku di kampus. Orang pertama yang kurobek keperawanannya. Sudah bertahun-tahun yang lalu, tapi dia masih sempat datang dan memberitahu aku seorang anak laki-laki bernama Gio, secara teknis anakku ada empat dari tiga wanita berbeda. Kalo kalian tanya gimana rasanya... Yang pasti enak! WKWKWKWK


***


Aku terbangun, semalam kami semua merayakan pergantian tahun bersama. kulihat Shania masih tertidur pulas di sebelahku, sementara Yuvia juga masih tertidur di ranjang sebelah. Aku berdiri melangkah menuju jendela. Entah kenapa tanganku seolah bergerak sendiri membuka laci meja kecil di dekat jendela...

Menemukan sebuah foto bertuliskan "Nuernberg-2017" di belakangnya...

Kubalik foto tersebut, menampakan diriku bersama seorang gadis sedang tertawa...

Aku jadi tersenyum melihatnya...

"Apa kabar kamu?"

Foto ini sekitar dua tahun lalu, ketika aku di Jerman, begini awalnya...


Bandara Soekarno-Hatta...

Aku tersenyum menatap ketiga anakku makan dengan lahapnya. Junior sudah bisa makan sendiri sementara Vella dan Velly masih harus disuapi kedua ibunya...

"Ayo sayang di habisin makannya ini tinggal dikit, nanti gaboleh ikut liat papa berangkat loh..." Shania telaten menyuapi Velly yang tidak bisa diam.

Vella duduk manis mengunyah makanannya sambil menatap Yuvia yang berusaha bercanda dengannya. Saat itu aku tidak berpikir bahwa akan ada cobaan disana...

Sama sekali...

"Papa di Jerman berapa lama?" Celetuk Junior.
"Mungkin sebulan nak, kenapa?" Balasku.
"Papa mau ketemu kak Gio ya?" Tanyanya lagi.
"Mungkin, kalo sempat. Ada apa sih?" Aku jadi penasaran.

"Nggak, jangan lupain kita ya pah..." Balasnya polos.

Aku terdiam sebentar...

"Nggak lah... Nanti kalo papa pulang papa beliin mainan..." Aku nyengir.

Junior berusaha tersenyum, Yuvia sempat memperhatikan sesaat lalu mendekati Junior dan memeluknya, aku yang melihat itu reflek ikut memeluk mereka berdua. Beruntungnya aku hingga mereka tumbuh besar sampai sekarang mereka tidak pernah tau kalau ternyata Yuvia adalah adikku yang secara teknis harusnya tante mereka, yang mereka tau hanya aku menikah dua kali sehingga mereka punya dua ibu...


***


Berlin, Jerman...


Aku sudah tiba di Jerman lebih tepatnya di Berlin. Setelah hampir setahun akhirnya aku bisa melunasi janjiku untuk menyusulnya ke Jerman...

Tau siapa orang pertama yang aku temui setelah tiba disini?

Mamahnya Gio...
Ya... Shania Gracia...

Semakin telihat sekal tubuhnya, baru ketemu aja celanaku sudah sempit...

"Willkommen in Deutschland!" Dia tertawa.
"Alah, sok-sokan pake bahasa Jerman kamu..." Aku ikut tertawa.
"Loh iya dong, kita kan di Jerman sekarang!" Dia nyengir.

"Mana Gio?" Tanyaku tersadar.
"Ada di mobil, dia nggak mau turun. Asyik main game..." Balasnya tersenyum.

Aku selalu senang ketemu Gracia, dari dulu. Soalnya dia anaknya hyperactive dan ceria. Meskipun ternyata ada kisah di balik itu... Ya... Tetep seperti itu Gre...

"Papaaahh..."

Gio turun dari mobil setelah melihat aku dan Gracia dari kejauhan. Aku tertawa dan dengan cepat memeluknya erat. Ada yang aneh, hampir setahun setelah pertemuan itu, mereka masih berdua. Apa mungkin Gracia belum mencarikan Gio seorang ayah baru yang menghidupinya disini? Aku jadi bertanya dalam hati...

"Yaudah ayo masuk, kita pulang..." Gracia menyadarkan kami berdua.
"Iya. Yeaayy..." Gio terlihat girang.
"Kita pulang ketempat temen kamu?" Tanyaku.
"Nggak kak, kita pulang kerumah aku lah..." Gracia senyum.

"Loh? Kamu udah baikan sama mama kamu? Bukannya kalian bertengkar?" Aku bingung.
"Iya... Semenjak kakyov nasehatin aku, aku jadi sadar kalo aku salah begitu..." Dia melunak.

Aku tersenyum reflek mengelus rambutnya dan mencium keningnya...

"Mah... Pah... Kapan kita jalan?"

Gio menyadarkan kami.

"Oiya, oke kita jalan, sayang..."

Aku nyengir menatap kaca kearah belakang dan Gracia menoleh tertawa menatap Gio yang jadi terdiam melihat kami...


***

5hqurwLK_o.jpg


Kami sampai rumah Gracia langsung disambut ibunya. Gracia memperkenalkan diriku pada ibunya. Kami mengaku sebagai pasangan karena takut ibunya kecewa. Aku tau itu boong tapi ya mau gimana lagi? Situasinya begini...

Kami berbincang di ruang tengah...

"Kamu belom nyari pasangan?" Tanyaku.
"Aku nggak tau... Aku bingung..." Jawab Gracia.


Terdiam sesaat...


"Kenapa kita nggak nikah aja disini?"


DEG...



Nggak mungkin...



"Terus aku harus bolak-balik antar negara gitu?" Tanyaku.
"Ya... Kalo ada kesempatan lagi aku yang kesana..." Jawab Gracia sekenanya.
"Segitu pengennya kamu nikah sama aku?" Aku penasaran.


Dia berubah diam menatapku...


"Aku cuman nggak mau ada orang lain di kehidupan Gio kak, cukup kakak sama aku... Soalnya nanti bakalan banyak pertanyaan dari Gio yang aneh-aneh... Bahkan sampe sekarang dia terus nanya soal kamu, kenapa papa nggak tinggal aja disini, apa papa bakalan lama disini, kapan papa pulang, papa ini, papa itu...


Reflek kutarik dia mendekat dan kupeluk...


"Biar itu nanti aku yang jelasin ke Gio..."


"By the way, kamu nambah seksi aja..." Aku melepas pelukan.
"Hmm..." Jawab Gracia sekenanya.

"Aku jadi pengen... Kan udah lama semenjak terakhir di taman itu..." Aku mencibir.

Gracia tersenyum...

"Nggak!"

Dia ngeluyur meninggalkanku...

"Ayolah, gee..." Rengekku.


***


Karena kesal dengan Gracia seharian ini yang susah untuk diajak... Ya... Kalian tau lah ya... Aku memutuskan untuk keluar rumah menikmati suasana Jerman. Sekarang aku ada di Nuernberg. Sekitar satu jam perjalanan dari Berlin, kota kecil ini terasa sungguh jadul banget dengan banyak bangunan-bangunan tua. Aku berjalan di tepi jalan sejauh mata memandang bule semua...


Kiri bule, kanan bule, depan bule, belakang bule, di ujung juga bule...


"Nggak ada yang sama-sama dari asia gitu?"


Entah sebuah kebetulan atau emang udah di rencanain, mataku langsung menangkap seorang gadis berjalan di tengah kerumunan. Wajahnya familiar khas orang asia dengan matanya yang sedikit sipit dan bibirnya yang menawan, dengan baju kotak-kotak hitam-merah serta kalung di lehernya. Aku terdiam beberapa menit menatapnya...


Aku ikuti diam-diam...


Dia masuk sebuah resto fish n chips dan terlihat duduk memesan sesuatu. Aku pura-pura berjalan melewatinya sekali, dia nampak cuek. Aku mutar sekali lagi sambil menatapnya, dia masih cuek. Mungkin sekali lagi, tetap cuek. Astaga...

"Sekali lagi!" Aku tidak patah semangat.

Aku melewatinya sekali lagi, dia tetap cuek...


Eerrgghh. I've Enough!


"Hei, mas! Ngapain sih bolak-balik gitu?" Gadis itu menatapku.


Aku terdiam. Orang Indonesia?


Aku nyengir, "Nggak. Mau mastiin aja..."
"Boleh duduk?" Lanjutku. Dia mempersilahkan.

"Mastiin apa?" Dia menatapku.
"Eee... Mastiin kalo aku bukan orang Indonesia sendirian disini..." Aku nyengir lagi.

Dia sedikit tertawa...

"Kok langsung negor aku pake bahasa Indonesia sih?" Tanyaku.
"Di Jerman gaada yang mukanya model begini..." Jawab gadis itu ringan.


Aku datar...

Dia tertawa lagi...


"Boleh kenalan?" Tanyaku memberanikan diri.
"Shani..." Jawab gadis itu singkat.
"Yovie..." Balasku.

3lwpbLtm_o.jpg


Dalam menit selanjutnya setelah berkenalan kami jadi saling berbicara banyak. Dia kuliah S2 disini dan sekarang bekerja paruh waktu sebagai dish-washer disalah satu restoran ternama di Jerman. Aku perkirakan mungkin seumuran Gracia, atau mungkin lebih tua. Kami jadi saling mengobrol banyak sehingga tidak terasa waktu sudah sore...

"Kamu pulang naik apa, Yov?" Tanyanya.


DEG...


Aku lupa jalan pulangnya...


"Eee... Aku naik taksi..." Aku berusaha santai.
"Ke arah mana? Kalo searah kita barengan aja..." Tawar Shani.
"N-nggak usah. Beda arahnya... Eee... Aku ke Berlin..." Jawabku ngasal.

"Oh, jauh dong..."
"I-iya, jauh..." Aku cengegesan.
"Yaudah aku duluan ya..." Shani bergegas.
"Iya hati-hati, Shan..."


Setelah Shani menjauh dan menghilang di tengah kerumuman dengan cepat aku menelpon Gracia...

"Aku nyasar..."


BERSAMBUNG...



Ehehe kira-kira awal mulanya begini. Makasih buat responnya semua semoga memuaskan (?) keep semprot! (?)


Next Part
 
Terakhir diubah:
Sel sperma 1 : Sel sperma 2, masuk.
Sel sperma 2 : Disini sel sperma 2, ganti.
Sel sperma 1 : Target baru telah ditemukan, sel sperma 2, ganti.
Sel Sperma 2 : Roger, sel sperma 1. Panggil pasukan untuk segera meluncur, ganti.
Sel Sperma 1 : Roger, sel sperma 2.
 
Nampaknya sel sperma Yovie sudah menemukan indung telur yang baru untuk dibuahi.

Nice update hu di tunggu kelanjutannya
Sepertinya yovie telah menemukan target barunya
WKWKWK doain ya mudah2an dia nggak ringan tangan (?) :hore:

wah sepertinya makin seru saja nih
Ehehehe semoga sukak!:haha:

Target Operasi baru alias bgst kau Yovie!

Bngst kauuu yovieee
Salah Yovie apa kak? Baru awal udah di bgst-in...:fiuh:

Gelar tiker gan

Lanjut eksekusi Gan ...
Siaapp! Make at home yaaa ehehehe :horey:


Sel sperma 1 : Sel sperma 2, masuk.
Sel sperma 2 : Disini sel sperma 2, ganti.
Sel sperma 1 : Target baru telah ditemukan, sel sperma 2, ganti.
Sel Sperma 2 : Roger, sel sperma 1. Panggil pasukan untuk segera meluncur, ganti.
Sel Sperma 1 : Roger, sel sperma 2.
Kok gue ketawa ya bacanya wkwkw :wek:
 
Part 1


VwraaAuv_o.png



"Nngghh... Nnnghh... AHHH..."
"KaaKK... Mmmhh..."

Lenguhan demi lenguhan terdengar makin keras dari kamarku...

Ya, aku dan adikku Yuvia terbangun dalam keadaan nafsu pagi ini sehingga kami terpaksa harus menuntaskan ini. Kebetulan sejak satu jam yang lalu aku menyuruh Shania membawa anak-anak pergi berbelanja...

"Jangan kasar-kasar..."

Itu pesan terakhir yang dia tinggalkan sebelum berbelanja... Nggak janji deh...

Aku menggenjot pantat Yuvia yang sekarang semakin seksi dengan mencengkram pinggangnya, sementara dia terus melenguh. Ada beberapa liur menetes dari bibirnya, kacau sekali...

"KaaaKK... Enn... AAAKK..."
"Iya yup... IYAA..."

Kami saling racau sampai tiba-tiba ada sesuatu mau keluar dari penisku...

Makin kupercepat...

"Mau kuaarr!!!!" Teriakku.
"Bareng kaakk..." Yuvia mengencangkan jepitannya...

"AARRGGGGHHH..."

Kudorong keras-keras penisku masuk kedalam vaginanya...

"AAHHHHH..." Teriakan Yuvia menggelegar.

Dia melemah terjatuh tengkurap diatas kasurku...

"Hhhh... Enak kak... Hhhh..."
"Capek?" Tanyaku.

Dia mengangguk...

"Hnn? OHH KAAAKK..."

Aku kembali menusuk vaginanya, dia sempat meronta sesaat...

"Kamu nafsuin sih..."


Masih ingat aku? Iyap aku Yovie si beruntung. Kenapa beruntung? Karena aku punya adik yang pengertian dan lumayan seksi dan sahabat yang nggak kalah seksinya. Setelah berbagai macam masalah dan cerita yang kami buat bersama, Akhirnya aku dan Shania menikah dan mempunyai dua putri kembar namanya Vella dan Velly. Sementara Yuvia juga mempunyai anak dariku namanya Junior... Hmm, sebenernya namanya Jovi tapi aku panggil Junior aja.

Mereka bertiga kini tumbuh menjadi anak yang bisa membanggakan ketiga orang tuanya. Semakin bertumbuh semakin terlihat bahwa Vella dan Velly mewarisi segala bentuk tubuh ibunya. Sementara Junior wajahnya mirip Yuvia tapi tubuhnya lebih mirip aku iyalah cowok! Aku berharap Junior nggak seperti ayahnya yang tergiur tubuh adik sendiri. Karena dia bakalan lebih enak bisa langsung threesome. Apaan dah? Ya mudah-mudahan Junior nggak kayak aku...

Oke itu tadi sekilas tentang aku dan keluargaku...

Hmm, Masih ingat Shania Gracia? Juniorku di kampus. Orang pertama yang kurobek keperawanannya. Sudah bertahun-tahun yang lalu, tapi dia masih sempat datang dan memberitahu aku seorang anak laki-laki bernama Gio, secara teknis anakku ada empat dari tiga wanita berbeda. Kalo kalian tanya gimana rasanya... Yang pasti enak! WKWKWKWK


***


Aku terbangun, semalam kami semua merayakan pergantian tahun bersama. kulihat Shania masih tertidur pulas di sebelahku, sementara Yuvia juga masih tertidur di ranjang sebelah. Aku berdiri melangkah menuju jendela. Entah kenapa tanganku seolah bergerak sendiri membuka laci meja kecil di dekat jendela...

Menemukan sebuah foto bertuliskan "Nuernberg-2017" di belakangnya...

Kubalik foto tersebut, menampakan diriku bersama seorang gadis sedang tertawa...

Aku jadi tersenyum melihatnya...

"Apa kabar kamu?"

Foto ini sekitar dua tahun lalu, ketika aku di Jerman, begini awalnya...


Bandara Soekarno-Hatta...

Aku tersenyum menatap ketiga anakku makan dengan lahapnya. Junior sudah bisa makan sendiri sementara Vella dan Velly masih harus disuapi kedua ibunya...

"Ayo sayang di habisin makannya ini tinggal dikit, nanti gaboleh ikut liat papa berangkat loh..." Shania telaten menyuapi Velly yang tidak bisa diam.

Vella duduk manis mengunyah makanannya sambil menatap Yuvia yang berusaha bercanda dengannya. Saat itu aku tidak berpikir bahwa akan ada cobaan disana...

Sama sekali...

"Papa di Jerman berapa lama?" Celetuk Junior.
"Mungkin sebulan nak, kenapa?" Balasku.
"Papa mau ketemu kak Gio ya?" Tanyanya lagi.
"Mungkin, kalo sempat. Ada apa sih?" Aku jadi penasaran.

"Nggak, jangan lupain kita ya pah..." Balasnya polos.

Aku terdiam sebentar...

"Nggak lah... Nanti kalo papa pulang papa beliin mainan..." Aku nyengir.

Junior berusaha tersenyum, Yuvia sempat memperhatikan sesaat lalu mendekati Junior dan memeluknya, aku yang melihat itu reflek ikut memeluk mereka berdua. Beruntungnya aku hingga mereka tumbuh besar sampai sekarang mereka tidak pernah tau kalau ternyata Yuvia adalah adikku yang secara teknis harusnya tante mereka, yang mereka tau hanya aku menikah dua kali sehingga mereka punya dua ibu...


***


Berlin, Jerman...


Aku sudah tiba di Jerman lebih tepatnya di Berlin. Setelah hampir setahun akhirnya aku bisa melunasi janjiku untuk menyusulnya ke Jerman...

Tau siapa orang pertama yang aku temui setelah tiba disini?

Mamahnya Gio...
Ya... Shania Gracia...

Semakin telihat sekal tubuhnya, baru ketemu aja celanaku sudah sempit...

"Willkommen in Deutschland!" Dia tertawa.
"Alah, sok-sokan pake bahasa Jerman kamu..." Aku ikut tertawa.
"Loh iya dong, kita kan di Jerman sekarang!" Dia nyengir.

"Mana Gio?" Tanyaku tersadar.
"Ada di mobil, dia nggak mau turun. Asyik main game..." Balasnya tersenyum.

Aku selalu senang ketemu Gracia, dari dulu. Soalnya dia anaknya hyperactive dan ceria. Meskipun ternyata ada kisah di balik itu... Ya... Tetep seperti itu Gre...

"Papaaahh..."

Gio turun dari mobil setelah melihat aku dan Gracia dari kejauhan. Aku tertawa dan dengan cepat memeluknya erat. Ada yang aneh, hampir setahun setelah pertemuan itu, mereka masih berdua. Apa mungkin Gracia belum mencarikan Gio seorang ayah baru yang menghidupinya disini? Aku jadi bertanya dalam hati...

"Yaudah ayo masuk, kita pulang..." Gracia menyadarkan kami berdua.
"Iya. Yeaayy..." Gio terlihat girang.
"Kita pulang ketempat temen kamu?" Tanyaku.
"Nggak kak, kita pulang kerumah aku lah..." Gracia senyum.

"Loh? Kamu udah baikan sama mama kamu? Bukannya kalian bertengkar?" Aku bingung.
"Iya... Semenjak kakyov nasehatin aku, aku jadi sadar kalo aku salah begitu..." Dia melunak.

Aku tersenyum reflek mengelus rambutnya dan mencium keningnya...

"Mah... Pah... Kapan kita jalan?"

Gio menyadarkan kami.

"Oiya, oke kita jalan, sayang..."

Aku nyengir menatap kaca kearah belakang dan Gracia menoleh tertawa menatap Gio yang jadi terdiam melihat kami...


***

5hqurwLK_o.jpg


Kami sampai rumah Gracia langsung disambut ibunya. Gracia memperkenalkan diriku pada ibunya. Kami mengaku sebagai pasangan karena takut ibunya kecewa. Aku tau itu boong tapi ya mau gimana lagi? Situasinya begini...

Kami berbincang di ruang tengah...

"Kamu belom nyari pasangan?" Tanyaku.
"Aku nggak tau... Aku bingung..." Jawab Gracia.


Terdiam sesaat...


"Kenapa kita nggak nikah aja disini?"


DEG...



Nggak mungkin...



"Terus aku harus bolak-balik antar negara gitu?" Tanyaku.
"Ya... Kalo ada kesempatan lagi aku yang kesana..." Jawab Gracia sekenanya.
"Segitu pengennya kamu nikah sama aku?" Aku penasaran.


Dia berubah diam menatapku...


"Aku cuman nggak mau ada orang lain di kehidupan Gio kak, cukup kakak sama aku... Soalnya nanti bakalan banyak pertanyaan dari Gio yang aneh-aneh... Bahkan sampe sekarang dia terus nanya soal kamu, kenapa papa nggak tinggal aja disini, apa papa bakalan lama disini, kapan papa pulang, papa ini, papa itu...


Reflek kutarik dia mendekat dan kupeluk...


"Biar itu nanti aku yang jelasin ke Gio..."


"By the way, kamu nambah seksi aja..." Aku melepas pelukan.
"Hmm..." Jawab Gracia sekenanya.

"Aku jadi pengen... Kan udah lama semenjak terakhir di taman itu..." Aku mencibir.

Gracia tersenyum...

"Nggak!"

Dia ngeluyur meninggalkanku...

"Ayolah, gee..." Rengekku.


***


Karena kesal dengan Gracia seharian ini yang susah untuk diajak... Ya... Kalian tau lah ya... Aku memutuskan untuk keluar rumah menikmati suasana Jerman. Sekarang aku ada di Nuernberg. Sekitar satu jam perjalanan dari Berlin, kota kecil ini terasa sungguh jadul banget dengan banyak bangunan-bangunan tua. Aku berjalan di tepi jalan sejauh mata memandang bule semua...


Kiri bule, kanan bule, depan bule, belakang bule, di ujung juga bule...


"Nggak ada yang sama-sama dari asia gitu?"


Entah sebuah kebetulan atau emang udah di rencanain, mataku langsung menangkap seorang gadis berjalan di tengah kerumunan. Wajahnya familiar khas orang asia dengan matanya yang sedikit sipit dan bibirnya yang menawan, dengan baju kotak-kotak hitam-merah serta kalung di lehernya. Aku terdiam beberapa menit menatapnya...


Aku ikuti diam-diam...


Dia masuk sebuah resto fish n chips dan terlihat duduk memesan sesuatu. Aku pura-pura berjalan melewatinya sekali, dia nampak cuek. Aku mutar sekali lagi sambil menatapnya, dia masih cuek. Mungkin sekali lagi, tetap cuek. Astaga...

"Sekali lagi!" Aku tidak patah semangat.

Aku melewatinya sekali lagi, dia tetap cuek...


Eerrgghh. I've Enough!


"Hei, mas! Ngapain sih bolak-balik gitu?" Gadis itu menatapku.


Aku terdiam. Orang Indonesia?


Aku nyengir, "Nggak. Mau mastiin aja..."
"Boleh duduk?" Lanjutku. Dia mempersilahkan.

"Mastiin apa?" Dia menatapku.
"Eee... Mastiin kalo aku bukan orang Indonesia sendirian disini..." Aku nyengir lagi.

Dia sedikit tertawa...

"Kok langsung negor aku pake bahasa Indonesia sih?" Tanyaku.
"Di Jerman gaada yang mukanya model begini..." Jawab gadis itu ringan.


Aku datar...

Dia tertawa lagi...


"Boleh kenalan?" Tanyaku memberanikan diri.
"Shani..." Jawab gadis itu singkat.
"Yovie..." Balasku.

3lwpbLtm_o.jpg


Dalam menit selanjutnya setelah berkenalan kami jadi saling berbicara banyak. Dia kuliah S2 disini dan sekarang bekerja paruh waktu sebagai dish-washer disalah satu restoran ternama di Jerman. Aku perkirakan mungkin seumuran Gracia, atau mungkin lebih tua. Kami jadi saling mengobrol banyak sehingga tidak terasa waktu sudah sore...

"Kamu pulang naik apa, Yov?" Tanyanya.


DEG...


Aku lupa jalan pulangnya...


"Eee... Aku naik taksi..." Aku berusaha santai.
"Ke arah mana? Kalo searah kita barengan aja..." Tawar Shani.
"N-nggak usah. Beda arahnya... Eee... Aku ke Berlin..." Jawabku ngasal.

"Oh, jauh dong..."
"I-iya, jauh..." Aku cengegesan.
"Yaudah aku duluan ya..." Shani bergegas.
"Iya hati-hati, Shan..."


Setelah Shani menjauh dan menghilang di tengah kerumuman dengan cepat aku menelpon Gracia...

"Aku nyasar..."


BERSAMBUNG...



Ehehe kira-kira awal mulanya begini. Makasih buat responnya semua semoga memuaskan (?) keep semprot! (?)
Mangkanya jangan nakal di negeri orang yop yop, lanjutkan suhu dengan begini yovie memiliki anak dari 4 rahim yang berbeda sangad ideal bukan(?) wkwkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd