Bagian 2 ( Cinta )
Dengan cara sangat khusus,
Roh dan cinta dicampurkan,
Dan cinta yang memang halus,
Menghilang dalam campuran.
"Eh makasih ya semalem," kata Yuli saat melihat gw sudah bersiap berangkat kerja di teras.
"Iya, ini kuncinya," kata gw seraya menyerahkan kunci kamarnya.
"Gw emang kebiasaan lupa ngunci kamar."
"Awas lho nanti ada yang salah masuk lagi."
"Paling elo pelakunya," cibir Yuli.
"Eh subuh kok lo gak bangunin gw ?" tanya gw.
"Bangunin," Yuli mulai heran.
"Iya, biasanya lo kan subuh-subuh ngedesah-desah gitu, jadi gw bangun deh beserta adek gw, hehehehe," kata gw seraya menunjuk kontol gw.
"Sialan lo ya, gw lagi gak mood coli," omel Yuli.
"Ohhh gitu, eh ya udah gw berangkat dulu deh."
"Eh tungguin gw donk, gw juga pengen berangkat nih."
"Tumben lo pengen bareng sama gw."
"Kita kan satu kerjaan, mending bareng biar ada temen ngobrol."
Sepanjang perjalanan kami ngobrol-ngobrol banyak, dia udah gak jutek lagi sama gw. Malah terkesan kepo lagi, nanya segala macem tentang gw, dan gw sendiri rada males ngasih tau hal-hal yang bersifat pribadi. Gw jawab aja sekenanya menjurus ke asal-asalan.
"Will Sabtu lo lembur gak ?"
"Lembur lah."
"Yahh, padahal gw pengen ke Lippo Cikarang."
"Mau belanja ?" dia menggeleng.
"Mau main time zone," kali ini gw yang menggeleng heran.
"Lo cewek kok mainnya di time zone."
"Seru tau, belum pernah ya ?"
"Udah bosen gw."
"Ceritanya udah jago nih, suka main apa kalo di time zone."
"Balap sama tembak-tembakan."
"Wiiih sama tuh, gw juga demen mainnya. Gimana kalo kita taroan," tantangnya.
"Boleh, besok ya sepulang gw kerja. Kalo hari sabtu kan cuma sampe jam setengah 4 sore lemburnya," ajak gw.
Kamipun sampai di pabrik, sebelum Yuli naik kelantai 3 gedung A, dia melambaikan tangannya kepada gw. Temen-temen kerja gw pada siul-siul berjamaah, mungkin mereka mengira Yuli pacar gw.
"Hebat lo baru kerja berapa minggu udah dapetin anak office," begitulah tanggapan temen-temen gw saat melihat gw jalan bareng dengan Yuli.
Dan dugaan mereka yakinkan ketika jam makan siang. Jam istirahat bagian produksi itu setengah jam lebih awal dari pada bagian office. Tapi saat gw makan siang, ada 1 orang bagian office yang nongol. Dia ngambil makanan lalu duduk disebelah gw.
"Boleh gabung ?" tanya Yuli seraya meletakkan tempat makannya disebelah gw.
"I...iya boleh Yul," jawab gw agak gugup.
Temen-temen gw yang ada di deket gw serempak menjauhkan diri dari kami berdua. Apa coba maksudnya ?
"Udah jangan dipikirin Yul, mereka tuh homo jadi takut sama cewek," kata gw.
"Masa sih."
"Eh, lo gak di cariin atasan lo makan siang lebih awal ?" tanya gw heran.
"Nggak, office mah santai gak terikat sama jam, yang penting kerjaan beres," kata Yuli seraya menyuap makanannya.
*****
Lippo Cikarang
Sesuai perjanjian, setelah gw pulang kerja di hari sabtu, malamnya gw sama Yuli pergi ke Lippo Cikarang. Kami asik bermain time zone, lumayan jago si Yuli main balapan dengan gw, kejar mengejar hingga bersenggolan terjadi.
"Yeah, gw menang," teriak gw kegirangan setelah finis di tempat pertama, Yuli nampak gak suka dengan kekalahannya.
"Lo ya jadi cowok gak mau ngalah sama cewek," rungut Yuli.
"Klise," cibir gw.
"Maksud lo," Yuli mendengus kasar.
"Alasan cewek gak mau bayar taruhan tuh gitu."
"Iya gw bayar, lo mau makan dimana ?" kata Yuli rada sewot.
Kamipun mulai mencari tempat makan disekitar sana, gw cari restoran yang mahal dan wajah Yulipun nampak berkeringat. Hahahahaha. Salah sendiri ngajakin taruhan.
"Eh bentar Will, gw mau ke wc dulu," kata Yuli langsung berlalu menuju wc.
Dan gw pun menunggu di depan restoran pilihan gw, kalo gw masuk terus milih menu duluan, iya kalo Yuli dateng lagi, kalo dia langsung kabur terus pulang ke kontrakan.
Kecurigaan gw kalo Yuli bakal kabur semakin kuat, udah hampir setengah jam dia belum balik dari wc. Gw udah semakin sewot aja celingak-celinguk memperhatikan sekitar gw mencari keberadaan Yuli tapi dia gak kunjung dateng.
Ini bikin gw kebelet juga, dan gw pun pergi ke wc. Saat gw sampai pada lorong yang menuju ke wc, gw melihat Yuli sedang bersama seorang cowok di depan pintu masuk wc, mereka sedang berbicara tapi gak tau ngomongin apa, gw pun berjalan menuju wc, tadinya gw mau pura-pura gak kenal sama Yuli tapi....
"Eh sayang maaf ya nunggu lama," kata Yuli ketika melihat gw berjalan mendekat. Gw cuma celingak-celingut mencari orang yang dipanggil Yuli 'sayang'.
Yulipun mendekati gw dan langsung memeluk gw, "cuuupppp," tiba-tiba Yuli mencium bibir gw. Makin bergidik merinding gw.
Lembut sangat lembut bibir yang mengecup bibir gw. Dapat gw rasakan aliran darah di bibirnya yang mengalun indah. Gw bisa menghirup deru nafasnya yang wangi, seolah memberi tambahan oksigen dalam paru-paru gw.
Waktu terasa berhenti berputar, dan diam-diam hati kecil gw pengen waktu benar-benar berhenti berputar.
Kekuatan campurannya,
Menyatukan roh dan cinta,
Entah cinta atau roh,
Jadi zat atau sifatnya.
Dan cowok itupun pergi dengan wajah yang sangaaaat gak ngenakin, merah padam seperti memendam sebuah amarah. Setelah cowok itu pergi, Yuli melepaskan pelukannya.
"Sori Will, itu mantan gw yang kemaren gw ceritain," kata Yuli.
Gw masih terdiam, badan gw masih kaku, bibir gw juga sulit untuk mengatup dan mengucapkan kata-kata.
"Will," Yuli mengguncang-guncang badan gw, hingga gw tersadar.
"Eh iya...iya, sori baru pertama dipeluk dan dicium cewek," kata gw dengan polosnya, masih memandang Yuli dengan penuh heran.
Sedangkan Yuli cuma cengar-cengir bodoh, seolah menertawan gw yang serba pertama ini. Dan bodohnya gw, saking masih shocknya dipeluk dan dicium Yuli, gw sampai lupa kalo dia masih punya hutang sama gw. Habis kejadian itupun kami langsung pulang.
Mulai saat itu kami jadi semakin akrab, sering jalan ke Lippo Cikarang cuma buat main time zone. Nonton tv sampai larut malam, walaupun dia sering ketiduran juga, kalo udah gitu ya udah cuma rokok yang nemenin nonton gw.
Yuli juga sering curhat tentang masalahnya yang itu-itu mulu, sampai gw hafal dialog apa yang bakal dia ucapkan setiap dia curhat, walaupun udah sering gw kasih tau, buat apa menangisi masalah yang sama. Tapi susah juga sih kalo ada di posisi dia untuk melupakan hal menyakitkan itu.
Yuli juga sering cerita kalo dia suka ditanya-tanya orang tuanya dikampung 'kapan nikahnya, udah dapet calonnya belum'. Biasa kalo abis orang tuanya telepon nanyain kayak gitu dia mulai curhat sampai nangis bombay.
Selama ini gw cuma jadi pendengar setia cerita yang berulang-ulang. Gw gak bisa ngasih saran apapun ke Yuli, karna pengalaman hidup gw gak mengenaskan seperti Yuli. Paling gw cuma menghiburnya aja dengan lelucon konyol gw, walaupun dia cuma senyum terpaksa ketika gw berkelakar.
*****
"Eh kenapa jari lo, kok diolesin odol semua ?" tanya gw ketika baru pulang dari kerja, melihat Yuli nampak kesulitan menyuap mie instan ke dalam mulutnya.
"Iya tadi gw masak mie, pas mateng mau gw angkat, gw lupa pake kain ngangkatnya. Ya udah gini deh jadinya," kata Yuli melas menunjukkan jemarinya yang penuh dengan pasta gigi.
"Ya udah sini gw suapin," kata gw lalu mengambil mangkuk yang ada di hadapan Yuli, kemudian gw menyuapkan mie ke dalam mulutnya.
"Ditiupin dulu napa mienya, masih panas, udah jari melosoh, lidah juga ikut melosoh nih," Protes Yuli manja.
"Lagian lo kok bisa megang panci panas gak pake kain sih, lo pengen jadi pemain debus apa," kata gw seraya meniupkan mie lalu menyuapkan ke dalam mulutnya.
"Gw laper banget sampai lupa," kata Yuli memandang gw, terlihat senyum simpul tergurat di bibirnya diselah gerakan mulutnya yang mengunyah makanan.
"Wah subuh gak bisa bangunin gw donk kalo jari lo cidera gitu," ledek gw.
"Maksud loooo, gw gak bisa coli gitu," kata Yuli sedikit sewot.
"Ya gitu deh."
"Sialan lo ya."
"Hehehe."
"Eh itu mainan buat siapa ?" tanya Yuli yang melihat mainan mobil-mobilan yang gw bawa sepulang kerja.
"Ya buat gw lah."
"Gw kira buat keponakan lo atau siapa gitu yang masih kecil," cibirnya.
"Emang mainan cuma buat anak kecil doank, gw juga boleh kealeeessss," kata gw.
"Dasar terong-terongan."
"Eh sori ya gw bukan terong-terongan, tapi timun-timunan."
"Jiaahh apa bedanya."
"Kalo terong lemes, kalo timun keras."
Setelah selesai nyuapin Yuli, gw balik ke kamar gw untuk mandi dan ganti baju. Abis itu kembali gw ke kamar Yuli. Ternyata dia manja juga kalo lagi kayak gini, apa-apa musti gw, cuma kalo kencing aja gak perlu bantuan gw. Tau gini gw langsung tidur aja tadi abis mandi.
"Eh Will, kira-kira kenapa ya mantan gw waktu itu selingkuh," Yuli memulai sesion curhatnya untuk malam ini.
"Dia udah kebelet pengen ML kali, lo gak mau makanya cari yang mau," kata gw.
"Kata siapa gw gak mau, udah sering kali gw ML sama dia," tercengang gw mendengar perkataan Yuli, ternyata dia orangnya bebas juga, pantes doyan coli.
"Mungkin pelayanan lo kurang hot kali," kata gw belagak sok tahu.
"Kata siapa ya, mau gaya apa aja, mau crot berapa kali gw layanin, sampai lemes tuh dengkul," ucap Yuli dengan nada sedikit tinggi.
"No action sama dengan hoax."
"Maksud lo gw musti beraksi di depan lo gitu."
"Ya paling nggak ada rekaman yang membuktikan, kalo cuma ngomong sih gw juga bisa bilang kalo gw selalu buat cewek orgasme 20 kali sampai banjir muncrat-muncrat," kata gw tengil.
"Bodo ah, terserah lo deh," kata Yuli cemberut.
"Eh lo kalo lagi sedih ternyata bego juga ya," ejek gw.
"Maksud lo apa nih," kata Yuli mendengus kasar.
"Waktu itu lo lupa ngunci pintu pas lagi coli, sekarang panci panas lo pegang," ledek gw, dan gak ada tanggapan dari Yuli, dia makin cemberut.
Kami terdiam selama beberapa saat sambil nonton tv. Gak lama gw lihat Yuli kayak orang gelisah gitu, dia merubah-rubah posisi duduknya. Sesekali gw lirik pahanya yang putih mulus saling bergesekan.
"Will, mau bantuin gw lagi gak," kata Yuli pelan.
"Bantu apa ?"
"Kan tangan gw masih melepuh nih......." Yuli terlihat agak ragu.
"Iya, bantuin apa ?"
Yuli mendekatkan bibirnya ke telinga gw, "Bantuin coliin gw donk," bisik Yuli, langsung menjauhi bibirnya ketika selesai berbisik.
Gw terkejut langsung menatap Yuli dengan penuh tanda tanya.
"Itu sih kalo lo mau," kata Yuli menempel-nempelkan kedua telunjuknya seraya melirik gw malu-malu.
"Gw gak tau caranya," kata gw gugup.
"Tinggal lo gesekin jari lo di meki gw," kata Yuli gak kalah gugup.
"Ya..... ya udah," keringet dingin langsung mengucur deras.
"Lo tutup dulu pintunya," pinta Yuli, gw pun langsung menutup pintunya.
Yuli sudah berbaring diatas kasur begitu gw menutup pintunya. Gw pun mendekatinya dan duduk di sampingnya.
"Gw harus gimana nih ?" tanya gw gugup memandang sekujur tubuhnya yang dibalut kaos ketat dan celana pendek.
"Lo masukin tangan lo ke dalem celana gw," Kata Yuli.
Gw pun memasukkan tangan gw, tapi sebelum gw menyentuh mekinya, Yuli menahan gw.
"Eh tunggu."
"Kenapa ?"
"Meki gw belum basah, lo remesin toket gw dulu biar kerangsang," deeegggg, jantung gw terasa berenti mendengar permintaanya.
Gw keluarkan tangan gw yang tadi menelusup ke dalam celananya. Kini gw arahkan tangan gw memasuki kaosnya. Kini tangan gw sudah berada di gundukan besar yang terbungkus bra.
Yuli menaikkan tubuhnya, tangannya direntangkan ke atas, "Lo buka kaitan bra gw," pintanya.
Lumayan kesulitan gw melepas kaitan tali branya, tapi akhirnya gw berhasil melepasnya. Gw bisa merasakan lembutnya tonjolan yang terhusung di dadanya. Gw langsung remas-remas toket kenyalnya, perlahan toketnya semakin mengeras, dan Yulipun mulai mengerang.
"Sambil diplintir putingnya Will."
Tanpa diminta lagi, gw langsung memainkan putting imutnya dengan telunjuk dan jempol gw. Gw pilin-pilin seperti ketika gw mencari gelombang radio, kali ini gw mencari gelombang birahi.
"Masukin tangan lo ke celana Will."
Gw keluarkan tangan gw dari kaosnya dan langsung menelusup ke balik celananya.
"Kok di keluarin sih, kan lo punya dua tangan."
Gw pun paham maksudnya, kini kedua tangan gw saling bekerja sama memberi kepuasan birahi untuk Yuli. Dengan jari tengah, gw elus-elus lubang meki yang sepertinya ditumbuhi bulu namun sedikit. Jari gw terasa basah dan semakin licin, membuat sebagian jari tengah gw masuk ke dalam mekinya.
"SSShhhhh, agak ke atasan Will," pintanya, gwpun menggerakkan jari gw sesuai arahan dari Yuli.
Kakinya mulai menggelinjang, menggesek-gesek sprei hingga kusut. Matanya setengah terbuka, dengan bibir yang dia gigit. "Cipok leher gw Will."
Makin tercengang gw, berkali-kali ludah gw hampir menetes keluar, dan berkali-kali pula gw telan ludah gw itu. Dengan perlahan gw dekatkan bibir gw ke arah lehernya, dia mendongakkan kepalanya agar gw dapat mudah menjamahi leher jenjangnya.
Saat bibir gw sudah mencapai lehernya, gw langsung menjilat-jilati. Bahu Yuli nampak bergerak-gerak kegelian, desahan-desahan semakin kencang keluar dari bibirnya.
"Di sedot-sedot leher gw Will."
Gw turuti semua intruksi Yuli, kulit lehernya gw tarik dengan kedua bibir gw, kemudian gw hisap hingga membekas merah disetiap kecupan gw. Jemari gw makin lincah bermain di mekinya, menggelitik klitorisnya yang mengeras. Tangan kanan gw juga semakin asik meremasi toket ranumnya serta memelintir putting imutnya.
"Akkkkhhhh enak banget Will," ceracau Yuli, tubuhnya menggelinjang.
"Wangi banget tubuh lo Yul," ucap gw ditengah penjelajahan gw di leher jenjangnya.
"Jangan banyak omonglah, puasin gw aja."
Mekinya semakin licin hingga ujung jari gw tanpa sadar sudah masuk sebagian. Pinggul Yuli bergerak gak beraturan ke kanan dan ke kiri. Kadang dia angkat pinggulnya agar jari gw masuk lebih dalam ke mekinya.
"plop...plop....plop," jemari gw berdecik karna cairan di meki Yuli semakin banyak, cairan licin itu mengalir hingga pahanya.
"Will cipok gw !" gw kaget mendengar permintaan Yuli yang satu ini, otomatis aktifitas gw berhenti untuk sejenak, dan pikiran gw memutar kembali ke jadian tempo hari saat tiba-tiba Yuli nyium gw di depan toilet mall.
"Helllooowww, jangan berenti donk, nanggung banget nih!" Yuli membuyarkan lamunan gw, dan kembali jemari gw memainkan peranannya, memaju mundurkan di dalam mekinya.
Tapi untuk permintaannya agar gw menciumnya, gw masih tertegun, masih grogi gimana gitu rasanya. Tapi Yuli yang terlihat sudah di ujung nafsu mendekatkan wajahnya ke wajah gw. Langsung di lahap bibir gw, dan melumatnya hingga liurnya membasahi mulut gw dan bercampur dengan liur gw.
Lidahnya mulai menelusup rongga mulut gw, aaahhh ini lebih lembut dari yang waktu itu gw rasakan. Bukan hanya lembut tapi sangat merangsang birahi gw. Kontol gw yang sedari tadi sudah tegang, dibikin makin tegang hingga gw inisiatif untuk menggesek-gesekkan kontol gw di pahanya.
Gw setengah merangkul Yuli untuk mempermudah gw menggesek kontol gw di pahanya. Jemari gw semakin liar dan dalam menghujam liang kenikmatannya, serta bibir gw udah bisa mengimbangi liarnya bibir Yuli.
"Hhmmmmm," kontol gw semakin sesak ada dibungkus oleh celana gw, dan Yuli sepertinya juga semakin pengap karna mekinya juga masih terbungkus celana.
"Buka aja celana gw," ucap Yuli melepas pagutan sementara.
Gw langsung melepas celananya lengkap beserta dalamannya, dan tanpa di perintah gw buka baju dan branya sekalian. Kini tubuh telanjang Yuli terpampang di hadapan gw.
Gw menelan liur gw menatap tubuh putih mulus Yuli, payudaranya yang membumbung sekal nan kenyal seolah menantang untuk gw nikmati, mekinya dengan sedikit bulu berbentuk segitiga terlihat sudah sangat basah.
Gw yang sudah kepalang nafsu langsung melepas seluruh pakaian yang melekat di tubuh gw. Yuli kaget menatap tubuh gw yang juga bugil.
"Lo mau ngapain Will ?" sepertinya dia curiga.
"Gw gerah, kontol gw juga sesak nih," kata gw beralasan.
"Oh itu aja, yakin nih," Yuli tersenyum nakal.
Langsung gw lumat putting yang telah mengeras, putting yang satunya gw plintir-plintir dengan tangan kanan gw. Sedangkan tangan kiri gw kembali menggesek mekinya.
"Hhhmmmmmm," Yuli mengerang-ngerang, mekinya sudah sangat becek dengan sekali hentak jari tengah gw udah terpendam di dalam mekinya.
"Ooouuuggggghhhh," Yuli menggelinjang gak karuan, pinggulnya bergoyang kesana kemari, jemari gw juga mensapu seluru area dalam mekinya seraya keluar masuk.
"Kontol lo udah tegang banget Will, sayang jari gw lagi melepuh," ucap Yuli diantara desahannya.
"Pake mulut kan bisa," gak tau kenapa kok gw bisa ngomong kayak gitu.
Mungkin tuntutan nafsu gw yang membuat gw ngomong begitu, dan karna tuntutan nafsu pula gw arahkan penis gw ke mulutnya. Mulut gw juga gw posisikan tepat di depan liang vaginanya yang telah merekah.
Gak ada penolakan dari Yuli, dia langsung melahap kontol gw yang tegang setegang tegangnya, dan dengan naluri gw jilati meki yang sudah sangat basah dengan lendir.
"Aaaakkkkhhhh," erang kami berbarengan.
Gila lembut banget permainan bibir Yuli di kontol gw, bikin kontol gw merinding, bahkan rasa ngilu itu merambat ke kaki gw hingga menegang. Membuat kaki gw blingsatan mengacak-ngacak sprei merah yang membungkus kasur di kamar Yuli.
"Gila Yul enak banget," ceracau gw disela jilatan gw di meki Yuli.
Saking nikmatnya gw jadi gemes, jembut meki yang sedikit gw emut dengan bibir gw lalu gw tarik-tarik. Jari tengah gw langsung menghujam meki yang telah memerah itu.
"Aaaaakkkkkkkkhhhh," jerit Yuli dibarengi semburan cairan dari mekinya, seluruh tubuhnya nampak menegang. Inikah yang dinamakan orgasme bagi wanita. Yuli beberapa kali mengejang berbarengan dengan semburan yang menyeprot-nyemprot wajah gw.
Yuli berhenti mengulum kontol gw, nampak dia mengatur nafasnya. Gw rebahkan tubuh gw di sampingnya, terlihat nafas Yuli yang tersengal lalu menatap gw dan tersenyum.
"Makasih ya," ucap Yuli masih dengan senyuman kepuasannya.
"Iya," gw balas tersenyum.
"Tapi gw belum puas, lo juga belum puas kan ?" senyuman Yuli berubah lebih nakal dan menggairahkan.
"Mesti gimana lagi gw nih ?"
"Jangan pura-pura bego deh, kayak anak kecil aja, praktekin aja yang sering lo tonton."
Gw paham maksud Yuli, gw bangkit lalu gw tindih tubuh Yuli, gw tersenyum dan dia juga tersenyum. Kontol gw gesek-gesekan di meki Yuli, masih licin bahkan lebih licin dari yang tadi.
Gw lumat bibir manisnya, lidah gw menerobos masuk ke rongga mulutnya. Gw goyang-goyangkan pinggul gw dan diapun mengikuti gerakan pinggul gw seolah meminta agar segera gw masukkan kontol gw.
"SSShhhhhh," Yuli memejamkan matanya, tangannya diangkat tubuhnya meliuk-liuk dalam dekapan tubuh gw.
Jemari Yuli mulai mencari-cari kontol gw, begitu di dapat langsung diarahkan masuk ke dalam mekinya, "OOOOuuuuuggggghhhhhh," lenguh kami saat kontol gw secara sporadis menghujam mekinya.
Gw biarkan kontol gw tertancam untuk beberapa saat, menikmati setiap kedutan dinding vagina Yuli. Kontol gw seperti di sedot-sedot dan di pijat-pijat, gw turunkan kecupan bibir gw menuju leher jenjangnya. Gw tarik-tarik kulit leher Yuli lalu gw kemut-kemut.
Yuli mulai menggoyangkan pinggulnya, sepertinya dia sudah gak tahan untuk permainan yang lebih liar lagi. Gw mengikuti gerakannya, bahkan lebih liar dari Yuli. Kami saling kejar mengejar menggerakan pinggul kami.
"Ooohh enak bangetttt Will," ceracau Yuli, kepalanya terdongak menikmati setiap hujaman kontol gw.
Gw keluar masukkan kontol gw dengan berbagai ritme. Dari mulai slow, kencang lalu slow kembali. Membuat Yuli semakin menggelinjang karna gw permainkan nafsunya yang sudah membumbung tinggi.
Bibir gw kembali berjelajah, kini mulai merayap menuju payudaranya. Jemari gw gak mau kalah, dengan sigap langsung merauk kedua bongkah payudaranya. Sementara itu kontol gw semakin intens menghujam mekinya hingga terdengar decik suara cairan mekinya yang beradu dengan kontol gw.
Gw emut putting imut namun mengeras kemerahan itu, bergantian kiri dan kanan. Kedua telapak tangan gw masih asik meremasi gundukan indah itu. Yuli merancau hebat, mungkin terdengar sampai luar, tubuhnya menggelinjang gak karuan.
"Gila hebat banget lo Ssssshhhhhhhh," Yuli semakin liar menggerakkan pinggulnya ke segala arah. Matanya sudah semakin sulit untuk terbuka, bahkan pupilnya sudah gak terlihat lagi, bibir bawahnya di gigit menahan luapan kenikmatan yang kini sedang terjalin diantara kami.
Gw semakin kencang menghujam kontol gw, Yuli pun semakin gak karuan menggelinjang, desahannya berubah menjadi jeritan kenikmatan yang gak bisa terkendali lagi.
"Gw diatas Will !" pinta Yuli.
Gw langsung membalikkan tubuh kami, Yuli bersimpuh diatas tubuh gw, kembali ia goyangkan pinggulnya. Kali ini lebih dan lebih liar lagi, payudaranya yang kenyal nampak bergoyang-goyang kesegala arah.
"Oouugghhh memek lo dahsyat," rancau gw mengikuti gerakan pinggulnya.
"Kontol lo juga luar biasa," Yuli membalas pujian gw. Gw remas ke dua bukit indahnya yang menggantung bergoyang-goyang itu.
Gw plintir-plintir putingnya dengan telunjuk dan jempol gw. Yuli semakin blingsatan, begitu pula dengan gw. Kaki gw udah gak tau harus bergerak kemana lagi menerima gelombang kenikmatan ini.
Kepala Yuli menengadah ke atap kamar, gw bangkit lalu menghisap puttingnya. Jemari gw membelai punggung mulusnya, gw gelitik punggungnya lalu merayap menuju lehernya. Yuli nampak meliuk-liukkan tubuhnya menerima sensasi geli dari jemari gw.
Yuli memperlambat goyangannya, dia naikkan pinggulnya perlahan, lalu menurunkannya sedikit lebih cepat diiringi kempotan pada dinding mekinya. Sensasinya membuat seluruh bulu gw berdiri, nikmat, ngilu, merinding membut mata gw sulit untuk terbuka.
Tubuh Yuli nampak menegang, erangannya semakin kencang terdengar, mekinya semakin kuat meremas kontol gw dan semakin dalam menyedotnya. Kontol gw juga terasa gemetar, ngilu, seperti ada sesuatu yang akan menerobos keluar.
"AAAAAKKKKKKKKHHHHH SSSSSSSSHHHHH OOOOOUUUUGGGGHHH," lenguh kami berbarengan diiriingi semburan cairan keningmatan, tubuh kami sama-sama menegang, menggelinjang gak karuan, pelukan kami semakin erat, hingga beberapa semburan cairan yang saling bercampur didalam meki Yuli dan juga membasahi kontol gw yang menghujami mekinya.
Kami terdiam menikmati sisa-sisa kenikmatan, kami saling pandang, kontol gw masih menancap di mekinya. Hingga perlahan mengecil dan terlepas dengan sendirinya. Tapi kami masih berpelukan, kami hembaskan tubuh kami ke kasur tanpa melepas pelukan kami.
Kami saling pandang, gw belai rambutnya yang berantakan karna permainan liar kami. Dan Yuli juga membelai rambut gw, walaupun dengan sedikit kesusahan karna jarinya yang melepuh. Hingga kami terlelap dalam pelukan, hangat, indah, dan segala macam rasa yang sulit dijelaskan hadir dalam tidur kami sampai pagi.
Diam-diam hati gw juga ikut menikmati, dan menasbihkan bahwa malam ini adalah malam yang indah untuk gw lewati. Dan diam-diam hati gw mendeklarasikan jika diberi 1001 malam terindah sekalipun, gak akan bisa mengalahkan keindahaan malam yang baru gw lewati bersama Yuli.