Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Office Story 2019

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Ceritanya mirip film JAV, tpi ini dgn ilustrasi mode indonesia. Andaikan di buat jdi film, bakalan ngehits bget nih suhu. Pokoknya ane org pertama yg ngedownload film ini lah, wakakaaaa...
Ditunggu kelanjutannya suhu, semangaaattt... :semangat::beer:
 
Chapter 8 : Regrets.


Resort, pukul 7.30 waktu setempat. Kami bersiap-siap makan malam di halaman villa, kali ini tema makan malamnya beda dengan kemarin. Kalau kemarin makan malam kami bertema garden party dengan menu barbeque, untuk malam ini temanya adalah lesehan dengan menu hidangan berbagai macam seafood. Tidak lengkap berada di pantai tanpa makan seafood.


Ini adalah makan malam dimana kami semua bisa berkumpul lengkap, ada Aku, Nita, Bu Mia, ditambah dengan Jessie, James, dan dua anaknya yang kemarin tidak ikut makan dengan kami.


Cukup seru dan ramai, aku baru tahu kalau rombongan pencari oleh-oleh tadi terlambat kembali ke villa karena navigasi GPS mobil mereka mengarahkan mereka melalui jalan memutar dan macet. Awalnya aku menertawakan mereka karena berpikir disini tak mungkin ada macet. Tetapi begitu diperlihatkan video kemacetan tadi aku hanya bisa bengong tak percaya.


Dan hal baru lagi yang baru kuketahui, James yang selama ini kupikir kaku dan pemalu, ternyata pandai melucu juga. Banyak ceritanya yang sukses membuat kami tertawa terpingkal-pingkal. Tak lupa dia menceritakan pengalamannya di perusahaan pertambangan, menceritakan hal-hal yang tidak diketahui masyarakat awam. Ceritanya begitu menarik, dan membuka wawasan kami.


Namun demikian, aku dan bu Mia rasanya tak dapat menikmati keseruan ini sepenuhnya. Sebenarnya perasaanku dan bu Mia Sedang campur aduk. Apalagi setelah ada sesuatu antara aku dan bu Mia sore tadi menjelang makan malam.


Dan tadi aku mendengar cerita panjang lebar dari bu Mia soal kisah tersembunyi yang dia alami di kantor ini. Yang berkaitan juga dengan Pak Doni.


Cerita bu Mia tadi membuatku sedikit muak pada Pak Doni. Tak henti-hentinya aku mengumpatinya dalam hati. Sungguh tak bisa dimaafkan, sulit aku mencari kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya selain kata-kata itu..


Doni Himawan. Dialah salah satu otak yang menjalankan perusahaan ini, begitu dihormati dan disegani semua pegawai disini. Termasuk aku yang memang sungguh sangat menghormatinya, dan bahkan beliau sudah kuanggap sebagai role model bagi kami pegawai muda di perusahaan.


Namun tak kusangka, sifat aslinya, dia berbeda dengan apa yang beliau tampilkan di perusahaan. Hal itu kuketahui dari cerita bu Mia barusan.


Dan apa yang diceritakan bu Mia tadi sungguh-sungguh membuka mataku, menyadarkanku, seperti apa orang yang kukagumi itu. Aku jadi sedikit memikirkan apa yang diceritakan beberapa saat yang lalu dan kejadian unik setelahnya..





“ aku akan menceritakannya kepadamu za, semuanya, dari awal..” kata Bu Mia padaku


Akupun semakin mendekati bu Mia, berusaha mendengar lebih baik agar tidak terlewat satu cerita sedikitpun.


“ jadi begini ceritanya..” lanjutnya





[POV bu Mia]





Semua kejadian bermula pada tiga tahun yang lalu. Tepat setengah tahun aku bergabung di Kantor Pusat perusahaan ini disini. Sebelumnya aku bekerja sebagai Manajer keuangan di kantor cabang perusahaan di Jogja. Di kantor itu aku telah bekerja selama hampir 20 tahun, dari awal sebagai staff hingga menjadi manajer.


Setelah itu aku mendapat tawaran untuk mengisi jabatan Tax Supervisor di kantor pusat perusahaanku. Aku diminta mengisi jabatan itu karena tax supervisor yang lama telah memasuki masa pensiun. Selain itu juga arena aku dianggap memenuhi kualifiksai kemampuan teknis disitu, walaupun awalnya aku seorang akuntan, tetapi aku mempunyai sertifikat Brevet Pajak sebagai tanda aku telah mengikuti kursus atau pelatihan pajak. Maka hanya dengan sedikit penyesuaian, aku akan dengan mudah mengisi posisi yang ditinggalkan itu.


Sementara Awalnya aku sempat bimbang ,kalau aku ke Jakarta aku harus meninggalkan Anak-anakku di Jogja, padahal baru saja Anak pertamaku Elia setahun masuk kuliah, sementara anak keduaku Abel baru masuk kelas 2 SMA. Mereka di umur-umur dimana aku harus mengawasinya, juga membimbingnya


Sebelum mengambil keputusan, Aku juga harus meminta pendapat Suamiku, karena akupun harus meninggalkannya. Meninggalkan suamiku juga cukup berat bagiku. Karena aku termasuk wanita yang mempunyai gairah seks yang tinggi.begitu juga dengan suamiku. Makanya diumur kami sekarang, kami masih rutin bercinta dengan frekuensi yang lumayan tinggi. Meskipun dengan menuanya suamiku yang telah memasuki usia 51 tahun, , kemampuannya memuaskanku dalam hubungan seks juga semakin menurun. Tetapi Aku masih bersyukur kehidupan seks kami normal secara kuantitas. Dan akupun tak pernah mengeluhkannya.


Pada akhirnya aku menerima tawaran itu. Seperti pesan suamiku, menolaknya itu seperti menolak rezeki dan secara tidak langsung menutup kesempatan orang-orang lain di kantorku untuk menggantikanku. Makanya aku mantap menerimanya, Toh aku tetap bisa sering pulang seminggu sekali.


Tiga bulan pertamaku disini berasa berat bagiku,soal kehidupan Jakarta yang jauh beda dengan di Jogja. soal pekerjaan yang sebenarnya aku kurang familiar dan soal kualitas karyawan disini, terutama di bagianku yang menurutku tak sesuai dengan harapanku. Ada yang kemampuan teknisnya minim dan ada yang pemalas,. Dan semuanya kurasakan sangat egois, hingga tidak bisa bekerja sama dengan baik.


Aku jadi sering stress sendiri. Aku juga tak punya teman di kantor yang bisa menjadi teman curhatku. Aku masih belum merasa cocok bergaul dengan rekan-rekan yang lain karena perbedaan karakter kami. Semua hal itu membuatku semakin menyesal aku menerima tawaran ini.


Aku semakin stress begitu tahu suamiku juga akhirnya dimutasi ke Makassar, mengisi pos pimpinan cabang disana. Aku jadi semakin jauh dengan suamiku. Dan semakin kesulitan memenuhi kebutuhan biologisku.


Disitulah awal aku dekat dengan Mas Doni, Direktur Keuangan di perusahaanku. Dia orang Jogja juga sepertiku. Aku sudah lama mengenalnya, karena dulu dia adalah kakak kelasku waktu SMA dan kakak tingkat saat kuliah juga. Sebagai atasanku dia banyak membantuku beradaptasi dengan pekerjaanku, banyak juga mendengar keluhanku soal pekerjaan, dan cukup perhatian kepadaku. Aku jadi merasa sedikit lebih nyaman di kantor ini.


Untuk membantuku beradaptasi dengan kehidupan Jakarta yang keras, terutama soal kemacetannya. Dia sengaja menyewakan aku apartemen yang tak jauh dari kantor, tak jauh juga dari apartemen tempat tinggalnya. Dibiayainya sebagian uang muka untuk sewa yang lumayan mahal, dibantunya aku pindahan dari rumah kostku , dan ditemaninya aku menata apartemenku. Menurutnya jika dekat dengan apartemennya, aku bisa berangkat bareng dengannya kapanpun aku mau.


Begitu mendengar keluhanku soal pekerjaan, dia langsung meminta kepada bagian SDM untuk mengganti beberapa karyawan yang jadi bawahanku. Lalu datanglah Riza dan Edo. Riza sebelumnya dari kantor Cabang Surabaya ditarik menggantikan Ardi, bawahanku yang mengundurkan diri. Sementara Edo yang sebelumnya di bagian Accounting, bertukar posisi dengan Jose yang menurutku kurang optimal di posisinya. Riza dan edo, Mereka berdualah yang akhirnya bisa menjadi andalanku, dan menjadi penyambung pikiran antara aku dengan pegawai lain. Selain itu Mas Doni berjanji akan menambah satu orang karyawan wanita untuk menemaniku, yang tentunya punya kemampuan teknis sesuai kebutuhanku. Lalu datanglah Jessie yang ditarik dari kantor cabang Manado, dia sangat perfect bagiku, jadi teman curhat yang baik, dan kemampuannya dalam pekerjaan juga luar biasa. Kami jadi semakin kompak, dan Aku jadi semakin semangat bekerja disini.


Kemudian mas Doni juga aktif mengajakku berinteraksi dengan beberapa manajer dan direktur yang lain, baik itu secara formal ataupun informal. Dia mengajakku kedalam lingkaran pertemanan mereka. Dan Mengenalkanku dengan tempat-tempat menyalurkan hobi di waktu luangku. Paling tidak itu membuatku mempunyai banyak teman baru, dan merasa tak sendiri lagi di Jakarta ini.


Perhatian mas Doni ini membuatku nyaman dan percaya sepenuhnya padanya., Dan dia dengan sabar selalu membuatku tenang, dan memberi solusi yang baik bagi setiap masalah yang kuhadapi. Karena kurang lebih dia bernasib sama sepertiku, jauh dari keluarga juga.


Banyak gosip buruk mengenai mas Doni yang kudengar dari kawan-kawan kantor. Mengingat dia adalah orang yang berpengaruh di perusahaan ini,aku memaklumi timbulnya gosip-gosip tak sedap tersebut. tetapi berdasarkan apa yang kualami, aku berpikir rasanya itu tak mungkin. Karena Aku sudah merasa sangat mengenalnya.


Kamipun semakin dekat, dia selalu ada ketika aku membutuhkan. Dan seakan-akan tulus membantu diriku. Dari persaan menghormati, akupun perlahan-lahan jadi mengaguminya, rasanya ingin setiap hari bersamanya. Lalu perlahan-lahan lagi aku merasa suka dan merasa jatuh cinta padanya. karena aku merasa bahagia ketika di dekatnya.


Dan dia pun mengatakan hal yang sama, dia menyatakan kalau dia sudah suka padaku sejak lama, dari saat masih SMA dulu. Tetapi dia tidak berani menyatakannya karena dia hanya anak tukang parkir dulu. Sementara aku adalah anak pejabat pemerintahan di Jogja. Dan sekarang dia menyatakan lagi cintanya padaku.


Aku tahu itu salah. Kami berdua masing-masing sudah berkeluarga. Masih utuh sampai sekarang. Tentu menyatakan cinta itu menghianati pernikahan kami masing. Sejujurnya aku merasa senang dia menunjukkan dia mencintaiku, tetapi aku tak berani menerima cintanya. Dan diapun tak mempermasalahkannya, karena menurutnya cinta itu tak harus saling memiliki.


Meski tanpa status, kami makin sering menghabiskan waktu berdua., entah itu makan bersama atau pergi berbelanja bersama. Semakin terbuka satu sama lain. Bahkan masalah paling pribadipun kami tak ragu untuk saling bercerita. dan akupun tak ragu untuk menceritakan semua keluh kesahku, bahkan masalah pribadiku pun, masalah rumah tangga, dan bahkan rahasia ranjangku. Dia membuatku seolah selalu bergantung padanya.


Hal itu diperparah dengan komunikasiku dengan suamiku yang sedikit berkurang. Suamiku sangat overprotektif padaku, sehingga aku merasa tidak bebas melakukan apapun yang aku mau. Disaat itulah mas Doni mencoba membantuku lagi. Dia menghubungi suamiku dan sekarang berteman baik dengan suamiku. Suamiku sangat percaya kepadanya, .sehingga ketika aku pergi dengan mas Doni, suamiku tidak merasa khawatir.


Suatu hari kami berdua berlibur bersama ke Bandung, pulangnya dia mengajakku menginap di Villanya yang berada di puncak. Saat itulah dia menggodaku untuk berhubunan badan dengannya. Meski awalnya kutolak. Aku tak kuasa menahan ketika dia mulai menyentuh tubuhku. Aku yang sudah lama tidak disentuh pria seketika bereaksi. Akupun larut dalam rayuan dan belaiannya. Dan itulah saat pertama kali dia menyetubuhiku. Aku tahu itu salah. Tetapi setiap pujiannya selalu membuatku melayang. Dan rayuannya selalu membuatku bertekuk lutut. Dan kami pun menghabiskan sebagian malam itu dengan bercumbu dan bercinta dengan panas.


Mulai saat itulah kami menjalin hubungan gelap. Kami jadi sering melakukan hubungan seks, kapanpun dia ingin memuaskan nafsunya. Kapanpun aku ingin memuaskan nafsuku. Kuakui mas Doni adalah laki-laki yang sangat luar biasa di ranjang. Setiap hubungan intim dengannya aku selalu menikmati dan merasa kan kepuasan seksual yang telah lama tidak kurasakan.


Setelah hubungan itu hampir berjalan hampir dua tahun lebih. Beberapa kali, aku merasakan rasa bersalah lagi. Apalagi ketika aku bertemu suamiku atau anak-anakku. Aku selalu merasa bersalah. Setahun aku coba untuk mengakhiri hubunganku dengan mas Doni. Tapi mas Doni selalu berhasil merayuku untuk melakukannya lagi.


Baru setelah sekitar 7 bulan lalu. Pada saat ibuku meninggal, saat itulah aku bisa menghabiskan banyak waktuku dengan keluargaku. Dan memberi banyak waktu untuk memikirkan perbuatanku yang telah menghianati mereka. Saat itulah Perasaan bersalah itu selalu menghantuiku. Sejak saat itulah, Kebulatkan tekatku, kuputuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Mas Doni.


Awalnya Mas Doni kecewa, dan mencoba merayuku untuk memikirkan lagi keputusanku itu. Bahkan dengan berlutut dia memohon kepadaku untuk tetap bersamanya. Namun aku sudah merasa cukup. Aku tak mau lagi mengikuti kemauannya. Apalagi aku semakin takut ada gosip tak sedap menyebar di perusahaan seiring kedekatanku, aku tak mau dicap wanita perusak rumah tangga, atau wanita penjilat yang ingin meningkatkan karirnya dengan menggoda atasannya.


Akhirnya dia dia dengan terpaksa setuju untuk mengakhiri hubungan kami. Walaupun dalam beberapa kesempatan selalu mengajakku untuk bercinta dengannya. Dan selalu kotolak.


Aku masih menghormati dan bersikap profesional padanya di kantor. Tetapi untuk masalah pribadi, aku sudah merasa ada apa-apa lagi dengannya. Tidak ada lagi cinta atau suka atau sayang antara aku dan dia lagi.


Apalagi sejak ada Jessie,Riza dan Edo lah aku bisa banyak curhat dan meminta bantuan ketika ada masalah.. Sehingga ketergantunganku pada Mas Doni di bidang pekerjaan dan lain-lain semakin berkurang.


Sementara, untuk mengatasi atau menyalurkan nafsu seksualku yang cukup tinggi,dan selama ini dipenuhi oleh mas Doni. aku mulai menyibukkan diri dengan mengikuti kegiatan olahraga bersama teman-teman kantor. Kadang aku ikut Yoga bersama Jessie, kadang aku ikut Badminton bersama Riza atau ikut Kegiatan lari bersama Edo.





Hingga suatu ketika, sekitar 3 bulan yang lalu aku dimintanya untuk menemaninya menghadiri meeting dan jamuan makan di kantor klien kami. Pada awalnya aku ingin menolak, tetapi dia mengajakku dalam kapasitasnya sebagai atasanku. , maka aku tak bisa menolak.


Acara Meeting itu dibikin di kantor perusahaan klien kami. selain untuk merayakan tahun baru, acara ini juga dilaksanakan untuk mempererat jalinan bisnis dengan semua pemangku kepentingan. terutama bagi perusahaan Milik negara ini, dimana perusahaan sangat perlu hubungan erat dengan Pemerintah dan juga politisi di gedung DPR untuk memperlancar segala urusan teknis maupun non teknis perusahaan


Meeting dengan perusahaan Rekan kerja kami selama hampir sejam itu berjalan lancar, setelahnya Mas Doni harus menemani Pak Direktur Utama. Sedangkan aku sendirian harus menemani tamu lain di sebuah jamuan makan malam di Rumah Makan di Jakarta Barat. Sementara Mas Doni akan menyusulku nanti.


. Begitu sampai lokasi, aku langsung menuju tempat yang sudah di booking, sebuah ruangan meeting kecil yang sangat privat di lantai 2. Akupun mengetuk pintu dan masuk ke ruangan yang luasnya hanya sekitar 4x5 meter itu. Didalam ada satu lemari minuman besar, satu kulkas, dua sofa besar, satu meja untuk meletakkan sajian makanan, dan ada sebuah kamera yang dipasang di tripod yanv didirikan di ujung ruangan.


sudah ada dua orang, yang sedang menikmati minumannya sambil mengobrol tentang politik di Indonesia. Yang pertama badannya pendek dan gemuk, dan yang kedua berbadan tinggi besar dengan kulit gelap khas indonesia timur.


“ maaf Pak sudah menunggu lama..” sapaku pada mereka. Merekapun berdiri menyambut dan memandangiku.


“ ah bu Mia, gak papa kok.. mari-mari masuk” Jawab pria bertubuh pendek yang sudah kukenal baik dari beberapa tahun yang lalu,Namanya Pak Krisna. Menjabat sebagai pejabat di kementerian, beliau jadi penghubung ketika ada komunikasi antara perusahaan dengan pemerintah yang merupakan pemegang saham terbesar. Aku mengenal dekat dengan beliau karena beliau ada di lingkaran pertemanan mas Doni. Aku lalu masuk kedalam. Dan diperkenalkannya aku pada seseorang yang telah menunggu di dalam.


“ bu Mia, perkenalkan ini pak Wira, anggota DPR yang mengurusi bidang BUMN” Pak Krisna mengenalkanku, akupun menjabat tangan pria yang diperkenalkan itu, yang bertubuh tinggi besar. Kulihat dia tersenyum aneh dan meremas erat tanganku.


“ senang bertemu dengan anda, anda cantik sekali malam ini” kata pak Wira memujiku


“ ah.. Bapak ini bisa saja… senang bertemu anda juga pak wira,” Aku membalas dengan sopan. Kemudian pak Krisna beranjak menuju tempat menyimpan minuman, dan ke kulkas di ujung ruangan. Sementara aku duduk di sofa dengan canggung menemani dua orang yang baru kukenal tersebut. Tak henti-hentinya mereka memandangiku, berbisik-bisik dan tertawa. Entah apa yang dipikirkannya.


Kami mengobrol banyak tentang progres pekerjaan di beberapa daerah di Indonesia, sebelum Pak Krisna datang membawakan minuman padaku dalam gelas panjang.


“ bu Mia minum cola ini saja ya, yang lain beralkohol semua” diberikannya minuman dingin itu padaku.


“ silahkan diminum biar lebih santai..” lanjutnya sambil sedikit memandangiku..


“ terimakasih pak.. ” tanyaku padanya sembil meminum sedikit minumanku itu.


Sembil mendengarkan musik di ruangan ini dan mereka pun ngobrol santai. Sedangkan aku duduk terdiam di sini. Tak lama kurasakan aku sedikit pusing, badanku melemah, muncul keringat dingin dan kurasakan rasa gerah di ruangan ini. Kulihat mereka tertawa melihatku sedikit gelisah.


Tubuhku sudah tidak dapat kukuasai lagi, rasanya sensitifitas kulitku meningkat, aku tidak nyaman dengan keadaanku sekarang. Aku merasakan vaginaku sangat gatal dan sudah sangat lembab. Rasa geli dan panas menjalari tubuhku. Tanpa aku sadari aku melonggarkan hijabku dan membuka jas kerjaku. Untuk menghilangkan rasa gerah di tubuhku. Hingga aku mulai berfikir, kalau ada sesuatu di campurkan dalam minumanku tadi.


“Pak Kris, sudah bisa kita mulai permainannya? Hehehe” tanya pak Wira sambil tertawa, menatapku penuh nafsu.


“ sebentar, saya pastikan dulu pak” jawab Pak Kris sambil mendekatiku.


“ Pak Kriss.. apa yang tadi bapak berikan.. uhh” tanyaku lemas sambil bersandar di sofa yang kududuki. Dirabanya tangaku. Diusapnya kepalaku, dan bukanya kancing kemejaku perlahan sampai dadaku.


“ tenang bu Mia, nikmati saja..” jawabnya pelan sambil tersenyum licik.


“ kami telah memasukkan obat perangsang, anda tidak mungkin bisa menolak keinginan untuk untuk berhubungan seks, dan kami tahu anda sudah lama tidak disentuh lelaki” lanjutnya.


“ sudah lama saya ingin menikmati tubuh bu Mia, sayangnya Pak Doni selama ini selalu melindungi ibu Mia.. sekaranglah saatnya heheheh” dia menyeringai puas memandangku. Lalu menarik tubuhku mendekati tubuhnya.


“ pak Krisna… jangannn” Entah kenapa aku tidak bisa melawan. Aku hanya melihatnya pasrah. Lalu dia mencium bibirku dan memainkan lidahnya di mulutku,. Aku justru menikmatinya dengan sedikit mendesah.


“Ahhh.. ahhh janggaann... Pak” Aku sungguh sangat terangsang sekali, walau mulutku mengatakan jangan, tapi seluruh tubuhku merasa ingin disentuhi.


“ ya, sepertinya sudah siap.. Mari kita menikmatinya” kata Pak Krisna.


Mereka berduapun datang menghampiriku. Sementara aku hanya mendesah-desah, tak bisa melakukan apapun.


Pak Krisna datang lebih dulu, membuka paksa celana panjangku, lalu mengelus-elus pahaku., bahkan hingga sampai ke pangkalnya. Disana tanpa ragu-ragu dia mencolokkan dua jarinya ke titik di tengah kemaluanku yang masih tertutup CD warna merah muda.


”Ooohh...” Aku mendesah pelan ketika merasakan remasan pada lubang kemaluanku.


Sementara Pak Wira yang dari tadi cuma melihat sambil berdiri, perlahan bergeser dan mendekap tubuku dari belakang serta mulai menciumi leherku. Hembusan nafas dan lidahnya yang menggelitik membuat birahiku semakin naik lagi.


Payudaraku yang masih tertutup blouse yang terbuka kancingnya juga diremasi dari belakang. tak lama kemudian, blouse beserta bra yang kupakai sudah disingkap ke atas. Digerayanginya payudaraku dengan gemas, putingnya dijepit dan dipilin-pilin ringan hingga mulai terasa sedikit mengeras.


”Ahhh.. pliiss pakkk, jangannn” desahku pelan, mencoba meronta namun gagal.


Pak Krisna, mulai mempreteli kancing bajunya satu persatu, kurang dari selangkah lagi, ia pun sudah telanjang bulat di depan wajahku. Sementara aku hanya bisa mendesah menerima permainan pak Wira.


”ahh.. ahh...jangaann..ahh” Aku terperanjat saat menatap bagian tubuh pak Krisna, yang mengacung tegak di bawah perutnya. Aku bertanya-tanya bagaimana rasanya kalau ditusuk penis sebesar itu.


Pelan ia mulai memelorotkan celana dalamku, melihatinya dengan rasa takjub


. ”Hmm, indahnya... saya paling suka vagina bu Mia ini,” komentarnya mengenai vaginaku ini.


Pak Wira juga tak mau kalah,, ia lekas mencopoti baju formalnya hingga dengan cepat ia telah berdiri telanjang di depanku. Sementara aku masih bersimpuh di lantai tak punya tenaga untuk berdiri.. Terlihatlah batang-batang mereka yang sudah menegang. Punya pak Wira lebih dahsyat; sangat panjang, besar, dan berurat. Aku tak tahu ekspresiku seperti apa saat memandanginya. Sementara beberapa pakaian di tubuhku sudah dilucuti semua.tinggal celana panjang yang masih menggantung dikakiku, bra yang sudah tersingkap, dan hijab yang sudah tak karu-karuan kusut yang menempel di kepalaku.


Pak Krisna lalu menurunkan tubuh, ia berjongkok untuk mencium dan melumat vaginaku yang sudah terpampang di depan mereka. Pak Wira kembali menopang tubuhku dari belakang, mendekapku kuat sambil tangannya kembali beraktivitas meremas dan memijiti bulatan payudaraku yang sudah mengeras Sesekali dia berbalik ke depanku ikut menyerbu dengan mengulum payudaraku di mulutnya.. Ia menghisap-hisap putingnya sambil menggigitinya gemas beberapa kali.


”Ahh... uhh... auh...” Aku tentu saja menggelinjang dahsyat dan mendesah tak karuan diserang dari berbagai arah seperti itu.


“Ohh... jangan terlalu keras! Ahhhh…” rintihku sambil meringis ketika pak Wira terus menyerang payudaraku dengan kasar. Sakit tapi aku juga merasakan nikmat yang tak pernah kurasakan. Aku bahkan sampai menarik rambut laki-laki itu secara refleks, karena saking nikmatnya.


Sementara di bawah, pak Krisna telah terbenam di selangkanganku yang basah. mulai menyedoti liang vaginaku dalam-dalam, seolah ingin menelannya. Dia memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku sehingga memberi sensasi geli yang luar biasa.Klitorisku juga menjadi sasaran gigitan pelan dan digelitikannya dengan lidah. Walaupun hatiku merasa menikmati ini adalah kesalahan, tapi seluruh tubuhku sungguh merasa teramat nikmat hingga sangat sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata.


Kemudian dibaringkannya tubuhku di lantai yang beralaskan karpet ini. Pak Krisna tampaknya paling tidak sabar, segera mengambil posisi di selangkanganku., ingin langsung menyetubuhiku. Sementara pak Wira yang lebih muda seperti mengalah pada pak Krisna, dia mengambil posisi di dekat kepalaku dan menyodorkan penisnya. Aku hanya diam, sekuat tenaga aku mencoba mempertahankan harga diri. Tapi penisnya ditempelkan tepat di mulutku, dan dituntunnya mulut dan tanganku untuk memainkannya..Aku tanpa berkata meraih dan mulai menjilati batang itu hingga basah, kejilati terus sambil terus mengocok pelan batangnya.


“Oh.. jago mengocok juga bu Mia.. ohh.. ” rintih pak Wira, pak Krisna yang melihat ikut tertawa pelan sambil mengarahkan kamera HPnya kerarahku,


Di bawah, tepat di depan selangkanganku, Pak Krisna sudah selesai dengan pemanasannya. Ia kini mulai mengarahkan batang kemaluannya ke liang vaginaku yang basah. Dengan sekali tusukan, ia memasukkannya.


”Auw!” Aku menjerit kecil, melepaskan mulutku dari penis pak Wira, ketika benda itu menyeruak masuk dengan sedikit kasar, apalagi saat pria itu mulai menggenjotnya dengan gerakan buas.


Ini pertama kalinya aku disetubuhi dengan keras, namun Aku tidak merasa tersiksa karenanya. Walau pikiranku ingin memberontak, tapi tubuhku malah meresapi setiap detail kenikmatan yang sedang menyelubunginya. . Bahkan saking nikmatnya, aku juga semakin bersemangat pula mengemut penis pak Wira yang terasa semakin kaku dan menegang di dalam mulutnya.


”Ooh... terus, Bu Mia... Ahhh.. enaknya mulut ini... ughh!” Pria berkulit gelap ini mengerang keenakan menerima perlakuanku yang begitu memanjakan penisnya.. Ia mulai menarik dan mengacak-acak hijabku sebagai pelampiasan rasa nikmatnya.







Tak mau cepat keluar, pak Wira menarik penisnya.. Dia berlutut dan menjamah payudaraku yang kini menganggur, dan lalu kemudian melumat payudaraku. Laki-laki itu tampak sangat menikmati setiap jengkal bulatan payudaraku, ia menghisapnya kuat-kuat sambil diselingi gigitan-gigitan gemas yang meninggalkan jejak merah di kulit payudaraku.


“ ahhhh… teruss pak.. teruss..ahh” aku sudah kalau dengan nafsuku, aku justru meminta tubuhku dinikmati mereka, sembari mereka memberiku kenikmatan.


Mereka terus dalam posisi seperti itu , pak Krisna di Vaginaku, , dan pak Wira di payudaraku. Semakin aku mencoba melawan, yang ada reaksi tubuhku sendiri tampak sangat menikmati dan menyukainya. Dikeroyok seperti ini benar-benar membuat setiap titik-titik sensitif tubuhku terbuai dan terangsang berat.


“ oooh… ahhh.. nikmat sekali” teriakku. Dalam hatiku, aku ingin menahan untuk tidak mendesah, tapi pada kenyataanya pun aku mengerang sejadi-jadinya antara kesakitan dan kenikmatan, semakin lama semakin liar dan tak terkendali. Apalagi di bawah sana, pak Krisna menyetubuhiku juga makin mempercepat frekuensi genjotannya. Maka lama-kelamaan, Aku pun tak tahan lagi menahan cairan yang ingin menyembur keluar dari vaginaku. Aku tahu kalau aku sudah di ambang puncak kenikmatan.


”Ahh... ahh… ahm...” Aku semakin kelojotan, sementara. Otot-otot kemaluanku terasa semakin cepat berkontraksi. Akupun mencapai puncak kenikmatannya.


Tubuh ku masih mengejang hebat saat pak Krisna yang menyetubuhi vaginaku juga ikut berteriak kuat. Penis laki-laki itu meledak, memuntahkan segala isinya di dalam. Kurasakan cairan hangat menghangatkan rahimku.. Namun ia masih terus menggenjot sampai akhirnya penisnya benar-benar melemas tak lama kemudian. Setelah bergidik dan meremas-remas payudaraku sebentar, ia pun mencabut keluar penisnya.


”Ayo gantian pak, nikmati aja memek ibu cantik ini” katanya pada pak Wira..


Setelah dipersilahkan, . Pak Wira lalu tersenyum dan, segera menggantikan posisi temannya. Tapi ia minta ganti posisi, kali ini ia berbaring di lantai dengan Aku duduk di atas perutnya.susah bagiku karena tubuhku sungguh lemah saat ini, tapi aku masih merasakan gairah untuk disetubuhi lagi.


Dari bawah dia membuka lebar-lebar liang vaginaku, dan menurunkan tubuh dan membimbing batang Penis pak Wira untuk lekas memasuki liangku. Aku rasanya sudah tak tahan, menggigit bibir dan mendesis pelan saat penis besar khas pria indonesia timur itu mulai tertancap di lorong vaginaku.. Rasanya sungguh sesak dan sedikit nyeri saat dijejali benda sekeras dan sebesar itu. Sakit dan nikmat dapat kurasakan urat-uratnya yang menonjol bergesekan dengan dinding vaginaku saat Pak Wira mulai menyentakkan pinggulnya ke atas..


“Auw.. ahh.. ahh!” secara refleks Aku menjerit kecil, meski sekarang tak bisa dibantah kalau aku juga menikmatinya. Sambil ikut menggoyangkan tubuhku naik-turun, aku meresakan keenakan dan kadang-kadang tanpa sadar tubuhku meliuk-liuk karena saking nikmatnya genjotan pinggul Pak Wira..


Pak Krisna yang telah kembali pulih dan keras kembali, lalu menyodorkan penisnya padaku. Tanpa protes akupun mengulumnya sebentar. Setelah cukup basah, Dia menarik dadaku dan menjepitkan benda coklat panjang itu disitu. Dia lalu menggerakkannya maju-mundur, menyetubuhi Payudaraku. Tak lama, dia mendesis tampaknya sudah tak tahan lagi menahan keeanakan,penisnya berkedut-kedut di dalam jepitan payudaraku, lalu sperma laki-laki itupun muncrat untuk kedua kalinya dalam malam ini; berhamburan ke muka, rambut dan dadaku. Sambil terengah-engah puas, ia mengelap spermanya yang berceceran di dadaku, meratakan ke seluruh bagian payudaraku hingga payudaraku jadi nampak mengkilap. Lalu dia mendekatkan kepalaku.







“ terimakasih bu Mia. ..” bisiknya padaku sambil tersenyum puas. Aku tak peduli lagi. Bahkan aku menawarkan mulutku untuk membeesihkan penis pak Krisna


”Sini, Pak ahh.. ahh!” Akupun lalu menjilati sisanya yang masih tampak menetes di ujung penis pak Krisna hingga bersih, sebelum laki-laki itu kemudian ambruk kelelahan di sebelah temannya.


Sementara di bawah, Pak Wira, terus menggerakkan penisnya yang terasa makin membengkak dan mengeras penuh di dalam lubang senggamaku. Cairan kenikmatan rasany terus mengucur membasahi rongga-rongga kemaluanku. Otot-otot di tubuhku terasa semakin menegang, rasanya nikmat sekali. Aku akan menjemput kembali orgasme keduaku.


”Arghh...” desahan panjang keluar dari mulutku. Lalu saat cairan hangat menyemprot hampir semenit lamanya dari dalam vaginaku. Sementara dari bawah, Pak Wira mencabut penisnya dan mendorongku hingga aku terlentang di atas karpet. Kemudian menyusul menumpahkan spermanya lima detik kemudian.


Tubuhku melemas, masih kurasakan sedikit kedutan-kedutan di bawah perutku. Aku masih berbaring lemas, belum sanggup untuk berdiri. Sengaja kutarik hijabku yang sudah berantakan dan terlepas saat bersetubuh tadi untuk menutupi dada dan tubuh telanjangku. Sementara mereka berdua yang telah menikmati tubuhku segera beranjak dan memakai pakainnya kembali.


Pak krisna yang telah berpakaian lalu datang menghampiriku, membelai pipiku dan meremas payudaraku. Lalu berkata lirih.


“ tenang saja bu mia, rahasia ini akan kami biarkan tetap disini..” bisiknya tenang.


“ walaupun kami sangat menikmati tubuh bu Mia, kami sudah cukup puas malam ini, dan kami berjanji tidak akan mengganggu bu Mia lagi. Anda bisa pegang kata-kata kami” lanjutnya


“tapi sebagai jaminan agar bu Mia tidak melaporkan kami ke pihak berwajib, kami telah merekam semuanya” Pak Wira berjalan ke arah kami sambil menunjuk ke arah kamera diujung ruangan.


“ begitu kami tahu, bu Mia melaporkan, maka video itu akan tersebar, ke Suami, Orangtua, anak, dan seluruh kantor bu Mia..saya harap bu Mia paham” lanjutnya sambil mengambili pakaianku, dan dipakaikannya pakaianku semua.








Kejadian itu selalu saja menghantuiku. Apalagi seminggu setelahnya, mereka mengirim file salinan video hubungan seks kami bertiga yang menampakkan jelas wajahku disana. Memang mereka berjanji untuk tidak menggangguku lagi, tapi aku masih belum mempercayainya seratus persen.


Hampir dalam sebulan setelah itu aku kehilangan semangat kerja dan nafsu makan. Aku selalu tak berani menceritakan itu pada Jessie, Riza atau Edo. Walaupun aku dekat dengan mereka. Aku masih berpikir merekapun bakal tidak bisa berbuat apa-apa.


Maka kembali aku menghubungi Mas Doni untuk berbagi kisah itu. Apalagi dia orang yang berpengaruh di perusahaan ini, cukup dekat dengan Pak Krisna dan Pak Wira, siapa tahu dia bisa menyelesaikan masalahku melalui komunikasi dengan kedua orang itu.


Aku tanpa ragu menceritakan pengalaman burukku itu pada Mas Doni, dan dia seperti biasa selalu mendengarkanku dengan baik dan mencoba memberikan solusi. Aku yang sudah merasa aman pun lalu, secara terbuka menceritakan semuanya, bahkan tentang ancaman video seks yang telah direkam disana.


Disitulah awal petaka lagi bagiku. Dengan polosnya aku memberikan file salinan video itu kepada mas Doni. Saat itu dia beralasan meminta file Video itu untuk keperluan pelaporan ke pihak kepolisian, dan akupun mengirmkannya melalui pesan WA kepadanya.


Tak tahunya mas Doni tidak melaporkannya ke kepolisian. Dia mengedit beberapa part video ketika aku begitu menikmati disetubuhi orang lain,dan beberapa saat aku mengerang meminta disetubuhi. Dia menjadikan itu untuk mengancamku. Aku harus kembali menjadi pelayannya di ranjang. Memuaskan nafsunya ketika dia menginginkannya.kalau tidak dia akan mengirimkan video itu ke Suamiku yang memang telah berteman dekat dengannya.


Akupun tak bisa apa-apa lagi selain menyesalinya. Hingga kinipun aku masih belum bisa melepaskan diri darinya,dan menjadi objek pemuas nafsu seksualnya.





[POV BU Mia END]





“ Jadi seperti itulah za sedikit cerita singkat yang dapat aku ceritakan” mata bu Mia pun mulai berkaca-kaca. Dan kemudian menetes setitik air mata dari mata kirinya mengalir di pipi putihnya.


aku masih belum bisa menghilangkan rasa keterkejutanku setelah mendengar kisah beliau. Ternyata cukup rumit juga asal muasal bagaimana kejadian di sore itu bisa terjadi.


Aku telah mendengarkan beliau dengan seksama, namun rasanya aku sulit memberi solusi padanya. Aku bayangkan aku berasa di posisi beliau saja rasanya aku tak sanggup.


“ jadi, saat itu, di kantor.. Bu Mia melakukannya dengan keterpaksaan” tanyaku memastikan, aku sedikit takut menanyakannya, tapi bagaimanapun aku harus menanyakan. Beliau masih menghapus air mata yang menempel di pipinya. Sedikit terisak-isak. Lalu menatapku dan mengangguk pelan.


“ dan di siang hari kemarin, di hotel ketika kita masih di Kota Mataram? “ tanyaku lagi, sedikti kuubah nada bertanyaku, aku tak ingin dikira menginterogasinya.


“ iya za, kamu tahu juga? Beliau bertanya balik padaku, akupun gantian mengangguk.


“ iya za, seks kami yang pertama kamu lihat dan yang kemarin adalah ketepaksaan.. walau aku gak bisa berbohong juga, kadang aku merasa menikmatinya” jawabnya lagi.
“ Mas Doni bahkan sengaja ikut ke Lombok untuk memuaskan nafsunya saja, dan ya aku gak bisa berbohong kalau aku kadang menikmati , karena aku tak tahu lagi harus berbuat apa.” Lanjutnya.


“Ironis mugkin, atau mungkin aku payah kali ya, dalam keterpaksaan, aku malah menikmatinya hahaha” beliau tertawa getir.


“ aku senang bisa menceritakan cerita masa laluku dengan kamu, berbagi kisahku” katanya sambil memegang tanganku.


“ tapi maaf bu, semuanya begitu rumit untuk saya, dan saya mungkin tidak bisa memberikan solusi apa-apa dalam waktu singkat, tapi saya akan coba membantu” balasku


“ tidak.. tidak perlu za.. tak perlu kamu ikut repot mencarikan aku solusi, mendengarkanku saja sudah cukup bagiku, lagipula selama ini aku tidak hanya berdiam diri, aku sudah merencanakan sesuatu..apabila nanti saatnya telah tiba, mungkin aku perlu bantuanmu nanti” jawabnya sambul tersenyum, beliau sudah terlihat tegar, dan menunjukkan beliau adalah wanita yang kuat.


“ baik bu, saya siap membantu.. dan saya juga akan selalu mendoakan yang terbaik untuk ibu..” aku membalas remasan tanganny di tanganku. Menikmati sentuhan tangannya yang halus. halus seperti sutra..


“ thanks ya Za, rasanya aku beruntung kenal kamu..” beliau menatapku penuh perasaan. membuatku sedikit tersanjung. Akupun tersenyum kepada beliau.


Mendengar cerita beliau tadi. Cerita yang tragis dan sekaligus erotis itu, membuat ada sesuatu yang sedikit mengganjal. Bukan di hatiku, tapi Tepatnya ada dibawah sana, sesuatu dibawah perutku. Akupun gelisah, takut beliau menyadarinya.


“ maaf bu, kalau boleh.. saya ijin ke kamar mandi sebentar” aku berpamitan sebentar ke Bu Mia. Beliau tampak heran, kenapa tiba-tiba aku ingin ke Kamar Mandi. Hingga tak sampai satu detik, beliau menyadarinya.


“ Za, punya kamu berdiri?” Tanya beliau. Sambil menunjuk sesuatu di balik celanaku. Sial kan. Mendengar cerita yang seharusnya membuatku berempati kepada beliau. Tapi batang kemaluan di balik celanaku malah tak tahu malu. Berdiri membentuk tenda di depan bu Mia. Ah malunya aku.


“ kamu Horny dengar ceritaku tadi?” Tanyanya


“ maaf bu.. hihihi saya gak bisa menahannya” aku tersenyum malu, tak berani menatap bu Mia. Sementara bu Mia sejenak dia terdiam, lalu kemudian ,tertawa. Tak terlihat bahwa beberapa saat yang lalu mata beliau berkaca-kaca seolah ingin menangis. Sedangkan sekarang beliau menangis menahan tawa.


“ riza.. riza. Saya jadi gak bisa nahan ketawa sekarang heheh..” kata beliau sambil tertawa,


“ sekali lagi maaf bu, soalnya cerita ibu dan sentuhan ibu bikin saya tak tahan” kembali beliau tertawa mendengarku. Bagus juga kalau beliau bisa sedikit melupakan masalahnya.


“ za.. riza, kamu selalu bisa menghiburku.. “ dia masih mencoba berhenti tertawa..
“btw za, kamu yakin kamu gak mau jadi menantuku, rasanya saya akan ketawa terus punya menantu seperti kamu” tanya beliau setelah selesai tertawa. Entah bercanda atau tidak. Aku hanya diam tak menjawab. Menahan malu.
Lalu perlahan Kuberanikan diri melihat wajah beliau. Wajahnya telah berseri-seri kembali. Cantik sekali kalau begini. Apalagi wajahnya begitu dekat denganku. Tapi aku begitu tertarik pada bibirnya. Tidak tebal dan tidak tipis. Sedang saja., dan ketika tersenyum begitu mains memperlihatkan gigi gingsulnya. Rasanya aku begitu terhipnotis oleh kecantikan beliau. Sehingga aku tertarik oleh pesonanya.


“Hm.. saya masih bisa mikir-mikir nggak bu? “ jawabku lirih. Ini jawaban asal yang selalu kukatakan pada beliau ketika beliau bertanya seperti itu. Namun kali ini aku sedikit serius. Kujawab lirih, karena kini kudekatkan wajahku dengan wajahnya. Begitu dekat, semakin dekat, dan semakin dekat lagi. Lalu kuhentikan. Sambil kucoba menatap matanya yang jernih.


“ jadi kamu tidak mau dengan anakku? “ tanya beliau.
“ tapi maunya dengan ibunya?” Bisik beliau lirih juga. Dengan nada sedikit menggoda. Beliau berbisik juga, . Karena beliau juga mendekatkan wajahnya ke wajahku. Semakin mendekat. Lalu berhenti.


“ iya..” . Bisikku menjawab pertanyaan beliau. Entah beliau mendengar jawabanku atau tidak, karena bersamaan dengan itu kudekatkan lagi wajahku ke wajahnya. Beliaupun memejamkan mata. Dan akhirnya bibir kami sudah saling menempel. Seperti saling tertarik gravitasi. Menempel pelan dan lembut.


Ketika ada celah di bibirku terbuka, tak ragu-rafu bibir beliau mengisinya. Dan sebaliknya, ketika bibir beliau terbuka, aku mengisi dengan memagutnya atau memasukkan lidahku kedalam mulutnya.


Dimasukkannya tangannya ke dalam celanaku, memegang batang tak tahu malu yang sudah keras dari tadi. Dikocoknya pelan dan teratur. Hangat tangannya membangkitkan penisku lagi. Bertambah besar Dan keras.


Sementara kuraba dada tempat payudaranya bersembunyi. Kuremas pelan dada yang pernah kulihat ketika beliau di jamah pak Doni yang terkutuk itu.


Tak ingin aksi kami Ditonton dari pantai, aku menggendong beliau ke Kasur kamarku. Menggeletakkannya diatasnya dan langsung mencumbuinya lagi. Lalu kuhentikan sejenak untuk bertanya pada beliau.


“Kalau bu Mia melakukannya dengan saya, tidak apa apakah itu? “ pertanyaan yang konyol memang, tapi entah kenapa muncul begitu saja dari mulutku.


“ apakah kamu merasa bersalah kalau melakukannya dengaku” beliau balik bertanya.


“ tidak” kami berdua saling menjawab pertanyaan kami masing-masing secara bersamaan, dan tertawa kecil. Lalu kulanjutkan mencumbuinya. Kubuka bajuku dan kutindih tubuh bu Mia lagi.


Tok tok tok..


“ Mas Riza, sudah bangun beluumm?” Teriak Nita dari luar kamarku. Aku dan Bu Mia saling memanfang kaget. Ternyata Nita sudah kembali. Dan mengganggu adegan percintaan kami.


“ aku mau ambil bajuku, mau packing..” teriaknya lagi. Ah aku baru ingat kalau bajunya sedang kutaruh di jemuran depan karena belum kering. Lalu aku dan bu Mia pun tertawa geli dengan pelan.


“ maaas.. bangun dong.. udah mau makan malam niih” teriaknya lagi dengan suara cemprengnya


“ iyaaa.. tunggu bentaaar..” jawabku dengan sedikit berteriak..


“ maaf bu , ada pengganggu hehehe” aku lalu berdiri dan memakai bajuku lagi. Bu Mia pun bangkit dan merapikan bajunya lagi.


“ iya.. better next time” jawabnya sambil mengecup pipiku.


“ dimana aku bisa sembunyi?” Tanyanya lagi.lalu aku memandang sekeliling kamar. Dan melihat ke arah lemari ajaib di ujung ruangan.


“ hhm.. boleh ibu sembunyi di lemari itu? Kataku sambul menunjuk lemari yang kupakai sembunyi kemarin. Beliau hanya bengong mendengar jawabanku.


“ iya lemari” tambahku. Hehehe.





————————————————————————————





Malamnya setelah makan malam, kami memilih untuk tinggal di villa saja, agar kami bisa packing dan menyiapkan fisik untuk liburan terakhir besok. Besok kami check out pagi-pagi sekali. Sehingga malam inilah waktu yang tepat untuk persiapan.


Bu Mia sudah selesai packing di kamarnya tadi sore Sekarang beliau menonton televisi di ruang tamu dengganku. Sedikit canggung setelah kami gagal bercinta tadi. Tapi dalam hati aku senang. Aku bisa membuatnya lebih ceria lagi. Soal tadi sore, masih ada waktu bagiku untuk melakukannya lagi, entah disini atau di Jakarta nanti.


Jessie dan James seperti biasa nanti akan meminjam kamarku untuk bercinta lagi. Akupun harus merelakan kamarku. Dan kali ini kubiarkan mereka berdua. Aku tidak akan mengintip lagi. Ini malam terakhir mereka bisa bercinta, kesempatan lain mungkin datang setelah Jessie benar-benar resign nanti. Aku ingin mereka bebas melakukan apapun, membicarkan apapun. Untungnya kali ini tidak ada Nita yang teler disana. Jadi aku tak perlu repot seperti kemarin.


Nita seperti biasa dia selalu jadi seperti Anak kecil yang berisik dan cerewet. Hubunganku dengannya bisa dibilang seperti kakak adik yang susah akur, tetapi aku selalu jadi kakak yang harus mengalah. Entah kenapa aku lebih suka begitu dengannya. Hehehe. Dia juga sudah tahu rahasiaku dan Jessie, kalau kami adalah sex buddyl. Makanya mau tak mau aku tetap harus baik-baik kepada Nita. Seperti malam ini. Dia mengajakku jalan-jalan sehabis dia selesai packing., akupun menyetujuinya.


Setelah beberapa menit aku menunggunya sambil menonton TV dengan bu Mia, dia pun datang dengan wajah ceria seperti biasanya. Memakai kemeja pantai tipis dan celana pendek selutut. Terlihat sebagian kulitnya sedikit terbakar karena tadi tidak memakai baju renang yang tertutup.


“ ayo mas.. cari tempat deket-deket sini aja, nanti fotoin gue hehehe” dengan manja dia menarik tanganku.


“ bu Mia gak ikut? “ ajaknya.


“ saya capek nih Nit, lagian ini lagi nunggu telpon dari suami saya..” jawabnya.


“ yaudah kami pergi dulu bu” akupun pamit pada Bu Mia.


“ ya.. hati-hati yaa” jawab beliau. Sambil diam-diam mengedipkan mata dengan manja padaku hehehe.


Aku berjalan-jalan di pantai dengan Nita. Walaupun malas, aku tetap harus menemaninya. Aku sedikit takut dia mabuk lagi. Takut dia bikin ulah dan takut ada apa-apa dengannya.


“ tenang aja mas, no alcohol.. gue pengen menikmati malam terakhir disini, properly hehehe” katanya tadi. Dan baguslah. Karena dia lebih asyik diajak ngobrol ketika sedang sadar hahaha.


Pantai ini cukup sepi sekali malam ini, beda dengan kemarin dimana banyak tamu resort ini yang bermain di pantai sampai malam, mabuk-mabukan dan makan-makan di pantai. Selain kami berdua Cuma ada beberapa orang yang saling berjauhan. Kamipun memilih tempat dekat dengan sebuah pohon kelapa. Dan duduk beralaskan sendal kami diatas pasir.


“ oiya mas, gue jadi penasaran..” dia membuka pertanyaan


“ kalau misalkan kemarin ada kesempatan nidurin gue kemarin pas gue lagi mabok.” Lanjutnya


“ kira-kira mas Riza sebagai cowok gimana” dia menatapku serius


Aku sedikit berpikir, haruskah aku menjawab serius pertanyaan itu.


“ entahlah.. laki-laki itu mahluk yang kuat.. tetapi kadang juga bisa jadi sangat lemah” jawabku diplomatis.


“ gue pun seperti itu nit” lanjutku,


“ jadi lo lemah dihadapan kak Jessie? Wkwkwkw “ dia sedikit meledekku. Tapi aku tak tersinggung, Karena pada kenyataannya, kadang aku kuat menahan diriku, tapi lebih sering aku takluk juga pada godaaan Jessie hehehe.


“ mungkin kalau gue tergantung seberapa kuat godaanya kali ya hehehe” tambahku asal saja, karena sebenarnya aku juga gak tahu harus membalasnya gimana. Pertanyaannya sungguh absurd.


“ jadi gue nggak begitu menggoda buat lo mas?” Tanyanya serius, membuatku heran.


“ Mas Riza nggak nyesel kemarin biarin aku? “ tambah heran lagi aku melihat dia membuka beberapa kancing atas bajunya dihadapanku. Memperlihatkan sedikit Payudara mungilnya yang tertutup tanktop.


“ gerah ya mas..” katanya sambil menatapku dengan tatapan menggoda.








BERSAMBUNG.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
thanks suhu updatenya,ditunggu klnjtnya bu Mia mudah2n g kentang haha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd