Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Office Story 2019

Status
Please reply by conversation.
Chapter 10 : Confession





Halaman Villa, pukul 08.07 . Masih sekitar setengah jam dari rencana kami berangkat. James masih sibuk mengecek kondisi mobilnya. Dia yang memang suka otomotif, sepertinya tak puas dengan mobilnya kemarin. Makanya dia rela menghabiskan waktunya mengecek apa saja yang tidak beres.

Sementara Nita tampak sedang asyik bercanda dengan kedua anak Jessie yang sudah lengket sekali dengannya. Tak heran karena secara mental mungkin umur mereka sama. Hilang sudah kedewasaan yang baru kemarin dia tunjukkan padaku.

Sementara suasana di salah satu sudut halaman parkir di tempatku berada saat ini sungguh awkward, suasana ini sangat kaku sekali. Tak ada senyum. Sedikitpun. Disitu Aku, Bu Mia dan Jessie berdiri sambil memasukkan tas dan koper kedalam bagasi, tapi tak ada komunikasi berarti. Kami hanya diam.

Aku mengingatnya dengan jelas wajah kaget Jessie ketika melihatku dengan bu Mia ada di kamar tadi, sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Kami berdua yang masih kebingungan dengan situasi yang mendadak itu. Akhirnya aku dan Bu Mia segera merapikan baju kami dan bergegas menyusulnya kebawah.

Sampai sekarang, Jessie sepertinya masih menghindari tatapanku, dia selalu memalingkan mukanya ketika aku mencoba mendekat atau menyapanya. Sementara aku sendiri tak tahu harus bagaiman dengan keadaan ini.

Bu Mia juga merasakan hal yang sama sepertiku, tadi kulihat seperti ada kepanikan di wajahnya. Antara rasa malu dan rasa takut. Aku tahu Beliau pernah mengalami kejadian yang sama sebelumnya, sehingga apa yang terjadi tadi bisa saja membuatnya semakin tertekan. Aku sudah mencoba menenangkan beliau tadi. Kuyakinkan semuanya akan baik-baik saja. Dan mengatakan pada beliau untuk menyerahkan masalah ini padaku. Walaupun sebenarnya aku belum tahu harus berbuat apa.



Hampir pukul setengah sembilan pagi, kami pun berangkat. Aku, bu Mia dan Nita dalam satu mobil yang kami sewa kemarin dan aku akan menjadi pengemudi. Sedangkan James, Jessie dan kedua anaknya dalam mobil lainnya, dan James yang akan menjadi drivernya.. Didalam mobil, suasana kurasakan sedikit mencair. Keberadaan Nita disitu bisa membuat kami kembali tertawa kembali. Melupakan apa yang terjadi tadi. Bu Mia pun demikian, beliau sudah bisa ikut meramaikan suasana mobil dengan candaan-candaannya. Sementara aku, aku bisa ikut tertawa bersama mereka, tapi dalam hatiku aku masih memikirkan apa yang harus kulakukan, memikirkan apa yang harus kukatakan pada Jessie.

Entah tanpa alasan yang jelas aku jadi merasa tidak enak pada Jessie. Memang kami tidak ada hubungan apapun, tapi tetap saja ada rasa bersalah di hatiku.

Bu Mia pun tampaknya sadar akan pikiranku yang berkecamuk, beliau yang duduk disampingku sesekali menepuk bahuku, walau dengan sedikit bercanda. Sentuhannya paling tidak dapat membuatku tenang. Itu sangat penting, Karena aku harus fokua untuk mengemudi.



tujuan pertama kami adalah Desa Adat Sade, sebuah Desa yang sampai sekarang mempertahankan adat dan tradisi asli lombok. Kemudian setelahnya kami akan menuju Pantai Kuta Mandalika dan pantai-pantai di sekitarnya. Yang belakangan cukup populer karena akan digunakan sebagai tempat diselenggarakannya salah satu seri Balap Motor Paling terkenal di dunia, MotoGP. Kami akan menghabiskan waktu disana sampai sektiar pukul tiga sore. Sebelum bertolak ke bandara.

Setelah melakukan perjalanan menuju tempat tujuan kami yang memakan waktu sekitar sejam lebih. Kami telah sampai di desa adat Sade. Sepagi ini sudah ramai dikunjungi oleh wisatawan. Ada Beberapa wisatawan lokal yang datang dalam satu kelompok yang menggunakan Bus Pariwisara dan ada sebagian kecil kelompok bule yang datang menggunakan Motor.

Sangat unik rasanya melihat kehidupan warga disini yang masih sangat tradisional. menjaga tradisi dan lebih dekat dengan alam, bangunan tempat tinggal Desa Sade Lombok semuanya berbahan dasar alam. Dindingnya berupa anyaman bambu, lantainya beralaskan tanah liat, dan atapnya dibuat dari ilalang.

Dalam perjalanan berkeliling kampung ini, aku mencoba mendekati Jessie lagi.

“ Jess.. “ panggilku. Dia hanya menoleh sebentar, sebelum mengalihkan pandangannya.

“ Jessie..” kudekati dia kali ini, akhirnya dia menghentikan langkahnya. Menatapku tajam.

“ apa yang lo liat tadi..hmm..” aku coba merangkai kata untuk memulai pembicaraan, berbicara sepelan mungkin, karena tak jauh didepan ada James dan anak-anaknya sedang melihat-lihat penjual mainan asli sini. Mendengar perkataanku tadi dia langsung memalingkan mukanya lagi. Lalu pergi meninggalkanku dan mendekati anak-anak dan suaminya. Maka tak mungkin lagi aku membicarakan masalah tadi dengan Jessie.

Kurasakan tepukan lagi di bahuku. Ternyata bu Mia yang tadi jauh di belakangku sudah berada di sampingku. Nita juga.

“ biarin dulu za.. nantI aja kita bicara dengan dia” Kata Beliau tenang, jauh lebih tenang dari saat kami ke-gap di ruangan tadi. . Mungkin juga Karena beliau tidak tahu bagaimana hubunganku dengan Jessie yang lebih rumit dari kelihatannya. Akupun mengangguk pada beliau. Sementara kulihat Nita menatapku dengan heran.



Selesai kurang lebih setengah jam berkeliling, dan membeli beberapa oleh-oleh kain tenun disini, kami beranjak ke mobil untuk menuju tempat selanjutnya. Dalam perjalanan ke mobil sekali lagi kulihat Jessie sedang menatap ke arahku yang sedang berjalan bersama bu Mia dan Nita. Begitu kulihat kearahnya, kembali dia membuang muka dengan cuek.

“ oooi.. ada apa sih dengan kalian, aneh banget?” Tanya Nita padaku.

“ gapapa kok, apanya yang aneh?” Aku balik bertanya. Sebenarnya disaat seperti inilah aku ingin curhat ke Nita. Mengharap saran atau masukannya dapat meringankan masalahku ini. Tapi kalau menceritakan padanya aku harus menceritakan juga tentang hubunganku dengan bu Mia, itu yang sulit.

“ oke.. tapi naruh barangnya yang bener dong mas.. Berantakan benget..” katanya dengan sedikit sewot. Ternyata aku kehilangan fokus dan membuat tumpukan barang kami berantakan.

“ hehehe sori-sori.. abis ini gue benerin, lo bantuin angkat bawaan lo aja” jawabku sambil nyengir.



Kamipun melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya, Pantai Kuta Mandalika. Tak sampai 15 menit kami sampai disana. Selain pantai itu menurut rekomendasi mesin pencarian di internet, ada beberapa tempat lain yang wajib dikunjungi. Sekarang sudah pukul 10.30. Kira-kira tinggal sekitar empat atau lima jam bisa kami gunakan untuk mengeksplorasi semua objek wisata disana.

Kami sampai di lokasi tepat pukul 11.00. Ternyata cukup ramai sekali pantai ini, munkin karena hari ini adalah hari libur nasional. Cuaca hari ini yang cukup terik tidak menyurutkan semangat para wisatawan bermain di Pantai.

Begitu turun dari mobil tadi Bu Mia sudah ditarik Nita untuk diajak selfie dan membuat instastory di spot-spot yang menarik. Bu Mia pun juga antusias mengikuti kemana Nita pergi, mungkin Beliau merasa seperti sedang menemani anaknya bermain. Kalau tidak salah anaknya pun juga tak jauh usianya dari Nita sekarang.

Aku berjalan santai menyusul mereka, sambil menunggu rombongan Jessie yang baru datang dan memarkir mobilnya. Anak-anak Jessie, Bryan dan Jessie kulihat turun dari pintu belakang. Lalu berjalan kearahku. Sejenak aku dan Jessie beradu pandang, sebentar saja sebelum dia mengalihkan pandangannya. Sementara itu tak lama kemudian, Kevin turun dari pintu depan, menggandeng tangan ayahnya dan menyusul kami dengan antusias. Dan kamipun berjalan menuju tempat Nita dan Bu Mia mengambil foto.

“ za, bisa ambilin foto kita?” James memanggilku dan menyerahkan kamera mirrorlessnya padaku. Dia memang sudah tidak sungkan lagi meminta tolong aku untuk jadi fotografer dadakan mereka. Dan selama ini dia puas dengan hasil fotoku.

“ ok.. sini gue fotoin” aku mengambil kameranya, dan dia mengajak keluarganya mengambil foto dengan latar belakang tulisan besar Pantai Kuta Mandalika Diatas bukit.

Kucoba-coba mencari sudut pengambilan gambar yang pas, sambil kuatur posisi mereka. kucoba intip dari balik layar kamera ini. Tanpa sadar aku memfokuskannya pada Jessie. Kuperhatikan dia baik-baik. Lalu kuambil beberapa gambar candidnya, ketika dia mengobrol bersama anaknya atau dengan James.

“ Ok.. udah siap?” Tanyaku pada mereka.

“ satu, dua.. tiga!” Kuambil foto mereka. Kulihat hasilnya. Huh, Bahkan dalam keadaan seperti ini Jessie masih mencoba mengalihkan pandangannya dari aku.

“ Jessie coba lihat ke kamera, Kevin dan Bryan ganti posisi di depan saja!” Aku mencoba mengatur mereka. Mereka pun mengatur lagi posisi mereka. Kini anak-anak mereka berada didepan, sedangkan Jessie dan Suaminya di belakang, saling merangkul mesra dan menempelkan kepala mereka. Deg.. melihatnya Seperti itu membuat hatiku merasa aneh. Hal yang belum pernah sekalipun kurasakan sebelumnya.

“ ok.. siap ya.. satu, dua,, tiga! Okee!” Teriakku sambil mengambil foto mereka.

Aku masih melihat dari belakang kamera, berpura-pura mengambil gambar objek dibelakang mereka. Tapi sebenarnya aku hanya melihat Jessie lagi. Kembali fokus padanya. Kulihat setiap gerak-geriknya dari balik lensa kamera. dia tak sadar aku melihatnya.

“ mas Riza, ngelamun ya?” Suara Nita dibelakangku mengagetkanku.

“ bisa nggak sih, lo biasa gitu.. gak perlu ngagetin gitu dong” Jawabku sedikit sewot. Bukan karena aku kaget sebenarnya. Lebih karen dia jadinya menghentikan aktifitasku mengamati Jessie. Mendengar perkataanku tadi Nita cemberut.

“ perasaan gue biasa aja tadi, lo aja yang lagi fokus ngeliatin itu” katanya sambil mengarahkan pandangan pada Jessie. Jessie sekarang sudah meninggalkan tempatnya tadi. Beranjak menuju pantai.

“ Bu Mia mana?” Tanyaku pada Nita

“ gausah mengalihkan topik deh.. itu bu Mia lagi videocallan sama suami dan anaknya” katanya sambil menunjuk Bu Mia yang sedang berada di tempat yang teduh dekat kamar mandi umum. Kulihat beliau sedang berdiri memegang HP didepan wajahnya.

“ btw.. lo berdua kenapa sih?” Tanyanya lagi padaku.

“ berdua?” Tanyaku pura-pura cuek.

“ iya, kalian berdua, lo dan kak Jessie, dari tadi pagi di sana udah agak aneh”

“ kayak orang baru putus pacaran aja wkwkwkw” sambungnya lagi.

“ hm..” ingin aku membalas perkataan Nita tadi, tapi kuurungkan. Akupun mulai berpikir lagi.

Apa yang dikatakannya masuk akal. Keadaan ini hampir sama seperti saat SMA dulu. Ketika aku pertama kali merasakan putus hubungan dengan mantan pacarku yang pertama. Saat itu aku putus karena mantan pacarku saat itu ketahuan jalan dengan teman dekatku. Rasanya aku begitu dikhianati. Oleh temanku dan oleh pasanganku.

Tunggu dulu!. Seperti itukah yang dirasakan Jessie? Apakah dia merasa dikhianati juga sama seperti aku dulu. Dikhianati oleh bu Mia, dan juga olehku. Aku?

“ kok gak jadi jawab? Wkwkwkw “ Nita menertawakanku yang tak jadi membalas ucapannya tadi. Dan aku malah seperti melamun lagi dihadapannya.

“ bener kan kataku, kalian jadinya malah saling cinta hihihi” lanjutnya lagi. Akupun menggeleng.

“ hei hei.. lu emang jago deh bikin asumsi” jawabku

“ so, apa coba namanya ini? Yang terjadi antara kalian ini?” Tanyanya.

“ I don’t know, yet” jawabku lirih.

“ lo mungkin belum tau mas,,, yeah I know, lo kan emang agak lelet sih mas wkwkwkw” sambil terawa dia mulai kembali mengolok-olokku. Aku tak terpancing dengan perkataannya itu, hanya memandanginya dengan tatapan bodo amat. Dan diapun kembali tertawa. Lalu kembali dia ke mode serius.

“ lo mungkin belum menyadari perasaan lo mas, tapi Kak Jessie mungkin sudah menyadarinya” kata-katanya sambil tersenyum sok bijak. Senyumnya itu Membuatku ingin tertawa. Tetapu tidak dengan perkataannya. Semua secara teori terasa masuk akal.

“ Jessie.. jadi dia suka sama gue” pikirku dalam hati.

“ ya! “ Jawab Nita. Seakan bisa membaca pikiranku. Akupun menatapnya heran.

“ pasti dalam hati lo mikir, apakah Kak Jessie suka sama Lo… yekann..wkwkwk” bingo. Tebakannya benar sekali. Darimana anak ini belajar membaca pikiran. Pikirku.

“Kampret lah “ makiku mendengar dia berkata seperti itu. Ya walaupun perkataannya benar juga sih.

“Wkwkwk udah ah, sini fotoin gue.. mumpung ada kameranya kak James” katanya memintaku mengambil fotonya. Karena memang hasil kamera mirrorless James ini pastinya bakal lebih baik dari seluruh kamera handphone kami dijadikan satu hehehe.

Aku pun mengambil beberapa foto untuknya, dan sesekali mengambil foto pemandangan untuk nantI kuposting di Instagram. Beberapa saat kemudian bu Mia datang menghampiri kami. Tampaknya beliau sudah selesai video call dengan keluarganya. Kuajak Bu Mia dan Nita ke tempat Jessie dan keluarganya. Disana ada beberapa batu karang yang bagus untuk dijadikan background foto.

Nita seperti biasa langsung bergabung dengan kedua adik barunya Dan Jessie. Wajah ganteng dan Lucu anak-anak itu pasti jadi objek foto yang layak untuk diupload di Instagramnya. Sementara aku dan bu Mia menuju kearah James berdiri. James lalu menawarkan diri untuk memfoto bu Mia. Bu Mia yang memang suka di foto pun tentu bersemangat. Kuserahkan kamera James dan mulailah sesi Foto bu Mia.

“ Za,kamu foto bareng aku yuk!” ajak bu Mia ketika kami sampai di spot menarik untuk foto.

“ boleh bu..” jawabku. . Dia akan kembali mengambil foto kami berdua.

“ kamu sering nemenin aku kemana-mana, tapi gak pernah foto berdua hehehe” bisik bu Mia,

“ oiya ya bu, Hehehe” aku harus sedikit menunduk agar bu mia dapat berbisik tepat di telingaku, bahkan saking dekatnya hembusan nafasnya sampai terasa dipipiku. Memang benar, selama ini ketika ada acara seperti resepsi teman sekantor atau kegiatan pesta lain, beliau sering mengajakku. Menjadi sopirnya hehehe.

Saat itu kulihat Jessie melihat ke arahku, saat Bu Mia sedang berbisik padaku. Lalu dia kembali membuang mukany. Memainkan HP yang ada di tangannya.

“ siap… satu duaa.. tigaaa!” James berteriak memberi aba-aba dan mengambil foto kami berdua. Lalu menghampiri kami, Kulihat hasil fotonya bagus, bu Mia sedikit merangkul punggungku, badannya sedikir menempel dengan badanku, senyumnya cantik. Mempesona seperti biasa. Tapi fotoku.

“ Za, kamu kok bengong gitu sih? Hahahah” James tertawa sambil menunjukkan hasil gambarnya. Aku melihatnya sambil tertawa. Mulutku sedikit menganga, dan arah pandanganku tidak pada kamera. Karena memang aku sedang memandangi Jessie saat itu.

“ Za.. kamu?” Bu Mia berbisik lirih, sepertinya menyadari ada yang salah.

“ ooh nggak bu, aku liat Nita sama anak-anak tadi hehehe maaf ya bu.. bisa diulangi kan?” Aku menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi.

“ oalah.. dasar kamu.. aku udah cantik-cantik gitu..” bu mia memukul pelan bahuku, akupun hanya tertawa saja.

Sekali lagi di ujung mataku kulihat Jessie melihatku lagi. Entah apa yang ada di pikirannya aku tidak dapat menerka, tapi sepertinya yang dibilang Nita tadi memang benar. Aku harus coba memastikannya, toh walaupun nantinya salah. Bagiku nothing to lose.



Selesai sesi ambil foto Kami akan berpindah lokasi. Menuju sebuah tempat bernama Tanjung Aan. Disana kurang lebih ada 3-4 objek bagus yang sayang untuk dilewatkan. Kamipun menaiki mobil lagi. Menyusuri jalan yang cukup baru dan mulus selama 10 menit, kemudian dilanjutkan melewati jalan tanah kurang lebih 10 menit lagi. Hingga sampailah ke parkiran yang berada di kaki bukit yang disebut bukit Marese.

Suasana disini masih asri, sayangnya beberapa tempat cukup kotor akan sampah-sampah yang mungkin berasal sari pengunjung. Sampah plastik dan botol-botol minuman sepertinya berserakan di beberapa bagian jalan yang kami lewati.

Menjelang pukul 13.00 ini para turis mulai berdatangan. Hingga banyak penduduk sektiar yang menawarkab paket wisata untuk berkeliling objek-objek sekitar situ menggunakan perahu kecil.

Darisana kami berjalan menuju pantai tanjung aan, yang berair biru bersih dan berpasir putih. Dan ada banyak peahu-perahu yang biasa disewa untuk menyeberang ke pulau kecil atau di pantai lainnya.

Begitu keluar mobil, Kulihat Jessie menuju toilet di belakang sebuah warung makan di pinggir pantai itu. Akupun bergegas menyusulnya. Aku berpura-pura membali minum di warung itu . Lalu menyusul Jessie kedalam Toilet yang posisinya tersembunyi dibalik warung tersebut.

Tak lama pintu toilet dibuka. Kulihat Jessie kaget melihatku disitu.

“ Riza, ngapain lo disini?” Tanyanya mencoba untuk menenangkan diri.

“ nunggu lo.. we need to talk.” Jawabku

“ ok.. apa yang perlu lo bicarain?” Tanyanya, sepertinya dia mau berbicara denganku sekarang.

“ tentang kita? Kenapa sih lo begini ke gue?” Aku bertanya.

“ gue gak papa kok. Kenapa lo mulai urusin urusan gue? urusan gue gak ada urusannya sama lo “ Jawabnya tegas. Sedikit mengintimidasiku. Tak biasnya dia begini padaku. Memang kami biasa saling mencela, tapi itu dengan penuh canda. Sedangkan ini, dia tampak serius sekali.

“ udahlah Jess, gue kenal lo, lo nggak seperti Jessie yang gue kenal..” aku menatap matanya tajam. Tapi dia tidak bergeming.

“ lo bisa ngomong ke gue..” aku mencoba menatapnya lagi.

“ kalau ini soal bu Mia tadi, gue bisa jelasin, tapi beri gue waktu” lanjutku

“ urusan gue, gue yang urus.. urusan lo, juga gak akan gue gangguin.. ingat satu hal, lo bukan siapa-siapa gue” jawabnya panjang lebar. Lalu dia beranjak meninggalkanku. Secara refleks aku menarik tangannya untuk menahannya

“ lepasin gue!” Dia membentakku dengan sedikit keras. Mengagetkanku tentunya.

“Tenang dulu Jess! dengerin gue!” Aku sedikit berbisik.

“ lepasin gue!” Dia mulai berontak lebih kuat, dan kulihat matanya sedikit berkaca-kaca. Aku takut teriakannya akan mengundang banyak orang kemari. Lalu kutarik tubuhnya mendekat, kupeluk dan kucium bibirnya. Itu yang kutahu selama ini. Salah satu cara menenangkannya adalah menciumnya. Kuharap ini bisa sedikit mengurangi emosinya. Tetapi tidak.

PLAK!!! Dia berhasil meronta dan melepaskan diri, dan langsung menampar pipiku dengan keras. Membuatku terdiam. Meresapi rasa panas di pipiku. Tak kusangka dia akan melakukan hal itu.

Kulihat air mata mulai mengalir di pipi putihnya. Dia menutup wajahnya dan lalu membalik badannya, berdiri memunggungiku. Hingga aku haya lihat punggunnya yang putih tertutup rambut panjangnya. Kudengar suara dia yang sesenggukan. Ini pertama kalinya aku melihatnya seperti ini

“ lo bebas za, Jalan sama siapa saja, berdua sama siapa saja, ngewe dengan siapa saja” suaranya sedikit serak.

“ lo bebas za!..”lanjutnya. Akupun mendekatinya, menyentuh pundaknya yang mulus tanpa penutup.

“ gue minta maaf Jess..” bisikku di telinganya. Isak tangisnya makin keras.

“ lo nggak salah za…gue yang salah..” Jawabnya. Jawabannya sedikit membingungkanku.

“ gue yang salah. Karena gue gak bisa apa-apa za.. gue Cuma bisa nyalahin diri gue sendiri...” lanjutnya. Sementara aku masih mencerna setiap kalimatnya. Lalu dia berbalik menghadapku. Menatapku dengan mata berlinang air mata dan pipi basah. Aku menarik tubuhnya dan memeluknya. Diapun merangkul tubuhku erat. Menyandarkan kepalanya di Bahuku. Dan kemudiab berbisik lirih.

“ gue yang salah Za, karena gue mulai cinta sama lo…”

Jadi benar. Dia sudah jatuh cinta padaku. Jatuh Cinta.


BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Bu Mia udah kaya dapat pacar baru.. wkwkwk
Si Jessie, takluk ;)
Si Nita digarap gak nih?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd