Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Office Story 2019

Status
Please reply by conversation.
Chapter 11 : The Answer



Ilustrasi


Hari senin pukul 12.30. hari seninku kali ini tidaklah seperti hari-hari senin yang lain yng pernah kualami. Aku dan Jessie masih terdiam sambil Berpelukan. Aku masih terdiam. Sebenarnya banyak yang aku mau tanyakan padanya. Tetapi pertanyaan-pertanyaan itu lenyap entah kemana. aku sepertinya sedikit shock dengan apa yang baru aku dengar dari mulutnya.

Kucoba merangkai kata yang pas untuk kuucapkan pada wanita yang sedang dalam pelukanku ini. Dia perlahan sudah jauh lebih tenang sekarang. Walaupun sesekali badannya bergetar karena sisa-sisa emosinya yang tadi.

“ Gue tau za..” katanya lemah.

“ gue tahu seharusnya gue gak bawa perasaan, itu kesepakatan kita” lanjutnya.

“ gue sudah coba melawan perasan gue, tapi semakin lama rasanya gue semakin sadar besarnya perasaan gue ke lo za” Dia menarik kepalanya dari bahuku dan menatapku.

Aku bisa memahami apa yang dikatakan Jessie, setiap orang mungkin pernah merasakan itu dalam otaknya. Konon katanya otak akan bekerja lebih keras saat melawan sebuah perasaan, daripada menerima perasaan tersebut. Sama halnya dengan apa yang dialami Jessie ini kurasa.

Kami berdua sudah sepakat menetapkan batas, bahwa tidak ada perasaan di hubungan kami. Apapun yang terjadi hanyalah demi kesenangan semata. Tapi ternyata itu jadi bumerang baginya. Semakin dilemparnya jauh perasaan itu, perasaan itu selalu kembali lagi padanya.

“ gue paham Jess” aku coba membalas perkataan Jessie tadi. Aku belum menemukan rangkaian kata yang tepat untuk disampaikan ke Jessie.

“ soal lo sama bu Mia tadi..” sambil menatapku dia berkata

“ gue sebenarnya bingung tadi, rasanya hati gue sakit aja melihat lo sama bu Mia” lanjutnya.

Ternyata dia cemburu. Cemburu tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, karena memang tidak ada status apapun diantara Aku dan Jessie. Mungkin lebih mirip dengan cemburu ketika gebetan dekat dengan orang lain, bukan seperti dikianati kekasih, Seperti yang aku kira tadi.

Tentu itu adalah pengalaman yang sulit bagi setiap orang. Aku sedikit bisa membayangkan rasanya seperti itu, ingin marah pun tak tahu harus marah ke siapa. Dia tidak bisa marah padaku. Tidak bisa marah ke bu Mia. Hanya bisa marah pada dirinya sendiri yang hanyut terbawa perasaannya.

“Sorry!” Hanya itu yang bisa kukatakan padanya.

“Don’t be” jawabnya. Sekarang dia jauh lebih tenang sekarang. Dia sudah melepaskan pelukannya. Dia berbalik badan membelakangiku. Menghapus Linangan air matanya.

Bagaimana denganku? Perasaanku pada Jessie sedikit rumit belakanggan ini. memang rasanya aku merasakan getaran-getaran itu juga. Tapi aku tak pernah memikirkannya serius. Selain karena aku menghargai kesepakatan kami dulu, mungkin juga karena kenaifanku juga.

Aku menghargai dirinya yang sudah berkeluarga, disamping itu juga Karena aku selalu memikirkan bahwa Aku akan segera menikah dalam kurang dari dua bulan lagi. Sehingga hubungan percintaan bisa sangat mengganggu pikiran kami berdua.

“ Jess, kita perlu bahas ini nanti..” Kataku padanya ketika aku melihat ada orang datang menuju toilet.

“ Ok..” Jawabnya singkat. Lalu kamipun beranjak meninggalkan tempat itu.

Dan diperjalanan menuju tempat dimana teman-teman yang lainnya berkumpul kami hanya diam saja. Jessie dan aku seperti larut dalam pemikiran kami masing-masing. Sesekali kami saling memandang. Sambil menunggu salah satu dari kami membuka percakapan. Tapi sampai di tujuan tak ada satu katapun yang terucap.

Lalu setelah berkumpul di tempat yang ditentukan. Kami segera naik Perahu kecil yang akan membawa kami keliling ke beberapa lokasi di sekitar sini. Kurang lebih ada tiga atau empat tempat yang bisa kami kunjungi nantinya. Dengan tujuan pertama membawa kami menuju tempat bernama Pantai Batu Payung. Kami bertujuh pun segera mengisi bangku perahu yang tiap baris diisi dua orang.

Sialnya, Bu Mia dan Jessie, dua-duanya kini ada di hadapanku. Kedua orang tersebut duduk berdampingan, saling canggung, dan tidak saling berbicara. Akupun juga canggung. Bingung harus berbicara dengan siapa. Sementara Nita yang duduk disampingku seperti biasa selalu melihatku dengan mata penuh pertanyaan.

Perjalanan dengan perahu ini akan membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Bagi yang tidak biasa naik perahu bisa jadi akan mual atau pusing. Karena di pertengahan perjalanan ini gelombang ombak bisa menjadi sedikit besar.

Nita tak lupa mengabadikan momen naik perahu menembus ombak berwarna biru yang indah. Sementara background deretan batu-batuan karang di sekelilingnya semakin menambah bagus gambar yang dijepret oleh kamera.

Ditengah suasana yang sepi ini, Untuk mencairkan suasana, Nita mengajak kami untuk foto bersama, dengan bantuan James sebagai fotografer. Setelahnya,Nita tiba-tiba berbisik kepadaku.

“ kok Sekarang jadi kelihatan aneh semua?” Bisiknya tepat di telingaku.

“Hm??” Aku balik bertanya.

“Kenapa bu Mia juga jadi aneh kaya kalian berdua?” Tanyanya dengan berbisik, sambil berpura-pura menunjukkan hasil foto yang diambil barusan.

“ putus cinta juga kali ya wkwkwk” candanya lagi tanpa berpikir.

“ hush.. mungkin lagi capek” bisikku.

“ gue aja agak mual nih, apalagi deket lo” lanjutku sedikit bercanda.

“ ya ya ya.. awas aja nanti deket-deket gue..” jawabnya sambil menjulurkan lidahnya. Dan Dia pun tak lagi bertanya. Kembali sibuk pada Handphonenya.

Tak mau ketinggalan, akupun mengabadikan pemandangan dalam perjalanan diatas laut ini lewat kamera Handphoneku. Lumayan untuk menambah isi gambar di instagramku yang sudah lama tidak pernah bertambah. Kusimpan gambarnya untuk kuupload nanti setelah ada sinyal, karena di atas laut ini tidak ada sinyal.

Tak lama kami sampai ke lokasi tujuan. Disana sudah menunggu anak-anak berusia belasan yang menawarkan diri menjadi fotografer atau menjual kelapa muda. Tentu saja kami tak tertarik, karena sudah ada aku disini yang jadi fotografer mereka hehehe.

Pantai ini hampir tidak mempunyai pasir, hanya bebatuan saja. Dengan ikonnya berupa Sebuah batu karang yang diterjang ombak dan hujan bertahun-tahun hingga berbentuk menyerupai payung atau menurutku malah lebih mirip jamur. Jadi beberapa orang dapat berteduh di bawahnya dari sengatan matahari.

Aku cukup kagum dengan batu berbentuk unik itu. Lebih besar dari perkiraanku ketika terlihat dari kejauhan tadi. Aku jadi berpikir seberapa waktu yang diperlukan ombak-ombak ini membentuk batu besar menjadi bentuk seperti itu.

“ za, foto lagi yuk..” Ajak Bu Mia.

Aku ragu untuk menerima ajakannya, karena ada Jessie didekat kami. Walaupun aku belum membalas pernyataannya tadi, aku tak boleh menyakiti hatinya. Apapun keputusanku nanti. hatinya tidak boleh tersakiti.

“ ayok bu, sekalian sama Nita dan Jessie aja “ jawabku sedikit mencari alasan agar tidak hanya aku saja yang berfoto dengan bu Mia.

“ oiya,, yaudah yuk Nit, Jess!” Bu Mia langsung menarik Nita dan memanggil Jessie. Akupun segera menyusul mereka.

“ James, minta tolong fotoin ya!” Kataku sambil tersenyum memandangnya. Memandang laki-laki yang istrinya barusan menyatakan perasaan cintanya padaku.maafkan aku James.

James tersenyum dan menandakan OK. Lalu bersiap mencari angle yang tepat untuk mengambil gambar terbaik.

“ ok.. siap-siap ya.. satu.. dua.. tigaaa!” teriaknya memberi aba-aba kepada kami. Dia mengambil foto kami dengan background Batu Payung yang luar biasa besar itu.

“ itu perlu berapa lama ya bisa jadi kaya gitu ?” Tanya Nita tiba-tiba sehabis foto.

“ apanya? ” tanyaku padanya.

“ itu ombak bisa bikin batunya kayak gitu?” Tanyanya lagi sambil menunjuk kearah batu payung itu.

“ ga tahu, harusnya sih bertahun-tahun.. “ jawabku dengan jawaban yang kubuat selogis mungkin.

“ kasihan ya..” dia membalas jawabanku dengan sedikit aneh.

“ huh?” Aku malah bingung dengan reaksinya.

“ itu batu yang keras aja bisa kayak gitu begitu diterpa air, gimana hati cewek yang di terus-terusan diterpa kasih sayang wkwkwkwk” dia tertawa seolah menyindirku.

Baru dekat dengannya seminggu ini, sekarang dia sudah sering menjadikanku sasaran bullyannya. Coba dia ingat dulu dia agak malu-malu ketika di awal-awal keberangkatan ke Lombok.

“ btw gimana mas, rasanya difotoin suaminya wkwkwkw” dia kembali meledekku.

“ manis asem asin gitu.. “ jawabku sekenanya. Diapun memukul punggungku keras. Karena responku sekali lagi tidak sesuai dengan keinginannya. Sama seperti biasa, aku tidak terlalu peduli pada guyonannya Nita soal Jessie.

Setelah dari situ kami berkeliling lagi menggunakan perahu, singgah di beberapa pantai untuk mengambil foto. Pantai-pantai yang kami singgahi umumnya terdiri dari batu-batuan dan sedikit pasir. Masih alami tanpa terlihat ada sentuhan manusia.

Dipantai itu aku coba ambil beberapa foto dengan handphoneku., beberapa foto candid bu Mia dan Nita. Sementara di salah satu sudut pantai ini kulihat Jessie berfoto bersama keluarganya. Tanpa sepengetahuan mereka aku mengambil fotonya secara diam-diam. Memang dari tempatku, hasil fotonya tak akan sebagus kamera James. Tapi ekspresi lucu Jessie saat berpose dalam pantai ini menarik perhatianku.

Setelah puas berkeliling, sampai akhirnya kami kembali ke tempat kami berangkat tadi. Tujuan kami adalah bukit Merese. Sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi di kawasan tanjung aan ini. tinggal jalan kaki sekitar sepuluh menit untuk sampai ke atas. Bagian atas bukit sangat luas dan terbagi-bagi menjadi beberapa bagian. Masing-masing bagian menawarkan view berbeda.

Sebenarnya waktu yang tepat untuk kesini adalah di Pagi hari atau Sore hari. Saat matahari terbit atau matahari terbenam. Karena bukit ini sangat luas, maka view Sunrise atau Sunset dapat dinikmati dengan sama bagusnya. Sayangnya kami tidak sempat mengunjunginya lagi di sore hari karena sore nanti kami harus kembali ke Jakarta dan Manado.

Sekarang masih sekitar pukul 14.00. Masih cukup panas. Sebenarnya agak sedikit konyol bagi kami naik ke atas bukit yang cenderung gundul tanpa pepohonan itu. Namun mau tidak mau kami naik keatas. Benar seperti yang kami baca sebelumnya di Internet. Pemandangan disini sangat indah sekali. Dari bukit ini dapat kami lihat pemandangan dari segala penjuru. Dari pemandangan Laut, bukit lain dan pemandangan tanjung dan teluk yang ada di kejauhan. Apalagi Di siang ini cahaya matahari memantul sempurna di permukaan laut dan menimbulkan warna kekuningan jika dilihat dari bukit ini.

“ Mas Riza, bantuin gue ambil foto dong!” Teriak Nita dari atas bukit. Sementara aku masih dibawah.

“ iya tunggu bentarrr!” Teriakku padanya. Harus benar-benar teriak, karena hembusan angin kencang bisa membuat suara kami tak sampai Ketujuan.

walaupun melawan terik matahari Dan terjangan angin yang cukup kencang, Nita masih semangat berjalan cepat mendaki bukit ini. Tentu saja untuk kepentingan meramaikan media sosialnya. Tak lupa Bu Mia di belakangnya juga turut serta mengabadikan panorama disini. Untuk dikirimkan ke anak dan suaminya seperti beliau janjikan saat bervideocall dengan mereka.

James juga antusias mencari tempat untuk berfoto. Mengikuti kedua anaknya yang telah naik duluan. Bersama Nita. Tinggallah aku berdua bersama Jessie dibelakang.

Kami masih belum bicara sama sekali. Bahkan memandangnya secara langsung saja aku belum berani. Aku hanya berani sesekali saja melirik kearahnya. masih belum tahu harus berkata apa padanya.

“ thanks” itu kata pertama yang keluar dari bibirnya, setelah aku membantu menuntun tangannya saat kami mendaki jalan yang terjal. Lalu kemudian senyap. Tak ada lagi pembicaraan lagi.

“Mas Riza sini, viewnya bagus loh!.. hehehe..” teriak Nita. Aku tahu maksudnya, itu artinya dia memintaku menjadi fotografernya. Rasanya hampir seminggu bersama dia membuatku semakin memahami dirinya. Walaupun seperti halnya bawang, didalam dirinya masih ada beberapa lapisan yang belum terbuka.

Aku berjalan perlahan keatas, ketika berpapasan dengan bu Mia, handphonenya berbunyi nyaring. Begitu melihat nama penelepon di handphonenya, kulihat raut wajahnya berubah. Dia memandangku dengan tatapan lemah. Dan ditunjukkannya padaku layar handphonenya. “ MAS DONI”. Itu nama yang kubaca disitu.

“ Pak Doni?” Tanyaku pada beliau, sedikit berbisik. Beliau mengangguk lemah.

“Aku angkat dulu ya, nanti aku ceritain ke kamu” katanya sambil melangkah menjauh dari rombongan kami.

Dalam keadaan seperti ini, aku menduga pak Doni ingin melakukan sesuatu dengan bu Mia. Mungkin karena beliau juga tahu kapan Bu Mia akan datang kembali ke Jakarta. Dalam hati aku menjadi kasihan pada bu Mia. bila keadaan itu berlanjut tentu dia akan terus menderita secara psikologis.

“Bagaimana bu?” Tanyaku ketika beliau sudah selesai menerima telepon.

“ seperti biasa Za, dia ingin bertemu denganku nanti” jawab beliau dengan lemas.

“ dia akan jemput aku nanti di Bandara” lanjut beliau.

“ apa yang bisa saya bantu biar ibu bisa menghindarinya” aku coba menawarkan bantuanku. Meringankan beban pikirannya.

“ nggak papa kok Za, kamu senang-senang aja dulu.. Nanti-nanti aja aku cari jalan keluarnya” jawab beliau sambil tersenyum.

“ okelah kalau begitu, tapi bagaimanapun ibu juga harus ikut menikmati liburan ini” balasku sambil tersenyum kepadanya. Dan kamipun menyusul kearah Nita untuk foto bersama.

Setelah puas berfoto-foto dan menikmati pemandangan, pukul 14.50 kami turun ke parkiran mobil. Sebenarnya masih ada beberapa pantai bagus yang belum kami kunjungi. Namun waktunya mungkin tidak cukup. Terutama bagi James dan Anak-anaknya yang penerbangannya kembali lebih dulu. Maka Kami harus segera berangkat ke Bandara . Di sana kami bisa Check in dan makan terlebih dahulu.

Sampai di bandara pada pukul 15.46 Kami mengeluarkan barang-barang kami dan memastikan tidak ada barang tertinggal di Mobil Sewaan kami. James, Jessie dan anak-anaknya langsung masuk kedalam terminal untuk Check in dan memasukkan bagasi dulu, kemudian bergabung dengan, Bu Mia dan Nita yang menunggu di sebuah restoran di depan terminal keberangkatan.. Sedangkan aku masih menunggu pihak rent car untuk mengembalikan Mobil sewaan kami. Setelahnya baru kususul Mereka Ke restoran.

Sambil makan, Aku meminjam kamera mirrorless milik James. Untuk mentransfer beberapa foto yang tadi kuambil ke handphoneku. Karena cukup banyak fotoku dan gambar yang sengaja kuambil tadi. Tak sengaja kulihat foto candid Jessie yang kuambil tadi, seperti biasa dia cantik, bahkan saat memasang wajah juteknya. Sekalian kutandai foto itu, dan kukirim ke Handphoneku melalui koneksi Wifi Kamera terkenal produksi Jepang tersebut.

Pukul 17.40 Akhirnya James dan Anak-anaknya akan boarding ke pesawat lebih dahulu. berpamitan berpamitan kepada kami semua. James banyak berbincang dengan bu Mia, menitipkan istrinya pada beliau. Si Kevin dan Ryan juga tak lupa berpamitan dan berpelukan dengan Kakak barunya Nita.

Kemudian James datang menghampiriku , menjabat tanganku dan sedikit berbisik kepadaku.

“ thanks bro, udah ada buat Jessie selama ini dan memberi kesempatan buat kami kembali berkumpul” Lalu dia memelukku. Aku dengan canggung tersenyum dan membalas pelukannya. Dan aku Cuma mengangguk membalas ucapan terimakasihnya.

“ safe flight.. sampai jumpa lagi..” pesan terakhirku padanya.

“ i’m sorry” ucapku dalam hati, aku merasa harus meminta maaf atas apa yang terjadi dibelakangnya.

Dan terakhir, James memeluk Jessie erat sekali. Jessie pun memeluknya erat dengan mata berkaca-kaca mereka cukup lama bertatapan mata tanpa mengucap kata apapun, seakan ucapan perpisahan mereka sampaikan melalui telepati. Lalu giliran anak-anak Jessie berpamitan pada Ibunya. Terlihat raut sedih di wajah mereka, sangat berbeda dengan raut mereka sejak aku jumpa mereka dulu. Selama ini mereka selalu ceria di dampingi Kedua orang tuanya. Sekarang mereka harus berpisah dengan ibunya, aku turut bersedih melihatnya.

Sebelum masuk ke Gate keberangkatan, sekali lagi mereka berpelukan berempat. Jessie seakan berusaha keras menahan air mata keluar dari matanya yang sudah berkaca-kaca. Mungkin takut anaknya jadi ikut sedih. Pemandangan itu membuat hatiku bergetar, terharu. Bu Mia dan Nita juga. Kulihat mata mereka berkaca-kaca. Sama seperti kami terharu melihat pertemuan mereka dulu.

Setelah melihat James dan anak-anaknya hilang, masuk ke dalam pesawat. Jessie menghampiri kami di tempat kami duduk. Dia duduk di samping Nita, dan mulai menutup wajahnya. Mungkin sedang menumpahkan air mata yang ditahannya sedari tadi. Tampak tubuhnya bergetar, dan dia mulai terisak pelan. Hingga Nita harus memeluk dan menenangkannya. Bu Mia yang ada disampingnya juga tak lupa menepuk bahunya memberikan support. Sementara aku, meskipun ingin sekali aku kesana sekedar memberinya semangat , namun aku belum berani melakukannya. Aku hanya bisa memandanginya.

Setelah hampir satu jam setelah keberangkatan James dan anak-anaknya, sekarang giliran kami yang akan masuk pesawat. Kulihat Jessie sudah tenang kembali. Daam perjalanan masuk ke pesawat, Dia sudah mulai tersenyum ketika mengobrol dengan Nita. Dan sekarang kulihat dia sudah mulai berbicara dengan bu Mia. Dalam hati aku mulai bisa sedikit tenang.

Sambil menunggu antrian masuk ke pesawat. Kubuka Handphoneku. Mumpung masih bisa menikmati jaringan 4G di dararan ini. Kucoba kubuka aplikasi Instagramku untuk mengupload foto yang tadi kuambil.

Begitu kubuka, di timelineku paling atas muncul nama akun JesselynAng, akun Instagram Jessie. Baru beberapa menit lalu dia mengupload fotonya. Fotonya bersama keluarganya, mereka berempat tersenyum bahagia di foto itu.

Kugeser kebawah, dan kulihat foto itu telah di-Like sebanyak sekitar 230 kali. Kugeser lagi kebawah untuk membaca captionnya. “❤?”. Aku hanya tersenyum melihat foto itu. Lalu kuketuk layar Handphoneku tepat di gambar itu dua kali. ya Aku telah menyukainya.

Akupun Masuk ke Pesawat dan Harus mengucap selamat tinggal pada Tanah Lombok ini. Tanah yang memberiku banyak memori. Sampai jumpa di Jakarta. Dimana kisah ini akan berlanjut.



BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Cinta itu memang buta.. semua pujangga mengakui hal itu... karena cinta muncul bukan dari pikiran tapi perasaan... buta akan keadaan atau egois karana ingin memiliki... entalah jawabanya juga membingungkan...,
 
Maknyoss apdet nya semakin terlihat complicated nya,,thanks hu apdte nya n ttp semangat..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd