Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Office Story 2019

Status
Please reply by conversation.
Cerita nya bagus suhu.. Ngalir enak...
Pengetahuan suhu tentang latar belakang dan plot cerita cukup menarik nubie ini. Suatu penggambaran yang cukup detail yang ter visualisasi melalui tulisan.

May be some day, i will visit lombok..

Buat kisah nya juga menarik, interaksi sesama karyawan profesional yang sudah "dewasa" secara umur dan profesi. Seluk beluk dunia kerja perusahaan BUMN memang tidak terlalu jauh dari situasi yang suhu gambarkan.

Intrik, persaingan langsung atau tak langsung, sesama karyawan selevel maupun atasan bawahan, pengelompokan pergaulan, juga dinamika lingkungan kantor, di gambarkan cukup baik suhu.

Semangat suhu...
 
Semoga selamat sampai tujuan suhu! Kami masih menanti update..
Thnx suhu, ane sudah sampai dengan selamat hahaha
Masih standbay di pantai batu payung, nungguin update
Siap suhu, update akan segera meluncur .. ati-ati kejatuhan batu.. wkwkwk

:Peace: masih ga ngerti nih.... dimana answernya yaa
Secara tersirat ada, tersuratnya di tunggu kelanjutannya suhu hehehe

Cerita nya bagus suhu.. Ngalir enak...
Pengetahuan suhu tentang latar belakang dan plot cerita cukup menarik nubie ini. Suatu penggambaran yang cukup detail yang ter visualisasi melalui tulisan.

May be some day, i will visit lombok..

Buat kisah nya juga menarik, interaksi sesama karyawan profesional yang sudah "dewasa" secara umur dan profesi. Seluk beluk dunia kerja perusahaan BUMN memang tidak terlalu jauh dari situasi yang suhu gambarkan.

Intrik, persaingan langsung atau tak langsung, sesama karyawan selevel maupun atasan bawahan, pengelompokan pergaulan, juga dinamika lingkungan kantor, di gambarkan cukup baik suhu.

Semangat suhu...
Thnks suhu :ampun:
 
Ini keren sih hu.. bapernya ada, komedinya ada, dramanya ada... dan yang paling bikin gue penasaran lgi, si Nita di ewe di chapter berapa yah hu? Awkwkwkkwwk... sekali lagi.. keren hu!
 
CHAPTER 12 : BACK TO WORK




Hari Selasa pagi, Hari pertama kerja setelah liburan. Banyak yang bilang di Hari Pertama masuk kerja setelah liburan itu semangat kerja jadi menurun. Sama seperti yang aku alami hari ini. Rasa malas masih hinggap dengan nyaman di atas ubun-ubun kepalaku.


Aku bahkan hampir terlambat masuk kantor karena malas bangun tadi pagi. Setelah kupaksakan bangun untuk sholat subuh, aku lanjutkan tidur lagi sampai menjelang pukul setengah 7 pagi,. Hingga akhirnya aku dibangunkan secara paksa oleh mamaku. Dengan mandi secepat mungkin dan tanpa sarapan, aku langsung berangkat menuju kantor. Perjalanan ke Kantorku yang berada di Jakarta Timur yang biasanya 30-40 menit dengan jalan santai plus kemacetannya. Tapi kali ini harus aku pangkas waktunya sebanyak mungkin dengan naik Vespaku sekencang mungkin. Dan aku bersyukur tepat pukul 07.29 aku bisa menempelkan jariku di mesin absensi kantor.


Di ruanganku kulihat Jessie sudah duduk di kursinya. Wajah putihnya seperti sedikit terbakar matahari kemarin hingga nampak kemerah-merahan. Dia tersenyum menyapaku. Masih sedikit canggung. Akupun tersenyum membalas senyumannya. Edo juga sudah ada ditempatnya, putra batak satu itu menatapku dengan senyuman di wajahnya, walaupun aku tahu seharusnya dia masih dalam keadaan berduka.


“ sori bro, gara-gara aku tak ada, kau jadi gantiin tugasku.. “ katanya dengan logat bataknya yang kental, sambil menjabat tanganku.


“ it’s Ok, bro.. Gue turut berduka cita juga, semoga mendiang bisa tenang disana” balasku, sambil kupeluk dia, Ini juga pertama kali aku bertemu dengannya sejak dia cuti karena Bapaknya, orang tua satu-satunya yang tersisa , meninggal lebih dari seminggu yang lalu.


“ thanks bro.. “ dia memelukku erat sekali. Memang dia cukup misterius, dan tak banyak bicara. tapi kami sudah sangat kompak. Saling memahami satu sama lain.


“ kemarin gak ganggu persiapan nikahan kau kan?” Tanyanya lagi.


“ gausah kuatir, masih bisa gue handle dari jauh kok hahaha” jawabku. Aku tak ingin dia semakin tidak enak hati. Karena walaupun keras suaranya, pria bernama lengkap Eduardo Situmorang ini tetaplah pria berhati lembut.


Bu Mia kulihat belum ada di ruangannya yang sudah terbuka pintunya. Kalau Jessie sudah ada disini, harusnya beliau sudah datang juga. Karena kemarin Jessie menginap di apartemennya. Sabagai salah satu bagian dari rencana yang Jessie buat kemarin malam.

———————————————————-


Hari Senin Malam, Begitu sampai di pintu kedatangan Bandara Internasional Soekarno Hatta, , Nita langsung berpamitan pada kami, karena dia sudah dijemput Ayahnya. Bu Mia seperti beliau bilang tadi, dia akan dijemput Pak Doni. Namun Sepertinya pak Doni ingin menjaga rahasia, sehingga beliau sudah menentukan tempat dimana Bu Mia di dan beliau bertemu, Agak jauh dari pintu kedatangan dimana kami keluar. Bu Mia pun berpamitan pada kami dan berpesan padaku agar menunggu dan menjaga Jessie, sebelum beliau berjalan meninggalkan tempat kami. Sementara, Aku dan Jessie rencananya mau menggunakan layanan Taksi yang disediakan bandara. Karena kami berdua tidak ada yang menjemput.


Sekarang tinggallah aku berdua dengan Jessie saja, suasana kembali canggung. Tidak enak rasanya. Ingin aku mengajaknya ngobrol, tapi aku bingung, apa yang harus kubicarakan dengannya. Aku takut malah menambah buruk suasana hatinya, setelah melihat aku dan bu Mia tadi pagi, kemudian harus meninggalkan keluarganya lagi.


“ sudah sejak lama?” Tanyanya tiba-tiba. Dengan suara datar. Tanpa melihat ke arahku.


“Apa?” Tanyaku sedikit kaget dengan pertanyaan tiba-tibanya.


“ lo dan bu Mia” dia Menambahkan, masih dengan suaranya yang datar lagi. Sambil perlahan melirik ke arahku. Akupun memperhatikan wajahnya. Terlihat sedikit kelelahan dan kesedihan dari garis wajahnya. Kuambil nafas panjang untuk menguatkan diriku menjawabnya.


“ perlu lo tahu, sejauh ini belum terjadi apa-apa diantara kami.”


“ dan, yang terjadi pagi tadi?” Tanyanya lagi. Kata-katanya sedikit. Tetapi tetap ada kesan tegas dan serius.


“ gue tau lo pasti ingin penjelasan, gue bisa jelasin semua” Jawabku.


“ yang lo liat itu tadi mungkin bukan mewakili apa yang sebenarnya terjadi pada kami” . Kucoba menjawab dengan sebenar-benarnya. Dan memang kalau kupikir lagi, yang terjadi antara aku dan bu Mia, kemarin sore dan tadi pagi tak lebih adalah spontanitas yang ditimbulkan oleh lonjakan emosi tiba-tiba pada diri kami. Kurang lebih seperti itu, Kalau aku tidak salah menyimpulkan.


“ akan sedikit panjang ceritanya” Tambahku mencoba meyakinkanya.


“ gue bisa dengerin!” Jawabnya sambil menunjuk ke arah antrian, membuatku melihat antrian taksi yang memang cukup panjang. Dan masih ada beberapa antrian yang ada di depan kami.


“ ok, kalau gitu dengerin gue baik-baik” lanjutku


Dan akupun menceritakan secara singkat bagaimana kejadian itu berlangsung, mulai dari awal mula hubungan Bu Mia dan Pak Doni, kemudain video seks bu Mia dengan dua orang pejabat itu, dan kemudian juga pak doni yang mengancam bu Mia dengan Video tersebut. Hingga kemudian bagaimana bu Mia bercerita semua kejadian itu padaku. Dan semua itulah yang melatar belakangi kejadian yang dilihat Jessie tadi pagi. Kulihat wajah Jessie terkejut mendengar semua ceritaku itu. Sesekali dia bertanya, seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar.


“ kurang lebih seperti itu..” tutupku mengakhiri ceritaku.


“ hmm..” Jessie terdiam tak menjawab. Seperti sedang berpikir.


“ dan soal perasaan lo ke gue itu..” aku mengalihkan topik pembicaraan, mengenai perasaan yang diungkapkannya tadi.


“ dan sekarang bu Mia pasti sedang dengan Pak Doni?” Tiba-tiba dia bertanya memotong perkataanku, entah bertanya Atau sekedar menebak.


“ iya..eh.. kok lo tau?” Tanyaku heran. Heran dengan pertanyaannya, dan kaget juga dia memotong perkataanku. Dia sudah terlihat tenang dengan sepertinya sedang berpikir sedikit lebih keras.


“ lo mau bantuin dia sekarang gak?” Tanyanya tiba-tiba.


“ bantuin siapa?? Sekarang???” Aku justru bingung dengan arah pembicaraannya.


“ Bu Mia lah.. “ Jawabnya tenang. Penuh perhitungan. Dan spontan. Seperti selama ini aku kenal.


“ gimana caranya?” Aku jadi penasaran dengan apa yang ada di pikirannya.


“ lo batalin aja antrian lo, gabung taxi gue.. kita langsung menuju apartemen bu Mia” jawabnya dengan mantap.


“ nanti gue jelasin lagi di dalam taxi” katanya sambil menunjuk ke arah taxi. Kini sudah gilirannya. Akupun menurut dan segera naik ke taxi.


Didalam taxi Jessie mulai menjelaskan rencananya. Rencananya sebenarnya cukup sederhana sekali dan masuk akal menurutku. Sesimpel itu, tapi tidak terpikirkan olehku. Aku hanya perlu mengirim pesan kepada bu Mia, dan sesegera mungkin sampai ke Apartemen beliau. Kami cukup berjudi untuk menuju apartemennya dulu. Padahal belum tentu Bu Mia dan Pak Doni akan menuju kesana dulu. Tapi feeling Jessie mengatakan kami harus ke Apartemen bu Mia dulu.


Jessie juga menjelaskan, rencana ini Bukan untuk jangka panjang, tetapi minimal bisa membuat bu Mia menghindari pak Doni untuk beberapa hari kedepan. Soal rencana jangka panjang bisa nanti dipikirkan setelah ini. . Tak kusangka dia bisa memikirkan itu secepat ini. Padahal baru tadi dia mendengar sebagian cerita.


“ thanks , udah memikirkan cara ini” kataku padanya. Tak kusangka justru dia yang bisa memikirkan cara membantu bu Mia.


“ gua cuma bantu sebisa gue, lagian dia juga atasan gue, bahkan udah gue anggap keluarga gue sendiri” jawabnya tenang sambil menatapku. Akupun mengangguk. Setelahnya suasana kembali sepi, yang kudengar, hanya ada suara mesin mobil dan klakson mobil-mobil disekitar kami.


“ apa bu Mia tahu tentang kita?” tiba-tiba dia bertanya padaku seperti itu. Akupun memandangnya dan kemudian menggeleng.


“ baguslah kalau begitu” tambahnya


“ soal perasaan gue, lo gausah pikirin dulu”


“ gue gak pengen bicaraain itu sekarang ” lanjutnya sambil menatapku serius. .


“ iya, gue tau” jawabku singkat.. Akupun lalu menjalankan instruksi Jessie. Pertama aku memastikan posisi Bu Mia dulu. Ternyata perkiraan Jessie tepat, beliau sudah menuju apartemennya dengan pak Doni. Namun mereka akan makan malam berdua terlebih dahulu. Jadi kemungkinan kami akan lebih dahulu sampai kesana. Tetapi aku tidak boleh memberitahu bu Mia kalau kami akan kesana.


Hampir satu jam kami perjalanan, kami tiba di parkiran Apartemen beliau di daerah Cakung,. Tak jauh dari rumah kontrakan Jessie sebenarnya. Makanya Jessie sering pulang kantor menumpang mobil bu Mia. Sambil menunggu kami mencari makan malam di sebuah warung makan di dekat situ. Setelah sebelumnya menitipkan koper-koper kami di security apartemen bu Mia.


“ bu Mia sudah kasih kabar?” Tanya Jessie padaku.


“ iya, paling sekitar setengah jam lagi baru sampai sini” jawabku.


“ ok, kita tunggu saja, setengah jam lagi kita langsung kesana” Jessie memberikan instruksi. Dan setelahnya kami tidak banyak bicara.


Setengah jam kemudian datang pesan dari bu Mia, bahwa dia sudah tiba di apartemen beliau bersama pak Doni. Kami pun menyusul ke atas setelah mendapat pesan tersebut. Di depan pintu Apartemen bu Mia, kami membunyikan bel. Dan menunggu sebentar. Hingga suara pintu terbuka. Dan kulihat bu Mia sudah ada disana.


“ loh.. kalian kok ke sini?” Beliau kaget melihatku dan Jessie ada di depan pintu. Beliau sudah melepas Jilbabnya, pakaiannya masih lengkap, tetapi sedikit kusut.


“Hmm..,iya bu.. heheh” aku hanya bisa pura-pura tertawa dengan canggung. Selanjutnya Jessie yang akan menghandle semuanya.


“ hihihi.. maaf bu, sedang nggak sibuk kan?” Tanya Jessie pada beliau. Aku sedikit melongok kedalam, ada sepasang sepatu pria di tempat sepatu di balik pintu.


“ oo nggak kok, masuk aja kalau begitu” ajak beliau, tampak ada kelegaan di wajahnya melihat kami datang ke situ. Kamipun masuk kedalam, membawa koper-koper kami.


Apartemen ini tidak terlalu mewah, terdiri dari 2 Kamar tidur, satu kamar mandi luar, dapur dan ruang tamu yang sekaligus jadi ruang keluarga. Di ruangan yang kami lihat ini belum terlihat keberadaan pak Doni disitu. Lalu beberapa saat kemudian dari dalam kamar tidur kulihat orang yang kucari-cari itu membuka pintu dan keluar dari kamar. Dari luar kulihat Kasur didalam masih rapi, jadi kemungkinan belum terjadi sesuatu yang signifikan ditempat ini sedari tadi.


“ ooh Jessie, Riza.. kalian kesini juga?” Tanya pak Doni pada kami, sambil menuju ke arah kami. Terlihat beliau sedikit panik, walaupun suaranya sangat tenang.


“ pak Doni, kok disini?” Tanya Jessie. Tentu dengan wajah berpura-pura kaget. Dan kemungkinan itu sudah direncanakannya daritadi.


“ saya tadi habis makan malam sama Bu Mia , trus mampir buat ke Toilet sebentar.. kalau kalian?” Tanya beliau. Beliau terlihat tenang, walaupun mungkin agak terganggu dengan keberadaan kami berdua.


“ kebetulan tadi saya mau pulang ke kontrakan, tapi dapat kabar dari temen kontrakan tadi pagi ada kebocoran pipa, jadi kontrakan saya jadi kebanjiran, dan sementara tidak bisa ditempati” Jawab Jessie serius. Walaupun sebenarnya dia mengada-ada saja hehehe.


“Jadi mau tak mau saya harus mengungsi dulu, karena disinilah yang paling dekat makanya saya minta ijin bu mia untuk menginap disini kira-kira beberapa hari ini” lanjutnya lagi. Itulah idenya. Ketika ada Jessie disini, secara tidak langsung peluang Pak Doni melakukan sesuatu ke Bu Mia semakin berkurang. Dan dengan ada di dekat bu Mia dia bisa membantu bu Mia mencari jalan keluar untuk jangka panjangnya. Sederhana sekali kan. Tapi itu tak akan berhasil kalau tanpa ada Jessie.


“ ooh gitu.. ah kasihan banget kamu” kata bu Mia. Sejenak beliau saling memandang dengan pak Doni. Kulihat pak Doni pun dengan terpaksa mengangguk pelan.


“ yaudah, kamu bisa tidur disini sementara waktu” lanjut bu Mia. Kulihat beliau sedikit bernafas lega. Karena untuk sementara beliau bisa menghindari pak Doni. Beliaupun lalu mempersilahkan Jessie untuk masuk ke kamarnya dan menaruh barang-barangnya dulu.


“ kamu mau nginep juga Za?” Tanya pak Doni padaku.


“ ooh nggak pak. Tadi saya Cuma bantuin Jessie angkat kopernya saja hehehe” jawabku sambil nyengir.


“Mau bareng saya pulang? “ kata Beliau sambil beranjak. Dan berpamitan pada bu Mia dan Jessie.


“ Nggak usah pak, nanti pak Doni repot kalau harus ngantar saya ke Bintaro hehehe” Jawabku.. Padahal sebenarnya aku ingin disinI dulu sementara. Memastikan semua aman.


“ baiklah, ayok aku balik dulu ya!” Kata Beliau sebelum keluar dari apartemen ini. Misi sukses. Untuk sementara ini.


Setelah pak Doni pergi, aku langsung menceritakan pada Bu Mia bahwa aku telah memberitahukan cerita tentang beliau ke Jessie. Dan Kukatakan juga kalau Jessie lah yang mempunyai inisiatif untuk berencana membantu bu Mia tadi. Kulihat bu Mia tersenyum lega, Lalu Bu Mia memeluk erat Jessie sebagai ucapan terimakasih. Dan Jessie pun membalas pelukannya dengan senyum. Seakan melupakan apa yang terjadi pada pagi tadi.


Dan kemudian beliau menceritakan lagi pada Jessie kejadian awal sampai akhirnya menjadi seperti ini. Lagi-lagi seperti beliau bilang dulu, beliau sudah menyiapkan rencana untuk menghadapi pak Doni. Rencana itu belum bisa diungkapkannya sekarang. Karena banyak hal yang perlu disiapkan. Tetapi beliau memintaku dan Jessie bersedia untuk membantu jika nanti di butuhkan. Dan tentu saja kami berdua menyanggupi.


Sekitar pukul 21.30 , akupun harus berpamitan untuk pulang., sempat aku ditawari untuk tidur di situ juga. Tapi aku dengan sopan menolak. Karena takut menyakiti hati Jessie bila dia melihatku bersama Bu Mia.
———————————————————


Itulah ceritanya bagaimana Jessie bisa menginap di Aparteemen Bu Mia. Dengan adanya Jessie, aku jadi sedikit kehilangan beban pikiran. Coba saja semakin banyak orang yang dapat membantu, semakin mudah.


Tak lama setelah aku duduk, datanglah bu Mia ke ruangan bersama seorang wanita tinggi semampai di belakangnya. Lalu beliau memanggil kami semua untuk berkumpul di depan ruangnya.


“ Riza, Edo, Jessie.. mulai sekarang kita dapat tambahan tenaga administrasi, Regina mulai hari ini gabung ke sini.” Kata bu Mia menjelaskan kepada kami.


“ Saya tadi dipanggil Bagian HRD untuk memberitahukan tambahan pegawai yang kita minta dulu” tambah beliau.

Regina ini bukan orang asing di kantor ini, dia sudah ada disini sebelum aku masuk di kantor ini, sebelumnya dia di bagian Accounting juga sebagai staff administrasi, lama dia tIdak masuk kantor karena cuti melahirkan. Setelah melahirkan beberapa Bulan lalu. Ini adalah pertama kali dia masuk. Dan karena bagian Accounting sudah mempunyai staff administrasi baru, maka dia dipindah ke bagian kamI yang lama tidak mempunyai tenaga administrasi.


Regina berasal dari Bali, nama Panjangnya Kadek Regina Prastiwi. kira-kira seumuranku, 30 atau 31 tahun. Berkulit putih dan berambut hitam panjang sepunggungnya. Bertubuh tinggi dan sedikit berisi. Mungkin juga karena baru melahirkan anaknya tak lama ini.


“ Edo nanti kamu bantuin dia ya bikin laporan dan aplikasi-aplikasi pajak yang dipakai” Pesan bu Mia


“ siap bu” jawab Edo dengan tegas.


“ kalau Riza sama Jessie nanti bisa gantian ajarin kalau Edo sedang sibuk”


“ siap bu..” jawab kami berdua kompak.


Kami pun bekerja kembali seperti biasa. Sesuai tugas kami, kami bertugas menangani, mencatat, meng-kalkulasi dan menganalisa serta membuat strategi pajak berkaitan dengan kejadian/transaksi ekonomi perusahaan.


Selanjutnya Kami membuat Laporan Akuntansi Pajak, beserta Laporan Tahunan Pajak yang akan dilaporkan di Kantor Pajak setempat.


Kulihat Edo cukup antusias dan sabar mengajar Regina yang ternyata cukup cepat juga beradaptasi disini. Sesekali Regina juga bertanya pada aku dan Jessie ketika kesulitan. Dia juga cepat akrab dengan Kami. Tak ada kesan “jaim”. Dia gampang berbaur mengobrolkan apa saja dengan Jessie, bu Mia dan Aku.





Sore ini, setelah pulang kantor. Aku tiba-tiba ingin banyak ngobrol dengan Nita. Soal Jessie tentunya . Aku ingin bercerita padanya. Siapa tahu dia bisa memberikan masukan bagiku. Rasanya saat ini Cuma dia yang bisa kujadikan tempat curhat. Kebetulan juga ruangannya dengan ruanganku hanya dibatasi sebuah Smoking Room dan pantry.


Saat ini Jessie dan Bu Mia sudah pulang. Jessie akan pulang dulu ke kontrakannya, lalu malamnya akan menemani bu Mia di apartemennya.Edo juga sudah pulang lebih dulu tadi, entah apa yang akan dilakukannya, dia selalu pulang tepat waktu. . Tinggal Regina yang berada di ruangan. Sedang merapikan berkas-berkas di mejanya.


“ nggak pulang Za?” tanyanya padaku ketika melihat aku memainkan handphoneku di mejaku.


“ belum kayaknya, gue biasa pulang agak malem sih “ Jawabku. Memang biasanya aku pulang lebih malam dari siapapun di ruangan ini. Walaupun disini aku Cuma menghabiskan waktu dengan main game atau telepon pacarku.


“ oo yaudah kalau gitu aku cabut dulu ya!” Pamitnya, dan aku hanya mengangguk pelan. Kulihat Regina pergi keluar ruangan. Meninggalkanku sendirian disini.


Aku sebenarnya menunggu kabar dari Nita, aku telah mengirim pesan untuk mengajaknya keluar. Tapi belum Ada balasan darinya. Mungkin kalau dalam lima belas menit lagi dia tidak membalas, aku akan pulang saja.


Ting ting. Handphoneku berbunyi. Pesan dari Nita.


“ sori mas, aku gak pegang hape dari tadi” pesannya. Aku heran, orang seperti dia yang aktif sekali di media sosial justru tidak memegang handphonenya di jam segini.


“ ok.. gue kesana ya!” Pesanku padanya. Yang tak lama segera dibalasbnya.


“ jangan.. gue yang kesana aja mas” jawabnya. Mungkin dia tidak merasa nyaman di ruangannya. Akupun mengiyakan dan menunggunya di ruangan.


Tak lama dia pun datang, berjalan gontai sambil, menenteng tasnya. Mukanya sedikit cemberut. Menandakan dia sedang bete atau marah, entah kenapa.


“ lo kenapa nit? “ tanyaku ketika dia duduk di kursi depanku.


“ biasa mas.. masalah cowok “ katanya lemas. Lalu melempar Handphonenya ke sofa ruangan ini yang berada tepat di samping kursi yang didudukinya..


“ kenapa lagi sama cowok lo?” Tanyaku penasaran.


“ ya kayak lo gitu mas.. cowok.. ketemu cewek. Begituan.. “ Jawabnya lemah.


“Maksud lo??”


“ wkwkwkw.. gue becanda mas” Tambahnya, ternyata dia hanya bercanda. Dan seolah menyindirku. Sangat seperti dia biasanya.


“ gue lagi sibuk ngurusin ini itu buat nikah, bete aja karena gue harus ngurus sendiri semuanya” Jawabnya, kali ini serius.


“ capek aja ngurus sendiri, sementara cowok gue emang gak bisa bantuin karena masih disana” tambahnya lagi.


“ gue bisa bantu lo..” tawarku. Aku perlu bantuannya nanti. Maka pertama-tama aku harus menawarkan bantuan apa yang aku bisa padanya.


“ seriuss??” Tanyanya seolah gak percaya.


“ ya, gue kan juga nyiapin acara gue disini, gue juga urus semuanya sendiri tanpa Weddijg Organizer” jawabku. Aku memang menyiapkan resepsi di Bintaro, seminggu setelah akad nikah dan Resepsi di kediaman calon Istriku di Surabaya.


“Nice.. kenapa gak dari dulu mas..” katanya dengan wajah sumringah.


“ kan baru kemarin gue tau lo mau nikah? “ jawabku melempar buntalan kertas bekas kearahnya. Diapun tertawa sambil menghindarinya.


“ lo mau bantuin gue, tapi gak bakal minta imbalan macam-macam kan? “ tanyanya dengan nada penasaran. Ya dia emang jagonya membaca setiap situasi. Aku pun tersenyum. Namun belum sempat aku menimpali, dia sudah menambahkan kata-kata selanjutnya.


“Seperti nidurin gue gitu?” Dia mendekatiku dengan tatapan yang menggoda.


“ anjrit, lo ini, gue lagi serius!” kulempari dia lagi dengan buntalan-buntalan kertas tak terpakai. Sementara dia hanya tertawa ketika lemparanku tepat mengenai kepalanya.


“Iya..iyaa.. becandaa mas..trus apa imbalan yang lo minta?” Tanyanya sambil duduk mendekatiku.


“Ya gue perlu imbalan dong, imbalannya.. lo Cuma perlu dengerin cerita gue dan beri gue masukan!” Kataku padanya.


“ well, oke oke.. gue mau kok.. ditidurin mas Riza juga mau gue wkwkwkw” aku harus sangat sabar menghadapi anak ini.


Akhirnya kuceritakan apa yang terjadi padaku dan Jessie kemarin siang. Tentang dia yang menyatakan cintanya padaku. Tentang apa yang terjadi ketika Jessie mengetahui aku dan Bu Mia sedang bersama di Kamar. Tentu tak kuceritakan soal bu Mia yang sedang melakukan oral seks denganku. Nita mendengar dengan serius. Seolah tak mau melewatkan satu kalimat pun.


“ jadi bener kan, dia mulai cinta sama lo mas..” kata Nita seolah bangga ketika tebakannya kemarin benar.


“ ya, kurang lebih begitu.” jawabku .


“ gue yakin lo udah menentukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan hati lo kan? “ dia bertanya padaku. Dengan nada serius. Seolah membaca diriku.


“Maksud lo?” Aku malah balik bertanya padanya.


“ gue menduga-duga aja.. kalau lo juga merasakan perasaan itu itu hihihi.. “ Jawabnya sambil memain-mainkan sebuah bolpoint ditangannya..


“ tapi lo pasti gak akan bisa ngakuin perasaan lo itu” tambahnya lagi. Dan mungkin itu benar. Aku selalu mengelak selama ini. Selalu menghindarinya. Namun sama seperti Jessie juga, semakin aku melempar jauh perasaan itu, perasaan itu selalu kembali. Lebih kuat, dan pada akhirnya menghantamku.


“ gue tau lo orang baik banget mas” tambahnya singkat.


“ maka gue tau lo bakal gak enak hati untuk merusak hubungannya, tapi di dalam hati lo, gue tau ada rasa itu, benih benih cinta” tambahnya lagi menerangkan perkataan singkat yang barusan diucapkannya.


Jujur memang benar apa yang dikatakannya. Tak Ada niatku ingin merusak rumah tangganya. Bahkan aku selalu ingin dia bahagia. Namun benar juga kalau dibilang perlahan-lagan ada rasa ingin memiliki itu di dalam hatiku, dan ada rasa takut kalau aku kehilangan Jessie.


“ ya.. apa yang lo bilang tadi benar” Ucapku lirih. Di depan Nita, tak ada gunanya lagi aku menyangkal. Akhirnya akupun mengakuinya juga. Aku pun juga mulai jatuh cinta pada Jessie.


“ iya itu yang ada di pikiran gue, dan jujur gue bingung” tambahku lagi sambil memandang wajahnya.


“Jadi apa yang harus gue lakuin?” tanyaku sambil menahan sedikit emosi di hatiku.


"Tanyakan pada hati lo mas, . Lo tahu kok apa yang harus lo lakuin. Sama seperti saat lo berani mengakui perasaan lo tadi” Kata Nita sambil menepuk bahuku.


“ setelahnya mendengar kata hati lo, Mas Riza cuma butuh keyakinan bulat untuk melakukannya..." jawaban itu membuatku sedikit tenang namun juga membuatku berpikir juga, Suara hati sebelah mana yang harus kuikuti kali ini?.


Akupun mengangguk pelan, rasanya tak salah aku menceritakannya pada Nita. Aku bersyukur kemarin bisa jadi dekat dengannya. Kurang lebih itu yang akan kukatakan pada Jessie, jika ada kesempatan suatu saat nanti.


“ thanks..” kataku padanya sambil kugenggam tangannya.


“You’re welcome, Cuma itu yang gue bisa kasih ke lo” jawabnya santai.


“Maybe akan lebih gampang kalau lo nyari gue buat lupain dia wkwkwkw” katanya sambil tertawa konyol. Hilang sudah kesan-kesan bijak yang barusan dia perlihatkan padaku. Aku hanya tersenyum kecut mendengar katanya tadi.


“ lalu dengan cara apa lo bantuin gue lupain perasaan gue??” Tanyaku padanya.aku hanya berniat bercanda saja, ingin tahu apa yang akan dilakukannya. Dia hanya tertawa keci lalu berdiri mendekatiku.


“Mas Riza mau gue bikin move on?” Tanyanya sambil duduk di pangkuanku. Membuatku tak bisa bergerak. Dia tersenyum memandangku. Ah, aku tahu dia hanya menggodaku saja.tak mungkin dia akan berbuat lebih.


Namun aku salah, Nita yang sudah ada diatas pangkuanku kemudian dengan tersenyum mulai mendekatkan bibirnya ke bibirku. Dengan satu kecupan ringan dia Kemudian menarik bibirnya. Melihat reaksiku. Lalu kembali menciuminya lagi dengan lembut.


Aku yang sebenarnya tak sedikitpun tertarik padanya, mencoba bertahan untuk tidak terlalu ikut dalam permainannya, tidak tergoda oleh aksinya. TapI akhrinya aku juga menikmati ini. Dengan kecupan ringan akhirnya ku beranikan membalas ciumannya, pelan-pelan dan lebih dalam lagi, dari kecupan ringan dan menuju menjadi french kiss yang perlahan-lahan meningkatkan gairahku.


Nita semakin mengencangkan pelukannya seakan ia ingin lebih mendekatkan tubuhnya ke tubuhku. ku telusuri punggungnya dengan tanganku, tubuhnya yang ramping sungguh terasa ringan di pangkuanku. Rasanya sangat nyaman memeluknya dan meraba setiap bagian punggungnya yang masih tertutup baju kantornya. Lalu kutarik ciumanku, kutatap matanya.


“ are you sure about this?” Tanyaku, sebelum kami melakukan hal terlalu jauh.


“No.. Shark week! “ jawabnya sambil tersenyum.


“ apa??” Aku tak paham apa yang dibicarakannya.


“ I'm on my period wkwkwkwk” Dia tertawa terbahak-bahak sambil beranjak berdiri.


Sial, dia sedang kedatangan tamu bulanannya. Shit!


BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd